Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN TUGAS MANDIRI LITERATURE REVIEW

KESEHATAN JIWA LANSIA : DELIRIUM

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Psikiatri


Dosen pengampu : Dr. Ns. Retno Lestari., S.Kep., M.Nur

Oleh :
ZAKFAR EVENDY
NIM : 215070209111013

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021
PENDAHULUAN
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia. Menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan
dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.
Perkembangan penduduk yang berusia lanjut di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung
meningkat. Data dari WHO (World Health Organization) tahun 2013 menunjukkan
penduduk usia 60 tahun ke atas adalah 8,1% jiwa dari penduduk total di Indonesia.
Karakteristik penyakit pada orang tua berbeda dari orang dewasa, baik dari faktor etiologi,
diagnosis serta progesivitas dari penyakitnya. Salah satu problem besar di antaranya adalah
problem terkait lansia yaitu sindrom delirium. Pada usia lanjut sering pula terjadi
gangguan penurunan daya ingat yang disebabkan oleh penyakit tertentu; terutama
saat pasien menginap di rumah sakit.
Delirium adalah gangguan status mental akut yang ditandai dengan gangguan atensi
dan fungsi kognitif yang dapat timbul pada setiap titik dalam perjalanan penyakit. Delirium
menjadi suatu gangguan tubuh secara umum dan serius, tetapi dapat dicegah. Sebanyak 30-
40% pasien rawat inap di rumah sakit yang berusia lebih dari 65 tahun mempunyai suatu
episode delirium dan 80% pasien yang sakit parah menjadi delirium sebelum meninggal.
Delirium merupakan sebuah sindrom neuropsikiatrik yang kompleks dengan onset yang
akut dan berfluktuasi. Sindrom ini mempengaruhi kesadaran dan fungsi kognitif yang
mungkin diikuti oleh peningkatan aktivitas psikomotor. Selain itu, delirium juga
mempengaruhi atensi dan beberapa pasien ada yang mengalami gangguan persepsi. Pada
pasien usia lanjut, delirium berhubungan dengan perpanjangan waktu tinggal di rumah
sakit, peningkatan mortalitas dan peningkatan beban biaya pengobatan. Delirium biasanya
bersifat reversibel jika penyebab yang mendasarinya teridentifikasi. Namun demikian,
delirium terkadang tidak terdeteksi pada pasien usia lanjut yang dirawat di rumah sakit,
walaupun prevalensinya sekitar 10-16%. Pasien usia lanjut juga menjadi rentan karena
pada beberapa kasus terdapat kendala dalam fungsi kognitif dan angka kejadian delirium
pada populasi ini cukup tinggi.

METODE
Metode yang digunakan adalah literatur review dengan mencari artikel di database
Googgle Scholar. Pada tahap awal pencarian dengan keywords: “( lansia dan delirium,
asuhan keperawatan dan delirium )” didapatkan hasil 10 artikel nasional dari rentang tahun
2017 sampai 2021 yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi berikut digunakan untuk pemilihan studi untuk literature review
ini : 1) Penelitian berkaitan dengan kesehatan mental pada lansia dengan delirium, dan 2)
Penelitian ini memberikan informasi tentang dampak dan permasalahan mental pada lansia
dengan delirium. Kriteria eksklusi dalam penulisan ini adalah : Publikasi artikel hanya
menampilkan abstrak saja. Jumlah artikel yang ditemukan adalah 574 artikel kemudian
penulis mengambil 5 judul yang sesuai dengan kriteria inklusi.

HASIL PENELITIAN
Delirium adalah sebuah sindrom neuropsikiatrik yang kompleks dengan onset yang
akut dan berfluktuasi.1 Studi oleh Israni J et al., mengemukakan bahwa delirium
merupakan
prediktor independen terjadinya mortalitas setelah dilakukan penyesuaian dengan variabel
umur, jenis kelamin, komorbid, dan demensia. Sementara, studi yang dilakukan oleh Dani
M et al., menjelaskan tentang insiden kematian terkait delirium pada kelompok lansia.
Studi kohort prospektif ini menjelaskan bahwa adanya delirium dan kerapuhan
subyek saat awal perawatan rumah sakit berhubungan secara independen dengan risiko
mortalitas. Sedangkan pada studi sebelumnya menunjukkan bahwa hasil analisis
multivariatnya menemukan nilai Hazard Ratio (HR) sebesar 2,37 (95% IK: 1,78-3,15;
p<0,01) yang menunjukkan bahwa delirium merupakan prediktor independen terjadinya
mortalitas. Studi yang dilakukan oleh Avelino-Silva TK et al., mengemukakan tentang
hubungan antara tipe delirium dengan angka kematian pada kelompok lansia.
Penelitian ini menggunakan confusion assessment method (CAM) yang
mengelompokkan delirium menjadi tiga tipe, yaitu hipoaktif, hiperaktif, dan campuran.
Sedangkan pada studi terdahulu ditemukan sebanyak 47% subyek yang dirawat mengalami
delirium. Dari 47% tersebut, tipe delirium yang hipoaktif dan campuran terbukti
berhubungan secara independen dengan mortalitas selama perawatan di rumah sakit.

PEMBAHASAN
Dalam pengkajian delirium masih banyak permasalahan dan kendala, salah
satunya belum adanya sistem tentang delirium, juga masih belum adanya alat/tool
mengenai delirium. Dalam mengatasi masalah delirium dengan di adakanya
system pengkajain delirium,dan pengkajian delirium dikembangkan di ruang ICU,
serta di adakanya SPO dan tool tentang delirium. Hambatan belum di lakukan
pengkajian delirium secara rutin di karenakan sempitnya waktu perawat, kesulitan
mengkaji pada pasien yang terintubasi dan tersedasi,kompleksitas tool pengkajian,
kurangnya dukungan dokter serta kurangnya pengetahuan perawat tentang delirium
(Hickin et al., 2017).

KESIMPULAN
Sindrom delirium akut melibatkan suatu hendaya fungsi kognitif yang akut dan
menyeluruh yang mempengaruhi kesadaran, perhatian, memori dan kemampuan
perencanaan dan organisasi. Sindrom delirium akut bersifat fluktuatif dan dapat reversibel
jika penyebab yang mendasarinya teridentifikasi. Pengelolan pasien secara bersama dalam
tim medis interdisipliner dengan partisipasi keluarga merupakan salah satu pendekatan
pelayanan geriatri yang paripurna.
Mengacu pada hasil penelitian dan acuan terkait, maka upaya pencegahan, deteksi,
dan penanganan kasus delirium sangatlah penting terutama pada penderita usia lanjut. Hal
ini bertujuan agar dapat menurunkan risiko mortalitas dan memperbaiki prognosis
penderita ke depannya.
DAFTAR PUSTAKA

Angryni, N., & Mulyana, R. (2020). SINDROM DELIRIUM AKUT. Human Care


Journal, 5(3), 762-770.
Khanafi, K., Ismail, S., & Erawati, M. (2019). Studi Explorasi Pengalaman Perawat dalam
Pengkajian Delirium. Jurnal Perawat Indonesia, 3(3), 237-242.
Jeger, D. P., Sugi, Y. S., Aryana, I. G. P. S., Kuswardhani, R. T., Astika, I. N., Putrawan, I.
B., & Purnami, N. K. R. Evaluasi derajat delirium sebagai prediktor mortalitas
pasien usia lanjut dengan delirium yang dirawat di RSUP Sanglah, Bali, Indonesia.
Sunarti, S., Rahayu, M., & Desetyaputra, D. R. (2015). Geriatric patient with delirium
profile in saiful anwar general hospital malang from january 2005 until june
2010. Malang Neurology Journal, 1(2), 61-67.
Kusumaningrum, P. (2019). Peran Cadangan Kognitif yang diukur dengan Kuesioner
Indeks Cadangan Kognitif (KICK) pada kasus Delirium Geriatri di RSCM= The
Role of Cognitive Reserve as measured by Cognitive Reserve Index Questionnaire
(CRIQ) Indonesia version in Geriatric Delirium Cases at Cipto Mangunkusumo
Hospital.

Anda mungkin juga menyukai