Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

“TREND DAN ISSUE KESEHATAN LANSIA DI INDONESIA DAN


DIDUNIA”

Dosen Pengampu :
Ns.Netha damayanti M.Kep
Disusun Oleh : Kelompok IV
Diah ayu anjani
Indah krisdayanti
Lastri Maranatha Samosir
Putri sion simamora
Rizky devita roshela
Tialawati sirait
Lisa kurniawati
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan YME atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmatnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
keperawatan gerontik tentang  “TREND DAN ISSUE KESEHATAN LANSIA DI
INDONESIA DAN DIDUNIA ”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

  
Jambi,5 april  2021

                                                                                             Penyusun
DAFTAR  ISI

COVER………………………………………………………………………………
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………
1.1.Latar Belakang …………………………………………………………………..
1.2.Tujuan makalah…………………………………………………………………..
1.3.Rumusan masalah ………………………………………………………………..
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………..
2.1.Pengertian trend dan issue keperawtan lansia……………………………………
2.2. Permasalahan Pada Lansia………………………………………………………
2.3.Fenomena Bio-psico-sosio-spiritual dan Penyakit Lansia di indonesia…………
2.4. Masalah Kesehatan Gerontik…………………………………………………...
2.5. Upaya Pelayanan Kesehatan terhadap Lansia…………………………………..
2.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Trend Dan Issue Keperawatan…………….
2.7.Peran Perawat Terhadap Trend Issue……………………………………………
 2.8.Prinsip Pelayanan Kesehatan Lansia……………………………………………
BAB III ANALISIS ARTIKEL TREND DAN ISSUE MASALAH KESEHATAN LANSIA
BAB VI PENUTUP ………………………………………………………………….
4.1. Kesimpulan   ………………………………………………………………..…....
4.2 Saran………………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Seiring berjalannya waktu, proses penuaan memang tidak bisa dihindarkan. Keinginan
semua orang adalah bagaimana agar tetap tegar  dalam menjalani hari tua yang berkualitas dan
penuh makna. Hal ini dapat dipertimbangkan mengingat usia harapan hidup penduduk yang
semakin meningkat. Menjadi tua adalah suatu proses naturnal dan kadang-kadang tidak tampak
mencolok. Penuaan akan terjadi pada semua sistem tubuh manusia dan tidak semua sistem akan
mengalami kemunduran pada waktu yang sama. Meskipun proses menjadi tua merupakan
gambaran yang universal, tidak seorangpun mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau
mengapa  manusia menjadi tua pada saat usia yang berbeda-beda.
Penuaan terjadi tidak secara tiba-tiba, tetapi berkembang dari masa bayi, anak-anak, dewasa,
dan akhirnya menjadi tua. Seseorang dengan usia kronologis 70 tahun mungkin dapat memiliki
usia fisiologis seperti orang usia 50 tahun. Atau sebaliknya, seseorang dengan usia 50 tahun
mungkin memiliki banyak penyakit kronis sehingga usia fisiologisnya 90 tahun.
Menua bukanlah suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan dengan berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam
maupun luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit
yang sering menghinggapi kaum lanjut usia dengan penurunan kualitas hidup sehingga status
lansia dalam kondisi sehat atau sakit.
Proses menjadi tua selalu disertai oleh menurunnya proses mental dengan beberapa kesulitan
dalam memasukkan bahan-bahan baru pada ingatan (Kaplan dan Saddock, 2008). Pengaruh
proses penuaan menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik, mental maupun sosial
ekonomi. Penurunan biopsikososial pada lansia seringkali diikuti munculnya konflik yang
dialami oleh lansia. (Neugarten, 2007) menguraikan bahwa konflik utama yang dialami lansia
mempunyai hubungan dengan pelepasan kedudukan dan otoritasnya, serta penilaian terhadap
kemampuan, keberhasilan, kepuasaan yang di peroleh sebelumnya, hal ini berlaku baik pada pria
dan wanita. Rasa tersisih, tidak dibutuhkan, dan ketidakmampuan menemukan jalan keluar dari
masalah yang timbul akibat dari proses penuaan merupakan penyebab munculnya permasalahan
psikologi pada lansia ( Papalia,2011 ).
1.2. Tujuan Penulisan
      Tujuan Umum
Untuk mengetahui Trend dan Issu Keperawatan Lansia
1.3. Rumusan masalah
2.1.Apa Pengertian trend dan issue keperawtan lansia?
2.2. Apa Permasalahan Pada Lansia?
2.3.Bagaimana Fenomena Bio-psico-sosio-spiritual dan Penyakit Lansia di indonesia?
2.4. Bagaimana Masalah Kesehatan Gerontik?
2.5. Bagaimana Upaya Pelayanan Kesehatan terhadap Lansia?
2.6. Bagaimana Faktor-faktor yang Mempengaruhi Trend Dan Issue Keperawatan?
2.7.Bagaimana Peran Perawat Terhadap Trend Issue?
 2.8.Bagaimana Prinsip Pelayanan Kesehatan Lansia?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN TREND DAN ISU KEPERAWATAN LANSIA

A.Definisi Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, tren
juga dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini
yang biasanya sedang popular di kalangan masyarakat.Trendadalah sesuatu yang sedang
di bicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta

B.Definisi Issu.Issuadalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau
tidakterjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik,
hukum,pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang
krisis.Issuadalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun belum jelas
faktannya atau buktinya

C.Definisi Trend dan Issu KeperawatanTrend dan Issu Keperawatanadalah sesuatu yang
sedang d.bicarakan banyak orangtentang praktek/mengenai keperawatan baik itu
berdasarkan fakta ataupun tidak, trend dan issukeperawatan tentunya menyangkut tentang
aspek legal dan etis keperawatan.Saat ini trend dan issu keperawatan yang sedang
banynak dibicarakan orang adalahAborsi, Eutanasia dan Transplantasi organ manusia,
tentunya semua issu tersebut menyangkutketerkaitan dengan aspek legal dan

2.2. Permasalahan Pada Lansia

1. Permasalahan Umum
a. Makin besar jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan.
b. Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia
lanjut kurangdiperhatikan,dihargai dan dihormati.
c. Lahirnya kelompok masyarakat industry.
d. Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia.
e. Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.
2. Permasalahan Khusus
a. Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik
fisik,mental maupun sosial.
b. Berkurangnya integrasi sosial usila.
c. Rendahnya produktifitas kerja lansia.
d. Banyaknya lansia yang miskin,terlantar dan cacat.
e. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat
individualistik.
f. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu
kesehatan fisik lansia.
2.3. Fenomena Bio-psico-sosio-spiritual dan Penyakit Lansia di indonesia
1. Penurunan fisik
2. Perubahan mental
3. Perubahan-perubahan Psikososial

Karakteristik Penyakit pada Lansia:

1. Penyakit sering multiple,yaitu saling berhubungan satu sama lain.


2. Penyakit bersifat degeneratif yang sering menimbulkan kecacatan.
3. Gejala sering tidak jelas dan berkembang secara perlahan.
4. Sering bersama-sama problem psikologis dan sosial.
5. Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut.
6. Sering terjadi penyakit iatrogenik.

Hasil Penelitian Profil Penyakit Lansia di 4 Kota (Padang,Bandung,Denpasar dan


Makassar) sbb:

1. Fungsi tubuh yang dirasakan menurun : penglihatan (76,24%),daya ingat


(69,39%),seksual(58,04%),kelenturan(53,23%),gigi dan mulut (51,12%).
2. Masalah kesehatan yang sering muncul : sakit tulang atau sendi (69,39%),sakit kepala
(51,15%),daya ingatmenurun (38,51%),selera makan menurun (30,08%),mual/perut
perih (26,66%),sulit tidur (24,88%),dan sesaknafas (21,28%).
3. Penyakit kronis : rematik (33,14%),darah tinggi (20,66%),gastritis (11,34%),dan
jantung (6,45%).
2.4. Masalah Kesehatan Gerontik
1. Masalah kehidupan seksual
Adanya anggapan bahwa semua ketertarikan seks pada lansia telah hilang adalah
mitosatau kesalahpahaman. (parke, 1990). Pada kenyataannya hubungan seksual pada
suami isriyang sudah menikah dapat berlanjut sampai bertahun-tahun. Bahkan
aktivitas ini dapatdilakukan pada saat klien sakit aau mengalami ketidakmampuan
dengan cara berimajinasiatau menyesuaikan diri dengan pasangan masing-masing.
Hal ini dapat menjadi tanda bahwamaturitas dan kemesraan antara kedua pasangan
sepenuhnya normal. Ketertarikan terhadaphubungan intim dapat terulang antara
pasangan dalam membentuk ikatan fisik dan emosionalsecara mendalam selama
masih mampu melaksanakan.
2. Perubahan prilaku
Pada lansia sering dijumpai terjadinya perubahan perilaku diantaranya: daya ingat
menurun, pelupa, sering menarik diri, ada kecendrungan penurunan merawat diri,
timbulnya kecemasankarena dirinya sudah tidak menarik lagi, lansia sering
menyebabkan sensitivitas emosionalseseorang yang akhinya menjadi sumber banyak
masalah.
3. Pembatasan fisik
Semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran terutama
dibidangkemampuan fisik yang dapat mengakibatkan penurunan pada peranan-
peranan sosialnya. Halini mengakibatkan pula timbulnya ganggun di dalam hal
mencukupi kebutuhan hidupnyasehingga dapat meningkatkan ketergantunan yang
memerlukan bantuan orang lain.
4. Palliative care
Pemberian obat pada lansia bersifat palliative care adalah obat tersebut ditunjukan
untukmengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh lansia. Fenomena poli fermasi dapat
menimbulkanmasalah, yaitu adanya interaksi obat dan efek samping obat. Sebagai
contoh klien dengan gagal jantung dan edema mungkin diobatai dengan dioksin dan
diuretika. Diuretik berfungsi untumengurangi volume darah dan salah satu efek
sampingnya yaitu keracunan digosin. Klien yangsama mungkin mengalami depresi
sehingga diobati dengan antidepresan. Dan efek sampinginilah yang menyebaban
5. ketidaknyaman lansia.
Medikasi pada lansia memerlukan perhatian yang khusus dan merupakan persoalan
yangsering kali muncul dimasyarakat atau rumah sakit. Persoalan utama dan terapi
obat pada lansiaadalah terjadinya perubahan fisiologi pada lansia akibat efek obat
yang luas, termasuk efeksamping obat tersebut. (Watson, 1992). Dampak praktis
dengan adanya perubahan usia iniadalah bahwa obat dengan dosis yang lebih kecil
cenderung diberikan untuk lansia. Namun halini tetap bermasalah karena lansia sering
kali menderita bermacam-macam penyakit untukdiobati sehingga mereka
membutuhkan beberapa jenis obat. Persoalan yang dialami lansia dalam pengobatan
adalah :
 Bingung
 Lemah ingatan
 Penglihatan berkurang
 Tidak bias memegang
 Kurang memahami pentingnya program tersebut unuk dipatuhi
 Kesehatan mental
2.5. Upaya Pelayanan Kesehatan terhadap Lansia
Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azas, pendekatan, dan jenis
pelayanankesehatan yang diterima.
1. Azas
Menurut WHO (1991) adalah to Add life to the Years that Have Been Added to life,
dengan prinsip kemerdekaan (independence), partisipasi (participation), perawatan
(care), pemenuhandiri (self fulfillment), dan kehormatan (dignity).
Azas yang dianut oleh Departemen KesehatanRI adalah Add life to the Years, Add
Health to Life, and Add Years to Life, yaitu meningkatkanmutu kehidupan lanjut
usia, meningkatkan kesehatan, dan memperpanjang usia.
2. Pendekatan
Menurut World Health Organization (1982), pendekatan yang digunakan adalag
sebagai berikut :
 Menikmati hasil pembangunan (sharing the benefits of social development)
 Masing-masing lansia mempunyai keunikan (individuality of aging persons)
 Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal (nondependence)
 Lansia turut memilih kebijakan (choice)
 Memberikan perawatan di rumah (home care)
 Pelayanan harus dicapai dengan mudah (accessibility)
 Mendorong ikatan akrab antar kelompok/ antar generasi (engaging the aging)
 Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia (mobility)
 Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya (productivity)
 Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia (self help care and
family care)
3. Jenis
Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lim upaya kesehatan,
yaituPromotif, prevention, diagnosa dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan,
serta pemulihan.
 Promotif
Upaya promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk
meningkatkan dukunganklien, tenaga profesional dan masyarakat terhadap
praktek kesehatan yang positif menjadinorma-norma sosial.
Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia sebagai berikut :
- Mengurangi cedera
- Meningkatkan keamanan di tempat kerja
- Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk
- Meningkatkan keamanan, penanganan makanan dan obat-obatan
- Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut
 Preventif
- Mencakup pencegahan primer, sekunder dan tersier. Contoh pencegahan
primer : programimunisasi, konseling, dukungan nutrisi, exercise,
keamanan di dalam dan sekitar rumah,menejemen stres, menggunakan
medikasi yang tepat.
- Melakukakn pencegahan sekuder meliputi pemeriksaan terhadap penderita
tanpa gejala. Jenis pelayanan pencegahan sekunder: kontrol hipertensi,
deteksi dan pengobatan kanker, skrining : pemeriksaan rektal, mamogram,
papsmear, gigi, mulut
- Melakukan pencegahan tersier dilakukan sesudah gejala penyakit dan
cacat. Jenis pelayananmencegah berkembangnya gejala dengan
memfasilisasi rehabilitasi, medukung usaha untukmempertahankan
kemampuan anggota badan yang masih berfungsi.
 Rehabilitatif

4. Prinsip Pelayanan Kesehatan Lansia


 Pertahankan lingkungan aman
 Pertahankan kenyamanan, istirahat, aktifitas dan mobilitas
 Pertahankan kecukupan gizi
 Pertahankan fungsi pernafasan
 Pertahankan aliran darah
 Pertahankan kulit
 Pertahankan fungsi pencernaan
 Pertahankan fungsi saluran perkemihaan
 Meningkatkan fungsi psikososial
 Pertahankan komunikasi
 Mendorong pelaksanaan tugas
2.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Trend Dan Issue Keperawatan
1.Faktor agama dan adat istiadat.
Agama serta latar belakang adat-istiadat merupakan faktor utama dalam
membuat keputusan etis. Setiap perawat disarankan untuk memahami nilai-nilai
yang diyakini maupun kaidah agama yang dianutnya. Untuk memahami ini
memang diperlukan proses. Semakin tua dan semakin banyak pengalaman belajar,
seseorang akan lebih mengenal siapa dirinya dan nilai-nilai yang
dimilikinya.Indonesia merupakan negara kepulauan yang dihuni oleh penduduk
dengan berbagai agama/kepercayaan dan adat istiadat.
2. Faktor sosial.
Berbagai faktor sosial berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etis. Faktor
ini antara lain meliputi perilaku sosial dan budaya, ilmu pengetahuan dan
teknologi, hukum, dan peraturan perundang-undangan.
Perkembangan sosial dan budaya juga berpengaruh terhadap sistem kesehatan
nasional. Pelayanan kesehatan yang tadinya berorientasi pada program medis
lambat laun menjadi pelayanan komprehensif dengan pendekatan tim kesehatan.
3. Faktor ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
Pada era abad 20 ini, manusia telah berhasil mencapai tingkat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang belum dicapai manusia pada abad sebelumnya.
Kemajuan yang telah dicapai meliputi berbagai bidang.
Kemajuan di bidang kesehatan telah mampu meningkatkan kualitas hidup serta
memperpanjang usia manusia dengan ditemukannya berbagai mesin mekanik
kesehatan, cara prosedur baru dan bahan-bahan/obat-obatan baru. Misalnya, Ibu-
ibu yang mengalami kesulitan hamil dapat diganti dengan berbagai inseminasi.
Kemajuan-kemajuan ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan
dengan etika.
4. Faktor legislasi dan keputusan juridis.
Perubahan sosial dan legislasi secara konstan saling berkaitan. Setiap perubahan
sosial atau legislasi menyebabkan timbulnya tindakan yang merupakan reaksi
perubahan tersebut. Legislasi merupakan jaminan tindakan menurut hukum
sehingga orang yang bertindak tidak sesuai hukum dapat menimbulkan konflik.
Saat ini aspek legislasi dan bentuk keputusan juridis bagi permasalahan etika
kesehatan sedang menjadi topik yang banyak dibicarakan. Hukum kesehatan telah
menjadi suatu bidang ilmu, dan perundang-undangan baru banyak disusun untuk
menyempurnakan perundang-undangan lama atau untuk mengantisipasi
perkembangan permasalahan hukum kesehatan.
5. Faktor dana atau keuangan.
Dana atau keuangan untuk membiayai pengobatan dan perawatan dapat
menimbulkan konflik. Untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat,
pemerintah telah banyak berupaya dengan mengadakan berbagai program yang
dibiayai pemerintah.
6. Faktor pekerjaan.
Perawat perlu mempertimbangkan posisi pekerjaannya dalam pembuatan suatu
keputusan. Tidak semua keputusan pribadi perawat dapat dilaksanakan, namun
harus diselesaikan dengan keputusan/aturan tempat ia bekerja. Perawat yang
mengutamakan kepentingan pribadi sering mendapat sorotan sebagai perawat
pembangkang. Sebagai konsekuensinya, ia mendapatkan sanksi administrasi atau
mungkin kehilangan pekerjaan.
7. Faktor Kode etik keperawatan.
Kelly (1987), dikutip oleh Robert Priharjo, menyatakan bahwa kode etik
merupakan salah satu ciri/persyaratan profesi yang memberikan arti penting
dalam penentuan, pertahanan dan peningkatan standar profesi. Kode etik
menunjukkan bahwa tanggung jawab kepercayaan dari masyarakat telah diterima
oleh profesi.
Untuk dapat mengambil keputusan dan tindakan yang tepat terhadap masalah
yang menyangkut etika, perawat harus banyak berlatih mencoba menganalisis
permasalahan-permasalahan etis.
8. Faktor Hak-hak pasien.
Hak-hak pasien pada dasarnya merupakan bagian dari konsep hak-hak manusia.
Hak merupakan suatu tuntutan rasional yang berasal dari interpretasi konsekuensi
dan kepraktisan suatu situasi.Pernyataan hak-hak pasien cenderung meliputi hak-
hak warga negara, hak-hak hukum dan hak-hak moral. Hak-hak pasien yang
secara luas dikenal menurut Megan (1998) meliputi hak untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang adil dan berkualitas, hak untuk diberi informasi, hak
untuk dilibatkan dalam pembuatan keputusan tentang pengobatan dan perawatan,
hak untuk diberi informed concent, hak untuk mengetahui nama dan status tenaga
kesehatan yang menolong, hak untuk mempunyai pendapat kedua(secand opini),
hak untuk diperlakukan dengan hormat, hak untuk konfidensialitas (termasuk
privacy), hak untuk kompensasi terhadap cedera yang tidak legal dan hak untuk
mempertahankan dignitas (kemuliaan) termasuk menghadapi kematian dengan
bangga.
2.7. Peran Perawat Terhadap Trend Issue
 Peran perawat dalam penerapan trend isue pada yaitu dapat melakukan perannya
sebagai pemberi asuhan keperawatan Care giver dengan lebih baik.
 Pemberian asuhan keperawatan akan lebih baik dengan adanya Telehealth atau
Telenursing yang berbasis teknologi. Dengan adanya teknologi nursing ini
perawat hendaknya dapat melakukan tindakan keperawatan dengan lebih efisien
dan tepat.
 Perawat juga dapat sebagai motivator dalam kesehatan kepada klien agar dapat
mempertahankan kesehatannya dan lebih menigkatkan lagi kesehatannya.
 Perawat juga harus berlaku jujur kepada pasien terhadap apa yang terjadi pada diri
pasien. Dan berlaku adil kepada pasien tidak membedakan pasien satu dengan
yang lainnya, tidak membedakan ras, agama, dan kedudukannya.

   2.8.  Prinsip Pelayanan Kesehatan Lansia

a.    Pertahankan lingkungan aman

b.    Pertahankan kenyamanan, istirahat, aktifitas dan mobilitas

c.    Pertahankan kecukupan gizi

d.   Pertahankan fungsi pernafasan

e.    Pertahankan aliran darah

f.     Pertahankan kulit

g.    Pertahankan fungsi pencernaan

h.    Pertahankan fungsi saluran perkemihaan

i.      Meningkatkan fungsi psikososial

j.      Pertahankan komunikasi
k.    Mendorong pelaksanaan tugas

BAB III

ANALISIS ARTIKEL TREND DAN ISSUE MASALAH KESEHATAN LANSIA

Artikel 1
JUDUL: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TRAINING DENGAN
PRAKTIK PELAKSANAAN SKRINING LANSIA YANG MENGATASI INKONTINESIA
URIN
Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai kemasakan dalam ukuran
dan fungsi. Selain itu lansia juga masa dimana seseorang akan mengalami kemunduran dengan
sejalannya waktu. Ada beberapa pendapat mengenai usia seseorang dianggap memasuki masa
lansia, yaitu ada yang menetapkan pada umur 60 tahun, 65 tahun, dan ada juga yang 70 tahun.
Disini terdapat trend dan issue masalah kesehatan lansia yang biasa terjadi jika sudah memasuki
lansia yaitu inkontinensia urine
Inkontinensia urine merupakan kondisi hilangnya kontrol kandung kemih, sehingga pengidap
bisa mengeluarkan urine tanpa disadari. Bukan hanya memalukan, tetapi inkontinensia urine juga
merupakan tanda kondisi kesehatan tertentu.
Seiring bertambahnya usia, risiko seseorang mengalami inkontinensia urine semakin meningkat
itulah yang menyebabkan ini terjadi pada lansia .Selain itu, ada juga faktor lain yang bisa
memicu terjadinya kondisi tersebut, yaitu konsumsi obat tertentu, seperti obat darah tinggi, obat
anti-nyeri, dan beberapa golongan obat penenang. Kondisi fisiologis yang menurun juga
beberapa penyakit seperti pembesaran prostat, infeksi saluran kemih dapat menjadi faktor risiko
terjadinya inkontinensia urin.
Dibanding pria, wanita lebih rentan mengalami inkontinensia urine karena memiliki saluran
kemih lebih pendek. Sedangkan pria yang mengidap pembesaran prostat lebih berisiko
mengalami inkontinensia urine.yang seperti kita ketahui terjadi pada lansia

Meski proses menua dianggap sebuah kewajaran, namun ada konsekuensi terjadi penurunan fungsi
pada lansia, yaitu terjadi penurunan fisik, psikologis dan perubahan mental. Perubaan fisik
hampir terjadi pada semua sistem tubuh serta perubahan psikologis

Perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada tubuh lansia diantaranya adalah perubahan sel yang
mengalami ( otot, darah dan lain-lain). penciumanan sistem pencaindra, sistem kardiovaskular
pembuluh darah karena mengkonsumsi lemak secara teru s menerus dan pen irunan fungsi di
segala sistem tribuh lainnya Pada sistem genitourinaria yang menyebabkan penurunan fungsi
ginjal di antaranya filtrasi, obsorsi, dan sekresi dan penurunan aliran darah yang menuju ke
ginjal menyebabkan otot-otot dalam vesika urinaria melemah, kapasitas dalam kandung kemih
menjadi meningkat sehingga frekuensi berkemih menjadi meningkat dan inkontinensia pun
terjadi ( Setiabudhi dan Hard vinoto, T 999)

liikontinensia urin adalah pengeluaran urinsecara involunter yang bersifat sementara atau
menetap dan dapat mengakibatkan terjadunya gangguan seksual

lnkontinensia urin disebahkan oleh keluhan uroligik, neurologik dan kelainan dari linkungan dan
gangguan.inkontinensia urin di bagi menjadi inkontinensia urin akut dan kronik

inkontinensia urin merupakan salah satu permasalahan eliminasi yang sering dialami oleh lansia
yang berdampak pada fisik, psikologis, dan sosial ekonomi lansia. Peningkatan pemahaman
dan keterampilan lansia terkait perawatan inkontinensia urin mampu memberikan kontribusi
positif pada perubahan perilaku dan kesembuhan inkontinensia urin. Latihan kegel diketahui
dapat menguatkan otot perkemihan dan latihan berkemih dapat meningkatkan elastisitas daya
tampung kemih pada kandung kemih. Studi ini bertujuan untuk menilai kefektifan latihan
kegel dan latihan berkemih dalam menurunkan keluhan inkontinensia urin pada lansia
pelaksanaan skrining
Intervensi yang dilakukan berupa latihan berkemih dan latihan kegel yang dilengkapi buku
panduan pelaksanaan dan catatan monitoring berkemih. Intervesi dilakukan selama 12
minggu dengan 2 kali pendampingan dalam seminggu. Untuk latihan kegel dilakukan 3
kali dalam sehari dengan satu set kegiatan terdiri dari 10 kali kontraksi (tahanan selama 5
detik dan 5 detik
Sumber rujukan :
http://ejr.stikesmuhkudus.ac.id/index.php/jikk/article/view/239
https://stikes-yogyakarta.e-journal.id/JKSI/article/view/104/97
Artikel 2
Masa lanjut usia membawa penurunan fisik dan kecenderungan angka kesakitan
meningkat, salah satunya penyakit jantung koroner. Penyakit ini menjadi penyebab utama dari
total kematian penduduk Indonesia dan salah satu faktor resikonya adalah hiperkolesterolemia.
Hiperkolesterolemia dipengaruhi diet, keturunan, usia, jenis kelamin, obesitas, stress, alkohol,
dan aktivitas fisik. Lansia perempuan cenderung memiliki kolesterol total meningkat sejumlah
28 orang daripada laki-laki. Kisaran umur 55-64 tahun memiliki kadar kolesterol meningkat ada
16 orang dibandingkan umur lainnya. Lansia gemar konsumsi makanan berlemak memiliki kadar
kolesterol total meningkat ada 21 orang, lansia yang tidak gemar konsumsi makanan berlemak
ada 8 orang yang meningkat kolesterol totalnya. Lansia dengan resiko sedang PJK ada 19 orang
dan resiko tinggi PJK ada 10 orang berdasarkan hasil kolesterol totalnya. Hasil analisis statistik
disimpulkan tidak terdapat hubungan signifikan usia dengan kolesterol total (p=0.067; α=0.05),
tidak terdapat hubungan signifikan konsumsi makanan berlemak dengan kolesterol total
(p=0.057; α=0.05) dan tidak terdapat hubungan signfikan usia, konsumsi makanan berlemak
dengan kolesterol total (p=0.185; α=0.05).

Pada table 1 memperlihatkan perempuan cenderung memiliki kolesterol total meningkat


sejumlah 28 orang dari pada lakilaki. Hal ini dapat karena perempuan mengalami menopause
berakibat kadar kolesterol meningkat lebih tinggi daripada laki-laki (Djohan, 2004). Dan tampak
perempuan cenderung memiliki kadar kolesterol total meningkat dari laki-laki. Peningkatan
kadar kolesterol laki-laki dan perempuan dimulai umur 20 tahun. Kadar kolesterol laki-laki
meningkat sampai umur 50 tahun sedang kadar kolesterol perempuan sebelum menopause lebih
rendah dari laki-laki pada tingkat umum sama (Djohan, 2004). Saat belum menopause, estrogen
berfungsi meningkatkan anabolisme protein serta pembentukan HDL dan LDL. Hormon ini juga
mengurangi konsentrasi LDL sehingga resiko aterosklerosis rendah. Sedangkan perempuan
menopause terjadi defisiensi estrogen berakibat kadar kolesterol meningkat sehingga resiko
aterosklerosis bertambah (Silbernagl,2003).

Tabel 2 memperlihatkan kisaran umur 55-64 tahun memiliki kadar kolesterol meningkat
ada16 orang dibandingkan kisaran umur lainnya.

Tabel 3 memperlihatkan secara deskriptif, orang yang gemar konsumsi makanan


berlemak memiliki kadar kolesterol total meningkat ada 21 orang, lansia yang tidak gemar
konsumsi makanan berlemak ada 8 orang.

Tabel 4, lansia yang beresiko sedang PJK ada 19 orang dan beresiko tinggi PJK ada 10
orang. Mean usia adalah 65.63 sedang kolesterol total 184.26 mg/dl. Nilai minimum usia yaitu
55 tahun dan kolestrol total 107 mg/dl. Nilai maximum usia 81 tahun dan kolestrol total 301
mg/dl
Salah satu faktor resiko PJK yakni hiperkolesterolemia disamping hipertensi dan
merokok. Kadar kolesterol darah dipengaruhi susunan makanan sehari-hari yang masuk tubuh
(diet). Negara Amerika rata-rata konsumsi makanan mengandung lemak dan kolesterol tinggi
sehingga kadar kolesterol cenderung meningkat dan resiko PJK lebih tinggi Orang Eskimo dan
Jepang banyak mengkonsumsi ikan dalam jumlah besar ternyata insidens PJK sangat rendah.
Lemak ini banyak terdapat pada ikan laut yang berasal dari daerah dingin seperti ikan saimon,
ikan baring dan ikan air tawar. Asam lemak omega-3 sifatnya:

1. mencegah pengumpulan platelet atau pembekuan pada pembuluh darah


2. menurunkan kadar triglisetrigliserid dan LDL kolesterol (Anwar, 2004). Jadi diet
merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya kolesterol darah
(Djohan, 2004).

Data deskriptif memperlihatkan sekalipun lansia gemar mengkonsumsi makanan berlemak


ternyata memiliki kadar kolesterol total dalam batas normal (tabel 3), hal ini dapat terjadi :

1. Tingkat kesadaran kesehatan para lansia tinggi dengan rutin datang ke posyandu
memeriksakan kesehatan terutama cek tekanan darah dan timbang berat badan sehingga
sebagian besar lansia tidak mengalami obesitas bahkan beberapa memiliki berat badan
dibawah normal akibat penurunan nafsu makan seiring berjalannya usia mereka.
2. Sekalipun suka mengkonsumsi makanan berlemak, para lansia juga mengimbangi dengan
aktivitas fisik sehingga lemak yang tertimbun segera dibongkar menjadi energi yang
digunakan aktivitas fisik kembali.
3. Perbedaan asal subjek penelitian yang berpengaruh pada pola makannya dan cara
memasak bahan sumber kolesterol (gulai, santan, otak) dengan mengkombinasikan bahan
protein nabati sehingga diduga efek hiperkolesterol lebih rendah (Sulastri;
Rahayuningsih; Purwatyastuti, 2005). 4. Kemungkinan tidak adanya keturunan, stress,
dan kebiasaan minum alkohol, yang ditemukan pada lansia tersebut (Djohan, 2004 ).

Data deskriptif juga terlihat sebagian kecil lansia memiliki kadar kolesterol total diatas harga
rujukan normal (tabel 4), hal tersebut dapat dimungkinkan :

1. Diet tinggi kolesterol yang dikonsumsi sebelum pemeriksaan dapat menyebabkan


peningkatan kadar kolesterol serum.
2. Puasa yang belum mencapai 12 jam sehingga pengaruh dari makanan yang dikonsumsi
masih ada apalagi mengkonsumsi makanan tinggi lemak.
3. Hipoksia berat dapat meningkatkan kolesterol serum.
4. Hemolisis pada specimen darah dapat menyebabkan peningkatan kadar kolesterol serum
(Kee, 2007). Penelitian ini masih memiliki keterbatasan.

Sumber Rujukan : http://ojs.stikesnas.ac.id/index.php/jf/article/view/15

Artikel 3

Nyeri sendi merupakan suatu akibat yang diberikan tubuh karena pengapuran atau akibat
penyakit lain. Nyeri sendi merupakan penyakit tipe paling umum dari penyakit radang sendi
lainnya dan dijumpai khusus pada orang lanjut usia atau sering disebut penyakit degeneratif
Lansia merupakan salah satu kelompok berisiko yang semakin meningkat jumlahnya.

satu sindrom yang paling umum dijumpai pada lansia adalah nyeri Ketika individu melebihi usia
60tahun maka terjadilah nyeri bisa berlipat ganda dan meningkat setiap sepuluh tahun

Prevalensi nyeri meningkat seiring bertambahnya usia orang dewasa yang lebih tua.

Sensasi nyeri disebabkan oleh rangsangan sensorik dan dimodifikasi dengan memori, ekspektasi
dan memori

Adanya banyak klasifikasi nyeri sebagai berikut:

-Fisik: menginformasikan kerusakan jaringan, terjadi rangsangan mati, terbakar atau robek.

- Emosional: menunjukkan gangguan emosional, ditunjukkan dengan kesedihan, depresi, rasa


bersalah, dan ketakutan.

- Psikis: menunjukkan ketidakseimbangan psikis, ditunjukkan dengan rasa malu ataupun


disorientasi.

- Eksistensial: muncul akibat dari disintegrasi integrtitas individu, secara keseluruhan,


ditunjukkan dengan bentuk keputusasaan, rasa malu eksistensial, rasa bersalah, ketakutan
yang parah. Beda dari bentuk rasa sakit emosional yang mendalam dan memiliki tingkat
ancaman yang lebih tinggi terhadap keseluruhan.

- Relasional - muncul saat ada hubungan antar manusia terganggu, bisa dalam bentuk emosional,
psikis dan eksistensial, atau kombinasi keduanya.

Klasifikasi Lansia

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), ada empat tahapan yaitu:

1. Usia Pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun.

2. Lanjut Usia (elderly) usia 60 – 74 tahun.

3. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun.

4. Usia sangat tua (very old) usia >90 tahun.

Menurut Depkes RI (2013) Klasifikasi Lansia terdiri dari :

1. Pra lansia yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

. Lansia ialah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

3. Lansia resiko tinggi ialah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.

4. Lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang
dapat menghasilkan barang atau jasa.

5. Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain.

Kesehatan yang berkembang di usia tua

Penuaan menyebabkan penurunan cadangan fungsional dalam organ dan system, serta sindrom
geriatric yang muncul dengan parameter multifactorial, inkontinensia, gangguan tidur,
malnutrisi, delirium, luka tekan, nyeri dan jatuh, yang berhubungan dengan kematian.

Proses penuaan akan menyebabkan perubahan anatomi, fisiologi dan biokimia pada tubuh,
sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan
Memasuki masa tua berarti mengalami kemundurun, misalnya: kemunduran fisik yang ditandai
dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas,
penglihatan semakin memburuk, penurunan fungsi kognitif, gerakan lambat dan figur tubuh yang
tidak proposional.

Sumber rujukan : https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/APKKM/article/view/6661

Artikel 4

Lansia di tempatkan pada kedudukan Istimewa, yaitu sebagai penasihat atau narasumber
keluarga dalam pembuatan keputusan (Munandar, 2001). Perhatian pemerintah secara formal
pada Lansia baru dimulai pada Tahun 60-an. Pada tahun 1965 terbitlah Kelompok lansia pada
saat itu, tidak tterlayani dan akhirnya berubah menjadi SDM yang tidak termanfaatkan, atau
tidak dapat memperoleh peluang untuk tetap produktif (Munandar, 2001). Hingga pada tahun
1998 emerintah mengeluarkan kebijakan mengenai kesejahteraan lansia yang digunakan hingga
kini. Kebijakan tersebut ttertuang dalam UU No 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia,
dimana pada ayat 1 disebutkan bahwa Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan
penghidupan sosial baik material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan,
kesusilaan, dan ketenteraman lahir batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk
mengadakan pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri,
keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manusia sesuai
dengan Pancasila (Hamid, 2007). Sebagaimana dijelaskan oleh Alston dan Dudley, kepuasan
hidup merupakan kemampuan seseorang untuk menikmati pengalaman-pengalamannya, yang
disertai tingkat kegembiraan (Hurlock, 1980). Menurut kamus umum, kebahagiaan adalah
keadaaan sejahtera dan kepuasan hati, yaitu kepuasan yang menyenangkan yang timbul biila
kebutuhan dan harapan tertentu individu terpenuhi (Hurlock, 1980). Oleh karena itu, jelas bahwa
dengan terpenuhinya kebahagiaan akan dirasakan. Masa dewasa akhir atau lanjut usia adalah
periode perkembangan yang bermula pada usia 60 tahun yang berakhir dengan kematian. Masa
ini adalah masa penyesuaian diri atas berkurangnya kekuatan dan kkesehatan, menatap kembali
kehidupan, masa pensiun dan penyesuaian diri dengan peran-peran sosial (Santrock,2006).
Lansia merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia di dunia. Usia tahap ini
dimulai pada usia 60tahun sampai akhir kehidupan (Hasan, 2006). Masa lansia dibagi dalam tiga
kategori yaitu: orang tua muda (young old) (65-74 tahun), orang tua tua (old old) (75-84 tahun)
dan orang tua yang sangat tua oldest old (85 tahun ke atas) (Papalia,2005). Barbara Newman &
Philip Newman membagi masa lansia ke dalam 2 periode, yaitu masa dewasa akhir (later
adulthood) (usia 60-75 tahun) dan usia yang sangat tua (very old age) (usia 75 tahun sampai
meninggal dunia) (Newman & Newman, 2006).

Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki kebutuhan hidup
yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow
(1970), ia mengajukan teori tentang hierarchy of Needs yang meliputi (1) Kebutuhan fisik
(physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan, sandang, papan, seks
dan sebagainya. (2) Kebutuhan akan rasa aman (the safety needs) adalah kebutuhan akan rasa
keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti kebutuhan akan Jaminan hari
tua, kebebasan, kemandirian dan sebagainya (3) Kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki (the
belongingness and love Needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkomunikasi
dengan manusia lain melalui paguyuban, organisasi profesi, kesenian, olah raga, kesamaan
Hobby dan sebagainya (4) Kebutuhan akan penghargaan (the esteem needs) adalah kebutuhan
akan harga diri untuk diakui akan keberadaannya, dan (5) Kebutuhan untuk aktualisasi diri (the
needs for self-actualization) adalah kebutuhan untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani
maupun daya pikir berdasar pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan
verperan dalam kehidupan.

Sejak awal kehidupan sampai berusia lanjut setiap orang memiliki Kebutuhan psikologis
dasar (Setiati dalam Suhartini, 2000). Kebutuhan tersebut diantaranya orang lanjut usia
membutuhkan rasa nyaman bagi dirinya sendiri, serta rasa nyaman terhadap lingkungan yang
ada. Tingkat pemenuhan kebutuhan tersebut tergantung pada diri orang lanjut usia, keluarga dan
lingkungannya . Jika kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi akan timbul masalah-
masalah dalam kehidupan orang lanjut usia yang akan menurunkan kemandiriannya. Kepuasan
hidup digunakan secara luas sebagai indeks kesejahteraan psikologis pada orang-orang dewasa
lanjut (Boyd & Bee, 2008). Karena kebahagiaan merupakan sinonim dari kepuasan hidup dan
istilah itu digunakan lebih banyak ketimbang kepuasan hidup, maka istilah kebahagiaan akan di
pergunakan (Hurlock 1980). Dalam sebuah penelitian terhadap 223 lansia di Inggris, di ketahui
bahwa kepercayaan agama atau spiritualitas secara signifikan memprediksi kesejahteraan dan
mengurangi dampak negatif kerentaan terhadap kesejahteraan (Kirby,Coleman, dan Daley,
2004). American Psychologi Assosiation (APA) mempunyai devisi khusus yang berkaitan
dengan agama. Penelitian agama dan kesejahteraan subyektif untuk agama-agama tertentu
pernah dilakukan (Diener et al, dalam Anam & Dipenogoro, 2008). Myers menyatakan bahwa
agama-agama yang bersifat komunal seperti Nasrani, Yahudi, dan Islam berpotensi untuk
meningkatkan kesejahteraan subyektif individu. Ketiga agama ini mempunyai kegiatan
keagamaan yang mempunyai kesamaan. Mereka mempunyai tempat ibadah tertentu dan pada
saat-saat tertentu melakukan acara-acara yang dihadiri oleh pemeluknya (Anam & Dipenogoro,
2008).

Menurut Erikson (1989) bahwa , usia lanjut ditandai oleh adanya integritas ego atau
kepuasan. Jika prestasi seseorang yang berusia lanjut telah sampai pada standar yang telah
ditetapkan sendiri sewaktu muda, sehingga jarak antara keadaan diri yang sebenarnya (real
selves)dan keadaan pribadi ideal (ideal selves) kecil, maka mereka akan mengalami integritas
ego dan kebahagiaan (Hurlock, 1980). Apabila individu tidak berhasil mencapai integritas ego,
individu tersebut akan mengalami perasaan keputusasaan. Seperti yang dikatakan oleh Erikson,
Putus asa terjadi pada setiap orang, tidak peduli berapa besar ia telah berhasil‖ (Hurlock, 1980)
Menurut Hurlock (1980), kebahagiaan dimasa usia lanjut tergantung dipenuhi setidaknya tiga
kebahagiaan (tree A’s of happiness), yaitu acceptance (penerimaan), affection (pengasihan) dan
achievemen (penghasilan), ketika tidak dapat A tersebut, hal itu sulit, kalau tidak ingin di
katakan, tidak mungkin bagi seseorang usia lanjut untuk bisa hidup bahagia, Keluarga
merupakan salah satu lingkungan yang menentukan. Dalam hasil penelitian Anam & Dipenogoro
(2008), mengenai perbedaan kebahagiaan wanita lansia menurut tempat tinggalnya didapatkan
hasil bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara kebahagiaan wanita lansia yang tinggal
bersama keluarga dan tinggal dipanti.

Sumber rujukan : http://jurnal.unismabekasi.ac.id/index.php/soul/article/view/627


BAB III

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Tren paraktik keperawatan meliputi berbagai praktik di berbagai tempat praktik dimana
perawat memiliki kemandirian yang lebih besar. Perawat secara terus menerus
meningkatkan otonomi dan penghargaan sebagai anggota tim asuhan keperawatan. Peran
perawat meningkat dengan meluasnya focus asuhan keperawatan. Tren dalam
keperawatan sebagai profesi meliputi perkembangan aspek-aspek dari keperawatan yang
mengkarakteristikan keperawatan sebagai profesi meliputi: pendidikan, teori, pelayanan,
otonomi, dan kode etik.
Kesejahteraan penduduk usia lanjut karena kondisi fisik dan/atau mentalnya
tidakmemungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan, maka lansia perlu
mendapat perhatiankhusus dari pemerintah dan masyarakat. Berbagai upaya telah
dilaksanakan oleh instansi pemerintah diantaranya pelayanan kesehatan, sosial,
ketenagakerjaan dan lainnya telahdikerjakan pada berbagai tingkatan, yaitu tingkat
individu lansia, kelompok lansia, keluarga,Panti Sosial Tresna Wreda (PSTW), Sarana
pelayanan kesehatan tingkat dasar (primer), tingkat pertama (sekunder), tingkat lanjutan,
(tersier) untuk mengatasi permasalahan yang terjadi padalansia.
4.2. Saran
Semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi yang pembaca, terutama mahasiswa
keperawatan, Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa
keperawatan

DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, Wahjudi SKM. (1995). Perawatan Lanjut Usia. Jakarta : EGC


Sahar juniati (2001) keperawatan gerontik, coordinator keperawatan komunitas, fakultas ilmu
keperawatan UI, Jakarta
Maryam, R siti. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatanya. Jakatra: Salemba medika
Situart dan Sundart. (2001) Keperawatan Medikal Bedah 1. Jakarta: EGC
Qie30, (2009). Trend dan Isu Pelayanan Kesehatan Lansia. diakses 04 Mei 2011
dari http://qie30.wordpress.com/2009/05/07/tren-dan-isu-pelayanan-kesehatan-lansia/
Setiabudhi, Tony. (1999). Panduan Gerontologi Tinjauan Dari Berbagai Aspek Menjaga
Keseimbangan
Kualitas Hidup Para Lanjut Usia. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Nugroho, Wahjudi SKM. (1995). Perawatan Lanjut Usia. Jakarta : EGC
Sahar juniati (2001) keperawatan gerontik, coordinator keperawatan komunitas, fakultas ilmu
keperawatan UI, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai