Anda di halaman 1dari 37

Asuhan Keperawatan Demensia pada Lansia

Ruang Wijaya Kusuma, PSTW RIA Pembangunan


Praktik Keperawatan Gerontik
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya, kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Demensia pada
Lansia” ini kami tujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktik Keperawatan
Gerontik pada semester delapan tahun 2015. Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi kami untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:

(1) Ibu Dwi Nurviyandari, S.Kp., MN. selaku fasilitator mata kuliah Praktik Keperawatan
Gerontik;
(2) Perawat dan petugas di PSTW RIA Pembangunan atas penerimaan dan bimbingan
selama praktik
(3) Orangtua yang terus memberikan dorongan dan motivasi kepada kami;
(4) Rekan-rekan yang telah memberikan semangat dan dorongan untuk menyelesaikan
makalah ini;
(5) Seluruh pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu
penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk proses
penyempurnaan makalah kami selanjutnya. Akhir kata penulis berharap makalah ini bermanfaat
bagi keperawatan dan kelompok kami, pada khususnya.

Depok, Maret 2015

Tim Penyusun

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar.....................................................................................................................ii

Daftar Isi..............................................................................................................................iii

BAB 1: Pendahuluan...........................................................................................................1
Latar Belakang............................................................................................................1
Rumusan Masalah......................................................................................................3
Tujuan Penulisan........................................................................................................3
Metode Penulisan........................................................................................................3
Sistematika Penulisan.................................................................................................3

BAB 2: Asuhan Keperawatan.............................................................................................4


Kasus...........................................................................................................................4
Hasil Pengkajian.........................................................................................................4
Rencana Asuhan Keperawatan...................................................................................10
Catatan Implementasi dan Evaluasi............................................................................14
BAB 3: Pembahasan............................................................................................................19
Analisis Kasus dan Kaitannya dengan Teori .............................................................19
Hambatan yang ditemui..............................................................................................20
Solusi..........................................................................................................................21
BAB 4: Penutup...................................................................................................................22
Kesimpulan.................................................................................................................22
Saran ..........................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA
DOKUMENTASI

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tahap perkembangan manusia terbagi ke dalam beberapa kategori,
yaitu mulai dari tahap perkembangan bayi sampai lanjut usia. Setiap tahap
perkembangan tentu memiliki peran dan kebutuhan yang berbeda-beda,
begitu pun dengan lansia. Seseorang dikatakan memasuki tahap
perkembangan lansia ketika ia sudah memasuki usia 65 tahun (Potter &
Perry, 2005) sedangkan menurut Depkes (2013) seseorang sudah
memasuki tahap lanjut usia ketika usianya sudah mencapai 60 tahun.
Ketika sudah memasuki tahap perkembangan lansia, seseorang
mengalami penurunan pada beberapa fungsi tubuhnya. Penurunan fungsi
tubuh pada manusia dapat terlihat dari penurunan fungsi panca indera
serta organ tubuh, penurunan kemampuan motorik, dan penurunan fungsi
sel otak yang menyebabkan penurunan daya ingat jangka pendek, dan sulit
berkonsentrasi (Stanley & Beare, 2006).
Salah satu ganggua kesehatan yang suka terjadi pada lansia adalah
demensia. Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk
menggambarkan kerusakan kognitif global yang biasanya bersifat
progresif dan mempengaruhi aktivitas sosial dan okupasi yang normal
juga aktivitas kehidupan sehari-hari (Stanley & Beare, 2006).
Penyebab paling besar terjadinya demensia adalah penyakit
alzheimer. Selain itu penyebab yang lainnya adalah masalah vaskular
seperti demensia multi infark, hidrosefalus tekanan normal, penyakit
parkinson, alkoholisme kronis, penyakit pick, penyakit huntington, dan
AIDS (Stanley & Beare, 2006).
Untuk mengatasi masalah kesehatan demensia pada lansia memang
diperlukan asuhan keperawatan yang adekuat supaya gangguan kognitif

1
yang terjadi bisa terus diperlambat proses penyakitnya. Salah satu
lembaga yang mempunyai tanggungjawab melakukan perawatan pada
lansia adalah panti werda.
Salah satu panti werda di Indonesia adalah Panti Ria Pembangunan
yang terletak di Cibubur, Jakarta Timur. Disana sudah menampung
banyak lansia dengan berbagai jenis keluhan kesehatan, diantaranya lansia
yang mengalami dmensia.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana tanda-tanda pada lansia yang mengalami demensia?
1.2.2 Apa saja faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan demensia
pada lansia?
1.2.3 Bagaimana pengkajian yang bisa dilakukan pada lansia dengan
demensia?
1.2.4 Bagaimana asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada lansia
dengan dmensia?
1.2.5 Terapi atau intervensi alternatif seperti apa saja yang bisa
dilakukan pada lansia dengan demensia?

1.3. Tujuan Penulisan


1.3.1 Mahasiswa mampu mengenal tanda-tanda demensia pada lansia
1.3.2 Mahasiswa mampu mengetahui faktor-faktor resiko yang dapat
menyebabkan demensia pada lansia
1.3.3 Mahasiswa mampu melakukan pengakjian secara komprehensif
kepada individu lansia yang mengalami demensia
1.3.4 Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan untuk lansia
yang mengalami demensia
1.3.5 Mahasiswa mampu membuat dan melakukan terapi atau intervensi
alternatif yang bisa dilakukan pada lansia yang mengalami
demensia

2
1.4. Metode Penulisan
Makalah ini disusun dengan cara diskusi kelompok, studi literatur dan
analisis kasus yang terjadi pada lansia yang mengalami demensia di Panti
Werda Ria Pembangunan Cibubur, Jakarta Timur.

1.5. Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan dalam makalah ini terdiri dari empat bab. Bab
pertama adalah pendahuluan, yang berisi dari latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab kedua adalah asuhan keperawatan yang dimulai dari pengkajian
sampai evaluasi. Bab ketiga adalah pembahasan kasus, yang berisi tentang
analisis antara masalah yang terjadi dengan teori yang pernah dipelajari
dengan implementasi terkait diagnosis keperawatan yang ditegakkan.
Kemudian, makalah ini diakhiri dengan bab empat yang berisi kesimpulan
dan saran.

3
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Kasus
Oma S, 73 tahun, tinggal di STW RIA Pembangunan sejak tahun 2013. Kini
Oma S tinggal di Ruang Wijaya Kusuma karena mengalami demensia. Oma S
menghabiskan banyak waktunya di tempat tidur sambil duduk dan membaca.
Oma S tampak sering berkeliaran tanpa tujuan yang jelas, jarang memulai
percakapan dengan lansia lain serta melakukan kegiatan rutin yang sama
berulang kali. Selama berkomunikasi, Oma S memiliki kesulitan dalam
mengingat hal-hal yang baru saja dilakukan dan mampu mengingat beberapa
hal yang sudah lama sekali terjadi. Pemeriksaan TTV didaptakan hasil
tekanan darah 118/78 mmHg, nadi 72x/menit teraba kuat dan tidak teratur,
RR 20x/menit, dan suhu 36,50 C.

2.2 Hasil Pengkajian

I. IDENTITAS

A. Nama : Oma S
B. Jenis kelamin : Perempuan
C. Umur : 73 thn
D. Agama : Islam
E. Status perkawainan : Janda
F. Pendidikan terakhir : akademi keguruan
G. Pekerjaan terakhir : guru TK
H. Alamat rumah : Padang

II. ALASAN BERADA DI SASANA

Oma S hanya memiliki satu anak laki-laki (Anak I) yang sudah menikah
dan dikaruniai dua orang anak yang kini Anak I tinggal di luar negeri

4
dalam waktu lama disebabkan urusan pekerjaannya. Oma S 5 bersaudara
yang semuanya tinggal di daerah Palembang. Oma S ditinggalkan oleh
suaminya (Bapak M) karena meninggal karena stroke di Palembang sejak
Anak I duduk di kelas 4 sekolah dasar. Setelah Anak I besar, Oma S
dirawat dan tinggal bersama di rumah dinas Anak I yang bertempat di
daerah Ancol, Jakarta. Anak I yang kemudian harus dinas ke luar negeri,
akhirnya memutuskan Oma S untuk ditempatkan di sasana tresna werdha.
Hal ini disebabkan kondisi Oma S yang sudah mengalami demensia
semenjak dibawa ke sasana tresna werdha dan riwayat jatuh yang pernah
dialaminya, sehingga tidak memungkinkan untuk Anak I merawat Oma S
secara penuh dan dalam pengawasan yang berarti.

III. RIWAYAT KESEHATAN

1. Masalah kesehatan yang pernah dialami dan dirasakan saat ini

Pada tahun 2014, Oma S terhitung dua kali mengalami jatuh saat
berada di sasana tresna werdha dengan posisi terduduk dan terbentur
kursi roda hingga menyebabkan keluhan nyeri pada iga dan tidak
menyebabkan fraktur. Pada pengakjain morse fall scale, didapatkan
nilai 70 (interpretasi hasil: resiko tinggi). Pada tahun 2013 saat awal
masuk sasana sampai dengan sekarang, sering dilaporkan Oma S tidak
dapat tidur saat malam hari, terlihat gelisah, sering keluyuran tanpa
tujuan yang jelas serta mengalami gangguan afektif. Ada pun Keluhan
yang Oma S rasakan saat ini adalah rasa gatal di sela-sela bokong
kanan kiri serta di pergelangan tangan kanan yang disebabkan karena
alergi.

2. Masalah kesehatan keluarga/keturunan/masa lalu

Sebelum Oma S masuk ke sasana tresna werdha, beliau telah


menggunakan kursi roda disebabkan riwayat jatuh yang juga dialami

5
saat di rumahnya. Tidak ditemukan riwayat penyakit keluarga yang
Oma S derita. Oma S memiliki alergi makanan laut yang jika
dikonsumsi dalam jumlah sedikit ataupun banyak maka akan bereaksi
gatal-gatal pada bagian tubuhnya.

IV. KEBIASAAN SEHARI-HARI

A. BIOLOGIS

A.1 Pola Makan

Oma S makan secara teratur sebanyak 3 kali sehari secara mandiri


tanpa bantuan. Setiap kali makan, 3/4 porsi dari yang disediakan
selalu dihabiskan. Menu makanan yang disajikan enak dan
bervariasi (telur, tahu, sayur, kentang, daging lembut) walaupun
ada beberapa jenis makanan (cth: gorengan) yang sulit di
konsumsi oleh Oma S karena terlalu keras dan jumlah gigi Oma S
yang kurang adekuat. Nafsu makan klien terlihat baik, klien tidak
menunda-nunda proses makannya saat telah disajikan. Konsumsi
buah selesai makan sebagai makanan tambahan selalu dihabiskan
klien dengan baik bersamaan dengan jadwal minum obat agar
tidak terasa pahit.

A.2 Pola Minum

Oma S minum banyak hanya pada saat setelah makan. Diluar jam
makan, klien hanya minum ketika merasa haus saja. Setiap pagi
seusai shalat subuh, Oma S sering membuat susu atau teh untuk
dikonsumsinya. Jumlah konsumsi air mineral Oma S sekitar 2-3
gelas per hari (400 s.d 1200 cc).

6
A.3 Pola Tidur

Oma S lebih banyak menghabiskan waktu untuk duduk di kursi


roda sekalipun sudah masuk jam waktu tidur, saat menjelang
waktu tidur malam seringkali Oma S terlihat berkeliaran di
koridor ruangan tanpa tujuan kegiatan yang jelas dan sesekali
mencari teman untuk mengobrol. Pada waktu siang pun demikian,
Oma S sering berkeliaran dengan kursi rodanya keluar kamar
melakukan kegiatan tanpa tujuan yang jelas. Walaupun begitu,
Oma S selalu bangun subuh tepat waktu dalam keadaan segar. Jika
diamati dalam kegiatannya setiap hari, waktu tidur Oma S kurang
dari 8 jam/hari.

A.4 Pola Eliminasi

Oma S melakukan BAK 2 kali dalam sehari. BAB yang


dilakukanya sebanyak 1 kali sehari secara lancar tanpa keluhan
mengedan keras.

A.5 Kebersihan Diri

Secara umum, keadaan Oma S terlihat cukup rapih, setiap mandi


Oma S selalu mau berganti pakaian dan pakaian dalam
(mengambil dan memiliah pakaiannya sendiri di dalam lemari)
serta menggunakan hand body dan bedak muka jika kita
mengingatkannya. Setiap mandi, Oma S dibantu oleh petugas
sekitar walau dalam intensitas ringan hanya dalam pengawasan.
Walaupun demikian, pergerakan yang tidak lagi aktif membuat
kebersihan tubuh Oma S menjadi sedikit terganggu karena
ketidakmampuan menjangkau beberapa area tubuh saat
menggosok dengan sabun, sehingga butuh bantuan pertugas
setempat untuk membersihkan area-area tubuh yang sulit

7
dijangkau Oma S. Kebersihan tubuh seperti area bokong, terlihat
coklat menghitam dengan warna yang lebih pekat dari kulit
sekitarnya disebabkan posisi Ny.S yang keseharian duduk dikursi
roda. Hal lainnya, Oma S sering mengeluhkan gatal pada bagian
bokongnya sehingga ketika mandi, area ini sangat sering menjadi
perhatian petugas dan dirinya untuk dibersihkan secara benar.
Oma S tidak menggunakan diapers karena masih sanggup
melakukan mobilisasi ke kamar mandi dengan kursi roda dan
terdapat bantuan hand rail pada kamar mandi yang selalu klien
gunakan.

B. PSIKOLOGIS

B.1 Keadaan Emosi

Pada catatan keperawatan, didapatkan pada bulan Maret 2014,


Oma S dilaporkan jatuh terduduk setelah bertengkar dengan klien
lain dengan didorong. Hal lainnya dengan perilaku klien yang
sering berkeliaran, terkadang klien sering memarahi petugas yang
berjaga di nurse station atas perhiasannya yang ia curigai telah
hilang. Padahal setelah dikaji ternyata Oma S lupa meletakkan
perhiasannya yang terselip di bagian kamarnya sendiri. Namun,
diluar hal tersebut klien termasuk orang yang mudah beradaptasi
dengan orang yang baru dikenalnya, menyapa saat dirinya diajak
berbicara walau dalam topik pembicaraannya selalu mengulang
hal yang sama. Daya ingat klien untuk memori jangka pendek
terbilang buruk, klien tidak mampu mengingat kurang dari satu
menit pada hal sederhana seperti nama orang yang baru saja
mengajaknya berkenalan. Untuk aktifitas pemenuhan kebutuhan
seghari-hari seperti mandi ataupun makan, Oma S pun sering lupa
apakah sudah melakukannya apa belum dalam satu hari. Meskipun

8
demikian, kemampuan mengitung, menulis dan menggambar klien
terbilang baik. Hasil pengkajian MMSE sebelumnya pada tanggal
24 Oktober 2014 didapatkan nilai 21 (interpretasi hasil: mungkin
demensia), pada 21 November 2013 didapatkan nilai 14
(interpretasi hasil: normal), dan pada 17 Maret 2015 didapatkan
nilai 22 (interpretasi hasil: mungkin demensia). Ketika ditanya,
klien dapat mengekpresikan diri sesuai yang klien rasakan (cth:
merasa sedih karena sudah lama tidak berjumpa dengan anak satu-
satunya dan selalu ingin menelfon anaknya walau hanya sekedar
bertanya kabar, meskipun demikian jika permintaannya ini sudah
difasilitasi, Oma S tetap lupa bahwa dalam sehari tersebut ia telah
menelpon anaknya lebih dari sekali). Klien mudah mengerti dan
kooperatif saat diminta melakukan suatu intruksi walaupun ketika
diinstruksikan untuk mengulang, klien mengeluh lupa.

C. SOSIAL

C.1 Dukungan Keluarga

Keluarga (Anak I) dapat dikatakan telah memberikan perhatian


yang cukup kepada Oma S dengan menelfon setiap minggunya
maupun memberikan bantuan baik materiil maupun non materiil
(beberapa sarana tambahan yang terdapat di kamar Oma S). Jika
berkunjung ke sasana, Anak I akan megajak makan Ny.S keluar
dan jalan-jalan. Terakhir Anak I mengunjungi Oma S adalah
sebulan yang lalu. Hal ini disebabkan jadwal rutinitas Anal I yang
padat sehingga tidak menentu dalam mengunjungi Oma S ke
sasana. Keluarga Oma S yang lain (tinggal di Palembang dan
Padang) tidak sering disebutkan oleh Oma S sering memberi
perhatian kepadanya, hanya Anak I yang selalu klien sebutkan.

C.2 Hubungan Antar Penghuni

9
Oma S mengetahui bahwa ia memiliki teman sekamar (Ny. O),
namun ketika ditanyakan, klien mengeluhkan lupa akan nama
teman sekamarnya. Oma S juga sangat jarang berkomunikasi
dengan Ny. O pada waktu senggang dan pada saat makan
bersama. Ketika di fasilitasi oleh mahasiswa, Oma S dan Ny. O
tidak memiliki masalah individu, mereka terlihat akrab dengan
topik perbincangan memori jangka panjang (masa lalu) walau
dengan kekurangan masing-masing, yakni Oma S dengan
demensianya sehingga sering mengulang topik pembicaraan dan
Ny. O dengan gangguan pendengaran serta demensianya. Untuk
teman-teman Oma S dalam satu ruangan, klien pun juga lupa akan
nama dan tidak mengenal kepribadian teman-temannya (semua
seperti orang asing namun ketika diajak berkenalan/difasilitasi,
klien akan bertanya dan memperkenalkan dirinya)

C.3 Hubungan Dengan Orang lain

Oma S sangat mudah bergaul dan beradaptasi dengan orang yang


baru dikenal, ramah saat orang lain berkunjung ke kamarnya
(mempersilahkan duduk, menyuguhkan makanan, dsb).
Permasalahan utama klien dalam berinteraksi adalah karena
kondisi demensianya, sehingga sering mengulang pembicaraan
dan lupa akan orientasi lingkungan serta orang. Bahasa yang
digunakan klien cukup jelas dan tidak harus menggunakan nada
suara yang tinggi. Ketika berbicara, klien memperhatikan mata
lawan bicara dengan baik.

D. SPIRITUAL/KULTURAL

D.1 Pelaksanaan Ibadah

10
Oma S melaksanakan shalat dalam posisi duduk dikasur dengan
kaki diluruskan mengingat adanya kelemahan untuk berdiri dalam
waktu lama pada tungkai kaki kanan. Oma S tidak pernah
meninggalkan kewajiban shalat 5 waktunya. Kondisi demensia
yang dideritanya, membuat Oma S sering mengulang waktu shalat
berkali-kali. Oma S mengeluh lupa jika ditanya sudah
melaksanakan shalat apa belum pada waktunya (lebih banyak
mengatakan belum shalat jika ditanya), dan bahkan pada waktu
magrib pun (contoh) Oma S masih sering didapatkan sedang
melaksanakan waktu shalat ashar karena disorientasi waktu. Oma
S mengetahui urutan waktu shalat (subuh, zuhur, ashar, magrib,
isya), namun sering lupa akan durasi waktu untuk setiap jenis
shalat. Batasan pertanda Oma S sudah shalat baginya adalah
ketika mukenah bagian wajah klien telah basah, dan hal ini terus
klien lakukan setiap akan beranjak shalat. Selain kgiatan shalat,
klien juga rutin menghadiri pengajian yang diadakan sasana setiap
seminggu sekali.

D.2 Keyakinan Tentang Kesehatan

Oma S mengatakan untuk saat ini dirinya merasa dalam kondisi


baik. Ketika ditanyakan secara detail tentang bagian tubuhnya
dengan menunjuk, klien baru mengatakan ada yang sedang tidak
baik dalam kondisi dirinya (gatal pada kulit di pergelangan tangan
dan area bokong, sakit pada pinggang). Ketika klien menyadari
dirinya dalam kondisi kurang baik, klien akan bercerita banyak
tentang kronologi sakitnya walau pada bahasan yang terus
mengulang.

E. AKTIFITAS SEHARI-HARI

11
Oma S setiap harinya hanya melakukan kegiatan rutin berupa
pemenuhan kebutuhan dasar (makan, mandi, toileting, berpakaian,
mobilisasi), selebihnya Oma S hanya membaca buku-buku agama
dengan bantuan kacamata, duduk di kursi roda dan berkeliaran di
lingkungan sekitar tanpa tujuan yang jelas, sering bertanya pada
petugas sekitar atas hal-hal yang ia temui/lihat maupun jika ingin
mengutarakan sesuatu.

F. REKREASI

Hiburan bagi Oma S yang sering dilakukan adalah berkeliling


lingkungan panti dengan kursi rodanya, mengikuti kegiatan senam dan
berjemur setiap paginya. Untuk sarana televisi yang ada di kamar Oma
S terbilang sangat jarang digunakan.

G. PEMERIKSAAN FISIK

Tanda Vital

Keadaan umum Terlihat rapih, penuh semangat, agak pendiam jika tidak
diajak berbicara, murah senyum jika sudah mengenal.

Kesadaran Compos mentis

Suhu 36,5 oC

Nadi/RR 72/20

Tekanan darah 118/78 mmHg

Pernafasan Baik, tidak ada sumbatan

Tinggi badan 145 cm

Berat badan 39 kg

Kebersihan Perorangan

12
1. Kepala
 Rambut
Persebaran Rambut tidak merata, ada sedikit uban, tidak ada lesi, dan
bentuk bulat, posisi normal
 Mata
Kanan dan Kiri : bersih, skelera tidak ikterik, konjungtiva anemis, ada
arkusenil ± 1mm, refleks pupil lambat, jarak pandang 3-5 meter, tidak
edema.
 Hidung
Kanan dan Kiri: banyak rambut hidung, tidak ada mukus, tidak ada
hambatan (polip).
 Mulut
Tidak ada sariawan, tidak ada luka, gigi atas tersisa 1 buah, gigi bawah
kiri tersisa 4 buah,gigi bawah kanan tersisa 3 buah, gusi baik, mukosa
pink dan lembab, tidak ada halitosis, refleks menelan baik, sulit
membedakan varian rasa, papilla berkurang, gaya bicara jelas
 Telinga
Kanan: ada serumen agak mengeras di bagian tengah.
Kiri: bersih, tidak terdapat serumen yang mengeras di bagian tengah
maupun luar.
Daun telinga bersih, tidak berkerak dan tidak hitam/berdaki.

2. Leher
tidak ada pembesaran tonsil dan getah bening, tidak ada pembesaran vena
jugularis

3. Dada/Thorax
 Dada
Umum: Bentuk simetris, bersih, tidak ada luka dan benjolan
 Paru-paru
tidak ada penggunaan otot bantu napas, bentuk paru simetris, ekspansi
3-5cm, resonan/sonor. Suara napas: bronkovesikuler, vesikuler,
bronchial, tidak ada ronchi
 Jantung
dullness, S1&S2 ada tetapi sangat dalam dan menjauh, tidak ada
murmur/gallop

4. Abdomen
 bersih, tidak ada luka, tidak ada benjolan, tidak ada distensi.
 Turgor kulit sedikit melambat (fisiologis degeneratif)
 Bising usus 1-3x/menit

5. Muskuloskeletal
 Tangan kiri (jari, pergelangan atas dan bawah) mampu bergerak aktif

13
melawan gravitasi dan tahanan penuh
 Tangan kanan (jari, pergelangan atas dan bawah) mampu bergerak
aktif melawan gravitasi dan tahanana penuh
 Kaki kanan (jari dan pergelangan kaki mampu bergerak aktif melawan
gravitasi dan sedikit tahanan, lutut dan paha mampu bergerak aktif
dengan mengeliminasi gravitasi).
 Kaki Kiri (jari, pergelangan, lutut, dan pangkal paha mampu bergerak
aktif melawan gravitasi dan sedikit tahanan)
 Oma S tidak mampu berdiri dalam waktu lama dan refleks untuk
memegang sesuatu sangat tinggi
 Hasil pengkajian resiko jatuh (MFS) adalah 70, artinya klien memiliki
risiko jatuh tinggi

6. Lain-lain
 Sistem imun: baik, klien jarang sakit
 Genitalia: baik, tidak nyeri saat BAK dan BAB
 Persarafan: refleks baik, dapat merasakan geli telapak kaki, dapat
merasakan rasa nyeri dan sakit
 Integumen: warna kulit kuning langsat, melanosit hampir diseluruh
kulit, ada luka bekas garukan di pergelangan tangan kanan karena
gatal akibat alergi makanan, kulit kering, tidak ada edema pada
ekstremitas, pada bagian bokong kulit berwarna gelap dari kulit sekitar
dan terasa gatal.

14
H. KEADAAN LINGKUNGAN SEKITAR

Keamanan bangunan terlihat baik, lantai tidak licin, prinsip safety


sudah diterapkan berupa pemasangan hand rail di setiap jalan di dalam
maupun diluar ruangan, di kamar mandi serta area berjalan khsusu
kursi roda yang tersedia. Penghijauan dan suasana yang asri turut
membuat lingkungan menjadi sejuk dan kaya akan oksigen. Kondisi
tempat berkumpul para petugas sangat dekat dengan ruangan lansia,
sehingga meminimalisir hal-hal tidak diinginkan, pengawasan dapat
lebih intensif, serta tindakan yang dilakukan dapat efisien waktu.
Kekurangan yang terlihat dan dirasa, jarang ada yang mendukung dan
menstimulasi kognitif klien dengan gangguan demensia seperti yang

15
Oma S alami diluar kegiatan atau program panti yang rutin
dilaksanakan. Kondisi psikologis Oma S juga seharusnya dapat
dipenuhi dengan adanya hiburan seperti jalan-jalan keliling panti setiap
sore, mengobrol dengan teman-teman satu ruangan atau kamar agar
tidak merasa kesepian.

VI. INFORMASI PENUNJANG

1. DIAGNOSA MEDIS
 Demensia
Pengertian demensia
Demensia adalah kerusakan fungsi kognitif global yang
biasanya bersifat progresif dan mempengaruhi aktivitas sosial dan
okupasi yang normal akibat aktivitas kehidupan sehari-hari
(Stanley dan Beare, 1999). Demensia adalah salah satu penyakit
yang banyak sekali diderita oleh lansia. Demensia biasanya sering
muncul pada usia diatas 55 tahun.
Penyebab demensia
Demensia adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh
Alzheimer sebagai penyebab utamanya. Namun, ada beberapa
penyakit lainnya yang bisa meningkatkan gejala demensia yaitu
masalah vaskular seperti demensia multi infark, hidrosefalus
tekanan normal, penyakit parkinson, alkoholisme kronis, penyakit
pick, penyakit huntinghon dan AIDS (Stanley dan Beare, 1999).
Tahap awal demensia
Pada tahap awal demensia biasanya penderita akan mengalami
kesulitan dalam menghitung angka, mengalami perubahan dalam
kepribadian dan perasaan seperti kurang inisiatif dan menarik diri.
Biasanya lansia dengan demensia tahap awal ini sudah mengalami
kebingungan terhadap orientasi tempat, waktu dan jarak. Masalah

16
lain yang sudah muncul adalah anomia yaitu kesulitan dalam
menyebutkan nama benda.
Tahap pertengahan demensia
Pada tahap ini demensia yang dialami semakin bertambah
parah yaitu ditandai dengan hal-hal sebagai berikut :
a. Gangguan memori saat ini dan masa lalu, lansia seharusnya
mendapatkan pengawasan ketika melakukan hal-hal yang
dapat membayakan keselamatannya seperti menggunakan
kompor saat memasak karena bisa saja lansia lupa
mematikannya setelah memasak. Selain itu, lansia juga sering
berkeluyuran jaadi harus diperlukan pengawasan.
b. Apraksia, yaitu ketidakmampuan untuk melakukan gerakan
meskipun sistem sensorik dan motoriknya masih utuh. Seiring
dengan terjadinya hal ini maka dibutuhkan arahan dari orang-
orang terdekat kepada lansia dalam melakukan sesuatu.
c. Agnosia, yaitu kemampuan untuk mengenali objek yang
umum sebagai contoh lansia akan luopa bagaimana cara
menggunakan sikat gigi dan akan mengalami kebingungan.
d. Kesulitan menggunakan bahasa,
e. Mulai munculnya inkontinensia,
f. Gangguan melakukan perawatan diri yang benar,
g. Kemungkinan munculnya kecurigaan, delusi dan halusinasi.
Tahap akhir demensia
Tahap akhir merupakan tahap yang paling parah dalam sebuah
penyakit karena semuanya sudah mengalami penurunan yang
susah untuk dipertahankan dan diobati. Biasanya pada tahap ini
lansia tidak lagi mengenali teman dan keluarganya, otot-otot
semuanya kaku, gangguan komunikasi yang parah, penurunan
nafsu makan , disfasia dan risiko aspirasi serta gangguan pola
tidur.

17
2. LABORATORIUM
 As. Urat : 4,1 mg/dl (normal)
 Kolsterol : 141 mg/dl (normal)
3. TERAPI MEDIS
In caps:
 Haloperidol 0,5 mg
 Heximer 1/2 tablet
 CTM 1/4 tablet

18
2.3 Rencana Asuhan Keperawatan

Data Diagnosa NOC NIC


Keperawatan

Masalah kesehatan yang dialami (00131) Kerusakan Setelah dilakukan intervensi Intervensi keperawatan yang sesuai dan
Nenek S : Demensia memori keperawatan individu mampu : bisa dilakukan :

Data Subjektif : 1. (0901) Mengidentifikasi 1. (4720) Stimulasi kognitif


diri sendiri, orang terdekat, 2. (4760) Pelatihan memori
1. Oma S mengatakan belum tempat saat ini, hari, bulan 3. (6460) Manajemen demensia
shalat Ashar padahal baru dan tahun yang sesuai. 4. (5820) Penururunan ansietas
saja shalat 15 menit yang 2. (0905) Mempertahankan 5. (6486) Manajemen lingkungan
lalu. konsentrasi. 6. (4130) Monitor cairan
2. Oma S mengatakan lupa 7. (2380) Manajemen medikasi
tempat sisir padahal baru 8. (4820) Orientasi realita
saja 5 menit yang lalu 9. (5270) Dukungan emosi
menyisir rambutnya. 10. (7140) Dukungan keluarga
3. Oma S mengatakan lupa
tanggal, hari, bulan dan
tahun saat ini

4. Oma S mengatakan tidak


mengetahui lokasi tempat ia
berada saat ini

Data Objektif :
1. Oma S terlihat bingung saat
ditanya oleh mahasiswa

19
tentang shalat dan waktu.
2. Oma S terlihat membongkar
lemari untuk mencari barang
dan beberapa menit
kemudian membongkar lagi
3. Oma S terlihat berulang kali
ke kamar mandi untuk
wudhu

Data Diagnosa NOC NIC


Keperawatan

Masalah kesehatan yang dialami (00154) Keluyuran Setelah dilakukan intervensi Intervensi keperawatan yang sesuai dan
Nenek S : keperawatan individu mampu : bisa dilakukan :
Keluyuran 1. Kesadaran klien /Cognition 1. (6420) Retriksi (pembatasan) area
 (090005) Orientasi  Membantu klien untuk
Kognitif melakukan perilaku yang
Data Subjektif :  (090014) Komunikasi benar/tepat
klien jelas  Memberikan dukungan positif
1. Ibu S selalu merasa  (090015) Komunikasi pada perialaku klien yang sudah
penasaran/ingin tahu klien tepat sasaran benar/tepat
dengan sesuatu yang belum  (090003) Perhatian
pernah ia ketahui  (090004) Konsentrasi 2. (4350) Manajemen perilaku
2. Ibu S selalu mengatakan  (090006) Memori  Membuat jadawal rutin
bosan berada di tempat jangka pendek  Membuat kegiatan fisik
tidur dan ingin pergi jalan- tambahan
jalan ke luar kamar atau
halaman luar panti 2. Status kenyamanan klien di
3. Ibu S mengatakan kadang- lingkungan sekitar
kadang bosan berada di  (200801) Fisik klien 3. (6466) Manajemen demensia:

20
panti dan sesekali ingin sejahtera Keluyuran
pergi jalan-jalan ke luar  (200803) Psikis klien  Mengidentifikasi kembali pola
panti baik perilaku mengeluyur yang
 (200806) Dukungan dilakukan klien
sosial dari keluarga  Mengidentifikasi dan
Data Objektif :
 (200807) Dukungan menghilangkan bahaya yang ada
1. Ibu S sering terlihat sosial dari teman di lingkungan sekitar klien
berpindah dari satu tempat  (200808) Hubungan  Memodifikasi lingkungan klien
ke tempat yang lain sosial supaya aman
2. Ibu S terlihat melakukan  (200812) Kemampuan  Mengingatkan tetangga sekitar
gerakan untuk mencari menyampaikan klien mengenai perilaku
sesuatu yang dianggapnya kebutuhan mengeluyur yang suka
hilang dilakukannya
3. Ibu S sering terlihat 3. Memori (daya ingat) klien  Membantu membuatkan
mengamat-ngamati orang  (090801) Menyebutkan kegiatan rutin sehari-hari
lain yang sedang berbicara kembali informasi
langsung secara akurat 4. (6486)Manajemen lingkungan:
 (090803) Menyebutkan Keamanan
kembali informasi lama  Mengidentifikasi kebutuhan
secara akurat keamanan klien
 Mengidentifikasi tingkat
4. Beradaptasi dengan kekuatan fisik dan kognitif klien
lingkungan  Menghilangkan bahaya yang
 (131101) Mengenal mungkin bisa terjadi pada klien
alasan untuk merubah  Memodifikasi lingkungan untuk
pola hidup di mengurangi bahaya yang
lingkungan sekitar mungkin bisa terjadi
 (131103)
Mengekspresikan Kolaborasi dengan pihak lain lain untuk
kepuasan terhadap memperbaiki kemanan lingkungan
kegiatan rutin sehari-

21
hari
 (131115) Menjaga
hubungan positif
dengan keluarga
 (131117) Berpartisipasi
dalam kegiatan sosial

5. Istirahat
 (000302) Pola istirahat
 (000303) Kualitas
istirahat

6. Tidur
 (000401) Jam tidur
 (000403) Pola tidur

Data Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
Masalah kesehatan yang dialami Hambatan interaksi Setelah dilakukan intervensi Intervensi keperawatan yang sesuai dan
Nenek S : Hambatan Interaksi sosial keperawatan individu mampu : bisa dilakukan :
Sosial (00052)
Level 1 Domain 3
Prevensi sekunder:
Behavioral
Data Subjektif : Domain 3 (Kesehatan Care that supports psychosocial
psikososial) functioning and facilitates life style
1. Ibu S selalu merasa
kesepian, rindu dengan changes
Level 2
anaknya yang sedang dinas
(P-Interaksi sosial)

22
di luar kota Level 2 Classes: O
2. Ibu S mengatakan hanya Classes: Behavioral therapy
berdiam diri di kamar jika Outcomes that describe an
tidak melakukan kagiatan individual’s relationships with Interventions to reinforce or promote
apa-apa. others desirable behaviors or alter undesirable
3. Ibu S mengatakan tidak behaviors
mengenal nama-nama teman
satu ruangannya. Level 3 Intervention:
4362-Behavior modification: Social
Data Objektif : skills
1. Ibu S jarang berkomunikasi - Mengidentifikasi kemampuan sosial
dengan teman sekamarnya yang berfokus pada pelatihan
(Ibu. O) meski dalam jarak - Mengedukasi petugas panti mengenai
yang berdekatan tujuan dan proses dari pelatihan
2. Ibu S masih lupa akan nama kemampuan sosial
teman sekamarnya dan - Melibatkan petugas panti ikut serta
belum mengetahui karakter dalam sesi pelatihan kemampuan
teman sekamarnya. sosial bersama para WBS
3. Ibu S pernah terjatuh karena - Menyediakan sesi umpan balik antara
didorong oleh temannya. WBS dan petugas panti mengenai
perasaan dan pendapat masing-masing
terhadap kegiatan yang dilakukan

23
2.4 Catatan Implementasi dan Evaluasi Klien Oma S

Diagnosa Keperawatan:
Kerusakan Memori
Implementasi
 Stimulasi kognitif dan pelatihan memori dengan meninggalkan atau melakukan suatu tanda ketika klien telah selesai melaksanakan
suatu kegiatan (beribadah) dengan menempatkan jam di tempat strategis yang sering dilihat klien,
 menempelkan kalender untuk pengingat bulan, tanggal dan tahun yang setiap harinya akan dicoret klien dan dibalik untuk
menandakan orientasi waktu
 gambar yang berisi tulisan sebagai pengingat klien telah selesai melakukan kegiatan.
 Menstimulasi orientasi klien mengenai tempat, seperti menjelaskan keberadaan klien saat ini
 Menidentifikasi dan mengoreksi orientasi klien yang tidak tepat
 Memberikan apresiasi ketika klien mampu mengorientasikan tempat, waktu, dan orang secara tepat
Evaluasi:

S:

 klien mengatakan “Wah bagus sekali kalendernya, bisa bantu oma lihat tanggal”
 Klien mengatakan “Terima kasih untuk buku shalatnya, jadi kita bisa lihat waktu shalat”
 Klien mengatakan “Sekarang hari senin, tanggal 30, bulan Maret, tahun 2015”
 Klien mengatakan “Saya sudah shalat zuhur, jam 2”

24
O:

 Klien mampu mengorientasikan nama diri, nama panggilan.


 Klien mampu mengorientasikan waktu, bulan, tanggal, hari, tahun pada waktu sekarang dengan bantuan
 Klien mampu mengorientasikan tanggal, waktu, bulan, hari, tahun untuk hari besok dengan bantuan
A:

 stimulasi kognitif berhasil dilakukan namun dibutuhkan waktu yang lama dan harus berulang secara rutin
 semua implementasi untuk mengatasi kerusakan memori belum mendapatkan hasil optimal
 orientasi tempat, waktu, dan orang tidak mendapatkan hasil positif
 Catatan kegiatan klien tidak dapat dilakukan secara mandiri (belum optimal)
P:

 Stimulasi kognitif dilakukan secara rutin


 Menstimulus lansia mau mengingat atau mencatat kegiatan yang telah dilakukan
 Mengorientasi tempat, waktu, orang secara rutin
 Mengadvokasi perawat dan caregiver yang telah dikenal klien untuk tetap mendampingi klien pada setiap shiftnya.

25
Diagnosa Keperawatan:
Keluyuran
Implementasi
 Mendukung klien untuk melakukan kembali hobinya (membaca)
 Memfasilitasi klien untuk melakukan hobinya dengan cara memberi pinjaman buku bacaan yang disukai oleh klien
 Memberikan pujian atau dukungan positif ketika klien selesai membaca
 Memberikan umpan balik berupa bertanya mengenai isi buku yang dibaca klien
 Memberikan pujian atau dukungan positif ketika klien dapat menjawab pertanyaan
 Memberikan tanda pengenal berupa identitas diri dalam bentuk name tag yang dikalungkan klien dengan menjelaskan tujuan
pemakaian, fungsi, dan orientasi.
Evaluasi:

S:

 Klien mengatakan “di kartu ada nama, umur, ruangan”


 Klien mengatakan “ruangan wijaya kusuma, sasana tresna werdha ria pembangunan”
 Klien mengatakan “buku ini tentang kajian al-quran”
 Klien mengatakan “isi bukunya tentang shalat, nilai yang ada”

26
O:

 klien mampu menjelaskan sedikit dari isi buku yang dibaca


 klien menjelaskan dengan cukup baik dan perhatian penuh
 Klien mau mengulang isi dari identitaskartu yang dibacanya dan mencoba berpikir tentang isinya
 Klien mau memakaikan identitas dirinya dengan mengalungkannya sendiri atas instruksi mahasiswa
A:

 stimulasi kognitif berhasil dilakukan namun dibutuhkan waktu yang lama dan harus berulang secara rutin
P:

 Motivasi klien oleh perawat/petugas dengan menanyakan isi buku yang setiap hari dibacanya.
 Ingatkan klien untuk selalu mengenakan identitas diri pada saat kapan dan tujuannya.

Diagnosa Keperawatan:
Hambatan Interaksi Sosial
Implementasi
 Memfasilitasi klien untuk memulai interaksi (mengajarkan berkenalan dan memulai perbincangan) dengan teman sesama lansia
 Memfasilitasi klien untuk berinteraksi dengan teman sekamar melalui bermain tanya jawab dengan pertanyaan yang tertera di kartu
yang disediakan, yang sebelumnya di kocok dan diambil secara acak, kemudian ditanyakan secara bergantian
 Memberikan afirmasi positif ketika klien mau dan mampu melakukan hal-hal tersebut.

27
Evaluasi:

S:

 Klien mengatakan “Bolehkah saya berkenalan?”


 Klien mengatakan “Siapa nama Anda? Nama saya Emi, Sakmi Umar”
 Klien mengatakan “Apa hobi anda?”
 Klien mengatakan “Sebutkan nama buah yang diawali dengan huruf P?”
 Klien mengatakan “Dimana daerah keluarga Anda tinggal?”
O:

 Klien mampu berkenalan dan mulai percakapan dengan lansia lain


 Klien terlihat menikmati percakapan dengan lansia lain dengan tertawa dan berkomentar pada mahasiswa tentang jawaban temannya
 Klien melanjutkan pertanyaan dari kartu dengan pertanyaan yang dibuat sendiri
 Klien memberikan apresiasi positif atas jawaban temannya dengan mengacungkan jempol dan ucapan “bagus sekali”
A:
 peningkatan interaksi sosial dilakukan klien dengan cukup berhasil
P:

 motivasi dan fasilitasi klien dan teman klien untuk saling berinteraksi dalam intensitas sering seperti saat makan bersama, waktu
luang

28
BAB 3
PEMBAHASAN

Demensia adalah sebuah penyakit progresif yang terjadi pada lansia.


Demensia merupakan keadaan irreversible (tidak dapat kembali) status mental
yang menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan kognitif, perubahan
kepribadian (personality), serta melemahnya judgement dan sering berubah
karena metabolisme otak yang berubah (Ebersole, 2005). Salah satu penderita
demensia yaitu, Oma S yang merupakan salah satu penghuni sasana tresna werdha
di Ria Pembangunan Jakarta. Pada Oma S, demensia yang dialami adalah
demensia pada tahap sedang menuju berat dimana dibuktikan dengan adanya
gangguan memori saat ini, sehingga Oma S tidak bisa mengingat hal-hal yang
dilakukannya setiap hari. Oma S sering melakukan perbuatan yang berulang-ulang
seperti sholat, mandi, membongkar pakaian dalam lemari serta keluyuran dari
kamar menuju ruangan-ruangan dan bahkan ke gedung yang lain. Penyebab
demensia yang terbanyak adalah salah satunya penyakit alzheimer. Pada Oma S
tidak diketahui secara pasti oleh mahasiswa apa penyebab demensia yang dialami
karena tidak adanya bukti pendukung seperti hasil CT-Scan milik Oma S didalam
rekam medik. Begitupun dengan penyebab lainnya yang bisa menyebabkan
demensia seperti genetik, pola hidup dan sebagainya tidak terkaji dikarenakan
sulitnya sumber untuk mengetahui hal tersebut. Ketika mahasiswa bertanya
kepada Oma S hampir setiap kejadian yang dialaminya tidak bisa diingat dan
bukti pendukung lainnya yang bisa dipercaya, yaitu rekam medik sangat minim
sekali informasi yang terdapat didalamnya.

Pada saat melakukan pengkajian mahasiswa mengkaji skor MMSE pada


Oma S untuk mengetahui status kognitifnya dan didapatkan hasil yang tidak
banyak berubah dengan hasil yang sebelumnya terdapat didalam rekam medik
yaitu mengalami peningkatan menjadi 23 dari skor sebelumnya 21. Hal ini terjadi
mungkin saja karena Oma S sering dilatih oleh mahasiswa yang sedang praktik di
STW ataupun bantuan dari perawat serta caregiver di panti tersebut. Jika dilihat
dari segi fisik yang terlihat lebih diutamakan di STW tersebut Oma S masih bisa
mandiri dalam melakukan aktivitasnya walaupun Oma S sedang menggunakan

29
kursi roda sebagai alat bantu jalan. Selama masa praktik di STW tersebut Oma S
tidak pernah terlihat dibantu oleh caregiver dalam hal mandi. Selain itu, juga tidak
terlihat interaksi antar perawat ataupun caregiver dengan Oma S. Biasanya Oma S
melakukan apa saja yang disukainya dikamarnya sendiri dan bahkan Oma S yang
satu kamar dengan Opung T juga terlihat tidak melakukan interaksi yang baik.
Hal ini dikarenakan oleh kemampuan kognitifnya yang menurun sehingga ia sulit
untuk berkomunikasi dengan teman yang ada didekatnya. Walaupun Oma S sudah
ditempatkan sesama dengan opung T yang juga merupakan penderita demensia,
hal ini belum terlihat suatu intervensi yang diberikan oleh perawat ataupun
caregiver khusus untuk klien demensia seperti jadwal yang teratur dalam melatih
kemampuan otaknya. Terlihat hanya ada kegiatan seperti makan dan mandi yang
rutin terjadi.

Berikut hambatan-hambatan yang dialami oleh mahasiswa selama


berinteraksi dengan Oma S. Pada hari pertama mahasiswa menjalin trust dengan
Oma S. Selama menjalani masa praktik Oma S sangat mudah sekali dekat dengan
orang yang baru dikenalnya sehingga dalam hal ini tidak ada hambatan. Namun,
Oma S terkadang mudah teralihkan ketika sedang berkomunikasi seperti tiba-tiba
mengingat makanan belum disediakan untuk mahasiswa. Oma S merasa setiap
orang yang datang ketempatnya harus disediakan makanan sehingga pembicaraan
seringkali terpotong dan ketika memulai pembicaraan kembali Oma S lupa
sehingga mahasiswa harus menjelaskan lagi dari awal. Hambatan lainnya adalah
ketika sedang melakukan pengkajian Oma S mengingat tentang sholat maka
beliau langsung bergerak dan memberhentikan pembicaraan untuk segera pergi ke
kamar mandi untuk mengambil wudhu sehingga mahasiswa perlu mengingatkan
kembali bahwa Oma S sudah melakukan sholat dan ketika difokuskan lagi ke
topik pembicaraan beliau lupa dan mahasiswa melakukan hal yang sama, yaitu
menjelaskan lagi dari awal.

Untuk tetap meningkatkan kualitas hidup lansia khususnya pada lansia


dengan demensia, yaitu Oma S maka mahasiswa memberikan beberapa intervensi
yang sesuai dengan diagnosa yang diangkat pada kasus ini yaitu kerusakan
memori, keluyuran dan hambatan interaksi sosial. Mahasiswa memberikan media

30
yang bisa digunakan untuk membantu Oma S dalam mengingat hari, tanggal,
bulan, dan tahun serta waktu yang bisa membantunya dalam beraktivitas. Ketika
ada mahasiswa Oma S berhasil mengaplikasikan intervensi yang diberikan namun
ketika mahasiswa tidak ada Oma S tidak bisa melakukannya dengan sendiri.
Dalam hal ini sangat tidak ada dukungan dari pihak STW terkait intervensi yang
diberikan mahasiswa sehingga Oma S tidak konsisten dalam melakukan intervensi
yang telah diajarkan. Sebaiknya ada stimulus untuk Oma S setiap harinya agar
demensia yang diderita Oma S tidak semakin cepat proses keparahannya.

31
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Penurunan kognitif dan fungsi organ tubuh merupakan hal yang lazim
terjadi pada lansia. Demensia merupakan salah satu penyebab terjadinya
penurunan kemampuan kognitif pada lansia. Penurunan kognitif ini terjadi
secara progresif dan tidak dapat dicegah. Pada Oma S, demensia yang terjadi
berada pada rentang ringan mengarah ke berat  Meskipun demikian, asuhan
keperawatan seperti terapi kognitif perlu dilakukan secara rutin untuk
menstimulasi dan melatih pasien sejak dini untuk memperlambat sebelum
terjadi demensia berat. Riwayat jatuh yang pernah diderita Oma S juga
menjadi rambu peringatan untuk mengarah pada resiko tinggi untuk kembali
terjatuh mengingat pola perilaku klien yang sering berkeluyuran.
Diperlukan perhatian terkait pengaturan lingkungan yang aman dan
pengaturan jadwal aktivitas klien agar mengalihkan waktu dari melakukan
kegiatan di waktu luang tanpa tujuan yang jelas. Kerusakan interaksi sosial
yang dialami Oma S, juga merupakan hal yang serupa dengan kerusakan
kognitif dimana klien perlu secara rutin distimulasi untuk melatih komunikasi
interaktif antar klien maupun kepada para petugas kesehatan.

4.2 Saran

Penurunan fungsi fisiologis pada lansia perlu menjadi perhatian perawat


atau mahasiswa keperawatan selama memberikan asuhan keperawatan.
Ketika melakukan tindakan keperawatan seperti pengkajian maupun
implementasi sebaiknya disesuaikan dengan kemampuan klien, jangan
sampai memaksakan agar mendapat hasil yang maksimal. Informasi yang
belum didapatkan karena keterbatasan kondisi klien dapat ditanyakan kepada
perawat atau care giver di ruangan. Selain itu, mahasiswa juga dapat
melakukan tindakan keperawatan di hari berikutnya sesuai dengan keinginan
dan kemampuan klien.

32
Hasil pengkajian yang didapatkan dari wawancara dengan klien perlu
divalidasi kepada perawat atau care giver yang ada di ruangan sehingga hasil
pengkajian yang didapatkan merupakan hasil yang valid.

33
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G. M. (Eds), et al. (2013). Nursing interventions classification (NIC).


(6th ed.). St. Louis: Mosby

Depkes. (2013). Buletin Jendela Data dan Informasi kesehatan topik utama
gambaran kesehatan lanjut usia di Indonesia. Jakarta: Kementrian
Kesehatan. Diunduh dari http://www.depkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/buletin/buletin-lansia.pdf. Diakses tanggal 2 April
2015; Pukul 21.00

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). (2014). NANDA international nursing


diagnoses: Definitions & classification, 2015–2017. Oxford: Wiley
Blackwell.

Moorhead, S. (Eds).et al. (2013). Nursing outcomes classification (NOC):


Measurement of health outcomes. (5th ed.). St. Louis: Mosby.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:


Konsep, proses, dan praktik. Ed. 4. Jakarta: EGC.

Stanley, M., Beare, P.G. (2006). Gerontological Nursing: A Health


Promotion/Protection Approach 2nd ed. (Terj: Nety Juniarti., Sari
Kurrniangsih). Jakarta: EGC.

Stanley, M., & Beare, P. G. (1999). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Ed. 2.
Jakarta: EGC.

34

Anda mungkin juga menyukai