Anda di halaman 1dari 60

TUGAS KEPERAWATAN KRONIS ANAK

MAKALAH LEUKEMIA TM 7
Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Kronis Anak
Dosen Pengampu : Ns. Sholihatul Amaliya, M.Kep.Sp.Kep.An

OLEH : KELOMPOK 1

Ismed Prasetyo (215070209111008)


Dian Purwaningsih (215070209111010)
Yunita Wulan Sari (215070209111012)
Zakfar Evendy (215070209111013)
Rizkie Leliasari (215070209111015)
Jelita Maharanie (215070209111016)
Sulik (215070209111018)
Evi Dwi Kartini (215070209111021)

PROGRAM PENDIDIKAN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya karena penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa salawat serta salam
semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW, kepada keluarganya, sahabatnya hingga kepada kita selaku umatnya hingga
akhir zaman. Dalam menyusun makalah ini, penulis menggunakan artikel jurnal
internasional yang kemudian diulas untuk aplikasi di pelayanan. Pembuatan makalah
ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan, baik materi maupun
moral dari pihak-pihak yang berjasa.
Saya ucapkan terima kasih kepada Allah SWT, teman-teman kelompok yang
sudah bekerja sama dalam menyelesaikan tugas ini dengan baik, dosen Pengampu
yang memotivasi kami untuk belajar tentang materi leukemia pada anak untuk
perkembangan pendidikan kami di kemudian hari. Penulis mengharapkan kritik dan
saran sebagai bahan pembelajaran pada masa depan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.

Malang, 20 Maret 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................4
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................4
1.1. Latar Belakang................................................................................................4
1.2. Tujuan.............................................................................................................6
1.3. Rumusan masalah..........................................................................................6
BAB 2 TINJAUAN TEORI LEUKEMIA.....................................................................7
2.1 Definisi.................................................................................................................7
2.2 Penyebab Leukimia Pada Anak...........................................................................7
2.3 Fase Perkembangan Leukimia.............................................................................8
2.4 Manifestasi Klinis..............................................................................................10
2.5. Klasifikasi Leukimia.........................................................................................12
2.6. Leukimia Pada Anak.........................................................................................13
2.6. Pemeriksaan Diagnostic....................................................................................14
2.7. Pengobatan........................................................................................................15
2.8. Management Efek Samping Kemoterapi..........................................................16
2.9. Prognosis...........................................................................................................18
2.10. Pengaruh Kanker Terhadap Kualitas Hidup Anak..........................................19
2.11. Peran Perawat Dalam Perawatan Leukimia Pada Anak.................................20
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN LEUKEMIA ANAK......................................23
3.1. Pengkajian.........................................................................................................23
3.2. Diagnosa Keperawatan.....................................................................................24
3.3. Intervensi Keperawatan....................................................................................25
BAB 4 KASUS ANAK DENGAN LEUKEMIA........................................................30
4.1 Pengkajian..........................................................................................................34
4.2 Pohon Masalah...................................................................................................40
4.3 Analisa Data.......................................................................................................41
4.4 Diagnosa Keperawatan......................................................................................43
4.5 Rencana Asuhan Keperawatan..........................................................................44
BAB 5 PENUTUP ......................................................................................................49
A. KESIMPULAN.............................................................................................49

3
B. SARAN.........................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................51

4
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyakit leukimia atau lebih tepatnya
leukemia adalah kanker darah akibat tubuh terlalu
banyak memproduksi sel darah putih abnormal.
Leukemia dapat terjadi pada orang dewasa dan
anak-anak. Sel darah putih merupakan bagian dari
sistem kekebalan tubuh yang diproduksi di dalam
sumsum tulang. Ketika fungsi sumsum tulang
terganggu, maka sel darah putih yang dihasilkan
akan mengalami perubahan dan tidak lagi
menjalani perannya secara efektif. Leukemia
sering kali sulit terdeteksi karena gejalanya
menyerupai gejala penyakit lain. Deteksi dini
perlu dilakukan agar leukemia dapat cepat
ditangani.(Mulatsih & Ritonga, 2009).

LMA (Leukemia Myeloid Acute) adalah


sejenis kanker ketika sumsum tulang belakang
selaku pabrik pembuat sel darah menghasilkan
sel-sel darah yang tidak normal, baik sel darah
putih, sel darah merah, maupun platelet.
Leukemia jenis ini dapat memburuk dengan
sangat cepat jika tidak dilakukan terapi, dan dapat
mematikan hanya dalam hitungan bulan.
Sedangkan “myeloid” mengacu pada jenis sel
yang mengalami kelainan. Penyebab kanker
leukemia tidak diketahui, tapi dimungkinkan

5
karena interaksi terhadap sejumlah faktor, yaitu
neoplasma, infeksi, radiasi, keturunan, zat kimia,
dan mutasi gen (Terwilliger & Abdul-Hay, 2017).

Klasifikasi besar dari leukemia adalah


leukemia akut dan kronis. Leukemia akut, dimana
terdapat lebih 50% mieloblas atau limfoblas
dalam sumsum tulang pada gambaran klinis, lebih
lanjutnya dibagi dalam leukemia mieloid
(mieloblastik) akut (AML) dan leukemia
limfoblastik akut (ALL). Leukemia kronis
mencakup dua tipe utama yaitu leukemia
granulositik (mieloid) kronis (CGL/CML) dan
leukemia limfositik kronis (CLL). Tipe Leukemia
kronis lain termasuk leukemia sel berambut,
leukemia prolimfositik, dan berbagai sindroma
mielodisplastik, yang sebagian dianggap sebagai
bentuk leukemia kronis dan lainnya sebagai “pre-
leukemia”). Leukemia limfositik disebabkan oleh
produksi sel limfoid yang bersifat kanker,
biasanya dimulai di nodus limfe atau jaringan
limfositik lain dan menyebar ke daerah tubuh
lainnya. Leukemia mielogenosa dimulai dengan
produksi sel mielogenosa muda yang bersifat
kanker di sumsum tulang dan kemudian menyebar
ke seluruh tubuh, sehingga leukosit diproduksi di
banyak organ ekstramedular, terutama di nodus
limfe, limpa, dan hati (Ślifirczyk et al., 2018).

Angka kejadian penyakit kanker di Indonesia


(136.2/100.000 penduduk) berada pada urutan 8 di

6
Asia Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke 23.
Angka kejadian tertinggi di Indonesia untuk laki
laki adalah kanker paru yaitu sebesar 19,4 per
100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 10,9
per 100.000 penduduk, yang diikuti dengan
kanker hati sebesar 12,4 per 100.000 penduduk
dengan rata-rata kematian 7,6 per 100.000
penduduk. Sedangkan angka kejadian untuk
perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara
yaitu sebesar 42,1 per 100.000 penduduk dengan
rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk yang
diikuti kanker leher rahim sebesar 23,4 per
100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 13,9
per 100.000 penduduk. Berdasarkan data
Riskesdas, prevalensi tumor/kanker di Indonesia
menunjukkan adanya peningkatan dari 1.4 per
1000 penduduk di tahun 2013 menjadi 1,79 per
1000 penduduk pada tahun 2019 (Kemenkes RI,
2020).

Leukemia akut adalah keganasan primer di


sumsum tulang, pada anak merupakan 35% dari
kanker anak, 80% merupakan Leukemia
Limfoblastik Akut (LLA) dan 20% Leukemia
Mieloblastik Akut (LMA). Leukemia
Limfoblastik Akut adalah penyakit keganasan
yang berciri khas infiltrasi progresif dari sel
limfoid imatur dari sumsum tulang dan organ
limfatik yang dikenal sebagai limfoblas. Di
Indonesia saat ini terdapat sekitar 80.000.000 anak
di bawah usia 15 tahun. Diperkirakan ada sekitar

7
3000 kasus LLA baru anak setiap tahunnya
(Kemenkes RI, 2020).

Pasien anak dengan leukemia akan


mendapatkan pengobatan kemoterapi yang
mempunyai efek positif dan negatif. Efek negatif
dari kemoterapi adalah mual muntah, luka pada
mulut ataupun pada tenggorokan, apabila tidak
segera ditangani maka jumlah masukan nutrisi
pada anak akan semakin berkurang, kondisi tubuh
akan semakin melemah, anak menjadi semakin
stres, dan mudah terkena infeksi. Oleh sebab itu,
perawat harus memberikan asuhan keperawatan
yang optimal pada pasien anak leukemia pre dan
pasca kemoterapi.

1.2. Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami tentang leu
kemia dan perawatan pasien leukemia secara kom
perhensif dan profesional.

1.3. Rumusan masalah


Bagaimana mengetahui dan memahami tentan
g leukemia anak dan perawatan pasien leukemia
anak secara komperhensif dan profesional.

8
BAB 2
TINJAUAN TEORI LEUKIMIA

2.1 Definisi
Leukemia limfoblastik akut (LLA) adalah transformasi ganas dan proliferasi
sel progenitor limfoid di sumsum tulang, darah, dan situs ekstrameduler. 80% dari
ALL terjadi pada anak-anak, dan dapat menyebkan kematian ketika terjadi pada
orang dewasa.(Terwilliger & Abdul-Hay, 2017)
Leukemia limfositik akut (ALL), juga disebut leukemia limfoblastik akut
adalah kanker yang dimulai versi awal sel darah putih yang disebut lymphoecsy di
sumsum tulang. Istilah "akut" berarti bahwa leukemia dapat berkembang dengan
cepat, dan jika tidak diobati, mungkin akan menjadi lfata dalam beberapa bulan.
Limfositik berarti berkembang dari bentuk limfosit awal (belum matang), sel darah
putih tyopfe. Ini berbeda dengan leukemia moyiedl akut (AML), yang berkembang
pada jenis sel darah lain yang ditemukan di sumsum tulang(Chapla, 2015)

2.2 Penyebab Leukimia Pada Anak


Menurut
Colby-Graham &
Chordas (2003),
meskipun
kemajuan dalam
biologi molekuler
dan imunologi
telah
berkontribusi
pada peningkatan
pemahaman
tentang
transformasi

9
ganas sel
hematopoietik,
sedikit yang
diketahui tentang
penyebab
leukemia. Ada
sejumlah kelainan
kromosom
konstitusional
yang terkait
dengan leukemia
masa kanak-
kanak.

1. Penyakit genetik yang terkait dengan ketidakstabilan kromosom termasuk


sindrom Bloom, anemia Fanconi, dan ataxiatelangiectasia ditandai dengan
peningkatan risiko leukemia akut (Rubnitz & Crist, 1997). Risiko leukemia yang
lebih tinggi ada untuk kelainan kromosom lain yang kurang umum termasuk
sindrom Klinefelter, trisomi G, neurofibromatosis, dan sindrom Schwachmann
(Margolin, Steuber, & Poplack, 2002).

2. Selain itu, anak-anak dengan defisiensi imun bawaan, seperti sindrom Wiskott-
Aldrich, cenderung berkembang menjadi leukemia. Anak-anak dengan sindrom
Down (trisomi 21) 15 kali lebih mungkin mengembangkan leukemia
dibandingkan dengan anak-anak tanpa trisomi 21 (Rubnitz & Crist).

3. Paparan radiasi pengion, bahan kimia beracun, dan obat antineoplastik spesifik
dikaitkan dengan risiko leukemia akut yang lebih tinggi (Rubnitz & Crist, 1997).
Penyebab lingkungan lain dari leukemia telah diselidiki termasuk paparan radiasi
elektromagnetik dan agen infeksi. Sayangnya, bahkan ketika semua faktor risiko
yang diketahui dan potensial untuk leukemia akut pada masa kanak-kanak
dipertimbangkan, penjelasan etiologi yang masuk akal untuk lebih dari 90% kasus

10
leukemia pada masa kanak-kanak tetap tidak diketahui (Pui, 1995)

2.3 Fase Perkembangan Leukimia


Menurut Ślifirczyk et al (2018) ada 4 fase perkembanagn leukimia :
1. Fase pertama perkembangan kanker adalah disebut inisiasi dan munculnya
mutasi tunggal di bawah pengaruh karsinogen. Dalam hal kemampuan tubuh
yang ditentukan secara genetik untuk menghilangkan karsinogen dan perbaikan
DNA, tidak ada kerusakan pada sel. Dalam situasi sebaliknya, ketika tubuh tidak
memiliki kemampuan untuk melawan faktor-faktor tersebut, mutasi terjadi pada
DNA. Sudah pada tahap ini mungkin ada perubahan buruk pada jaringan, terlepas
dari kenyataan bahwa sel yang terkena mungkin terlihat normal. Biasanya,
hipertrofi jaringan juga terjadi.
2. Tahap selanjutnya adalah promosi, atau multitahap perkembangan klon. Selama
waktu ini, sel-sel bermutasi berkembang biak mencegah kehancuran. Sel
kehilangan kemampuan fungsionalnya, yang mengakibatkan peningkatan

11
aktivitas enzim dan faktor pertumbuhan serta penekanan produksi protein
enzimatik yang tepat. Pada fase ini juga terjadi proliferasi, yaitu pertumbuhan
dan penyebaran sel kanker yang cepat. Sel-sel yang bermutasi mulai
menunjukkan invasi dan kehilangan koneksi dengan sel-sel sehat. Selama fase
ini, ada juga gangguan dalam jumlah dan struktur kromosom, dan sel
memperoleh fitur pra-kanker
3. Konversi adalah tahap ketiga kanker perkembangan, juga dikenal sebagai fase
asimtomatik, di mana mutasi dan multiplikasi sel yang terkena terjadi. Pada tahap
ini, perubahan ireversibel dan pembentukan sel kanker terjadi
4. Fase terakhir, yang dikenal sebagai perkembangan, adalah ditandai dengan invasi
lokal dan pembentukan yang disebut metastasis. Sel kanker masuk ke pembuluh
darah dan getah bening dan menyebar ke organ lain. Selama perkembangan,
gejala penuh kanker diamati

12
2.4 Manifestasi Klinis

(Brayley et al., 2019)


Tanda dan gejala klinis ALL dan AML dapat terjadi dengan cara yang sama
karena infiltrasi sumsum tulang dan organ.
1. Gejala awal yang ditemukan seperti kulit pucat, kelelahan, lemas, kehilangan
nafsu makan, dan demam. Infiltrasi sumsum tulang oleh sel blast menyebabkan
anemia, neutropenia, dan trombositopenia.
2. Gejala kulit pucat, kelelahan, takikardia, dispnea dapat terjadi karena anemia;
hipertermia, berkeringat, risiko infeksi dapat terjadi karena neutropenia; dan
masalah koagulasi, petechiae, purpura, perdarahan selaput lendir dan jarang
perdarahan gastrointestinal dan perdarahan intrakranial dapat terjadi karena
trombositopenia. Dalam kasus periosteum dan keterlibatan sendi, gejala seperti
nyeri tulang dan sendi, tidak mampu berdiri di kaki dilaporkan.
3. Keterlibatan organ menyebabkan limfadenopati dan hepatosplenomegali, dan
keterlibatan sistem genitourinari menyebabkan pembengkakan testis tanpa rasa
sakit.
4. Lebih jarang, sakit kepala, perubahan status mental, dan kelesuan dapat terjadi
dalam kasus keterlibatan SSP
5. Gejala lain seperti gangguan tidur, perubahan perilaku, kelelahan, kehilangan

13
nafsu makan, dan kurang konsentrasi.(Erdem & Toruner, 2018)

Semua gejala tersebut berdampak buruk pada aktivitas dan kualitas hidup anak
dan orang tuanya sehari-hari. Selain itu, orang tua mengalami peningkatan stres dan
beban perawatan selama proses perawatan. Dilaporkan bahwa faktor-faktor seperti
keluarga yang disfungsional, sumber daya ekonomi yang tidak memadai, dan
kegagalan untuk menjangkau sumber daya medis meningkatkan beban orang tua .
Selama proses diagnosis dan pengobatan leukemia, anak-anak mengalami
beberapa gejala secara bersamaan. Situasi ini disebut sebagai kluster gejala ketika
gejala keduanya terkait dan terjadi secara bersamaan. Identifikasi gejala cluster
memungkinkan spesifikasi gejala bersamaan dan relatif terkait termasuk dalam
sebuah cluster(Erdem & Toruner, 2018)

(Brayley et al., 2019)

14
2.5. Klasifikasi Leukimia
Menurut Chapla (2015), leukemia diklasifikasikan menjadi beberapa jenis :
1. Berdasarkan Karakteristik penyakitnya :
a) Leukemia Akut
Leukemia Akut Terjadi karena transformasi maligna dari sel punca
hemopoetik menjadi sel primer yang tidak berdiferensiasi untuk
menyediakan sel dengan umur panjang yang tidak normal4y. Sel-sel limfoid
ini Leukemia Limfositik Akut [ALL] atau sel-sel myeloid Leukemia
Mielogen Akut [AML] berproliferasi, menggantikan jaringan sumsum tulang
dan sel-sel hematopoietik yang normal dan menyebabkan anemia,
trombositopenia, dan granulositopenia. Mereka dapat menyusup ke berbagai
organ dan tempat, termasuk kelenjar, limpa, kelenjar getah bening, SSP,
ginjal, dan gonad karena mereka adalah pembawa darah.
b) Leukemia kronis
Sekelompok keganasan yang melibatkan sistem hematopoietik. Leukemia
myelogenous kronis (CML) adalah proliferasi neoplasma myeloid yang
muncul dari proses klonal yang melibatkan sel induk hematopoietik
progenitor awal. Hal ini juga terkait dengan Thiteh BCR-ABL1gen fusi yang
terlokalisasi pada kromosom Philadelphia (Ph)
2. Berdasarkan jenis sel darah putih yang terkena :
1. Leukemia Limfositik
Ini adalah neoplasma yang terdiri dari limfosit B tidak beraturan yang kecil,
bulat hingga tinggi
2. Leukemia Mielogen
Oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah didefinisikan ulang sebagai
myelodysplastic / myeloproliferative neoplasma. Ini berasal dari keganasan
hematopoietik klonal.
Terwilliger & Abdul-Hay (2017) dalam studinya menjelaskan klasifikasi leukimia

15
menurit WHO sebagai berikut :

2.6. Leukimia Pada Anak

(Brayley et al., 2019)

Menurut Erdem & Toruner (2018) leukimia yang terjadi pada anak dibagi
menjadi 2 yaitu :
1. Leukemia limfoblastik akut (ALL) mewakili 75% -80% leukemia pada anak-
anak.
2. Leukemia mieloid akut (AML) adalah jenis leukemia umum lainnya pada anak-
anak

16
(Colby-Graham & Chordas, 2003)
2.6. Pemeriksaan Diagnostic
Menurut Chapla (2015) pemeriksaan penunjang leukimia adalah :
1. Hitung darah lengkap (CBC) dan pemeriksaan sel darah (peripheral blood smear)
Terlalu banyak sel darah putih yang belum matang dalam darah mereka, Banyak
dari sel darah putih akan menjadi limfoblas (btsla) s, yang merupakan limfosit
yang belum matang yang biasanya tidak ditemukan dalam aliran darah.
Limfoblas tidak berfungsi normal, sel darah putih matang.

(Brayley et al., 2019)


2. Aspirasi sumsum tulang
Limfoblas yang lebih imatur di sumsum tulang.
3. Tes kromosom
Sepotong kromosom hilang - penghapusan. Juga kromosom menempel sebagai
pertukaran DNA – Translocatio. Kromosom mungkin pendek - kromosom
Philadelphia dengan 22 kromosom.

17
(Brayley et al., 2019)

2.7. Pengobatan
Menurut Erdem & Toruner (2018), ada berbagai metode untuk mengobati
leukemia. Pengobatan yang paling umum untuk leukemia adalah kemoterapi yang
menggunakan beberapa agen kemoterapi. Radioterapi jarang disukai ketika sistem
saraf pusat (SSP) atau keterlibatan testis terjadi. Setelah anak mencapai remisi,
transplantasi sumsum tulang juga dapat digunakan sesuai dengan status kesehatan
anak. Pengobatan leukemia direncanakan memakan waktu hingga 2-3 tahun,
termasuk semua fase pengobatan. Karena anak laki-laki berisiko lebih tinggi untuk
kambuh daripada anak perempuan, durasi pengobatan untuk anak laki-laki mungkin
beberapa bulan lagi
Menurut Ślifirczyk et al (2018), tahapan kemoterapi pada leukimia adalah :
1. Tahap pertama kemoterapi adalah steroid profilaksis dan mencakup 7 hari selama
pasien diberikan glukokortikosteroid. Tujuan dari fase ini adalah untuk
mendapatkan pemecahan sel tumor yang tidak terlalu cepat sehingga tidak terjadi
tumor lysis syndrome. Pada tahap ini, juga dimungkinkan untuk menentukan
resistensi obat dari sel leukemia. Jika ada respon buruk terhadap tindakan yang
diterapkan, kita berhadapan dengan mekanisme resistensi multi-obat aktif, yang
identik dengan terjadinya faktor prognostik yang tidak menguntungkan

18
2. Langkah selanjutnya adalah induksi, yang mengacu pada pengurangan sel kanker
ke jumlah yang tidak mungkin dideteksi dengan metode hematologi biasa.
Jumlah sel tumor biasanya berkurang dari 1012 menjadi 109. Tujuannya adalah
untuk mencapai remisi lengkap. Selama 3-6 minggu berikutnya setelah induksi
pengobatan, regenerasi sumsum tulang dan remisi yang diharapkan terjadi
3. Tahap ketiga adalah konsolidasi, yang terjadi setelah mencapai remisi lengkap,
meskipun fakta bahwa jumlah sel leukemia dapat mencapai 109. Jumlah sel yang
tinggi dapat menjadi penyebab kekambuhan, oleh karena itu konsolidasi
pengobatan digunakan untuk mengecualikan apa yang disebut jumlah minimal
obat sitostatik
4. Tahap terakhir adalah pasca-konsolidasi pengobatan yang bertujuan untuk
mempertahankan remisi dan mencegah kekambuhan. Pada pasien dengan kondisi
umum yang baik yang termasuk dalam kelompok risiko tinggi dan memiliki
donor, transplantasi sel induk alogenik direkomendasikan

2.8. Management Efek Samping Kemoterapi


Menurut Brayley et al (2019), manajemen efek samping dari rejimen
kemoterapi Leukemia itu sendiri dapat menyebabkan presentasi yang mengancam
jiwa atau keadaan darurat; Namun, ada juga presentasi klinis darurat potensial yang
mungkin terjadi karena efek samping dari agen kemoterapi.

19
1. Sepsis neutropenia merupakan kedaruratan medis penting yang diakui pada
pasien yang menerima kemoterapi. Didefinisikan sebagai suhu> 38ºC atau tanda
klinis yang secara signifikan menunjukkan sepsis dan jumlah neutrofil

2. Sindrom lisis tumor adalah komplikasi yang mengancam jiwa dari leukemia itu
sendiri dan pengobatannya. Hal ini menyebabkan tingginya kadar kalium, fosfat,
dan asam urat serta rendahnya kadar kalsium dalam aliran darah yang
bersirkulasi. Ketidakseimbangan ini dapat menyebabkan aritmia jantung dan
cedera ginjal akut (London Cancer, 2014). Jika anak memiliki sindrom lisis
tumor, hiper-hidrasi intravena perlu dimulai dengan pemantauan akurat
keseimbangan cairan dan keluaran urin, dan pemantauan biokimia mereka secara
teratur. Sebagian besar anak akan membutuhkan cairan intravena (IV) dan obat
profilaksis untuk melindungi dari sindrom lisis tumor seperti allopurinol atau
rasburicase (Bailey dan Skinner, 2010).

20
3. Efek samping umum lainnya dari kemoterapi termasuk kandidiasis oral dan
mukositis (Valéra et al, 2015). Ini dapat dikelola melalui pembilasan mulut biasa
dengan larutan yang tidak mengandung alkohol, misalnya natrium klorida 0,9%
dan pelembab mulut dengan spons kecil yang direndam dalam air. Efek samping
serius jangka panjang dari agen kemoterapi spesifik termasuk hepatotoksisitas
(sitarabin), neuropati perifer (vincristine) dan kardiotoksisitas (doxorubicin),
meskipun banyak anak mengalami sedikit atau tidak sama sekali (Mitchell et al,
2009).

2.9. Prognosis
Penilaian yang akurat dari prognosis adalah inti dari pengelolaan ALL.
Stratifikasi risiko memungkinkan dokter untuk menentukan rejimen pengobatan awal
yang paling tepat serta kapan harus mempertimbangkan transplantasi sel induk
alogenik (Allo-SCT).
Secara historis, usia dan jumlah sel darah putih pada saat diagnosis telah
digunakan untuk risiko stratifikasi pasien.
1. Usia
Bertambahnya usia menandakan prognosis yang memburuk. Pasien di atas usia
60 memiliki hasil yang sangat buruk, dengan hanya 10-15% kelangsungan hidup
jangka panjang. Usia setidaknya sebagian merupakan pengganti untuk
prognostikator lain karena orang tua cenderung memiliki penyakit dengan biologi
intrinsik yang tidak menguntungkan (misalnya, kromosom Philadelphia positif,
hipodiploidi dan kariotipe kompleks), lebih banyak komorbiditas medis dan
ketidakmampuan untuk mentolerir rejimen kemoterapi standar tetapi membantu
memandu terapi meskipun begitu. Dalam uji coba prospektif terbesar untuk
menentukan pengobatan yang optimal, MRC UKALL XII / ECOG E2993
menemukan perbedaan yang signifikan antara bebas penyakit (DFS) dan
kelangsungan hidup secara keseluruhan (OS) berdasarkan usia menggunakan
cutoff 35 pada penyakit Ph negatif.

21
2. Peningkatan jumlah sel darah putih
Peningkatan jumlah sel darah putih pada saat diagnosis, yang didefinisikan
sebagai: 430 × 109untuk B-ALL atau 4100 109untuk T-ALL, merupakan faktor
prognostik independen untuk DFS dan OS. Berdasarkan hasil ini, penyakit
phnegatif dapat dikategorikan sebagai risiko rendah (tidak ada faktor risiko
berdasarkan usia atau jumlah WBC), risiko usia menengah (usia 45 atau
peningkatan jumlah WBC), atau risiko tinggi (usia 45 dan peningkatan jumlah
WBC). Tingkat OS 5 tahun berdasarkan kategori risiko ini masing-masing adalah
55, 34 dan 5% (Terwilliger & Abdul-Hay, 2017)

2.10. Pengaruh Kanker Terhadap Kualitas Hidup Anak


Dalam studi yang dilakukan oleh Ślifirczyk et al (2018) selama sakit maka
psikologis anak merupakan aspek yang sangat penting. Faktor psikoemosional
memiliki pengaruh yang besar terhadap nyeri dan adaptasi pasien terhadap situasi
baru yaitu penyakitnya. Dalam kasus anak-anak, mereka menangani pengobatan dan
terapi agresif dengan lebih baik, meskipun perjalanan penyakitnya lebih cepat,
namun tanggapan terhadap pengobatan dan rawat inap lebih berbeda. Anak-anak
yang lebih besar menutup diri dan menunjukkan agresi. Mereka memiliki kebutuhan
untuk bergerak dan berhubungan dengan teman sebayanya, sementara proses
penyakit menghalangi mereka untuk melakukannya. Anak-anak kecil bereaksi
dengan ketakutan akan hal yang tidak diketahui dan rasa sakit. Kemudian, kehadiran
orang tua memainkan peran yang sangat penting dalam rangka membangun rasa
aman dan membantu menemukan diri mereka dalam situasi baru. Remaja
menunjukkan respon yang lebih buruk terhadap pengobatan dan penyakit. Perubahan
emosi yang terkait dengan masa remaja adalah wajar untuk tahap kehidupan ini.
Kebutuhan untuk merasakan penerimaan di antara teman sebaya dan penampilan
fisik memainkan peran besar. Remaja ingin menentukan pilihannya sendiri dan
memiliki pengaruh terhadap proses pengobatan, ketika sering terjadi situasi di mana

22
otonomi ini dirusak, misalnya oleh tenaga medis. Anak muda ingin menonjolkan
kemandiriannya, dan ketika gagal, mereka memberontak dan menutup diri
Salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah dampak negatif kanker
terhadap perkembangan, kepribadian dan pendidikan lingkungan hidup anak.
Penyakit ini membuat anak mengalami rasa sakit di bidang fisik, mental dan sosial.
Diagnosis yang tiba-tiba mengganggu kehidupan anak dan keluarga saat ini,
menyebabkan ketakutan dan stres. Seorang anak yang tersingkir dari lingkungannya
harus beradaptasi dengan kehidupan menurut aturan-aturan baru. Pasien terpapar
perasaan dan emosi negatif sejak awal pengobatan, mereka harus menjalani proses
yang sangat menyakitkan. Penyakit dan terapinya juga mengekspos anak pada
perubahan di bidang mental. Pada tahap ini, bantuan psikologis mungkin diperlukan
karena reaksi patologis dapat terjadi, itulah sebabnya mengapa sangat penting untuk
merawat anak oleh tim interdisipliner, atau sekelompok orang yang bertindak
bersama, untuk siapa tujuan langsung adalah pemulihan tercepat anak. Tim tersebut
meliputi: ahli onkologi anak, ahli bedah anak, perawat, psikolog klinis, terapis,
pendeta, guru, sukarelawan, dan orang tua. Hanya seluruh tim yang dapat
memberikan perawatan dan dukungan medis yang tepat kepada anak dan orang tua.

2.11. Peran Perawat Dalam Perawatan Leukimia Pada Anak


Menurut Ślifirczyk et al (2018), seorang anak yang menderita ALL
membutuhkan perawatan intensif tenaga medis. Tenaga kesehatan memainkan peran
penting dalam perawatan, terapi dan pendidikan pasien dan keluarga. Tugas mereka
juga merupakan pengamatan yang cermat dan menjalin kontak yang bersahabat
dengan anak, yang memfasilitasi kerja sama di masa depan. Orang yang sejak awal
rawat inap berperan aktif dalam mempersiapkan anak untuk tes diagnostik atau
perawatan lebih lanjut adalah perawat dan dokter. Tugas mereka adalah mengikuti
prinsip-prinsip asepsis dan antisepsis, untuk memberi tahu anak dan orang tua
tentang prosedur yang direncanakan, persiapan dan perawatan selama dan setelah tes.
Dukungan tersebut memungkinkan untuk meminimalkan kecemasan selama tahap

23
terapi selanjutnya
Anak-anak
perlu observasi
ketat untuk
menghindari
komplikasi seperti
setelah pemberian
sitostatika. Selain
itu, staf
mengawasi
apakah pemberian
obat aman dan
benar. Sangat
penting untuk
memasukkan
kanula intravena
dengan benar dan
merawat tempat
suntikan untuk
menghindari
infeksi.
Kerjasama tenaga
medis dengan
anak yang sakit
dan keluarganya
memungkinkan
identifikasi
kebutuhan dan
kepuasan yang
sesuai

24
Perawat dan
dokter juga
berperan sebagai
pendidik anak dan
orang tua. Tugas-
tugas ini termasuk
kepatuhan
terhadap rezim
sanitasi,
perawatan
kebersihan dan
kebersihan
lingkungan.
Sangat penting
untuk
menginformasika
n tentang
persyaratan
makanan agar
segar dan belum
diproses. Masalah
lainnya adalah
adaptasi rumah
untuk anak
selama istirahat
dalam
kemoterapi.
Rumah harus
menyediakan
kondisi higienis

25
yang serupa
dengan yang
berlaku di klinik.
Anak tidak boleh
dikunjungi oleh
orang sakit. Staf
medis juga harus
menginformasika
n orang tua
tentang
kemungkinan
menggunakan
keluarga dan
manfaat terkait
perawatan
Menurut
Brayley et al
(2019), peran
perawat dalam
perawatan anak
dengan leukimia
adalah sebagai
berikut :

26
27
BAB 3

TINJAUAN TEORI

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN LEUKIMIA

3.1. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi atau data tentang
klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenal
masalah- masalah kebutuhan kesehatan dan
keperawatan klien, baik fisik, mental sosial dan
lingkungan. Data pengkajian meliputi:
a. Identitas pasien
Leukemia sering terdapat pada anak-anak usia
dibawah 15 tahun (85%), puncaknya berada
pada usia 2-4 tahun. Rasio lebih sering terjadi
pada anak laki-laki daripada anak perempuan.
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat penyakit sekarang: Biasanya
pada klien dengan leukemia mengeluh
nyeri pada tulang-tulang, mual muntah,
tidak nafsu makan dan lemas yang
menyebabkan pasien dibawa ke layanan
kesehatan.
2) Riwayat penyakit dahulu: Biasanya
mengalami demam yang naik turun, gusi
berdarah, lemas dan riwayat dibawa ke
fasilitas kesehatan terdekat secara
berulang karena belum mengetahui
tentang penyakit yang diderita.

28
3) Riwayat penyakit keluarga: Adakah
keluarga yang pernah mengalami
penyakit leukemia atau penyakit kanker
lainnya, karena merupakan penyakit
genetik (keturunan).
4) Riwayat pada faktor-faktor pencetus:
Seperti radiasi dan penggunaan obat-
obatan tertentu secara kronis.
5) Manifestasi dari hasil pemeriksaan:
Biasanya di tandai dengan pembesaran
sum-sum tulang dengan sel-sel leukemia
yang selanjutnya menekan fungsi sum-
sum tulang, sehingga menyebabkan gejala
seperti dibawah ini.
- Anemia, ditandai dengan penurunan berat badan, kelelahan, pucat,
malaise, kelemahan dan anoreksia
- Trombositopenia atau Pansitopenia
c. Pemeriksaan Fisik
didapati adanya pembesaran dari kelenjar
getah bening (limfadenopati), pembesaran
limpa (splenomegali), dan pembesaran hati
(hepatomegali). Pada pasien dengan leukemia
precursor sel-T dapat ditemukan adanya
dispnoe dan pembesaran vena kava karena
adanya supresi dari kelenjar getah bening di
mediastinum yang mengalami pembesaran.
Sekitar 5% kasus akan melibatkan sistem saraf
pusat dan dapat ditemukan adanya
peningkatan tekanan intracranial (sakit kepala,
muntah, papil edema) atau paralisis saraf

29
kranialis (terutama VI dan VII)
d. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk menegakkan diagnosa, perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium yaitu:
- Darah tepi : adanya pansitopenia,
limfositosis yang kadang-kadang
menyebabkan gambaran darah tepi
monoton terdapat sel blast, yang
merupakan gejala patogonomik untuk
leukemia.
- Sum-sum tulang : dari pemeriksaan sum-
sum tulang akan ditemukan gambaran
yang monoton yaitu hanya terdiri dari sel
limfopoetik sedangkan sistem yang lain
terdesak (apanila sekunder).
- Pemeriksaan lain : biopsy limpa, kimia
darah, cairan cerebrospinal dan sitogenik.
- Pemeriksaan radiologis: USG abdomen

3.2. Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik
mengenai respon individu, keluarga dan
komunitas terhadap masalah kesehatan/ proses
kehidupan yang actual, potensial yang merupakan
dasar untuk memilih intervensi keperawatan untuk
mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab
perawat Masalah keperawatan yang muncul
menurut (SDKI 2017):
a. Perfusi perifer tidak efektif (D.0009)
berhubungan dengan penurunan konsentrasi

30
hemoglobin, pansitopenia.
b. Defisit nutrisi (D.0019) berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan.
c. Nyeri kronis (D.0078) berhubungan dengan
infiltrasi kanker.
d. Gangguan mobilitas fisik (D.0054)
berhubungan dengan ketidakbugaran fisik,
nyeri.

3.3. Intervensi Keperawatan


Perencanaan adalah suatu proses didalam
pemecahan masalah yang merupakan keputusan
awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan,
bagaimana dilakukan, siapa yang melakukan dari
semua tindakan keperawatan.
a. Perfusi perifer tidak efektif (D.0009)
berhubungan dengan penurunan
konsentrasi hemoglobin, pansitopenia.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
keadekuatan perfusi perifer meningkat
Kriteria hasil:
1) Denyut nadi perifer meningkat
2) Warna kulit pucat menurun
3) Pengisian kapiler/ CRT membaik
4) Akral hangat
5) Kadar haemoglobin meningkat
6) TTV membaik
Intervensi:
Observasi

31
1) periksa sirkulasi perifer (misal, nadi
perifer, edema, pengisian kapiler, warna
kulit, suhu)
2) Identifikasi factor resiko gangguan
sirkulasi
3) Monitor panas, kemerahan, nyeri atau
bengkak pada ekstremitas
4) Monitor tanda tanda vital
Terapeutik
1) Hindari penekanan dan pemasangan
tourniquet yang terlalu lama
2) Lakukan pencegahan infeksi
Edukasi
1) Anjurkan mengecek air mandi untuk
menghindari kulit terbakar
2) Anjurkan melakukan perawatan kulit yang
tepat (misal, melembabkan kulit kering
dengan lotion)
3) Informasikan tanda gejala darurat yang
harus segera dilaporkan (misal, rasa sakit
yang tidak hilang saat istirahat, mimisan,
gusi berdarah)
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian tranfusi darah
sesuai indikasi (PRC, TC, FFP)
2) Kolaborasi pemberian koagulan
3) Kolaborasi program diet untuk
memperbaiki sirkulasi
4) Kolaborasi pemeriksaan laborat secara
berkala

32
b. Defisit nutrisi (D.0019) berhubungan
dengan ketidakmampuan mencerna
makanan.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam asupan nutrisi
membaik
Kriteria hasil:
1) Porsi makan yang dihabiskan meningkat
2) Nafsu makan membaik
3) Pengetahuan tentang pemilihan makanan
dan minuman yang tepat meningkat
4) Serum albumin meningkat
5) Berat badan stabil
Intervensi:
Observasi
1) Identifikasi status nutrisi
2) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
3) Identifikasi makanan yang disukai
4) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
nutrient
5) Identifikasi perlunya penggunaan selang
nasogastric
6) Monitor asupan makanan
7) Monitor berat badan
8) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
(Albumin, globulin, protein total)
Terapeutik
1) Lakukan oral hygiene sebelum makan bila
perlu

33
2) Sajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai
3) Berikan makanan tinggi kalori tinggi
protein
4) Berikan suplemen makanan jika perlu
Edukasi
1) Anjurkan posisi duduk saat makan, jika
mampu
2) Ajarkan diet yang sudah diprogramkan
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (pereda nyeri, antiemetic) bila perlu
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan

c. Nyeri kronis (D.0078) berhubungan dengan


infiltrasi kanker.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
tingkat nyeri menurun
Kriteria hasil:
1) Kemampuan menuntaskan aktivitas
meningkat
2) Keluhan nyeri menurun
3) Gelisah menurun
4) Kesulitan tidur menurun
5) Ekspresi wajah grimace menurun
6) TTV membaik (TD normal, Nadi normal
dan teratur)

34
Intervensi
Observasi
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respon nyeri nonverbal
4) Identifikasi factor yang memperberat dan
memperingan nyeri
5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri
6) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup
7) Monitor keberhasilan terapi
nonfarmakologis yang sudah diberikan
8) Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (misal, TENS, hypnosis,
akupresur,terapi music, terapi pijat,
aromaterapi, terapi bermain)
2) Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (misal, suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3) Fasilitasi istirahat tidur
4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
nyeri

35
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4) Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
5) Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

d. Gangguan mobilitas fisik (D.0054)


berhubungan dengan ketidakbugaran fisik,
nyeri.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
kemampuan pasien dalam mobilitas fisik
meningkat
Kriteria hasil:
1) Pergerakan ekstremitas meningkat
2) Kekuatan otot meningkat
3) Rentang gerak (ROM) meningkat
4) Pasien melaporkan rasa kelemahan fisik
menurun
5) Pasien melaporkan rasa nyeri menurun
6) TTV dalam batas normal
Intervensi:
Observasi
1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan

36
fisik lainnya
2) Identifikasi toleransi fisik melakukan
pergerakan
3) Monitor TTV (nadi dan tekanan darah)
sebelum dan setelah mobilisasi
4) Monitor kondisi umum selama melakukan
mobilisasi
Terapeutik
1) Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
bantu
2) Fasilitasi melakukan pergerakan jika perlu
3) Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan pergerakan (ROM
pasif/ aktif, terapi bermain)
Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
2) Anjurkan melakukan mobilisasi bertahap
3) Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan (misal, duduk di tempat tidur)

37
BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN LEUKIMIA

KASUS ANAK DENGAN LEUKEMIA :


Seorang pasien anak laki-laki usia 6 tahun dengan diagnosis medis leukemia
limfoblastik dibawa ke poli anak oleh ibunya karena mengalami pendarahan di gusi,
pucat, dan lemas. Anak R kemudian di rawat di ruang 7B RSSA untuk mendapatkan
perawatan dan terapi kemoterapi. Anak R mengalami leukemia limfoblastik akut
sejak bulan Januari 2021. Ibu An. R mengatakan pada akhir bulan Februari 2018 An.
R mengalami demam, lemas, pucat, mimisan yang berlangsung lama, dan terdapat
bitnik-bintik kemerahan di seluruh tubuh, lalu An. R dibawa ke RSUD dr. Iskak
Tulungagung dan didiagnosa anemia karena anak lemas, hb dan trombosit menurun,
sehingga opname dan mendapatkan transfuse darah selama 3 hari. Karena kondisi
An. R belum kunjung membaik, akhirnya An. R dirujuk ke RSSA untuk
mendapatkan pemeriksaan lebih lengkap. Setelah dilakukan pemeriksaan di RSSA
An. R didiagnosa leukemia limfoblastik akut, kemudia An. R dirawat di ruang 7
HCU selama 3 hari untuk mendapatkan perawatan dan observasi yang lebih ketat,
setelah kondisi An. R stabil An. R dipindahkan ke ruang 7B untuk melakukan
kemoterapi yang pertama yaitu pada bulan Maret 2018. Sejak saat itu, An. R setiap 1
bulan sekali mendapatkan terapi kemoterapi.
Saat pengkajian (8 Oktober 2021) ibu mengatakan An. R masih lemas,
terkadang batuk serta terdengar suara grok-grok saat bernafas, anak mengalami
bengkak dan pendarahan di gusi sehingga mengeluh nyeri saat mengunyah makanan
dan meminta makanan yang lembek. Saat dilakukan pengkajian nyeri, didapatkan
hasil P: bengkak dan pendarahan di gusi, Q: agak mengganggu aktivitas saat makan,
R: gusi dan S: nyeri agak mengganggu (4).
Riwayat selama kehamilan dan kelahiran An R yaitu tidak ada masalah selama
kehamilan. Ibu rutin memeriksakan kehamilannya ke bidan desa sebanyak 9 kali.
Tidak ada keluhan selama kehamilan. Pernah USG di dokter kandungan dan hasilnya
normal. Anak R dilahirkan secara normal di bidan praktik mandiri. Persalinan terjadi

38
pada usia kehamilan cukup bulan (38 minggu). An. R lahir dengan berat 3500 gram
dan panjang badan 56 cm. Lahir langsung menangis, tidak biru, tidak sesak, dan
tidak kuning. Setelah persalinan, bayi mendapatkan perawatan, diberikan suntikan
vitamin K dan Hb0 sesuai dengan prosedur. Masa nifas ibu normal dan tidak ada
keluhan. An. R mendapatkan ASI sejak lahir sampai umur 19 bulan kemudian
diberikan sufor dan makanan pendamping.
Dalam keluarga An R tidak ada yang mengalami penyakit seperti An R, tidak
ada yang menderita DM, hipertensi atau kelainan ginjal. Lingkungan rumah menurut
ibu bersih, cukup ventilasi dan pencahayaan, tidak ada polusi dan tidak ada bahaya
kecelakaan. Aktivitas anak saat dirumah dilakukan mandiri sedangkan saat di RS
dibantu oleh ibu. Makanan an R saat di rumah yaitu Nasi, Daging, Ikan, Tempe,
Tahu,
Sayur, Buah dengan frekuensi 2-3x/hari dan 1 porsi habis serta nafsu makan baik.
Minumannya air putih 5-6 gelas dan susu 1 gelas. Saat di rumah sakit komposisi
makanan hampir sama, namun nafsu makan berkurang hanya habis ½ porsi, minum
susu dan air putih sekitar 600 ml. BAB dan BAK tidak ada masalah. Tidur siang dan
malam juga tidak ada masalah.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan frekuensi nadi 96x/menit, suhu 36,7oC,
frekuensi napas 22x/menit. Tinggi badan 121 cm dan berat badan 22 Kg. Bibir kering
dan gusi bengkak. Auskultasi dada didapatkan ronkhi pada dada kanan kiri bagian
atas. Bising usus 5-6x/menit. Pemeriksaan fisik pada bagian tubuh lain dalam batas
normal. Terapi yang diperoleh anak yaitu:
1. IUFD C1.1 = 500 cc/24jam = 21 cc/jam

2. Per Oral:

a) Vitamin BC 1 x 1 tab

b) Vitamin C 1 x 100 mg

c) Vitamin E 1 x 100 mg

d) Asam folat 1 x 1 mg

39
3. Injeksi:

a) Ceftriaxone 2x1 g (100mg/kg/hari)

b) Paracetamol 3x200 mg

4. Kemoterapi:

a) IV Doxorubicin 33,2 mg

b) IV Cytarabine 83 mg

c) Prednisolone 25 mg

5. Nebul Pz/ 6 jam

6. Diet cair: 3 x 200 cc (600 cc, 650 kkal)

7. Diet TKTP 3x1 porsi


8. Hasil pemeriksaan laboratorium yaitu:
PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL
Lab Hematologi tgl. 07-12-2019
Hb 10,10 13,4-17,7 g/dL
RBC 3,62 4,0-5,5 106/uL
WBC 72,80 4,3-10,3 106/uL
Hematokrit 30,00 40-47 %
PLT 72 142-424 103/uL
MCV 82,90 80-93 fL
MCH 27,90 27-31 pg
MCHC 33,70 32-36 g/dL
RDW 15,20 11,5-14,5 %
PDW 8,9 9-13 fL
MPV 9,2 7,2-11,1 fL
P-LCR 16,7 15,0-25,0 %
PCT 0,07 0,150-0,400 %

40
NRBC Absolute 0,00 103/uL 0
NRBC Percent 0,0 % 0
Hitung Jenis
 Eosinofil 0,0% 0-4 %
Basofil 0,0% 0-1 %
 Neutrofil 0,7 % 51-67 %
Limfosit 18,1 % 25-33 %
 Monosit 81,2 % 2-5 %
Lab Urinalisa tgl. 07-12-2019
Kekeruhan Jernih
Warna Kuning 16,6-48,5 mg/dL
pH 6,5 <12 mg/dL
Berat jenis 1,010 136-145 mmol/L
Glukosa Negatif 3,5-5,0 mmol/L
Protein Negatif 98-106 mmol/L
Keton 1+ 3,5-5,5 g/dL
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilinogen 3,2 umol/L < 17
Nitrit Negatif Negatif
Lekosit Negarif Negatif
Darah 1+ Negatif

41
10x
Epitel 0,9 LPK ≤1
Silinder Negatif LPK
40x
Eritrosit 3,9 LPB ≤3
Eumorfik -
Dismorfik -
Lekosit 0,6 LPB ≤5
Kristal -
Bakteri 207,1 x103/mL
Lain-lain -

4.1 Pengkajian

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PENGKAJIAN DASAR KEPERAWATAN


Nama Mahasiswa : Kelompok 1 /SAP
Tempat Praktik : Ruang 7B RSSA
RSSA
NIM :- Tgl Praktik : 8 Oktober 2021

1. Tanggal Pengkajian : 8 Oktober 2021


2. Tanggal Masuk : 8 Oktober 2021
3. Jam Masuk : 10.00 WIB
4. Ruang / Kelas : 7B / 3
5. No. Register : 11121314
6. Diagnosa Medis : Leukemia Limfoblastik Akut
A. PENGKAJIAN
1. Identitas : An. R
2. Alasan Masuk RS : pendarahan di gusi, pucat, dan lemas
3. Keluhan Utama : lemas, terkadang batuk serta terdengar suara grok-

42
grok saat bernafas, anak mengalami bengkak dan pendarahan di gusi sehingga
mengeluh nyeri saat mengunyah makanan dan meminta makanan yang
lembek. Saat dilakukan pengkajian nyeri, didapatkan hasil P: bengkak dan
pendarahan di gusi, Q: agak mengganggu aktivitas saat makan, R: gusi dan S:
nyeri agak mengganggu
4. Riwayat Kesehatan sekarang : pasien dibawa ke poli anak RSSA karena
mengalami pendarahan di gusi, pucat, dan lemas
5. Riwayat kesehatan yang lalu : pasien terdiagnosa ALL sejak Februari 2018,
dan sudah menjalani kemoterapi sejak Maret 2018 dan rutin melakukan
kemoterapi setiap bulannya. Sebelum terdiagnosa pasien mengalami demam,
lemas, pucat, mimisan yang berlangsung lama, dan terdapat bitnik-bintik
kemerahan di seluruh tubuh, kemudian dibawa ke RSUD dr. Iskak
Tulungagung dan didiagnosa anemia karena anak lemas, hb dan trombosit
menurun, sehingga opname dan mendapatkan transfuse darah selama 3 hari.
Karena kondisi An. R belum kunjung membaik, akhirnya An. R dirujuk ke
RSSA untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lengkap. Setelah dilakukan
pemeriksaan di RSSA An. R didiagnosa leukemia limfoblastik akut,
kemudian An. R dirawat di ruang 7 HCU selama 3 hari untuk mendapatkan
perawatan dan observasi yang lebih ketat, setelah kondisi An. R stabil An. R
dipindahkan ke ruang 7B.
6. Riwayat penyakit keluarga : Dalam keluarga An R tidak ada yang
mengalami penyakit seperti An R, tidak ada yang menderita DM, hipertensi
atau kelainan ginjal.
7. Riwayat kehamilan dan kelahiran : tidak ada masalah selama kehamilan.
Ibu rutin memeriksakan kehamilannya ke bidan desa sebanyak 9 kali. Tidak
ada keluhan selama kehamilan. Pernah USG di dokter kandungan dan
hasilnya normal. Anak R dilahirkan secara normal di bidan praktik mandiri.
Persalinan terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (38 minggu). An. R lahir
dengan berat 3500 gram dan panjang badan 56 cm. Lahir langsung menangis,
tidak biru, tidak sesak, dan tidak kuning. Setelah persalinan, bayi

43
mendapatkan perawatan, diberikan suntikan vitamin K dan Hb0 sesuai
dengan prosedur. Masa nifas ibu normal dan tidak ada keluhan. An. R
mendapatkan ASI sejak lahir sampai umur 19 bulan kemudian diberikan sufor
dan makanan pendamping.

Kebutuhan Dasar
1. Nutrisi
Di Rumah Di Rumah Sakit
Komposisi makanan : komposisi makanan :
Nasi, Daging, Ikan, Tempe, Tahu, Nasi, Daging, Ikan, Tempe, Tahu,
Sayur, Buah Sayur, Buah
Frekuensi 2-3x/hari dan 1 porsi Frekuensi : 2-3x/hari, nafsu makan
habis serta nafsu makan baik. berkurang hanya habis ½ porsi,
Minumannya air putih 5-6 gelas dan Minum susu dan air putih sekitar
susu 1 gelas. 600 ml.
2. Pola tidur
Di Rumah Di Rumah Sakit
Tidur siang dan malam juga tidak Tidur siang dan malam juga tidak
ada masalah ada masalah
3. Bermain dan Aktivitas
Di Rumah Di Rumah Sakit
dilakukan mandiri dibantu oleh ibu
4. Kebersihan Diri
Di Rumah Di Rumah Sakit
BAB dan BAK tidak ada masalah. BAB dan BAK tidak ada masalah.
5. Imunisasi : lengkap diberikan sesuai jadwal

B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-tanda vital
Suh
: 36,7 ℃ Nadi : 96 x / menit
u
RR : 22 x / menit
BB : 22 kg TB : 121 cm

44
2. Keadaan umum
Penampila Tampa Kesadara
: : GCS : 4-5-6
n k pucat n
Kualitati composmenti
:
f s
3. Kepala
Inspeks : Normal
i
Palpasi : Normal
4. Mata / penglihatan
Inspeks : Normal
i
5. Hidung / penciuman
Inspeks : Normal
i
6. Rongga mulut :
Inspeksi : Mukosa bibir kering dan gusi bengkak
7. Telinga / pendengaran
Inspeks : Normal
i
8. Leher
Inspeks : Normal
i
Palpasi : Normal
9. Pernafasan :
Inspeksi : Normal
Palpasi : Normal
Auskultasi : Ronchi :
++ ++
-- --

45
Perkusi : Normal

10. Kardiovaskuler
Inspeksi : Normal
Palpasi : Normal
Auskultas : Normal
i
Perkusi : Normal

11. Abdomen :
Inspeksi : Normal
Palpasi : Normal
Auskultas : Bising Usus = 5-6 x / menit
i
Perkusi : Normal
12. Kulit
Inspeks : Normal
i
13. Musculoskeletal
Inspeksi : Normal
Palpasi : Normal
Perkusi : Normal
Tonus otot : 5 5
5 5
14. Neurologi
Inspeks : Normal
i
15. Genetalia
Inspeks : Normal
i

46
16. Psikososial
Inspeks : Normal
i

C. TERAPI :
1. IVFD C1:1 = 500 cc/24jam = 21 cc/jam
2. Per Oral:
a) Vitamin BC 1 x 1 tab
b) Vitamin C 1 x 100 mg
c) Vitamin E 1 x 100 mg
d) Asam folat 1 x 1 mg
3. Injeksi:
a) Ceftriaxone 2x1 g (100mg/kg/hari)
b) Paracetamol 3x200 mg
4. Kemoterapi:
a) IV Doxorubicin 33,2 mg
b) IV Cytarabine 83 mg
c) Prednisolone 25 mg
5. Nebul PZ/ 6 jam
6. Diet cair: 3 x 200 cc (600 cc, 650 kkal)
7. Diet TKTP 3x1 porsi

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG : terlampir

47
48
4.2 Pohon Masalah

Kelainan kromosom, radiasi ionik,


terpajan bahan-bahan kimia, penggunaan
obat-obat imunosupresif

Proliferasi sel kanker

Sel kanker bersaing dengan sel normal


untuk mendapatkan nutrisi

Infiltrasi

Sel normal diganti dengan sel kanker

Akumulasi sel darah Infiltrasi


putih di sumsum Ekstramedular
tulang
Pembesaran limpa
(splenomegali) dan
Eritrosit Trombosit
pembesaran hati
menurun menurun
(hepatomegali)

Anemia Trombositopenia, Mk:


ptekie, epistaksis Gangguan Mendesak
rasa lambung
nyaman
Sel kekurangan Perdarahan nyeri
oksigen dan nutrisi Anoreksia, mual,
dan muntah

Mk: Aktual/Risiko
BB Kelemahan tinggi penurunan
menurun volume cairan

Mk: Intoleransi
aktivitas

Mk: Gangguan
kebutuhan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh

49
4.3 Analisa Data
N DATA PENUNJANG ETIOLOGI MASALAH
O KEPERAWATAN
1 DS: ibu klien mengatakan Spasme jalan nafas Bersihan jalan
anak R batuk dan terdengar napas tidak efektif
suara grok- grok saat
bernafas
DO: - Ronchi pada dada
kanan kiri bagian atas
- N = 96x/ mnt
Tax= 36,7
RR= 22x/mnt
GCS 456

2 DS: ibu klien mengatakan Agen pencedera Nyeri akut


gusi An R nyeri saat fisiologis ( infiltrasi
mengunyah makanan kanker )
P= bengkak dan perdarahan
gusi
Q= mengganggu aktifitas
makan
R= gusi
S= nyeri mengganggu ( 4)
T= saat makan
DO: - gusi bengkak
- Perdarahan gusi
- Hanya
menghabiskan
½ porsi
makanan
- Nafsu makan
menurun
- N = 96x/ mnt
Tax= 36,7
RR= 22x/mnt
GCS 456

3 DS: ibu mengatakan An R Penurunan konsentrasi Perfusi perifer


masih lemas hemoglobin/ tidak efektif

50
DO:- perdarahan gusi pansitopenia
- Klien tampak pucat
- Aktifitas dibantu ibu
klien
- RPD: mimisan lama
dan bintik2 seluruh
tubuh
- Bibir kering
- Lab: Hb= 10,1 g/dl
Hematokrit 30%
Plt= 72.000
- N = 96x/ mnt
Tax= 36,7
RR= 22x/mnt
GCS 456

4 DO: ibu klien mengatakan Ketidakmampuan Resiko defisit


An R mengalami bengkak menelan makanan nutrisi
pada gusi dan nyeri saat
mengunyah makanan
-ibu klien meminta makanan
lembek
DS:- Hanya menghabiskan
½ porsi makanan
- - Nafsu makan menurun
- - bibir kering
- - minum susu dan air putih
hanya 600ml
- - N = 96x/ mnt
- Tax= 36,7
- RR= 22x/mnt
- GCS=456
- BB 22kg
- - BU 5-6 x/ mnt

51
4.4 Diagnosa Keperawatan
No Tanggal Diagnosa Keperawatan
Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d spasme jalan nafas
1 8-10-2021

2 8-10-2021 Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis ( infiltrasi kanker )

3 8-10-2021 Perfusi perifer tidak efektif b/d Penurunan konsentrasi hemoglobin/


pansitopenia

4 8-10-2021 Resiko defisit nutrisi b/d Ketidakmampuan menelan makanan

52
4.5 Rencana Asuhan Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi
hasil
1 Bersihan jalan nafas Tujuan : LATIHAN BATUK EFEKTIF ( I.01006)
tidak efektif (D.0149) Setelah dilakukan Observasi :
. Data mayor: tindakan keperawatan
1. Identifikasi kemampuan batuk
DS: ibu klien mengatakan selama 1 x 24 jam
anak R batuk dan diharapkan mampu 2. Monitor adanya retensi sputum
terdengar suara grok- grok membersihkan sekret 3. Monitor tanda gejala infeksi saluran nafas
saat bernafas dan jalan nafas paten
DO: - Ronchi pada dada Kriteria Hasil : 4. Monitor input dan output cairan
kanan kiri bagian atas  Mampu melakukan Terapeutik:
batuk efektif
- N = 96x/ mnt 1.Atur posisi semi fowler/ fowler
 Melaporkan produksi
Tax= 36,7 sputum menuruni 2. pasang bengkok pada pasien
RR= 22x/mnt  Ronchi menurun
3. Buang sekret pada tempat sputum
 Frekuensi nafas dan
GCS 456 pola nafas membaik Edukasi
 Tanda vital dalam 1. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
Data minor:- rentang normal
2. Anjurkan tarik nafas dalam dan diulang hingga 3x
3. Anjurkan batuk dengan kuat setelah nafas dalam
Kolaborasi
Kolaborasi pemberia mukolitik atau ekspektoran

53
Tujuan :
2. Setelah dilakukan MANAJEMEN NYERI(I. 08238)
Nyeri akut ( D.0077) tindakan keperawatan Observasi
Data Mayor selama 1 x 24 jam 1. Indentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
DS: ibu klien mengatakan diharapkan nyeri nyeri
gusi An R nyeri saat menurun (L.08066) 2. Identifikasi skala nyeri
mengunyah makanan Kriteria Hasil : 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
P= bengkak dan  Mampu mengontrol 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
perdarahan gusi nyeri (tahu penyebab 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Q= mengganggu aktifitas nyeri, mampu 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
makan menggunakan tehnik 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
R= gusi nonfarmakologi 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
S= nyeri mengganggu ( 4) untuk mengurangi 9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
T= saat makan nyeri, mencari Terapeutik
DO: - gusi bengkak bantuan) 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
 Melaporkan bahwa TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
- Perdarahan
nyeri berkurang aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
gusi
dengan menggunakan terapi bermain)
- Hanya manajemen nyeri 2. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
menghabiskan  Mampu mengenali pencahayaan, kebisingan)
½ porsi nyeri (skala, 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
makanan intensitas, frekuensi 4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
- Nafsu makan dan tanda nyeri) meredakan nyeri
menurun  Menyatakan rasa Edukasi
nyaman setelah nyeri 1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

54
berkurang 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
- N = 96x/ mnt
 Tanda vital dalam 3. Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
Tax= 36,7 rentang normal 4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
RR= 22x/mnt 5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
GCS 456 1. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi
2. Identifikasi riwayat alergi obat
Data Minor 3. Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis. Narkotika, non-
DS : - narkotika, atau NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri
DO : nafsu makan berubah 4. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik
Tujuan : 5. Monitor efektifitas analgesik
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan PERAWATAN SIRKULASI ( I.02079)
3 selama 1 x 24 jam Observasi
diharapkan perfusi 1. Periksa sirkulasi perifer
perifer adekuat 2. Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi
Kriteria Hasil :
 Mampu menunjukkan Terapeutik
denyut nadi perifer 1. Lakukan pencegahan infeksi
meningkat 2.Lakukan hidrasi
Perfusi perifer tidak  Menunjukkan warna 3. Hindari penekanan/ pemasangan touniquet
efektif (D.00090) kulit pucat menurun
Data mayor: Edukasi
DS: ibu mengatakan An R  Tanda vital dalam 1. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat
masih lemas rentang normal 2. Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan
DO:- perdarahan gusi

55
Kolaborasi
- Klien tampak pucat
- Bibir kering 1. Kolaborasi pemberian tranfusi darah sesuai indikasi (PRC, TC, FFP)
- Aktifitas dibantu ibu 2. Kolaborasi pemberian koagulan
klien 3. Kolaborasi program diet untuk memperbaiki sirkulasi
4. Kolaborasi pemeriksaan laborat secara berkala
- RPD: mimisan lama Tujuan :
dan bintik2 seluruh Setelah dilakukan
tubuh tindakan keperawatan
selama 1 x 24 jam
- Lab: Hb= 10,1 g/dl MANAJEMEN NUTRISI ( I.03119 )
diharapkan asupan
Observasi
Hematokrit 30% nutrisi adekuat
4 1. Identifikasi status nutrisi
Kriteria Hasil :
Plt= 72.000 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
 Melaporkan porsi
3. Identifikasi makanan yang disukai
- N = 96x/ mnt makan yang
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
dihabiskan meningkat
Tax= 36,7 5. Monitor asupan makanan
 Melaporkan respon
RR= 22x/mnt 6. Monitor BB
mengunyah dan
7. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
GCS 456 menelan meningkat
Data minor:-  Menunjukkan sikap
terhadap mami sesuai Terapeutik
Resiko defisit nutrisi dengan tujuan 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan jika perlu
( D.0032) kesehatan 2. Fasilitasi menentukan pedoman diet
Data mayor  Tanda vital dalam 3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu sesuai
DO: ibu klien mengatakan rentang normal 4. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
An R mengalami bengkak 5. Berikan suplemen makanan jika perlu

56
pada gusi dan nyeri saat
mengunyah makanan
Edukasi
-ibu klien meminta
Anjurkan posisi duduk dan ajarkan diet yang diprogramkan
makanan lembek
DS:- Hanya menghabiskan
Kolaborasi
½ porsi makanan
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
- - Nafsu makan menurun 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
kebutuhan nutrien yang di butuhkan
- - bibir kering
- - minum susu dan air putih
hanya 600ml
- - N = 96x/ mnt
- Tax= 36,7
- RR= 22x/mnt
- GCS=456
- BB 22kg
- - BU 5-6 x/ mnt

57
BAB 5
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Leukemia limfoblastik akut (LLA) adalah transformasi ganas dan
proliferasi sel progenitor limfoid di sumsum tulang, darah, dan situs
ekstrameduler. 80% dari ALL terjadi pada anak-anak, dan dapat menyebkan
kematian ketika terjadi pada orang dewasa.

Penyebab leukimia pada anak masih sedikit yang diketahui. Risiko


leukemia yang lebih tinggi ada untuk kelainan kromosom lain yang kurang
umum termasuk sindrom Klinefelter, trisomi G, neurofibromatosis, dan
sindrom Schwachmann. Sayangnya, bahkan ketika semua faktor risiko yang
diketahui dan potensial untuk leukemia akut pada masa kanak-kanak
dipertimbangkan, penjelasan etiologi yang masuk akal untuk lebih dari 90%
kasus leukemia pada masa kanak-kanak tetap tidak diketahui. Tanda dan
gejala klinis ALL dan AML dapat terjadi dengan cara yang sama karena
infiltrasi sumsum tulang dan organ. Gejala kulit pucat, kelelahan, takikardia,
dispnea dapat terjadi karena anemia; hipertermia, berkeringat, risiko infeksi
dapat terjadi karena neutropenia; dan masalah koagulasi, petechiae, purpura,
perdarahan selaput lendir dan jarang perdarahan gastrointestinal dan
perdarahan intrakranial dapat terjadi karena trombositopenia.

Management efek samping dari rejimen kemoterapi Leukemia itu


sendiri dapat menyebabkan presentasi yang mengancam jiwa atau keadaan
darurat; Namun, ada juga presentasi klinis darurat potensial yang mungkin
terjadi karena efek samping dari agen kemoterapi.

58
B. SARAN
Seorang anak yang menderita ALL membutuhkan perawatan intensif
tenaga medis. Tenaga kesehatan memainkan peran penting dalam perawatan,
terapi dan pendidikan pasien dan keluarga. Tugas mereka juga merupakan
pengamatan yang cermat dan menjalin kontak yang bersahabat dengan anak,
yang memfasilitasi kerja sama di masa depan. Orang yang sejak awal rawat
inap berperan aktif dalam mempersiapkan anak untuk tes diagnostik atau
perawatan lebih lanjut adalah perawat dan dokter. Tugas mereka adalah
mengikuti prinsip-prinsip asepsis dan antisepsis, untuk memberi tahu anak
dan orang tua tentang prosedur yang direncanakan, persiapan dan perawatan
selama dan setelah tes. Dukungan tersebut memungkinkan untuk
meminimalkan kecemasan selama tahap terapi selanjutnya

Anak-anak perlu observasi ketat untuk menghindari komplikasi


seperti setelah pemberian sitostatika. Selain itu, staf mengawasi apakah
pemberian obat aman dan benar. Sangat penting untuk memasukkan kanula
intravena dengan benar dan merawat tempat suntikan untuk menghindari
infeksi. Kerjasama tenaga medis dengan anak yang sakit dan keluarganya
memungkinkan identifikasi kebutuhan dan kepuasan yang sesuai

Perawat dan dokter juga berperan sebagai pendidik anak dan orang
tua. Tugas-tugas ini termasuk kepatuhan terhadap rezim sanitasi, perawatan
kebersihan dan kebersihan lingkungan. Sangat penting untuk
menginformasikan tentang persyaratan makanan agar segar dan belum
diproses. Masalah lainnya adalah adaptasi rumah untuk anak selama istirahat
dalam kemoterapi. Rumah harus menyediakan kondisi higienis yang serupa
dengan yang berlaku di klinik. Anak tidak boleh dikunjungi oleh orang sakit.
Staf medis juga harus menginformasikan orang tua tentang kemungkinan
menggunakan keluarga dan manfaat terkait perawatan

59
DAFTAR PUSTAKA

Brayley, J., Stanton, L. K., Jenner, L., & Paul, S. P. (2019). Recognition and
management of leukaemia in children. British Journal of Nursing,
28(15), 985–992. https://doi.org/10.12968/bjon.2019.28.15.985
Chapla, U. (2015). Leukemia – Brief Review on Recent Advancements in
Therapy and Management. Asian Journal of Research in Pharmaceutical
Sciences and Biotechnology. 3. 12-26., 3(August), 12–26.
Colby-Graham, M. F., & Chordas, C. (2003). The childhood leukemias.
Journal of Pediatric Nursing, 18(2), 87–95.
https://doi.org/10.1053/jpdn.2003.9
Erdem, E., & Toruner, E. (2018). How Can We Use Symptom Clusters in
Nursing Care of Children with Leukemia? Asia-Pacific Journal of
Oncology Nursing, 5(1), 51–56.
https://doi.org/10.4103/apjon.apjon_57_17
Kemenkes RI. (2020). Laporan Kinerja Kementrian Kesehatan Tahun 2020.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2021, 1–224.
Mulatsih, S., & Ritonga, S. (2009). Perjalanan Klinis Pasien Leukemia
Limfoblastik Akut dengan Kromosom Ph-Positif. IndonesianJournal of
Cancer, III(4), 161–164.
Ślifirczyk, A., Piszcz, P., Ślifirczyk, M., Michalczuk, T., Urbańczuk, M.,
Celiński, M., Bytys, M., Domańska, D., & Nikoniuk, M. (2018). Nursing
care of a child with acute lymphoblastic leukemia. Progress in Health
Sciences, 8(2), 168–173. https://doi.org/10.5604/01.3001.0012.8342
Terwilliger, T., & Abdul-Hay, M. (2017). Acute lymphoblastic leukemia: a
comprehensive review and 2017 update. Blood Cancer Journal, 7(6),
e577. https://doi.org/10.1038/bcj.2017.53

60

Anda mungkin juga menyukai