Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN TUGAS MANDIRI

LITERATURE REVIEW GELANDANGAN

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Psikiatri


Dosen pengampu :
Ns. Reni Nova ,Skep. M.Kep, Sp.KepJ

Oleh :
ZAKFAR EVENDY
NIM : 215070209111013

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021
PENDAHULUAN
Gelandangan diartikan sebagai orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai
dengan norma kehidupan yang layak dalam masuarakat setempat serta tidak mempunyai
tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap di wilayah tertentu dan hidup menggelandang di
tempat umum (Kuntari & Hikmawati, 2017). Gelandangan merupakan masalah sosial yang
dialami hampir semua kabupaten dan kota di Indonesia. Sepintas keberadaan gelandangan
memang tidak menimbulkan permasalahan, namun apabila ditilik lebih lanjut, gelandangan
dapat meresahkan masyarakat. Kehadiran mereka oleh sebagian masyarakat dianggap
mengotori dan bercitra negatif, serta menganggu ketertiban, keindahan, kesusilaan,
kebersihan dan ketentraman masyarakat.
Berdasarkan data dari Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Sosial
pada tahun 2015 jumlah gelandangan sebanyak 18.599 orang. Jumlah ini dapat bertambah
apabila pendataan bertepatan dengan hari raya Idul Fitri. Data tersebut merupakan
perkiraan karena untuk menentukan jumlah yang pasti mengalami kesulitan terkait cara
hidup gelandangan yang tidak tetap dan mempunyai mobilitas tinggi.
Dinas sosial telah menangani permasalahan kesejahteraan sosial sesuai dengan
Permensos Nomor 8 Tahun 2012 tentang Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS) terhadap 26 jenis masalah yang digolongkan menjadi lima kelompok besar, yaitu
keterlantaran, kecacatan, kemiskinan, ketunasosialan, dan korban bencana, dengan
prioritas penanganan kemiskinan. Hal ini dikarenakan adanya kemiskinan cenderung akan
melahirkan perangkap kemiskinan keluarga pada generasi berikutnya.
Kemiskinan tidak hanya menyangkut masalah ekonomi tetapi juga menyangkut
keseluruhan aspek kehidupan manusia dalam kehidupannya. Seperti yang dikemukakan
Susanto (2006) bahwa seseorang atau sekelompok masyarakat dapat menjadi miskin
karena berbagai faktor penyebab yang bisa dilihat dari dimensi karena keterbatasan akses,
pendapatan maupun pengeluaran yang subsistem, kondisi yang rentan terhadap penyakit,
sering terlibat dalam utang piutang, maupun harus menjual barang yang dimiliki untuk
kebutuhan subsistem dan keadaan yang darurat dan secara sosial mereka tersisih dari
berbagai pusat kehidupan serta memiliki hubungan yang terbatas, khusunya dalam
kehidupan sosial dimana mereka tinggal dan beraktifitas sehari-harinya. Keterbatasan
dalam mengakses semua sistem sumber yang bisa dimanfaatkan merupakan wujud dari
penyebab kemiskinan yang sangat mempengaruhi tingkat kemiskinan khususnya di
Indonesia.

ISI
Program pemerintah dalam penanganan gelandangan merupakan program yang
mendukung pembangunan dalam penanggulangan kemiskinan. Penanganan berarti
kegiatan yang bertujuan agar tidak terjadi pergelandangan dan mencegah meluasnya
pengaruh yang diakibatkan didalam masyarakat, serta memasyarakatkan kembali
gelandangan menjadi anggota masyarakat yang menghayati harga diri.
Penanganan gelandangan ini bertujuan untuk mendidik dan memberdayakan
gelandangan untuk dapat hidup secara layak, meningkatkan peran serta pemerintah daerah,
dunia usaha, penegak hukum, pendidikan, keagamaan dan elemen masyarakat lainnya
untuk berpartisipasi dalam penanggulangan gelandangan.
Program Kesejahteraan Sosial bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat
Indonesia dalam memnuhi standart hidup yang dibuat oleh pemerintah. Salah satu program
Kesejahteraan Sosial yang dicanangkan oleh pemerintah adalah Program Lingkungan
Pondok Sosial (Liponsos). Tujuan dari program ini adalah mensejahterakan,
menanggulangi serta mengurangi angka Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial yang
dihadapi oleh daerah-daerah di Indonesia, salah satunya masalah gelandangan. Selain itu
pemerintah juga menggalakkan kegiatan-kegiatan yang bersifat preventif, responsif,
supportif dan rehabilitasi sosial untuk mengatasi masalah gelandangan.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil temuan lapangan dan analisis data pada bab sebelumnya, maka
dapat disimpulkan bahwa gelandangan dan pengemis merupakan masalah yang sangat
krusial. Faktor penyebab gelandangan dan pengemis dalam panti disebabkan karena faktor
internal yang meliputi kemiskinan, sikap mental dan harga diri yang rendah. Sedangkan
faktor – fsktor eksternal juga sangat mempengaruhi seseorang dapat melakukan aktivitas
gelandangan dan pengemis. upaya penanganan pemerintah dalam mengurangi jumlah
gelandangan dan pengemis sudah dilakukan melalui proses razia dan penertiban.
Dari hasil penelitian yang telah dikumpulkan didapatkan beberapa permasalahan
terkait penanganan pada gelandangan akibat kurangnya SDM, sarana dan prasarana.
Penanganan gelandangan yang dikelola oleh dinas sosial seharusnya mulai dikembangan
pengananan secara lintas sektor dengan melibatkan dinas kesehatan agar didapatkan hasil
yang optimal. Panti rehabilitasi sosial gelandangan juga harus melaksanakan rehabilitasi
untuk mengubah mindset para gelandangan untuk bisa hidup normal. Perawat bisa
menerapkan Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) secara continue agar pasien dapat
melakukan interaksi sosial dan pemenuhan activity daily lvingnya dengan baik secara
mandiri.
DAFTAR PUSTAKA

Kuntari, S. and Hikmawati, E., 2017. Melacak Akar Permasalahan Gelandangan Pengemis
(Gepeng). Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, 41(1), pp.11-26.

Fuadah, M., 2018. Ragam Program Dan Hambatan Dalam Penanganan Gelandangan
Terhadap Keefektifitasan Program. The Journal of Society and Media, 2(2), pp.121-129.

Sari, D.P. and Maryatun, S., 2020, August. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok
Sosialisasi Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Dan Activity Daily Living Klien Isolasi
Sosial Di Panti Sosial Rehabilitasi Pengemis Gelandangan Orang Dengan Gangguan Jiwa.
In Proceeding Seminar Nasional Keperawatan (Vol. 6, No. 1, pp. 148-154).

Merlindha, A. and Hati, G., 2015. Upaya Rehabilitasi Sosial Dalam Penanganan
Gelandangan dan Pengemis di Provinsi DKI Jakarta. Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial
(Journal of Social Welfare), 16(1).

Nusanto, B., 2017. program penanganan gelandangan dan pengemis di kabupaten jember
(handling programs of homeless and beggar) in jember district. politico, 17(2).

Rohman, A., 2011. Program Penanganan Gelandangan, Pengemis, dan Anak Jalanan
Terpadu Melalui Penguatan Ketahanan Ekonomi Keluarga Berorientasi Desa. Kementerian
Sosial RI, Jakarta.

Merlindha, A. and Hati, G., 2015. Upaya Rehabilitasi Sosial Dalam Penanganan
Gelandangan dan Pengemis di Provinsi DKI Jakarta. Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial
(Journal of Social Welfare), 16(1).

Putra, M.L., 2019. Implementasi Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2014 Tentang
Penanganan Gelandangan dan Pengemis di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Chitrasari, N., Rahmawati, R. and Maisaroh, I., 2012. Kinerja Dinas Sosial Kota Cilegon
dalam Penanganan Gelandangan dan Pengemis di Kota Cilegon (Doctoral dissertation,
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa).

Kesuma, K.I. and Zul, M., 2014. Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Nomor 4
Tahun 2008 Tentang Penanganan Gelandangan Dan Pengemis Di Kota Medan Pada Dinas
Kesejahteraan Sosial Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Administrasi Publik: Public
Administration Journal, 4(1), pp.71-85.

Anda mungkin juga menyukai