Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN SINDROMA GERIATRI

IMPAIRMENT OF HEARING, VISION AND INTELECTUAL

Dosen Pengampu : Dr. Retno Indarwati, S.Kep.,Ns.M.Kep

Disusun Oleh:
AJ-2 Kelompok 4

1. Dorkas Dapa Zesi 132235073


2. Welly Azkia Levi 132235027
3. Lidel Stefian Mooy 132235049
4. Marta Afrifantinu Surya 132235083
5. Eka Fitria Wahyu Ningsih 132235032
6. Chornelia Dina Viliana 132235057
7. Crisogna De Araujo 132235067

FAKULTAS KEPERAWATAN JURUSAN S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS AIRLANGGA KAMPUS C
KOTA SURABAYA
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayahnya
sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Gerontik Dengan Sindroma Geriatri Impairment Of Hearing, Vision And Intelectual”
guna memenuhi tugas mata kuliah keperawatan gerontik.
Kelompok menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh sebab
itu kelompok menerima segala kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun.

Surabaya, 7 November 2023


Kelompok 4

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1 Pedahuluan ........................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 4
1.3 Tujuan .................................................................................................. 4
BAB 2 Tinjauan Pustaka .................................................................................. 5
2.1 Teori Keperawatan Gerontik ................................................................ 5
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik ............................................... 12
BAB 3 Asuhan Keperawatan ........................................................................... 18
BAB 4 Penutup ................................................................................................ 28
4.1 Kesimpulan .......................................................................................... 28
Daftar Pustaka

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut UN tahun 2022 ada 727 juta yang berusia diatas 65 tahun pada tahun 2020.
Jumlah tersebut diproyeksikan akan berlipat ganda menjadi 1,5 miliar jiwa pada 2050 di
seluruh dunia. Sedangkan data lansia di Indonesia menurut BKKBN dapat mencapai angka
19,9% pada tahun 2045. Dalam data Badan Pusat Statistik (BPS) 2021 proporsi lansia
meningkat pertahunnya dari 9,0% menjadi 19,9%.
Adanya peningkatan data statistik tersebut mengartikan tingkat harapan hidup lansia di
seluruh dunia terutama di Indonesia mengalami perbaikan. Namun hal tersebut menjadi
beban ganda dimana tantangan lansia Indonesia berpendidikan rendah, mengalami
kemiskinan dan banyak kasus orang tua tunggal menjadi kepala keluarga.
Lansia merupakan seseorang yang berusia diatas 60 tahun (WHO, 2018). Pada usia
tersebut menua adalah proses dinamis yang mengakibatkan perubahan yang bertambah dan
proses menurunya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan baik dari luar dan dari
dalam dengan berakhirnya dalam kematian (Padila, 2013).
Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik, perubahan mental,
perubahan psikologis, dan perkembangan spiritual. Menurut Permenkes (2015) terdapat
sindrom geriatri yang dikenal sebagai 14 i yaitu imobilisasi, instabilitas postural,
inkontinensia urin, infection, impairment of senses, inanition, iatrogenik, insomnia,
intelectual impairment, isolation, impecunity, impaction, immune deficiency, impotence.
Pada kasus gangguan pendengaran prevalensi terjadi dan meningkat dari 21% pada usia
70 tahun sampai 39% pada kelompok usia 85 tahun. Menurut Data Badan Kesehatan Dunia
WHO (2012) terdapat 285.389 juta orang menderita gangguan penglihatan, 39.365 juta
diantaranya mengalami kebutaan. Menurut Data Riskesdas Depkes RI (2013) prevalensi
nasional masalah penglihatan pada lanjut usia tahun 2013 yaitu 1.204.711 orang yang
mengalami penurunan. Melihat banyaknya masalah yang terjadi pada lansia maka dari itu
kelompok bertujuan membahas lebih lanjut pada permasalahan tersebut yang berfokus
pada impairment of senses (vision, hearing and intelectual) atau penurunan fungsi pada
indra penglihatan, pendengaran dan intelektual.

3
2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah yang dapat diangkat yaitu
bagaimana asuhan keperawatan gerontik dalam penurunan fungsi indra penglihatan, indra
pendengaran dan intelektual?

2.3 Tujuan
2.3.1 Tujuan Umum
Makalah ini dibuat dengan tujuan mengetahui bagaimana asuhan keperawatan
gerontik dalam penurunan fungsi indra penglihatan, indra pendengaran dan
intelektual.
2.3.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar asuhan keperawatan gerontik
dalam penurunan fungsi indra penglihatan, indra pendengaran dan intelektual.
b. Mahasiswa mampu menerapkan dan mengaplikasikan asuhan keperawatan
gerontik dalam penurunan fungsi indra penglihatan, indra pendengaran dan
intelektual.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori Keperawatan Gerontik


2.1.1 Konsep Gerontik dan Lansia
1. Definisi
Geron artinya orang yang berusia lanjut dan merupakan studi ilmiah tentang
proses penuaan dan masalah yang terjadi pada lansia secara aspek bio-psiko-sosial-
ekonomi (Kozier, 1987). Menurut Permenkes No. 67 (2015) lanjut usia atau lansia
adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Serta menurut WHO (2018)
lanjut usia adalah seseorang yang memiliki usia lebih atau sama dengan 55 tahun.

2. Karakteristik lansia
Menurut Surti (2017) yaitu
a. Berusia lebih dari 60 tahun, semakin tua usia maka lansia akan beresiko tinggi
mengalami penurunan dalam berbagai hal.
b. Jenis kelamin lansia didominasi perempuan
c. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial hingga spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi
maladaptif
d. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
e. Pendidikan lansia lebih didominasi lulusan SD, semakin tinggi tingkat pendidikan
lansia maka akan semakin tinggi pengetahuan lansia.

3. Teori Proses Menua


Menurut Aspiani (2014) dan Permatasari (2019) teori proses menua yaitu:
a. Teori Biologi
Proses menua yang mengacu pada perubahan dalam struktur dan fungsi tubuh
selama hidup. Menekankan pad perubahan tingkat struktural sel atau organ tubuh
termasuk pengaruh agen patologis.
 Teori genetik: setiap spesies dalam inti selnya memiliki jam genetik sendiri
dan batas usia yang berbeda-beda.

5
 Teori Wear and tear: menua terjadi akibat kelebihan usaha dan stres yang
mengakibatkan sel tubuh lelah.
 Teori mutasi somatik: terjadinya kesalahan dalam proses transkripsi DNA
dan RNA dalam proses translasi protein dan terjadi secara terus menerus
mengakibatkan penurunan fungsi organ.
 Teori stress: proses menua akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan
tubuh, dan regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal.
 Slow immunology theory: sistem imun menjadi efektif dengan
bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam tubuh yang dapat
mengakibatkan kerusakan organ tubuh.
 Teori radikal bebas: radikal bebas mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-
bahan organik seperti karbohidrat dan protein.
 Teori rantai silang: reaksi kimia sel-sel tua dan usang menyebabkan ikatan
kuat khususnya jaringan kolagen mengakibatkan penurunan elastisitas,
kekacauan dan hilangnya fungsi sel.
b. Teori psikologis
 Teori kebutuhan dasar manusia: menurut hierarki Maslow tentang
kebutuhan dasar manusia, setiap manusia memiliki kebutuhan dan berusaha
memenuhi.
 Teori individualisme jung: kepribadian seseorang tidak hanya berorientasi
pada dunia luar tetapi juga pengalaman pribadi.
 Teori pusat kehidupan manusia: berfokus pada identifikasi dan pencapaian
tujuan kehidupan seseorang menurut fase perkembangan.
c. Teori sosiologi
 Teori interaksi sosial: pada lansia terjadi penurunan kekuasaan sehingga
interaksi sosial mereka juga berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan
kemampuan mereka mengikuti perintah.
 Teori penarikan diri: kemiskinan yang diderita lansia dan menurunya derajat
kesehatan mengakibatkan lansia menarik diri dari pergaulan di sekitarnya.
d. Teori aktivitas
Proses penuaan merupakan perjuangan untuk tetap muda dan berusaha untuk
mempertahankan perilaku mereka semasa mudanya.

6
e. Teori berkesinambungan
Setiap orang pasti berubah menjadi tua namun kepribadian dasar dan pola perilaku
individu tidak akan mengalami perubahan.
f. Subculture theory
Lansia memiliki norma dan standar budaya sendiri meliputi perilaku, keyakinan dan
harapan yang membedakan lansia dari kelompok lainnya.

4. Sindrom Geriatri
Istilah geriatri berasal dari geros = geriatri, iatreia = merawat/merawat. Pertama
kali digunakan oleh Ignas Leo Vascher, seorang dokter Amerika pada tahun 1909. Mulai
dikembangkan dengan nyata pada tahun 1935 di Inggris oleh Marjorie Warren
(Pranarka, 201).
Sindrom geriatri merupakan gangguan kognitif, depresi, inkonkontinensia,
ketergantungan fungsional dan jatuh. Sindrom yang dapat menyebabkan morbiditas
yang signifikan, dan sindrom ini biasanya melibatkan beberapa sistem organ.
Lansia menghadapi berbagai masalah kesehatan karena mengalami penurunan
fungsi dan organ tubuh, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian
Kesehatan menyebut 14 sindrom geriatri atau 14 i. Menurut Sunarti (2019) masalah
sindroma geriatri yang sering terjadi pada lansia yaitu:
a. Immobility
Keadaan tidak bergerak atau tirah baring selama tiga hari atau lebih dapat
menyebabkan nyeri, kekakuan otot dan sendi, ketidakseimbangan, seperes atau
demensia. Komplikasi muncul pada pada bagian yang mengalami penekanan terus-
menerus hingga timbul luka lecet sampai infeksi, kelemahan otot, infeksi saluran
kencing serta konstipasi.
Pencegahan dengan latihan fisik, perubahan posisi secara teratur, menggunakan
kasur angin dekubitus, monitor asupan cairan dan makanan yang berserat.
b. Instability
Orang lansia mudah jatuh karena kecelakaan seperti terpeleset, kehilangan
kesadaran mendadak atau vertigo.pencegahan dengan mengobati penyakitnya,
terapi fisik, latihan cara berjalan dan penguatan otot.

7
c. Incontinence
Lansia sering mengompol atau buang air besar karena ketidakmampuan
menahan buang air besar melalui anus. Pencegahan dengan latihan kegel, latihan
dasar otot panggul dan obat-obatan.
d. Intellectual impairment
Gangguan intelektual dapat berupa demensia atau delirium, gangguan mental
organik yang ditandai dengan gangguan kesadaran dan atensi serta perubahan
kognitif atau gangguan persepsi yang timbul dalam jangka pendek. Gejalanya
berupa gangguan memori jangka pendek, gangguan persepsi (halusinasi, ilusi),
gangguan proses pikir (disorientasi waktu, tempat, orang), komunikasi tidak
relevan, mengamuk dan gangguan siklus tidur.
e. Infection
Beberapa penyakit secara bersamaan dapat terjadi akibat menurunnya imunitas
tubuh terhadap infeksi.
f. Impairment of hearing, vision and smell
Gangguan pendengaran sangat umum ditemui dan diatasi dengan penggunaan
alat bantu. Gangguan penglihatan berupa gangguan refraksi, katarak dan
komplikasi penyakit.
g. Isolation
Lansia sering terisolasi dan depresi karena kehilangan orang yang disayangi,
pasangan hidup atau anak. Akibat diacuhkan keluarga karena merepotkan, lansia
cenderung menarik diri dari lingkungan sehingga mudah mengalami depresi.
h. Inatiation
Asupan makanan berukuran 25% pada orang usia 40-70 tahun. Anoreksia
dipengaruhi faktor fisiologis seperti perubahan indera pengecap, pembauan, sulit
mengunyah, gangguan pencernaan.
g. Impecunity
Penuaan membuat kemampuan tubuh dalam menyelesaikan pekerjaan
berkurang sehingga tidak dapat memberikan penghasilan. Orang yang tidak bekerja
berarti kehilangan teman bekerja sehingga interaksi sosial berkurang.
h. Iatrogenic
Orang yang menderita penyakit lebih dari satu jenis membutuhkan obat lebih
banyak dan dalam jangka waktu lama sehingga menimbulkan efek samping dari
obat-obatkan tersebut.

8
i. Insomnia
Perubahan siklus tidur atau beberapa penyakit mengakibatkan insomnia. Untuk
mengurangi insomnia dapat dihindari olahraga 3-4 jam sebelum tidur, tidak minum
mengandung kafein di sore hari, batasi cairan setelah jam makan malam serta batasi
tidur siang.
j. Immunodeficiency
Penurunan sistem kekebalan tubuh disebabkan karena penurunan fungsi organ
tubuh sehingga dapat menimbulkan berbagai jenis penyakit.
k. Impotence
Impotensi merupakan ketidakmampuan melakukan aktivitas seksual akibat
gangguan organik seperti saraf, hormon, atau masalah psikologi.
l. Impaction
Hal ini dapat terjadi akibat kurangnya gerak fisik, makanan rendah serat, kurang
minum, efek obat-obatan.

5. Penurunan pendengaran dan penglihatan


a. Penurunan pendengaran (Impairment of Hearing)
Pendengaran adalah persepsi energi suara oleh saraf. Gelombang suara adalah
getaran yang merambat dari daerah tekanan tinggi ke tekanan rendah. Suara tang
ditangkap oleh pinna kemudian gelombang suara tersebut akan disalurkan melalui
saluran meatus austikus ekstern US kebagian dalam menggetarkan membran
timpani. Gerakan bergetar dari membran timpani dan akan membuat tulang telinga
yang tengah yaitu osikilus ikut bergetar sehingga dapat disalurkan ke telinga bagian
dalam yaitu tingkap oval. Getara yang ditangkap oval menggerakkan cairan yang
ada pada perilimfa dan endolimfa. Cairan yang bergerak akan membuat bergetarnya
sel rambut permukaan dari sel rambut berubah akibat gerakan cairan di telinga
bagian dalam, kemudian akan terdapat sinyal-sinyal saraf dan berhubungan dengan
serat saraf nervus auditorius. Gelombang suara kemudian diubah menjadi sinyal
listrik yang diterima oleh otak sehingga proses pendengaran sempurna.

9
Gangguan pendengaran dapat disebabkan oleh beberapa faktor penuaan yang
terjadi pada manusia akibat degenerasi. Menurut jenisnya, gangguan pendengaran

diklasifikasikan menjadi tuli konduktif, tuli sensorineural, dan tuli campuran.


Sumber: Istiqomah (2019)

Presbikusis adalah gangguan pendengaran secara berangsur efek akumulatif


dari pengaruh faktor herediter, metabolisme, arteriosklerosis, infeksi bising atau
bersifat multifaktor. Atrofi dan degenerasi dari sel-sel rambut penunjang pada organ
corti. Sel ganglion, sel saraf, dan myelin akson saraf mengalami penurunan jumlah dan
ukuran sel-sel.

b. Penurunan Penglihatan (Impairment of Vision)


Penyebab umum hilangnya penglihatan secara bertahap pada lanjut usia adalah
katarak atau mengalami pengaburan penglihatan jauh secara bertahap kemudian
penglihatan dekat. Pupil mata juga akan mengecil dan perlu waktu dalam bereaksi

10
terhadap cahaya. Oleh karena itu orang tua memerlukan 3 kali jumlah penerangan untuk
melihat dibandingkan dewasa muda. Sulit fokus, penebalan dan kekeruhan lensa mata
atau terjadinya koagulasi protein pada lensa, glaukoma, presbiopi menjadi penyakit
yang sering terjadi pada lansia.
Penurunan penglihatan kebanyakan dialami berjenis kelamin perempuan
disebabkan karena monopouse di usia 45 tahun, mengakibatkan metabolisme dalam
tubuh semakin berkurang dan terjadi kerusakan pada jaringan tubuh. Penurunan lapang
pandang, penurunan membedakan suatu warna, daya akomodasi pada mata akan hilang,
dan pupil timbul adanya sklerosis serta hilangnya respon terhadap suatu sinar
(Maharani, 2021).

6. Penurunan Intelektual (Impairment of Intelectual)


Menurut Retnani (2023) Penurunan intelektual pada lansia merupakan suatu yang
tidak dapat dihindarkan, banyak faktor penyebab kemunduran intelektual pada lansia
seperti penyakit, terlalu lama tidak melakukan aktivitas yang bersifat intelektual,
kecemasan bahkan depresi. Penurunan fungsi intelektual ini akan berakibat pada
pemenuhan kebutuhan dasar sehari-hari lansia. Secara alamiah sesuai pertumbuhan usia
penurunan intelektual karena beberapa sel otak yang berangsur-angsur mati dan
penyusutan sebesar 10-20%, berkurangnya daya elastisitas pembuluh darah sehingga
fungsi syarat menurun.
Penurunan intelektual yang terjadi pada lansia didominasi oleh perempuan akibat
pengaruh hormonal dan stres, pada lansia laki-laki disebabkan oleh merokok dengan
kandungan nikotin yang berpengaruh pada sistem syaraf. Seorang lansia yang tidak
bekerja memiliki otak yang kurang aktif maka sela-sel yang jarang dirangsang
mengalami kemunduran dan penurunan intelektual. Perubahan Kognitif meliputi
memori (daya ingat/ingatan), IQ, kemampuan belajar, kemampuan pemahaman,
pemecahan masalah, pengambilan keputusan, kebijaksanaan, wisdom, kinerja, motivasi
(Damanik, 2019).
Cara pengendalian penurunan intelektual lansia diharapkan harus tetap belajar dan
latihan mengasah otak seperti memecahkan masalah, tetap menggerakkan anggota
tubuh secara wajar, mengenai tulisan atau angka dan simbol atau sebagainya.

11
2.1.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Lansia
Menurut Damanik (2019)
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada lansia merupakan tindakan peninjauan situasi lansia
untuk memperoleh data bertujuan menegakkan situasi penyakit atau diagnosis masalah.
Data yang dikumpulkan mencakup data subjektif dan data objektif meliputi data bio-
psiko-sosial dan spiritual serta data tentang keluarga dan lingkungan yang mendukung.
a. Riwayat Kesehatan Sekarang dan Masa Lalu
b. Faktor yang mempengaruhi pengkajian pada lansia
Adanya interelasi (aspek fisik dan psikososial): penurunan kemampuan mekanisme
terhadap stres dan terjadi perubahan pada fisik lansia. Selain itu ruang yang adekuat,
kebisingan minimal, suhu cukup hangat, posisi duduk yang nyaman, kondisi kamar
mandi, ruang privasi, bersikap sabar, relaks dan observasi tanda-tanda keletihan
pada lansia harus diperhatikan juga oleh perawat.
c. Data perubahan fisik, psikologis dan psikososial
1) Perubahan fisik
No Perubahan Fisik Pemeriksaan
1. Sistem Syaraf Kesinergisan raut wajah, tingkat kesadaran perubahan dari
otak, daya ingatan menurun atau melemah.
2. Mata Pergerakan mata, kejelasan melihat, ada tidaknya katarak,
pupil: kesamaan, dilatasi, ketajaman penglihatan menurun
akibat proses penuaan.
3. Pendengaran Apakah menggunakan alat bantu dengar, tinnutitus, serumen
bagian luar, apakah ada rasa sakit atau nyeri di telinga.
4. Kardiovaskular Sirkulasi perifer (warna, kehangatan), irama jantung, denyut
nadi apicakal, ada tidaknya pembengkakan vena jugularis,
ada keluhan pusing atau edema.
5. Gastrointestinal Status gizi (pemasukan diet, anoreksia, mual, muntah,
kesulitan mengunyah dan menelan), keadaan gigi, rahang dan
rongga mulut, auskultasi bising usus, palpasi apakah ada
perut kembung, konstipasi, diare, atau inkontinensia alvi.
6. Genitourinarius Warna dan bau urine, distensi kandung kemih, inkontinensia,
frekuensi, tekanan, desakan, pemasukan dan pengeluaran

12
cairan, rasa sakit saat buang air kecil, kurang minat dalam
berhubungan sex, atau adanya kecacatan sosial yang
mengarah ke aktivitas seksual.
7. Integumen Kulit (temperatur/tingkat kelembaban), keutuhan luka, luka
terbuka, robekan, perubahan pigmen, adanya jaringan parut,
keadaan kuku, keadaan rambut.
8. Muskuloskeletal Kaku sendi, pengecilan otot, mengecilnya tendon,
pergerakan sendi yang tidak adekuat, bergerak secara mandiri
atau dengan bantuan, kekuatan otot, kemampuan melangkah
atau berjalan, bungkuk atau lumpuh.

2) Perubahan Psikologis
Hal yang dikaji adalah bagaimana sikap lansia terhadap proses penuaan,
apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak, apakah optimis dalam
memandang suatu kehidupan, bagaimana mengalami stres yang dialami,
apakah mudah menyesuaikan diri, apakah lansia sering mengalami
kegagalan, apakah harapan saat ini dan yang akan datang.
3) Perubahan sosial ekonomi
Apa saja kesibukan lansia dalam mengisi waktu luang, dengan siapa ia
tinggal, dari mana sumber keruangan lansia, kegiatan organisasi apa yang
diikuti, bagaimana pandangan lansia terhadap lingkungannya, seberapa
sering lansia berbunga-bunga dengan orang di luar rumah, apakah dapat
menyalurkan hobi atau keinginan dengan fasilitas yang ada.
4) Perubahan spiritual
Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan agama apakah
teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan,M
bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah dengan berdoa, apakah lansia
terlihat babah dan tawakal.
5) Perubahan fungsi kognitif
Kemampuan daya ingat lansia, proses pikir lansia, alam perasaan, orientasi
dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah.

13
6) Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan otoskopi: untuk memeriksa meatus akustikus eksternus
dan membrane timpani dengan inpeksi (hasil: serumen berwarna
kuning, konsistensi kenyal, dinding liang telinga berwarna merah
muda).
 Audiometri: audiogram nada murni menunjukkan tulis perspektif
bilateral simetris dengan penurunan pada frekuensi atauas 1000 Hz.
Form Pengkajian Data Pendukung
1) Form Indeks Barthel
Nilai
No Jenis Aktivitas Penilaian
Bantuan Total
1 Makan 5 10
2 Minum 5 10
Berpindah dari kursi roda ke tempat
3 5 10
tidur dan sebaliknya
Kebersihan diri : cuci tangan, makan,
4 5 10
menyisir, menggosok gigi
5 Aktivitas di kamar mandi (toileting) 5 10
6 Mandi 5 10
7 Berjalan di jalan yang datar 5 10
8 Naik turun tangga 5 10
9 Berpakaian 5 10
10 Mengontrol berkemih 5 10
11 Olahraga 5 10
Nilai total : 100
Skor 100 = lansia mandiri
Skor 91-99 = ketergantungan ringan
Skor 61-90 = ketergantungan sedang
Skor 21-60 = ketergantungan berat
Skor 0-20 = ketergantungn total

14
2) Form MMSE
Nilai
No Tes Nilai
maksimal
Orientasi
1 Sekarang tanggal, hari, tahun, dan musim apa? 5
2 Kita berada dimana? (negara, provini, kota, gedung,
5
ruang)
Registrasi
3 Pemeriksa menyebut 3 benda yang berbeda
kelompoknya selang 1 detik (missal apel, uang, meja)
responden diminta mengulanginya. Nilai 1 untuk tiap
3
nama benda yang benar. Ulangi sampai responden
dapat menyebutkan dengan benar dan catat jumlah
pengulangan
Atensi dan kalkulasi
4 Pengurangan 100 dengan 7 secara berurutan. Nilai 1
untuk setiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5
jawaban
5
Atau responden diminta mengeja terbalik kata
“WAHYU” (nilai diberi pada huruf yang benar
sebelum kesalaahan ; misalnya UYAHW = 2 nilai
Mengingat kembali (recal)
5 Responden diminta menyebut kembali 3 nama berada
3
diatas
Bahasa
6 Responden diminta menyebutkan nama benda yang
2
ditunjukkan (perlihatkan pensil dan jam tangan)
7 Responden diminta mengulang kalimat “tanpa kalai
1
dan atau tetapi”
8 Responden diminta melakukan perintah “ambil kertas
ini dengan tangan anda, lipatlah menjadi dua dan 3
letakkan di lantai”

15
9 Responden diminta membaca dan melakukan yang
1
dibaca “pejamkanlah mata anda”
10 Responden diminta menulis sebuah kalimat secara
1
spontan
11 Responden diminta menyalin gambar

Total nilai 30
Total skor 24-30 =kognitif normal
Total skor 17-23 = kognitif ringan
Total skor 0-16 = kognitif berat

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan persepsi sensori: pendengaran b.d perubahan penerimaan sensori
yang ditandai dengan tampak bingung saat diajak bicara
b. Risiko cedera b.d disfungsi sensori
c. Gangguan komunikasi verbal b.d degenerasi tulang pendengaran bagian
dalam
d. Ansietas b.d ancaman terhadap konsep diri

3. Luaran Utama
Luaran digunakan sebagai pedoman karakteristik diagnosa teratasi. Contoh
Kriteria hasil yang diharapkan pada persepsi sensori meningkat: melamun
berkurang, konsentrasi semakin membaik, verbalisasi mendengar bisikan
berkurang, perilaku menarik diri semakin menurun.

4. Intervensi
Intervensi disusun setelah adanya diagnosa keperawatan dan luaran yang ingin
dicapai. Contoh intervensi pada diagnosa gangguan persepsi sensori: meminimalisir
rangsangan. Terdiri dari intervensi observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi.
Pada observasi intervensi yang periksa status mental, sensori dan tingkat
kenyamanan. Pada terapeutik diskusikan tingkat toleransi terhadap beban sensor,

16
batasi stimulus lingkungan, jadwalkan aktivitas harian dan waktu istirahat,
kombinasikan prosedur atau tindakan dalam satu waktu sesuai kebutuhan. Pada
edukasi perawat dapat mengajarkan cara meminimalisasi stimulus. Dan kolaborasi
dapat dilakukan meminimalkan prosedur dan tindakan, serta kolaborasi pemberian
obat yang mempengaruhi persepsi stimulus atau pemasangan alat bantu dengar.

5. Evaluasi
Evaluasi hasil berfokus pada respon dan fungsi klien, respon perilaku lansia
adalah hasil dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada pencapaian tujuan
serta kriteria hasil. Evaluasi for,aktif dilakukan sesaat setelah perawat melakukan
tindakan pad lansia, evaluasi hasil/sumatif menilai hasil asuhan keperawatan yang
diperlihatkan dengan perubahan tingkah laku lansia setelah semua tindakan
dilakukan.

17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
Hari/Tanggal : 9 November 2023
Pukul : 09.00 WIB
A. Identitas
1. Identitas klien :
Nama : Ny. N
Umur : 76 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Mulyorejo
Pendidikan terakhir : SD
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa
Pekerjaan : Tidak bekerja
2. Identitas penanggung jawab :
3. Nama : Ny. P
4. Umur : 42 Tahun
5. Jenis kelamin : Perempuan
6. Alamat : Mulyorejo
7. Pekerjaan : Karyawan swasta
8. Hubungan dg klien : Anak
B. Keluhan Utama
Klien mengeluh mengalami kesulitan dalam melihat dan mendengar.
C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan sistem penglihatan dan pendengaran mulai berkurang, klien
mengatakan pernah jatuh akibat penglihatan yang mulai kabur dan tidak
menggunakan alat bantu kacamata, klien mengatakan sering lupa dengan kejadian
yang baru terjadi dan lupa meletakkan barangnya.
2. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit dahulu
3. Riwayat penyakit keluarga

18
Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga

D. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Tingkat kesadaran : Composmentis GCS : E 4 M 6 V 5
TTV
TD : 130/90mmHg
Nadi : 86x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,8C
SpO2 : 98%

E. Pemeriksaan fisik
Kepala : bersih, tidak ada lesi dan benjolan, berwarna putih
Mata : simetris, pupil isokor, konjungtiva tidak anemis, terlihat cekung
dan terdapat kantung mata, lensa mata tampak keruh,
pandangan mata berkurang (kabur), kadang salah mengenali
seseorang, tidak menggunakan alat bantu (kacamata)
Telinga : simetris, bersih, tidak terdapat cairan, pendengaran menurun,
selalu menanyakan kembali apa yang dibicarakan seseorang
dan harus berbicara dengan keras dengan artikulasi yang jelas,
kadang menjawab tidak sesuai pertanyaan, tidak menggunakan
alat bantu pendengaran
Hidung : bersih, tidak ada polip, penciuman baik
Mulut : bersih, tidak ada lesi, todak ada stomatitis, tidak ada
pembesaran tonsil, tidak ada sianosis
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tiroid serta vena
jugularis, tidak ada nyeri tekan
Thorax : simetris, tidak ada lesi, tidak terdapat kelainan, suara napas
vasikuler, tidak ada bunyi napas tambahan, tidak ada nyeri
tekan
Abdomen : simetris, tidak ada edema, bising usus 8x/menit
Integument : bersih, tidak ada perubahan pigmen kulit, tidak ada lesi, teraba
kering, CRT < 3 detik

19
Ekstremitas : tidak terdapat lesi dan edema, tidak menggunakan alat bantu,

F. ADL (Activity Daily of Life)


Pola nutrisi : klien mengatakan makan 3x sehari ½ porsi makan, dan minum
sebanyak kurang lebih 1 liter setiap hari
Pola eliminasi : klien mengatakan biasanya BAB 1 kali sehari dan BAK 4-5 kali
sehari
Pola istirahat : klien mengatakan biasanya tidur pada jam 9 malam dan bangun
pada jam 5 pagi dan selalu istirahat siang selama 30 menit
hingga 1 jam setiap harinya
Pola personal hygine : klien mengatakan mampu melakukan kebersihan dirinya
seperti mandi sebanyak 2x sehari, mencuci tangan sebelum
makan secara mandiri dan tampak penampilan klien rapi dan
bersih
Pola aktivitas : klien mengatakan mampu melakukan aktivitas seperti makan
dan minum, berjalan di jalan yang datar secara mandiri

G. Indeks Bartel
Nilai
No Jenis Aktivitas Penilaian
Bantuan Mandiri
1 Makamn/Minum 5 10 10
Berpindah dari kursi roda ke tempat
2 5 10 10
tidur dan sebaliknya
Kebersihan diri : cuci tangan, makan,
3 5 10 10
menyisir, menggosok gigi
4 Aktivitas di kamar mandi (toileting) 5 10 10
5 Mandi 5 10 10
6 Berjalan di jalan yang datar 5 10 10
7 Naik turun tangga 5 10 10
8 Berpakaian 5 10 10
9 Mengontrol berkemih 5 10 10
10 Olahraga 5 10 5
Nilai maksimal : 100 95

20
Nilai klien : Ketergantungan ringan

H. MMSE
Nilai
No Tes Nilai
maksimal
Orientasi
1 Sekarang hari, tanggal, bulan, tahun, dan musim apa? 5 1
2 Kita berada dimana? (negara, provini, kota, gedung,
5 4
ruang)
Registrasi
3 Pemeriksa menyebut 3 benda yang berbeda
kelompoknya selang 1 detik (missal apel, uang, meja)
responden diminta mengulanginya. Nilai 1 untuk tiap
3 3
nama benda yang benar. Ulangi sampai responden
dapat menyebutkan dengan benar dan catat jumlah
pengulangan
Atensi dan kalkulasi
4 Pengurangan 100 dengan 7 secara berurutan. Nilai 1
untuk setiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5
jawaban
5 1
Atau responden diminta mengeja terbalik kata
“WAHYU” (nilai diberi pada huruf yang benar
sebelum kesalaahan ; misalnya UYAHW = 2 nilai
Mengingat kembali (recal)
5 Responden diminta menyebut kembali 3 nama berada
3 0
diatas
Bahasa
6 Responden diminta menyebutkan nama benda yang
2 2
ditunjukkan (perlihatkan pensil dan jam tangan)
7 Responden diminta mengulang kalimat “tanpa kalai
1 1
dan atau tetapi”

21
8 Responden diminta melakukan perintah “ambil kertas
ini dengan tangan anda, lipatlah menjadi dua dan 3 3
letakkan di lantai”
9 Responden diminta membaca dan melakukan yang
1 1
dibaca “pejamkanlah mata anda”
10 Responden diminta menulis sebuah kalimat secara
1 1
spontan
11 Responden diminta menyalin gambar

1 0

Total nilai 30 17
Nilai klien : gangguan kognitif ringan

I. Genogram

Keterangan :

Laki-laki

Perempuan

Klien

22
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Usia lanjut Gangguan persepsi
 Klien mengatakan sensori :
penglihatannya mulai menurun pendengaran dan
(kabur) penglihatan
 Klien mengatakan sulit D.0085
mengenali wajah seseorang dari
kejauhan
 Klien mengatakan pernah
terjatuh akibat penglihatannya
yang kabur dan tidak
menggunakan kaca mata
 Klien mengatakan
pendengarannya mulai menurun
 Klien mengatakan saat
berbicara harus menggunakan
suara yang keras dengan
artikulasi yang jelas

DO :
 Klien tampak sulit melihat pada
jarak yang jauh
 Klien terkadang mengalami
disorientasi orang
 Klien tampak tidak
menggunakan alat bantu
(kacamata)
 Klien tampak menanyakan
kembali hal yang ditanyakan
 Klien kadang tidak sesuai
menjawab pertanyaan

23
2 DS : Proses penuaan Gangguan memori
 Klien mengatakan mudah lupa D.0062
dengan kejadian yang baru saja
dialami
 Klien mengatakan sering lupa
meletakkan barangnya

DO :
 MSE gangguan kognitif ringan
 Klien tidak mampu mengingat
benda yang disebutkan
3 DS : Risiko cedera
 Klien mengatakan pernah D.0136
terjatuh akibat penglihatannya
yang kabur dan tidak
menggunakan kaca mata

DO :
 Klien tampak tidak
menggunakan alat bantu
penglihatan dan pendengaran
 Klien mengalami penurunan
penglihatan dan pendengaran

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori : pendengaran dan penglihatan b.d usia lanjut d.d
penurunan fungus penglihatan dan pendengaran (D.0085)
2. Gangguan memori b.d proses penuaan d.d mudah lupa (D.0062)
3. Risiko cedera d.d tidak menggunakan alat bantu (D.0136)

24
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
1 Gangguan Fungsi sensori (L.06048) Manajemen delirium (I.06189)
persepsi Setelah dilakukan asuhan O
sensori : keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi faktor risiko
pendengaran jam diharapkan fungsi delirium (misalnya usia
dan sensori membaik dengan >75tahun, disfungsi kognitif,
penglihatan kriteria hasil : gangguan
b.d usia 1. Ketajaman penglihatan/pendengaran,
lanjut d.d pendengadaran penurunan kemampuan
penurunan meningkat fungsional)
fungus 2. Ketajaman 2. Identifikasi tipe delirium
penglihatan penglihatan T
dan meningkat 1. Berikan pencahayaan yang baik
pendengaran 2. Hindari stimulus berlebihan
(D.0085) (misalnya televise,
pengumuman interkom)
3. Sediakan lingkungan fisik dan
rutinitas harian yang konsisten
E
1. Anjurkan penggunaan alat
bantu sensorik (misalnya
kacamata dan alat bantu
dengar)
K
1. Kolaborasi pemberian obat
ansietas atau atigasi, jika perlu
2 Gangguan Memori (L.09079) Latihan Memori (I.06188)
memori b.d Setelah dilakukan asuhan O
proses keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi masalah memori
penuaan d.d jam diharapkan memori yang dialami
mudah lupa meningkat dengan kriteria 2. Identifikasi kesalahan terhadap
(D.0062) hasil : orientasi

25
1. Verbalisasi 3. Monitor perilaku dan perubahan
kemampuan memori selama terapi
mempelajari hal T
baru meningkat 1. Stimulasi memori dengan
2. Verbalisasi mengulang pikiran yang
kemampuan terakhir kali diucapkan
mengingat perilaku 2. Fasilitasi mengingat kembali
tertentu yang pernah pengalaman masa lalu
dilakukan meningkat 3. Fasilitasi kemampuan
3. Verbalisasi konsentrasi
kemampuan 4. Stimulasi menggunakan
mengingat peristiwa memori pada peristiwa yang
meningkat baru terjadi
4. Verbalisasi mudah E
lupa menurun 1. Jelaskan tujuan dan prosedur
latihan
2. Ajarkan teknik memori yang
tepat
K
1. Rujuk pada terapi okupasi
3 Risiko cedera Tingkat cedera (L.14136) Pencegahan cedera (I.14537)
d.d tidak Setelah dilakukan asuhan O
menggunakan keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi area lingkungan
alat bantu jam diharapkan tingkat yang berpotensi menyebabkan
(D.0136) cedera menurun dengan cedera
kriteria hasil : 2. Identifikasi kesesuaian alas kaki
1. Kejadian cedera atau stocking elastis pada
menurun esktremitas bawah
2. Gangguan kognitif T
menurun 1. Sediakan pencahayaan yang
memadai

26
2. Gunakan alas lantai jika
berisiko mengalami cedera
serius
3. Sediakan alas kaki antislip
4. Pastikan barang pribadi mudah
dijangkau
5. Pertahankan posisi tempat tidur
di posisi terendah saat
digunakan
6. Gunakan pengaman tempat
tidur sesuai dengan kebijakan
fasilitas pelayanan kesehatan
7. Diskusikan mengenai alat bantu
mobilitas yang sesuai
E
1. Jelaskan alasan intervensi
pencegahan jatuh ke pasien dan
keluarga
2. Anjurkan berganti posisi secara
perlahan dan duduk selama
beberapa menit sebelum berdiri

27
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Setiap individu akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan dengan
bertambahnya usia. Pada lansia fungsi tubuh akan mengalami penurunan dan
mengalami sindroma geriatri. Salah satu sindrom geriatri yang terjadi pada lansia
adalah impairment of hearing and vision dan intelectual impairment. Yaitu gangguan
penglihatan dan pendengaran serta disabilitas intelektual.
Dari kasus lansia dengan gangguan penglihatan, pendengaran, dan intelektual
diatas didapatkan masalah keperawatan gangguan persepsi sensori berhubungan
dengan usia lanjut ditandai dengan penurunan fingsi penglihatan dan pendengaran,
gangguan memori berhubungan dengan proses menua ditandai dengan , dan risiko
cedera ditandai dengan terjatuh saat berjalan.

28
DAFTAR PUSTAKA

Sunarti, Sri, dkk. 2019. Prinsip Dasar Kesehatan Lanjut Usia. Malang : UB Press.
Istiqomah, Sarah Nabila, Imanto, Mukhlis 2019. Hubungan Gangguan Pendengaran dengan
Kualitas Hidup Lansia. Jurnal Majority Vol. 8 No.2 Hal 234-237. Lampung.
Damanik, Sri Melfa, Hasian. 2019. Modul Bahan Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta:
Universitas Kristen Indonesia.

29

Anda mungkin juga menyukai