Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA LANSIA DI DESA PETUNGSEWU DAU


DEPARTEMEN KEPERAWATAN GERONTIK

Oleh:
WIJI SANJAYA
2214314901023
KELOMPOK 9

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES MAHARANI MALANG
2023

1
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Asuhan Keperawatan
Pada Lansia di Desa petungsewu Dau
Departemen Keperawatan Gerontik

Oleh:
WIJI SANJAYA
2214314901023

Menyetujui,

Pembimbing Akademik,

(Ns. Sih Ageng Lumadi., S. Kep., M. Kep.)

2
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul Asuhan Keperawatan Pada Lansia di Desa Petungsewu Dau, penulis
menyadari sepenuhnya akan kekurangan dan keterbatasan dalam asuhan
keperawatan ini maka dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati penulis
mengharap kritik dan saran yang membangun sehingga dapat melengkapi
kesempurnaan asuhan keperawatan ini. Semoga Tuhan yang Maha Esa
memberikan kekuatan dan melimpahkan segala rahmat dan hidayahnya atas
segala yang telah penulis lakukan berharap semoga asuhan keperawatan ini
bisa memberikan manfaat bagi orang lain maupun pembaca pada umumnya.

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sindrom geriatri adalah serangkaian kondisi klinik pada orang berusia
lanjut (lansia) yang dapat berdampak pada penurunan kualias hidup,
kecacatan, bahan resiko kematian. Sindrom geriatri meliputi gangguan
kognitif, depresi, inkontinensia, ketergantungan fungsional, dan jatuh.
Sindrom ini dapat menyebabkan angka morbiditas yang signifikan dan
keadaan yang buruk pada usia tua yang lemah. Sindrom ini biasanya
melibatkan beberapa sistem organ. Sindrom geriatrik mungkin memiliki
kesamaan patofisiologi meskipun presentasi yang berbeda, dan memerlukan
intervensi dan strategi yang fokus terhadap faktor etiologi (Darmojo, B.
2009).
Pada tahun 2000 jumlah orang lanjut usia sebesar 7,28% dan pada
tahun 2016 diperkirakan mencapai 11,34%. Dari data USA-Bureau of the
Census, bahkan Indonesia diperkirakan akan mengalami pertambahan
warga geriatri terbesar di seluruh dunia, yaitu sebesar 414% (Andayani, R.
2011). Menurut Kane RL (2008), sindrom geriatri memiliki beberapa
karakteristik, yaitu: usia > 60 tahun, multipatologi, tampilan klinis tidak khas,
polifarmasi, fungsi organ menurun, gangguan status fungsional, dan
gangguan nutrisi. Hal ini sesuai dengan karakteristik pasien dengan usia 80
tahun, memiliki gangguan hepar dan ginjal, status fungsional di keluarga
yang sudah menurun dan ditemukan adanya gangguan nutrisi pada pasien
karena menurunnya fungsi menelan.

1.2 Tujuan
Memberikan Asuhan Keperawatan Gerontik pada Klien Lansia di Desa
Petung Sewu Dau

1.3 Manfaat
Meningkatkan kualitas hidup pada Klien Lansia di Desa Petungsewu Dau

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP PENUAAN


2.1.1 Definisi Penuaan
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki
kerusakan yang diderita (Rosidawati, 2008). Seiring dengan proses
menua tersebut tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau
yang biasa disebut juga sebagai penyakit degeneratif (Rosidawati,2008).
Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang
berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan
proses penurunan daya tahan tubuh dalam mengahadapi rangsangan
dari dalam dan luar tubuh. Seara umum, proses menua adalah sebagai
perubahan yang terkait waktu, bersifat universal, intrinsik, profresif dan
detrimental. Keadaan tersebut menyebabkan berkurangnya kemampuan
berdaptasi terhadap lingkungan untuk dapat bertahan hidup (Dewi, 2014).
Proses menua merupakan suatu proses yang wajar, bersifat alami
dan pasti akan dialami oleh semua orang (Nugroho, 2000). Penuaan
adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat
diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai
usia tahap perkembangan kronologis tertentu (Stanley and Patricia,
2006).

2.1.2 Macam-macam Teori Penuaan


Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu
teori biologi, teori psikologis, teori sosial dan teori spiritual (Dewi, 2014):
1. Teori Biologi
Teori biologi merupakan teori yang menjelaskan mengenai
proses fisik penuaan yang meliputi perubahan fungsi dan struktur
organ, pengembangan, panjang usia dan kematian. Teori biologis
mencoba menerangkan menganai proses atau tingkatan perubahan
yang terjadi pada manusia mengenai perbedaan cara dalam proses

5
menua dari waktu ke waktu serta meliputi faktor yang mempengaruhi
usia panjang, perlawanan terhadap organisme dan kematian atau
perubahan seluler.
a. Teori Genetik
Teori genetika merupakan teori yang menjelaskan bahwa
penuaan merupakan suatu proses yang alami di mana hal ini telah
diwariskan secara turun-temurun (genetik) dan tanpa disadari untuk
mengubah sel dan struktur jaringan. Teori genetika terdiri dari teori
DNA, teori ketepatan dan kesalahan, mutasi somatik, dan teori
glikogen. DNA merupakan asam nukleat yang berisi pengkodean
mengenai infornasi aktivitas sel, DNA berada pada tingkat
molekuler dan bereplikasi sebelum pembelahan sel dimulai,
sehingga apabila terjadi kesalahan dalam pengkodean DNA maka
akan berdampak pada kesalahan tingkat seluler dan mengakibatkan
malfungsi organ.
b. Wear and tear theory
Teori Wear And Tear mengajukan akumulasi sampah
metabolik atau zat nutrisi dapat merusak sintesis DNA. Pada teori
ini berpendapat bahwa sel somatik nomal memiliki kemampuan
yang terbatas dalam bereplikasi dan menjalankan fungsinya.
Kematian sel terjadi karena jaringan yang sudah tua tidak
beregenerasi. Teori wear and tear mengungkapkan bahwa
organisme memiliki energi tetap yang tersedia dan akan habis
sesuai dengan waktu yang diprogramkan.
c. Slow Immunology Theory
Teori imunitas berhubungan langsung dengan proses
penuaan. Selama proses penuaan, sistem imun juga akan
mengalami kemunduran dalam pertahanan terhadap organisme
asing yang masuk ke dalam tubuh sehingga pada lansia akan
sangat mudah mengalami infeksi dan kanker. Perubahan sistem
imun ini diakibatkan perubahan pada jaringan limfoid sehingga tidak
adanya keseimbangan dalam sel T intuk memproduksi antibodi dan
kekebalan tubuh menurun.
d. Teori Radikal Bebas

6
Radikal bebas merupakan contoh produk sampah
metabolisme yang dapat menyebabkan kerusakan apabila terjadi
akumulasi. Radikal bebas tidak mengandung DNA. Ketika radikal
bebas menyerang molekul, akan terjadi kerusakan membran sel;
penuaan diperkirakan karena kerusakan sel akumulatif yang pada
akhirnya mengganggu fungsi.
e. Teori Rantai Silang
Teori rantai silang mengatakan bahwa struktur molekular
normal yang dipisahkan mungkin terikat bersama-sama melalui
reaksi kimia. Agen rantai silang yang menghubungkan menempel
pada rantai tunggal. dengan bertambahnya usia, mekanisme
pertahanan tubuh akan semakin melemah, dan proses cross-link
terus berlanjut sampai terjadi kerusakan. Hasil akhirnya adalah
akumulasi silang senyawa yang menyebabkan mutasi pada sel,
ketidakmampuan untuk menghilangkan sampah metabolik
2. Teori Psikososial
Teori psikologis merupakan teori yang luas dalam berbagai
lingkup karena penuaan psikologis dipengaruhi oleh faktor biologis dan
sosial, dan juga melibatkan penggunaan kapasitas adaptif untuk
melaksanakan kontrol perilaku atau regulasi diri
3. Teori Spiritual
Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada
pengertian hubungn individu dengan alam semesta dan presepsi
individu tentang arti kehidupan. Istilah kepercayaan sebagai suatu
bentuk pengetahuan dan cara berhubungan dengan kehidupan akhir.
Perkembangan kepercayaan antara orang dan lingkungan terjadi
karena adanya kombinasi antara nilai-nilai dan pengetahuan.
perkembangan spiritual pada lansia berada pada tahap penjelamaan
dari prinsip cinta dan keadilan

2.1.3 Fisiologi Menua dan Proses Menua


Proses penuaan adalah normal, berlangsung secara terus menerus
secara alamiah. Dimulai sejak manusia lahir bahkan sebelumnya dan
umunya dialami seluruh makhluk hidup. Menua merupakan proses
penurunan fungsi struktural tubuh yang diikuti penurunan daya tahan

7
tubuh. Setiap orang akan mengalami masa tua, akan tetapi penuaan
pada tiap seseorang berbeda-beda tergantung pada berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut dapat berupa faktor herediter,
nutrisi, stress, status kesehatan dan lain-lain (Stanley, 2006).
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak,
masa dewasa dan masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik
secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti
mengalami kemuduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik
ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan
pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai
fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah.
Meskipun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ,
tetapi tidak harus menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut harus
sehat. Sehat dalam hal ini diartikan:
a. Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial,
b. Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari –
hari,
c. Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan
masyarakat(Rahardjo, 1996)
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan-
perubahan yang menuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus-
menerus. Apabila proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang
berhasil maka timbullah berbagai masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip
oleh Munandar Ashar Sunyoto (1994) menyebutkan masalah – masalah
yang menyertai lansia yaitu:
a. Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada
orang lain
b. Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam
pola hidupnya
c. Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah
meninggal atau pindah
d. Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang
bertambah banyak
e. Belajar memperlakukan anak-anak yang telah tumbuh dewasa.

8
Berkaitan dengan perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa
perubahan fisik yang mendasar adalah perubahan gerak.

2.2 KONSEP GERIATRIC SYNDROME


2.1.1 Definisi Geriatri Sindrom
Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari
masalah kesehatan pada lansia yang menyangkut aspek promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif serta psikososial yang menyertai
kehidupan lansia Sindrom geriatri adalah serangkaian kondisi klinis pada
orang tua yang dapat  mempengaruhi  kualitas  hidup  pasien  dan 
dikaitkan  dengan  kecacatan.  Tampilan klinis yang tidak khas sering
membuat sindrom geriatri tidak terdiagnosis. Sindrom geriatri meliputi
gangguan kognitif, depresi, inkontinensia, ketergantungan fungsional,
dan jatuh. Sindrom ini dapat menyebabkan angka morbiditas yang
signifikan dan keadaan yang buruk pada usia tua yang lemah. Sindrom ini
biasanya melibatkan beberapa sistem organ.

2.1.2 Macam-macam Geriatrik Sindrom


1. Immobility (imobilisasi)
Imobilisasi adalah keadaan tidak bergerak/ tirah baring selama 3
hari atau lebih, diiringi gerak anatomis tubuh yang menghilang akibat
perubahan fungsi fisiologis. Imobilisasi menyebabkan komplikasi lain
yang lebih besar pada pasien usia lanjut bila tidak ditangani dengan
baik. Gangguan keseimbangan (instabilitas) akan memudahkan pasien
geriatri terjatuh dan dapat mengalami patah tulang.
2. Instability (Gangguan keseimbangan dan jatuh)
Jatuh adalah kejadian tidak diharapkan dimana seorang jatuh
dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah atau sama
tingginya.Jatuh dapat dipengaruhi oleh beberaa faktor yaitu intrinsik
dan ekstrinsik. Faktor instrinsik (faktor resiko yang ada pada pasien)
dan faktor ekstrinsik (faktor yang terdapat pada lingkungan). Faktor
intrinsik yang menyebabkan pasien jatuh yaitu lemah, gangguan
penglihatan, ataupun tekanan darah yang tinggi yang dapat
menyebabkan timbulnya nyeri kepala. Prinsip pengobatannya pada
pasien instabilitas yaitu mengobati berbagai kondisi yang mendasari

9
instabilitas dan jatuh, memberikan terapi fisik dan penyuluhan berupa
latihan cara berjalan, penguatan otot, alat bantu, sepatu sandal yang
sesuai, serta mengubah lingkungan agar lebih aman seperti
pencahayaan yang cukup, pegangan, dan lantai yang tidak licin.
3. Intelectual imapirement (gannguan intelektual seperti demensia).
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori yang
disebabakan oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan
gangguan tingkat kesadaran. Demensia tidak hanya masalah pada
memori. Demensia mencakup berkurangnya kemampuan untuk
mengenal, berpikir, menyimpan atau mengingat pengalaman yang lalu
dan juga kehilangan pola sentuh, pasien menjadi perasa dan
tergangguanya aktivitas.
4. Incontinence (inkontinensia urin)
Inkontinensia urin adalah keluarya urin yang tidak terkendali
pada waktu yang tidak dikehendaki tanpa memperhatikan ferkuensi
dan jumlahnya, sehingga mengakibatkan masalah sosial dan higienis.
a. Inkontinensia urin stress (stres inkontinence)
Tak terkendalinya aliran urin akibat meningkatnya tekanan
intraabdominal, seperti pada saat batuk, bersin atau berolah raga.
Umumnya disebabkan oleh melemahnya otot dasar panggul,
merupakan penyebab tersering inkontinensia urin pada lansia di
bawah 75 tahun. Lebih sering terjadi pada wanita tetapi mungkin
terjadi pada laki-laki akibat kerusakan pada sfingter urethra setelah
pembedahan transurethral dan radiasi. Pasien mengeluh
mengeluarkan urin pada saat tertawa, batuk, atau berdiri. Jumlah
urin yang keluar dapat sedikit atau banyak.
b. Inkontinensia urin urgensi (urgency inkontinence)
Keluarnya urin secara tak terkendali dikaitkan dengan sensasi
keinginan berkemih. Inkontinensia urin jenis ini umumnya dikaitkan
dengan kontraksi detrusor tak terkendali (detrusor overactivity).
Masalah-masalah neurologis sering dikaitkan dengan inkontinensia
urin urgensi ini, meliputi stroke, penyakit Parkinson, demensia dan
cedera medula spinalis. Inkontinensia tipe urgensi ini merupakan
penyebab tersering inkontinensia pada lansia di atas 75 tahun. Satu
variasi inkontinensia urgensi adalah hiperaktifitas detrusor dengan

10
kontraktilitas yang terganggu. Pasien mengalami kontraksi
involunter tetapi tidak dapat mengosongkan kandung kemih sama
sekali. Mereka memiliki gejala seperti inkontinensia urin stress,
overflow dan obstruksi. Oleh karena itu perlu untuk mengenali
kondisi tersebut karena dapat menyerupai ikontinensia urin tipe lain
sehingga penanganannya tidak tepat.
c. Inkontinensia urin luapan/overflow (overflow incontinence)
Tidak terkendalinya pengeluaran urin dikaitkan dengan
distensi kandung kemih yang berlebihan. Hal ini disebabkan oleh
obstruksi anatomis, seperti pembesaran prostat, faktor neurogenik
pada diabetes melitus atau sclerosis multiple, yang menyebabkan
berkurang atau tidak berkontraksinya kandung kemih, dan faktor-
faktor obat-obatan. Pasien umumnya mengeluh keluarnya sedikit
urin tanpa adanya sensasi bahwa kandung kemih sudah penuh.
d. Inkontinensia urin fungsional
Inkontinensia fungsional merupakan keadaan seseorang yang
mengalami pengeluaran urin secara tanpa disadari dan tidak dapat
diperkirakan. Keadaan inkontinensia ini ditandai dengan tidak
adanya dorongan untuk berkemih, merasa bahwa kandung kemih
penuh, kontraksi kandung kemih cukup kuat untuk mengeluarkan
urin (Hidayat, 2006). Inkontinensia fungsional merupakan
inkontinensia dengan fungsi saluran kemih bagian bawah yang utuh
tetapi ada faktor lain, seperti gangguan kognitif berat yang
menyebabkan pasien sulit untuk mengidentifikasi perlunya urinasi
(misalnya, demensia Alzheimer) atau gangguan fisik yang
menyebabkan pasien sulit atau tidak mungkin menjangkau toilet
untuk melakukan urinasi
e. Inkontinensia Refleks
Inkontinensia refleks merupakan keadaan di mana seseorang
mengalami pengeluaran urin yang tidak dirasakan. Inkontinensia tipe
ini kemungkinan disebabkan oleh adanya kerusakan neurologis (lesi
medulla spinalis). Inkontinensia refleks ditandai dengan tidak adanya
dorongan untuk berkemih, merasa bahwa kandung kemih penuh,
dan kontraksi atau spasme kandung kemih tidak dihambat pada
interval teratur (Hidayat, 2006).

11
f. Inkontinensia Total
Inkontinensia total merupakan keadaan dimana seseorang
mengalami pengeluaran urin yang terus menerus dan tidak dapat
diperkirakan. Kemungkinan penyebab inkontinensia total antara
lain: disfungsi neorologis, kontraksi independen dan refleks detrusor
karena pembedahan, trauma atau penyakit yang mempengaruhi
saraf medulla spinalis, fistula, neuropati (Hidayat, 2006).
5. Isolation (depresi) pada usia lanjut kurang dipahami sehingga banyak
kasus tidak dikenali.
6. Impotence (impotensi)
Merupakan ketidakmampuan untuk mencapai dan atau
mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan sanggama.
Penyebab disfungsi ereksi pada lansia adalah hambatan aliran darah
ke dalam alat kelamin sebagai adanya kekakuan pada dinding
pembuluh darah (arteriosklerosis) baik karena proses menua maupun
penyakit, dan juga berkurangnya sel-sel otot polos yang terdapat pada
alat kelamin serta berkurangnya kepekaan dari alat kelamin pria
terhadap rangsangan.
7. Immuno-deficiency (penurunan imunitas).
Banyak hal yang mempengaruhi penurunan sistem kekebalan
tubuh pada usia lanjut seperti atrofi thymus (kelenjar yang
memproduksi sel-sel limfosit T) meskipun tidak begitu bermakna
(tampak bermakna pada limfosit T CD8) karena limfosit T tetap
terbentuk di jaringan limfoid lainnya. Begitu juga dengan barrier infeksi
pertama pada tubuh seperti kulit dan mukosa yang menipis, refleks
batuk dan bersin -yang berfungsi mengeluarkan zat asing yang masuk
ke saluran nafas- yang melemah.
8. Infection (infeksi)
Infeksi sangat erat kaitannya dengan penurunan fungsi sistem
imun pada usia lanjut. Infeksi yang sering dijumpai adalah infeksi
saluran kemih, pneumonia, sepsis, dan meningitis. Kondisi lain seperti
kurang gizi, multipatologi, dan faktor lingkungan memudahkan usia
lanjut terkena infeksi.
9. Inanition (malnutrisi)

12
Malnutrisi terjadi pada usia lanjut karena kehilangan berat badan
fisiologis dan patologis yang tidak disengaja. Anoreksia pada usia
lanjut merupakan penurunan fisiologis nafsu makan dan asupan
makan yang menyebabkan kehilangan berat badan yang tidak
diinginkan. Pada pasien, kekurangan nutrisi disebabkan oleh keadaan
pasien dengan gangguan menelan, sehingga menurunkan nafsu
makan pasien.
10. Impaction (konstipasi)
Insomnia (gangguan tidur) merupakan gangguan tidur yang
sering dijumpai pada pasien geriatri. Umumnya pasien mengeluh
bahwa tidurnya tidak memuaskan dan sulit untuk mempertahankan
kondisi tidur
11. Latrogenic diseorder (gangguan iatrogenik)
Masalah yang sering terjadi  adalah menderita penyakit lebih dari
satu jenis sehingga membutuhkan obat yang banyak, apalagi
penggunakan obat dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan
dokter. Hal ini  dapat menyebabkan timbulnya suatu  penyakit akibat
pemakaian berbagai macam obat.   
12. Impairment of hearing vision and smell (gangguan pendengaran,
penglihatan, dan penciuman).
Gangguan ini sering di anggap sebagai hal yang biasa akibat
proses menua. Gangguan penglihatan berhubungan dengan
penurunanan kegiatan waktu senggang, status fungsional, fungsi
sosial, dan mobilitas. Gangguan penglihatan dan pendnegaran
berhubungan dengan kualitas hidup, meningkatkan disabilitas fisik,
ketidakseimbangan, jatuh, fraktur panggul, dan mortalitas
13. Dekubitus
Dekubitus adalah kerusakan kulit sampai jaringan di bawah kulit,
menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan
pada suatu area secara terus menerus sehingga timbul gangguan
sirkulasi darah setempat. Ulkus dekubitus terjadi terutama pada
tonjolan tulang.Usia lanjut memiliki potensi dekubitus karena jaringan
lemak subkutan berkurang, jaringan kolagen dan elastis berkurang,
efisiensi kapiler pada kulit berkurang. Pada penderita imobilitas,
tekanan jaringan akan melebihi tekanan kapiler, sehingga timbul

13
iskemi dan nekrosis. Proses ini dipengaruhi oleh tekanan, daya
regang, gesekan, dan kelembaban.
Semua pasien lansia yang imobilitas harus dinilai skala Norton
untuk risiko dekubitus. Skor di bawah 14 berkaitan dengan risiko tinggi
timbulnya ulkus. Pencegahan ulkus dapat dilakukan dengan
membersihkan kulit, mengurangi gesekan dan regangan dengan
berpindah posisi, asupan gizi yang cukup, menjaga kelembaban kulit.
Perlu diingat komplikasi ulkus dekubitus adalah sepsis.

2.1.3 Penatalaksanaan Geriatrik Sindrom


Dalam merawat dan menatalaksana pasien geriatri tercakup dua
komponen penting yakni pendekatan tim dan P3G yang merupakan
bagian comprehensive geriatric management (CGM). Pendekatan
multidimensi adalah menguraikan berbagai masalah pada pasien geriatri,
mengidentifikasi semua aset pasien, mengidentifikasi jenis pelayanan
yang dibutuhkan, dan mengembangkan rencana asuhan yang
berorientasi pada kepentingan pasien. Pendekatan paripurna pasien
geriatri ada tiga tiga hal, yaitu fokus pada pasien usia lanjut yang memiliki
masalah kompleks; mencakup status fungsional dan kualitas hidup;
memerlukan tim yang bersifat interdisiplin (Soedjono, 2007).
Berikut beberapa penatalaksanaan secara umum sindrom geriatrik,
diantaranya :
1. Pemberian asupan diet protein, vitamin C,D,E, & mineral yang cukup.
Orang usia lanjut umumnya mengonsumsi protein kurang dari
angka kecukupan gizi (AKG). Proporsi protein yang adekuat
merupakan faktor penting; bukan dalam jumlah besar pada sekali
makan. Hal penting lainnya adalah kualitas protein yang baik, yaitu
protein sebaiknya mengandung asam amino esensial. (Setiati et al,
2013)
2. Olahraga secara teratur. Perlu pemantauan rutin kemampuan dasar
seperti berjalan, keseimbangan, fungsi kognitif. Aktivitas fisik dapat
menghambat penurunan massa dan fungsi otot dengan memicu
peningkatan massa dan kapasitas metabolik otot sehingga
memengaruhi energy expenditure, metabolise glukosa, dan cadangan
protein tubuh. Resistance training merupakan bentuk latihan yang

14
paling efektif untuk mencegah sarkopenia dan dapat ditoleransi
dengan baik pada orang tua. Program resistance training dilakukan
selama 30 menit setiap sesi, 2 kali seminggu
3. Pencegahan infeksi dengan vaksin
4. Antisipasi kejadian yang dapat menimbulkan stres misalnya
pembedahan elektif dan reconditioning cepat setelah mengalami stres
dengan renutrisi dan fisioterapi individual (Setiati et al, 2011)
5. Terapi pengobatan pada pasien usia lanjut secara signifikan berbeda
dari pasien pada usia muda, karena adanya perubahan kondisi tubuh
yang disebabkan oleh usia, dan dampak yang timbul dari penggunaan
obat-obatan yang digunakan sebelumnya. Karena itu diusulkan prinsip
pemberian obat yang benar pada pasien geriatri dengan cara
mengetahui riwayat pengobatan lengkap, jangan memberikan obat
sebelum waktunya, jangan menggunakan obat terlalu lama, kenali obat
yang digunakan, mulai dengan dosis rendah, naikkan perlahan-lahan,
obati sesuai patokan, beri dorongan supaya patuh berobat dan hati-
hati mengguakan obat baru (Setiati dkk., 2006).
Penatalaksanaan Resiko Jatuh:
a. Perhatikan penggunaan alat bantu melihat (kacamata) dan alat
bantu dengar (earphone)
b. Evaluasi dan ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
c. Evaluasi kemampuan kognitif
d. Beri lansia alat bantu berjalan seperti hand rails, walkers, dsb
Penatalaksanaan Gangguan Tidur:
a. Tingkatkan aktifitas rutin setiap hari
b. Ciptakan lingkungan yang nyaman
c. Kurangi konsumsi kopi
d. Berikan benzodiazepine seperti Temazepam (7,5-15 mg)
e. Anti depresan seperti Trazadone untuk insomnia kronik.

2.1.4 Pencegahan Geritrik Sindrom


Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya
kesehatan yaitu: peningkatan (promotif), pencegahan (preventif),
diagnosis dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan dan pemulihan.
1. Promosi (Promotif)

15
Upaya promotif merupakan tindakan secara langsung dan tidak
langsung untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah
penyakit. Upaya promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan
untuk meningkatkan.
Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia adalah sebagai
berikut:
a. Mengurangi cedera, di lakukan dengan tujuan mengurangi kejadian
jatuh, mengurangi bahaya kebakaran dalam rumah, meningkatkan
penggunaan alat pengaman dan mengurangi kejadian keracunan
makanan atau zat kimia.
b. Meningkatkan keamanan di tempat kerja yang bertujuan untuk
mengurangi terpapar dengan bahan-bahan kimia dan meningkatkan
pengunaan sistem keamanan kerja.
c. Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk,
bertujuan untuk mengurangi pengunaan semprotan bahan-bahan
kimia, mengurangi radiasi di rumah, meningkatkan pengolahan
rumah tangga terhadap bahan berbahaya, serta mengurangi
kontaminasi makanan dan obat-obatan.
d. Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mutu yang
bertujuan untuk mengurangi karies gigi serta memelihara
kebersihan gigi dan mulut.

2. Pencegahan (Preventif)
a. Melakukan pencegahan primer, meliputi pencegahan pada lansia
sehat, terdapat faktor risiko, tidak ada penyakit, dan promosi
kesehatan. Jenis pelayanan pencegahan primer adalah: program
imunisasi, konseling, berhenti merokok dan minum beralkohol,
dukungan nutrisi, keamanan di dalam dan sekitar rumah,
manajemen stres, penggunaan medikasi yang tepat.
b. Melakukan pencegahan sekunder, meliputi pemeriksaan terhadap
penderita tanpa gejala dari awal penyakit hingga terjadi gejala
penyakit belum tampak secara klinis dan mengindap faktor risiko.
Jenis pelayan pencegahan sekunder antara lain adalah sebagai
berikut: kontrol hipertensi, deteksi dan pengobatan kangker,
screening: pemeriksaan rektal, papsmear, gigi mulut dan lain-lain.

16
Melakukan pencegahan tersier, dilakukan sebelum terdapat gejala
penyakit dan cacat, mecegah cacat bertambah dan ketergantungan,
serta perawatan dengan perawatan di rumah sakit, rehabilisasi
pasien rawat jalan dan perawatan jangka panjang.

2.3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


2.3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan
dengan kegiatan mengumpulkan data yang akurat dari pasien sehingga
akan diketahui berbagai permasalahan yang ada. Tujuan dari
pengkajian pada lansia adalah untuk menentukan kemampuan pasien
untuk merawat diri sendiri, membantu menghindarkan bentuk dan
penandaan pasien serta melengkapi dasar-dasar rencana perawatan
individu.pada lansia pengkajian yang dilakukan meliputi Pengkajian
Fisik, Pengkajian Psikologis, Pengkajian Sosial, Pengkajian Spiritual.
Setelah dilakukan pengkajian data kemudian dianalisa dan
divalidasi untuk memberikan justifkasi pada data yang telah
dikumpulkan dengan membandingkan data subyektif maupun obyektif,
kemudian data diidentifikasikan sesuai dengan masalah yang
mengganggu pola kesehatan.
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
Setelah data dianalisa dan diidentifikasi, selanjutnya dilakukan
pengambilan keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau
masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan yang aktual atau
berpotensi menimbulkan masalah kesehatan.
2.3.3 Intervensi
Merupakan proses penyusunan berbagai rencana asuhan
keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan, atau
mengurangi masalah pasien.tahap intervensi yang dilakukan meliputi
penentuan prioritas diagnosis, tujuan yang akan dicapai, kriteria hasil,
rencana tindakan asuhan keperawatan serta rasional dari tindakan yang
akan dilakukan oleh perawat.
2.3.4 Implementasi

17
Dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan, perawat
melaksanakan tindakan secara mandiri atau berkolaborasi dengan
tenaga medi maupun paramedis yang lain seperti dokter untuk
menentukan diagnosa medis sekaligus terapi yang akan diberikan
kepada pasien, ahli gizi untuk menentukan diet makanan serta
laboratorium untuk memeriksa penyakit pasien.
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari rencana asuhan
keperawatan dengan melakukan identifikasi sejauh mana pencapaian
tujuan dari asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat,

18
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

3.1 FORMAT PENGKAJIAN

FORMAT PENGKAJIAN LANSIA


ADAPTASI TEORI MODEL CAROL A MILLER

Nama Keluarga : Petungsewu Dau Tanggal Pengkajian : 15/7/2023

1. IDENTITAS :
KLIEN
Nama : Tn. T Jenis kelamin : L
Umur : 88 tahun Status Perkawinan :
Duda
Agama : Islam
Alamat asal : Kediri

2 DATA :
. KELUARGA
Nama : -
Hubungan : -
Pekerjaan : -
Alamat : - Telp : -

3 STATUS KESEHATAN SEKARANG :


.
 Keluhan utama: Klien mengatakan biasanya nyeri sendi lutut kaki kanan
dan kaki kiri terasa linu-linu.
 Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan: Klien
mengatakan jika badan terasa linu-linu klien akan beristirahat.
 Obat-obatan: -

4. AGE RELATED CHANGES (PERUBAHAN TERKAIT PROSES MENUA) :


FUNGSI FISIOLOGIS

19
1 Kondisi Umum
.
Ya Tidak
Kelelahan : √
Perubahan BB : √
Perubahan nafsu : √
makan
Masalah tidur : √
Kemampuan ADL : √
KETERANGAN : Klien mengatakan selama 1 tahun tidak
menimbang berat badan. Klien mengatakan
makan 3 kali sehari. Klien saat malam sering
terbangun. ADL klien dapat dilakukan
mandiri meskipun perlahan-lahan.

2. Integumen
Ya Tidak
Lesi / luka : √
Pruritus / gatal : √
Perubahan pigmen : √
Memar : √
Pola penyembuhan : √
lesi
KETERANGAN : Kulit klien terlihat keriput dan turgor kulit >2
detik

3. Hematopoetic
Ya Tidak
Perdarahan : √
abnormal
Pembengkakan : √
kel. Limfe
Anemia : √
KETERANGAN : TD : 120/70 mmHg, Nadi : 82 x/menit. Klien tidak
memiliki riwayat perdarahan ataupun

20
pembengkakan limfe.

4. Kepala
Ya Tidak
Sakit kepala : √
Pusing : √
Gatal pada kulit : √
kepala
KETERANGAN : Kepala terlihat simetris, tidak terdapat lesi, tidak
terdapat massa. Penyebaran rambut merata, kulit
kepala bersih. Klien mengatakan kadang kepala
pusing.

5. Mata
Ya Tidak
Perubahan : √
penglihatan
Pakai : √
kacamata
Kekeringan : √
mata
Nyeri : √
Gatal : √
Photobobia : √
Diplopia : √
Riwayat infeksi : √
KETERANGAN : Klien hanya memiliki satu mata ada bagian mata
kiri. Klien mengatakan terdapat penurunan
pengelihatan tapi klien tidak menggunakan alat
bantu penglihatan.

6. Telinga
Ya Tidak
Penurunan pendengaran : √
Discharge : √

21
Tinitus : √
Vertigo : √
Alat bantu dengar : √
Riwayat infeksi : √
Kebiasaan membersihkan : √
telinga
Dampak pada ADL : Tidak ada
KETERANGAN : Klien mengatakan tidak ada gangguan
pendengaran. Klien dapat mendengar
suara dengan baik.
7. Hidung sinus
Ya Tidak
Rhinorrhea : √
Discharge : √
Epistaksis : √
Obstruksi : √
Snoring : √
Alergi : √
Riwayat infeksi : √
KETERANGAN : Klien mengatakan tidak memiliki masalah pada
hidung. Tidak terdapat lesi, polip, massa pada
hidung klien.

8. Mulut,
tenggorokan
Ya Tidak
Nyeri telan : √
Kesulitan menelan : √
Lesi : √
Perdarahan gusi : √
Caries : √
Perubahan rasa : √
Gigi palsu : √
Riwayat Infeksi : √
Pola sikat gigi : 1x sehari

22
KETERANGAN : Klien mengatakan tidak memiliki keluhan
pada mulut dan tenggorokan. Tidak terdapat
sariawan atau lesi lain di mulut, kebiasaan
klien sikat gigi pada saat mandi. Beberapa
gigi bagian depan klien sudah berlubang.

9 Leher
.
Ya Tidak
Kekakuan : √
Nyeri tekan : √
Massa : √
KETERANGAN : Klien mengatakan tidak memiliki keluhan pada
leher. Tidak terdapat nyeri tekan, lesi, ataupun
massa pada leher klien.

10. Pernafasan
Ya Tidak
Batuk : √
Nafas pendek : √
Hemoptisis : √
Wheezing : √
Asma : √
KETERANGAN : Klien mengatakan tidak memiliki keluhan
pernafasan. Klien tidak memiliki riwayat
asma. RR: 20 x/menit reguler. Tidak
terdapat ronchii atau wheezing.

11. Kardiovaskuler
Ya Tidak
Chest pain : √
Palpitasi : √
Dipsnoe : √

23
Paroximal : √
nocturnal
Orthopnea : √
Murmur : √
Edema : √
KETERANGAN : Bentuk dada klien datar dan simetris, tidak
ada nyeri tekan pada dada. Klien juga
mengatakan tidak ada masalah pada
jantungnya. Bunyi S1 dan S2 reguler, tidak
ada bunyi tambahan pada auskultasi
jantung.

12. Gastrointestinal
Ya Tidak
Disphagia : √
Nausea / vomiting : √
Hemateemesis : √
Perubahan nafsu : √
makan
Massa : √
Jaundice : √
Perubahan pola BAB : √
Melena : √
Hemorrhoid : √
Pola BAB : 1x hari
KETERANGAN : Klien mengatakan tidak terdapat mual,
muntah, maupun riwayat BAB darah.
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat
hemoroid. Klien mengatakan setiap
makan habis. Klien mengatakan setiap
BAB hanya sedikit.

13. Perkemihan
Ya Tidak
Dysuria : √

24
Frekuensi : 6-7 x/hari
Hesitancy : √
Urgency : √
Hematuria : √
Poliuria : √
Oliguria : √
Nocturia : √
Inkontinensia : √
Nyeri berkemih : √
Pola BAK : 6-7 x/hari
KETERANGAN : Klien mengatakan tidak memiliki keluhan
saat berkemih. Warna urine jernih dan bau
khas urine.

14. Reproduksi (laki-laki)


Ya Tidak
Lesi :
Disharge :
Testiculer pain :
Testiculer massa :
Perubahan gairah sex :
Impotensi :

Reproduksi
(perempuan)
Lesi : Tidak terkaji Tidak terkaji
Discharge : Tidak terkaji Tidak terkaji
Postcoital bleeding : Tidak terkaji Tidak terkaji
Nyeri pelvis : Tidak terkaji Tidak terkaji
Prolap : Tidak terkaji Tidak terkaji
Riwayat menstruasi : Klien mengatakan awal menstruasi
saat SMP
Aktifitas seksual : Tidak terkaji Tidak terkaji
Pap smear : Tidak terkaji Tidak terkaji
KETERANGAN : Klien tidak memiliki keluhan terkait

25
fungsi reproduksinya

15. Muskuloskeletal
Ya Tidak
Nyeri Sendi : √
Bengkak : √
Kaku sendi : √
Deformitas : √
Spasme : √
Kram : √
Kelemahan otot : √
Masalah gaya berjalan : √
Nyeri punggung : √
Pola latihan : Tidak ada latihan khusus
Dampak ADL : Klien mengatakan aktifitasnya perlahan-
lahan dan tidak bisa melakukan aktifitas
berat
KETERANGAN : Apabila kaki dirasa linu-linu dan sakit
maka klien akan beristirahat di tempat
tidur.

16. Persyarafan
Ya Tidak
Headache : √
Seizures : √
Syncope : √
Tic/tremor : √
Paralysis : √
Paresis : √
Masalah memori : √
KETERANGAN : Klien terdapat masalah pada masalah
daya ingat.

26
5. POTENSI PERTUMBUHAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL :
Psikososial YA Tidak
Cemas : √
Depresi : √
Ketakutan : √
Insomnia : √
Kesulitan dalam mengambil : √
keputusan
Kesulitan konsentrasi : √
Mekanisme koping : Klien mengatakan jika memiliki masalah
hanya diam saja.
Persepsi tentang kematian : Klien mengatakan pasrah kepada Yang
Kuasa dan meyakini bahwa kematian adalah hal yang akan di rasakan
oleh semua manusia sehingga tidak perlu takut dengan kematian
Dampak pada ADL : Tidak ada
Spiritual
 Aktivitas ibadah : Klien tidak pernah sholat
 Hambatan : tidak ada

KETERANGAN : Klien tidak pernah melakukan ibadah

6. LINGKUNGAN :
 Kamar : Kamar klien berukuran sekitar 20 m x 4 m dan terdapat
tempat tidur. Kamar terlihat kotor dan bau. Ventilasi udara cukup,
cahaya matahari bisa masuk kedalam kamar, Lantai kamar tidak licin.
Tidak terdapat barang berserakan di lantai. Terdapat lampu yang
digunakan saat malam hari. Tidak terdapat pegangan di dinding
kamar klien.
 Kamar mandi : Kamar mandi bersih, lantai agak licin, tidak terdapat
pegangan pada dinding
kamar mandi. Air dalam bak mandi bersih
 Dalam rumah : -
 Luar rumah : -

7. FAKTOR-FAKTOR RESIKO

27
A. Stresor
 Stresor fisiologis : Klien mengatakan menerima keadaannya saat
ini, tapi terkadang merasa lelah.
 Stresor Psikologis : Klien mengatakan selama di asrama tidak
kerasan dan selalu ingin pulang
B. Kebiasaan Lansia
 Hobi/kegemaran :-

 Kebiasaan positif :-

 Kebiasaan negatif :-
C. Pengetahuan
 Pengetahuan lansia tentang kesehatan : Klien tidak mengetahui tentang
kesehatan
D. Riwayat Pengobatan dan efek samping
 Jenis pengobatan

 Efek samping obat

8. HASIL PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


Jenis pemeriksaan Tanggal
No Hasil
Diagnostik Pemeriksaan

9. NEGATIVE FUNCTIONAL CONSEQUENCES


1. Kemampuan ADL
2. Aspek Kognitif
3. Pemenuhan Kebutuhan Tidur
4. Resiko Jatuh

28
KEMAMPUAN ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)
Skor
Tidak Dengan
No Kriteria Mandiri Yang
mampu Bantuan
Didapat
1 Makan 0 0 10 10
2 Mandi (menyeka tubuh, menyiram) 0 5 0 5
3 Membersihkan diri (cuci muka,
0 5 5
menyisir rambut, gosok gigi)
4 Mengenakan pakaian 0 5 0 5
5 Berpindah berbaring ke duduk, atau
sebaliknya
 Skor 5= dengan bantuan mayor
0 0 15 15
(1 atau 2 orang)
 Skor 10= dengan bantuan
minor (verbal/fisik)
6 Berjalan di permukaan datar (jika
tidak bisa, dengan kursi roda )
 Skor 5= ketergantungan kursi
0 0 15 15
roda, termasuk pegangan
 Skor 10= berjalan dengan
bantuan 1 orang (verbal/fisik)
7 Naik turun tangga 0 0 10 10
8 Penggunaan toilet 0 0 10 10
9 Kontrol bowel (BAB) 0 5 0 5
10 Kontrol Bladder (BAK) 0 0 10 10
TOTAL 90

Interpretasi
0-20 : ketergantungan penuh
21-61 : ketergantungan berat/sangat tergantung
62-90 : ketergantungan sedang
91-99 : ketergantungan ringan
100 : mandiri

29
INDEKX KATZ

SKORE KRITERIA

A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,


berpakaian dan kekamar mandi

B Kemandirian dalm semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari hal
tersebut diatas

C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, dan


satu fungsi tambahan

D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,


berpakaian dan satu fungsi tambahan

E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali, mandi,


berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi tambahan

F Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,


berpakaian, kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan

G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut

Lain- Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasikan
lain sebagai C, D, E atau F

30
ASPEK KOGNITIF
MMSE (Mini Mental Status Exam) untuk mengukur status kognitif lansia
No Aspek Nilai Nilai Kriteria
Kognitif maksimal Klien
1 Orientasi 5 2 Menyebutkan dengan benar :
1) Hari :-
2) Tanggal : -
3) Bulan :-
4) Tahun : 2023
5) Musim : hujan
2 Orientasi 5 5 Dimana sekarang kita berada ?
1) RT/RW : -
2) Kelurahan :-
3) Kabupaten/kota : Dau
4) Propinsi : Jawa timur
5) Negara : Indonesia
3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal : kursi, meja,
kertas), kemudian ditanyakan kepada klien,
menjawab :
1) Kursi
2) Meja
3) Kertas
4 Perhatian 5 0 Meminta klien berhitung mulai dari 100
dan kemudia kurangi 7 sampai 5 tingkat.
kalkulasi Jawaban :
1). 0
2). 0
3). 0
4). 0
5). 0
5 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek
pada poin ke- 3 (tiap poin nilai 1)
6 Bahasa 9 3 Menanyakan pada klien tentang benda (sambil
menunjukan benda tersebut).
1). Tempat tidur

31
2). gelas
3). Minta klien untuk mengulangi kata berikut :
“ tidak ada, dan, jika, atau tetapi )
Klien menjawab :

Minta klien untuk mengikuti perintah berikut


yang terdiri 3 langkah.
4). Ambil kertas ditangan anda
5). Lipat dua
6). Taruh dilantai.
Perintahkan pada klien untuk hal berikut (bila
aktifitas sesuai perintah nilai satu poin.
7). “Tutup mata anda”
8). Perintahkan kepada klien untuk menulis
kalimat dan
9). Menyalin gambar 2 segi lima yang saling
bertumpuk

Total nilai 30 18

Interpretasi hasil :
Kesimpulan:
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang ........................................................................
..........
0 - 17 : gangguan kognitif berat

32
SPMSQ (Short Portable Mental Status Questionnaire) untuk mengukur fungsi
kognitif

Bena Salah No. Pertanyaan


r
1 1. Tanggal berapa hari ini ?
1 2. Hari apa sekarang ?
1 3. Apa nama tempat ini ?
1 4. Dimana alamat Anda ?
1 5. Berapa nomor rumah Anda ?
1 6. Kapan Anda lahir ?
1 7. Siapa presiden Indonesia ?
1 8. Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?
1 9. Siapa nama ibu Anda ?
Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap
1 10.
angka baru, semua secara menurun.
Jumlah 6

Interpretasi :
Salah 0-3 : Fungsi intelektual utuh
Salah 4-5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6-8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9-10 : Fungsi intelektual kerusakan berat

33
KUESIONER KUALITAS TIDUR
The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) untuk mengukur kualitas tidur
1. Jam berapa biasanya anda mulai tidur malam? 21.00
2. Berapa lama anda biasanya baru bisa tertidur tiap malam? 6
3. Jam berapa anda biasanya bangun pagi? 04.00
4. Berapa lama anda tidur dimalam hari? 6
5. Seberapa sering masalah-masalah Tidak 1x 2x ≥3x
dibawah ini mengganggu tidur pernah /minggu /minggu /minggu
anda?
a) Tidak mampu tertidur selama 30 menit 1
sejak berbaring
b) Terbangun ditengah malam atau terlalu 3
dini
c) Terbangun untuk ke kamar mandi 2
d) Tidak mampu bernafas dengan leluasa 0
e) Batuk atau mengorok 1
f) Kedinginan di malam hari 1
g) Kepanasan di malam hari 0
h) Mimpi buruk 1
i) Terasa nyeri 0
j) Alasan lain ………
6 Seberapa sering anda menggunakan 0
obat tidur
7 Seberapa sering anda mengantuk ketika 1
melakukan aktifitas disiang hari
Tidak
Kecil Sedang Besar
antusias
8 Seberapa besar antusias anda ingin 2
menyelesaikan masalah yang anda
hadapi
Sangat Sangat
Baik Kurang
baik kurang
9 Pertanyaan pre intervensi : Bagaimana 1
kualitas tidur anda selama sebulan

34
yang lalu
Pertanyaan post intervensi : Bagaimana 1
kualitas tidur anda selama seminggu
yang lalu

PENILAIAN PSQI
Komponen :
1. Kualitas tidur subyektifàDilihat dari pertanyaan nomer 9
0 = sangat baik
1 = baik
2 = kurang
3 = sangatkurang
2. Latensi tidur (kesulitan memulai tidur) à total skor dari pertanyaan nomer 2 dan
5a
Pertanyaan nomer 2:
≤ 15 menit = 0
16-30 menit = 1
31-60 menit = 2
> 60 menit = 3
Pertanyaan nomer 5a:
Tidak pernah =0
Sekali seminggu = 1
2 kali seminggu = 2
>3 kali seminggu = 3
Jumlahkan skor pertanyaan nomer 2 dan 5a, dengan skor dibawah ini:
Skor 0 =0
Skor 1-2 = 1
Skor 3-4 = 2
Skor 5-6 = 3
3. Lama tidur malamàDilihat dari pertanyaan nomer 4
> 7 jam =0
6-7 jam =1
5-6 jam =2
< 5 jam =3
4. Efisiensi tiduràPertanyaan nomer 1,3,4

35
Efisiensitidur= (# lama tidur/ # lama di tempat tidur) x 100%
# lama tidur – pertanyaan nomer 4
# lama di tempat tidur – kalkulasi respon dari pertanyaan nomer 1 dan 3
Jika di dapat hasil berikut, maka skornya:
> 85 % =0
75-84 % = 1
65-74 % = 2
< 65 % =3
5. Gangguan ketika tidur malamàPertanyaan nomer 5b sampai 5j
Nomer 5b sampai 5j dinilai dengan skor dibawah ini:
Tidakpernah =0
Sekali seminggu = 1
2 kali seminggu = 2
>3 kali seminggu= 3
Jumlahkan skor pertanyaan nomer 5b sampai 5j, dengan skor dibawah ini:
Skor 0 =0
Skor 1-9 =1
Skor 10-18 =2
Skor 19-27 =3
6. Menggunakan obat-obat tiduràPertanyaan nomer 6
Tidak pernah =0
Sekali seminggu = 1
2 kali seminggu = 2
>3 kali seminggu= 3
7. Terganggunya aktifitas di siang hariàPertanyaan nomer 7 dan 8
Pertanyaan nomer 7:
Tidak pernah =0
Sekali seminggu = 1
2 kali seminggu = 2
>3 kali seminggu= 3
Pertanyaan nomer 8:
Tidak antusias =0
Kecil =1
Sedang =2
Besar =3

36
Jumlahkan skor pertanyaan nomer 7 dan 8, dengan skor di bawahini:
Skor 0 =0
Skor 1-2 = 1
Skor 3-4 = 2
Skor 5-6 = 3

Skor akhir: Jumlahkan semua skor mulai dari komponen 1 sampai 7


Interpretasi Nilai
1 = Sangat baik
1-7 = Baik
8-14 = Kurang
15-21 = Sangat kurang

37
TES KESEIMBANGAN
Time Up Go Test untuk mengukurkeseimbangan dan risiko jatuh lansia
No Tanggal Pemeriksaan Hasil TUG (detik)
1 13/2/2023 21
2 14/2/2023 19
3 15/2/2023 19
Rata-rata Waktu TUG 19,6
Interpretasi hasil Resiko jatuh
Interpretasi hasil:
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:
≥12 detik Resiko jatuh
<12 detik Diperkirakan jatuh dalam kurun
waktu 6 bulan

Interpretasi hasil:
Usia Normal
60-69 7,9 (+/- 0,9)
70-79 7,7 (+/- 2,3)
80-89 Tanpa alat bantu : 11,0 (+/- 2,2)
Dengan alat bantu : 19,9 (+/- 6,4)
≥90 Tanpa alat bantu : 14,7 (+/- 7,9)
Dengan alat bantu : 19,9 (+/-2,5)

(Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer & Woolacott: 2000; Kristensen, Foss &


Kehlet: 2007: Podsiadlo & Richardson:1991)

38
39
Pengkajian Posisi dan Keseimbangan (Sullivan)

No Tes koordinasi Keterangan Nilai


.
1. Berdiri dengan postur normal 3
2. Berdiri dengan postur normal,
3
menutup mata
3. Berdiri dengan kaki rapat 1
4. Berdiri pada satu kaki 1
5. Berdiri, fleksi trunk dan berdiri ke
1
posisi netral
6. Berdiri, lateral dan fleksi trunk 1
7. Berjalan, tempatkan tumit salah satu
1
kaki di depan jari kaki yang lain
8. Berjalan sepanjang garis lurus 1
9. Berjalan mengikuti tanda gambar
1
pada lantai
10 Berjalan menyamping 1
11. Berjalan mundur 1
12 Berjalan mengikuti lingkaran 1
13. Berjalan pada tumit 1
14. Berjalan dengan ujung kaki 1
Mampu
melakukan
Jumlah 19 aktifitas dengan
bantuan
maksimal

Keterangan
4= Mampu melakukan aktifitas dengan lengkap
3= Mampu melakukan aktifitas dengan bantuan
2= Mampu melakukan aktifitas dengan bantuan maksimal
1= Tidak mampu melakukan aktifitas

Nilai:

40
42-54= Mampu melakukan aktifitas
28-41= Mampu melakukan aktifitas dengan sedikit bantuan
14-27= Mampu melakukan aktifitas dengan bantuan maksimal
14 = Tidak mampu melakukan

41
Geriatric Depression Scale
Pengkajian Depresi
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 0 1 0
2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan 1 0 0
kesenangan
3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong 1 0 0
4. Anda sering merasa bosan 1 0 0
5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0 0
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda sering merasakan butuh bantuan 0 0 0
9. Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar 1 0 0
melakukan sesuatu hal
10. Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan anda 1 0 0
11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1 0
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0 0
13. Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 0 1 0
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0 0
15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda 1 0 0
Jumlah 2
(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam Gerontological
Nursing, 2006)

Interpretasi :
Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi

42
STATUS NUTRISI
Pengkajian determinan nutrisi pada lansia:

No Indikators score Pemeriksaan

1. Menderita sakit atau kondisi yang mengakibatkan 2 0


perubahan jumlah dan jenis makanan yang
dikonsumsi

2. Makan kurang dari 2 kali dalam sehari 3 0

3. Makan sedikit buah, sayur atau olahan susu 2 2

4. Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan minum 2 0


minuman beralkohol setiap harinya

5. Mempunyai masalah dengan mulut atau giginya 2 0


sehingga tidak dapat makan makanan yang keras

6. Tidak selalu mempunyai cukup uang untuk membeli 4 0


makanan

7. Lebih sering makan sendirian 1 0

8. Mempunyai keharusan menjalankan terapi minum 1 0


obat 3 kali atau lebih setiap harinya

9. Mengalami penurunan berat badan 5 Kg dalam enam 2 2


bulan terakhir

10. Tidak selalu mempunyai kemampuan fisik yang 2 0


cukup untuk belanja, memasak atau makan sendiri

Total score 4

(American Dietetic Association and National Council on the Aging, dalam


Introductory Gerontological Nursing, 2001)
Interpretasi:
0 – 2 : Good
3 – 5 : Moderate nutritional risk
6≥ : High nutritional risk

43
44
FUNGSI SOSIAL LANSIA
Alat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia

NO URAIAN FUNGSI SKORE

1. Saya puas dengan bantuan yang saya terima dari ADAPTATION 1


keluarga (teman-teman) saya pada waktu sesuatu
mengganggu saya

2. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) PARTNERSHIP 1


saya mendiskusikan kepentingan bersama dan
berbagi pemecahan masalah dengan saya

3. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) GROWTH 1


saya menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan aktivitas baru atau membuat
perubahan dalam hidup saya

4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) AFFECTION 1


saya mengekspresikan kasih sayang dan
merespon emosi-emosi saya seperti marah,
sedih/mencintai

5. Saya puas dengan waktu yang disediakan RESOLVE 1


keluarga (teman-teman) saya untuk bersama-
sama saya

Kategori Skor: TOTAL 5


Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab:
1). Selalu : skor 2
2). Kadang-kadang : skor 1
3). Hampir tidak pernah : skor 0
Intepretasi:
< 3 = Disfungsi berat
4 - 6 = Disfungsi sedang
> 6 = Fungsi baik

Smilkstein, 1978 dalam Gerontologic Nursing and health aging 2005

45
3.2 ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


Keperawatan

1. DS : Lingkungan yang tidak Gangguan Pola


Pasien mengatakan bahwa sulit untuk adekuat (kurang kondusif) Tidur (D.0055)
memulai tidur dan sering kebangun pada ↓
malam hari. Sulit memulai tidur

DO : Penurunan kualitas tidur
- Sulit memulai tidur kurang lebih ↓
30 menit Gangguan pola tidur
- Lama jam tidur hanya 6 jam
- Hasil penilaian PSQI kurang tidur
2. DS: Lansia (usia 64 tahun) Nyeri Akut
Klien mengatakan sering merasa nyeri ↓ (D.0077)
sendi pada bagian kaki. Klien juga Degeneratif fungsi seluruh
mengatakan nyeri kaki dirasakan ketika tubuh
udara dingin. Nyeri hilang jika istirahat, ↓
P: Nyeri hilang timbul saat kaki Degeneratif fungsi
digerakkan atau cuaca dingin musculoskeletal
Q: Seperti ditusuk-tusuk ↓
R: Nyerti di lutut kaki kanan Agen pencedera fisik
S: Skala nyeri 5 (1-10) ↓
T: Hilang timbul Nyeri sendi, nyeri kaki dari
pinggang hingga ke lutut
DO: ↓
- Klien tampak memang lutut Nyeri akut
sesekali
- TD: 120/90 mmHG
- N: 80x/menit

3. DS : Lansia berusia >60 tahun Resiko Jatuh


Pasien mengatakan bahwa kalo jalan ↓ (D.0143)
harus pelan pelan dan pegangan sekitar. Penurunan kekuatan,

46
DO: massa, kendali otot dan
- Klien tampak memegang riwayat kecelakaan kerja
pegangan ketika jalan ↓
- Klien tampak jalan pelan pelan Kekakuan pada ekstremitas
- Klien hanya mempunyai satu ↓
mata yaitu mata kanan Timbul sensasi kesemutan
- Itepretasi TUG 19,6 yaitu resiko yang mengganggu
jatuh mobilitas dan penglihatan
buram

Resiko Jatuh
4. DS : Lansia berusia >60 tahun Gangguan
Klien mengatakan dirinya sulit ↓ Memori (D.0062)
mengingat hal hal yang sudah Proses penuaan
berlalu. ↓
Penurunan daya ingat
DO : ↓
- Klien tidak ingat tanggal lahirnya Gangguan memori
dan usianya
- Klien tidak ingat hari, tanggal
bulan
- Klien tidak bisa berhitung mulai
dari 100 kemudia kurangi 7
sampai 5 tingkat.

47
DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN

(Berdasarkan Prioritas)

Nama Pasien: Tn. T

No. TANGGAL DIAGNOSIS KEPERAWATAN TANGGAL TANDA


Dx MUNCUL TERATASI TANGAN

1. 10 Juli 2023 Gangguan pola tidur b,d kurang kontrol tidur


(D.0055)

2. 10 Juli 2023 Nyeri akut b.d agen pencidera fisiologis (D.0077)

3. 10 Juli 2023 Resiko jatuh b.d usia lebih dari 65 tahun (D.0143)

4. 10 Juli 2023 Gangguan memori b.d proses penuaan (D.0062)

48
Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosis keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan

1. Gangguan pola tidur d.d Setelah dilakukan tindakan SIKI : Dukungan Tidur
pasien mengeluh sulit keperawatan selama 3 x 24 jam, (I.09265)
memulai tidur (D.0055) diharapkan gangguan tidur teratasi Observasi

kriteria hasil: 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur


2. Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau psikologis)
SLKI Pola tidur 3. Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis
(L.05045) kopi, the, alkohol, makan mendekati waktu tidur, minum banyak
1. Keluhan sulit tidur menurun air sebelum tidur)
2. Keluhan tidak puas tidur Terapeutik
menurun 4. Batasi waktu tidur siang, jika perlu
3. Keluhan pola tidur berubah 5. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
menurun 6. Tetapkan jadwal tidur rutin
7. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyaman (mis pijat,
pengaturan, posisi)
8. Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau tindakan untuk
menunjang siklus tidur-terjaga
Kolaborasi

49
9. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
10. Anjurkan menghindari makan/minum yang mengganggu tidur
11. Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara non farmakologi
lainnya
Aplikasi jurnal Pengaruh Terapi Relaksasi Nafas Dalam terhadap
Kualitas Tidur Lansia Di Upt Wredha Budi Dharma Ponggalan
Giwangan Umbulharjo Yogyakarta (Cahyaningsih, 2019)
2. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan SIKI: Manajemen Nyeri (I.08238)
pencidera fisiologis keperawatan selama 3 x 24 jam,
Observasi
(D.0077) diharapkan tingkat nyeri menurun dan
kriteria hasil: 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
SLKI : Tingkat Nyeri (L.14138)
2. Identifikasi skala nyeri
1. Kemampuan menuntaskan 3. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
aktivitas meningkat 4. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
2. Keluhan nyeri menurun 5. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
Terapeutik

6. Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri


7. Fasilitasi istirahat dan tidur

50
Edukasi

8. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri


9. Jelaskan strategi meredakan nyeri
10. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
Aplikasi jurnal teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri sendi
Terapi Relaksasi Otot Progresif Berpengaruh Terhadap Tingkat Nyeri Sendi
Pada Lansia
3. Resiko jatuh b.d usia Setelah dilakukan tindakan SIKI : Pencegahan Jatuh (I.14540)
lebih dari 65 tahun keperawatan selama 3 x 24 jam
Observasi
(D.0143) diharapkan tingkat jatuh menurun
(tidak terjadi) dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi faktor resiko jatuh (mis. Usia >65 th, gangguan
keseimbangan, gangguan pengelihatan, neuropati)
SLKI Tingkat Jatuh (L. 14138)
2. Identifikasi resiko jatuh setidaknya sekali sesuai shift
1. Jatuh saat berdiri menurun 3. Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan resiko jatuh (mis.
2. Jatuh saat berjalan menurun Lantai licin, penerangan kurang)
3. Jatuh saat duduk menurun Terapeutik
4. Jatuh saat dikamar mandi
5. Atur tempat tidur pada posisi terendah
6. Tempatkan pasien beresiko tinggi jatuh dekat dengan pantauan

51
anggota keluarga
Edukasi

7. Anjurkan memanggil anggota keluarga jika membutuhkan bantuan


untuk berpindah
8. Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin
9. Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga keseimbangan tubuh, ajurkan
melebarkan jarak kedua kaki untuk meningkatkan keseimbangan saat
berdiri
4. Gangguan memori b.d Setelah diberikan intervensi sebanyak SIKI: Latihan Memori
proses penuaan 3x pertemuan diharapkan memori
Observasi
(D.0062) meningkat
1. Identifikasi masalah memori yang dialami
SLKI : Memori (L. 09079)
2. Identifikasi kesalahan terhadap orientasi
1. Verbalisasi kemampuan 3. Monitor perilaku dan perubahan memori selama terapi
mengingat informasi faktual Terapeutik
meningkat
4. Rencanakan metode mengajar sesuai kemampuan pasien
2. Verbalisasi kemampuan mengingat
5. Stimulasi memori dengan mengulang pikiran yang terakhir kali
perilaku tertentu yang pernah
diucapakan, jika perlu
dilakukan meningkat

52
3. Verbalisasi pengalaman lupa 6. Koreksi kesalahan orientasi
menurun 7. Fasilitasi mengingat kembali pengalaman masa lalu, jika perlu
4. Verbalisasi lupa jadwal menurun 8. Fasilitasi tugas pembelajaran (Mis. Mengingat informasi verbal dan
gambar)
9. Fasilitasi kemampuan konsentrasi
10. Stimulasi menggunakan memori pada peristiwa yang baru terjadi
(Mis. Bertanya ke mana saja ia pergi akhir – akhir ini), jika perlu
Edukasi

11. Jelaskan tujuan dan prosedur latihan


12. Ajarkan teknik memori yang tepat (Mis. Imajinasi visual, membuat
daftar, papan nama)

53
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. T Tempat : Petung sewu Dau


Usia : 88 th Tgl. Pengkajian : 10/7/2023
Tanggal/Jam No. Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi Ttd

11/7/2023 1 Dukungan S:
tidur
- Pasien mengatakan kesulitan memulai tidur
(I.9265)
menurun
1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur
- Pasien mengatakan masih sering kebangun
2. Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur (fisik
pada saat malam hari
dan/atau psikologis)
- Pasien mengatakan tidur pukul 21.00-04.00
3. Mengidentifikasi makanan dan minuman yang
WIB
mengganggu tidur (mis kopi, the, alkohol, makan
mendekati waktu tidur, minum banyak air O : Lama tidur pasien 7 jam
sebelum tidur) A : Masalah teratasi sebagian
4. Membatasi waktu tidur siang, jika perlu P : Lanjutkan intervensi 4, 5, 6, 7, 9,10
5. Memfasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
6. Menetapkan jadwal tidur rutin Dokumentasi mengajarkan teknik relaksasi
7. Melakukan prosedur untuk meningkatkan

54
kenyaman (mis pijat, pengaturan, posisi) nafas dalam
8. Menyesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau
tindakan untuk menunjang siklus tidur-terjaga
9. Mengajarkan teknik non farmakologis (relaksasi
nafas dalam)
10. Melihat pasien mengulangi ajaran teknik relaksasi
nafas dalam
11/7/2023 2 Manajemen Nyeri (I.08238) S:
- Klien mengatakan nyeri sedikit berkurang
1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
hanya saat melakukan tarik nafas dalam
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Klien mengatakan masih merasakan nyeri
2. Mengidentifikasi skala nyeri
kakinya terutama ketika berjalan dan berdiri
4. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
O:
memperingan nyeri
- Klien tampak memegang lutut ketika merasa
5. Mengidentifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
nyeri
6. Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Klien dapat melakukan teknik relaksasi nafas
7. Memberikan teknik nonfarmakologi untuk
dalam meskipun harus sering diajari
mengurangi rasa nyeri dengan teknik relaksasi nafas
- Skala nyeri 4
dalam
A: Masalah teratasi sebagian
8. Menjelaskan strategi meredakan nyeri dengan teknik

55
relaksasi nafas dalam P: Lanjutkan intervensi manajemen nyeri 7, 8, 9
9. Mengajarkan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri dengan teknik relaksasi nafas
dalam

11/7/2023 3 Pencegahan Jatuh (I.14540) S:


- Klien mengatakan akan berhati-hati ketika
1. Identifikasi faktor resiko jatuh (mis. Usia >65 th,
bangun dari tempat tidur, duduk dan berjalan
gangguan keseimbangan, gangguan pengelihatan,
O:
neuropati)
- Klien terlihat berjalan pelan pelan
2. Identifikasi resiko jatuh setidaknya sekali sesuai shift
- Klien terlihat pegangan sekitar
3. Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan
- Klien menggunakan alas kaki yang tidak licin
resiko jatuh (mis. Lantai licin, penerangan kurang)
- Klien berkonsentrasi ketika berjalan dan
4. Atur tempat tidur pada posisi terendah
menjaga keseimbangan
5. Tempatkan pasien beresiko tinggi jatuh dekat dengan
A: Risiko jatuh teratasi sebagian
pantauan anggota keluarga
P: Lanjutkan intevensi 4, 5, 6, 8
6. Anjurkan memanggil anggota keluarga jika
membutuhkan bantuan untuk berpindah
7. Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin

56
8. Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga
keseimbangan tubuh, ajurkan melebarkan jarak
kedua kaki untuk meningkatkan keseimbangan saat
berdiri

11/7/2023 4 1. Mengidentifikasi masalah memori yang dialami S:


2. Mengidentifikasi kesalahan terhadap orientasi
- Klien mengatakan lupa tanggal sekarang
3. Memonitor perilaku dan perubahan memori selama
- Klien lupa kegiatan di hari selasa Minggu lalu
terapi
O:
4. Merencanakan metode mengajar sesuai kemampuan
pasien - Klien saat dilakukan pengkajian jawabannya
5. Menstimulasi memori dengan mengulang pikiran tidak tepat seperti saat ditanya umur dan
yang terakhir kali diucapakan, jika perlu sudah berapa lama tinggal di panti
6. Mengkoreksi kesalahan orientasi jawabannya tidak tepat
7. Memfasilitasi mengingat kembali pengalaman masa - Klien tidak dapat menjawab ketika dilakukan
lalu, jika perlu stimulasi konsentrasi dengan berhitung
8. Memfasilitasi tugas pembelajaran (Mis. Mengingat - Klien dapat menyebutkan nama benda yang
informasi verbal dan gambar) ada di sekitarnya
9. Memfasilitasi kemampuan konsentrasi - Wajah klien tampak kebingungan
10. Menstimulasi menggunakan memori pada peristiwa

57
yang baru terjadi (Mis. Bertanya ke mana saja ia pergi A: Masalah teratasi sebagian
akhir – akhir ini), jika perlu
P: Lanjutkan intervensi manajemen nyeri 3, 4, 5, 6,
11. Menjelaskan tujuan dan prosedur latihan
7, 8, 9, 12
12. Mengajarkan teknik memori yang tepat (Mis.
Imajinasi visual, membuat daftar, papan nama)

58
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. T Tempat : Petungsewu Dau


Usia : 88 th Tgl. Pengkajian : 10/7/2023
Tanggal/Jam No. Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi Ttd

12/7/2023 1 Dukungan S:
tidur
- Pasien mengatakan kesulitan memulai tidur
(I.9265)
menurun
1. Membatasi waktu tidur siang, jika perlu
- Pasien mengatakan sudah jarang kebangun
3. Memfasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
pada saat malam hari
4. Menetapkan jadwal tidur rutin
- Pasien mengatakan tidur pukul 21.00-04.00
5. Melakukan prosedur untuk meningkatkan
WIB
kenyaman (mis pijat, pengaturan, posisi)
6. Mengajarkan teknik non farmakologis (relaksasi O : Lama tidur pasien 7 jam
nafas dalam) A : Masalah teratasi sebagian
7. Melihat pasien mengulangi ajaran teknik relaksasi P : Lanjutkan intervensi 1, 3, 4, 6, 7
nafas dalam
Dokumentasi mengajarkan teknik relaksasi

59
nafas dalam

12/7/2023 2 Manajemen Nyeri (I.08238) S:


- Klien mengatakan nyeri sedikit berkurang
1. Memberikan teknik nonfarmakologi untuk
hanya saat melakukan tarik nafas dalam
mengurangirasa nyeri dengan teknik relaksasi nafas
- Klien mengatakan masih merasakan nyeri
dalam
kakinya terutama ketika berjalan dan berdiri
2. Menjelaskan strategi meredakan nyeri dengan teknik
O:
relaksasi nafas dalam
- Klien tampak memegang lutut ketika merasa
3. Mengajarkan teknik nonfarmakologi untuk
nyeri
mengurangi rasa nyeri dengan teknik relaksasi nafas
- Klien dapat melakukan teknik relaksasi nafas
dalam
dalam meskipun harus sering diajari
- Skala nyeri 4
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1, 2, 3

12/7/2023 3 SIKI : Pencegahan Jatuh (I.14540) S:


- Klien mengatakan akan berhati-hati ketika
1. Atur tempat tidur pada posisi terendah
bangun dari tempat tidur, duduk dan berjalan
2. Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin

60
3. Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga O:
keseimbangan tubuh, ajurkan melebarkan jarak - Klien terlihat berjalan pelan pelan
kedua kaki untuk meningkatkan keseimbangan saat - Klien terlihat pegangan sekitar
berdiri - Klien menggunakan alas kaki yang tidak licin
- Klien berkonsentrasi ketika berjalan dan
menjaga keseimbangan
A: Risiko jatuh teratasi sebagian
P: Lanjutkan intevensi 1, 2, 3

12/7/2023 4 1. Memonitor perilaku dan perubahan memori selama S:


terapi
- Klien mengatakan lupa tanggal sekarang
2. Merencanakan metode mengajar sesuai kemampuan
- Klien lupa kegiatan di hari selasa Minggu lalu,
pasien
tetapi klien bisa menyebutka kegiatan hari
3. Menstimulasi memori dengan mengulang pikiran
kemarin
yang terakhir kali diucapakan, jika perlu
O:
4. Mengkoreksi kesalahan orientasi
5. Memfasilitasi tugas pembelajaran (Mis. Mengingat - Klien saat dilakukan pengkajian jawabannya
informasi verbal dan gambar) tidak tepat seperti saat ditanya umur dan
6. Memfasilitasi kemampuan konsentrasi sudah berapa lama tinggal di panti
7. Menstimulasi menggunakan memori pada peristiwa

61
yang baru terjadi (Mis. Bertanya ke mana saja ia pergi jawabannya tidak tepat
akhir – akhir ini), jika perlu - Klien menjawab ketika dilakukan stimulasi
8. Menjelaskan tujuan dan prosedur latihan konsentrasi dengan berhitung tetapi
9. Mengajarkan teknik memori yang tepat (Mis. jawabannya salah
Imajinasi visual, membuat daftar, papan nama) - Klien dapat menyebutkan nama benda yang
ada di sekitarnya
- Wajah klien tampak kebingungan
A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi manajemen nyeri 1, 2, 3, 4,


5, 6, 7, 8, 9

62
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. T Tempat : Petungsewu Dau


Usia : 88 th Tgl. Pengkajian : 10/7/2023
Tanggal/Jam No. Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi Ttd

13/7/2023 1 Dukungan S:
tidur
- Pasien mengatakan kesulitan memulai tidur
(I.9265)
menurun
1. Memfasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
- Pasien mengatakan sudah jarang kebangun
2. Menetapkan jadwal tidur rutin
pada saat malam hari
3. Melakukan prosedur untuk meningkatkan
- Pasien mengatakan tidur pukul 21.00-05.00
kenyaman (mis pijat, pengaturan, posisi)
WIB
10. Mengajarkan teknik non farmakologis
(relaksasi nafas dalam) O : Lama tidur pasien 8 jam
11. Melihat pasien mengulangi ajaran teknik

63
relaksasi nafas dalam A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4, 5

Dokumentasi mengajarkan teknik relaksasi


nafas dalam

13/7/2023 2 Manajemen Nyeri (I.08238) S:


- Klien mengatakan nyeri sedikit berkurang
1. Memberikan teknik nonfarmakologi untuk
hanya saat melakukan tarik nafas dalam
mengurangirasa nyeri dengan teknik relaksasi nafas
- Klien mengatakan masih merasakan nyeri
dalam
kakinya terutama ketika berjalan dan berdiri
2. Menjelaskan strategi meredakan nyeri dengan teknik
- Klien mengatakan skala nyeri 3
relaksasi nafas dalam
O:
3. Mengajarkan teknik nonfarmakologi untuk
- Klien tampak memegang lutut ketika merasa
mengurangi rasa nyeri dengan teknik relaksasi nafas
nyeri
dalam
- Klien dapat melakukan teknik relaksasi nafas
dalam meskipun harus sering diajari
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1, 2, 3

64
13/7/2023 3 SIKI : Pencegahan Jatuh (I.14540) S:
- Klien mengatakan akan berhati-hati ketika
1. Atur tempat tidur pada posisi terendah
bangun dari tempat tidur, duduk dan berjalan
2. Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin
O:
3. Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga
- Klien terlihat berjalan pelan pelan
keseimbangan tubuh, ajurkan melebarkan jarak
- Klien terlihat pegangan sekitar
kedua kaki untuk meningkatkan keseimbangan saat
- Klien menggunakan alas kaki yang tidak licin
berdiri
- Klien berkonsentrasi ketika berjalan dan
menjaga keseimbangan
A: Risiko jatuh teratasi sebagian
P: Lanjutkan intevensi 1, 2, 3

13/7/2023 4 1. Memonitor perilaku dan perubahan memori selama S:


terapi
- Klien mengatakan ingat tanggal sekarang
2. Merencanakan metode mengajar sesuai kemampuan
- Klien lupa kegiatan di hari selasa Minggu lalu,
pasien
tetapi klien bisa menyebutka kegiatan hari
3. Menstimulasi memori dengan mengulang pikiran
kemarin
yang terakhir kali diucapakan, jika perlu
O:
4. Mengkoreksi kesalahan orientasi
5. Memfasilitasi tugas pembelajaran (Mis. Mengingat - Klien saat dilakukan pengkajian jawabannya

65
informasi verbal dan gambar) tepat seperti saat ditanya umur
6. Memfasilitasi kemampuan konsentrasi - Klien menjawab ketika dilakukan stimulasi
7. Menstimulasi menggunakan memori pada peristiwa konsentrasi dengan berhitung tetapi
yang baru terjadi (Mis. Bertanya ke mana saja ia pergi jawabannya salah
akhir – akhir ini), jika perlu - Klien dapat menyebutkan nama benda yang
8. Menjelaskan tujuan dan prosedur latihan ada di sekitarnya
9. Mengajarkan teknik memori yang tepat (Mis. - Wajah klien terkadang sudah tidak bingung
Imajinasi visual, membuat daftar, papan nama) tampak kebingungan
A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi manajemen nyeri 1, 2, 3, 4,


5, 6, 7, 8, 9

66
SOP Teknik Mengatasi Nyeri Atau Relaksasi Nafas Dalam :
A. Pengertian
Merupakan metode aktif untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien yang
mengalami nyeri. Rileks sempurna yang dapat mengurangi ketegangan
otot, rasa jenuh, kecemasan sehingga mencegah menghebatnya stimulasi
nyeri. Ada tiga hal utama dalam teknik relaksasi yaitu:
1. Posisikan pasien dengan tepat
2. Pikiran beristirahat
3. Lingkungan yang tenang
B. Tujuan
Untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri. Indikasi: dilakukan
untuk pasien yang mengalami nyeri akut.
C. Prosedur pelaksanaan :
1. Tahap Prainteraksi
a. Membaca status pasien
b. Mencuci tangan
c. Menyiapkan alat
2. Tahap Orientasi
a. Memberikan salam terapeutik
b. Validasi kondisi pasien
c. Menjaga privacy pasien

d. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan


kepada pasien dan keluarga
3. Tahap Kerja
a. Ciptakan lingkungan yang tenang
b. Usahakan tetap rileks dan tenang
c. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi
paru-paru dengan udara melalui hitungan 1,2,3
d. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut
sambal merasakan ekstremitas atas dan bawah
rileks
e. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali

67
f. Menarik nafas lagi melalui hidung dan
menghembuskan melalui mulut secara perlahan-
lahan
g. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
h. Usahakan agar tetap konsentrasi
i. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri
terasa berkurang
j. Latihan dilakukan dalam 2 sesi yaitu pada pagi hari pukul 09.00
dan siang hari pukul 13.00 setiap sesi latihan nafas dalam
dilakukan sebanyak 3 kali
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi hasil kegiatan
b. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
c. Akhiri kegiatan dengan baik
d. Cuci tangan
5. Dokumentasi
a. Catat waktu pelaksanaan tindakan
b. Catat respon pasien
c. Paraf dan nama perawat

68
DAFTAR PUSTAKA

Dewi,S. 2014. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Deepublish


Hidayat, A. Alimul. (2006). Pengantsar kebutuhan dasar manusia: aplikasi
konsep dan proses keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Maryam.,dkk. 2008. Mengenal Lanjut Usia dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika.
Noorkasani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan Jakarta : Salemba Medika
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses,
dan. Praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC
Panita L , Kittisak S, Suvanee S, Wilawan H. 2011. Prevalence and recognition of
geriatri syndromes in an outpatient clinic at a tertiary care hospital of
Thailand. Medicine Department; Medicine Outpatient Department, Faculty
of Medicine, Srinagarind Hospital, Khon Kaen University, Khon Kaen
40002, Thailand. Asian Biomedicine.5(4): 493-497.
Pranarka, Kris. 2011. Simposium geriatric syndromes:revisited.
Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Setiati S, .2013. Prevalensi geriatric giant dan kualitas hidup pada pasien usia
lanjut yang dirawat di Indonesia: penelitian multisenter. Jakarta:
Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia
Setiati S, Harimurti K, Dewiasty E, Istanti R, Yudho MN, Purwoko Y, et al. 2013.
Profile of nutrient intake in urban metropolitan and urban non-metropolitan
Indonesia elderly population and factors associated with energy intake:
multi-centre study. In press.
Setiati S, Harimurti K, Roosheroe AG. 2006. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid
III.
Setiati S, Rizka A. 2011. Sarkopenia dan frailty: sindrom geriatri baru. Jakarta;
Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia.
Setiati S, Santoso B, Istanti R. 2006. Estimating the annual cost of overactive
bladder in Indonesia. Indones J Intern Med.
Stanley M, Patricia GB.2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta:
EGC

69
Sullivan DH, Johnson LE. 2009. Nutrition and aging. In: Halter JB, Ouslander JG.
Tinetti ME. Studenski S, High KP, Astana S (editors). Hazzard’s geriatric
medicine and gerontology. 6th ed. New York: Mc Graw Hill;

70

Anda mungkin juga menyukai