Dosen Pengampu :
Ns.Netha damayanti M.Kep
Disusun Oleh : Kelompok IV
Diah ayu anjani
Indah krisdayanti
Lastri Maranatha Samosir
Putri sion simamora
Rizky devita roshela
Tialawati sirait
Lisa kurniawati
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan YME atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmatnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
keperawatan gerontik tentang “TREND DAN ISSUE KESEHATAN LANSIA DI
INDONESIA DAN DIDUNIA ”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.
Jambi,5 april 2021
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER………………………………………………………………………………
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………
1.1.Latar Belakang …………………………………………………………………..
1.2.Tujuan makalah…………………………………………………………………..
1.3.Rumusan masalah ………………………………………………………………..
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………..
2.1.Pengertian trend dan issue keperawtan lansia……………………………………
2.2. Permasalahan Pada Lansia………………………………………………………
2.3.Fenomena Bio-psico-sosio-spiritual dan Penyakit Lansia di indonesia…………
2.4. Masalah Kesehatan Gerontik…………………………………………………...
2.5. Upaya Pelayanan Kesehatan terhadap Lansia…………………………………..
2.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Trend Dan Issue Keperawatan…………….
2.7.Peran Perawat Terhadap Trend Issue……………………………………………
2.8.Prinsip Pelayanan Kesehatan Lansia……………………………………………
BAB III ANALISIS ARTIKEL TREND DAN ISSUE MASALAH KESEHATAN LANSIA
BAB VI PENUTUP ………………………………………………………………….
4.1. Kesimpulan ………………………………………………………………..…....
4.2 Saran………………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring berjalannya waktu, proses penuaan memang tidak bisa dihindarkan. Keinginan
semua orang adalah bagaimana agar tetap tegar dalam menjalani hari tua yang berkualitas dan
penuh makna. Hal ini dapat dipertimbangkan mengingat usia harapan hidup penduduk yang
semakin meningkat. Menjadi tua adalah suatu proses naturnal dan kadang-kadang tidak tampak
mencolok. Penuaan akan terjadi pada semua sistem tubuh manusia dan tidak semua sistem akan
mengalami kemunduran pada waktu yang sama. Meskipun proses menjadi tua merupakan
gambaran yang universal, tidak seorangpun mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau
mengapa manusia menjadi tua pada saat usia yang berbeda-beda.
Penuaan terjadi tidak secara tiba-tiba, tetapi berkembang dari masa bayi, anak-anak, dewasa,
dan akhirnya menjadi tua. Seseorang dengan usia kronologis 70 tahun mungkin dapat memiliki
usia fisiologis seperti orang usia 50 tahun. Atau sebaliknya, seseorang dengan usia 50 tahun
mungkin memiliki banyak penyakit kronis sehingga usia fisiologisnya 90 tahun.
Menua bukanlah suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan dengan berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam
maupun luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit
yang sering menghinggapi kaum lanjut usia dengan penurunan kualitas hidup sehingga status
lansia dalam kondisi sehat atau sakit.
Proses menjadi tua selalu disertai oleh menurunnya proses mental dengan beberapa kesulitan
dalam memasukkan bahan-bahan baru pada ingatan (Kaplan dan Saddock, 2008). Pengaruh
proses penuaan menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik, mental maupun sosial
ekonomi. Penurunan biopsikososial pada lansia seringkali diikuti munculnya konflik yang
dialami oleh lansia. (Neugarten, 2007) menguraikan bahwa konflik utama yang dialami lansia
mempunyai hubungan dengan pelepasan kedudukan dan otoritasnya, serta penilaian terhadap
kemampuan, keberhasilan, kepuasaan yang di peroleh sebelumnya, hal ini berlaku baik pada pria
dan wanita. Rasa tersisih, tidak dibutuhkan, dan ketidakmampuan menemukan jalan keluar dari
masalah yang timbul akibat dari proses penuaan merupakan penyebab munculnya permasalahan
psikologi pada lansia ( Papalia,2011 ).
1.2. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui Trend dan Issu Keperawatan Lansia
1.3. Rumusan masalah
2.1.Apa Pengertian trend dan issue keperawtan lansia?
2.2. Apa Permasalahan Pada Lansia?
2.3.Bagaimana Fenomena Bio-psico-sosio-spiritual dan Penyakit Lansia di indonesia?
2.4. Bagaimana Masalah Kesehatan Gerontik?
2.5. Bagaimana Upaya Pelayanan Kesehatan terhadap Lansia?
2.6. Bagaimana Faktor-faktor yang Mempengaruhi Trend Dan Issue Keperawatan?
2.7.Bagaimana Peran Perawat Terhadap Trend Issue?
2.8.Bagaimana Prinsip Pelayanan Kesehatan Lansia?
BAB II
PEMBAHASAN
A.Definisi Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, tren
juga dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini
yang biasanya sedang popular di kalangan masyarakat.Trendadalah sesuatu yang sedang
di bicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta
B.Definisi Issu.Issuadalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau
tidakterjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik,
hukum,pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang
krisis.Issuadalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun belum jelas
faktannya atau buktinya
C.Definisi Trend dan Issu KeperawatanTrend dan Issu Keperawatanadalah sesuatu yang
sedang d.bicarakan banyak orangtentang praktek/mengenai keperawatan baik itu
berdasarkan fakta ataupun tidak, trend dan issukeperawatan tentunya menyangkut tentang
aspek legal dan etis keperawatan.Saat ini trend dan issu keperawatan yang sedang
banynak dibicarakan orang adalahAborsi, Eutanasia dan Transplantasi organ manusia,
tentunya semua issu tersebut menyangkutketerkaitan dengan aspek legal dan
1. Permasalahan Umum
a. Makin besar jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan.
b. Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia
lanjut kurangdiperhatikan,dihargai dan dihormati.
c. Lahirnya kelompok masyarakat industry.
d. Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia.
e. Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.
2. Permasalahan Khusus
a. Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik
fisik,mental maupun sosial.
b. Berkurangnya integrasi sosial usila.
c. Rendahnya produktifitas kerja lansia.
d. Banyaknya lansia yang miskin,terlantar dan cacat.
e. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat
individualistik.
f. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu
kesehatan fisik lansia.
2.3. Fenomena Bio-psico-sosio-spiritual dan Penyakit Lansia di indonesia
1. Penurunan fisik
2. Perubahan mental
3. Perubahan-perubahan Psikososial
f. Pertahankan kulit
j. Pertahankan komunikasi
k. Mendorong pelaksanaan tugas
BAB III
Artikel 1
JUDUL: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TRAINING DENGAN
PRAKTIK PELAKSANAAN SKRINING LANSIA YANG MENGATASI INKONTINESIA
URIN
Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai kemasakan dalam ukuran
dan fungsi. Selain itu lansia juga masa dimana seseorang akan mengalami kemunduran dengan
sejalannya waktu. Ada beberapa pendapat mengenai usia seseorang dianggap memasuki masa
lansia, yaitu ada yang menetapkan pada umur 60 tahun, 65 tahun, dan ada juga yang 70 tahun.
Disini terdapat trend dan issue masalah kesehatan lansia yang biasa terjadi jika sudah memasuki
lansia yaitu inkontinensia urine
Inkontinensia urine merupakan kondisi hilangnya kontrol kandung kemih, sehingga pengidap
bisa mengeluarkan urine tanpa disadari. Bukan hanya memalukan, tetapi inkontinensia urine juga
merupakan tanda kondisi kesehatan tertentu.
Seiring bertambahnya usia, risiko seseorang mengalami inkontinensia urine semakin meningkat
itulah yang menyebabkan ini terjadi pada lansia .Selain itu, ada juga faktor lain yang bisa
memicu terjadinya kondisi tersebut, yaitu konsumsi obat tertentu, seperti obat darah tinggi, obat
anti-nyeri, dan beberapa golongan obat penenang. Kondisi fisiologis yang menurun juga
beberapa penyakit seperti pembesaran prostat, infeksi saluran kemih dapat menjadi faktor risiko
terjadinya inkontinensia urin.
Dibanding pria, wanita lebih rentan mengalami inkontinensia urine karena memiliki saluran
kemih lebih pendek. Sedangkan pria yang mengidap pembesaran prostat lebih berisiko
mengalami inkontinensia urine.yang seperti kita ketahui terjadi pada lansia
Meski proses menua dianggap sebuah kewajaran, namun ada konsekuensi terjadi penurunan fungsi
pada lansia, yaitu terjadi penurunan fisik, psikologis dan perubahan mental. Perubaan fisik
hampir terjadi pada semua sistem tubuh serta perubahan psikologis
Perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada tubuh lansia diantaranya adalah perubahan sel yang
mengalami ( otot, darah dan lain-lain). penciumanan sistem pencaindra, sistem kardiovaskular
pembuluh darah karena mengkonsumsi lemak secara teru s menerus dan pen irunan fungsi di
segala sistem tribuh lainnya Pada sistem genitourinaria yang menyebabkan penurunan fungsi
ginjal di antaranya filtrasi, obsorsi, dan sekresi dan penurunan aliran darah yang menuju ke
ginjal menyebabkan otot-otot dalam vesika urinaria melemah, kapasitas dalam kandung kemih
menjadi meningkat sehingga frekuensi berkemih menjadi meningkat dan inkontinensia pun
terjadi ( Setiabudhi dan Hard vinoto, T 999)
liikontinensia urin adalah pengeluaran urinsecara involunter yang bersifat sementara atau
menetap dan dapat mengakibatkan terjadunya gangguan seksual
lnkontinensia urin disebahkan oleh keluhan uroligik, neurologik dan kelainan dari linkungan dan
gangguan.inkontinensia urin di bagi menjadi inkontinensia urin akut dan kronik
inkontinensia urin merupakan salah satu permasalahan eliminasi yang sering dialami oleh lansia
yang berdampak pada fisik, psikologis, dan sosial ekonomi lansia. Peningkatan pemahaman
dan keterampilan lansia terkait perawatan inkontinensia urin mampu memberikan kontribusi
positif pada perubahan perilaku dan kesembuhan inkontinensia urin. Latihan kegel diketahui
dapat menguatkan otot perkemihan dan latihan berkemih dapat meningkatkan elastisitas daya
tampung kemih pada kandung kemih. Studi ini bertujuan untuk menilai kefektifan latihan
kegel dan latihan berkemih dalam menurunkan keluhan inkontinensia urin pada lansia
pelaksanaan skrining
Intervensi yang dilakukan berupa latihan berkemih dan latihan kegel yang dilengkapi buku
panduan pelaksanaan dan catatan monitoring berkemih. Intervesi dilakukan selama 12
minggu dengan 2 kali pendampingan dalam seminggu. Untuk latihan kegel dilakukan 3
kali dalam sehari dengan satu set kegiatan terdiri dari 10 kali kontraksi (tahanan selama 5
detik dan 5 detik
Sumber rujukan :
http://ejr.stikesmuhkudus.ac.id/index.php/jikk/article/view/239
https://stikes-yogyakarta.e-journal.id/JKSI/article/view/104/97
Artikel 2
Masa lanjut usia membawa penurunan fisik dan kecenderungan angka kesakitan
meningkat, salah satunya penyakit jantung koroner. Penyakit ini menjadi penyebab utama dari
total kematian penduduk Indonesia dan salah satu faktor resikonya adalah hiperkolesterolemia.
Hiperkolesterolemia dipengaruhi diet, keturunan, usia, jenis kelamin, obesitas, stress, alkohol,
dan aktivitas fisik. Lansia perempuan cenderung memiliki kolesterol total meningkat sejumlah
28 orang daripada laki-laki. Kisaran umur 55-64 tahun memiliki kadar kolesterol meningkat ada
16 orang dibandingkan umur lainnya. Lansia gemar konsumsi makanan berlemak memiliki kadar
kolesterol total meningkat ada 21 orang, lansia yang tidak gemar konsumsi makanan berlemak
ada 8 orang yang meningkat kolesterol totalnya. Lansia dengan resiko sedang PJK ada 19 orang
dan resiko tinggi PJK ada 10 orang berdasarkan hasil kolesterol totalnya. Hasil analisis statistik
disimpulkan tidak terdapat hubungan signifikan usia dengan kolesterol total (p=0.067; α=0.05),
tidak terdapat hubungan signifikan konsumsi makanan berlemak dengan kolesterol total
(p=0.057; α=0.05) dan tidak terdapat hubungan signfikan usia, konsumsi makanan berlemak
dengan kolesterol total (p=0.185; α=0.05).
Tabel 2 memperlihatkan kisaran umur 55-64 tahun memiliki kadar kolesterol meningkat
ada16 orang dibandingkan kisaran umur lainnya.
Tabel 4, lansia yang beresiko sedang PJK ada 19 orang dan beresiko tinggi PJK ada 10
orang. Mean usia adalah 65.63 sedang kolesterol total 184.26 mg/dl. Nilai minimum usia yaitu
55 tahun dan kolestrol total 107 mg/dl. Nilai maximum usia 81 tahun dan kolestrol total 301
mg/dl
Salah satu faktor resiko PJK yakni hiperkolesterolemia disamping hipertensi dan
merokok. Kadar kolesterol darah dipengaruhi susunan makanan sehari-hari yang masuk tubuh
(diet). Negara Amerika rata-rata konsumsi makanan mengandung lemak dan kolesterol tinggi
sehingga kadar kolesterol cenderung meningkat dan resiko PJK lebih tinggi Orang Eskimo dan
Jepang banyak mengkonsumsi ikan dalam jumlah besar ternyata insidens PJK sangat rendah.
Lemak ini banyak terdapat pada ikan laut yang berasal dari daerah dingin seperti ikan saimon,
ikan baring dan ikan air tawar. Asam lemak omega-3 sifatnya:
1. Tingkat kesadaran kesehatan para lansia tinggi dengan rutin datang ke posyandu
memeriksakan kesehatan terutama cek tekanan darah dan timbang berat badan sehingga
sebagian besar lansia tidak mengalami obesitas bahkan beberapa memiliki berat badan
dibawah normal akibat penurunan nafsu makan seiring berjalannya usia mereka.
2. Sekalipun suka mengkonsumsi makanan berlemak, para lansia juga mengimbangi dengan
aktivitas fisik sehingga lemak yang tertimbun segera dibongkar menjadi energi yang
digunakan aktivitas fisik kembali.
3. Perbedaan asal subjek penelitian yang berpengaruh pada pola makannya dan cara
memasak bahan sumber kolesterol (gulai, santan, otak) dengan mengkombinasikan bahan
protein nabati sehingga diduga efek hiperkolesterol lebih rendah (Sulastri;
Rahayuningsih; Purwatyastuti, 2005). 4. Kemungkinan tidak adanya keturunan, stress,
dan kebiasaan minum alkohol, yang ditemukan pada lansia tersebut (Djohan, 2004 ).
Data deskriptif juga terlihat sebagian kecil lansia memiliki kadar kolesterol total diatas harga
rujukan normal (tabel 4), hal tersebut dapat dimungkinkan :
Artikel 3
Nyeri sendi merupakan suatu akibat yang diberikan tubuh karena pengapuran atau akibat
penyakit lain. Nyeri sendi merupakan penyakit tipe paling umum dari penyakit radang sendi
lainnya dan dijumpai khusus pada orang lanjut usia atau sering disebut penyakit degeneratif
Lansia merupakan salah satu kelompok berisiko yang semakin meningkat jumlahnya.
satu sindrom yang paling umum dijumpai pada lansia adalah nyeri Ketika individu melebihi usia
60tahun maka terjadilah nyeri bisa berlipat ganda dan meningkat setiap sepuluh tahun
Prevalensi nyeri meningkat seiring bertambahnya usia orang dewasa yang lebih tua.
Sensasi nyeri disebabkan oleh rangsangan sensorik dan dimodifikasi dengan memori, ekspektasi
dan memori
-Fisik: menginformasikan kerusakan jaringan, terjadi rangsangan mati, terbakar atau robek.
- Relasional - muncul saat ada hubungan antar manusia terganggu, bisa dalam bentuk emosional,
psikis dan eksistensial, atau kombinasi keduanya.
Klasifikasi Lansia
3. Lansia resiko tinggi ialah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
4. Lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang
dapat menghasilkan barang atau jasa.
5. Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain.
Penuaan menyebabkan penurunan cadangan fungsional dalam organ dan system, serta sindrom
geriatric yang muncul dengan parameter multifactorial, inkontinensia, gangguan tidur,
malnutrisi, delirium, luka tekan, nyeri dan jatuh, yang berhubungan dengan kematian.
Proses penuaan akan menyebabkan perubahan anatomi, fisiologi dan biokimia pada tubuh,
sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan
Memasuki masa tua berarti mengalami kemundurun, misalnya: kemunduran fisik yang ditandai
dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas,
penglihatan semakin memburuk, penurunan fungsi kognitif, gerakan lambat dan figur tubuh yang
tidak proposional.
Artikel 4
Lansia di tempatkan pada kedudukan Istimewa, yaitu sebagai penasihat atau narasumber
keluarga dalam pembuatan keputusan (Munandar, 2001). Perhatian pemerintah secara formal
pada Lansia baru dimulai pada Tahun 60-an. Pada tahun 1965 terbitlah Kelompok lansia pada
saat itu, tidak tterlayani dan akhirnya berubah menjadi SDM yang tidak termanfaatkan, atau
tidak dapat memperoleh peluang untuk tetap produktif (Munandar, 2001). Hingga pada tahun
1998 emerintah mengeluarkan kebijakan mengenai kesejahteraan lansia yang digunakan hingga
kini. Kebijakan tersebut ttertuang dalam UU No 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia,
dimana pada ayat 1 disebutkan bahwa Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan
penghidupan sosial baik material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan,
kesusilaan, dan ketenteraman lahir batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk
mengadakan pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri,
keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manusia sesuai
dengan Pancasila (Hamid, 2007). Sebagaimana dijelaskan oleh Alston dan Dudley, kepuasan
hidup merupakan kemampuan seseorang untuk menikmati pengalaman-pengalamannya, yang
disertai tingkat kegembiraan (Hurlock, 1980). Menurut kamus umum, kebahagiaan adalah
keadaaan sejahtera dan kepuasan hati, yaitu kepuasan yang menyenangkan yang timbul biila
kebutuhan dan harapan tertentu individu terpenuhi (Hurlock, 1980). Oleh karena itu, jelas bahwa
dengan terpenuhinya kebahagiaan akan dirasakan. Masa dewasa akhir atau lanjut usia adalah
periode perkembangan yang bermula pada usia 60 tahun yang berakhir dengan kematian. Masa
ini adalah masa penyesuaian diri atas berkurangnya kekuatan dan kkesehatan, menatap kembali
kehidupan, masa pensiun dan penyesuaian diri dengan peran-peran sosial (Santrock,2006).
Lansia merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia di dunia. Usia tahap ini
dimulai pada usia 60tahun sampai akhir kehidupan (Hasan, 2006). Masa lansia dibagi dalam tiga
kategori yaitu: orang tua muda (young old) (65-74 tahun), orang tua tua (old old) (75-84 tahun)
dan orang tua yang sangat tua oldest old (85 tahun ke atas) (Papalia,2005). Barbara Newman &
Philip Newman membagi masa lansia ke dalam 2 periode, yaitu masa dewasa akhir (later
adulthood) (usia 60-75 tahun) dan usia yang sangat tua (very old age) (usia 75 tahun sampai
meninggal dunia) (Newman & Newman, 2006).
Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki kebutuhan hidup
yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow
(1970), ia mengajukan teori tentang hierarchy of Needs yang meliputi (1) Kebutuhan fisik
(physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan, sandang, papan, seks
dan sebagainya. (2) Kebutuhan akan rasa aman (the safety needs) adalah kebutuhan akan rasa
keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti kebutuhan akan Jaminan hari
tua, kebebasan, kemandirian dan sebagainya (3) Kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki (the
belongingness and love Needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkomunikasi
dengan manusia lain melalui paguyuban, organisasi profesi, kesenian, olah raga, kesamaan
Hobby dan sebagainya (4) Kebutuhan akan penghargaan (the esteem needs) adalah kebutuhan
akan harga diri untuk diakui akan keberadaannya, dan (5) Kebutuhan untuk aktualisasi diri (the
needs for self-actualization) adalah kebutuhan untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani
maupun daya pikir berdasar pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan
verperan dalam kehidupan.
Sejak awal kehidupan sampai berusia lanjut setiap orang memiliki Kebutuhan psikologis
dasar (Setiati dalam Suhartini, 2000). Kebutuhan tersebut diantaranya orang lanjut usia
membutuhkan rasa nyaman bagi dirinya sendiri, serta rasa nyaman terhadap lingkungan yang
ada. Tingkat pemenuhan kebutuhan tersebut tergantung pada diri orang lanjut usia, keluarga dan
lingkungannya . Jika kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi akan timbul masalah-
masalah dalam kehidupan orang lanjut usia yang akan menurunkan kemandiriannya. Kepuasan
hidup digunakan secara luas sebagai indeks kesejahteraan psikologis pada orang-orang dewasa
lanjut (Boyd & Bee, 2008). Karena kebahagiaan merupakan sinonim dari kepuasan hidup dan
istilah itu digunakan lebih banyak ketimbang kepuasan hidup, maka istilah kebahagiaan akan di
pergunakan (Hurlock 1980). Dalam sebuah penelitian terhadap 223 lansia di Inggris, di ketahui
bahwa kepercayaan agama atau spiritualitas secara signifikan memprediksi kesejahteraan dan
mengurangi dampak negatif kerentaan terhadap kesejahteraan (Kirby,Coleman, dan Daley,
2004). American Psychologi Assosiation (APA) mempunyai devisi khusus yang berkaitan
dengan agama. Penelitian agama dan kesejahteraan subyektif untuk agama-agama tertentu
pernah dilakukan (Diener et al, dalam Anam & Dipenogoro, 2008). Myers menyatakan bahwa
agama-agama yang bersifat komunal seperti Nasrani, Yahudi, dan Islam berpotensi untuk
meningkatkan kesejahteraan subyektif individu. Ketiga agama ini mempunyai kegiatan
keagamaan yang mempunyai kesamaan. Mereka mempunyai tempat ibadah tertentu dan pada
saat-saat tertentu melakukan acara-acara yang dihadiri oleh pemeluknya (Anam & Dipenogoro,
2008).
Menurut Erikson (1989) bahwa , usia lanjut ditandai oleh adanya integritas ego atau
kepuasan. Jika prestasi seseorang yang berusia lanjut telah sampai pada standar yang telah
ditetapkan sendiri sewaktu muda, sehingga jarak antara keadaan diri yang sebenarnya (real
selves)dan keadaan pribadi ideal (ideal selves) kecil, maka mereka akan mengalami integritas
ego dan kebahagiaan (Hurlock, 1980). Apabila individu tidak berhasil mencapai integritas ego,
individu tersebut akan mengalami perasaan keputusasaan. Seperti yang dikatakan oleh Erikson,
Putus asa terjadi pada setiap orang, tidak peduli berapa besar ia telah berhasil‖ (Hurlock, 1980)
Menurut Hurlock (1980), kebahagiaan dimasa usia lanjut tergantung dipenuhi setidaknya tiga
kebahagiaan (tree A’s of happiness), yaitu acceptance (penerimaan), affection (pengasihan) dan
achievemen (penghasilan), ketika tidak dapat A tersebut, hal itu sulit, kalau tidak ingin di
katakan, tidak mungkin bagi seseorang usia lanjut untuk bisa hidup bahagia, Keluarga
merupakan salah satu lingkungan yang menentukan. Dalam hasil penelitian Anam & Dipenogoro
(2008), mengenai perbedaan kebahagiaan wanita lansia menurut tempat tinggalnya didapatkan
hasil bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara kebahagiaan wanita lansia yang tinggal
bersama keluarga dan tinggal dipanti.
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Tren paraktik keperawatan meliputi berbagai praktik di berbagai tempat praktik dimana
perawat memiliki kemandirian yang lebih besar. Perawat secara terus menerus
meningkatkan otonomi dan penghargaan sebagai anggota tim asuhan keperawatan. Peran
perawat meningkat dengan meluasnya focus asuhan keperawatan. Tren dalam
keperawatan sebagai profesi meliputi perkembangan aspek-aspek dari keperawatan yang
mengkarakteristikan keperawatan sebagai profesi meliputi: pendidikan, teori, pelayanan,
otonomi, dan kode etik.
Kesejahteraan penduduk usia lanjut karena kondisi fisik dan/atau mentalnya
tidakmemungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan, maka lansia perlu
mendapat perhatiankhusus dari pemerintah dan masyarakat. Berbagai upaya telah
dilaksanakan oleh instansi pemerintah diantaranya pelayanan kesehatan, sosial,
ketenagakerjaan dan lainnya telahdikerjakan pada berbagai tingkatan, yaitu tingkat
individu lansia, kelompok lansia, keluarga,Panti Sosial Tresna Wreda (PSTW), Sarana
pelayanan kesehatan tingkat dasar (primer), tingkat pertama (sekunder), tingkat lanjutan,
(tersier) untuk mengatasi permasalahan yang terjadi padalansia.
4.2. Saran
Semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi yang pembaca, terutama mahasiswa
keperawatan, Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa
keperawatan
DAFTAR PUSTAKA