Anda di halaman 1dari 15

TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK FK UMS

REFERAT

STIGMA PADA SKIZOFRENIA

PENYUSUN:
Virgi Parisa, S.Ked (J510170114)
Ameilia Nurul Aminudin, S.Ked (J510195034)
Fanni Asyifa, S.Ked (J510195062)
Adelia Restuningtyas, S.Ked (J510195071)

PEMBIMBING:
Dr. Abdurrahman Amma, Sp.KJ, M.Kes.

PRODI PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019

i
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas Ilmiah Kepaniteraan Klinik FK UMS
REFERAT
Prodi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Judul : STIGMA PADA SKIZOFRENIA


Penyusun : Virgi Parisa, S.Ked (J510170114)
Ameilia Nurul Aminudin, S.Ked (J510195034)
Fanni Asyifa, S.Ked (J510195062)
Adelia Restuningtyas, S.Ked (J510195071)
Pembimbing : Dr. Abdurrahman Amma, Sp.KJ, M.Kes.
Surakarta, 8 Juli 2019
Penyusun
Virgi Parisa, S.Ked (...................................)
Ameilia Nurul Aminudin, S.Ked (...................................)
Fanni Asyifa, S.Ked (...................................)
Adelia Restuningtyas, S.Ked (...................................)

Menyetujui,
Pembimbing

Dr. Abdurrahman Amma, Sp.KJ, M.Kes.


Mengetahui
Kepala Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran UMS

Dr. Iin Novita N.M., M.Sc., Sp.PD


STIGMA PADA SKIZOFRENIA
Virgi Parisa, S.Ked, Ameilia Nurul Aminudin, S.Ked, Fanni Asyifa, S.Ked, Adelia
Restuningtyas, S.Ked
Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta

ABSTRACT

Schizophrenia is a disorder caused by abnormalities in one or more of five domains,


namely delusions, hallucinations, disorganization in the mind and conversation,
disorganization or behavioral abnormalities (including catatonic) and the presence of
negative symptoms. The majority view of society about schizophrenia makes people
reluctant to interact with schizophrenics. On the one hand schizophrenics need acceptance
of the environment to reduce the risk of recurrence and suppress the appearance of
hallucinations and insight. Evidence shows that structured family intervention programs
can reduce family friction, improve social function in schizophrenic patients, and even
reduce the average recurrence.

Keywords: Schizophrenia, stigma, stigma on schizophrenia

1. Pendahuluan Departemen Kesehatan mengatakan


Skizofrenia adalah suatu bentuk bahwa jumlah penderita gangguan
gangguan jiwa berat yang mengenai 7 dari kesehatan jiwa di masyarakat sangat
1000 populasi orang dewasa, terutama tinggi, yakni satu dari empat penduduk
pada kelompok usia 15-35 tahun. Indonesia menderita kelainan jiwa rasa
Gangguan ini jarang muncul pada masa cemas, depresi, stress, penyalahgunaan
anak-anak, dengan angka kejadian 4-10 obat, kenakalan remaja sampai
kasus diantara 10.000 anak. Meskipun skizofrenia. Berdasarkan Riset Kesehatan
insidennya rendah yaitu hanya sekitar Dasar (RisKesDas) 2007 disebutkan, rata-
0,03%, tetapi angka prevalensi skizofrenia rata nasional gangguan mental emosional
cukup tinggi. Hal ini dikarenakan ringan, seperti cemas dan depresi pada
kronisitas dari perjalanan penyakit ini penduduk berusia 15 tahun ke atas
(WHO 2014). mencapai 11,6%, dengan angka tertinggi
Data epidemiologis menunjukkan terjadi di Jawa Barat, sebesar 20%.
bahwa di Amerika Serikat prevalensi Sedangkan yang mengalami gangguan
skizofrenia adalah 1%, pada studi lain mental berat, seperti psikotis, skizofrenia,
didapatkan rentang yang tidak jauh dan gangguan depresi berat, sebesar
berbeda yaitu 0,6-1,9 %. Skizofrenia 0,46%. (Anonim, Depkes RI).
ditemukan pada semua lapisan masyarakat Nevid, Rathus, dan Greene (2005)
dan area geografis, prevalensi maupun mengungkapkan bahwa skizofrenia
insidensinya secara kasar sama di seluruh merupakan gangguan psikologis yang
dunia. Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat paling berhubungan dengan pandangan

1
mayoritas masyarakat tentang gila atau membutuhkan penerimaan lingkungan
sakit mental. Hal inilah yang paling sering untuk mengurangi resiko kekambuhan dan
menimbulkan rasa takut , kesalahpaham- menekan munculnya halusinasi serta
an, dan penghukuman, bukanya simpati waham. Bukti-bukti menunjukan bahwa
dan perhatian. program intervensi keluarga yang
Pandangan mayoritas masyarakat tentang terstruktur dapat mengurangi friksi dalam
gila membuat masyarakat enggan untuk keluarga, meningkatkan fungsi sosial pada
berinteraksi dengan penderita skizofrenia. pasien skizofrenia, dan bahkan
Disatu sisi penderita skizofrenia mengurangi rata-rata kekambuhan.
2. Definisi
Skizofrenia berasal dari dua kata,
yaitu skizo yang artinya retak atau pecah, 4.Faktor risiko
dan frenia yang artinya jiwa, dengan Etiologi dari skizofrenia belum
demikian, seseorang yang menderita diketahui dengan pasti, tetapi disimpulkan
skizofrenia adalah seseorang yang bahwa skizofrenia merupakan gangguan
mengalami keretakan jiwa atau multifaktorial. Dengan berkembangnya
keretakkan kepribadian (Hawari, 2003). waktu, maka etiologi skizofrenia terdiri
Skizofrenia merupakan suatu dari berbagai macam penyebab yaitu
gangguan yang diakibatkan oleh aspek biologi (sistem neurotransmitter,
abnormalitas pada salah satu atau lebih anatomi dan histologi otak), psikososial
dari lima domain, yaitu delusi, dan psikoanalisis dan lain sebagainya
halusinasi,disorganisasi dalam pikiran dan (Saddock BJ, Saddock BJ dan Kaplan HI
percakapan, disorganisasi atau abnor- 2007).
malitas perilaku (termasuk katatonik) dan Beberapa faktor lain dapat
adalnya gejala-gejala negatif (DSM-5 menjadi faktor risiko terjadinya
2013). skizofrenia seperti lingkungan (misalnya
3. Epidemiologi musim waktu kelahiran), genetik. Faktor
Sebuah studi sistematik dari 188 genetik mempunyai kontribusi yang kuat
studi di 46 negara, menyebutkan bahwa dalam risiko terjadinya skizofrenia,
antara tahun 1965 dan 2002, menyebutkan meskipun banyak juga gangguan psikotik
bahwa perkiraan nilai tengah dari yang terjadi tanpa adanya riwayat
prevalensi skizofrenia adalah 4.6 per 1000 keluarga. Komplikasi kehamilan dan
orang, dengan risiko terjadinya persalinan dengan hipoksia dan
skizofrenia seumur hidup adalah sekitar peningkatan usia ayah juga berhubungan
0,3% - 0,7% (DSM-5 2013). Berdasarkan dengan peningkatan risiko skizofrenia.
hasil Riskesdas 2013 di Indonesia, Gangguan pada masa prenatal dan
ditemukan bahwa prevalensi psikosis perinatal, termasuk stres, infeksi,
tertinggi berada di Daerah Istimewa malnutrisi, diabetes maternal dan kondisi
Jogjakarta dan Aceh, yaitu sebesar 2,7% medis umum lain dapat berperan dalam
pada masing-masing daerah, sedangkan terjadinya skizofrenia (DSM-5, 2013).
prevalensi psikosis terendah di 5.Penegakan Diagnosis
Kalimantan Barat, yaitu sebesar 0,7%. Pedoman Diagnostik Skizofrenia
Adapun prevalensi gangguan jiwa berat menurut PPDGJ-III
nasional adalah sebesar 1,7 per mil Harus ada sedikitnya satu gejala
(Badan Litbang Kemenkes RI 2013). berikut ini yang amat jelas (dan biasanya

2
dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu  Waham-waham menetap jenis
kurang tajam atau kurang jelas): lainnya, yang menurut budaya
 “thought echo”, yaitu isi pikiran setempat dianggap tidak wajar dan
dirinya sendiri yang berulang atau sesuatu yang mustahil, misalnya
bergema dalam kepalanya (tidak perihal keyakinan agama atau politik
keras), dan isi pikiran ulangan, tertentu, atau kekuatan dan
walaupun isinya sama, namun kemampuan di atas manusia biasa
kualitasnya berbeda atau “thought (misalnya mampu mengendalikan
insertion or withdrawal” yang cuaca, atau berkomunikasi dengan
merupakan isi yang asing dan luar mahluk asing dan dunia lain).
masuk ke dalam pikirannya  Atau paling sedikit dua gejala
(insertion) atau isi pikirannya diambil dibawah ini yang harus selalu ada
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya secara jelas :
(withdrawal); dan “thought o Halusinasi yang menetap dan
broadcasting”, yaitu isi pikiranya panca-indera apa saja, apabila
tersiar keluar sehingga orang lain atau disertai baik oleh waham yang
umum mengetahuinya; mengambang maupun yang
 “delusion of control”, adalah waham setengah berbentuk tanpa
tentang dirinya dikendalikan oleh kandungan afektif yang jelas,
suatu kekuatan tertentu dari luar atau ataupun disertai oleh ide-ide
“delusion of passivitiy” merupaka berlebihan (over-valued ideas)
waham tentang dirinya tidak berdaya yang menetap, atau apabila terjadi
dan pasrah terhadap suatu kekuatan setiap hari selama berminggu
dari luar; (tentang ”dirinya” diartikan minggu atau berbulan-bulan terus
secara jelas merujuk kepergerakan menerus;
tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, o Arus pikiran yang terputus
tindakan, atau penginderaan khusus), (break) atau yang mengalami
atau “delusional perception”yang sisipan (interpolation), yang
merupakan pengalaman indrawi yang berkibat inkoherensi atau
tidak wajar, yang bermakna sangat pembicaraan yang tidak relevan,
khas bagi dirinya, biasanya bersifat atau neologisme;
mistik atau mukjizat. o Perilaku katatonik, seperti
 Halusinasi auditorik yang keadaan gaduh-gelisah
didefinisikan dalam 3 kondisi (excitement), posisi tubuh tertentu
dibawah ini: (posturing), atau fleksibilitas
Suara halusinasi yang berkomentar cerea, negativisme, mutisme, dan
secara terus menerus terhadap stupor;
perilaku pasien, atau mendiskusikan o Gejala-gejala “negatif”, seperti
perihal pasien pasein di antara mereka sikap sangat apatis, bicara yang
sendiri (diantara berbagai suara yang jarang, dan respon emosional
berbicara), atau jenis suara halusinasi yang menumpul atau tidak wajar,
lain yang berasal dan salah satu biasanya yang mengakibatkan
bagian tubuh. penarikan diri dari pergaulan
sosial dan menurunnya kinerja

3
sosial; tetapi harus jelas bahwa interpersonal atau perawatan diri,
semua hal tersebut tidak yang secara bermakna mengalami
disebabkan oleh depresi atau kemunduran (atau jika onset pada
medikasi neuroleptika; masa kanak-kanak atau remaja,
Adanya gejala-gejala khas di atas terdapat kegagalan mencapai fungsi
telah berlangsung selama kurun waktu optimal di bidang hubungan
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk interpersonal, pendidikan dan
setiap fase nonpsikotik (prodromal) pekerjaan).
Harus ada suatu perubahan yang  Gejala berlangsung paling sedikit
konsisten dan bermakna dalam mutu selama 6 bulan. Periode 6 bulan ini
keseluruhan (overall quality) dan harus mencakup 1 bulan (atau kurang
beberapa aspek perilaku pribadi (personal jika berhasil diobati) dari gejala yang
behaviour), bermanifestasi sebagai memenuhi kriteria A (gejala-gejala
hilangnya minat, hidup tak bertujuan, pada fase aktif) dan dapat mencakup
tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam gejala-gejala pada periode prodromal
diri sendiri (self-absorbed attitude), dan atau residual. Selama periode
penarikan diri secara sosial. prodromal atau residual mungkin
Menurut Diagnostic and Statistical ditandai oleh gejala-gejala negatif
Manual of Mental Disorder fifth atau oleh dua atau lebih gejala pada
edition (DSM-5) (American Psychiatric kriteria A dalam bentuk yang lebih
Association, 2013) ringan (misalnya keyakinan yang
Berdasarkan DSM-5 (2013), aneh, pengalaman yang tidak lazim).
diagnosis skizofrenia dapat ditegakkan  Gangguan skizoafektif dan gangguan
apabila memenuhi kriteria berikut : depresi atau bipolar dengan gambaran
 Dua atau lebih dari gejala-gejala psikotik harus dapat disingkirkan
berikut yang signifikan dan karena:
berlangsung selama 1 bulan (atau o tidak ada episode depresi berat
kurang jika sudah berhasil diobati). atau manik yang terjadi selama
Paling sedikit harus ada salah satu (1), fase aktif
(2), atau (3) : o jika episode gangguan mood
1. Waham terjadi selama fase aktif, gejala-
2. Halusinasi gejala tersebut berlangsung ringan
3. Pembicaraan yang tidak selama fase aktif, prodromal dan
terorganisasi (misalnya asosiasi residual.
longgar atau inkoherensi)
4. Perilaku yang sangat tidak teratur  Gejala-gejala yang terjadi bukan
atau perilaku katatonik akibat yang ditimbulkan oleh suatu
5. Gejala-gejala negatif (misalnya zat (misalnya oleh karena pengobatan
berkurangnya ekspresi emosional atau penyalahgunaan zat) atau kondisi
atau penurunan kemauan yang medis umum lainnya.
dapat berupa penarikan diri secara
 Jika terdapat riwayat gangguan
sosial)
autisme atau gangguan komunikasi
 Sejak dimulainya onset gangguan,
dengan onset masa kanak-kanak,
fungsi satu atau lebih dari bidang
tambahan diagnosis skizofrenia hanya
utama, yaitu pekerjaan, hubungan
dibuat jika terdapat waham dan

4
halusinasi yang dominan disamping (delusion of passivity), dan
gejala-gejala skizofrenia lainnya, dan keyakinan dikejar-kejar yang
berlangsung paling sedikit 1 bulan beraneka ragam, adalah yang
(atau kurang jika berhasil diobati). paling khas.
o Gangguan afektif, dorongan kehendak
6.Jenis-jenis Skizofrenia dan pembicaraan, serta
Skizofrenia Paranoid gejalakatatonik secara relatif tidak
Skizofrenia paranoid memiliki nyata / tidak menonjol.
perkembangan gejala yang konstan. Pasien skizofrenik paranoid memiliki
Gejala-gejala yang mencolok adalah karakteristik berupa preokupasi satu atau
waham primer, disertai dengan waham- lebih delusi atau sering berhalusinasi.
waham sekunder dan halusinasi. Pasien skizofrenik paranoid biasanya
Pemeriksaan secara lebih teliti juga bersikap tegang, pencuriga, berhati-hati,
didapatkan gangguan proses pikir, dan tak ramah. Mereka juga dapat bersifat
gangguan afek, dan emosi. Kepribadian bermusuhan atau agresif. Pasien skizo-
penderita sebelum sakit sering dapat frenik paranoid kadang-kadang dapat
digolongkan skizoid, mudah tersinggung, menempatkan diri mereka secara adekuat
suka menyendiri dan kurang percaya pada didalam situasi sosial. Kecerdasan mereka
orang lain.Berdasarkan PPDGJ III, maka tidak terpengaruhi oleh gangguan psikosis
skizofrenia paranoid dapat didiganosis mereka dan cenderung tetap intak.
apabila terdapat butir-butir berikut : Skizofrenia Hebefrenik
o Memenuhi kriteria diagnostik Permulaannya perlahan-lahan atau
skizofrenia subakut dan sering timbul pada masa
o Sebagai tambahan : remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala
 Halusinasi dan atau waham harus yang mencolok adalah gangguan proses
menonjol : berpikir, gangguan kemauan dan adanya
 Suara-suara halusinasi satu depersonalisasi atau double personality.
atau lebih yang saling Gangguan psikomotor seperti mannerism,
berkomentar tentang diri neologisme atau perilaku kekanak-
pasien, yang mengancam kanakan sering terdapat pada skizofrenia
pasien atau memberi perintah, heberfenik. Berdasarkan PPDGJ III, maka
atau tanpa bentuk verbal skizofrenia hebefrenik dapat didiganosis
berupa bunyi pluit, apabila terdapat butir-butir berikut:
mendengung, atau bunyi tawa. o Memenuhi kriteria umum diagnosis
 Halusinasi pembauan atau skizofrenia
pengecapan rasa, atau bersifat o Diagnosis hebefrenik biasanya
seksual, atau lain-lain perasaan ditegakkan pada usia remaja atau
tubuh halusinasi visual dewasa muda (onset biasanya
mungkin ada tetapi jarang mulai 15-25 tahun).
menonjol. o Untuk diagnosis hebefrenik yang
 Waham dapat berupa hampir
menyakinkan umumnya
setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delusion of diperlukan pengamatan kontinu
control), dipengaruhi (delusion selama 2 atau 3 bulan lamanya,
of influence), atau “Passivity” untuk memastikan bahwa

5
gambaran yang khas berikut ini purpose). Adanya suatu
memang benar bertahan : preokupasi yang dangkal dan
 Perilaku yang tidak bertanggung bersifat dibuat-buat terhadap
jawab dan tak dapat diramalkan, agama, filsafat dan tema abstrak
serta mannerisme; ada kecen- lainnya, makin mempersukar
derungan untuk selalu orang memahami jalan pikiran
menyendiri (solitary), dan pasien.
perilaku menunjukkan hampa Skizofrenia Katatonik
tujuan dan hampa perasaan; Berdasarkan PPDGJ III, maka
 Afek pasien dangkal (shallow) skizofrenia katatonik dapat didiganosis
dan tidak wajar (inappropriate), apabila terdapat butir-butir berikut :
o Memenuhi kriteria umum untuk
sering disertai oleh cekikikan
diagnosis skizofrenia.
(giggling) atau perasaan puas diri o Satu atau lebih dari perilaku berikut
(self-satisfied), senyum sendirir ini harus mendominasi gambaran
(self-absorbed smiling), atau klinisnya :
oleh sikap, tinggi hati (lofty  Stupor (amat berkurangnya dalam
manner), tertawa menyeringai reaktivitas terhadap lingkungan dan
(grimaces), mannerisme, dalam gerakan serta aktivitas
mengibuli secara bersenda gurau spontan) atau mutisme (tidak
(pranks), keluhan hipokondrial, berbicara):
 Gaduh gelisah (tampak jelas
dan ungkapan kata yang diulang-
aktivitas motorik yang tak
ulang (reiterated phrases);
bertujuan, yang tidak dipengaruhi
 Proses pikir mengalami
oleh stimuli eksternal)
disorganisasi dan pembicaraan  Menampilkan posisi tubuh tertentu
tak menentu (rambling) serta (secara sukarela mengambil dan
inkoheren. mempertahankan posisi tubuh
 Gangguan afektif dan dorongan tertentu yang tidak wajar atau
kehendak, serta gangguan proses aneh);
pikir umumnya menonjol.  Negativisme (tampak jelas
Halusinasi dan waham mungkin perlawanan yang tidak bermotif
ada tetapi biasanya tidak terhadap semua perintah atau upaya
menonjol (fleeting and untuk menggerakkan, atau
pergerakkan kearah yang
fragmentary delusions and
berlawanan);
hallucinations). Dorongan ke-  Rigiditas (mempertahankan posisi
hendak (drive) dan yang tubuh yang kaku untuk melawan
bertujuan (determination) hilang upaya menggerakkan dirinya);
serta sasaran ditinggalkan,  Fleksibilitas cerea / ”waxy
sehingga perilaku penderita flexibility” (mempertahankan
memperlihatkan ciri khas, yaitu anggota gerak dan tubuh dalam
perilaku tanpa tujuan (aimless) posisi yang dapat dibentuk dari
dan tanpa maksud (empty of luar); dan

6
 Gejala-gejala lain seperti stereotipik dengan impulsivitas yang
“command automatism” (kepatuhan ekstrim. Pasien berteriak, meraung,
secara otomatis terhadap perintah), membenturkan sisi badannya berulang
dan pengulangan kata-kata serta ulang, melompat, mondar mandir maju
kalimat-kalimat. mundur.Pasien dapat menyerang orang
 Pada pasien yang tidak komunikatif disekitarnya secara tiba-tiba tanpa alasan
dengan manifestasi perilaku dari lalu kembali ke sudut ruangan, pasien
gangguan katatonik, diagnosis biasanya meneriakka kata atau frase yang
skizofrenia mungkin harus ditunda aneh berulang-ulang dengan suara yang
sampai diperoleh bukti yang keras, meraung, atau berceramah seperti
memadai tentang adanya gejala- pemuka agama atau pejabat.Pasien hampir
gejala lain. tidak pernah berinteraksi dengan
 Penting untuk diperhatikan bahwa lingkungan sekitar, biasanya asik sendiri
gejala-gejala katatonik bukan dengan kegiatannya di sudut ruangan, atau
petunjuk diagnostik untuk di kolong tempat tidurnya.
skizofrenia. Gejala katatonik dapat Skizofrenia Simplex
dicetuskan oleh penyakit otak, Sering timbul pertama kali pada masa
gangguan metabolik, atau alkohol pubertas. Gejala utama pada jenis simplex
dan obat-obatan, serta dapat juga adalah kedangkalan emosi dan
terjadi pada gangguan afektif. kemunduran kemauan. Gangguan proses
Pasien dengan skizofrenia katatonik berpikir biasanya sulit ditemukan. Waham
biasanya bermanifestasi salah satu dari dan halusinasi jarang sekali terdapat. Jenis
dua bentuk skizofrenia katatonik, yaitu ini timbulnya perlahan-lahan sekali.
stupor katatonik dan excited katatatonik. Permulaan gejala mungkin penderita
Pada katatonik stupor, pasien akan mulai kurang memperhatikan keluarganya
terlihat diam dalam postur tertentu (postur atau mulai menarik diri dari pergaulan.
berdoa, membentuk bola), tidak Berdasarkan PPDGJ III, maka
melakukan gerakan spontan, hampir tidak skizofrenia katatonik dapat didiganosis
bereaksi sama sekali dengan lingkungan apabila terdapat butir-butir berikut :
sekitar bahkan pada saat defekasi maupun o Diagnosis skizofrenia simpleks sulit
buang air kecil, air liur biasanya mengalir dibuat secara meyakinkan karena
dari ujung mulut pasien karena tidak ada tergantung pada pemantapan
gerakan mulut, bila diberi makan melalui perkembangan yang berjalan perlahan
mulut akan tetap berada di rongga mulut dan progresif dari :
karena tidak adanya gerakan mengunyah,  Gejala negatif yang khas dari
pasien tidak berbicara berhari-hari, bila skizofrenia residual tanpa didahului
anggota badan pasien dicoba digerakkan riwayat halusinasi, waham, atau
pasien seperti lilin mengikuti posisi yang manifestasi lain dari episode
dibentuk, kemudian secara perlahan psikotik, dandisertai dengan
kembali lagi ke posisi awal. Bisa juga perubahan-perubahan perilaku
didapati pasien menyendiri di sudut pribadi yang bermakna,
ruangan dalam posisi berdoa dan bermanifestasi sebagai kehilangan
berguman sangat halus berulang-ulang. minat yang mencolok, tidak berbuat
Pasien dengan excited katatonik, sesuatu, tanpa tujuan hidup, dan
melakukan gerakan yang tanpa tujuan, penarikan diri secara sosial.

7
 Gangguan ini kurang jelas gejala Skizofrenia Tak Terinci
psikotiknya dibandingkan subtipe (Undifferentiated)
skizofrenia lainnya. Kriteria diagnostic menurut PPDGJ III
Skizofrenia residual yaitu:
Jenis ini adalah keadaan kronis dari o Memenuhi kriteria umum diagnosis
skizofrenia dengan riwayat sedikitnya satu skizofrenia
episode psikotik yang jelas dan gejala- o Tidak memenuhi kriteria untuk
gejala berkembang ke arah gejala negatif diagnosis skizofrenia paranoid,
yang lebuh menonjol. Gejala negatif hebefrenik, atau katatonik.
terdiri dari kelambatan psikomotor, o Tidak memenuhi kriteria untuk
penurunan aktivitas, penumpula afek, skizofrenia residual atau depresi pasca
pasif dan tidak ada inisiatif, kemiskinan skizofrenia.
pembicaraan, ekspresi nonverbal yang Depresi Pasca-Skizofrenia
menurun, serta buruknya perawatan diri o Diagnosis harus ditegakkan hanya
dan fungsi sosial. Untuk suatu diagnosis jika:
yang meyakinkan, persyaratan berikut ini  Pasien telah menderita skizofrenia
harus dipenuhi semua : (yang memenuhi kriteria diagnosis
o Gejala “negative” dari skizofrenia umum skizzofrenia) selama 12
yang menonjol misalnya perlambatan bulan terakhir ini;
psikomotorik, aktivitas menurun, afek  Beberapa gejala skizofrenia masih
yang menumpul, sikap pasif dan tetap ada (tetapi tidak lagi
ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam mendominasi gambaran klinisnya);
kuantitas atau isi pembicaraan, dan
 Gejala-gejala depresif menonjol dan
komunikasi non-verbal yang buruk
menganggu, memenuhi paling
seperti dalam ekspresi muka, kontak
sedikit kriteria untuk episode
mata, modulasi suara, dan posisi
depresif, dan telah ada dalam kurun
tubuh, perawatan diri dan kinerja
waktu paling sedikit 2 minggu.
sosial yang buruk;
Apabila pasien tidak lagi menunjukkan
o Sedikitnya ada riwayat satu episode
gejala skizofrenia diagnosis menjadi
psikotik yang jelas di masa lampau
episode depresif. Bila gejala skizofrenia
yang memenuhi kriteria untuk
diagnosis masih jelas dan menonjol,
diagnosis skizofenia;
diagnosis harus tetap salah satu dari
o Sedikitnya sudah melampaui kurun
subtipe skizofrenia yang sesuai.
waktu satu tahun dimana intensitas
Skizofrenia lainnya
dan frekuensi gejala yang nyata
seperti waham dan halusinasi telah 7.Tatalaksana Skizofrenia
sangat berkurang (minimal) dan telah Penatalaksanaan skizofrenia
timbul sindrom “negative” dari secara umum dapat dibagi menjadi 2
skizofrenia; bagian besar, yaitu terapi biologik dan
o Tidak terdapat dementia atau penyakit intervensi psikososial.
/ gangguan otak organik lain, depresi Terapi Biologik
kronis atau institusionalisasi yang Terapi biologik pada skizofrenia
dapat menjelaskan disabilitas negative meliputi tiga fase, yaitu fase akut,
tersebut. stabilisasi dan stabil atau rumatan. Fase
akut ditandai dengan gejala psikotik yang

8
berlangsung selama 4-8 minggu dan harapan yang lebih realistik untuk
membutuhkan penatalaksanaan segera. kehidupan dan masa depannya
Fokus terapi pada fase akut yaitu untuk (Perhimpunan Dokter Spesialis
menghilangkan gejala psikotik (Hers MI Kedokteran Jiwa Indonesia 2011; Sadock
& Marder SR 2002; Jones PB & Buckley BJ, Sadock VA & Ruiz P 2015).
PF 2006; Perhimpunan Dokter Spesialis Intervensi psikososial adalah
Kedokteran Jiwa Indonesia 2011). proses yang memfasilitasi kesempatan
Setelah fase akut terkontrol, orang untuk individu meraih tingkat
dengan skizofrenia (ODS) akan memasuki kemandiriannya secara optimal di
fase stabilisasi yang berlangsung paling komunitas. (WHO 1996). Saat ini
sedikit 6 bulan setelah pulihnya gejala intervensi psikososial dikembangkan
akut. Risiko kekambuhan sangat tinggi dengan mengadaptasi konsep dan
pada fase ini terutama bila obat dihentikan pendekatan rekoveri, yaitu sebuah
atau ODS terpapar dengan stresor. Selama pendekatan yang melihat proses
fase stabilisasi, fokus terapi biologik pemulihan sebagai sebuah perjalanan
adalah konsolidasi pencapaian terapetik. penyembuhan dan transformasi yang
Dosis obat pada fase stabilisasi sama memampukan orang dengan masalah
dengan pada fase akut (Perhimpunan kesehatan jiwa untuk hidup secara
Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa bermakna di masyarakat berdasarkan
Indonesia 2011). Fase selanjutnya adalah pilihannya dan mencapai potensi yang
fase stabil atau rumatan. Penyakit pada dimilikinya (SAMHSA, 2004).
fase ini dalam keadaan remisi. Target Pendekatan psikososial ditetapkan
terapi biologik pada fase ini adalah untuk secara individual sesuai dengan kebutuhan
mencegah kekambuhan dan memperbaiki spesifik dari masing-masing orang.
derajat fungsi (Marder SR & Kane JM, Intervensi psikososial juga harus berbasis
2005). bukti dan dilaksanakan oleh petugas yang
Intervensi Psikososial terlatih. Intervensi psikososial berbasis
Berbagai studi membuktikan bukti yang dianggap efektif untuk
bahwa intervensi psikososial bermanfaat skizofrenia adalah psikoedukasi,
dalam menurunkan frekuensi intervensi keluarga, terapi kognitif
kekambuhan, mengurangi kebutuhan perilaku, pelatihan keterampilan sosial,
rawat inap kembali di rumah sakit, terapi vokasional, remediasi kognitif dan
mengurangi penderitaan akibat gejala- dukungan kelompok sebaya (Sadock BJ,
gejala penyakitnya, meningkatkan Sadock VA & Ruiz P 2015; Perhimpunan
kapasitas fungsional, memperbaiki Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa
kualitas hidup dan kehidupan berkeluarga. Indonesia 2011).
Intervensi psikososial bisa dimulai sedini Intervensi psikososial pada fase akut
mungkin. Namun, hendaknya disesuaikan bertujuan untuk mengurangi stimulus
dengan fase perjalanan penyakitnya, yang berlebihan, stresor lingkungan dan
dengan melibatkan ODS dan keluarganya peristiwa-peristiwa kehidupan.
sejak awal. Melalui intervensi psikososial, Memberikan ketenangan kepada ODS
ODS dan keluarga diajak untuk atau mengurangi keterjagaan melalui
memahami perjalanan penyakit, komunikasi yang baik, memberikan
perkembangan gejala, dan menyusun dukungan atau harapan, menyediakan

9
lingkungan yang nyaman, tidak menuntut, diskriminasi, seperti tidak ingin
toleran, hubungan yang bersifat suportif mempekerjakan orang dengan gangguan
dengan klinikus dan tim yang memberi kejiwaan. Stigma yang diberikan oleh
layanan perawatan perlu dilakukan. Pada masyarakat umum mempersulit orang
fase ini sebaiknya pendekatan psikososial dengan gangguan jiwa. Stigma dapat
melalui komunikasi yang sederhana, jelas menjauhkan orang dengan gangguan jiwa
dan efektif, dan model komunikasi lebih dari kesempatan hidup yang penting
bersifat langsung. (Jones PB & Buckley dalam mencapai tujuan hidup mereka.
PF 2006; Perhimpunan Dokter Spesialis Penelitian menunjukkan bahwa stereotip
Kedokteran Jiwa Indonesia 2011). dan prasangka mengenai gangguan jiwa
dapat berdampak pada kehilangan
8.Stigma pada Skizofrenia kesempatan dalam mendapatkan dan
Kata stigma berasal dari bahasa
mempertahankan pekerjaan. Hal ini
Inggris yang artinya noda atau cacat.
membuat perusahaan yang sedang
Dalam kaitanya dengan gangguan jiwa
mencari pekerja, menghindari orang
skizofrenia, stigma adalah sikap keluarga
dengan gangguan jiwa dengan tidak
dan masyarakat yang menganggap bahwa
memperkerjakannya. Para penyewa rumah
jika ada salah satu anggota keluarga yang
juga tidak berkenaan untuk menyewakan
menjadi penderita skizofrenia, hal itu
rumah mereka kepada orang dengan
merupakan aib bagi keluarga. Menurut
gangguan jiwa. Corrigan (1998)
Goffman (1963) Stigma adalah tanda atau
menambahkan bahwa hidup di dalam
ciri yang menandakan pemiliknya
budaya yang memberikan stigma, orang
membawa sesuatu yang buruk dan oleh
dengan gangguan jiwa dapat menerima
karena itu dinilai lebih rendah
pendapat ini dan merasakan hal yang tidak
dibandingkan dengan orang normal.
menyenangkan dari harga diri yang
Stigma biasa diberikan kepada
menjadi lebih rendah. Selain itu, orang
seseorang dengan atribut yang ia miliki
dengan gangguan jiwa juga menjadi
ditolak atau tidak dianggap oleh
kurang percaya terhadap masa depannya.
lingkungan sekitarnya. Stigma merujuk
Finzen menyebut stigmatisasi sebagai
pada segala karakteristik seseorang yang
’penyakit kedua,’ yaitu sebuah
dapat menjadi alasan orang tidak suka.
penderitaan tambahan yang tidak hanya
Stigma dapat meliputi ras, usia, logat,
dirasakan oleh penderita, namun juga
cacat fisik atau penyakit,
dirasakan oleh anggota keluarga. Stigma
ketidakmenarikan, kegemukan, atau
sendiri diartikan sebagai “label” yang
orientasi seksual.
pada banyak hal mengarah untuk
Menurut Corrigan dan Larson, stigma
merendahkan orang lain. Dampak
yang diberikan oleh masyarakat kepada
merugikan dari stigmatisasi termasuk
orang dengan gangguan kejiwaan terdiri
kehilangan self esteem, perpecahan
dari stereotip yang negatif, prasangka, dan
dalam hubungan kekeluargaan, isolasi
diskriminasi. Masyarakat umum
sosial,rasa malu; yang akhirnya
menganggap orang dengan gangguan
menyebabkan perilaku pencarian bantuan
kejiwaan adalah orang yang berbahaya,
menjadi tertunda. Keluarga yang memiliki
tidak berkompeten dan masyarakat umum
anggota yang mengalami gangguan
merasakan emosi yang negatif terhadap
kejiwaan akan selalu mendapatkan
mereka seperti takut serta melakukan

10
perhatian yang lebih dari tetangga sekitar. tersebut. Adanya stigma yang negatif
Stigma yang seperti inilah yang yang terhadap ODGJ (Orang Dengan Gangguan
dapat memperparah gangguan tersebut Jiwa) dan keluarganya menyebabkan
karena Orang Dengan Gangguan Jiwa ODGJ dan keluarganya akan terkucilkan.
(ODGJ) sangat membutuhkan dukungan Pada keluarga, stigma akan menyebabkan
dari keluarga untuk membantu proses beban psikologis yang berat bagi keluarga
penyembuhan penyakitnya. Stigma yang penderita gangguan jiwa sehingga
negative akan berdampak pada kurangnya berdampak pada kurang adekuatnya
dukungan yang diberikan oleh keluarga dukungan yang diberikan oleh keluarga
sehingga keluarga melakukan tindakan pada proses pemulihan ODGJ.
pemasungan pada ODGJ. Stigma tinggi
yang dirasakan oleh keluarga akan
berdampak pada peningkatan beban
keluarga, meningkatnya stress dan
berpengaruh terhadap kualitas hidup serta
depresi.
Proses pemulihan dan penyembuhan
pada orang dengan gangguan jiwa
membutuhkan dukungan keluarga untuk
menentukan keberhasilan pemulihan

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Andreasen, N,C., Carpenter, 6. Kaplan H.I, Sadok B.J.


M.T., Kane, J.M.,Lasser, Comprensive Textbook Of
R.A.,Marder, S.R., Psychiatry, William &
Weinberger, D.R. 2005. Walkins. 5th Edition, USA,
Remission in Schizophrenia: 1998 : 128
Proposed Criteria and
Rationale for Consensus. Am
J Psychiatry. 162:441–449. 7. Maramis, W. F. (2009). Ilmu
Kedokteran Jiwa edisi 2.
2. Durand, V. Mark, & Barlow, Surabaya: Pusat penerbitan
David H. (2006). Psikologi dan percetakan.
Abnormal. Edisi Keempat.
Jilid Pertama. Jogjakarta : 8. Maslim R, Buku Saku
Pustaka Pelajar Diagnosis Gangguan Jiwa,
Rujukan Ringkasan dari
PPGDJ-III, Jakarta, 2001 : 65
3. Jenkins, J.H.,Garcia, J.I.R.,
Chang, C.L., Young, J.S., 9. Nevid, Jeffrey S., Rathus,
Lopez, S.R. 2006. Spencer A., & Greene,
FamilySupport Predicts Beverly. (2005). Psikologi
Psychiatric Medication Usage Abnormal. Edisi Kelima. Jilid
Among Mexican Pertama. Jakarta : Penerbit
AmericanIndividuals with Erlangga
Schizophrenia. Social
Psyciatry and Psychiatric 10. Pedoman Penggolongan
Epidemology,41. 624-631. Diagnostik Gangguan Jiwa
(PPDGJ III), Direktorat
Kesehatan Jiwa Departemen
4. Kaplan H.I, Sadok B.J. Kesehatan Republik
Sinopsis Psikiatri, Edisi Indonesia, 1993.
ketujuh, Jilid I, Binarupa 11. Jayanti, Indri. 2013.
Aksara, Jakarta, 1997 : 777- Internalisasi Stigma dan
83 Harga Diri Pada Orang
Dengan Skizofrenia. Jurnal
Penelitian dan Pengukuran
5. Kaplan H.I, Sadok B.J. Ilmu Psikologi. 2(1): 37-44
Kedokteran Jiwa Darurat, 12. Nasriati, Ririn. 2017. Stigma
Cetakan I, Widya Medika, dan Dukungan Keluarga
Jakarta, 1998 : 227-229 Dalam Merawat Orang
Dengan Gangguan Jiwa
(ODGJ). MEDISAINS:

33
Jurnal Ilmiah Ilmu
Kesehatan, 15(1). 56-65.

34

Anda mungkin juga menyukai