Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya, kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Demensia pada
Lansia” ini kami tujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktik Keperawatan
Gerontik pada semester delapan tahun 2015. Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi kami untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:
(1) Ibu Dwi Nurviyandari, S.Kp., MN. selaku fasilitator mata kuliah Praktik Keperawatan
Gerontik;
(2) Perawat dan petugas di PSTW RIA Pembangunan atas penerimaan dan bimbingan
selama praktik
(3) Orangtua yang terus memberikan dorongan dan motivasi kepada kami;
(4) Rekan-rekan yang telah memberikan semangat dan dorongan untuk menyelesaikan
makalah ini;
(5) Seluruh pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu
penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk proses
penyempurnaan makalah kami selanjutnya. Akhir kata penulis berharap makalah ini bermanfaat
bagi keperawatan dan kelompok kami, pada khususnya.
Tim Penyusun
ii
Daftar Isi
Kata Pengantar.....................................................................................................................ii
Daftar Isi..............................................................................................................................iii
BAB 1: Pendahuluan...........................................................................................................1
Latar Belakang............................................................................................................1
Rumusan Masalah......................................................................................................3
Tujuan Penulisan........................................................................................................3
Metode Penulisan........................................................................................................3
Sistematika Penulisan.................................................................................................3
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
yang terjadi bisa terus diperlambat proses penyakitnya. Salah satu
lembaga yang mempunyai tanggungjawab melakukan perawatan pada
lansia adalah panti werda.
Salah satu panti werda di Indonesia adalah Panti Ria Pembangunan
yang terletak di Cibubur, Jakarta Timur. Disana sudah menampung
banyak lansia dengan berbagai jenis keluhan kesehatan, diantaranya lansia
yang mengalami dmensia.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana tanda-tanda pada lansia yang mengalami demensia?
1.2.2 Apa saja faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan demensia
pada lansia?
1.2.3 Bagaimana pengkajian yang bisa dilakukan pada lansia dengan
demensia?
1.2.4 Bagaimana asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada lansia
dengan dmensia?
1.2.5 Terapi atau intervensi alternatif seperti apa saja yang bisa
dilakukan pada lansia dengan demensia?
2
1.4. Metode Penulisan
Makalah ini disusun dengan cara diskusi kelompok, studi literatur dan
analisis kasus yang terjadi pada lansia yang mengalami demensia di Panti
Werda Ria Pembangunan Cibubur, Jakarta Timur.
3
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Kasus
Oma S, 73 tahun, tinggal di STW RIA Pembangunan sejak tahun 2013. Kini
Oma S tinggal di Ruang Wijaya Kusuma karena mengalami demensia. Oma S
menghabiskan banyak waktunya di tempat tidur sambil duduk dan membaca.
Oma S tampak sering berkeliaran tanpa tujuan yang jelas, jarang memulai
percakapan dengan lansia lain serta melakukan kegiatan rutin yang sama
berulang kali. Selama berkomunikasi, Oma S memiliki kesulitan dalam
mengingat hal-hal yang baru saja dilakukan dan mampu mengingat beberapa
hal yang sudah lama sekali terjadi. Pemeriksaan TTV didaptakan hasil
tekanan darah 118/78 mmHg, nadi 72x/menit teraba kuat dan tidak teratur,
RR 20x/menit, dan suhu 36,50 C.
I. IDENTITAS
A. Nama : Oma S
B. Jenis kelamin : Perempuan
C. Umur : 73 thn
D. Agama : Islam
E. Status perkawainan : Janda
F. Pendidikan terakhir : akademi keguruan
G. Pekerjaan terakhir : guru TK
H. Alamat rumah : Padang
Oma S hanya memiliki satu anak laki-laki (Anak I) yang sudah menikah
dan dikaruniai dua orang anak yang kini Anak I tinggal di luar negeri
4
dalam waktu lama disebabkan urusan pekerjaannya. Oma S 5 bersaudara
yang semuanya tinggal di daerah Palembang. Oma S ditinggalkan oleh
suaminya (Bapak M) karena meninggal karena stroke di Palembang sejak
Anak I duduk di kelas 4 sekolah dasar. Setelah Anak I besar, Oma S
dirawat dan tinggal bersama di rumah dinas Anak I yang bertempat di
daerah Ancol, Jakarta. Anak I yang kemudian harus dinas ke luar negeri,
akhirnya memutuskan Oma S untuk ditempatkan di sasana tresna werdha.
Hal ini disebabkan kondisi Oma S yang sudah mengalami demensia
semenjak dibawa ke sasana tresna werdha dan riwayat jatuh yang pernah
dialaminya, sehingga tidak memungkinkan untuk Anak I merawat Oma S
secara penuh dan dalam pengawasan yang berarti.
Pada tahun 2014, Oma S terhitung dua kali mengalami jatuh saat
berada di sasana tresna werdha dengan posisi terduduk dan terbentur
kursi roda hingga menyebabkan keluhan nyeri pada iga dan tidak
menyebabkan fraktur. Pada pengakjain morse fall scale, didapatkan
nilai 70 (interpretasi hasil: resiko tinggi). Pada tahun 2013 saat awal
masuk sasana sampai dengan sekarang, sering dilaporkan Oma S tidak
dapat tidur saat malam hari, terlihat gelisah, sering keluyuran tanpa
tujuan yang jelas serta mengalami gangguan afektif. Ada pun Keluhan
yang Oma S rasakan saat ini adalah rasa gatal di sela-sela bokong
kanan kiri serta di pergelangan tangan kanan yang disebabkan karena
alergi.
5
saat di rumahnya. Tidak ditemukan riwayat penyakit keluarga yang
Oma S derita. Oma S memiliki alergi makanan laut yang jika
dikonsumsi dalam jumlah sedikit ataupun banyak maka akan bereaksi
gatal-gatal pada bagian tubuhnya.
A. BIOLOGIS
Oma S minum banyak hanya pada saat setelah makan. Diluar jam
makan, klien hanya minum ketika merasa haus saja. Setiap pagi
seusai shalat subuh, Oma S sering membuat susu atau teh untuk
dikonsumsinya. Jumlah konsumsi air mineral Oma S sekitar 2-3
gelas per hari (400 s.d 1200 cc).
6
A.3 Pola Tidur
7
dijangkau Oma S. Kebersihan tubuh seperti area bokong, terlihat
coklat menghitam dengan warna yang lebih pekat dari kulit
sekitarnya disebabkan posisi Ny.S yang keseharian duduk dikursi
roda. Hal lainnya, Oma S sering mengeluhkan gatal pada bagian
bokongnya sehingga ketika mandi, area ini sangat sering menjadi
perhatian petugas dan dirinya untuk dibersihkan secara benar.
Oma S tidak menggunakan diapers karena masih sanggup
melakukan mobilisasi ke kamar mandi dengan kursi roda dan
terdapat bantuan hand rail pada kamar mandi yang selalu klien
gunakan.
B. PSIKOLOGIS
8
demikian, kemampuan mengitung, menulis dan menggambar klien
terbilang baik. Hasil pengkajian MMSE sebelumnya pada tanggal
24 Oktober 2014 didapatkan nilai 21 (interpretasi hasil: mungkin
demensia), pada 21 November 2013 didapatkan nilai 14
(interpretasi hasil: normal), dan pada 17 Maret 2015 didapatkan
nilai 22 (interpretasi hasil: mungkin demensia). Ketika ditanya,
klien dapat mengekpresikan diri sesuai yang klien rasakan (cth:
merasa sedih karena sudah lama tidak berjumpa dengan anak satu-
satunya dan selalu ingin menelfon anaknya walau hanya sekedar
bertanya kabar, meskipun demikian jika permintaannya ini sudah
difasilitasi, Oma S tetap lupa bahwa dalam sehari tersebut ia telah
menelpon anaknya lebih dari sekali). Klien mudah mengerti dan
kooperatif saat diminta melakukan suatu intruksi walaupun ketika
diinstruksikan untuk mengulang, klien mengeluh lupa.
C. SOSIAL
9
Oma S mengetahui bahwa ia memiliki teman sekamar (Ny. O),
namun ketika ditanyakan, klien mengeluhkan lupa akan nama
teman sekamarnya. Oma S juga sangat jarang berkomunikasi
dengan Ny. O pada waktu senggang dan pada saat makan
bersama. Ketika di fasilitasi oleh mahasiswa, Oma S dan Ny. O
tidak memiliki masalah individu, mereka terlihat akrab dengan
topik perbincangan memori jangka panjang (masa lalu) walau
dengan kekurangan masing-masing, yakni Oma S dengan
demensianya sehingga sering mengulang topik pembicaraan dan
Ny. O dengan gangguan pendengaran serta demensianya. Untuk
teman-teman Oma S dalam satu ruangan, klien pun juga lupa akan
nama dan tidak mengenal kepribadian teman-temannya (semua
seperti orang asing namun ketika diajak berkenalan/difasilitasi,
klien akan bertanya dan memperkenalkan dirinya)
D. SPIRITUAL/KULTURAL
10
Oma S melaksanakan shalat dalam posisi duduk dikasur dengan
kaki diluruskan mengingat adanya kelemahan untuk berdiri dalam
waktu lama pada tungkai kaki kanan. Oma S tidak pernah
meninggalkan kewajiban shalat 5 waktunya. Kondisi demensia
yang dideritanya, membuat Oma S sering mengulang waktu shalat
berkali-kali. Oma S mengeluh lupa jika ditanya sudah
melaksanakan shalat apa belum pada waktunya (lebih banyak
mengatakan belum shalat jika ditanya), dan bahkan pada waktu
magrib pun (contoh) Oma S masih sering didapatkan sedang
melaksanakan waktu shalat ashar karena disorientasi waktu. Oma
S mengetahui urutan waktu shalat (subuh, zuhur, ashar, magrib,
isya), namun sering lupa akan durasi waktu untuk setiap jenis
shalat. Batasan pertanda Oma S sudah shalat baginya adalah
ketika mukenah bagian wajah klien telah basah, dan hal ini terus
klien lakukan setiap akan beranjak shalat. Selain kgiatan shalat,
klien juga rutin menghadiri pengajian yang diadakan sasana setiap
seminggu sekali.
E. AKTIFITAS SEHARI-HARI
11
Oma S setiap harinya hanya melakukan kegiatan rutin berupa
pemenuhan kebutuhan dasar (makan, mandi, toileting, berpakaian,
mobilisasi), selebihnya Oma S hanya membaca buku-buku agama
dengan bantuan kacamata, duduk di kursi roda dan berkeliaran di
lingkungan sekitar tanpa tujuan yang jelas, sering bertanya pada
petugas sekitar atas hal-hal yang ia temui/lihat maupun jika ingin
mengutarakan sesuatu.
F. REKREASI
G. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital
Keadaan umum Terlihat rapih, penuh semangat, agak pendiam jika tidak
diajak berbicara, murah senyum jika sudah mengenal.
Suhu 36,5 oC
Nadi/RR 72/20
Berat badan 39 kg
Kebersihan Perorangan
12
1. Kepala
Rambut
Persebaran Rambut tidak merata, ada sedikit uban, tidak ada lesi, dan
bentuk bulat, posisi normal
Mata
Kanan dan Kiri : bersih, skelera tidak ikterik, konjungtiva anemis, ada
arkusenil ± 1mm, refleks pupil lambat, jarak pandang 3-5 meter, tidak
edema.
Hidung
Kanan dan Kiri: banyak rambut hidung, tidak ada mukus, tidak ada
hambatan (polip).
Mulut
Tidak ada sariawan, tidak ada luka, gigi atas tersisa 1 buah, gigi bawah
kiri tersisa 4 buah,gigi bawah kanan tersisa 3 buah, gusi baik, mukosa
pink dan lembab, tidak ada halitosis, refleks menelan baik, sulit
membedakan varian rasa, papilla berkurang, gaya bicara jelas
Telinga
Kanan: ada serumen agak mengeras di bagian tengah.
Kiri: bersih, tidak terdapat serumen yang mengeras di bagian tengah
maupun luar.
Daun telinga bersih, tidak berkerak dan tidak hitam/berdaki.
2. Leher
tidak ada pembesaran tonsil dan getah bening, tidak ada pembesaran vena
jugularis
3. Dada/Thorax
Dada
Umum: Bentuk simetris, bersih, tidak ada luka dan benjolan
Paru-paru
tidak ada penggunaan otot bantu napas, bentuk paru simetris, ekspansi
3-5cm, resonan/sonor. Suara napas: bronkovesikuler, vesikuler,
bronchial, tidak ada ronchi
Jantung
dullness, S1&S2 ada tetapi sangat dalam dan menjauh, tidak ada
murmur/gallop
4. Abdomen
bersih, tidak ada luka, tidak ada benjolan, tidak ada distensi.
Turgor kulit sedikit melambat (fisiologis degeneratif)
Bising usus 1-3x/menit
5. Muskuloskeletal
Tangan kiri (jari, pergelangan atas dan bawah) mampu bergerak aktif
13
melawan gravitasi dan tahanan penuh
Tangan kanan (jari, pergelangan atas dan bawah) mampu bergerak
aktif melawan gravitasi dan tahanana penuh
Kaki kanan (jari dan pergelangan kaki mampu bergerak aktif melawan
gravitasi dan sedikit tahanan, lutut dan paha mampu bergerak aktif
dengan mengeliminasi gravitasi).
Kaki Kiri (jari, pergelangan, lutut, dan pangkal paha mampu bergerak
aktif melawan gravitasi dan sedikit tahanan)
Oma S tidak mampu berdiri dalam waktu lama dan refleks untuk
memegang sesuatu sangat tinggi
Hasil pengkajian resiko jatuh (MFS) adalah 70, artinya klien memiliki
risiko jatuh tinggi
6. Lain-lain
Sistem imun: baik, klien jarang sakit
Genitalia: baik, tidak nyeri saat BAK dan BAB
Persarafan: refleks baik, dapat merasakan geli telapak kaki, dapat
merasakan rasa nyeri dan sakit
Integumen: warna kulit kuning langsat, melanosit hampir diseluruh
kulit, ada luka bekas garukan di pergelangan tangan kanan karena
gatal akibat alergi makanan, kulit kering, tidak ada edema pada
ekstremitas, pada bagian bokong kulit berwarna gelap dari kulit sekitar
dan terasa gatal.
14
H. KEADAAN LINGKUNGAN SEKITAR
15
Oma S alami diluar kegiatan atau program panti yang rutin
dilaksanakan. Kondisi psikologis Oma S juga seharusnya dapat
dipenuhi dengan adanya hiburan seperti jalan-jalan keliling panti setiap
sore, mengobrol dengan teman-teman satu ruangan atau kamar agar
tidak merasa kesepian.
1. DIAGNOSA MEDIS
Demensia
Pengertian demensia
Demensia adalah kerusakan fungsi kognitif global yang
biasanya bersifat progresif dan mempengaruhi aktivitas sosial dan
okupasi yang normal akibat aktivitas kehidupan sehari-hari
(Stanley dan Beare, 1999). Demensia adalah salah satu penyakit
yang banyak sekali diderita oleh lansia. Demensia biasanya sering
muncul pada usia diatas 55 tahun.
Penyebab demensia
Demensia adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh
Alzheimer sebagai penyebab utamanya. Namun, ada beberapa
penyakit lainnya yang bisa meningkatkan gejala demensia yaitu
masalah vaskular seperti demensia multi infark, hidrosefalus
tekanan normal, penyakit parkinson, alkoholisme kronis, penyakit
pick, penyakit huntinghon dan AIDS (Stanley dan Beare, 1999).
Tahap awal demensia
Pada tahap awal demensia biasanya penderita akan mengalami
kesulitan dalam menghitung angka, mengalami perubahan dalam
kepribadian dan perasaan seperti kurang inisiatif dan menarik diri.
Biasanya lansia dengan demensia tahap awal ini sudah mengalami
kebingungan terhadap orientasi tempat, waktu dan jarak. Masalah
16
lain yang sudah muncul adalah anomia yaitu kesulitan dalam
menyebutkan nama benda.
Tahap pertengahan demensia
Pada tahap ini demensia yang dialami semakin bertambah
parah yaitu ditandai dengan hal-hal sebagai berikut :
a. Gangguan memori saat ini dan masa lalu, lansia seharusnya
mendapatkan pengawasan ketika melakukan hal-hal yang
dapat membayakan keselamatannya seperti menggunakan
kompor saat memasak karena bisa saja lansia lupa
mematikannya setelah memasak. Selain itu, lansia juga sering
berkeluyuran jaadi harus diperlukan pengawasan.
b. Apraksia, yaitu ketidakmampuan untuk melakukan gerakan
meskipun sistem sensorik dan motoriknya masih utuh. Seiring
dengan terjadinya hal ini maka dibutuhkan arahan dari orang-
orang terdekat kepada lansia dalam melakukan sesuatu.
c. Agnosia, yaitu kemampuan untuk mengenali objek yang
umum sebagai contoh lansia akan luopa bagaimana cara
menggunakan sikat gigi dan akan mengalami kebingungan.
d. Kesulitan menggunakan bahasa,
e. Mulai munculnya inkontinensia,
f. Gangguan melakukan perawatan diri yang benar,
g. Kemungkinan munculnya kecurigaan, delusi dan halusinasi.
Tahap akhir demensia
Tahap akhir merupakan tahap yang paling parah dalam sebuah
penyakit karena semuanya sudah mengalami penurunan yang
susah untuk dipertahankan dan diobati. Biasanya pada tahap ini
lansia tidak lagi mengenali teman dan keluarganya, otot-otot
semuanya kaku, gangguan komunikasi yang parah, penurunan
nafsu makan , disfasia dan risiko aspirasi serta gangguan pola
tidur.
17
2. LABORATORIUM
As. Urat : 4,1 mg/dl (normal)
Kolsterol : 141 mg/dl (normal)
3. TERAPI MEDIS
In caps:
Haloperidol 0,5 mg
Heximer 1/2 tablet
CTM 1/4 tablet
18
2.3 Rencana Asuhan Keperawatan
Masalah kesehatan yang dialami (00131) Kerusakan Setelah dilakukan intervensi Intervensi keperawatan yang sesuai dan
Nenek S : Demensia memori keperawatan individu mampu : bisa dilakukan :
Data Objektif :
1. Oma S terlihat bingung saat
ditanya oleh mahasiswa
19
tentang shalat dan waktu.
2. Oma S terlihat membongkar
lemari untuk mencari barang
dan beberapa menit
kemudian membongkar lagi
3. Oma S terlihat berulang kali
ke kamar mandi untuk
wudhu
Masalah kesehatan yang dialami (00154) Keluyuran Setelah dilakukan intervensi Intervensi keperawatan yang sesuai dan
Nenek S : keperawatan individu mampu : bisa dilakukan :
Keluyuran 1. Kesadaran klien /Cognition 1. (6420) Retriksi (pembatasan) area
(090005) Orientasi Membantu klien untuk
Kognitif melakukan perilaku yang
Data Subjektif : (090014) Komunikasi benar/tepat
klien jelas Memberikan dukungan positif
1. Ibu S selalu merasa (090015) Komunikasi pada perialaku klien yang sudah
penasaran/ingin tahu klien tepat sasaran benar/tepat
dengan sesuatu yang belum (090003) Perhatian
pernah ia ketahui (090004) Konsentrasi 2. (4350) Manajemen perilaku
2. Ibu S selalu mengatakan (090006) Memori Membuat jadawal rutin
bosan berada di tempat jangka pendek Membuat kegiatan fisik
tidur dan ingin pergi jalan- tambahan
jalan ke luar kamar atau
halaman luar panti 2. Status kenyamanan klien di
3. Ibu S mengatakan kadang- lingkungan sekitar
kadang bosan berada di (200801) Fisik klien 3. (6466) Manajemen demensia:
20
panti dan sesekali ingin sejahtera Keluyuran
pergi jalan-jalan ke luar (200803) Psikis klien Mengidentifikasi kembali pola
panti baik perilaku mengeluyur yang
(200806) Dukungan dilakukan klien
sosial dari keluarga Mengidentifikasi dan
Data Objektif :
(200807) Dukungan menghilangkan bahaya yang ada
1. Ibu S sering terlihat sosial dari teman di lingkungan sekitar klien
berpindah dari satu tempat (200808) Hubungan Memodifikasi lingkungan klien
ke tempat yang lain sosial supaya aman
2. Ibu S terlihat melakukan (200812) Kemampuan Mengingatkan tetangga sekitar
gerakan untuk mencari menyampaikan klien mengenai perilaku
sesuatu yang dianggapnya kebutuhan mengeluyur yang suka
hilang dilakukannya
3. Ibu S sering terlihat 3. Memori (daya ingat) klien Membantu membuatkan
mengamat-ngamati orang (090801) Menyebutkan kegiatan rutin sehari-hari
lain yang sedang berbicara kembali informasi
langsung secara akurat 4. (6486)Manajemen lingkungan:
(090803) Menyebutkan Keamanan
kembali informasi lama Mengidentifikasi kebutuhan
secara akurat keamanan klien
Mengidentifikasi tingkat
4. Beradaptasi dengan kekuatan fisik dan kognitif klien
lingkungan Menghilangkan bahaya yang
(131101) Mengenal mungkin bisa terjadi pada klien
alasan untuk merubah Memodifikasi lingkungan untuk
pola hidup di mengurangi bahaya yang
lingkungan sekitar mungkin bisa terjadi
(131103)
Mengekspresikan Kolaborasi dengan pihak lain lain untuk
kepuasan terhadap memperbaiki kemanan lingkungan
kegiatan rutin sehari-
21
hari
(131115) Menjaga
hubungan positif
dengan keluarga
(131117) Berpartisipasi
dalam kegiatan sosial
5. Istirahat
(000302) Pola istirahat
(000303) Kualitas
istirahat
6. Tidur
(000401) Jam tidur
(000403) Pola tidur
22
di luar kota Level 2 Classes: O
2. Ibu S mengatakan hanya Classes: Behavioral therapy
berdiam diri di kamar jika Outcomes that describe an
tidak melakukan kagiatan individual’s relationships with Interventions to reinforce or promote
apa-apa. others desirable behaviors or alter undesirable
3. Ibu S mengatakan tidak behaviors
mengenal nama-nama teman
satu ruangannya. Level 3 Intervention:
4362-Behavior modification: Social
Data Objektif : skills
1. Ibu S jarang berkomunikasi - Mengidentifikasi kemampuan sosial
dengan teman sekamarnya yang berfokus pada pelatihan
(Ibu. O) meski dalam jarak - Mengedukasi petugas panti mengenai
yang berdekatan tujuan dan proses dari pelatihan
2. Ibu S masih lupa akan nama kemampuan sosial
teman sekamarnya dan - Melibatkan petugas panti ikut serta
belum mengetahui karakter dalam sesi pelatihan kemampuan
teman sekamarnya. sosial bersama para WBS
3. Ibu S pernah terjatuh karena - Menyediakan sesi umpan balik antara
didorong oleh temannya. WBS dan petugas panti mengenai
perasaan dan pendapat masing-masing
terhadap kegiatan yang dilakukan
23
2.4 Catatan Implementasi dan Evaluasi Klien Oma S
Diagnosa Keperawatan:
Kerusakan Memori
Implementasi
Stimulasi kognitif dan pelatihan memori dengan meninggalkan atau melakukan suatu tanda ketika klien telah selesai melaksanakan
suatu kegiatan (beribadah) dengan menempatkan jam di tempat strategis yang sering dilihat klien,
menempelkan kalender untuk pengingat bulan, tanggal dan tahun yang setiap harinya akan dicoret klien dan dibalik untuk
menandakan orientasi waktu
gambar yang berisi tulisan sebagai pengingat klien telah selesai melakukan kegiatan.
Menstimulasi orientasi klien mengenai tempat, seperti menjelaskan keberadaan klien saat ini
Menidentifikasi dan mengoreksi orientasi klien yang tidak tepat
Memberikan apresiasi ketika klien mampu mengorientasikan tempat, waktu, dan orang secara tepat
Evaluasi:
S:
klien mengatakan “Wah bagus sekali kalendernya, bisa bantu oma lihat tanggal”
Klien mengatakan “Terima kasih untuk buku shalatnya, jadi kita bisa lihat waktu shalat”
Klien mengatakan “Sekarang hari senin, tanggal 30, bulan Maret, tahun 2015”
Klien mengatakan “Saya sudah shalat zuhur, jam 2”
24
O:
stimulasi kognitif berhasil dilakukan namun dibutuhkan waktu yang lama dan harus berulang secara rutin
semua implementasi untuk mengatasi kerusakan memori belum mendapatkan hasil optimal
orientasi tempat, waktu, dan orang tidak mendapatkan hasil positif
Catatan kegiatan klien tidak dapat dilakukan secara mandiri (belum optimal)
P:
25
Diagnosa Keperawatan:
Keluyuran
Implementasi
Mendukung klien untuk melakukan kembali hobinya (membaca)
Memfasilitasi klien untuk melakukan hobinya dengan cara memberi pinjaman buku bacaan yang disukai oleh klien
Memberikan pujian atau dukungan positif ketika klien selesai membaca
Memberikan umpan balik berupa bertanya mengenai isi buku yang dibaca klien
Memberikan pujian atau dukungan positif ketika klien dapat menjawab pertanyaan
Memberikan tanda pengenal berupa identitas diri dalam bentuk name tag yang dikalungkan klien dengan menjelaskan tujuan
pemakaian, fungsi, dan orientasi.
Evaluasi:
S:
26
O:
stimulasi kognitif berhasil dilakukan namun dibutuhkan waktu yang lama dan harus berulang secara rutin
P:
Motivasi klien oleh perawat/petugas dengan menanyakan isi buku yang setiap hari dibacanya.
Ingatkan klien untuk selalu mengenakan identitas diri pada saat kapan dan tujuannya.
Diagnosa Keperawatan:
Hambatan Interaksi Sosial
Implementasi
Memfasilitasi klien untuk memulai interaksi (mengajarkan berkenalan dan memulai perbincangan) dengan teman sesama lansia
Memfasilitasi klien untuk berinteraksi dengan teman sekamar melalui bermain tanya jawab dengan pertanyaan yang tertera di kartu
yang disediakan, yang sebelumnya di kocok dan diambil secara acak, kemudian ditanyakan secara bergantian
Memberikan afirmasi positif ketika klien mau dan mampu melakukan hal-hal tersebut.
27
Evaluasi:
S:
motivasi dan fasilitasi klien dan teman klien untuk saling berinteraksi dalam intensitas sering seperti saat makan bersama, waktu
luang
28
BAB 3
PEMBAHASAN
29
kursi roda sebagai alat bantu jalan. Selama masa praktik di STW tersebut Oma S
tidak pernah terlihat dibantu oleh caregiver dalam hal mandi. Selain itu, juga tidak
terlihat interaksi antar perawat ataupun caregiver dengan Oma S. Biasanya Oma S
melakukan apa saja yang disukainya dikamarnya sendiri dan bahkan Oma S yang
satu kamar dengan Opung T juga terlihat tidak melakukan interaksi yang baik.
Hal ini dikarenakan oleh kemampuan kognitifnya yang menurun sehingga ia sulit
untuk berkomunikasi dengan teman yang ada didekatnya. Walaupun Oma S sudah
ditempatkan sesama dengan opung T yang juga merupakan penderita demensia,
hal ini belum terlihat suatu intervensi yang diberikan oleh perawat ataupun
caregiver khusus untuk klien demensia seperti jadwal yang teratur dalam melatih
kemampuan otaknya. Terlihat hanya ada kegiatan seperti makan dan mandi yang
rutin terjadi.
30
yang bisa digunakan untuk membantu Oma S dalam mengingat hari, tanggal,
bulan, dan tahun serta waktu yang bisa membantunya dalam beraktivitas. Ketika
ada mahasiswa Oma S berhasil mengaplikasikan intervensi yang diberikan namun
ketika mahasiswa tidak ada Oma S tidak bisa melakukannya dengan sendiri.
Dalam hal ini sangat tidak ada dukungan dari pihak STW terkait intervensi yang
diberikan mahasiswa sehingga Oma S tidak konsisten dalam melakukan intervensi
yang telah diajarkan. Sebaiknya ada stimulus untuk Oma S setiap harinya agar
demensia yang diderita Oma S tidak semakin cepat proses keparahannya.
31
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penurunan kognitif dan fungsi organ tubuh merupakan hal yang lazim
terjadi pada lansia. Demensia merupakan salah satu penyebab terjadinya
penurunan kemampuan kognitif pada lansia. Penurunan kognitif ini terjadi
secara progresif dan tidak dapat dicegah. Pada Oma S, demensia yang terjadi
berada pada rentang ringan mengarah ke berat Meskipun demikian, asuhan
keperawatan seperti terapi kognitif perlu dilakukan secara rutin untuk
menstimulasi dan melatih pasien sejak dini untuk memperlambat sebelum
terjadi demensia berat. Riwayat jatuh yang pernah diderita Oma S juga
menjadi rambu peringatan untuk mengarah pada resiko tinggi untuk kembali
terjatuh mengingat pola perilaku klien yang sering berkeluyuran.
Diperlukan perhatian terkait pengaturan lingkungan yang aman dan
pengaturan jadwal aktivitas klien agar mengalihkan waktu dari melakukan
kegiatan di waktu luang tanpa tujuan yang jelas. Kerusakan interaksi sosial
yang dialami Oma S, juga merupakan hal yang serupa dengan kerusakan
kognitif dimana klien perlu secara rutin distimulasi untuk melatih komunikasi
interaktif antar klien maupun kepada para petugas kesehatan.
4.2 Saran
32
Hasil pengkajian yang didapatkan dari wawancara dengan klien perlu
divalidasi kepada perawat atau care giver yang ada di ruangan sehingga hasil
pengkajian yang didapatkan merupakan hasil yang valid.
33
DAFTAR PUSTAKA
Depkes. (2013). Buletin Jendela Data dan Informasi kesehatan topik utama
gambaran kesehatan lanjut usia di Indonesia. Jakarta: Kementrian
Kesehatan. Diunduh dari http://www.depkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/buletin/buletin-lansia.pdf. Diakses tanggal 2 April
2015; Pukul 21.00
Stanley, M., & Beare, P. G. (1999). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Ed. 2.
Jakarta: EGC.
34