Hanya oleh karunia Tuhan Yang Maha Esa, kami bisa menyelesaikan pembuatan
makalah ini, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat-Nya
Makalah ini kami susun untuk menyelesaikan tugas bidang studi Keperawatan
Gerontik dengan judul makalah Asuhan Keperawatan Pada Ny.S dengan Demensia.
Sistematika makalah ini dimulai dari pengantar yang merupakan apersepsi atas materi
yang telah dan akan di bahas dalam bab tersebut yang dirangkai dengan peta konsep.
Selanjutnya, pembaca akan masuk pada inti pembahasan dan diakhiri dengan penutup
berupa kesimpulan dan saran. Dengan makalah ini, diharapkan pembaca dapat
mengkaji sebagai fenomena dan permasalahan yang mereka temui sehari-hari dalam
hidup bermasyarakat.
Kami juga berterima kasih atas dukungan dosen pembimbing dan teman-teman,
sehingga makalah ini dapat kami buat berdasarkan pembelajaran yang sudah kami
lewati. Semoga makalah ini dapat disimpan dengan baik, agar dapat terus dipelajari,
dan dapat memberikan wawasan baru bagi yang membacanya.
Kami mengharapkan saran dan kritik atau penilaian tentang cara kami menyusun dan
membuat makalah ini. Kebenaran dan kesempurnaan hanya Allah-lah yang punya dan
Maha Kuasa. Kami juga berterima kasih pada pihak yang membantu pembuatan dan
penyusunan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan yang sering dihadapi lansia seiring dengan berjalannya waktu, yaitu
terjadi penurunan berbagai fungsi organ tubuh, salah satunya penurunan fungsi otak.
Penurunan fungsi otak dapat menyebabkan beberapa penyakit seperti gangguan
neurologis, psikologis, delirium dan demensia. Menurut Alzheimer’s Disease
International (2009), demensia merupakan suatu sindroma penurunan kemampuan
intelektual progresif yang menyebabkan deteriorasi kognitif dan fungsional, sehingga
mengakibatkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari.
Berdasarkan data dari WHO (2012) diketahui bahwa 35,6 juta jiwa di dunia
menderita demensia dan pada tahun 2050 mendatang, diperkirakan presentasi dari
orang-orang berusia 60 tahun ke atas akan mencapai (22%) jumlah populasi dunia.
Sedangkan jumlah penyandang demensia di Indonesia sendiri hampir satu juta orang
pada tahun 2011 (Gitahafas, 2011). Di kawasan Asia Tenggara populasi lansia
sebesar (8%) atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2050 diperkirakan populasi
Lansia meningkat 3 kali lipat dari tahun ini. Pada tahun 2000 jumlah Lansia sekitar
5,300,000 (7,4%) dari total polulasi, sedangkan pada tahun 2010 jumlah Lansia
24,000,000 (9,77%) dari total populasi, dan tahun 2020 diperkirakan jumlah Lansia
mencapai 28,800,000 (11,34%) dari total populasi (Depkes, 2013).
Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak
di dunia yakni mencapai 18,1 juta jiwa padatahun2010 atau 9,6 persen dari jumlah
penduduk dan diprediksi akan terus meningkat hingga dua kali lipat pada tahun 2025
(Depkes,2013). Berdasarkan hasil Susenas tahun 2014, jumlah Lansia di Indonesia
mencapai 20,24 juta orang atau sekitar 8,03% dari seluruh penduduk Indonesia. Data
tersebut menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan hasil Sensus Penduduk
tahun 2010 yaitu 18,1 juta orang atau 7,6% dari total jumlah penduduk (Kemenkes,
2016).
Hasil wawancara yang dilakukan pada 1 lansia dari 38 lansia di PSTW Budi Mulia 1
Jakarta Timur pada tanggal 26 Februari 2019. Klien lansia mengungkapkan bahwa
masa tua merupakan masa yang sulit, mereka merasa kesulitan dalam berbahasa dan
mengalami kemunduran daya ingat. Ketika mereka benar-benar tidak bisa mengingat
suatu hal mereka kesulitan dalam membuat keputusan dan sangat tergantung pada
perawat panti, mereka mengharapkan adanya dukungan dan bantuan dari keluarga
sehingga mereka dapat hidup dengan lebih percaya diri. Tetapi kurangnya dukungan
dari keluarga menyebabkan mereka merasa kehidupannya sudah tidak berarti lagi dan
mudah putus asa dengan kehidupan yang dijalaninya sekarang.
Selain itu, perawat memiliki peran sebagai edukator yaitu memberikan informasi dan
pendidikan kesehatan untuk klien. Perawat juga diharapkan dapat menjelaskan teori
terkait demensia dan mengatasi masalah tersebut.
Dalam mencermati masalah yang ditimbulkan pada klien dengan Demensia, hal
tersebut yang melatar belakangi penulis mengambil judul “Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan Demensia di PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif kepada klien
yang mengalami demensia.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu :
a. Memahami konsep dasar demensia
b. Melakukan pengkajian pada klien demensia
c. Menetapkan diagnosa keperawatan pada klien demensia
d. Merencanakan asuhan keperawatan pada klien demensia
e. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien demensia
f. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien demensia
g. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien demensia
C. Ruang Lingkup
Dalam penulisan makalah ini, kelompok membahas “Asuhan Keperawatan Klien
dengan Demensia” di Ruang Dahlia Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 01
Cipayung dari tanggal 25 Februari sampai dengan 15 Maret 2019.
D. Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang digunakan dalam menyusun makalah ini adalah
menggunakan metode deskriptif dan studi kepustakaan adalah sebagai berikut :
E. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, kelompok membaginya dalam 5 bab yang terdiri dari
:
BAB I : PENDAHULUAN
Menjelaskan latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, ruang
lingkup dan sistematika penulisan.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran yang diambil dari bab IV.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Lansia
1. Pengertian Lansia
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun ketas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang
telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan
lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.
2. Batasan Usia
Menurut World Health Organitation (WHO) lansia meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun
3. Proses Menua
Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses
menua merupakan proses sepanjang hidup yang hanya dimulai dari satu waktu
tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menua merupakan proses
alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak,
dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis, maupun psikologis.
Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik
yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong,
pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan-gerakan
lambat, dan postur tubuh tidak proforsional (Nugroho, 2008).
4. Karakteristik Lansia
Menurut Bustan (2007) ada beberapa karakteristik lansia yang perlu diketahui
untuk mengetahui keberadaan masalah kesehatan lansia yaitu :
a. Jenis kelamin
Lansia lebih banyak wanita daripada pria
b. Status perkawinan
Status pasangan masih lengkap dengan tidak lengkap akan mempengaruhi
keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun psikologi.
c. Living Arrangement
Keadaan pasangan, tinggal sendiri, bersama istri atau suami, tinggal bersama
anak atau keluarga lainnya.
Fungsi sel saraf adalah mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsang atau
tanggapan. Untuk menaggapi rangsangan, ada tiga komponen yang harus dimiliki
oleh sistem saraf, yaitu:
a. Resptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang
bertindak sebagai reseptor adalah organ indera.
b. Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf sendiri. Saraf tersusun dari berkas
serabut penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus
yang memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron.
c. Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh
penghantar impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot dan
kelenjar.
Berbagai perubahan degeneratif ini meningkat pada individu lebih dari 60 tahun
dan menyebabkan gangguan persepsi, analisis dan integritas, input sensorik
menurun menyebabkan gangguan kesadaran sensorik (nyeri sentuh, panas,
dingin, posisi sendi). Tampilan sesori motorik untuk menghasilkan ketepatan
melambat.
2. Sistem Saraf Otonom
Pusat pengendalian saraf otonom adalah hipotalamus. Beberapa hal yang
dikatakan sebagai penyebab terjadinya gangguan otonom pada usia lanjut
adalah penurunan asetolikolin, atekolamin, dopamine, noradrenalin. Perubahan
pada “neurotransmisi” pada ganglion otonom yang berupa penurunan
pembentukan asetil-kolin yang disebabkan terutama oleh penurunan enzim
utama kolin-asetilase.
4. Medulla spinalis
Medulla spinalis pada lansia terjadi penurunan fungsi, sehingga mempengaruhi
pergerakan otot dan sendi di mana lansia menjadi sulit untuk menggerakkan
otot dan sendinya secara maksimal
C. Konsep Penyakit
1. Pengertian Penyakit Demensia
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan fungsi vegetative
atau keadaan yang terjadi. Memori, pengetahuan umum, pikiran abstrak, penilaian,
dan interpretasi atas komunikasi tertulis dan lisan dapat terganggu (Elizabeth
J.Corwin, 2009).
Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan
memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari.
Demensia merupakan keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya ingat
dan daya pikir lain yang secara nyata menganggu aktivitas kehidupan sehari-hari
(Nugroho, 2008).
2. Penyebab
Penyebab utama dari penyakit demensia adalah penyakit Alzheimer, yang
penyebabnya sendiri belum diketahui secara pasti, namun di duga penyakit
Alzheimer disebabkan karena adanya kelainan factor atau adanya kelainan factor
genetic atau adanya kelainan gen tertentu. Pada penyakit Alzheimer, beberapa
bagian otak mengalami kemunduran, sehingga terjadi kerusakan sel dan
berkurangnya respon terhadap bahan kimia yang menyalurkan sinyal di dalam
otak. Di dalam otak ditemukan jaringan abnormal.
Penyebab kedua dari demensia yaitu serangan stroke yang berturut-turut. Stroke
tunggal yang ukurannya kecil dan menyebabkan kelemahan yang ringan atau
kelemahan yang timbul secara perlahan. Stroke kecil ini bertahap menyebabkan
kerusakan jaringan otak, daerah otak yang mengalami kerusakan akibat
tersumbatnya aliran darah yang disebut dengan infark. Demensia yang disebabkan
oleh stroke kecil disebut multi-infark. Sebagian penderitanya memiliki tekanan
darah tinggi atau kencing manis, yang keduanya menyebabkan kerusakan
pembuluh darah diotak.
4. Komplikasi
a. Nutrisi yang tidak tercukupi
Banyak orang dengan pikun karena demensia akan mengurangi atau berhenti
makan dan minum pada akhirnya. Mereka bisa jadi lupa untuk makan dan
berpikir bahwa mereka sudah makan. Perubahan waktu makan atau gangguan
suara berisik disekitarnya juga dapat menganggu kegiatan makan mereka.
Seringkali, demensia yang sudah berat membuat kehilangan control pada otot
otot yang digunakan untujk mengunyah dan menelan. Hal tersebut dapat
membuat menimbulkan resiko tersedak atau kemasukan makanan kedalam
paru. Jika ini terjadi, makanan tersebut bisa menghalangi pernafasan dan
menyebabkan peradangan paru.
b. Penurunan hygienitas
Pada kasus demensia yang sedang hingga berat penderitanya dapat kehilangan
kemampuannya dalam melakukan tugas sehari-harinya secara mandiri.
Seseorang bisa menjadi tidak mampu mandi, berpakaian, mencuci rambut,
menggosok gigi atau menggunakan toilet sendiri.
c. Kesulitan minum obat
Kondisi ini sangat mempengaruhi kemampuan mengingat penderita demensia.
Karena itu, mengingat untuk meminum obat dalam jumlah yang benar pada
waktu yang benar dapat menjadi tantangan tersendiri.
d. Kemunduran kesehatan emosional
Demensia dapat mengubah perilaku dan kepribadian. Beberapa perubahan
tersebut dapat disebabkan oleh gangguan fungsi otak. Sementara perubahan
perilaku dan kepribadian yang lain mungkin disebabkan oleh reaksi emosional
dalam menghadapi perubahan yang terjadi diotak. Demensia dapat berujung
depresi, sifat agresif, kebingungan, frustasi, rasa cemas, dan gangguan
disorientasi.
e. Kesulitan dalam berkomunikasi
Dengan bertambah beratnya demensia, penderita nya dapat kehilangan
kemampuan dalam mengingat nama orang dan benda serta masalah dalam
berkomunikasi dengan orang lain atau memahami orang lain. Gangguan dalam
berkomunikasi ini dapat menimbulkan perasaan gelisah, terisolasi dan depresi.
f. Delusi dan halusinasi
Penderita dapat mengalami delusi, yaitu ide/ pikiran yang salah tentang orang
lain atau situasi yang ada. Beberapa orang, khususnya orang dengan demensia
yang dapat memiliki halusinasi visual.
g. Kesulitan tidur
Seseorang dapat mengalami kesulitan tidur, seperti bangun terlalu pagi.
Sebagian lagi dapat memiliki sindrom tungkai gelisah atau gangguan perilaku
tidur Rapid Eye Movemen (REM) yang dapat mempengaruhi tidur.
6. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas
Indentias klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa/latar
belakang kebudayaan, status sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
2) Tingkat kesadaran : composmentis dengan nilai GCS 15 yang dihitung dari
linai E : 5 V:4 M: 6,tekanan darah sistolik/ diastolik 120/80 mmHg. BB: kg,
TB : cm. postur tulang belakang lansia: membungkuk, BB : 45 Kg, tinggi
badan: 146 cm.
c) Peran, transisi peran dapat dari sehat ke sakit, ketidak sesuaian antara satu
peran dengan peran yang lain dan peran yang ragu diman aindividu tidak
tahun dengan jelas perannya, serta peran berlebihan sementara tidak
mempunyai kemmapuan dan sumber yang cukup.
4) Hubungan sosial
Berbagai faktor dimasyarakat yang membuat sesorang disingkirkan atau
kesepian, yang selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul akibat berat
seperti delusi dan halusinansi. Keadaan ini menimbulkan kesepian, isolasi
sosial, hubungan dangkal dan tergantung.
5) Riwayat spiritual
Keyakinan klien terhadap agama dan keyakinannya masih kuat tetapi tidak
atau kurang mampu dalam melaksanakan ibadahnya sesuai dengan agama
kepercayaanya.
6) Status mental
a) Penampilan klien tidak rapi dan tidak mampu untuk merawat dirinya.
b) Pembicaraan keras, cepat dan inkoheran.
c) Aktifitas motorik, perubahan motorik dapat dimanifestasikan adanya
peningkatan kegiatan motoric, gelisah, impulsive, manerisme, otomatis,
steriotipi.
d) Alam perasaan, klien Nampak ketakutan dan putus asa.
e) Afek dan emosi, respon emosional klien mungkin tampak bizar dan tidak
sesuai karena datang dari kerangka piker yang telah berubah. Perubahan
afek adalah tumpul, datar, tidak sesuai, berlebihan dan ambivalen
f) Interaksi selama wawancara
Sikap klien terhadap pemeriksa kurang kooperatif, kontak mata kurang.
7) Persepsi
Persepsi melibatkan proses berpikir dan pemahaman emosiaonal terhadap
suatu obyek. Perubahan persepsi dapat terjadi pada satu atau lebih panca
indra yaitu penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, pengecapan.
Perubahan persepsi dapat ringan, sedang, dan berat atau berkepanjangan.
Perubahan persepsi yang paling sering ditemukan adalah halusinasi.
a) Proses berpikir
Klien yang terganggu pikirannya sukar berprilaku koheren, tindakamya
cenderung berdasarkan penilaian pribadi klien terhadap realitas yang
tidak sesuai dengan penilaian yang umum diterima. Penlalian realiatas
secara pribadi oleh klien merupakan penilaian subyektif yang dikaitkan
dengan orang, benda atau kejadian yang tidak logis (pemikiran austistik).
Klien tidak menelaah ulang kebenanran realitas. Pemikiran austistik dasar
perubahan proses piker yang dapat dimanifestasikan dengan pemikiran
primitive, hilangnya asosiasi, pemikiran magis, delusi, (waham),
perubahan lingustik (memperlihatkan gangguan pola piker abstrrak
sehingga tampak klien regresi dan pola piker yang sempit misalnya
ekholali, clang asosiasi dan neologisme.
b) Tingkat kesadaran: kesadaran yang menurun, bingung, disorientasi waktu,
tempat dan orang.
c) Memori : gangguan daya ingat sudah lama terjadi (kejadian beberapa
tahun yang lalu).
d) Tingkat konsentrasi klien tidak mampu berkonsentrasi
e) Kemampuan penilaian gangguan berat dalam penilaian atau keputusan
8) Kebutuhan klien sehari-hari
a) Tidur, klien sukar karena cemas, gelisah, berbaring atau duduk dan
gelisah. Kadang-kadang terbangun tengah malam dan sukar tidur
kembali. Tidurnya mungkin terganggu sepanjang malam, sehingga tidak
merasa segar dipagi hari
b) Selera makan, klien tidak mempunyai selera makan atau makannya hanya
sediit, karena putus asa, merasa tidak berharga, aktifitas terbatas sehingga
bisa terjadi penurunan berat badan.
c) Eleminasi, klien mungkin terganggu buang air kecilnya, kadang-kadang
lebih sering dari biasanya, karena sukar tidur dan stress. Kadang-kadang
dapat terjadi konstipasi, akibat terganggu pola makan.
d) Mekanisme koping, apbila klien marasa tidak berhasil, kegagalan maka ia
akan menetralisir, mengingkari atau meniadakannya dengan
mengembangakan berbagai pola koping mekanisme. Koping mekanisme
yang digunakan sesorang dalam keadaan delirum adalah mengurangi
kontak mata, memakai kata-kata yang cepat dank eras (ngomel-ngomel)
dan menutupi.
c. Pengkajian psikogerontik
1. Pengkajian status mental
Tabel 2.1
Short Portable Mental Status Questsionnaire (SPMSQ)
KESIMPULAN :
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis Keperawatan merupakan kesimpulan yang ditarik dari data yang
dikumpukan tentang lansia, yang berfungsi sebagai alat untuk menggambarkan
masalah lansia, dan penarikan kesimpulan ini dapat dibantu oleh perawat.
Diagnosis keperawatan adalah tahap kedua dari proses keperawatan setelah
dilakukannya pengakajian keperawatan. Diagnosis keperawatan adalah “
Clinical Judgment” yang berfokus pada respon manusia terhadap kondisi
kesehatan atau proses kehidupan atau kerentanan (vulnerability) baik pada
individu, keluarga, kelompok atau komunitas. diagnosa yang dapat ditegakan
pada Demensia ada kerusakan memori, hambatan komunikasi verbal, risiko
jatuh, dan defisit perawatan diri : mandi (Nugroho, 2009).
c. Intervensi Keperawatan
1) Kerusakan memori
Batasan karakteristik: ketidakmampuan membuat ketrampilan yang telah di
pelajari, ketidakmampuan mengingat informasi faktual, ketidakmampun
mengimgat perilaku tertentu yang pernah di lakukan, tidak mampu
mengingat peristiwa yang baru saja terjadi, tidak mampu menyimpan
informasi baru, mudah lupa.
NOC:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, kesadaran klien
terhadap identitas personal, waktu dan tempat meningkat atau baik dengan
indikator/ kriteria hasil:
a) Mengenal kapan klien lahir
b) Mengenal orang atau hal penting
c) Mengenal hari bulan tahun dengan benar
d) Klien mampu memperhatikan dan mendengarkan dengan baik
e) Klien dapat menjawab pertanyaan dengan tepat
f) Klien mengenal identitas diri dengan baik
g) Klien mengenal identitas orang disekitar dengan tepat
NIC:
a) Stimulasi memori dengan mengulangi pembicaraan secara jelas diahir
pertemuan dengan pasien.
b) Mengenali pengalaman masa lalu dengan pasien
c) Mennyediaakan gambar untuk mengenal ingatannnya kembali
d) Kaji kemampuan klien dalam mengenal sesuatu (jam hari tannggal bulan
tahun).
e) Ingatkan kembali pengalaman masa lalu klien dan f). Kaji kemampuan
kemampuan klien memahami dan memproses informasi.
2) Resiko Jatuh
Batasan karakteristik:
Faktor risiko: Dewasa: Usia 65 tahun atau lebih, Riwayat jatuh, Tinggal
sendiri, Prosthesis eksremitas bawah. Kognitif : gangguan fungsi kognitif.
NOC :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan klien mampu
untuk :
a) Gerakan terkordinasi : kemampuan otot untuk bekerja sama secara
volunter untuk melakukan gerakan, kejadian jatuh : tidak kejadian jatuh.
b) Pengetahuan : pemahaman pencegahan jatuh.
c) Pengetahuan : kemampuan pribadi.
NIC :
a) Mengidentifikasi defisit kognitif atau fisik yang dapat meningkatkan
potensi jatuh dalam lingkungan tertentu.
b) Mengidentifiksi perilaku dan faktor yang mempengaruhi resiko jatuh.
c) Mendorong pasien untuk menggunakan tongkat atau alat bantu berjalan.
Sarankan alas kaki yang aman (tidak licin).
d) Dorong aktifitas fisik pada siang hari.(menyapu, menyiram bunga agar
pasien tidak dapat waktu untuk jalan).
e) Pasang palang pegangan keselamatan kamar mandi.
NIC:
a) Gunakan penerjemah jika diperlukan.
b) Berikan satu kata simpel saat bertemu (selamat pagi)
c) Dorong pasien untuk bicara perlahan.
d) Dengarkan dengan penuh perhatian berdiri didepan pasien.
e) Gunakan kartu baca, gambar, dan lain-lain.
f) Anjurkan untuk berbicara dalam kelompok wisma.
g) Anjurkan untuk memberi stimulus komunikasi.
NIC:
a) Mandikan pasien dengan tepat
b) Bantu pasien menyiapkan handuk, sabun dan sampho di kamar mandi
c) Dorong pasien untuk mandi sendiri
d) Berikan bantuan sampai pasien benar- benar mampu merawat dirinya
secara mandiri
e) Sediakan lingkungan yg teraupetik dengan memastikan kehangatan,
suasana rileks dan nyaman serta menjaga privasi pasien.
d. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan (Implementasi) adalah kategori dari perilaku
keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil
yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.
Implementasi mencakup melakukan, membantu, atau mengarahkan kinerja
aktivitas kehidupan sehari-hari, memberikan asuhan perawatan untuk tujuan
yang berpusat pada klien (Azizah, 2011).
e. Evaluasi keperawatan
Menurut (Azizah, 2011) evaluasi merupakan keputusan dari efektifitas asuhan
keperawatan antara dasar tujuan keperawatan yang telah ditetapkan dengan
respon perilaku lansia yang tampilkan.
1. Penilaian keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana, dan
pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
lansia, maka beberapa kegiatan yang harus diikuti oleh perawat, antara lain:
a. Mengkaji ulang tujuan klien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
b. Mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan.
c. Mengukur pencapaian tujuan.
d. Mencatat keputusan atau hasil pengukuran pencapaian tujuan.
e. Melakukan revisi atau modifikasi terhadap rencana keperawatan bila
perlu.
2. Evaluasi hasil: Evaluasi ini berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons
perilaku lansia merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan
terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil. Cara membandingkan
antara SOAP (Subjektive – Objektive – Assesment - Planning) dengan
tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
S (Subjektif) adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari lansia
setelah tindakan diberikan.
O (Objektif) adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan
dilakukan.
A (Assessment) adalah membandingkan antara informasi subjektif dan
objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan
bahwa masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi.
P (Planning) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisis.
BAB III
KASUS
A. Pengkajian
Ruangan : Dahlia
Tanggal pengkajian : 26 Febuari 2019
1. Data Biografi
Nama : Ny S
Tempat dan tanggal lahir : Tidak terkaji
Pendidikan terakhir : Tidak sekolah
Agama : Islam
Sistem perkawinan : Janda
TB/BB : 150 cm/ 42 kg
Penampilan : Sehat bersih, ciri-ciri tubuh: rambut pendek,
Beruban, kulit sawo matang.
Alamat : Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 01
Orang yang dekat dihubungi : Tidak terkaji
Hubungan dengan lansia : Tidak terkaji
Alamat : Tidak terkaji
Tanggal masuk panti : Klien mengatakan tidak ingat
Kontraindikasi:
Sindrom sick sinus, gangguan
konduksi supraventikular, riwayat
tukak, asma, atau penyakit paru
obstruksi.
2 Vitamin B 2x1 Indikasi:
compleks - Untuk mencegah dan mengobati
kekurangan vitamin B complex.
- Kurang napsu makan.
Kontraindikasi:
- Alergi
Kontraindikasi:
Hipersensitivitas terhadap
Vitamin B12
4 Capsul Jiwa 2x1 Indikasi:
(THP) - Parkinson
Kontaindikasi:
- Gangguan fungsi jantung
- Riwayat alergi terhadap THP
- Penyakit glukoma
- Pembesaran prostat
- Gerakan usus yang terhambat
atau melambat (ileus)
9. Lingkungan
Kondisi tempat tinggal Atau lingkungan :
Kondisi tempat tinggal klien bersih, terdapat kamar mandi, diluar ruangan,
terdapat sabun, sampo, dan fasilitas pakaian, terdapat jendela didalam ruangan.
Penerangan : Kondisi penerangan diruangan dahlia cukup terang.
Lantai : Kondisi lantai(kamar, kamar mandi, dan teras) tidak Licin.
Kamar Mandi : Bersih, kamar mandi berada diluar ruangan. Penerangan cukup
terang dan lantai kamar mandi tidak licin
Lainnya : Tidak ada
10. Riwayat Rekreasi
Hobby/ Minat : Klien mengatakan tidak tahu
Keanggotaan organisasi/ Kegiatan dipanti :
klien tidak mengikuti organisasi/kegiatan yang ada dipanti.
Liburan : klien tidak pernah liburan, klien hanya dipanti.
11. Sistem Pendukung
Perawat/dokter/fisioterapi : Ada, terdapat 2 perawat ruangan yang betugas sampai
jam 17.00 wib, tetapi terdapat penjaga 1 orang pada
malam hari yang bertugas diwisma dahlia .
Klinik: Ada, terdapat klinik untuk lansia.
Rumah sakit: Tidak ada, jika ada lansia yang mengalami sakit, petugas panti
segera membawa WBS ke Rumah Sakit.
Lain- lain: Tidak ada
12. Deskripsi Kekhususan
Kebiasaan/Ritual : Klien tidak memiliki kebiasaan/ritual
13. Aktivitas Sehari-hari dan Pola Fungsi Kesehatan
Indeks Katz:
Indeks Katz klien berada di “D” yaitu: kemandirian dalam semua aktivitas sehari-
hari, kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi tambahan.
Pola Nutrisi dan Cairan Elektrolit:
Klien makan 3x sehari, kebutuhan untuk makan dan minum kadang dibantu oleh
petugas/ perawat yang ada diruangan tersebut.
Pola Eliminasi: Klien dapat kekamar mandi untuk BAK dan BAB
Pola Tidur dan Istirahat: Klien mengatakan sulit tidur pada malam hari, tidur
siang pun jarang, kalau ngantuk saja, klien hanya
duduk diteras.
Pola Aktivitas dan Istirahat : Aktivitas Sehari-hari klien dibantu oleh perawat dan
petugas yang ada diruangan.
Pola Hubungan dan Peran: Klien tidak pernah melakukan interaksi/ komunikasi
dengan Warga Bina Sosial dan Lainnya.
Pola Sensori dan Kognitif : Klien tidak mampu mengingat informasi yang
diberikan oleh perawat seperti nama perawat.
Pola Persepsi dan Konsep Diri : Klien mengatakan merasa senang dan puas
terhadap dirinya, klien mengatakan tidak
bosan dan tetap semangat.
Pola Mekanisme/penanggulangan stress dan kopping :
Klien mengatakan tidak tahu cara menyelesaikan masalah.
Personal Hygiene : Personal Hygiene klien dibantu oleh perawat/ petugas yang
ada diruangan tersebut termasuk juga mandi.
DO:
- Klien mengalami penurunan
dan ketidakmampuan
menyusun kata dengan benar.
- Klien terlihat mengulang
kata-kata yang ditanyakan
oleh perawat
- Klien mudah lupa
- SPMSQ: 0, ada gangguan
- MMSE: 3, klien memiliki
kerusakan kognitif
- GDS: 6, kemungkinan besar
depresi (ringan)
- APGAR Keluarga: 0,
Disfungsi keluarga yang
sangat tinggi.
- Donepezile : 1x1 (pagi)
- THP : 2X1 (pagi)
2 Selasa DS : -
26-02-2019 DO: Hambatan Gangguan
- Klien mengalami Komunikasi Persepsi
disorientasi tempat, waktu Verbal
- Klien tidak mampu
mengingat nama perawat,
setiap kali bertemu
- Kontak mata kurang.
3 Selasa DS: -
26-02-2019 DO: Defisit Gangguan
- Aktivitas sehari-hari klien Perawat Diri Fungsi
kadang dibantu. Kognitif
- Indeks Katz: D, Interprestasi:
kemandirian pasien dalam
semua aktivitas sehari-hari,
kecuali mandi, berpakaian
4 Selasa DS: -
26-02-2019 DO: Resiko Jatuh
- Penilaian resiko
jatuh:10( >4)
Interprestasi: resiko jatuh klien
tinggi
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas:
1. Kerusakan Memori berhubungan dengan Gangguan Neurologis
2. Hambatan Komunikasi Verbal berhubungan dengan Gangguan Persepsi
3. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan Gangguan Fungsi Kognitif
4. Resiko Jatuh
D. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan
Keperawatan
1 Kerusakan Memori Setelah dilakukan asuhan Manajemen Dimensia:
b/d Gangguan keperawatan 3x24 jam, 1. Identifikasi pola-pola perilaku
Neuroligis diharapkan masalah dapat teratasi biasa untuk kegiatan seperti tidur,
dengan indikator: penggunaan obat, eliminasi,
Memori asupan makanan, dan perawatan
- Mengingat informasi baru diri.
Saat Tujuan 2. Tentukan jenis dan tingkat defisit
dikaji kognitif dengan menggunakan alat
2 3 pengkajian
- Mengingat informasi yang 3. Monitor fungsi kognitif,
terbaru mengunakan alat pengkajian yang
Saat Tujuan terstandart
dikaji 4. Perkenalkan diri saat memulai
2 3 kontak
5. Bicara dengan suara jelas, rendah,
- Mengingat informasi yang hangat, nada menghormati
sudah lama
6. Berikan isyarat/ petunjuk seperti
Saat Tujuan
lokasi, dan nama-nama untuk
dikaji
membantu orientasi
2 3
7. Berikan waktu istirahat
8. Kolaborasi pemberian obat
Stimulasi Kognitif:
1. Orientasikan klien terhadap
waktu, tempat, dan orang
2. Rangsang memori dengan
mengulang pemikiran terakhir
3. Dorong stimulasi kognisi seperti
aktivitas membaca
4. Dorong penggunaan program
stimulasi, misalnya interaksi
social
5. Berikan stimulasi sensori yang
terencana
6. Berikan instruksi verbal dan
tertulis
7. Minta klien untuk mengulang
informasi.
2 Hambatan Setelah dilakukan asuhan Stimulasi Kognisi
Komunikasi Verbal keperawatan selama 3x24 jam 1. Orientasikan klien terhadap
b/d Gangguan diharapkan masalah dapat waktu, hari dan orang
Persepsi teratasi dengan indikator:
Orientasi Kognitif Latiahan Memori:
- Mengidentifikasi orang- 1. Beri latihan orientasi nama
orang 2. Identifikasi dan koreksi kesalahan
Saat dikaji Tujuan orientasi
3. Monitor perubahan-perubahan
2 3 dalam latihan mengingat
- Mengidentifikasi tempat
Saat dikaji Tujuan
2 3
- Mengidentifikasi hari
Saat dikaji Tujuan
2 3
- Mengidentifikasi bulan
Saat dikaji Tujuan
2 3
Tingkat Dimensia
- Kesulitan Memperoleh
Informasi
Saat dikaji Tujuan
2 3
- Disorientasi orang
Saat dikaji Tujuan
2 3
3 Defisit Perawatan Setelah dilakukan asuhan Bantuan Perawatan Diri:
Diri b/d Gangguan keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitor kemampuan perawatan diri
Fungsi Kognitif diharapkan masalah dapat secara mandiri.
teratasi dengan indikator: 2. Monitor kebutuhan klien terkait
Perawatan Diri: Aktivitas dengtgan alat bantu untuk
sehari-hari: berpakaian
- Memakai Baju 3. Berikan bantuan sampai pasien
Saat dikaji Tujuan
mampu melakukan perawatan diri
3 4
4. Dorong kemampuan klien, tapi bantu
ketika klien tidak mampu
- Mandi
melakukannya.
Saat dikaji Tujuan
3 4 Bantuan Perawatan Diri:
Berpakaian/ Berdandan:
1. Sediakan pakaian klien diarea yang
dapat dijangkau (disis tempat tidur)
2. Fasilitasi klien untuk menyisir
rambut dengan tepat.
E. Implementasi Keperawatan
Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Keperawatan
Keperawatan
Kamis,
28 febuari 2019
I Mengidentifikasi pola dan perilaku
09.00 wib
kegiatan sehari-hari seperti tidur,
eliminasi, asupan makanan, dan
perawatan diri.
R/H : Ny.S.A dapat kekamar mandi
secara mandiri, asupan makanan
II secara mandiri
09.10 wib
Mengorientasikan klien terhadap waktu,
hari dan orang.
R/H: Klien tidak mampu meningat
waktu, hari dan orang yang sudah
III
10.00 wib
diajarkan
Memonitor kemampuan perawatan diri
secara mandiri
R/H: - Klien dapat makan secara mandiri
IV
10.00 wib - Klien dapat ke kamar mandi
secara mandiri
Mengidentifikasi perilaku dan faktor
resiko jatuh
10.05 wib V R/H: Klien mengalami
ketidakseimbangan
Menentukan jenis dan tingkat defisit
10.05 wib VI
kognitif
R/H: Klien mengalami Dimensia
Memberikan latihan orientasi nama
R/H: Klien tidak mampu mengingat
nama perawat
Jumat,
01 Maret 2019
I Memberikan stimulasi sensori yang
11.30 wib
terencana
R/H: Klien mampu menyebutkan gambar
yang diberikan yaitu pisang,
rambutan, apel
II
11.40 wib
Mengidentifikasi dan mengoreksi
kesalahan orientasi
R/H: Klien saat diorientasikan gambar
buah pisang, rambutan, dan apel.
Klien hanya mampu menyebutkan
III
11.50 wib buah pisang dan apel.
Memonitor kebutuhan klien terkait
dengan alat bantu untuk berpakaian
IV R/H : Klien menggunakan pakaian
12.30 wib
dengan rapih
Mengkaji riwayat jatuh
R/H: Klien mengatakan tidak tahu
Senin,
04 Maret 2019
III Memonitor kemampuan perawatan diri
06.00 wib
secara mandiri
R/H: ADL Klien dibantu misalnya
mandi, dan berpakaian
II
09.00 wib Memberikan latihan orientasi nama
R/H: Klien tidak ingat nama perawat
Selasa,
05 Maret 2019 III Memonitor kebutuhan klien terkait
Rabu,
13 Maret 2019
II Memonitor perubahan-perubahan dalam
08.45 wib
latihan mengingat
R/H : saat dikaji, klien mengatakan tidak
ingat
08.50 wib I
Mendorong stimulasi kognisi seperti
aktivitas menulis
R/H : -Klien mengatakan tidak bisa
-Klien tidak mau menulis dikertas
09.30 wib IV yang diberikan oleh perawat
Membantu ambulance individu yang
memiliki ketidakseimbangan
R/H : Aktivitas/ambulasi dari tempat
tidur hingga berdiri dibantu oleh
perawat
Kamis,
14 Maret 2019
I Mendorong penggunaan program
09.10 wib
stimulasi. Misalnya interaksi social
R/H : -Klien mau diajak berkenalan
dengan teman sebelahnya
-klien mengatakan namanya sriatun
IV
09.35 wib
Menginstruksikan klien untuk meminta
bantuan
R/H : -Klien mengatakan iya
-Saat makan siang klien memanggil
perawat untuk minta tolong
diambilkan minum
Jumat,
15 maret 2019
I Memberikan stimulasi sensori
08.10 wib
R/H : Klien mampu menyebutkakan
IV gambar: baju dan kerudung
Mengorientasikan pada lingkungan fisik
R/H : Klien berjalan dengan hati-hati
F. Evaluasi Keperawatan
Hari/tanggal/jam Diagnosa Evaluasi Keperawatan
Keperawatan
Kamis,
28 Febuari 2019 I S : Klien mengatakan tidak tahu
09.00 wib O : Klien mengalami Dimensia
A : Kerusakan memori b/d gangguan Neurologis
P : Lanjutkan Intervensi
1. Memberikan stimulasi sensori yang
tetrencana
10.05 wib IV
S:-
O : Klien tampak mengalami keseimbangan
A : Resiko Jatuh
P : Lanjutkan Intervensi
1. Kaji ulang riwayat jatuh
Jumat,
01 Maret 2019
12.30 wib I S:-
O :Klien mampu menyebutkan gambar yang
diberikan yaitu pisang, rambutan, dan apel
A : Kerusakan memori
P : Lanjutka Intervensi
1. Rangsang memori dengan mengulang
pemikiran terakhir
II
S:-
O: - Klien diorientasikan gambar buah pisang,
rambutan, apel.
- Ketika dievaluasi kembali, klien hanya
mampu menyebutkan buah pisang dan
apel
A : Hambatan komunikasi Verbal
P : Lanjutkan Intervensi
1.Beri latihan orientasi nama
III
S:-
O : Klien terlihat berpakaian rapih
A : Defisit Perawatan Diri
P : Lanjutkan Intervensi
1. Monitor kemampuan perawatan diri secara
mandiri
IV
S:-
O :Ketika berjalan klien dibantu oleh
perawat/petugas panti
A : Resiko Jatuh
O :Lanjukan Intervensi
1. Identifikasi perilaku dan faktor yang
mempengaruhi resiko jatuh
Senin,
04 Maret 2019
08.50 wib I S : Klien mengatakan lupa
O : Saat ditanya kontak mata klien berkurang
A : Kerusakan Memori
P : Lanjutkan Intervensi
1. Dorong stimulasi kognisi seperti aktivitas
membaca
II
S : Klien mengatakan tidak tahu
O: Klien tidak ingat nama perawat yang sudah
diorientasikan
A : Hambatak Komunikasi Verbal
P : Lanjutkan Intervensi
1. Monitor perubahan-perubahan dalam
latihan mengingat
III
S:-
O :ADL Klien dibantu misalnya mandi dan
berpakaian
A : Defisit Perawatan Diri
P : Lanjutkan Intervensi
1. Monitor perubahan klien terkait dengan
alat bantu untuyk berpakaian
IV
S:-
O : - Lantai ruangan bersih dan tidak licin
-Jika klien ingin ke kamar mandi, klien
dibantu
A : Resiko Jatuh
P : Lanjutkan Intervensi
1. Kaji ulang rieat jatuh
Selasa
05 Maret 2019
I S : Klien mengatakan tidak bisa
O: Klien terlihat bingung
A:Kerusakan memori
P: Lanjutkan Intervensi
1. Dorong menggunakan program stimulasi,
misalnya interaksi sosial
II
S : Klien mengatakan tidak ingat
O : Klien lupa apa saja yang sudah diajarkan
A: Hambatan komunikasi Verbal
P : Lanjutankan Intervensi
1. Orientasikan kembali klien terhadap
waktu dan orang
III
S:-
O: Pakaian klien dipakaikan perawat/ petugas
ruangan
A: Defisit Perawatan Diri
P: Lanjutkan Intervensi
1. Berikan bantuan sampai pasien mampu
melakukan perawatan diri
IV
S:-
O: - Klien hanya menggelengkan kepala
- Klien hanya diam
A: Resiko jatuh
P : Lanjutkan Intervensi
1. Bantu ambulance individu yang memiliki
ketidakseimbangan
Rabu
06 Maret 2019
III S:-
O: Klien mampu untuk makan secara mandiri
A: Defisit perawatan diri
P: Lanjutkan Intervensi
1. Dorong kemandirian klien, tapi banti
ketika klien tidak mampu melakukannya
I
S:-
O:Klien mau berintreraksi dengan teman
disebelahnya
A: Kerusakan Memori
P : Lanjutkan Intervensi
1. Berikan kembali instruksi sensori: benda
II
S : Klien mengatakan lupa
O: Saat dievaluasi kembali klien tidak ingat
A: Hambatan komunikasi verbal
P: Lanjutkan Intervensi
1. Beri latihan orientasi
IV
S:-
O: Klien terlihat ketika berjalan secara hari-hati
dan dibantu oleh perawat
A: Resiko Jatuh
P: Lanjutkan Intervensi
1. Instruksikan klien untuk memanggil
bantuan terkait pergerakan
Kamis,
07 Maret 2019
I S:
O: Klien dapat menyebutkan Handuk dan baju
A: Kerusakan Memori
P: Lanjutkan Intervensi
1. Instruksikan Verbal dan tertulis
II
S: Klien mengatakan lupa
O: Klien tidak ingat nama perawat
A:Hambatan komunikasi verbal
P: Lanjutkan Intervensi
1. Monitor perubahan-perubahan dalam
latihan mengingat
III
S: -
O: - Klien mandi secara mandiri
-Klien mampu menggunakan pakaian secara
mandiri
A: Defisit perawatan diri
IV
P: Lanjutkan Intervensi
S: -
O: Klien hanya diam, tiduran ditempat tidur
A: Resiko Jatuh
P: Lanjutkan Intervensi
1. Orientasikan klien pada lingkungan fisik
Jumat,
08 Maret 2019
I S: -
O: Klien tidak mampu membaca dan menulis
A: Kerusakan memori
P: Lanjutkan Intervensi
1. Minta klien untuk mengulang informasi
II
S: -
O:Klien tidak mampu mengingat apa yang sudah
diajarkan
A: Hambatan Komunikasi Verbal
P: Lanjutkan Intervensi
1. Beri latihan orientasi
IV
S: -
O: Klien terlihat berpegangan ketika berjalan
A: Resiko Jatuh
P: Lanjutkan Intervensi
1. Identifikasi kembali perilaku dan faktor
yang mengganti resiko jatuh
Senin
11 Maret 2019
I S: -
O:Klien tidak mampu mengulang informasi
yang telah disampaikan
A: Kerusakan memori
P: Lanjutkan intervensi
1. Rangsang memori dengan mengulang
pemikiran terakhir
II
S: -
O: Klien mampu menyebutkan nama perawat,
saat dijeda ditanyakan kembali klien lupa
A: Hambatan Komunikasi Verbal
P: Lanjutkan intervensi
1. Identifikasi dan koreksi kesalahan
orientasi
III
S: -
O: - Klien mampu mengambil pakaian yang ada
disisi tempat tidur
- Klien tidak mampu memakai pakaian
sandiri
A: Defisit perawatan diri
P: Lanjutkan Intervensi
1. Fasilitasi klien unptuk menyisir rambut
IV dengan tepat
II
S: -
O:Klien tidak ingat nama perawat yang telah
diorientasikan
A: Hambatan komunikasi verbal
P: Lanjutkan intervensi
1. Monitor perubahan-perubahan dalam
latihan mengingat
III
S: -
O:Klien mampu menyisir rambut secara mandiri
A: Defisit Perawatan Diri
P: Hentikan Intervensi
IV
S: - Klien mengatakan lupa
- klien mengatakan tidak ingat apakah ia
pernah jatuh atau tidak
O: Klien tampak bingung
A: Lanjutkan Intervensi
1. Bantu ambulasi individu yang memiliki
ketidakseimbangan
Rabu,
13 Maret 2019 I S: Klien mengatakan tidak tahu
O:Klien tidak mau menulis dikertas yang
diberikan oleh perawat
A: Kerusakan Memori
P: Lanjutkan Intervensi
1. Dorong penggunaan program stimulasi,
misalnya interaksi sosial
II
S: Klien mengatakan “siska”
O: Klien mampu mengingat nama perawat
A: Hambatan komunikasi verbal
P: Hentikan Intervensi
IV
S: -
O:aktivitas/ambulance dari tempat tidur ke
duduk, dan berdiri dibantu oleh perawat
A: Resiko Jatuh
P: Lanjutkan Intervensi
1. Instruksikan klien untuk meminta
bantuan
Kamis
14 Maret 2019
I S: Klien mengatakan namanya “sriatun”
O: Klien mampu berinteraksi sosial
A: Kerusakan Memori
P: Lanjutkan Intervensi
1. Berikan stimulasi sensori
IV
S: Klien mengatakan “iya”
O: Saat makan siang, klien memanggil nama perawat
untuk meminta bantuan
A: Resiko Jatuh
P: Lanjutkan Intervensi
1. Orientasikan pada lingkungan fisik
Jumat,
15 Maret 2019
I S: - Klien mengtakan “baju”
- Klien mengatakan kerudung
O: Klien mampu menyebutkan gambar baju dan
kerudung
A: Kerusakan Memori
P: Lanjutkan Intervensi
1. Minta klien untuk mengulang informasi
IV
S: -
O: Klien berjalan dengan hati-hati
A: Resiko Jatuh
P: Hentikan Intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Berdasarkan jurnal penelitian Yuliawati, A. D., & Handadari, W. (2013) Demensia
merupakan kumpulan gejala sebagai manifestasi dari adanya kerusakan struktural
otak. Kumpulan gejala tersebut meliputi hilangnya atau menurunnya fungsi
intelektual (termasuk diantaranya adalah fungsi berpikir, berorientasi, pemahaman,
berhitung, kapasitas belajar, berbahasa, dan pertimbangan) dan memori yang
sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari.
Pada saat pengkajian Selasa, 26 Februari 2019 di Dahlia PSTW Budi Mulia 01
Cipayung dengan Ny. S di dapatkan Data subjektif: klien mengatakan sudah lupa/
tidak ingat dengan masa lalunya, Klien mengatakan sulit tidur pada malam hari, tidur
siang pun jarang, kalau ngantuk saja klien hanya duduk diteras. Klien mengatakan
merasa senang dan puas terhadap dirinya, klien mengatakan tidak bosan dan tetap
semangat. Klien mengatakan tidak tahu cara menyelesaikan masalah. Data objektif :
Ny S, TB/BB: 150 cm/ 42 kg. TD: 110/70 mmHg, N:65 x/menit, S:36,6
RR:18x/menit. Klien tidak mampu menyusun kata dengan benar, klien terlihat
mengulang kata yang ditanyakan oleh perawat. klien mengalami disorientasi tempat,
waktu, misalnya lupa hari. klien tidak mampu mengingat nama perawat. Ada masalah
psikososial, klien terlihat tampak bingung, gelisah, cemas. Indeks Katz klien berada
di “D” yaitu: kemandirian dalam semua aktivitas sehari- hari, kecuali mandi,
berpakaian, dan satu fungsi tambahan, Aktivitas Sehari-hari klien dibantu oleh
perawat dan petugas yang ada diruangan. Klien tidak pernah melakukan interaksi/
komunikasi dengan Warga Bina Sosial dan Lainnya. Klien tidak mampu mengingat
informasi yang diberikan oleh perawat seperti nama perawat. Tingkat kesadaran klien
composmentis. Skala Coma Glasgow:Eye: 4, Verbal: 5, Psikomotor: 6.
Laboratorium: Hb: 9,1 g/dl, Ht: 27,5%, eritrosit:3,24 10/ul, leukosit: 19,9 10/ul,
trombosit: 229 10/ul (tahun 2016). SPMSQ: 0, ada gangguan. MMSE: 3, klien
memiliki kerusakan kognitif. GDS: 6, kemungkinan besar depresi (ringan). APGAR
Keluarga: 0, Disfungsi keluarga yang sangat tinggi. Penilaian resiko jatuh:10( >4)
Interprestasi: resiko jatuh klien tinggi
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada teori tentang demensia yaitu: kerusakan memori,
hambatan komunikasi verbal, risiko jatuh, dan defisit perawatan diri (Nugroho,
2009).
Diagnosa antara kasus dan teori tidak terdapat kesenjangan. Diagnosa yang kelompok
tegakkan pada kondisi NY. S yaitu Kerusakan Memori berhubungan dengan
Gangguan Neurologis, Hambatan Komunikasi Verbal berhubungan dengan
Gangguan Persepsi, Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan Gangguan Fungsi
Kognitif, dan Resiko Jatuh.
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi pada diagnosa utama kerusakan memori berhubungan dengan gangguan
neurologis dilakukan intervensi yang bertujuan untuk klien mampu mengingat
informasi baru dan dapat mengingat kembali informasi lama. Intervensi terdiri dari
Manajemen Dimensia: Identifikasi pola-pola perilaku biasa untuk kegiatan seperti
tidur, penggunaan obat, eliminasi, asupan makanan, dan perawatan diri. Tentukan
jenis dan tingkat defisit kognitif dengan menggunakan alat pengkajian. Monitor
fungsi kognitif, mengunakan alat pengkajian yang terstandart. Perkenalkan diri saat
memulai kontak. Bicara dengan suara jelas, rendah, hangat, nada menghormati.
Berikan isyarat/ petunjuk seperti lokasi, dan nama-nama untuk membantu orientasi.
Berikan waktu istirahat. Kolaborasi pemberian obat (donepezile). Stimulasi Kognitif:
Orientasikan klien terhadap waktu, tempat, dan orang. Rangsang memori dengan
mengulang pemikiran terakhir. Dorong stimulasi kognisi seperti aktivitas membaca.
Dorong penggunaan program stimulasi, misalnya interaksi social. Berikan stimulasi
sensori yang terencana (TAK : Stimulasi kognisi). Berikan instruksi verbal dan
tertulis. Minta klien untuk mengulang informasi.
Intervensi pada diagnosa ketiga defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan
fungsi kognitif yang bertujuan untuk klien agar mampu melakukan aktivitas secara
mandiri : mandi dan berpakaian. Intervensi yaitu Bantuan Perawatan Diri: Monitor
kemampuan perawatan diri secara mandiri. Monitor kebutuhan klien terkait dengtgan
alat bantu untuk berpakaian . Berikan bantuan sampai pasien mampu melakukan
perawatan diri. Dorong kemampuan klien, tapi bantu ketika klien tidak mampu
melakukannya. Bantuan Perawatan Diri: Berpakaian/ Berdandan: Sediakan pakaian
klien diarea yang dapat dijangkau (disis tempat tidur). Fasilitasi klien untuk menyisir
rambut dengan tepat.
Intervensi yang kelompok rencanakan pada setiap diagnosa demensia tidak ada
kesenjangan dengan intervensi yang terdapat pada teori demensia. Pada kasus Ny. S
intervensi yang disusun bertujuan untuk mengarahkan atau memonitor karena Ny. S
termasuk pasien kelolaan partial care.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan kelompok pada kasus Ny. S dilakukan selama 12 hari.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang didapatkan sesuai dengan tindakan yang sudah dilakukan pada NY. S
selama 12 hari dimana pada diagnosa pertama kerusakan memori belum teratasi,
klien dapat melakukan stimulasi tebak gambar dengan benar, dank lien mengulang
informasi yang diberikan. Pada diagnosa kedua hambatan komunikasi verbal teratasi
karena klien sudah mampu melakukan komunikasi dengan perawat serta dapat
mengingat nama perawat. Pada diagnosa ketiga defisit perawatan diri teratasi karena
klien sudah mampu melakukan perawatan diri mandiri seperti makan, mandi,
berpakaian, ke toilet, berhias, dan lain-lain. Pada diagnosa keempat resiko jatuh tidak
terjadi karena klien sudah mampu mengenali lingkungan fisik serta dapat melakukan
aktivitas: berjalan secara hati-hati.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan yang dilakukan pada Ny. S bertujuan untuk membantu dalam
keluhan yang klien rasakan sehingga pada intervensi di rancang untuk mengarahkan
bagaimana klien akan melakukan dengan mandiri pada saat di panti. Gejala demensia
pada klien dapat diperlambat dengan tindakan yang sudah dilakukan pada setiap
harinya. Monitoring sangat dibutuhkan pada Ny. S dalam melakukan tindakan sesuai
dengan tujuan dan intervensi yang kelompok rancang.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien lansia pada kondisi seperti Ny.
S harus lebih di utamakan dalam memonitoring atau mengevaluasi karena klien
dapat mandiri melakukan setiap harinya.
2. Bagi Perawat Panti
Pada kondisi lansia dengan gejala demensia perlu adanya latihan fisik, seperti
misalnya berjalan yang dilakukan secara reguler 3-5 kali per minggu selama 30
menit agar dapat mempertahankan fungsi kognitif walaupun usia terus bertambah,
Sebaiknya lansia di melakukan aktivitas yang dapat meningkatkan kebugaran
sehingga dapat pula mempertahankan kemandirian dalam melakukan aktivitas
sehari-hari
DAFTAR PUSTAKA
Boedhi – Darmojo. (2009). Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi 4. Jakarta:
FKUI
Yuliawati, A. D., & Handadari, W. (2013). Hubungan antara tingkat stres dengan
tindak kekerasan pada caregiver lansia dengan demensia. Jurnal Psikologi
Klinis dan Kesehatan Mental.