Oleh :
ZAKFAR EVENDY
NIM : 215070209111013
METODE
Metode yang digunakan adalah literatur review dengan mencari artikel di database
Googgle Scholar. Pada tahap awal pencarian dengan keywords: “( lansia dan delirium,
asuhan keperawatan dan delirium )” didapatkan hasil 10 artikel nasional dari rentang tahun
2017 sampai 2021 yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi berikut digunakan untuk pemilihan studi untuk literature review
ini : 1) Penelitian berkaitan dengan kesehatan mental pada lansia dengan delirium, dan 2)
Penelitian ini memberikan informasi tentang dampak dan permasalahan mental pada lansia
dengan delirium. Kriteria eksklusi dalam penulisan ini adalah : Publikasi artikel hanya
menampilkan abstrak saja. Jumlah artikel yang ditemukan adalah 574 artikel kemudian
penulis mengambil 5 judul yang sesuai dengan kriteria inklusi.
HASIL PENELITIAN
Delirium adalah sebuah sindrom neuropsikiatrik yang kompleks dengan onset yang
akut dan berfluktuasi.1 Studi oleh Israni J et al., mengemukakan bahwa delirium
merupakan
prediktor independen terjadinya mortalitas setelah dilakukan penyesuaian dengan variabel
umur, jenis kelamin, komorbid, dan demensia. Sementara, studi yang dilakukan oleh Dani
M et al., menjelaskan tentang insiden kematian terkait delirium pada kelompok lansia.
Studi kohort prospektif ini menjelaskan bahwa adanya delirium dan kerapuhan
subyek saat awal perawatan rumah sakit berhubungan secara independen dengan risiko
mortalitas. Sedangkan pada studi sebelumnya menunjukkan bahwa hasil analisis
multivariatnya menemukan nilai Hazard Ratio (HR) sebesar 2,37 (95% IK: 1,78-3,15;
p<0,01) yang menunjukkan bahwa delirium merupakan prediktor independen terjadinya
mortalitas. Studi yang dilakukan oleh Avelino-Silva TK et al., mengemukakan tentang
hubungan antara tipe delirium dengan angka kematian pada kelompok lansia.
Penelitian ini menggunakan confusion assessment method (CAM) yang
mengelompokkan delirium menjadi tiga tipe, yaitu hipoaktif, hiperaktif, dan campuran.
Sedangkan pada studi terdahulu ditemukan sebanyak 47% subyek yang dirawat mengalami
delirium. Dari 47% tersebut, tipe delirium yang hipoaktif dan campuran terbukti
berhubungan secara independen dengan mortalitas selama perawatan di rumah sakit.
PEMBAHASAN
Dalam pengkajian delirium masih banyak permasalahan dan kendala, salah
satunya belum adanya sistem tentang delirium, juga masih belum adanya alat/tool
mengenai delirium. Dalam mengatasi masalah delirium dengan di adakanya
system pengkajain delirium,dan pengkajian delirium dikembangkan di ruang ICU,
serta di adakanya SPO dan tool tentang delirium. Hambatan belum di lakukan
pengkajian delirium secara rutin di karenakan sempitnya waktu perawat, kesulitan
mengkaji pada pasien yang terintubasi dan tersedasi,kompleksitas tool pengkajian,
kurangnya dukungan dokter serta kurangnya pengetahuan perawat tentang delirium
(Hickin et al., 2017).
KESIMPULAN
Sindrom delirium akut melibatkan suatu hendaya fungsi kognitif yang akut dan
menyeluruh yang mempengaruhi kesadaran, perhatian, memori dan kemampuan
perencanaan dan organisasi. Sindrom delirium akut bersifat fluktuatif dan dapat reversibel
jika penyebab yang mendasarinya teridentifikasi. Pengelolan pasien secara bersama dalam
tim medis interdisipliner dengan partisipasi keluarga merupakan salah satu pendekatan
pelayanan geriatri yang paripurna.
Mengacu pada hasil penelitian dan acuan terkait, maka upaya pencegahan, deteksi,
dan penanganan kasus delirium sangatlah penting terutama pada penderita usia lanjut. Hal
ini bertujuan agar dapat menurunkan risiko mortalitas dan memperbaiki prognosis
penderita ke depannya.
DAFTAR PUSTAKA