Disusun Oleh:
Zakfar Evendy
NIM. 220170100011018
1. Latar Belakang
Katarak merupakan penyebab kebutaan yang mencakup kurang lebih
separuh dari seluruh kebutaan di dunia terutama di negara berkembang
(Riskesdas, 2013). Mekanisme pembentukan katarak sangat multifaktorial.
Hilangnya transparansi di nukleus dan kortek lensa mata dapat terjadi akibat
oksidasi membran lipid, protein struktural atau enzimatik oleh peroksida atau
radikal bebas yang disebabkan oleh sinar UV. Faktor lainnya yang dapat
menyebabkan terbentuknya katarak adalah proses degeneratif dan diabetes
melitus(Khan et al,2010;Gogate et al.,2014).
Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit
ini menyerang tanpa disadari oleh penderitanya. Katarak terjadi secara perlahan-
lahan. Katarak baru terasa mengganggu setelah tiga sampai lima tahun
menyerang lensa mata. Pada tahun 2020 diperkirakan penderita penyakit mata
dan kebutaan meningkat dua kali lipat. Padahal 7,5% kebutaan didunia dapat
dicegah dan diobati. Kebutaan merupakan masalah kesehatan masyarakat dan
sosial ekonomi yang serius bagi setiap negara. Studi yang dilakukan Eye Disease
eνalence Research Group (2004) memperkirakan, pada 2020 jumlah penderita
penyakit mata dan kebutaan didunia akan mencapai 55 juta jiwa. Prediksi
tersebut menyebutkan, penyakit mata dan kebutaan meningkat terutama bagi
mereka yang telah berumur diatas 65 tahun. Semakin tinggi usia, semakin tinggi
pula resiko kesehatan mata, WHO memiliki catatan mengejutkan mengenai
kondisi kebutaan didunia, khususnya dinegara berkembang.
Saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, 60% diantaranya
berada di negara miskin atau berkembang. Ironisnya Indonesia menjadi Negara
tertinggi di Asia Tenggara dengan angka sebesar 1,5%. Menurut spesialis Mata
dari RS Pondok Indah Dr Ratna Sitompul SpM, tingginya angka kebutaan di
Indonesia disebabkan usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat,
Karena beberapa penyakit mata disebabkan proses penuaan. Artinya semakin
banyak jumlah penduduk usia tua, semakin banyak pula penduduk yang
berpotensi mengalami penyakit mata.
Hingga kini penyakit mata yang banyak ditemui di Indonesia adalah
katarak (0,8%), glukoma (0,2%) serta kelainan refraksi (0,14%). Katarak
merupakan kelainan mata yang terjadi karena perubahan lensa mata yang keruh.
Dalam keadaan normal jernih dan tembus cahaya. Selama ini katarak banyak
diderita mereka yang berusia tua. Karena itu, penyakit ini sering diremehkan
kaum muda. Hal ini diperkuat berdasarkan data dari Departemen Kesehatan
Indonsia (Depkes) bahwa 1,5 juta orang Indonesia mengalami kebutaan karena
katarak dan rata-rata diderita yang berusia 40-55 tahun. Penderita rata-rata
berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak diantara mereka tidak tersentuh
pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan katarak terjadi karena proses degeneratif
atau semakin bertambahnya usia seseorang. Bahkan, dari data statistik lebih dari
90 persen orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak, sekitar 55 persen
orang berusia 75-85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak
(Irawan, 2008)
1.1 Tujuan
1) Tujuan umum
Untuk mengetahui dan mengidentifikasi sindrome geriatri dan gangguan
kesehatan yang utama pada lansia
2) Tujuan khusus
a. Menjelaskan Teori Penuan
b. Menjelaskan macam-macam teori penuan
c. Menjelaskan Fisiologi menua dan proses menua
d. Menjelaskan Geriatri Sindrom
e. Menjelaskan macam-macam penuan
f. Menjelaskan Manifestasi geriatric sindrome
g. Menjelaskan Penatalaksanaan geriatric sindrom
h. Menjelaskan Pencegahan geriatric syndrome
i. Menjelaskan lansia dengan masalah katarak
1.2 Manfaat
1) Manfaat Teoritis
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat sebagai bahan masukan atau
sumber informasi serta dasar pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan
maupun peneliti yang menyukai tentang asuhan keperawatan Gerontik
dengan kasus katarak.
2) Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis Selanjutnya
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi yang cukup jelas
kepada penulis selanjutnya dan menambahkan wawasan dalam asuhan
keperawatan Gerontik dengan Katarak.
b. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Makalah ini diharapkan dapat memberi kontribusi dalam
pengembangan ilmu keperawatan khususnya dalam bidang keperawatan
Gerontik dengan topik asuhan keperawatan pada Lansia dengan
katarak.
BAB II
TINJAUAN TEORI
“TEORI PENUAAN, SINDROM GERIATRI dan KATARAK”
2. TEORI PENUAAN
2.1 Definisi Penuaan
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita
(Rosidawati, 2008). Seiring dengan proses menua tersebut tubuh akan
mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut juga sebagai
penyakit degeneratif (Rosidawati,2008).
Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang
berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses
penurunan daya tahan tubuh dalam mengahadapi rangsangan dari dalam dan luar
tubuh. Seara umum, proses menua adalah sebagai perubahan yang terkait waktu,
bersifat universal, intrinsik, profresif dan detrimental. Keadaan tersebut
menyebabkan berkurangnya kemampuan berdaptasi terhadap lingkungan untuk
dapat bertahan hidup (Dewi,2014).
Proses menua merupakan suatu proses yang wajar, bersifat alami dan
pasti akan dialami oleh semua orang (Nugroho, 2000). Penuaan adalah normal,
dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi
pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan
kronologis tertentu (Stanley and Patricia, 2006).
e. Depresi
1) Ganguan tidur
2) Keluhan somatik berupa nyeri kepala, dizzi (puyeng), pandangan kabur,
gangguan saluran cerna, ganguan nafsu makan, kontipasi, perubahan berat
badan
3) Gangguan psikomotor berupa aktivitas tubuh meningkat, aktivitas mental
meningkat atau menurun, tidak mengacuhkan kejadian disekitarnya, fungsi
seksual berubah (libido menurun), gejala biasanya lebih buruk dipagi hari.
f. Malnutrisi
1) Kelelahan dan kekurangan energi
2) Pusing
3) Sitem kekebalan tubuh yang rendah (mengakibatkan tubuh kesulitan
melawan infeksi
4) Kulit kering dan bersisik
5) Gigi yang membusuk’
6) Gusi bengkak dan berdarah
7) Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat
8) Badan badan kurang
9) Pertumbuhan yang lambat
10) Kelemahan pada otot
11) Perut kembung
12) Tulang yang mudah patah
13) Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh
g. Insomnia
1) Perasaan sulit tidur, bangun terlalu awal
2) Wajah kelihatan kusam
3) Mata merah, hingga timbul bayangan gelap dibawah mata
4) Lemas, mudah cemas
5) Sulit berkonsentrasi, depresi, gangguan memori dan mudah tersinggung
h. Immune Deficeincy
1) Sering terjadi infeksi virus atau jamur dibandungkan bakteri
2) Diare kronik umum terjadi (sering disebut gastroenteritis)
3) Infeksi respiratorius dan oral thrushumum terjadi
4) Terjadi failure to thrive tanpa adanya infeksi
i. Impoten
1) Tidak mampu ereksi sama sekali atau tidak mampu mempertahankan
ereksi secara berulang (paling tidak selama 3 bulan)
2) Tidak mampu mencapai ereksi yang konsisten
3) Ereksi hanya sesaat
2.10. Katarak
2.11. Definisi
Katarak merupakan penyebab kebutaan yang mencakup kurang lebih
separuh dari seluruh kebutaan di dunia terutama di negara berkembang
(Riskesdas, 2013). Mekanisme pembentukan katarak sangat multifaktorial.
Hilangnya transparansi di nukleus dan kortek lensa mata dapat terjadi akibat
oksidasi membran lipid, protein struktural atau enzimatik oleh peroksida atau
radikal bebas yang disebabkan oleh sinar UV. Faktor lainnya yang dapat
menyebabkan terbentuknya katarak adalah proses degeneratif dan diabetes
melitus(Khan et al,2010;Gogate et al.,2014).
Katarak menyebabkan penglihatan menjadi berkabut / buram. Katarak
merupakan keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi
cairan lensa atau denaturasi protein lensa, sehingga pandangan seperti tertutup
air terjun atau kabut merupakan penurunan progresif kejernihan lensa, sehingga
ketajaman penglihatan berkurang (Corwin, 2000). Katarak adalah kekeruhan
lensa. Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat bervariasi dan dapat
disebabkan oleh berbagi hal, tetapi biasanya berkaitan dengan penuaan
(Vaughan, 2000).Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan
gangguan penglihatan ( Nurarif & Kusuma, 2015).
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya
terjadi akibat proses penuaan, tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak
kongenital). Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun
tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis,
pemajanan radiasi, pemajanan sinar matahari yang lama, atau kelainan mata
yang lain (seperti uveitis anterior) (Smeltzer, 2001). Katarak adalah suatu
keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan bening menjadi keruh.
Asal kata katarak dari kata Yunani cataracta yang berarti air terjun. Hal ini
disebabkan karena pasien katarak seakan-akan melihat sesuatu seperti tertutup
oleh air terjun didepan matanya (Ilyas, 2006) hal 2. Jadi dapat disimpulkan,
katarak adalah kekeruhan lensa yang normalnya transparan dan dilalui cahaya ke
retina, yang dapat disebabkan oleh berbagai hal sehingga terjadi kerusakan
penglihatan.
2. 12 Etiologi Katarak
Katarak bisa disebabkan karena kecelakaan atau trauma.Sebuah benda
asing yang merusak lensa mata bisa menyebabkan katarak.Namun, katarak
paling lazim mengenai orang- orang yang sudah berusia lanjut. Biasanya kedua
mata akan terkena dan sebelah mata lebihdulu terkena baru mata yang satunya
lagi. Katarak juga bisa terjadi pada bayi-bayi yang lahir prematur atau baru
mendapatkannya kemudian karena warisan dari orang tuanya.Namun kembali
lagi, katarak hanya lazim terjadi pada orang-orang yang berusia lanjut.Coba
perhatikan hewan yang berumur tua, terkadang bisa kita melihat pengaburan
lensa di matanya.Semua ini karena faktor degenerasi. Berbagai macam hal yang
dapat mencetuskan katarak antara lain:
1. Usia lanjut dan proses penuaan
2. Congenital atau bisa diturunkan.
3. Pembentukan katarakdipercepat oleh faktor lingkungan, seperti
merokok atau bahan beracun lainnya.
4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik
(misalnya diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:
1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti:
penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau
diabetes melitus.
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang,
seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik.
2.13 Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar.
Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus,
di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan
posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna
menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di
anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk
katarak yang paling bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela.
PATHWAY katarak 1
CEMAS
Gangguan koagulasi
penerimaan
sensori/status mengabutkan pandangan
organ indera
Terputusnya protein lensa disertai prosedur invasive
influks air kedalam lensa pengangkatan
Menurunnya
katarak
ketajaman
penglihatan Usia meningkat
Resiko tinggi
terhadap infeksi
Penurunan enzim menurun
Gangguan persepsi
sensori-perseptual
penglihatan Degenerasi pd lensa
KATARAK
Post op Nyeri
b. Stadium imatur.
Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal
tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat
bagian-bagian yang jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hidrasi
kortek yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung.
Pencembungan lensa akan mmberikan perubahan indeks refraksi dimana
mata akan menjadi mioptik. Kecembungan ini akan mengakibatkan
pendorongan iris kedepan sehingga bilik mata depan akan lebih sempit.
( Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
c. Stadium matur.
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran
air bersama-sama hasil desintegrasi melalui kapsul. Didalam stadium ini
lensa akan berukuran normal. Iris tidak terdorong ke depan dan bilik
mata depan akan mempunyai kedalaman normal kembali. Kadang pada
stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih akibat perkapuran
menyeluruh karena deposit kalsium ( Ca ). Bila dilakukan uji bayangan
iris akan terlihat negatif.( Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed.
2,).
d. Stadium hipermatur.
Katarak yang terjadi akibatkorteks yang mencair sehingga masa
lensa ini dapat keluar melalui kapsul. Akibat pencairan korteks ini maka
nukleus "tenggelam" kearah bawah (jam 6) (katarak morgagni). Lensa
akan mengeriput. Akibat masa lensa yang keluar kedalam bilik mata
depan maka dapat timbul penyulit berupa uveitis fakotoksik atau
galukoma fakolitik (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
4. Katarak traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing
di lensa atau trauma tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih segera
setelah masuknya benda asing karena lubang pada kapsul lensa
menyebabkan humor aqueus dan kadang- kadang korpus vitreum masuk
kedalam struktur lensa.
5. Katarak komplikata
Katarak komplikata adalah katarak sekunder akibat penyakit
intraokular pada fisiologi lensa. Katarak biasanya berawal didaerah sub
kapsul posterior dan akhirnya mengenai seluruh struktur lensa. Penyakit-
penyakit intraokular yang sering berkaitan dengan pembentukan katarak
adalah uveitis kronik atau rekuren, glaukoma, retinitis pigmentosa dan
pelepasan retina.
6. Katarak akibat penyakit sistemik
Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan- gangguan sistemik
berikut: diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, distrofi miotonik, dermatitis
atropik, galaktosemia, dan syndrome Lowe, Werner atau Down.
7. Katarak toksik
Katarak toksik jarang terjadi. Banyak kasus pada tahun 1930-an
sebagai akibat penelanan dinitrofenol (suatu obat yang digunakan untuk
menekan nafsu makan). Kortokosteroid yang diberikan dalam waktu lama,
baik secara sistemik maupun dalam bentuk tetes yang dapat menyebabkan
kekeruhan lensa.
8. Katarak ikutan
Katarak ikutan menunjukkan kekeruhan kapsul posterior akibat
katarak traumatik yang terserap sebagian atau setelah terjadinya ekstraksi
katarak ekstrakapsular
9. Katarak juvenil
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda yang mulai
terbentuk nya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak
juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital. Katarak juvenil
biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik.
10. Katarak intumesen
Kekeruhan lensa disertaipembengkakan lensa akibat lensa degenerative
yang menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa disertai
pembengkakan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris
sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal.
Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaucoma. Katarak
intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan
mengakibatkan miopi lentikularis. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi
korteks hingga akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang
memberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa
disertai peregangan jarak lamel serat lensa.
11. Katarak kortikal
Katarak kotikal ini biasanya terjadi pada korteks .mulai dengan kekeruhan
putih mulai dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehinnga menggangu
penglihatan. Banyak padapenderita DM
Pasca operasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka
pendek. Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika
bekas insisi telah sembuh. Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru
dapat dilakukan lebih cepat dengan metode fakoemulsifikasi. Karena pasien
tidak dapat berakomodasi maka pasien akan membutuhkan kacamata untuk
pekerjaan jarak dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat
ini digunakan lensa intraokular multifokal. Lensa intraokular yang dapat
berakomodasi sedang dalam tahap pengembangan.
Apabila tidak terjadi gangguan pada kornea, retina, saraf mata atau
masalah mata lainnya, tingkat keberhasilan dari operasi katarak cukup tinggi,
yaitu mencapai 95%, dan kasus komplikasi saat maupun pasca operasi juga
sangat jarang terjadi. Kapsul/selaput dimana lensa intra okular terpasang pada
mata orang yang pernah menjalani operasi katarak dapat menjadi keruh. Untuk
itu perlu terapi laser untuk membuka kapsul yang keruh tersebut agar
penglihatan dapat kembali menjadi jelas.
2.19. Komplikasi
1. Hilangnya vitreous.
Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi maka gel
vitreous dapat masuk ke dalam bilik anterior, yang merupakan resikoterjadinya
glaucoma atau traksi pada retina. Keadaan ini membutuhkan pengangkatan
dengan satu instrument yang mengaspirasi dan mengeksisi gel (virektomi).
Pemasanagan lensa intraocular sesegera mungkin tidak bias dilakukan pada
kondisi ini.
2. Prolaps iris.
Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode pasca
operasi dini. Terlihat sebagai daerah berwarna gelap pada lokasi insisi. Pupil
mengalami distorsi. Keadaan ini membutuhkan perbaikan segera dengan
pembedahan.
e. Pola eliminasi
Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguan atau
kesulitan. Untuk BAK kaji warna, bau dan frekuensi sedangkan untuk
BAB kaji bentuk, warna, bau dan frekuensi.
f. Pola kognitif perseptual
Status mental pasien atau tingkat kesadaran, kemampuan bicara,
mendengar, melihat, membaca serta kemampuan pasien berinteraksi.
Adakah keluhan nyeri karena suatu hal, jika ada kaji kualitas nyeri.
g. Pola konsep diri
Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya seperti
harga diri, ideal diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan gambaran
akan dirinya.
h. Pola koping
Masalah utama pasien masuk rumah sakit, cara pasien menerima
dan menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya dari sebelum sakit
hingga setelah sakit.
i. Pola seksual reproduksi
Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi terakhir dan
adakah masalah saat menstruasi.
j. Pola peran hubungan
Status perkawinan pasien, pekerjaan, kualitas bekerja, sistem
pendukung dalam menghadapi masalah, dan bagaiman dukungan
keluarga selama pasien dirawat di rumah sakit.
B. Diagnosa keperawatan
Pre operasi
Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan
berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indra
Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori
penglihatan — kehilangan vitreus,pandangan kabur,perdarahan
intraokuler
Kurang pengetahuan tentang kondisi,prognosis,pengobatan berhubungan
dengan tidak mengenal sumber informasi,kurang
terpajan/mengingat,keterbatsan kognitif
Anxietas berhubungan dengan prosedur/penatalaksanaan/tindakan
pembedahan
Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan gangguan penglihatan
Post operasi
Nyeri berhubungan dengan trauma insisi
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan invasif
insisi jaringan tubuh
Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan
gangguan penerimaan sensori atau status organ indra
Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori
penglihatan-kehilangan vitreus,pandangan kabur,perdarhan
imtraokuler
DAFTAR PUSTAKA