PADA NY. T
DI DESA PETUNGSEWU DAU
Disusun oleh :
WIJI SANJAYA
2214314901023
KELOMPOK 9
1
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh:
WIJI SANJAYA
2214314901023
KELOMPOK 9
Menyetujui,
Pembimbing Akademik
2
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Asuhan
Keperawatan Pada Lansia di Desa PetungSewu Dau, penulis menyadari sepenuhnya akan
kekurangan dan keterbatasan dalam asuhan keperawatan ini maka dengan segala
kerendahan dan keikhlasan hati penulis mengharap kritik dan saran yang membangun
sehingga dapat melengkapi kesempurnaan asuhan keperawatan ini. Semoga Tuhan yang
Maha Esa memberikan kekuatan dan melimpahkan segala rahmat dan hidayahnya atas
segala yang telah penulis lakukan berharap semoga asuhan keperawatan ini bisa
memberikan manfaat bagi orang lain maupun pembaca pada umumnya.
Penulis
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sindrom geriatri adalah serangkaian kondisi klinik pada orang berusia lanjut
(lansia) yang dapat berdampak pada penurunan kualias hidup, kecacatan, bahan resiko
kematian. Sindrom geriatri meliputi gangguan kognitif, depresi, inkontinensia,
ketergantungan fungsional, dan jatuh. Sindrom ini dapat menyebabkan angka
morbiditas yang signifikan dan keadaan yang buruk pada usia tua yang lemah. Sindrom
ini biasanya melibatkan beberapa sistem organ. Sindrom geriatrik mungkin memiliki
kesamaan patofisiologi meskipun presentasi yang berbeda, dan memerlukan intervensi
dan strategi yang fokus terhadap faktor etiologi (Darmojo, B. 2009).
Pada tahun 2000 jumlah orang lanjut usia sebesar 7,28% dan pada tahun 2016
diperkirakan mencapai 11,34%. Dari data USA-Bureau of the Census, bahkan
Indonesia diperkirakan akan mengalami pertambahan warga geriatri terbesar di seluruh
dunia, yaitu sebesar 414% (Andayani, R. 2011). Menurut Kane RL (2008), sindrom
geriatri memiliki beberapa karakteristik, yaitu: usia > 60 tahun, multipatologi, tampilan
klinis tidak khas, polifarmasi, fungsi organ menurun, gangguan status fungsional, dan
gangguan nutrisi. Hal ini sesuai dengan karakteristik pasien dengan usia 80 tahun,
memiliki gangguan hepar dan ginjal, status fungsional di keluarga yang sudah menurun
dan ditemukan adanya gangguan nutrisi pada pasien karena menurunnya fungsi
menelan.
B. Tujuan
Memberikan Asuhan Keperawatan Gerontik pada Klien Lansia di Desa Petungsewu
Dau.
C. Manfaat
Meningkatkan kualitas hidup pada Klien Lansia di Desa Petungsewu Dau.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
Teori genetika merupakan teori yang menjelaskan bahwa penuaan
merupakan suatu proses yang alami di mana hal ini telah diwariskan secara
turun-temurun (genetik) dan tanpa disadari untuk mengubah sel dan struktur
jaringan. Teori genetika terdiri dari teori DNA, teori ketepatan dan kesalahan,
mutasi somatik, dan teori glikogen. DNA merupakan asam nukleat yang berisi
pengkodean mengenai infornasi aktivitas sel, DNA berada pada tingkat
molekuler dan bereplikasi sebelum pembelahan sel dimulai, sehingga apabila
terjadi kesalahan dalam pengkodean DNA maka akan berdampak pada
kesalahan tingkat seluler dan mengakibatkan malfungsi organ.
b. Wear and tear theory
Teori Wear And Tear mengajukan akumulasi sampah metabolik atau zat
nutrisi dapat merusak sintesis DNA. Pada teori ini berpendapat bahwa sel
somatik nomal memiliki kemampuan yang terbatas dalam bereplikasi dan
menjalankan fungsinya. Kematian sel terjadi karena jaringan yang sudah tua
tidak beregenerasi. Teori wear and tear mengungkapkan bahwa organisme
memiliki energi tetap yang tersedia dan akan habis sesuai dengan waktu yang
diprogramkan.
c. Slow Immunology Theory
Teori imunitas berhubungan langsung dengan proses penuaan. Selama
proses penuaan, sistem imun juga akan mengalami kemunduran dalam
pertahanan terhadap organisme asing yang masuk ke dalam tubuh sehingga
pada lansia akan sangat mudah mengalami infeksi dan kanker. Perubahan
sistem imun ini diakibatkan perubahan pada jaringan limfoid sehingga tidak
adanya keseimbangan dalam sel T intuk memproduksi antibodi dan kekebalan
tubuh menurun.
d. Teori Radikal Bebas
Radikal bebas merupakan contoh produk sampah metabolisme yang
dapat menyebabkan kerusakan apabila terjadi akumulasi. Radikal bebas tidak
mengandung DNA. Ketika radikal bebas menyerang molekul, akan terjadi
kerusakan membran sel; penuaan diperkirakan karena kerusakan sel
akumulatif yang pada akhirnya mengganggu fungsi.
e. Teori Rantai Silang
Teori rantai silang mengatakan bahwa struktur molekular normal yang
dipisahkan mungkin terikat bersama-sama melalui reaksi kimia. Agen rantai
silang yang menghubungkan menempel pada rantai tunggal. dengan
bertambahnya usia, mekanisme pertahanan tubuh akan semakin melemah,
dan proses cross-link terus berlanjut sampai terjadi kerusakan. Hasil akhirnya
6
adalah akumulasi silang senyawa yang menyebabkan mutasi pada sel,
ketidakmampuan untuk menghilangkan sampah metabolik
2. Teori Psikososial
Teori psikologis merupakan teori yang luas dalam berbagai lingkup karena
penuaan psikologis dipengaruhi oleh faktor biologis dan sosial, dan juga
melibatkan penggunaan kapasitas adaptif untuk melaksanakan kontrol perilaku
atau regulasi diri
3. Teori Spiritual
Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian
hubungn individu dengan alam semesta dan presepsi individu tentang arti
kehidupan. Istilah kepercayaan sebagai suatu bentuk pengetahuan dan cara
berhubungan dengan kehidupan akhir. Perkembangan kepercayaan antara orang
dan lingkungan terjadi karena adanya kombinasi antara nilai-nilai dan
pengetahuan. perkembangan spiritual pada lansia berada pada tahap
penjelamaan dari prinsip cinta dan keadilan
7
1996)
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan-perubahan yang
menuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus-menerus. Apabila proses
penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah berbagai
masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh Munandar Ashar Sunyoto (1994)
menyebutkan masalah – masalah yang menyertai lansia yaitu:
a. Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain
b. Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola
hidupnya
c. Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal
atau pindah
d. Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah
banyak
e. Belajar memperlakukan anak-anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan dengan
perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang mendasar
adalah perubahan gerak.
8
2. Instability (Gangguan keseimbangan dan jatuh)
Jatuh adalah kejadian tidak diharapkan dimana seorang jatuh dari tempat
yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah atau sama tingginya.Jatuh dapat
dipengaruhi oleh beberaa faktor yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Faktor instrinsik
(faktor resiko yang ada pada pasien) dan faktor ekstrinsik (faktor yang terdapat
pada lingkungan). Faktor intrinsik yang menyebabkan pasien jatuh yaitu lemah,
gangguan penglihatan, ataupun tekanan darah yang tinggi yang dapat
menyebabkan timbulnya nyeri kepala. Prinsip pengobatannya pada pasien
instabilitas yaitu mengobati berbagai kondisi yang mendasari instabilitas dan
jatuh, memberikan terapi fisik dan penyuluhan berupa latihan cara berjalan,
penguatan otot, alat bantu, sepatu sandal yang sesuai, serta mengubah
lingkungan agar lebih aman seperti pencahayaan yang cukup, pegangan, dan
lantai yang tidak licin.
3. Intelectual imapirement (gannguan intelektual seperti demensia).
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori yang
disebabakan oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan
tingkat kesadaran. Demensia tidak hanya masalah pada memori. Demensia
mencakup berkurangnya kemampuan untuk mengenal, berpikir, menyimpan atau
mengingat pengalaman yang lalu dan juga kehilangan pola sentuh, pasien
menjadi perasa dan tergangguanya aktivitas.
4. Incontinence (inkontinensia urin)
Inkontinensia urin adalah keluarya urin yang tidak terkendali pada waktu
yang tidak dikehendaki tanpa memperhatikan ferkuensi dan jumlahnya, sehingga
mengakibatkan masalah sosial dan higienis.
1) Inkontinensia urin stress (stres inkontinence)
Tak terkendalinya aliran urin akibat meningkatnya tekanan
intraabdominal, seperti pada saat batuk, bersin atau berolah raga. Umumnya
disebabkan oleh melemahnya otot dasar panggul, merupakan penyebab
tersering inkontinensia urin pada lansia di bawah 75 tahun. Lebih sering terjadi
pada wanita tetapi mungkin terjadi pada laki-laki akibat kerusakan pada sfingter
urethra setelah pembedahan transurethral dan radiasi. Pasien mengeluh
mengeluarkan urin pada saat tertawa, batuk, atau berdiri. Jumlah urin yang
keluar dapat sedikit atau banyak.
2) Inkontinensia urin urgensi (urgency inkontinence)
Keluarnya urin secara tak terkendali dikaitkan dengan sensasi keinginan
berkemih. Inkontinensia urin jenis ini umumnya dikaitkan dengan kontraksi
detrusor tak terkendali (detrusor overactivity). Masalah-masalah neurologis
9
sering dikaitkan dengan inkontinensia urin urgensi ini, meliputi stroke, penyakit
Parkinson, demensia dan cedera medula spinalis. Inkontinensia tipe urgensi ini
merupakan penyebab tersering inkontinensia pada lansia di atas 75 tahun.
Satu variasi inkontinensia urgensi adalah hiperaktifitas detrusor dengan
kontraktilitas yang terganggu. Pasien mengalami kontraksi involunter tetapi
tidak dapat mengosongkan kandung kemih sama sekali. Mereka memiliki
gejala seperti inkontinensia urin stress, overflow dan obstruksi. Oleh karena itu
perlu untuk mengenali kondisi tersebut karena dapat menyerupai ikontinensia
urin tipe lain sehingga penanganannya tidak tepat.
3) Inkontinensia urin luapan/overflow (overflow incontinence)
Tidak terkendalinya pengeluaran urin dikaitkan dengan distensi kandung
kemih yang berlebihan. Hal ini disebabkan oleh obstruksi anatomis, seperti
pembesaran prostat, faktor neurogenik pada diabetes melitus atau sclerosis
multiple, yang menyebabkan berkurang atau tidak berkontraksinya kandung
kemih, dan faktor-faktor obat-obatan. Pasien umumnya mengeluh keluarnya
sedikit urin tanpa adanya sensasi bahwa kandung kemih sudah penuh.
4) Inkontinensia urin fungsional
Inkontinensia fungsional merupakan keadaan seseorang yang
mengalami pengeluaran urin secara tanpa disadari dan tidak dapat
diperkirakan. Keadaan inkontinensia ini ditandai dengan tidak adanya
dorongan untuk berkemih, merasa bahwa kandung kemih penuh, kontraksi
kandung kemih cukup kuat untuk mengeluarkan urin (Hidayat, 2006).
Inkontinensia fungsional merupakan inkontinensia dengan fungsi saluran kemih
bagian bawah yang utuh tetapi ada faktor lain, seperti gangguan kognitif berat
yang menyebabkan pasien sulit untuk mengidentifikasi perlunya urinasi
(misalnya, demensia Alzheimer) atau gangguan fisik yang menyebabkan
pasien sulit atau tidak mungkin menjangkau toilet untuk melakukan urinasi
5) Inkontinensia Refleks
Inkontinensia refleks merupakan keadaan di mana seseorang mengalami
pengeluaran urin yang tidak dirasakan. Inkontinensia tipe ini kemungkinan
disebabkan oleh adanya kerusakan neurologis (lesi medulla spinalis).
Inkontinensia refleks ditandai dengan tidak adanya dorongan untuk berkemih,
merasa bahwa kandung kemih penuh, dan kontraksi atau spasme kandung
kemih tidak dihambat pada interval teratur (Hidayat, 2006).
6) Inkontinensia Total
Inkontinensia total merupakan keadaan dimana seseorang mengalami
pengeluaran urin yang terus menerus dan tidak dapat diperkirakan.
10
Kemungkinan penyebab inkontinensia total antara lain: disfungsi neorologis,
kontraksi independen dan refleks detrusor karena pembedahan, trauma atau
penyakit yang mempengaruhi saraf medulla spinalis, fistula, neuropati (Hidayat,
2006).
5. Isolation (depresi) pada usia lanjut kurang dipahami sehingga banyak kasus tidak
dikenali.
6. Impotence (impotensi)
Merupakan ketidakmampuan untuk mencapai dan atau mempertahankan
ereksi yang cukup untuk melakukan sanggama. Penyebab disfungsi ereksi pada
lansia adalah hambatan aliran darah ke dalam alat kelamin sebagai adanya
kekakuan pada dinding pembuluh darah (arteriosklerosis) baik karena proses
menua maupun penyakit, dan juga berkurangnya sel-sel otot polos yang terdapat
pada alat kelamin serta berkurangnya kepekaan dari alat kelamin pria terhadap
rangsangan.
7. Immuno-deficiency (penurunan imunitas).
Banyak hal yang mempengaruhi penurunan sistem kekebalan tubuh pada
usia lanjut seperti atrofi thymus (kelenjar yang memproduksi sel-sel limfosit T)
meskipun tidak begitu bermakna (tampak bermakna pada limfosit T CD8) karena
limfosit T tetap terbentuk di jaringan limfoid lainnya. Begitu juga dengan barrier
infeksi pertama pada tubuh seperti kulit dan mukosa yang menipis, refleks batuk
dan bersin -yang berfungsi mengeluarkan zat asing yang masuk ke saluran nafas-
yang melemah.
8. Infection (infeksi)
Infeksi sangat erat kaitannya dengan penurunan fungsi sistem imun pada usia
lanjut. Infeksi yang sering dijumpai adalah infeksi saluran kemih, pneumonia, sepsis,
dan meningitis. Kondisi lain seperti kurang gizi, multipatologi, dan faktor lingkungan
memudahkan usia lanjut terkena infeksi.
9. Inanition (malnutrisi)
Malnutrisi terjadi pada usia lanjut karena kehilangan berat badan fisiologis
dan patologis yang tidak disengaja. Anoreksia pada usia lanjut merupakan
penurunan fisiologis nafsu makan dan asupan makan yang menyebabkan
kehilangan berat badan yang tidak diinginkan. Pada pasien, kekurangan nutrisi
disebabkan oleh keadaan pasien dengan gangguan menelan, sehingga
menurunkan nafsu makan pasien.
10. Impaction (konstipasi)
11
Insomnia (gangguan tidur) merupakan gangguan tidur yang sering dijumpai
pada pasien geriatri. Umumnya pasien mengeluh bahwa tidurnya tidak
memuaskan dan sulit untuk mempertahankan kondisi tidur
11. Latrogenic diseorder (gangguan iatrogenik)
Masalah yang sering terjadi adalah menderita penyakit lebih dari satu jenis
sehingga membutuhkan obat yang banyak, apalagi penggunakan obat dalam
jangka waktu yang lama tanpa pengawasan dokter. Hal ini dapat menyebabkan
timbulnya suatu penyakit akibat pemakaian berbagai macam obat.
12. Impairment of hearing vision and smell (gangguan pendengaran, penglihatan, dan
penciuman).
Gangguan ini sering di anggap sebagai hal yang biasa akibat proses
menua. Gangguan penglihatan berhubungan dengan penurunanan kegiatan
waktu senggang, status fungsional, fungsi sosial, dan mobilitas. Gangguan
penglihatan dan pendnegaran berhubungan dengan kualitas hidup, meningkatkan
disabilitas fisik, ketidakseimbangan, jatuh, fraktur panggul, dan mortalitas
13. Dekubitus
Dekubitus adalah kerusakan kulit sampai jaringan di bawah kulit, menembus
otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara
terus menerus sehingga timbul gangguan sirkulasi darah setempat. Ulkus
dekubitus terjadi terutama pada tonjolan tulang.Usia lanjut memiliki potensi
dekubitus karena jaringan lemak subkutan berkurang, jaringan kolagen dan elastis
berkurang, efisiensi kapiler pada kulit berkurang. Pada penderita imobilitas,
tekanan jaringan akan melebihi tekanan kapiler, sehingga timbul iskemi dan
nekrosis. Proses ini dipengaruhi oleh tekanan, daya regang, gesekan, dan
kelembaban.
Semua pasien lansia yang imobilitas harus dinilai skala Norton untuk risiko
dekubitus. Skor di bawah 14 berkaitan dengan risiko tinggi timbulnya ulkus.
Pencegahan ulkus dapat dilakukan dengan membersihkan kulit, mengurangi
gesekan dan regangan dengan berpindah posisi, asupan gizi yang cukup,
menjaga kelembaban kulit. Perlu diingat komplikasi ulkus dekubitus adalah
sepsis.
12
pelayanan yang dibutuhkan, dan mengembangkan rencana asuhan yang berorientasi
pada kepentingan pasien. Pendekatan paripurna pasien geriatri ada tiga tiga hal, yaitu
fokus pada pasien usia lanjut yang memiliki masalah kompleks; mencakup status
fungsional dan kualitas hidup; memerlukan tim yang bersifat interdisiplin (Soedjono,
2007).
Berikut beberapa penatalaksanaan secara umum sindrom geriatrik, diantaranya :
1. Pemberian asupan diet protein, vitamin C,D,E, & mineral yang cukup.
Orang usia lanjut umumnya mengonsumsi protein kurang dari angka
kecukupan gizi (AKG). Proporsi protein yang adekuat merupakan faktor penting;
bukan dalam jumlah besar pada sekali makan. Hal penting lainnya adalah kualitas
protein yang baik, yaitu protein sebaiknya mengandung asam amino esensial.
(Setiati et al, 2013)
2. Olahraga secara teratur. Perlu pemantauan rutin kemampuan dasar seperti
berjalan, keseimbangan, fungsi kognitif. Aktivitas fisik dapat menghambat
penurunan massa dan fungsi otot dengan memicu peningkatan massa dan
kapasitas metabolik otot sehingga memengaruhi energy expenditure, metabolise
glukosa, dan cadangan protein tubuh. Resistance training merupakan bentuk
latihan yang paling efektif untuk mencegah sarkopenia dan dapat ditoleransi
dengan baik pada orang tua. Program resistance training dilakukan selama 30
menit setiap sesi, 2 kali seminggu
3. Pencegahan infeksi dengan vaksin
4. Antisipasi kejadian yang dapat menimbulkan stres misalnya pembedahan elektif
dan reconditioning cepat setelah mengalami stres dengan renutrisi dan fisioterapi
individual (Setiati et al, 2011)
5. Terapi pengobatan pada pasien usia lanjut secara signifikan berbeda dari pasien
pada usia muda, karena adanya perubahan kondisi tubuh yang disebabkan oleh
usia, dan dampak yang timbul dari penggunaan obat-obatan yang digunakan
sebelumnya. Karena itu diusulkan prinsip pemberian obat yang benar pada pasien
geriatri dengan cara mengetahui riwayat pengobatan lengkap, jangan
memberikan obat sebelum waktunya, jangan menggunakan obat terlalu lama,
kenali obat yang digunakan, mulai dengan dosis rendah, naikkan perlahan-lahan,
obati sesuai patokan, beri dorongan supaya patuh berobat dan hati-hati
mengguakan obat baru (Setiati dkk., 2006).
Penatalaksanaan Resiko Jatuh:
a. Perhatikan penggunaan alat bantu melihat (kacamata) dan alat bantu dengar
(earphone)
b. Evaluasi dan ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
13
c. Evaluasi kemampuan kognitif
d. Beri lansia alat bantu berjalan seperti hand rails, walkers, dsb
Penatalaksanaan Gangguan Tidur:
a. Tingkatkan aktifitas rutin setiap hari
b. Ciptakan lingkungan yang nyaman
c. Kurangi konsumsi kopi
d. Berikan benzodiazepine seperti Temazepam (7,5-15 mg)
e. Anti depresan seperti Trazadone untuk insomnia kronik.
2. Pencegahan (Preventif)
a. Melakukan pencegahan primer, meliputi pencegahan pada lansia sehat,
terdapat faktor risiko, tidak ada penyakit, dan promosi kesehatan. Jenis
pelayanan pencegahan primer adalah: program imunisasi, konseling, berhenti
14
merokok dan minum beralkohol, dukungan nutrisi, keamanan di dalam dan
sekitar rumah, manajemen stres, penggunaan medikasi yang tepat.
b. Melakukan pencegahan sekunder, meliputi pemeriksaan terhadap penderita
tanpa gejala dari awal penyakit hingga terjadi gejala penyakit belum tampak
secara klinis dan mengindap faktor risiko. Jenis pelayan pencegahan sekunder
antara lain adalah sebagai berikut: kontrol hipertensi, deteksi dan pengobatan
kangker, screening: pemeriksaan rektal, papsmear, gigi mulut dan lain-lain.
Melakukan pencegahan tersier, dilakukan sebelum terdapat gejala penyakit
dan cacat, mecegah cacat bertambah dan ketergantungan, serta perawatan
dengan perawatan di rumah sakit, rehabilisasi pasien rawat jalan dan
perawatan jangka panjang.
15
- Implementasi
Dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan, perawat melaksanakan
tindakan secara mandiri atau berkolaborasi dengan tenaga medi maupun
paramedis yang lain seperti dokter untuk menentukan diagnosa medis sekaligus
terapi yang akan diberikan kepada pasien, ahli gizi untuk menentukan diet
makanan serta laboratorium untuk memeriksa penyakit pasien.
- Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari rencana asuhan keperawatan dengan
melakukan identifikasi sejauh mana pencapaian tujuan dari asuhan keperawatan
yang dilakukan oleh perawat,
16
RINGKASAN KASUS NY. T
Ny. T, usia 70 tahun, menetap di Desa Petungsewu Dau selama >10 tahun dan
sudah dalam keadaan demensia saat pertama masuk. Ny. T mengeluh kakinya lemah dan
kesulitan berjalan. Skro MMSE 11 menunjukkan skor gangguan kognitif berat (Skor 7-14).
Kekuatan otot kaki 3 | 3 (Kekuatan otot menurun). Hasil test TUG menunjukkan resiko jatuh
(gangguan keseimbangan). Diagnosa yang diangkat adalah Resiko jatuh dan Konfusi kronis.
Intervensi yang telah dilakukan yaitu Latihan keseimbangan berbasis music dan terapi
senam dan puzzle lansia.
17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
1. IDEN :
TITAS
KLIE
N
Nama : Ny. T Jenis kelamin L /P
Umur : 70 tahun Status Perkawinan: Janda
Agam : Islam
a
Alama : Jombang
t asal
2 DATA :
. KELU
ARGA
Nama : .........................................................................................................................
.........
Hubun : .........................................................................................................................
gan .........
Pekerj : .........................................................................................................................
aan .........
Alama : ...................................................................Telp : ...........................................
t ........
3 STATUS KESEHATAN SEKARANG :
.
Keluhan utama: Klien mengeluh kakinya lemah. Klien
mengatakan mampu berjalan ke kamar mandi, namun
saat mahasiswa meminta klien untuk berjalan, klien
tidak mampu melakukannya sendiri. Saat dimandikan
pagi hari, klien dibantu dengan kursi roda. Ny. T ini
merupakan lansia dengan demensia. Klien
mengatakan saat ini ia sedang berada di Kota Malang,
klien juga beberapa kali saat ditanya nama mahasiswa
yang mengkaji selalu lupa. Klien mengatakan klien
berasal dari Surabaya, tetapi database dari desa
menyatakan bahwa Ny. T berasal dari Jombang.
18
4. AGE RELATED CHANGES (PERUBAHAN TERKAIT PROSES MENUA) :
FUNGSI FISIOLOGIS
1. Kondisi Umum
Ya Tidak
Kelelahan : √
Perubahan BB : √
Perubahan nafsu : √
makan
Masalah tidur : √
Kemampuan ADL : √
KETERANGAN : Klien melakukan ADL dibantu total oleh orang lain,
klien menggunakan popok ketika BAB dan BAK, kliien
mandi dibantu orang lain. Klien tidak ada perubahan
BB, tidak ada perubahan nafsu makan dibuktikan
dengan saat diberikan makan wadah makanannya
selalu bersih.
2. Integumen
Ya Tidak
Lesi / luka : √
Pruritus : √
Perubahan pigmen : √
Memar : √
Pola penyembuhan lesi : √
KETERANGAN : Klien tidak mengalami perubahan pigmen kulit seperti
bintik-bintik hitam pada kulit. Kulit klien tampak mulai
keriput dan turgor kulit tidak elastis. Tidak ada luka
atau memar. Tidak ada masa / benjolan
3. Hematopoetic
Ya Tidak
Perdarahan abnormal : √
Pembengkakan kel. : √
Limfe
Anemia : √
KETERANGAN : Klien tidak anemis tidak memiliki riwayat perdarahan
ataupun pembengkakan kelenjar limfe TD: 137/70
mmHg, Nadi: 80x/menit
4 Kepala
.
Ya Tidak
Sakit kepala : √
Pusing : √
Gatal pada kulit : √
kepala
KETERANGAN : Kepala klien tampak simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat
massa. Penyebaran rambut merata dan tampak beberapa helai
berawarna putih, kulit kepala bersih.
19
5 Mata
.
Ya Tidak
Perubahan : √
penglihatan
Pakai kacamata : √
Kekeringan : √
mata
Nyeri : √
Gatal : √
Photobobia : √
Diplopia : √
Riwayat infeksi : √
KETERANGAN : Klien mengatakan pandangannya sudah kabur, dibuktikan dengan
saat diperlihatkan gambar klien tidak mampu melihat dengan jelas.
Tidak ada nyeri atau gatal pada mata klien.
6. Telinga
Ya Tidak
Penurunan pendengaran : √
Discharge : √
Tinitus : √
Vertigo : √
Alat bantu dengar : √
Riwayat infeksi : √
Kebiasaan membersihkan : √
telinga
Dampak pada ADL : Tidak ada
KETERANGAN : Klien mengatakan mengalami penurunan
pendengaran sehingga mahasiswa harus
meninggikan suara saat dilakukan pengkajian.
Klien memberishkan telinganya 2-3x/bulan.
7. Hidung sinus
Ya Tidak
Rhinorrhea : √
Discharge : √
Epistaksis : √
Obstruksi : √
Snoring : √
Alergi : √
Riwayat infeksi : √
KETERANGAN : Tidak ada gangguan pada hidung ataupun infeksi pada klien
8. Mulut, tenggorokan
Ya Tidak
Nyeri telan : √
Kesulitan menelan : √
Lesi : √
Perdarahan gusi : √
Caries : √
20
Perubahan rasa : √
Gigi palsu : √
Riwayat Infeksi : √
Pola sikat gigi : Klien tidak pernah menggosok gigi
KETERANGAN : Klien mengatakan tidak memiliki keluhan pada mulut dan
tenggorokan, seperti tidak ada sariawan dan klien
mengatakan dapat menelan dengan baik. Klien tidak
pernah sikat gigi karena giginya sudah banyak yang copot
9 Leher
.
Ya Tidak
Kekakuan : √
Nyeri tekan : √
Massa : √
KETERANGAN : Klien mengatakan tidak mengalami nyeri leher dan tidak memiliki
keluhan pada leher. Tidak ada massa dan njeri tekan. Tidak ada
distensi vena jugularis
10. Pernafasan
Ya Tidak
Batuk : √
Nafas pendek : √
Hemoptisis : √
Wheezing : √
Asma : √
KETERANGAN : Pasien bernapas secara normal dan pergerakan dinding dada
simetris
11. Kardiovaskuler
Ya Tidak
Chest pain : √
Palpitasi : √
Dipsnoe : √
Paroximal : √
nocturnal
Orthopnea : √
Murmur : √
Edema : √
KETERANGAN : Klien mengatakan tidak ada nyeri dada, dan saat pemeriksaan
fisik tidak ada suara tambahan pada bunyi jantung. TD:
137/70 mmHg , nadi 80x/menit.
12. Gastrointestinal
Ya Tidak
Disphagia : √
Nausea / vomiting : √
Hemateemesis : √
Perubahan nafsu : √
makan
Massa : √
Jaundice : √
Perubahan pola BAB : √
Melena : √
Hemorrhoid :
Pola BAB : 1x/hari
KETERANGAN : Klien menghabiskan makanannya, klien memakai pampers
21
22
13. Perkemihan
Ya Tidak
Dysuria : √
Frekuensi : 5-6x/hari
Hesitancy : √
Urgency : √
Hematuria : √
Poliuria : √
Oliguria : √
Nocturia : √
Inkontinensia : √
Nyeri berkemih : √
Pola BAK : 5-6x/hari
KETERANGAN : Pasien mengatakan tidak tahu berapa kali pipis
14 Reproduksi (laki-laki)
.
Ya Tidak
Lesi :
Disharge :
Testiculer pain :
Testiculer massa :
Perubahan gairah sex :
Impotensi :
Reproduksi
(perempuan)
Lesi :
Discharge :
Postcoital bleeding :
Nyeri pelvis :
Prolap :
Riwayat menstruasi : Sudah tidak menstruasi
Aktifitas seksual :
Pap smear :
KETERANGAN : Tidak terkaji
15 Muskuloskeletal
.
Ya Tidak
Nyeri Sendi : √
Bengkak : √
Kaku sendi : √
Deformitas : √
Spasme : √
Kram : √
Kelemahan otot : √
Masalah gaya berjalan : √
Nyeri punggung : √
Pola latihan : Klien tidak pernah olahraga
Dampak ADL : Klien dibantu total dalam melakukan ADL
KETERANGAN : Saat dilakukan pengkajian klien mampu berjalan namun
harus dibantu
Kekuatan otot
5 5
23
3 3
16 Persyarafan
.
Ya Tidak
Headache : √
Seizures : √
Syncope : √
Tic/tremor : √
Paralysis : √
Paresis : √
Masalah memori : √
KETERANGAN : Klien tidak mampu mengingat beberapa kejadian jangka
pendek maupun jangka panjang. Klien mengatakan saat ini
presidennya Bapak Soekarno dan saat ini klien berada di
Malang
Persepsi tentang kematian : klien mengatakan takut dengan kematian, cemas, dan
belum siap apabila hal itu terjadi, namun setiap manusia nantinya akan meninggal
Spiritual
Aktivitas ibadah : Klien tidak pernah sholat dan ibadah lainnya
24
6. LINGKUNGAN :
Kamar mandi : Terdapat 2 kamar mandi di dalam ruangan. Lantai kamar mandi
tidak licin dengan kloset jongkok dan duduk. Penerangan cukup baik dan
terdapat pegangan di kamar mandi. Sumber air berasal dari air PDAM
Dalam rumah : Di dalam kamar tampak lantai licin karena setiap hari
dibersihkan.
7. FAKTOR-FAKTOR RESIKO
A. Stresor
Stresor fisiologis : Otot kaki yang susah untuk digerakkan
Stresor Psikologis: Klien sudah lupa beberapa kejadian dalam hidupnya
B. Kebiasaan Lansia
Hobi/kegemaran : Klien hanya beraktivitas di kasur
Kebiasaan positif : Klien menaati peraturan yang ada di rumah seperti jadwal
makan, minum teh, dan mandi
Kebiasaan negatif : Klien terkadang marah - marah tidak jelas
C. Pengetahuan
Pengetahuan lansia tentang kesehatan : Jawaban klien tidak nyambung saat
dilakukan pengkajian
D. Riwayat Pengobatan dan efek samping
Jenis pengobatan : Tidak ada
Efek samping obat : Tidak ada
8.
25
9. HASIL PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
26
KEMAMPUAN ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)
No Kriteria Tidak Dengan Mandiri Skor
mampu Bantuan Yang
Didapat
1 Makan 0 5 10 10
2 Mandi (menyeka tubuh, menyiram) 0 5 5
3 Membersihkan diri (cuci muka, menyisir rambut, 0 5 5
gosok gigi)
4 Mengenakan pakaian 0 5 10 10
5 Berpindah berbaring ke duduk, atau sebaliknya 0 5-10 15 15
Skor 5= dengan bantuan mayor (1 atau 2
orang)
Interpretasi
0-20 : ketergantungan penuh
21-61 : ketergantungan berat/sangat tergantung
62-90 : ketergantungan sedang
91-99 : ketergantungan ringan
100 : mandiri
27
INDEKX KATZ
SKORE KRITERIA
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian dan
kekamar mandi
B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari hal
tersebut diatas
C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, dan satu
fungsi tambahan
Lain-lain Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai
C, D, E atau F
28
ASPEK KOGNITIF
MMSE (Mini Mental Status Exam) untuk mengukur status kognitif lansia
29
4). Ambil kertas ditangan anda
5). Lipat dua
6). Taruh dilantai.
Perintahkan pada klien untuk hal berikut (bila aktifitas sesuai
perintah nilai satu poin.
7). “Tutup mata anda”
8). Perintahkan kepada klien untuk menulis kalimat dan
9). Menyalin gambar 2 segi lima yang saling bertumpuk
Total nilai 30 11
Interpretasi hasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif Kesimpulan:
18 – 23 : gangguan kognitif sedang Klien terdapat gangguan kognitif berat
0 - 17 : gangguan kognitif berat
30
SPMSQ (Short Portable Mental Status Questionnaire) untuk mengukur fungsi kognitif
Interpretasi :
Salah 0-3 : Fungsi intelektual utuh
Salah 4-5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6-8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9-10 : Fungsi intelektual kerusakan berat
31
KUESIONER KUALITAS TIDUR
The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) untuk mengukur kualitas tidur
2. Berapa lama anda biasanya baru bisa tertidur tiap malam? ± 30 menit
32
PENILAIAN PSQI
Komponen :
1. Kualitas tidur subyektifàDilihat dari pertanyaan nomer 9
0 = sangat baik
1 = baik
2 = kurang
3 = sangatkurang
2. Latensi tidur (kesulitan memulai tidur) à total skor dari pertanyaan nomer 2 dan 5a
Pertanyaan nomer 2:
30 menit = 2
16-30 menit = 1
31-60 menit = 2
> 60 menit = 3
Pertanyaan nomer 5a:
Tidak pernah = 0
Sekali seminggu= 1
2 kali seminggu = 2
>3 kali seminggu = 3
Jumlahkan skor pertanyaan nomer 2 dan 5a, dengan skor dibawah ini:
Skor 0 = 0
Skor 1-2 =1
Skor 3-4 =2
Skor 5-6 =3
3. Lama tidur malamàDilihat dari pertanyaan nomer 4
> 7 jam =0
6-7 jam =1
5-6 jam =2
< 5 jam =3
4. Efisiensi tiduràPertanyaan nomer 1,3,4
Efisiensitidur= (# lama tidur/ # lama di tempat tidur) x 100%
# lama tidur – pertanyaan nomer 4
# lama di tempat tidur – kalkulasi respon dari pertanyaan nomer 1 dan 3
Jika di dapat hasil berikut, maka skornya:
> 85 % = 0
75-84 % =1
65-74 % =2
< 65 % = 3
5. Gangguan ketika tidur malamàPertanyaan nomer 5b sampai 5j
Nomer 5b sampai 5j dinilai dengan skor dibawah ini:
Tidakpernah =0
Sekali seminggu =1
2 kali seminggu =2
>3 kali seminggu =3
Jumlahkan skor pertanyaan nomer 5b sampai 5j, dengan skor dibawah ini:
Skor 0 =0
Skor 1-9 =1
Skor 10-18 =2
Skor 19-27 =3
6. Menggunakan obat-obat tiduràPertanyaan nomer 6
Tidak pernah = 0
Sekali seminggu =1
33
2 kali seminggu =2
>3 kali seminggu =3
7. Terganggunya aktifitas di siang hariàPertanyaan nomer 7 dan 8
Pertanyaan nomer 7:
Tidak pernah = 0
Sekali seminggu =1
2 kali seminggu =2
>3 kali seminggu =3
Pertanyaan nomer 8:
Tidak antusias = 0
Kecil =1
Sedang =2
Besar =3
Jumlahkan skor pertanyaan nomer 7 dan 8, dengan skor di bawah ini:
Skor 0 = 0
Skor 1-2 =1
Skor 3-4 =2
Skor 5-6 =3
34
TES KESEIMBANGAN
Time Up Go Test untuk mengukurkeseimbangan dan risiko jatuh lansia
Interpretasi hasil:
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:
≥12 detik Resiko jatuh
<12 detik Diperkirakan jatuh dalam kurun waktu
6 bulan
Interpretasi hasil:
Usia Normal
60-69 7,9 (+/- 0,9)
70-79 7,7 (+/- 2,3)
80-89 Tanpa alat bantu : 11,0 (+/- 2,2)
Dengan alat bantu : 19,9 (+/- 6,4)
≥90 Tanpa alat bantu : 14,7 (+/- 7,9)
Dengan alat bantu : 19,9 (+/-2,5)
(Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer & Woolacott: 2000; Kristensen, Foss & Kehlet: 2007:
Podsiadlo & Richardson:1991)
35
Pengkajian Posisi dan Keseimbangan (Sullivan)
Keterangan
4= Mampu melakukan aktifitas dengan lengkap
3= Mampu melakukan aktifitas dengan bantuan
2= Mampu melakukan aktifitas dengan bantuan maksimal
1= Tidak mampu melakukan aktifitas
Nilai:
42-54= Mampu melakukan aktifitas
28-41= Mampu melakukan aktifitas dengan sedikit bantuan
14-27= Mampu melakukan aktifitas dengan bantuan maksimal
14 = Tidak mampu melakukan
36
Geriatric Depression Scale
Pengkajian Depresi (Tidak Dapat Dikaji)
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 0 1
2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan kesenangan 1 0
3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong 1 0
4. Anda sering merasa bosan 1 0
5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 0 1
8. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1
8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0
9. Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar melakukan 1 0
sesuatu hal
10 Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan anda 1 0
.
11 Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1
.
12 Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0
.
13 Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 0 1
.
14 Anda merasa tidak punya harapan 1 0
.
15 Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda 1 0
.
Jumlah
(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam Gerontological Nursing,
2006)
Interpretasi :
Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi
37
STATUS NUTRISI
Pengkajian determinan nutrisi pada lansia:
No Indikators scor Pemeriksaan
e
1. Menderita sakit atau kondisi yang mengakibatkan perubahan 2 0
jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi
2. Makan kurang dari 2 kali dalam sehari 3 0
3. Makan sedikit buah, sayur atau olahan susu 2 0
4. Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan minum minuman 2 0
beralkohol setiap harinya
5. Mempunyai masalah dengan mulut atau giginya sehingga tidak 2 0
dapat makan makanan yang keras
6. Tidak selalu mempunyai cukup uang untuk membeli makanan 4 0
7. Lebih sering makan sendirian 1 0
8. Mempunyai keharusan menjalankan terapi minum obat 3 kali 1 0
atau lebih setiap harinya
9. Mengalami penurunan berat badan 5 Kg dalam enam bulan 2 0
terakhir
10 Tidak selalu mempunyai kemampuan fisik yang cukup untuk 2 0
. belanja, memasak atau makan sendiri
Total score 0
(American Dietetic Association and National Council on the Aging, dalam Introductory
Gerontological Nursing, 2001)
Interpretasi:
0 – 2 : Good
3 – 5 : Moderate nutritional risk
6 ≥ : High nutritional risk
38
FUNGSI SOSIAL LANSIA (Tidak Dapat Dikaji)
Alat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia
NO URAIAN FUNGSI SKORE
1. Saya puas dengan bantuan yang saya terima dari keluarga ADAPTATION
(teman-teman) saya pada waktu sesuatu mengganggu saya
2. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya PARTNERSHI
mendiskusikan kepentingan bersama dan berbagi P
pemecahan masalah dengan saya
3. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya GROWTH
menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan
aktivitas baru atau membuat perubahan dalam hidup saya
4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya AFFECTION
mengekspresikan kasih sayang dan merespon emosi-emosi
saya seperti marah, sedih/mencintai
5. Saya puas dengan waktu yang disediakan keluarga (teman- RESOLVE
teman) saya untuk bersama-sama saya
Kategori Skor: TOTAL
Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab:
1). Selalu : skor 2
2). Kadang-kadang : skor 1
3). Hampir tidak pernah : skor 0
Intepretasi:
< 3 = Disfungsi berat
4 - 6 = Disfungsi sedang
> 6 = Fungsi baik
Smilkstein, 1978 dalam Gerontologic Nursing and health aging 2005
39
3.2 ANALISIS DATA
40
3.3 Prioritas Masalah
DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN
(Berdasarkan Prioritas)
Nama Pasien : Ny. T
No. TANGGAL DIAGNOSIS KEPERAWATAN TANGGAL TANDA
Dx MUNCUL TERATASI TANGAN
41
3.4 Rencana Asuhan Keperawatan
42
- Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin
- Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga keseimbangan tubuh
- Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki untuk meningkatkan
keseimbangan saat berdiri
- Ajarkan cara menggunakan bel pemanggil untuk memanggil perawat
43
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
44
6. Melatih mengingat informasi dengan menunjukkan tidak tepat saat ditanya umur dan sudah
gambar di HP berapa lama tinggal di panti
7. Melatih kemampuan berkonsentrasi dengan - Klien tampak tidak begitu konsentrasi
belajar berhitung, mengingat hari dan tanggal - Klien berbelit - belit dalam menjawab
menyebutkan benda – benda di sekitar - Klien dapat menyebutkan nama benda yang
45
6 Juli 2023 2 Manajemen Demensia S:
1. Melakukan orientasi waktu, tempat dan orang - Klien mengatakan bahwa saat ini sedang di
2. Menggunakan teknik distraksi untuk mengatasi daerah Malang
46
Tanggal/Jam No. Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi TTD
7 Juli 2023 1 Pencegahan Jatuh S:
1. Monitor kemampuan berpindah dari tempat tidur ke - Klien mengatakan kakinya terasa lebih
kursi roda dan sebaliknya kuat dan ringan setelah dilakukan
2. Melakukan Latihan music-based training untuk intervensi music-based training
menjaga kekuatan otot dan keseimbangan O:
- Klien mampu berpindah dari tempat
tidur ke kursi roda tanpa bantuan
perawat, tetapi masih berpegangan
ditepi kasur
- Posisi Kasur telah diatur paling rendah
- Tempat tidur pasien telah diletakkan
diposisi paling visible agar mudah
diawasi perawat
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1 dan 2
7 Juli 2023 2 Manajemen Demensia S:
1. Melakukan orientasi waktu, tempat dan orang - Klien mengatakan saat ini sedang di
2. Menggunakan teknik distraksi untuk mengatasi panti jompo Blitar
masalah perilaku - Klien mengatakan jika ia ingat hari ini
3. Memfasilitasi orientasi dengan symbol hari Kamis
4. Melatih mengingat informasi dengan menunjukkan O:
gambar di HP - Klien dapat menyebutkan kembali
5. Melatih kemampuan berkonsentrasi dengan belajar kalimat terakhir yang diucapkannya
berhitung, mengingat hari dan tanggal - Klien dapat menjawab nama hewan
6. Melatih kemampuan mengingat informasi dengan dengan benar saat ditunjukkan yang
menyebutkan benda – benda di sekitar ada di HP
47
Melatih stimulus dengan menggunakan media puzzle yang ada di - Klien dapat menyebutkan nama benda
panti yang ada di sekitarnya
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 2 – 6
48