Anda di halaman 1dari 68

KATA PENGANTAR

Hanya oleh karunia Tuhan Yang Maha Esa, kami bisa menyelesaikan pembuatan
makalah ini, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat-Nya

Makalah ini kami susun untuk menyelesaikan tugas bidang studi Keperawatan
Gerontik dengan judul makalah Asuhan Keperawatan Pada Ny.S dengan Demensia.
Sistematika makalah ini dimulai dari pengantar yang merupakan apersepsi atas materi
yang telah dan akan di bahas dalam bab tersebut yang dirangkai dengan peta konsep.
Selanjutnya, pembaca akan masuk pada inti pembahasan dan diakhiri dengan penutup
berupa kesimpulan dan saran. Dengan makalah ini, diharapkan pembaca dapat
mengkaji sebagai fenomena dan permasalahan yang mereka temui sehari-hari dalam
hidup bermasyarakat.

Kami juga berterima kasih atas dukungan dosen pembimbing dan teman-teman,
sehingga makalah ini dapat kami buat berdasarkan pembelajaran yang sudah kami
lewati. Semoga makalah ini dapat disimpan dengan baik, agar dapat terus dipelajari,
dan dapat memberikan wawasan baru bagi yang membacanya.

Kami mengharapkan saran dan kritik atau penilaian tentang cara kami menyusun dan
membuat makalah ini. Kebenaran dan kesempurnaan hanya Allah-lah yang punya dan
Maha Kuasa. Kami juga berterima kasih pada pihak yang membantu pembuatan dan
penyusunan makalah ini.

Jakarta , 05 April 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Permasalahan yang sering dihadapi lansia seiring dengan berjalannya waktu, yaitu
terjadi penurunan berbagai fungsi organ tubuh, salah satunya penurunan fungsi otak.
Penurunan fungsi otak dapat menyebabkan beberapa penyakit seperti gangguan
neurologis, psikologis, delirium dan demensia. Menurut Alzheimer’s Disease
International (2009), demensia merupakan suatu sindroma penurunan kemampuan
intelektual progresif yang menyebabkan deteriorasi kognitif dan fungsional, sehingga
mengakibatkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari.

Berdasarkan data dari WHO (2012) diketahui bahwa 35,6 juta jiwa di dunia
menderita demensia dan pada tahun 2050 mendatang, diperkirakan presentasi dari
orang-orang berusia 60 tahun ke atas akan mencapai (22%) jumlah populasi dunia.
Sedangkan jumlah penyandang demensia di Indonesia sendiri hampir satu juta orang
pada tahun 2011 (Gitahafas, 2011). Di kawasan Asia Tenggara populasi lansia
sebesar (8%) atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2050 diperkirakan populasi
Lansia meningkat 3 kali lipat dari tahun ini. Pada tahun 2000 jumlah Lansia sekitar
5,300,000 (7,4%) dari total polulasi, sedangkan pada tahun 2010 jumlah Lansia
24,000,000 (9,77%) dari total populasi, dan tahun 2020 diperkirakan jumlah Lansia
mencapai 28,800,000 (11,34%) dari total populasi (Depkes, 2013).

Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak
di dunia yakni mencapai 18,1 juta jiwa padatahun2010 atau 9,6 persen dari jumlah
penduduk dan diprediksi akan terus meningkat hingga dua kali lipat pada tahun 2025
(Depkes,2013). Berdasarkan hasil Susenas tahun 2014, jumlah Lansia di Indonesia
mencapai 20,24 juta orang atau sekitar 8,03% dari seluruh penduduk Indonesia. Data
tersebut menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan hasil Sensus Penduduk
tahun 2010 yaitu 18,1 juta orang atau 7,6% dari total jumlah penduduk (Kemenkes,
2016).

Hasil wawancara yang dilakukan pada 1 lansia dari 38 lansia di PSTW Budi Mulia 1
Jakarta Timur pada tanggal 26 Februari 2019. Klien lansia mengungkapkan bahwa
masa tua merupakan masa yang sulit, mereka merasa kesulitan dalam berbahasa dan
mengalami kemunduran daya ingat. Ketika mereka benar-benar tidak bisa mengingat
suatu hal mereka kesulitan dalam membuat keputusan dan sangat tergantung pada
perawat panti, mereka mengharapkan adanya dukungan dan bantuan dari keluarga
sehingga mereka dapat hidup dengan lebih percaya diri. Tetapi kurangnya dukungan
dari keluarga menyebabkan mereka merasa kehidupannya sudah tidak berarti lagi dan
mudah putus asa dengan kehidupan yang dijalaninya sekarang.

Selain itu, perawat memiliki peran sebagai edukator yaitu memberikan informasi dan
pendidikan kesehatan untuk klien. Perawat juga diharapkan dapat menjelaskan teori
terkait demensia dan mengatasi masalah tersebut.

Dalam mencermati masalah yang ditimbulkan pada klien dengan Demensia, hal
tersebut yang melatar belakangi penulis mengambil judul “Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan Demensia di PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur”.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif kepada klien
yang mengalami demensia.

2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu :
a. Memahami konsep dasar demensia
b. Melakukan pengkajian pada klien demensia
c. Menetapkan diagnosa keperawatan pada klien demensia
d. Merencanakan asuhan keperawatan pada klien demensia
e. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien demensia
f. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien demensia
g. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien demensia

C. Ruang Lingkup
Dalam penulisan makalah ini, kelompok membahas “Asuhan Keperawatan Klien
dengan Demensia” di Ruang Dahlia Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 01
Cipayung dari tanggal 25 Februari sampai dengan 15 Maret 2019.

D. Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang digunakan dalam menyusun makalah ini adalah
menggunakan metode deskriptif dan studi kepustakaan adalah sebagai berikut :

1. Metode deskriptif, yaitu pendekatan yang digunakan adalah memberikan asuhan


keperawatan dimana dalam makalah ini membahas tentang kasus demensia,
dengan teknik pengumpulan data yaitu wawancara, observasi dan pemeriksaan
fisik. Sumber data dari data sekunder diperoleh dari perawat ruangan, dan hasil
penunjang.
2. Studi kepustakaan, mengumpulkan teori-teori ilmiah dari berbagai sumber seperti
buku tentang demensia dan buku sumber lainnya serta internet yang berhubungan
dengan demensia.

E. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, kelompok membaginya dalam 5 bab yang terdiri dari
:

BAB I : PENDAHULUAN
Menjelaskan latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, ruang
lingkup dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORI


Tinjauan teori berisi tentang konsep dasar penyakit dan asuhan keperawatan
sebagai berikut:
1. Konsep dasar lansia
a. Pengertian lansia
b. Batasan usia
c. Proses menua
d. Karakteristik lansia
e. Perubahan yang terjadi pada lansia (Biopsikososial)
2. Konsep sistem neurologi
a. Pengertian sistem neurologi
b. Sistem neurologi yang normal
c. Perubahan sistem neurologi pada lansia dan dampaknya akibat perubahan
perubahan
d. Asuhan keperawatan sistem neurologi
3. Konsep penyakit
a. Pengertian penyakit demensia
b. Penyebab
c. Tanda dan gejala
d. Komplikasi
e. Masalah kesehatan
f. Asuhan keperawatan

BAB III TINJAUAN KASUS


Pada bab ini menerangkan secara naratif gambaran pelaksanaan asuhan
keperawatan berdasarkan tahapan proses keperawatan, format proses keperawatan
secara lengkap diletakkan pada lampiran. Tinjauan kasus terdiri atas:
1. Pengkajian keperawatan
2. Diagnosa keperawatan
3. Intervensi/ perencanaan keperawatan
4. Implementasi keperawatan
BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab ini menganalisis kedua kasus dari berbagai teori yang telah diperoleh.
Analisi terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan dikaitkan dengan teori.
Pada bab ini juga melihat kesenjangan antara teori dan kasus, analisa faktor-faktor
pendukung dan penghambat serta alternatif pemecahan masalah dalam
memberikan asuhan keperawatan.

BAB V PENUTUP
Pada bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran yang diambil dari bab IV.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Lansia
1. Pengertian Lansia
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun ketas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang
telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan
lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.

2. Batasan Usia
Menurut World Health Organitation (WHO) lansia meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun

3. Proses Menua
Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses
menua merupakan proses sepanjang hidup yang hanya dimulai dari satu waktu
tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menua merupakan proses
alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak,
dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis, maupun psikologis.
Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik
yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong,
pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan-gerakan
lambat, dan postur tubuh tidak proforsional (Nugroho, 2008).

Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-tahapan


menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh
berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada system
kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain
sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi
perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta system organ. Perubahan tersebut
pada umumnya mengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada
akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan social lansia. Sehingga secara umum akan
berpengaruh pada activity of daily living (Fatmah, 2010).

4. Karakteristik Lansia
Menurut Bustan (2007) ada beberapa karakteristik lansia yang perlu diketahui
untuk mengetahui keberadaan masalah kesehatan lansia yaitu :
a. Jenis kelamin
Lansia lebih banyak wanita daripada pria
b. Status perkawinan
Status pasangan masih lengkap dengan tidak lengkap akan mempengaruhi
keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun psikologi.
c. Living Arrangement
Keadaan pasangan, tinggal sendiri, bersama istri atau suami, tinggal bersama
anak atau keluarga lainnya.

5. Perubahan yang terjadi pada Lansia (Biopsikososial)


Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia.
Faktor-faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat
menikmati hari tua mereka dengan bahagia. Adapun beberapa faktor yang
dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah
sebagai berikut:
a. Penurunan Kondisi Fisik
b. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual
c. Perubahan Aspek Psikososial
d. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan
e. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat
f. Penurunan Kondisi Fisik
Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi
fisik yang bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga
berkurang, energi menurun, kulit makin keriput, gigi makan rontok, tulang makin
rapuh, dan sebagainya. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah
memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua
dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun
social, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada
orang lain.
Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lansia lain :
a. Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia
b. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh
tradisi dan budaya.
c. Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.
d. Pasangan hidup telah meninggal

Perubahan Aspek Psikososial


Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan
fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi,
pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan
perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotor (konatif)
meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan,
tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami
perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia.
Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian
lansia sebagai berikut :
a. Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personality), biasanya tipe ini tidak
banyak mengalami gejolak, tenang, dan mantap sampai sangat tua.
b. Tipe kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami post power syndrome, apalagi jika pada masa lansia
tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.
c. Tipe kepribadian tergantung (Dependent personality), pada tipe ini biasanya
sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu
harmonis maka pada lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup
meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika
tidak segera bangkit dari kedukaannya.
d. Tipe kepribadian bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah
memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak
keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga
menyebabkan kndisi ekonominya menjadi morat-marit.
e. Tipe kepribadian kritik diri (Self Hate personality), pada lansia tipe ini
umumnya terlihat sengsara, katrena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain
atau cenderung membuat susah dirinya.

B. Konsep Sistem Neurologi


1. Pengertian Sistem Neurologi
Neuro adalah syaraf, logi (logos) adalah ilmu. Neurologi merupakan ilmu yang
mempelajari tentang syaraf dan berbagai kelainan yang terjadi. Sistem saraf
tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi. Sistem ini
meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf merupakan salah
satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor
untuk di deteksi dan direspon oleh tubuh.

Fungsi sel saraf adalah mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsang atau
tanggapan. Untuk menaggapi rangsangan, ada tiga komponen yang harus dimiliki
oleh sistem saraf, yaitu:

a. Resptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang
bertindak sebagai reseptor adalah organ indera.
b. Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf sendiri. Saraf tersusun dari berkas
serabut penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus
yang memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron.
c. Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh
penghantar impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot dan
kelenjar.

2. Sistem Neurologi yang normal (sebelum mengalami perubahan)


Pada lansia, sistem saraf pusat telah mengalami beberapa perubahan, antara lain
sebagai berikut:
1. Otak
Pada Lansia, akibat penuaan, otak kehilangan 100.000 neuron/tahun. Neuron
dapat mengirimkan signal kepada beribu-ribu sel lain dengan kecepatan 200
mil/jam. Terjadi penebalan atropi cerebral (berat otak menurun 10%) antar usia
30-70 tahun. Secara berangsur angsur tonjolan dendrite dineuron hilang disusul
membengkaknya batang dendrit dan batang sel. Secara progresif terjadi
fragmentasi dan kematian sel. Pada semua sel terdapat deposit lipofusin
(pigment wear and tear) yang terbentuk di sitoplasma, kemungkinan berasal
dari lisosom atau mitokondria.

Berbagai perubahan degeneratif ini meningkat pada individu lebih dari 60 tahun
dan menyebabkan gangguan persepsi, analisis dan integritas, input sensorik
menurun menyebabkan gangguan kesadaran sensorik (nyeri sentuh, panas,
dingin, posisi sendi). Tampilan sesori motorik untuk menghasilkan ketepatan
melambat.
2. Sistem Saraf Otonom
Pusat pengendalian saraf otonom adalah hipotalamus. Beberapa hal yang
dikatakan sebagai penyebab terjadinya gangguan otonom pada usia lanjut
adalah penurunan asetolikolin, atekolamin, dopamine, noradrenalin. Perubahan
pada “neurotransmisi” pada ganglion otonom yang berupa penurunan
pembentukan asetil-kolin yang disebabkan terutama oleh penurunan enzim
utama kolin-asetilase.

Terdapat perubahan morfologis yang mengakibatkan pengurangan jumlah


reseptor kolin. Hal ini menyebabkan predisposisi terjadinya hipotensi postural,
regulasi suhu sebagai tanggapan atas panas atau dingin terganggu, otoregulasi
disirkulasi serebral rusak sehingga mudah terjatuh.
3. Sistem Saraf Perifer
1) Saraf aferen
Lansia terjadi penurunan fungsi dari saraf aferen, sehingga terjadi penurunan
penyampaian informasi sensorik dari organ luar yang terkena ransangan.
2) Saraf eferen
Lansia sering mengalami gangguan persepsi sensorik, hal tersebut
dikarenakan terjadinya penurunan fungsi saraf eferen pada sistem saraf
perifer.

4. Medulla spinalis
Medulla spinalis pada lansia terjadi penurunan fungsi, sehingga mempengaruhi
pergerakan otot dan sendi di mana lansia menjadi sulit untuk menggerakkan
otot dan sendinya secara maksimal

3. Perubahan sistem neurologi pada lansia dan dampaknya akibat perubahan


(masalah kesehatan yang muncul)
Sistem saraf pada lansia mengalami banyak perubahan dari normal menuju proses
penuaan dan lebih ekstreem lagi lebih rentan terhadap penyakit sistemik umum.
a. Perubahan struktural
Lansia sering mengalami bentuk tubuh menjadi fleksi dan memperlihatkan
kekuatan otot, tresmon dan lambat dalam bergerak.
b. Perubahan sensori
Isolasi sensori karena berkurangnya penglihatan dan pendengaran
menyebabkan konfusi, cemas, disorientasi, salah interpretasi dan perasaan yang
tidak adekuat.
c. Regulasi suhu dan persepsi nyeri.
Manifestasi lain pada perubahan nerologik dihubungkan dengan pengaturan
suhu dan kemampuan untuk merasa nyeri.
d. Perubahan penghidu dan pengecap.
Ketajaman sensasi rasa pada pucuk pengecap menurun dengan pertambahan
usia bersamaan dengan perubahan sensasi olfaktorius yang menyebabkan
penurunan nafsu makan.
e. Perubahan visual dan taktil.
Penurunan sensasi raba pada benda yang tumpul.
f. Status mental.
Meliputi demensia, delirium, dan depresi.

4. Asuhan keperawatan sistem neurologi yang meliputi pengkajian, diagnosa,


intervensi keperawatan
1. Anamnesa
Perlu ditanyakan keluhan utama pasien. Pada setiap keluhan persyarafan.
a. Sejak kapan timbul
b. Sifat serta beratnya
c. Lokasi serta penjalarannya
d. Keluhan lain yang ada kaitannya
e. Faktor yang memperberat atau memperingan keluhan
f. Perjalan keluhan, apakah menetap, bertambah berat/ringan.
g. Nyeri kepala
h. Gangguan penglihatan
i. Gangguan pendengaran
j. Gangguan syaraf otak
k. Gangguan kesadaran
l. Gangguan motorik
m. Gangguan sensibilitas
n. Gangguan syaraf otonom
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakfeektifan perfusi jaringan: serebral
b. Hambatan komunikasi verbal
c. Gangguan persepsi sensori
d. Kerusakan memori
3. Intervensi keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan: serebral
Definisi : penurunan oksigen yang mengakibatkan kegagalan pengiriman
nutrisi ke jaringan pada tingkat kepiler.
NOC : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama... perfusi jaringan
serebral teratasi dengan indikator : menunjukkan fungsi sensorimotor kranial
yang utuh, menunjukkan fungsi otonom yang utuh, mempunyai pupil yang
sama besar dan reaktif.
NIC :
1) Tanda-tanda vital
2) PaCO2, PCO2, Ph, dan kadar bikarbonat
3) Tingat kesadaran dan orientasi
4) Pantau TIK
5) Pantau tekanan perfusi serebral
6) Berikan obat-obatan
b. Hambatan komunikasi verbal
Definisi : penurunan, keterlambatan, atau tidak adanya kemampuan untuk
menerima, memproses, menghantarkan dan menggunakan sistem simbol
(segala sesuatu yang memiliki atau menghantarkan makna).
NOC :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... diharapkan hambatan
komunikasi verbal teratasi dengan indikator : mengkomunikasikan
kebutuhan kepada staf dan keluarga dengan frustasi minimal, menggunakan
bahasa tertulis atau nonverbal atau menggunakan bahasa isyarat.
NIC :
1) Bimbing komunikasi satu arah dengan tepat
2) Dengarkan dengan penuh perhatian
3) Berikan pengutan positif dengan sering atas upaya pasien berkomunikasi
4) Gunakan kartu baca, pensil, gambar, bahasa tubuh untuk memfasilitasi
komunikasi dua arah yang optimal.

C. Konsep Penyakit
1. Pengertian Penyakit Demensia
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan fungsi vegetative
atau keadaan yang terjadi. Memori, pengetahuan umum, pikiran abstrak, penilaian,
dan interpretasi atas komunikasi tertulis dan lisan dapat terganggu (Elizabeth
J.Corwin, 2009).

Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan
memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari.
Demensia merupakan keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya ingat
dan daya pikir lain yang secara nyata menganggu aktivitas kehidupan sehari-hari
(Nugroho, 2008).

2. Penyebab
Penyebab utama dari penyakit demensia adalah penyakit Alzheimer, yang
penyebabnya sendiri belum diketahui secara pasti, namun di duga penyakit
Alzheimer disebabkan karena adanya kelainan factor atau adanya kelainan factor
genetic atau adanya kelainan gen tertentu. Pada penyakit Alzheimer, beberapa
bagian otak mengalami kemunduran, sehingga terjadi kerusakan sel dan
berkurangnya respon terhadap bahan kimia yang menyalurkan sinyal di dalam
otak. Di dalam otak ditemukan jaringan abnormal.

Penyebab kedua dari demensia yaitu serangan stroke yang berturut-turut. Stroke
tunggal yang ukurannya kecil dan menyebabkan kelemahan yang ringan atau
kelemahan yang timbul secara perlahan. Stroke kecil ini bertahap menyebabkan
kerusakan jaringan otak, daerah otak yang mengalami kerusakan akibat
tersumbatnya aliran darah yang disebut dengan infark. Demensia yang disebabkan
oleh stroke kecil disebut multi-infark. Sebagian penderitanya memiliki tekanan
darah tinggi atau kencing manis, yang keduanya menyebabkan kerusakan
pembuluh darah diotak.

Menurut Nugroho (2008) penyebab demensia digolongkan menjadi 3 golongan,


yaitu :
a. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal
kelainan yaitu terdapat pada tingkat subseluler atau secara biokimiawi pada
system enzim atau pada metabolisme.
b. Sindorma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat diobati,
penyebab utama dalam golongan ini diantaranya :
1) Penyakit degenerasi spino-screbelar
2) Subakul leuko-ensefalitis sklerotik van bogaert
3) Khorea Huntington
c. Sindroma demensia dengan etologi penyakit yang dapat diobati, dalam
golongan ini diantaranya
1) Penyakit serebro kardiovaskuler
2) Penyakit-penyakit metabolik
3) Gangguan nutrisi
4) Akibat intoksikasi menahun

3. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala dari penyakit demensia antara lain :
a. Rusaknya seluruh jajaran fungsi kognitif
b. Awalnya gangguan daya ingat jangka pendek
c. Gangguan kepribadian dan perilaku (mood swings)
d. Deficit neurologi dan fokal
e. Mudah tersinggung, bermusuhan, agitasi dan kejang
f. Gangguan psikotik : halusinasi, ilusi, waham, dan paranoid
g. Keterbatasan dalam ADL (Aktivities Daily Living)
h. Kesulitan mengatur penggunaan keuangan
i. Tidak bisa pulang kerumah bila berpergian
j. Lupa meletakkan barang penting
k. Sulit mandi, makan, berpakaian, dan toileting
l. Mudah terjatuh dan keseimbangan buruk
m. Tidak dapat makan dan menelan
n. Inkontinensia urine
o. Dapat berjalan jauh dari rumah dan tidak bisa pulang
p. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia “lupa”
menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas
q. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya lupa hari, minggu, bulan,
tahun, tempat penderita demensia berada.
r. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar,
menggunakan kata yang tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau cerita
yang sama berkali-kali.
s. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah
drama televise, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain,
rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensua kadang tidak
mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul.
t. Adanya perubahan perilaku seperti acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah.

4. Komplikasi
a. Nutrisi yang tidak tercukupi
Banyak orang dengan pikun karena demensia akan mengurangi atau berhenti
makan dan minum pada akhirnya. Mereka bisa jadi lupa untuk makan dan
berpikir bahwa mereka sudah makan. Perubahan waktu makan atau gangguan
suara berisik disekitarnya juga dapat menganggu kegiatan makan mereka.
Seringkali, demensia yang sudah berat membuat kehilangan control pada otot
otot yang digunakan untujk mengunyah dan menelan. Hal tersebut dapat
membuat menimbulkan resiko tersedak atau kemasukan makanan kedalam
paru. Jika ini terjadi, makanan tersebut bisa menghalangi pernafasan dan
menyebabkan peradangan paru.
b. Penurunan hygienitas
Pada kasus demensia yang sedang hingga berat penderitanya dapat kehilangan
kemampuannya dalam melakukan tugas sehari-harinya secara mandiri.
Seseorang bisa menjadi tidak mampu mandi, berpakaian, mencuci rambut,
menggosok gigi atau menggunakan toilet sendiri.
c. Kesulitan minum obat
Kondisi ini sangat mempengaruhi kemampuan mengingat penderita demensia.
Karena itu, mengingat untuk meminum obat dalam jumlah yang benar pada
waktu yang benar dapat menjadi tantangan tersendiri.
d. Kemunduran kesehatan emosional
Demensia dapat mengubah perilaku dan kepribadian. Beberapa perubahan
tersebut dapat disebabkan oleh gangguan fungsi otak. Sementara perubahan
perilaku dan kepribadian yang lain mungkin disebabkan oleh reaksi emosional
dalam menghadapi perubahan yang terjadi diotak. Demensia dapat berujung
depresi, sifat agresif, kebingungan, frustasi, rasa cemas, dan gangguan
disorientasi.
e. Kesulitan dalam berkomunikasi
Dengan bertambah beratnya demensia, penderita nya dapat kehilangan
kemampuan dalam mengingat nama orang dan benda serta masalah dalam
berkomunikasi dengan orang lain atau memahami orang lain. Gangguan dalam
berkomunikasi ini dapat menimbulkan perasaan gelisah, terisolasi dan depresi.
f. Delusi dan halusinasi
Penderita dapat mengalami delusi, yaitu ide/ pikiran yang salah tentang orang
lain atau situasi yang ada. Beberapa orang, khususnya orang dengan demensia
yang dapat memiliki halusinasi visual.
g. Kesulitan tidur
Seseorang dapat mengalami kesulitan tidur, seperti bangun terlalu pagi.
Sebagian lagi dapat memiliki sindrom tungkai gelisah atau gangguan perilaku
tidur Rapid Eye Movemen (REM) yang dapat mempengaruhi tidur.

h. Masalah Keamaan diri


Berkurangnya kemampuan untuk mengambil keputusan dan menyelesaikan
masalah, beberapa situasi sehari-hari dapat menimbulkan ketidakamanan bagi
penderita demensia. Contohnya saat menyetir, memasak, terjatuh, tersesat, dan
mengatasi rintangan.

5. Masalah Kesehatan (penyakit) dikaitkan dengan gerontologi


o. Stroke atau cedera cerebrovaskuler
p. Perubahan perfusi jaringan serebral
q. Sakit Kepala
r. Alzheimer atau Demensia

6. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas
Indentias klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa/latar
belakang kebudayaan, status sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
2) Tingkat kesadaran : composmentis dengan nilai GCS 15 yang dihitung dari
linai E : 5 V:4 M: 6,tekanan darah sistolik/ diastolik 120/80 mmHg. BB: kg,
TB : cm. postur tulang belakang lansia: membungkuk, BB : 45 Kg, tinggi
badan: 146 cm.

3) Riwayat Psikososial Konsep diri


a) Gambaran diri, tressor yang menyebabkan berubahnya gambaran diri
karena proses patologik penyakit.

b) Identitas, bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan individu.

c) Peran, transisi peran dapat dari sehat ke sakit, ketidak sesuaian antara satu
peran dengan peran yang lain dan peran yang ragu diman aindividu tidak
tahun dengan jelas perannya, serta peran berlebihan sementara tidak
mempunyai kemmapuan dan sumber yang cukup.

d) Ideal diri, keinginann yang tidak sesuai dengan kenyataan dan


kemampuan yang ada.

e) Harga diri, tidakmampuan dalam mencapai tujuan sehingga klien merasa


harga dirinya rendah karena kegagalannya.

4) Hubungan sosial
Berbagai faktor dimasyarakat yang membuat sesorang disingkirkan atau
kesepian, yang selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul akibat berat
seperti delusi dan halusinansi. Keadaan ini menimbulkan kesepian, isolasi
sosial, hubungan dangkal dan tergantung.
5) Riwayat spiritual
Keyakinan klien terhadap agama dan keyakinannya masih kuat tetapi tidak
atau kurang mampu dalam melaksanakan ibadahnya sesuai dengan agama
kepercayaanya.
6) Status mental
a) Penampilan klien tidak rapi dan tidak mampu untuk merawat dirinya.
b) Pembicaraan keras, cepat dan inkoheran.
c) Aktifitas motorik, perubahan motorik dapat dimanifestasikan adanya
peningkatan kegiatan motoric, gelisah, impulsive, manerisme, otomatis,
steriotipi.
d) Alam perasaan, klien Nampak ketakutan dan putus asa.
e) Afek dan emosi, respon emosional klien mungkin tampak bizar dan tidak
sesuai karena datang dari kerangka piker yang telah berubah. Perubahan
afek adalah tumpul, datar, tidak sesuai, berlebihan dan ambivalen
f) Interaksi selama wawancara
Sikap klien terhadap pemeriksa kurang kooperatif, kontak mata kurang.
7) Persepsi
Persepsi melibatkan proses berpikir dan pemahaman emosiaonal terhadap
suatu obyek. Perubahan persepsi dapat terjadi pada satu atau lebih panca
indra yaitu penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, pengecapan.
Perubahan persepsi dapat ringan, sedang, dan berat atau berkepanjangan.
Perubahan persepsi yang paling sering ditemukan adalah halusinasi.
a) Proses berpikir
Klien yang terganggu pikirannya sukar berprilaku koheren, tindakamya
cenderung berdasarkan penilaian pribadi klien terhadap realitas yang
tidak sesuai dengan penilaian yang umum diterima. Penlalian realiatas
secara pribadi oleh klien merupakan penilaian subyektif yang dikaitkan
dengan orang, benda atau kejadian yang tidak logis (pemikiran austistik).
Klien tidak menelaah ulang kebenanran realitas. Pemikiran austistik dasar
perubahan proses piker yang dapat dimanifestasikan dengan pemikiran
primitive, hilangnya asosiasi, pemikiran magis, delusi, (waham),
perubahan lingustik (memperlihatkan gangguan pola piker abstrrak
sehingga tampak klien regresi dan pola piker yang sempit misalnya
ekholali, clang asosiasi dan neologisme.
b) Tingkat kesadaran: kesadaran yang menurun, bingung, disorientasi waktu,
tempat dan orang.
c) Memori : gangguan daya ingat sudah lama terjadi (kejadian beberapa
tahun yang lalu).
d) Tingkat konsentrasi klien tidak mampu berkonsentrasi
e) Kemampuan penilaian gangguan berat dalam penilaian atau keputusan
8) Kebutuhan klien sehari-hari
a) Tidur, klien sukar karena cemas, gelisah, berbaring atau duduk dan
gelisah. Kadang-kadang terbangun tengah malam dan sukar tidur
kembali. Tidurnya mungkin terganggu sepanjang malam, sehingga tidak
merasa segar dipagi hari
b) Selera makan, klien tidak mempunyai selera makan atau makannya hanya
sediit, karena putus asa, merasa tidak berharga, aktifitas terbatas sehingga
bisa terjadi penurunan berat badan.
c) Eleminasi, klien mungkin terganggu buang air kecilnya, kadang-kadang
lebih sering dari biasanya, karena sukar tidur dan stress. Kadang-kadang
dapat terjadi konstipasi, akibat terganggu pola makan.
d) Mekanisme koping, apbila klien marasa tidak berhasil, kegagalan maka ia
akan menetralisir, mengingkari atau meniadakannya dengan
mengembangakan berbagai pola koping mekanisme. Koping mekanisme
yang digunakan sesorang dalam keadaan delirum adalah mengurangi
kontak mata, memakai kata-kata yang cepat dank eras (ngomel-ngomel)
dan menutupi.

b. Pengkajian head to toe


1. Kepala
Kebersihan untuk mengethaui adanya ketomebe, kerontokkan rambut serta
kebersihan secara umum.
2. Mata
Adanya perubahan penlihatan
3. Hidung
Untuk mengatui hidug bersih, tidak ada luka atau lesi, tidak ada massa.
Nyeri pada sinus.
4. Mulut dan tenggorokkan
5. Sakit tenggorokkan, lesi dan luka ada mulut, perubahan suara, karies.
6. Telinga : penurunan pendengaran, telinga perubahan pendengaran, rabas,
tinnitus, vertigo, sensitivitas pendengaran, alat-alat protesa, riwayat infeksi.
7. Dada (thorax) : mengetahui bentuk dada posisi anterior dan posterior, ada
tidaknya deviasi, ada tidaknya bendungan venan pada dinding dada.
8. Abdomen : bentuk distented/flat/lainnya, nyeri tekan, bising usus 6-10
kali/menit, genetalia Kebersiha: setiap habis mandi dibersihkan, tidak ada
hemoroid.
9. Ekstremitas: Kekuatan otot 5 : melawan gravitasi dengan kekuatan penuh,
tidak menggunakan alat bantu saat jalan, tidak mengalami nyeri
sendi.Integumen : dari hasil pengkajian didapat : kulit tampak kering, seperti
bersisik, kulit tampak pucat, tampak kotor berwarna hitan karena bekas luka,
sering menggaruk badan.

c. Pengkajian psikogerontik
1. Pengkajian status mental
Tabel 2.1
Short Portable Mental Status Questsionnaire (SPMSQ)

No Pertanyaan Jawaban Nilai (+/-)


1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang?
3 Apa nama tempat ini?

4 Berapa nomor telepon anda.


Dimana alamat anda (jika tidak
memiliki nomor telepon)
5 Kapan Anda lahir?
6 Berapa umur Anda?
7 Siapa presiden Indonesia sekarang?
8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
9 Siapa nama ibu Anda?
10 Angka 20 dikurangi 3=? Dan seterusnya
dikurangi 3
Jumlah
Kesimpulan :

Kesalahan 0-2 = Fungsi intelektual utuh, kesalahan 3-4 = kerusakan


intelektual ringan, kesalahan 5-6 = kerusakan intelektual sedang, kesalahan 7-
10 = kerusakan intelektual berat.
Tabel 2.2
Mini Mental Status Exam (MMSE)
TES PENILAIAN SKO R SKOR
MAX LANSIA
Orientasi Tanyakan kepada lansia tentang waktu :
1. Tahun
2. Hari
3. Tanggal
4. Bulan
5. Tahun
Tanyakan tentang tempat (dimana kita
sekarang ).
1. Nama tempat
2. Kelurahan
3. Kecamatan
4. Kabupaten
5. Provinsi
Pemeriksa membutuhkan 3 nama benda
Registras Meja Kursi Lemari
i (Tiap benda disebutkan dalam satudetik
kemudian meminta pasien mengingat dan
mengulang kembali tiga objek yang
disebutkan pemeriksaan).
Perhatian Menghitung mundur mulai dari angka
dan 100 dikurangi 7, berhenti setelah jawaban
perhitung kelima
an 1. 100-7 = 93
2. 93-7 = 86
3. 86-7 = 79
4. 79-7 = 42
5. 42-7 = 65
Menging Pasien diminta kembali kembali
at mengulang 3 nama yang tadi disebutkan
kembali dinomor sebelumnya
Meja Kursi Lemari
Bahasa Responden menyebutkan tiga benda yang
ditunjuk pemeriksa

Pengulan Responden mengulang kata-kata yang


gan diucapkan pemeriksa
: BOLA BENDERA POHON
Pengertia Pemeriksa meminta pasien melakukan
n verbal tiga perintah.
1. Ambil kertas dengan tangan kanan
2. Lipat kertas menjadi 2 bagian
3. Letakkan kertas dilantai.
Perintah Pemeriksa menulis satu kata
tertulis “TUTUP MATA”
Minta responden melakukan perintah
yang ditulis pemeriksa
Menulis Pemeriksa meminta pasien menulis satu
kalimat kalimat yang bermakna
(Subyek+Predikat+Obyek+Keterangan)
Mengga Pasien diminta menirukan gambar
mbar dibawah ini
konstruk
si
TOTAL

KESIMPULAN :

Total skor 24-30 = kognitif normal, 17-23 = gangguan kognitif ringan, 0- 16 =


gangguan kognitif berat.

b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis Keperawatan merupakan kesimpulan yang ditarik dari data yang
dikumpukan tentang lansia, yang berfungsi sebagai alat untuk menggambarkan
masalah lansia, dan penarikan kesimpulan ini dapat dibantu oleh perawat.
Diagnosis keperawatan adalah tahap kedua dari proses keperawatan setelah
dilakukannya pengakajian keperawatan. Diagnosis keperawatan adalah “
Clinical Judgment” yang berfokus pada respon manusia terhadap kondisi
kesehatan atau proses kehidupan atau kerentanan (vulnerability) baik pada
individu, keluarga, kelompok atau komunitas. diagnosa yang dapat ditegakan
pada Demensia ada kerusakan memori, hambatan komunikasi verbal, risiko
jatuh, dan defisit perawatan diri : mandi (Nugroho, 2009).

c. Intervensi Keperawatan
1) Kerusakan memori
Batasan karakteristik: ketidakmampuan membuat ketrampilan yang telah di
pelajari, ketidakmampuan mengingat informasi faktual, ketidakmampun
mengimgat perilaku tertentu yang pernah di lakukan, tidak mampu
mengingat peristiwa yang baru saja terjadi, tidak mampu menyimpan
informasi baru, mudah lupa.

NOC:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, kesadaran klien
terhadap identitas personal, waktu dan tempat meningkat atau baik dengan
indikator/ kriteria hasil:
a) Mengenal kapan klien lahir
b) Mengenal orang atau hal penting
c) Mengenal hari bulan tahun dengan benar
d) Klien mampu memperhatikan dan mendengarkan dengan baik
e) Klien dapat menjawab pertanyaan dengan tepat
f) Klien mengenal identitas diri dengan baik
g) Klien mengenal identitas orang disekitar dengan tepat

NIC:
a) Stimulasi memori dengan mengulangi pembicaraan secara jelas diahir
pertemuan dengan pasien.
b) Mengenali pengalaman masa lalu dengan pasien
c) Mennyediaakan gambar untuk mengenal ingatannnya kembali
d) Kaji kemampuan klien dalam mengenal sesuatu (jam hari tannggal bulan
tahun).
e) Ingatkan kembali pengalaman masa lalu klien dan f). Kaji kemampuan
kemampuan klien memahami dan memproses informasi.

2) Resiko Jatuh
Batasan karakteristik:
Faktor risiko: Dewasa: Usia 65 tahun atau lebih, Riwayat jatuh, Tinggal
sendiri, Prosthesis eksremitas bawah. Kognitif : gangguan fungsi kognitif.
NOC :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan klien mampu
untuk :
a) Gerakan terkordinasi : kemampuan otot untuk bekerja sama secara
volunter untuk melakukan gerakan, kejadian jatuh : tidak kejadian jatuh.
b) Pengetahuan : pemahaman pencegahan jatuh.
c) Pengetahuan : kemampuan pribadi.

NIC :
a) Mengidentifikasi defisit kognitif atau fisik yang dapat meningkatkan
potensi jatuh dalam lingkungan tertentu.
b) Mengidentifiksi perilaku dan faktor yang mempengaruhi resiko jatuh.
c) Mendorong pasien untuk menggunakan tongkat atau alat bantu berjalan.
Sarankan alas kaki yang aman (tidak licin).
d) Dorong aktifitas fisik pada siang hari.(menyapu, menyiram bunga agar
pasien tidak dapat waktu untuk jalan).
e) Pasang palang pegangan keselamatan kamar mandi.

3) Hambatan Komunikasi Verbal


Batasan Kharateristik: disorientasi orang, ruang, waktu, kesulitan
nmemahami komunikasi, menolak bicara,tidak ada kontak mata, tidak
bicara, ketidak tepatan verbalisasi ketidak mampuan menggunakan ekspresi
wajah.
NOC:
Kriteria hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
klien mampu :
a) Berkomunikasi : penerimaan interpretasi dan ekspresi pesan.
b) Lisan, tulisan dan non verbal meningkat
c) Pengolahan informasi klien mampu untuk memperoleh mengatur,
menggunakan informasi.
d) Mampu memanajemen, kemampuan fisik yang di miliki.
e) Komunikasi ekspresif : (kesulitan berbicara, eksresi, pesan verbal atau
non verbal , yang bermakna.

NIC:
a) Gunakan penerjemah jika diperlukan.
b) Berikan satu kata simpel saat bertemu (selamat pagi)
c) Dorong pasien untuk bicara perlahan.
d) Dengarkan dengan penuh perhatian berdiri didepan pasien.
e) Gunakan kartu baca, gambar, dan lain-lain.
f) Anjurkan untuk berbicara dalam kelompok wisma.
g) Anjurkan untuk memberi stimulus komunikasi.

4) Defisit perawatan diri : ( Mandi)


Batasan karakteristik: ketidakmampuan membasuh tubuh, ketidak mampuan
mengakses kamar mandi, ketidak mampuan mengambil perlengkapan mandi.
Katidakmampuan mengatur air mandi, ketidakmampuan menjangkau sumber
air.
Dengan kriteria hasil Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada lansia
dengan defisit perwatan diri selama 3 X 24 jam, diharapkan pasien dapat
meningkatkn perawatan diri selama dalam perawatan, dengan kriteria hasil:
NOC :
a) Mengambil alat/ bahan mandi.
b) Mandi di bak mandi
c) Mandi dengan bersiram dan menggunakan sabun
d) Mencuci badan bagian atas dan bawah
e) Mengeringkan badan menggunakan handuk.

NIC:
a) Mandikan pasien dengan tepat
b) Bantu pasien menyiapkan handuk, sabun dan sampho di kamar mandi
c) Dorong pasien untuk mandi sendiri
d) Berikan bantuan sampai pasien benar- benar mampu merawat dirinya
secara mandiri
e) Sediakan lingkungan yg teraupetik dengan memastikan kehangatan,
suasana rileks dan nyaman serta menjaga privasi pasien.

d. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan (Implementasi) adalah kategori dari perilaku
keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil
yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.
Implementasi mencakup melakukan, membantu, atau mengarahkan kinerja
aktivitas kehidupan sehari-hari, memberikan asuhan perawatan untuk tujuan
yang berpusat pada klien (Azizah, 2011).

Pelaksanaan keperawatan pada Demensia dikembangkan untuk memantau


tanda-tanda vital, melakukan latihan rentang pergerakan sendi aktif dan pasif,
meminta klien untuk mengikuti perintah sederhana, memberikan stimulus
terhadap sentuhan, membantu klien dalam personal hygiene, dan menjelaskan
tentang penyakit, perawatan dan pengobatan Demensia.

e. Evaluasi keperawatan
Menurut (Azizah, 2011) evaluasi merupakan keputusan dari efektifitas asuhan
keperawatan antara dasar tujuan keperawatan yang telah ditetapkan dengan
respon perilaku lansia yang tampilkan.
1. Penilaian keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana, dan
pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
lansia, maka beberapa kegiatan yang harus diikuti oleh perawat, antara lain:
a. Mengkaji ulang tujuan klien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
b. Mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan.
c. Mengukur pencapaian tujuan.
d. Mencatat keputusan atau hasil pengukuran pencapaian tujuan.
e. Melakukan revisi atau modifikasi terhadap rencana keperawatan bila
perlu.
2. Evaluasi hasil: Evaluasi ini berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons
perilaku lansia merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan
terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil. Cara membandingkan
antara SOAP (Subjektive – Objektive – Assesment - Planning) dengan
tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
S (Subjektif) adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari lansia
setelah tindakan diberikan.
O (Objektif) adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan
dilakukan.
A (Assessment) adalah membandingkan antara informasi subjektif dan
objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan
bahwa masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi.
P (Planning) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisis.
BAB III
KASUS

A. Pengkajian
Ruangan : Dahlia
Tanggal pengkajian : 26 Febuari 2019

1. Data Biografi
Nama : Ny S
Tempat dan tanggal lahir : Tidak terkaji
Pendidikan terakhir : Tidak sekolah
Agama : Islam
Sistem perkawinan : Janda
TB/BB : 150 cm/ 42 kg
Penampilan : Sehat bersih, ciri-ciri tubuh: rambut pendek,
Beruban, kulit sawo matang.
Alamat : Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 01
Orang yang dekat dihubungi : Tidak terkaji
Hubungan dengan lansia : Tidak terkaji
Alamat : Tidak terkaji
Tanggal masuk panti : Klien mengatakan tidak ingat

2. Riwayat Kesehatan Sekarang/ Keluhan Utama


Klien tidak mampu mengungkapkan status kesehtan secara verbal, dari segi fisik
klien mengalami Dimensia/ Pikun.
Rrovokative/Palliative : Tidak ada
Quality/Quantity : Tidak ada
Region : Tidak ada
Severity Scale : Tidak ada
Timming : Tidak ada

3. Riwayat Kesehatan Dahulu


Saat dilakukan pengkajian, klien mengatakan sudah lupa/ tidak ingat dengan masa
lalunya
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Saat dilakukan pengkajian, klien mengatakan tidak tahu, klien mengatakan tidak
ingat.
5. Pemahaman terhadap masalah kesehatan yang dialami dan penatalaksanaannya
Saat dilakukan pengkajian, klien mengatakan tidak paham.
6. Obat-obatan yang dikomsumsi
No Nama Obat Dosis Keterangan
(indikasi, kontraindikasi,dll)
1 Donepezile 1x1 (pagi)  Indikasi:
Gejala Dimensia ringan/sedang
pada penyakit Al-zeimer

 Kontraindikasi:
Sindrom sick sinus, gangguan
konduksi supraventikular, riwayat
tukak, asma, atau penyakit paru
obstruksi.
2 Vitamin B 2x1  Indikasi:
compleks - Untuk mencegah dan mengobati
kekurangan vitamin B complex.
- Kurang napsu makan.

 Kontraindikasi:
- Alergi

3 Vitamin B12 2x1  Indikasi:


- Mengatasi kekurangan vitamin
B12
- Anemia

 Kontraindikasi:
Hipersensitivitas terhadap
Vitamin B12
4 Capsul Jiwa 2x1  Indikasi:
(THP) - Parkinson
 Kontaindikasi:
- Gangguan fungsi jantung
- Riwayat alergi terhadap THP
- Penyakit glukoma
- Pembesaran prostat
- Gerakan usus yang terhambat
atau melambat (ileus)

7. Alergi (Catatan agen dan reaksi spesifik)


Obat –obatan : Tidak ada
Makanan : Tidak ada
Faktor Lingkungan : Tidak ada

8. Masalah Kesehatan Yang Diderita


Hipertensi : Tidak ada, klien tidak mengalami hipertensi
TD: 110/70 mmHg, N:65 x/menit, S:36,6
RR:18x/menit
Rheumatoid : Tidak ada, klien tidak mengalami reumatik.
Dimensia : Ada, klien mengalami penurunan dan
Ketidakmampuan menyusun kata dengan benar, klien
terlihat mengulang kata yang ditanyakan oleh perawat.
Klien mengalam disorientasi tempat, waktu, misalnya
lupa hari. Klien tidak mampu mengingat nama
perawat.
Diabetes Melitus : Tidak ada, klien tidak mengalami DM
Masalah psikososial : Ada, klien terlihat tampak bingung, gelisah, cemas
Masalah lainnya : Tidak ada

9. Lingkungan
Kondisi tempat tinggal Atau lingkungan :
Kondisi tempat tinggal klien bersih, terdapat kamar mandi, diluar ruangan,
terdapat sabun, sampo, dan fasilitas pakaian, terdapat jendela didalam ruangan.
Penerangan : Kondisi penerangan diruangan dahlia cukup terang.
Lantai : Kondisi lantai(kamar, kamar mandi, dan teras) tidak Licin.
Kamar Mandi : Bersih, kamar mandi berada diluar ruangan. Penerangan cukup
terang dan lantai kamar mandi tidak licin
Lainnya : Tidak ada
10. Riwayat Rekreasi
Hobby/ Minat : Klien mengatakan tidak tahu
Keanggotaan organisasi/ Kegiatan dipanti :
klien tidak mengikuti organisasi/kegiatan yang ada dipanti.
Liburan : klien tidak pernah liburan, klien hanya dipanti.
11. Sistem Pendukung
Perawat/dokter/fisioterapi : Ada, terdapat 2 perawat ruangan yang betugas sampai
jam 17.00 wib, tetapi terdapat penjaga 1 orang pada
malam hari yang bertugas diwisma dahlia .
Klinik: Ada, terdapat klinik untuk lansia.
Rumah sakit: Tidak ada, jika ada lansia yang mengalami sakit, petugas panti
segera membawa WBS ke Rumah Sakit.
Lain- lain: Tidak ada
12. Deskripsi Kekhususan
Kebiasaan/Ritual : Klien tidak memiliki kebiasaan/ritual
13. Aktivitas Sehari-hari dan Pola Fungsi Kesehatan
Indeks Katz:
Indeks Katz klien berada di “D” yaitu: kemandirian dalam semua aktivitas sehari-
hari, kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi tambahan.
Pola Nutrisi dan Cairan Elektrolit:
Klien makan 3x sehari, kebutuhan untuk makan dan minum kadang dibantu oleh
petugas/ perawat yang ada diruangan tersebut.
Pola Eliminasi: Klien dapat kekamar mandi untuk BAK dan BAB
Pola Tidur dan Istirahat: Klien mengatakan sulit tidur pada malam hari, tidur
siang pun jarang, kalau ngantuk saja, klien hanya
duduk diteras.
Pola Aktivitas dan Istirahat : Aktivitas Sehari-hari klien dibantu oleh perawat dan
petugas yang ada diruangan.
Pola Hubungan dan Peran: Klien tidak pernah melakukan interaksi/ komunikasi
dengan Warga Bina Sosial dan Lainnya.
Pola Sensori dan Kognitif : Klien tidak mampu mengingat informasi yang
diberikan oleh perawat seperti nama perawat.
Pola Persepsi dan Konsep Diri : Klien mengatakan merasa senang dan puas
terhadap dirinya, klien mengatakan tidak
bosan dan tetap semangat.
Pola Mekanisme/penanggulangan stress dan kopping :
Klien mengatakan tidak tahu cara menyelesaikan masalah.
Personal Hygiene : Personal Hygiene klien dibantu oleh perawat/ petugas yang
ada diruangan tersebut termasuk juga mandi.

14. Pengkajian Fisik


Keadaan Umum : Klien umum klien baik, tidak mengalami hambatan fisik
Tingkat Kesadaran : Tingkat kesadaran klien composmentis
Skala Coma Glasgow : Eye: 4, Verbal: 5, Psikomotor: 6
Tanda – tanda Vital :
TD: 110/70 mmHg N : 65 x/m
RR: 18 x/m S : 36,6 C
Kepala dan Leher : Saat dikaji bentuk kepala klien bulat, tidak terdapat
pembesaran kelenjar Tiroid
Sistem Cardiovaskuler (B1: Breathing) : TD: 110/70 mmHg, RR: 18x/menit, N:65
x/menit.
Sistem Pernapasan (B2: Bleeding) : Saat dikaji pernapasan klien Normal. RR: 18
x/menit, Bronkovesikuler.
Sistem Persyarafan ( B3:Brain) : Saat dikaji klien mengalami Dimensia
Sistem Perkemihan ( B4:Bleder) : Saat dikaji klien mengatakan tidak mengalami
nyeri saat BAK.
Sistem Pernapasan (B5:Bowel) : Saat dikaji klien mengatakan tidak mengalami
nyeri saat BAB.
Sistem Muskuloskletal (B6:Bone) : Saat dikaji klien mengatakan klien dapat
berjalan demngan pelan-pelan, klien tidak
mengalamo gangguan sistem muskuloskletal
Sistem Integumen : Saat dikaji kulit klien bersih, tidak bersisik.
Sistem Sensori:
 Penglihatan : Saat dikaji penglihatan klien baik
 Pendengaran : Saat dikaji pendengaran klien baik
 Pengecapan : Saat dikaji pengecapan masih berfungsi dengan baik
 Penciuman : Saat dikaji penciuman klien masih berfungsi dengan baik.
15. Satus Kognitif dan Sosial
Short Portabel Mental Status Questionnaire (SPMSQ/ mini Mental Staste Exam)
SPMSQ Skore 0 : Menunjukkan ada gangguan
MMSE Skore 4 : Menunjukkan Klien memiliki kerusakaan Kognitif
Geriatric Depresion Scale (GDS):
GDS: 6 (5-9) : Menunjukan kemungkinan besar Depresi.
APGAR Keluarga
Skor 0 : Menunjukan disfungsi keluarga yang sangat tinggi.
16. Data Penunjang:
Radiologi : Tidak ada
EKG : Tidak ada
Laboratorium : Hb: 9,1 g/dl, Ht: 27,5%, eritrosit:3,24 10/ul, leukosit:
19,9 10/ul, trombosit: 229 10/ul (tahun 2016)
Lain-lain : tidak ada

17. Informasi Tambahan : Tidak ada informasi tambahan


B. Analisa Data
No Hari/ Data Problem Etiologi
tangal
1 Selasa DS:
26-02-2019 - Klien mengatakan sudah Kerusakan Gangguan
lupa tentang masa lalunya Memori Neurologis

DO:
- Klien mengalami penurunan
dan ketidakmampuan
menyusun kata dengan benar.
- Klien terlihat mengulang
kata-kata yang ditanyakan
oleh perawat
- Klien mudah lupa
- SPMSQ: 0, ada gangguan
- MMSE: 3, klien memiliki
kerusakan kognitif
- GDS: 6, kemungkinan besar
depresi (ringan)
- APGAR Keluarga: 0,
Disfungsi keluarga yang
sangat tinggi.
- Donepezile : 1x1 (pagi)
- THP : 2X1 (pagi)
2 Selasa DS : -
26-02-2019 DO: Hambatan Gangguan
- Klien mengalami Komunikasi Persepsi
disorientasi tempat, waktu Verbal
- Klien tidak mampu
mengingat nama perawat,
setiap kali bertemu
- Kontak mata kurang.

3 Selasa DS: -
26-02-2019 DO: Defisit Gangguan
- Aktivitas sehari-hari klien Perawat Diri Fungsi
kadang dibantu. Kognitif
- Indeks Katz: D, Interprestasi:
kemandirian pasien dalam
semua aktivitas sehari-hari,
kecuali mandi, berpakaian

4 Selasa DS: -
26-02-2019 DO: Resiko Jatuh
- Penilaian resiko
jatuh:10( >4)
Interprestasi: resiko jatuh klien
tinggi

C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas:
1. Kerusakan Memori berhubungan dengan Gangguan Neurologis
2. Hambatan Komunikasi Verbal berhubungan dengan Gangguan Persepsi
3. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan Gangguan Fungsi Kognitif
4. Resiko Jatuh

D. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan
Keperawatan
1 Kerusakan Memori Setelah dilakukan asuhan Manajemen Dimensia:
b/d Gangguan keperawatan 3x24 jam, 1. Identifikasi pola-pola perilaku
Neuroligis diharapkan masalah dapat teratasi biasa untuk kegiatan seperti tidur,
dengan indikator: penggunaan obat, eliminasi,
 Memori asupan makanan, dan perawatan
- Mengingat informasi baru diri.
Saat Tujuan 2. Tentukan jenis dan tingkat defisit
dikaji kognitif dengan menggunakan alat
2 3 pengkajian
- Mengingat informasi yang 3. Monitor fungsi kognitif,
terbaru mengunakan alat pengkajian yang
Saat Tujuan terstandart
dikaji 4. Perkenalkan diri saat memulai
2 3 kontak
5. Bicara dengan suara jelas, rendah,
- Mengingat informasi yang hangat, nada menghormati
sudah lama
6. Berikan isyarat/ petunjuk seperti
Saat Tujuan
lokasi, dan nama-nama untuk
dikaji
membantu orientasi
2 3
7. Berikan waktu istirahat
8. Kolaborasi pemberian obat

Stimulasi Kognitif:
1. Orientasikan klien terhadap
waktu, tempat, dan orang
2. Rangsang memori dengan
mengulang pemikiran terakhir
3. Dorong stimulasi kognisi seperti
aktivitas membaca
4. Dorong penggunaan program
stimulasi, misalnya interaksi
social
5. Berikan stimulasi sensori yang
terencana
6. Berikan instruksi verbal dan
tertulis
7. Minta klien untuk mengulang
informasi.
2 Hambatan Setelah dilakukan asuhan Stimulasi Kognisi
Komunikasi Verbal keperawatan selama 3x24 jam 1. Orientasikan klien terhadap
b/d Gangguan diharapkan masalah dapat waktu, hari dan orang
Persepsi teratasi dengan indikator:
 Orientasi Kognitif Latiahan Memori:
- Mengidentifikasi orang- 1. Beri latihan orientasi nama
orang 2. Identifikasi dan koreksi kesalahan
Saat dikaji Tujuan orientasi
3. Monitor perubahan-perubahan
2 3 dalam latihan mengingat
- Mengidentifikasi tempat
Saat dikaji Tujuan

2 3
- Mengidentifikasi hari
Saat dikaji Tujuan

2 3
- Mengidentifikasi bulan
Saat dikaji Tujuan

2 3

 Tingkat Dimensia
- Kesulitan Memperoleh
Informasi
Saat dikaji Tujuan

2 3

- Disorientasi orang
Saat dikaji Tujuan

2 3
3 Defisit Perawatan Setelah dilakukan asuhan Bantuan Perawatan Diri:
Diri b/d Gangguan keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitor kemampuan perawatan diri
Fungsi Kognitif diharapkan masalah dapat secara mandiri.
teratasi dengan indikator: 2. Monitor kebutuhan klien terkait
 Perawatan Diri: Aktivitas dengtgan alat bantu untuk
sehari-hari: berpakaian
- Memakai Baju 3. Berikan bantuan sampai pasien
Saat dikaji Tujuan
mampu melakukan perawatan diri
3 4
4. Dorong kemampuan klien, tapi bantu
ketika klien tidak mampu
- Mandi
melakukannya.
Saat dikaji Tujuan
3 4 Bantuan Perawatan Diri:
Berpakaian/ Berdandan:
1. Sediakan pakaian klien diarea yang
dapat dijangkau (disis tempat tidur)
2. Fasilitasi klien untuk menyisir
rambut dengan tepat.

5 Resiko Jatuh Setelah dilakukan asuhan Pencegahan Jatuh


keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi perilaku dan faktor
diharapkan masalah dapat yang mempengaruhi resiko jatuh
teratasi dengan indikator: 2. Kaji ulang riwayat jatuh bersama
 Resiko Pencegahan Jatuh klien
- Meminta Bantuan 3. Bantu ambulance individu yang
Saat dikaji Tujuan memiliki ketidakseimbangan
1 3 4. Instruksikan klien untuk
- Menggunakan pegangan memanggil bantuan terkait
tangan seperti yang pergerakan
diperlukan 5. Orientasikan klien pada lingkungan
Saat dikaji Tujuan fisik
1 3
- Menghilangkan
tumpuhan dan benda
berbahaya dari lantai
Saat dikaji Tujuan
2 3

E. Implementasi Keperawatan
Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Keperawatan
Keperawatan
Kamis,
28 febuari 2019
I  Mengidentifikasi pola dan perilaku
09.00 wib
kegiatan sehari-hari seperti tidur,
eliminasi, asupan makanan, dan
perawatan diri.
R/H : Ny.S.A dapat kekamar mandi
secara mandiri, asupan makanan
II secara mandiri
09.10 wib
 Mengorientasikan klien terhadap waktu,
hari dan orang.
R/H: Klien tidak mampu meningat
waktu, hari dan orang yang sudah
III
10.00 wib
diajarkan
 Memonitor kemampuan perawatan diri
secara mandiri
R/H: - Klien dapat makan secara mandiri
IV
10.00 wib - Klien dapat ke kamar mandi
secara mandiri
 Mengidentifikasi perilaku dan faktor
resiko jatuh
10.05 wib V R/H: Klien mengalami
ketidakseimbangan
 Menentukan jenis dan tingkat defisit
10.05 wib VI
kognitif
R/H: Klien mengalami Dimensia
 Memberikan latihan orientasi nama
R/H: Klien tidak mampu mengingat
nama perawat
Jumat,
01 Maret 2019
I  Memberikan stimulasi sensori yang
11.30 wib
terencana
R/H: Klien mampu menyebutkan gambar
yang diberikan yaitu pisang,
rambutan, apel
II
11.40 wib
 Mengidentifikasi dan mengoreksi
kesalahan orientasi
R/H: Klien saat diorientasikan gambar
buah pisang, rambutan, dan apel.
Klien hanya mampu menyebutkan
III
11.50 wib buah pisang dan apel.
 Memonitor kebutuhan klien terkait
dengan alat bantu untuk berpakaian
IV R/H : Klien menggunakan pakaian
12.30 wib
dengan rapih
 Mengkaji riwayat jatuh
R/H: Klien mengatakan tidak tahu
Senin,
04 Maret 2019
III  Memonitor kemampuan perawatan diri
06.00 wib
secara mandiri
R/H: ADL Klien dibantu misalnya
mandi, dan berpakaian
II
09.00 wib  Memberikan latihan orientasi nama
R/H: Klien tidak ingat nama perawat

I yang sudah diorientasikan


09.05 wib
 Merangsang memori dengan mengulang
pemikiran terakhir
IV R/H: Klien mengatakan lupa
10.00 wib
 Mengidentifikasi perilaku dan faktor
yang mempengaruhi resiko jatuh
R/H: Lantai tidak licin, jika kekamar
mandi klien dibantu

Selasa,
05 Maret 2019 III  Memonitor kebutuhan klien terkait

09.10 wib dengan alat bantu untuk berpakaian


R/H : Pakaian klien masih dipakaikan
oleh petugas/perawat panti
I
10.05 wib  Mendorong stimulasi kognisi seperti
aktivitas membaca

II R/H: Klien mengatakan tidak bisa


10.20 wib
 Memonitor perubahan-perubahan dalam
latihan mengingat
R/H : Klien masih lupa apa yang sudah
IV
13.20 wib diajarkan
 Mengkaji ulang riwayat jatuh
R/H : - Klien hanya menggelengkan
kepala
- Klien hanya diam
Rabu,
07 Maret 2019
I  Mendorong penggunaan program
08.00 wib
stimulasi, misalnya intreaksi social
R/H : Klien mau berinteraksi dengan
teman disebelahnya
III
08.05 wib  Memberikan bantuan sampai pasien
mampu melakukan perawatan diri
R/H : Klien mampu untuk makan secara
II mandiri
09.40 wib
 Mengorientasikan kembali klien terhadap
waktu dan orang
R/H : - Saat diorientasikan, dievaluasi
kembali klien tidak ingat
IV
12.30 wib
- Klien mengatakan lupa
 Membantu ambulance individu yang
memiliki ketidakseimbangan
R/H : Klien berjalan dengan hati-hati dan
dibantu oleh perawat
Kamis, I  Memberikan kembali stimulasi sensori
07 Maret 2019 yang terencana: Benda
08.20 wib R/H : Klien dapat menyebutkan gayung,
handuk, baju
III
08.50 wib  Mendorong kemandirian klien, tapi bantu
klien ketika klien tidak mampu
melakukannya
R/H : Klien mampu mandi secara
mandiri, menggunakan pakaian
10.00 wib II secara mandiri
 Memberi latihan orientasi
R/H : -Klien mengatakan lupa
-Klien mengatakan tidak ingat
10.20 wib IV
nama perawat
 Menginstruksikan klien untuk
memanggil bantuan terkait pergerakan
R/H : Klien hanya diam, tiduran ditempat
tidur
Jumat,
08 Maret 2019
II  Monitor perubahan-perubahan dalam
09.00 wib
latihan mengingat
R/H : Klien tidak mampu mengingat apa
yang sudah diajarkan
I
09.15 wib  Instruksikan verbal dan tertulis
R/H : Klien tidak mampu membaca dan
IV
10.10 wib
menulis
 Orientasikan klien pada lingkungan fisik
R/H : Klien pegangan ketika berjalan
Senin,
11 Maret 2019
I  Menerima klien untuk mengulang
08.50 wib
informasi
R/H : Klien tidak mampu mengulang
informasi yang telah disampaikan
II
09.00 wib  Memberi latihan orientasi: nama perawat
R/H : Klien mampu menyebutkan nama
perawat, tetapi beberapa menit
11.00 wib III kemudian klien lupa.
 Menyediakan pakaian diarea yang dapat
dijangkau (disisi tempat tidur)
R/H : Pakaian klien dipakaikan oleh
11.15 wib IV
perawat atau petugas
 Mengidentifikasi kembali perilaku dan
faktor yang mempengaruhi resiko jatuh
R/H : - Klien berjalan dengan hati-hati,
lantai tidak licin
Selasa,
12 Maret 2019
I  Merangsang memori dan mengulang
09.50 wib
pemikiran terakhir
R/H : Klien mengatakan lupa
II
10.00 wib  Mengidentifikasi dan koreksi untuk
menyisir rambut dengan tepat
R/H : Klien tidak ingat nama perawat

III yang telah di orientasikan


10.10 wib
 Memfasilitasi klien untuk menyisir
rambut dengan tepat
R/H : Klien mampu menyisir rambut
IV
10.50 wib secara mandiri
 Kaji ulang riawat jatuh
R/H : -Klien mengatakan lupa
-klien mengatakan tidak ingat
apakah dia pernah jatuh atau tidak

Rabu,
13 Maret 2019
II  Memonitor perubahan-perubahan dalam
08.45 wib
latihan mengingat
R/H : saat dikaji, klien mengatakan tidak
ingat
08.50 wib I
 Mendorong stimulasi kognisi seperti
aktivitas menulis
R/H : -Klien mengatakan tidak bisa
-Klien tidak mau menulis dikertas
09.30 wib IV yang diberikan oleh perawat
 Membantu ambulance individu yang
memiliki ketidakseimbangan
R/H : Aktivitas/ambulasi dari tempat
tidur hingga berdiri dibantu oleh
perawat
Kamis,
14 Maret 2019
I  Mendorong penggunaan program
09.10 wib
stimulasi. Misalnya interaksi social
R/H : -Klien mau diajak berkenalan
dengan teman sebelahnya
-klien mengatakan namanya sriatun
IV
09.35 wib
 Menginstruksikan klien untuk meminta
bantuan
R/H : -Klien mengatakan iya
-Saat makan siang klien memanggil
perawat untuk minta tolong
diambilkan minum
Jumat,
15 maret 2019
I  Memberikan stimulasi sensori
08.10 wib
R/H : Klien mampu menyebutkakan
IV gambar: baju dan kerudung
 Mengorientasikan pada lingkungan fisik
R/H : Klien berjalan dengan hati-hati

F. Evaluasi Keperawatan
Hari/tanggal/jam Diagnosa Evaluasi Keperawatan
Keperawatan
Kamis,
28 Febuari 2019 I S : Klien mengatakan tidak tahu
09.00 wib O : Klien mengalami Dimensia
A : Kerusakan memori b/d gangguan Neurologis
P : Lanjutkan Intervensi
1. Memberikan stimulasi sensori yang
tetrencana

09.00 wib II S : Klien mengatakan tidak tahu/ lupa


O :- Klien tidak mampu mengingat waktu, hari dan
orang
- klien tidak mampu mengingat nama perawat
A : Hambatan komunikasi Verbal
P : Lanjutkan Intervensi
1. Identifikasi dan koreksi kesalahan orientas

09.50 wib III


S:-
O : - Klien mampu makan secara mandiri
- Klien mampu ke kamar kecil secara mandiri
A : Defisit perawatan Diri
P : Lanjutkan Intervensi
1. Monitor kebutuhan klien terkait dengan
alat bantu untuk berpakaian

10.05 wib IV
S:-
O : Klien tampak mengalami keseimbangan
A : Resiko Jatuh
P : Lanjutkan Intervensi
1. Kaji ulang riwayat jatuh
Jumat,
01 Maret 2019
12.30 wib I S:-
O :Klien mampu menyebutkan gambar yang
diberikan yaitu pisang, rambutan, dan apel
A : Kerusakan memori
P : Lanjutka Intervensi
1. Rangsang memori dengan mengulang
pemikiran terakhir

II
S:-
O: - Klien diorientasikan gambar buah pisang,
rambutan, apel.
- Ketika dievaluasi kembali, klien hanya
mampu menyebutkan buah pisang dan
apel
A : Hambatan komunikasi Verbal
P : Lanjutkan Intervensi
1.Beri latihan orientasi nama

III
S:-
O : Klien terlihat berpakaian rapih
A : Defisit Perawatan Diri
P : Lanjutkan Intervensi
1. Monitor kemampuan perawatan diri secara
mandiri
IV
S:-
O :Ketika berjalan klien dibantu oleh
perawat/petugas panti
A : Resiko Jatuh
O :Lanjukan Intervensi
1. Identifikasi perilaku dan faktor yang
mempengaruhi resiko jatuh
Senin,
04 Maret 2019
08.50 wib I S : Klien mengatakan lupa
O : Saat ditanya kontak mata klien berkurang
A : Kerusakan Memori
P : Lanjutkan Intervensi
1. Dorong stimulasi kognisi seperti aktivitas
membaca

II
S : Klien mengatakan tidak tahu
O: Klien tidak ingat nama perawat yang sudah
diorientasikan
A : Hambatak Komunikasi Verbal
P : Lanjutkan Intervensi
1. Monitor perubahan-perubahan dalam
latihan mengingat

III
S:-
O :ADL Klien dibantu misalnya mandi dan
berpakaian
A : Defisit Perawatan Diri
P : Lanjutkan Intervensi
1. Monitor perubahan klien terkait dengan
alat bantu untuyk berpakaian
IV
S:-
O : - Lantai ruangan bersih dan tidak licin
-Jika klien ingin ke kamar mandi, klien
dibantu
A : Resiko Jatuh
P : Lanjutkan Intervensi
1. Kaji ulang rieat jatuh

Selasa
05 Maret 2019
I S : Klien mengatakan tidak bisa
O: Klien terlihat bingung
A:Kerusakan memori
P: Lanjutkan Intervensi
1. Dorong menggunakan program stimulasi,
misalnya interaksi sosial

II
S : Klien mengatakan tidak ingat
O : Klien lupa apa saja yang sudah diajarkan
A: Hambatan komunikasi Verbal
P : Lanjutankan Intervensi
1. Orientasikan kembali klien terhadap
waktu dan orang
III
S:-
O: Pakaian klien dipakaikan perawat/ petugas
ruangan
A: Defisit Perawatan Diri
P: Lanjutkan Intervensi
1. Berikan bantuan sampai pasien mampu
melakukan perawatan diri
IV

S:-
O: - Klien hanya menggelengkan kepala
- Klien hanya diam
A: Resiko jatuh
P : Lanjutkan Intervensi
1. Bantu ambulance individu yang memiliki
ketidakseimbangan
Rabu
06 Maret 2019
III S:-
O: Klien mampu untuk makan secara mandiri
A: Defisit perawatan diri
P: Lanjutkan Intervensi
1. Dorong kemandirian klien, tapi banti
ketika klien tidak mampu melakukannya

I
S:-
O:Klien mau berintreraksi dengan teman
disebelahnya
A: Kerusakan Memori
P : Lanjutkan Intervensi
1. Berikan kembali instruksi sensori: benda

II
S : Klien mengatakan lupa
O: Saat dievaluasi kembali klien tidak ingat
A: Hambatan komunikasi verbal
P: Lanjutkan Intervensi
1. Beri latihan orientasi
IV

S:-
O: Klien terlihat ketika berjalan secara hari-hati
dan dibantu oleh perawat
A: Resiko Jatuh
P: Lanjutkan Intervensi
1. Instruksikan klien untuk memanggil
bantuan terkait pergerakan
Kamis,
07 Maret 2019
I S:
O: Klien dapat menyebutkan Handuk dan baju
A: Kerusakan Memori
P: Lanjutkan Intervensi
1. Instruksikan Verbal dan tertulis

II
S: Klien mengatakan lupa
O: Klien tidak ingat nama perawat
A:Hambatan komunikasi verbal
P: Lanjutkan Intervensi
1. Monitor perubahan-perubahan dalam
latihan mengingat
III
S: -
O: - Klien mandi secara mandiri
-Klien mampu menggunakan pakaian secara

mandiri
A: Defisit perawatan diri
IV
P: Lanjutkan Intervensi

S: -
O: Klien hanya diam, tiduran ditempat tidur
A: Resiko Jatuh
P: Lanjutkan Intervensi
1. Orientasikan klien pada lingkungan fisik
Jumat,
08 Maret 2019
I S: -
O: Klien tidak mampu membaca dan menulis
A: Kerusakan memori
P: Lanjutkan Intervensi
1. Minta klien untuk mengulang informasi

II
S: -
O:Klien tidak mampu mengingat apa yang sudah
diajarkan
A: Hambatan Komunikasi Verbal
P: Lanjutkan Intervensi
1. Beri latihan orientasi
IV
S: -
O: Klien terlihat berpegangan ketika berjalan
A: Resiko Jatuh
P: Lanjutkan Intervensi
1. Identifikasi kembali perilaku dan faktor
yang mengganti resiko jatuh

Senin
11 Maret 2019
I S: -
O:Klien tidak mampu mengulang informasi
yang telah disampaikan
A: Kerusakan memori
P: Lanjutkan intervensi
1. Rangsang memori dengan mengulang
pemikiran terakhir

II
S: -
O: Klien mampu menyebutkan nama perawat,
saat dijeda ditanyakan kembali klien lupa
A: Hambatan Komunikasi Verbal
P: Lanjutkan intervensi
1. Identifikasi dan koreksi kesalahan
orientasi
III

S: -
O: - Klien mampu mengambil pakaian yang ada
disisi tempat tidur
- Klien tidak mampu memakai pakaian
sandiri
A: Defisit perawatan diri
P: Lanjutkan Intervensi
1. Fasilitasi klien unptuk menyisir rambut
IV dengan tepat

S: Klien mengatakan tidak ingat


O: Klien tampak bingung
A: Resiko Jatuh
P: Lanjutkan Intervensi
1. Kaji ulang riwayat jatuh
Selasa,
12 Maret 2019
I S: Klien mengatakan lupa
O: Klien mengelengkan kepala
A: Kerusakan memori
P: Lanjutkan Intervensi
1. Dorong stimulasi kognisi seperti
aktivitas menulis

II
S: -
O:Klien tidak ingat nama perawat yang telah
diorientasikan
A: Hambatan komunikasi verbal
P: Lanjutkan intervensi
1. Monitor perubahan-perubahan dalam
latihan mengingat

III
S: -
O:Klien mampu menyisir rambut secara mandiri
A: Defisit Perawatan Diri
P: Hentikan Intervensi

IV
S: - Klien mengatakan lupa
- klien mengatakan tidak ingat apakah ia
pernah jatuh atau tidak
O: Klien tampak bingung
A: Lanjutkan Intervensi
1. Bantu ambulasi individu yang memiliki
ketidakseimbangan
Rabu,
13 Maret 2019 I S: Klien mengatakan tidak tahu
O:Klien tidak mau menulis dikertas yang
diberikan oleh perawat
A: Kerusakan Memori
P: Lanjutkan Intervensi
1. Dorong penggunaan program stimulasi,
misalnya interaksi sosial

II
S: Klien mengatakan “siska”
O: Klien mampu mengingat nama perawat
A: Hambatan komunikasi verbal
P: Hentikan Intervensi
IV
S: -
O:aktivitas/ambulance dari tempat tidur ke
duduk, dan berdiri dibantu oleh perawat
A: Resiko Jatuh
P: Lanjutkan Intervensi
1. Instruksikan klien untuk meminta
bantuan
Kamis
14 Maret 2019
I S: Klien mengatakan namanya “sriatun”
O: Klien mampu berinteraksi sosial
A: Kerusakan Memori
P: Lanjutkan Intervensi
1. Berikan stimulasi sensori

IV
S: Klien mengatakan “iya”
O: Saat makan siang, klien memanggil nama perawat
untuk meminta bantuan
A: Resiko Jatuh
P: Lanjutkan Intervensi
1. Orientasikan pada lingkungan fisik
Jumat,
15 Maret 2019
I S: - Klien mengtakan “baju”
- Klien mengatakan kerudung
O: Klien mampu menyebutkan gambar baju dan
kerudung
A: Kerusakan Memori
P: Lanjutkan Intervensi
1. Minta klien untuk mengulang informasi

IV
S: -
O: Klien berjalan dengan hati-hati
A: Resiko Jatuh
P: Hentikan Intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Berdasarkan jurnal penelitian Yuliawati, A. D., & Handadari, W. (2013) Demensia
merupakan kumpulan gejala sebagai manifestasi dari adanya kerusakan struktural
otak. Kumpulan gejala tersebut meliputi hilangnya atau menurunnya fungsi
intelektual (termasuk diantaranya adalah fungsi berpikir, berorientasi, pemahaman,
berhitung, kapasitas belajar, berbahasa, dan pertimbangan) dan memori yang
sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari.

Pada saat pengkajian Selasa, 26 Februari 2019 di Dahlia PSTW Budi Mulia 01
Cipayung dengan Ny. S di dapatkan Data subjektif: klien mengatakan sudah lupa/
tidak ingat dengan masa lalunya, Klien mengatakan sulit tidur pada malam hari, tidur
siang pun jarang, kalau ngantuk saja klien hanya duduk diteras. Klien mengatakan
merasa senang dan puas terhadap dirinya, klien mengatakan tidak bosan dan tetap
semangat. Klien mengatakan tidak tahu cara menyelesaikan masalah. Data objektif :
Ny S, TB/BB: 150 cm/ 42 kg. TD: 110/70 mmHg, N:65 x/menit, S:36,6
RR:18x/menit. Klien tidak mampu menyusun kata dengan benar, klien terlihat
mengulang kata yang ditanyakan oleh perawat. klien mengalami disorientasi tempat,
waktu, misalnya lupa hari. klien tidak mampu mengingat nama perawat. Ada masalah
psikososial, klien terlihat tampak bingung, gelisah, cemas. Indeks Katz klien berada
di “D” yaitu: kemandirian dalam semua aktivitas sehari- hari, kecuali mandi,
berpakaian, dan satu fungsi tambahan, Aktivitas Sehari-hari klien dibantu oleh
perawat dan petugas yang ada diruangan. Klien tidak pernah melakukan interaksi/
komunikasi dengan Warga Bina Sosial dan Lainnya. Klien tidak mampu mengingat
informasi yang diberikan oleh perawat seperti nama perawat. Tingkat kesadaran klien
composmentis. Skala Coma Glasgow:Eye: 4, Verbal: 5, Psikomotor: 6.
Laboratorium: Hb: 9,1 g/dl, Ht: 27,5%, eritrosit:3,24 10/ul, leukosit: 19,9 10/ul,
trombosit: 229 10/ul (tahun 2016). SPMSQ: 0, ada gangguan. MMSE: 3, klien
memiliki kerusakan kognitif. GDS: 6, kemungkinan besar depresi (ringan). APGAR
Keluarga: 0, Disfungsi keluarga yang sangat tinggi. Penilaian resiko jatuh:10( >4)
Interprestasi: resiko jatuh klien tinggi

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada teori tentang demensia yaitu: kerusakan memori,
hambatan komunikasi verbal, risiko jatuh, dan defisit perawatan diri (Nugroho,
2009).

Diagnosa antara kasus dan teori tidak terdapat kesenjangan. Diagnosa yang kelompok
tegakkan pada kondisi NY. S yaitu Kerusakan Memori berhubungan dengan
Gangguan Neurologis, Hambatan Komunikasi Verbal berhubungan dengan
Gangguan Persepsi, Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan Gangguan Fungsi
Kognitif, dan Resiko Jatuh.

1. Kerusakan memori berhubungan dengan gangguan neurologis dikarenakan


terdapat data yaitu klien mengatakan sudah lupa tentang masa lalunya, Klien
mengalami penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata dengan benar, Klien
terlihat mengulang kata-kata yang ditanyakan oleh perawat, Klien mudah lupa,
SPMSQ: 0, ada gangguan, MMSE: 3, klien memiliki kerusakan kognitif.

2. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan persepsi dikarenakan


terdapat data yaitu Klien mengalami disorientasi tempat, waktu. Klien tidak
mampu mengingat nama perawat, setiap kali bertemu. Kontak mata kurang.

3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif dikarenakan


terdapat data yaitu Aktivitas sehari-hari klien kadang dibantu. Indeks Katz: D,
Interprestasi: kemandirian pasien dalam semua aktivitas sehari-hari, kecuali
mandi, berpakaian.
4. Resiko jatuh dikarenakan terdapat data yaitu Penilaian resiko jatuh:10( >4)
Interprestasi: resiko jatuh klien tinggi

C. Intervensi Keperawatan
Intervensi pada diagnosa utama kerusakan memori berhubungan dengan gangguan
neurologis dilakukan intervensi yang bertujuan untuk klien mampu mengingat
informasi baru dan dapat mengingat kembali informasi lama. Intervensi terdiri dari
Manajemen Dimensia: Identifikasi pola-pola perilaku biasa untuk kegiatan seperti
tidur, penggunaan obat, eliminasi, asupan makanan, dan perawatan diri. Tentukan
jenis dan tingkat defisit kognitif dengan menggunakan alat pengkajian. Monitor
fungsi kognitif, mengunakan alat pengkajian yang terstandart. Perkenalkan diri saat
memulai kontak. Bicara dengan suara jelas, rendah, hangat, nada menghormati.
Berikan isyarat/ petunjuk seperti lokasi, dan nama-nama untuk membantu orientasi.
Berikan waktu istirahat. Kolaborasi pemberian obat (donepezile). Stimulasi Kognitif:
Orientasikan klien terhadap waktu, tempat, dan orang. Rangsang memori dengan
mengulang pemikiran terakhir. Dorong stimulasi kognisi seperti aktivitas membaca.
Dorong penggunaan program stimulasi, misalnya interaksi social. Berikan stimulasi
sensori yang terencana (TAK : Stimulasi kognisi). Berikan instruksi verbal dan
tertulis. Minta klien untuk mengulang informasi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kumalasari, R (2014) Terapi Stimulasi


kelompok merupakan terapi kelompok yang terbukti efektif meningkatkan fungsi
kognitif lanjut usia dengan demensia ringan-sedang. Penelitian ini bertujuan
membuktikan efektifitas TSK dengan 14 sesi terhadap peningkatan fungsi kognitif di
Kelurahan Binong, Tangerang, Indonesia. Skor MMSE partisipan mengalami
peningkatan ratarata 11,11%.

Intervensi pada diagnosa kedua hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan


gangguan persepsi yang bertujuan untuk klien agar mampu mengidentifikasi orang-
orang, mengidentifikasi tempat, mengidentifikasi hari, mengidentifikasi bulan, mudah
memperoleh Informasi, tidak disorientasi orang. Intervensi yaitu Stimulasi Kognisi :
Orientasikan klien terhadap waktu, hari dan orang. Latiahan Memori: Beri latihan
orientasi nama. Identifikasi dan koreksi kesalahan orientasi. Monitor perubahan-
perubahan dalam latihan mengingat.

Intervensi pada diagnosa ketiga defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan
fungsi kognitif yang bertujuan untuk klien agar mampu melakukan aktivitas secara
mandiri : mandi dan berpakaian. Intervensi yaitu Bantuan Perawatan Diri: Monitor
kemampuan perawatan diri secara mandiri. Monitor kebutuhan klien terkait dengtgan
alat bantu untuk berpakaian . Berikan bantuan sampai pasien mampu melakukan
perawatan diri. Dorong kemampuan klien, tapi bantu ketika klien tidak mampu
melakukannya. Bantuan Perawatan Diri: Berpakaian/ Berdandan: Sediakan pakaian
klien diarea yang dapat dijangkau (disis tempat tidur). Fasilitasi klien untuk menyisir
rambut dengan tepat.

Intervensi yang kelompok rencanakan pada setiap diagnosa demensia tidak ada
kesenjangan dengan intervensi yang terdapat pada teori demensia. Pada kasus Ny. S
intervensi yang disusun bertujuan untuk mengarahkan atau memonitor karena Ny. S
termasuk pasien kelolaan partial care.

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan kelompok pada kasus Ny. S dilakukan selama 12 hari.

1. Diagnosa pertama kerusakan memori berhubungan dengan gangguan neurologis,


kelompok melakukan stimulasi kognitif seperti mendorong aktivitas membaca,
mendorong interaksi social serta melakukan kegiatan stimulasi sensori yang
terencana : TAK tebak gambar.
2. Diagnosa kedua hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan persepsi,
kelompok melakukan stimulasi kognisi seperti melakukan latihan memori,
melakukan monitor terhadap daya ingat klien.
3. Diagnosa ketiga defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan fungsi
kognitif, kelompok melakukan bantuan perawatan diri seperti memberikan dan
membantu klien berpakaian serta menyisir rambut klien.
4. Diagnosa yang keempat resiko jatuh, kelompok melakukan pencegahan jatuh
seperti membantu klien dalam ambulasi, serta mengorientasikan klien terhadap
lingkungan fisik.

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang didapatkan sesuai dengan tindakan yang sudah dilakukan pada NY. S
selama 12 hari dimana pada diagnosa pertama kerusakan memori belum teratasi,
klien dapat melakukan stimulasi tebak gambar dengan benar, dank lien mengulang
informasi yang diberikan. Pada diagnosa kedua hambatan komunikasi verbal teratasi
karena klien sudah mampu melakukan komunikasi dengan perawat serta dapat
mengingat nama perawat. Pada diagnosa ketiga defisit perawatan diri teratasi karena
klien sudah mampu melakukan perawatan diri mandiri seperti makan, mandi,
berpakaian, ke toilet, berhias, dan lain-lain. Pada diagnosa keempat resiko jatuh tidak
terjadi karena klien sudah mampu mengenali lingkungan fisik serta dapat melakukan
aktivitas: berjalan secara hati-hati.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan yang dilakukan pada Ny. S bertujuan untuk membantu dalam
keluhan yang klien rasakan sehingga pada intervensi di rancang untuk mengarahkan
bagaimana klien akan melakukan dengan mandiri pada saat di panti. Gejala demensia
pada klien dapat diperlambat dengan tindakan yang sudah dilakukan pada setiap
harinya. Monitoring sangat dibutuhkan pada Ny. S dalam melakukan tindakan sesuai
dengan tujuan dan intervensi yang kelompok rancang.

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien lansia pada kondisi seperti Ny.
S harus lebih di utamakan dalam memonitoring atau mengevaluasi karena klien
dapat mandiri melakukan setiap harinya.
2. Bagi Perawat Panti
Pada kondisi lansia dengan gejala demensia perlu adanya latihan fisik, seperti
misalnya berjalan yang dilakukan secara reguler 3-5 kali per minggu selama 30
menit agar dapat mempertahankan fungsi kognitif walaupun usia terus bertambah,
Sebaiknya lansia di melakukan aktivitas yang dapat meningkatkan kebugaran
sehingga dapat pula mempertahankan kemandirian dalam melakukan aktivitas
sehari-hari
DAFTAR PUSTAKA

Azizah. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu

Boedhi – Darmojo. (2009). Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi 4. Jakarta:
FKUI

Bulechek, G Dkk., (2013). Nursing Intervention Classification (NIC). 6th ed.


Missouri:Elsevier Mosby
Elizabeth, J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta : Aditya Media
Fatmah. (2010). Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Erlangga
Herdman, T. Heather. (2015). Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-
2017. Edisi 10. Jakarta : EGC

Komalasari, R. (2014). Domain Fungsi Kognitif setelah Terapi Stimulasi


Kognitif. Jurnal Keperawatan Indonesia.
Morhead, Sue., et al. (2015). Nursing Outcomes Classification (NOC) edisi kelima.
Singapore : Mocomedia

Nugroho, H. wahjudi. (2009). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Edisi 3. Jakarta:


EGC

Yuliawati, A. D., & Handadari, W. (2013). Hubungan antara tingkat stres dengan
tindak kekerasan pada caregiver lansia dengan demensia. Jurnal Psikologi
Klinis dan Kesehatan Mental.

Anda mungkin juga menyukai