1. Dian Apdal 2. Ayu Rita 3. Diah Ayu Anjani 4. Umaya Oktavia 5. Sumiyati 6. Lastri Maranatha samosir 7. Septiani Permata 8. Indah Krisdayanti 9. Riski Devita Roshella 10. Maria Ulfa 11. Susiyani Pengertian Sepsis • Sepsis adalah suatu sindroma klinik yang terjadi oleh karena adanya respon tubuh yang berlebihan terhadap rangsangan produk mikroorganisme. Ditandai dengan panas, takikardia, takipnea, hipotensi dan disfungsi organ berhubungan dengan gangguan sirkulasi darah. • Syok adalah suatu keadaan serius yang terjadi jika sistem kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) tidak mampu mengalirkan darah ke seluruh tubuh dalam jumlah yang memadai. Syok biasanya berhubungan dengan tekanan darah rendah dan kematian sel maupun jaringan. (Nasroedin,2007) Etiologi Sepsis • Penyebab sepsis terbesar adalah bakteri gram negatif (60- 70%) kasus, yang menghasilkan berbagai produk dapat menstimulasi sel imun. Sel tersebut akan terpacu untuk melepaskan mediator inflamasi. Produk yang berperan penting terhadap sepsis adalah lipopolisakarida (LPS). LPS atau endotoksin glikoprotein kompleks merupakan komponen utama membran terluar dari bakteri gram negatif. Lipopolisakarida merangsang peradangan jaringan, demam dan syok pada penderita yang terinfeksi. Struktur lipid A dalam LPS bertanggung jawab terhadap reaksi dalam tubuh penderita. Staphylococcus, Streptococcus, dan bakteri gram positif lainnya jarang menyebabkan sepsis, dengan angka kejadian 20%-40% dari keseluruhan kasus (Guntur, 2008). Komplikasi sepsis • Kardiovaskular • Respiratori • Renal • Koagulasi • Susunan Saraf Pusat • Gastrointestinal • Polineuropati • Kulit dan ekstremitas • Psikologis Manifestasi Klinis
• Demam dan menggigil merupakan gejala yang sering
ditemukan pada kasus dengan sepsis. Gejala atau tanda yang terjadi juga berhubungan dengan lokasi penyebab sepsis. Penilaian klinis perlu mencakup pemeriksaan fungsi organ vital, termasuk (Davey, 2011): • Gejala klinik sepsis tidak spesifik, biasanya didahului oleh tanda – tanda sepsis non spesifik, meliputi demam, menggigil, dan gejala konstitutif seperti lelah, malaise, gelisah atau kebingungan. Gejala tersebut tidak khusus untuk infeksi dan dapat dijumpai pada banyak macam kondisi inflamasi non- infeksius ( PERDACI, 2014). Pemeriksaan penunjang • Pengobatan terbaru syok sepsis mencakup mengidentifikasi dan mengeliminasi penyebab infeksi yaitu dengan cara pemeriksaan- pemeriksaan yang antara lain: • Kultur (luka, sputum, urin, darah) yaitu untuk mengidentifikasi organisme penyebab sepsis. Sensitifitas menentukan pilihan obat yang paling efektif. • SDP : Ht Mungkin meningkat pada status hipovolemik karena hemokonsentrasi. Leucopenia (penurunan SDB) terjadi sebalumnya, diikuti oleh pengulangan leukositosis (1500-30000) dengan peningkatan pita (berpindah kekiri) yang mengindikasikan produksi SDP tak matur dalam jumlah besar. • Elektrolit serum: Berbagai ketidakseimbangan mungkin terjadi dan menyebabkan asidosis, perpindahan cairan dan perubahan fungsi ginjal. • Trombosit : penurunan kadar dapat terjadi karena agegrasi trombosit • PT/PTT : mungkin memanjang mengindikasikan koagulopati yang diasosiasikan dengan hati/ sirkulasi toksin/ status syok. • Laktat serum : Meningkat dalam asidosis metabolik, disfungsi hati, syok • Glukosa Serum : hiperglikenmio yang terjadi menunjukkan glikoneogenesis dan glikonolisis di dalam hati sebagai respon dari puasa/ perubahan seluler dalam metabolisme • BUN/Kreatinin : peningkatan kadar diasosiasikan dengan dehidrasi, ketidakseimbangan atau kegagalan ginjal, dan disfungsi atau kegagalan hati. • GDA : Alkalosis respiratosi dan hipoksemia dapat terjadi sebelumnya. Dalam tahap lanjut hipoksemia, asidosis respiratorik dan asidosis metabolik terjadi karena kegagalan mekanisme kompensasi • EKG : dapat menunjukkan segmen ST dan gelombang T dan distritmia menyerupai infark miokard Asuhan Keperawatan Pada Kasus 1. Pengkajian Keperawatan Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses dinamis yang terorganisir, dan meliputi empat aktivitas dasar atau elemen dari pengkajian yaitu pengumpulan data secara sistematis, memvalidasi data, memilih dan mengatur data dan mendokumentasikan data dalam format ( Tarwoto dan Wartonah, 2015 ) Dari hasil pengkajian, Ny P Usia 64 tahun masuk UGD Rumah sakit umum pusat X tanggal 5 oktober 2019 dengan fistula enterokutan abses intraabdomen dan hidronefrosis bilateral, kemudian pasien dirawat diruang perawatan untuk direncakanan operasi laparotomi eksisi fistula dan pemasangan dj stent tanggal 7 oktober 2019. Setelah di lakukan operasi pasien di rawat di ruangn HCU selama 2 hari dan selanjutnya dilakukan perawatan di ruang rawat. Tanggal 13 oktober 2019 pasien perburukan dengan tekanan darah 166/104 frekuensi nadi 137x/menit RR 40 x/menit saturasi 87% menggunakan oksigen NRM 8liter/menit, diuresis 03 cc/kgBB/jam. Hasil pemeriksaan AGD PH 7,487 PCO2 41,8 PO2 54, HCO3 30,9 pasien dididiagnosis gagal nafas pasien kemudian dipindahkan ke ICU Pengkajian keperawatan dilakukan pada tanggal 21 oktober 2019. Pasien didiagnosis Sepsis + ARDS perbaikan + DIC + AKI +VAP post operasi laparatomi eksisi fistula enterokutan + explorasi rectum + pemasangan Dj sten, Pasien terintubasi dengan no ETT 8.0mg/dl, Pemeriksaan laboratorium tanggal 21 -10 – 2019, albumin 2,5 grm/dl PT 14,1 HB 12,1 GDS 232 EBNP P a sie n d e n g a n risik o in fe k si re siste n an tib io tik y an g leb ih tin g g i k are n a in fe k si a ta u k o lo n isasi m a sa la lu , e p id em io lo g i lo k al, a tau p e n g g u n a a n a n tib io tik sp e k tru m lu a s b a ru -b aru in i h a ru s m e n e rim a re jim e n te ra p i e m p iris y a n g d ise su a ik a n se c ara in d iv id u a l D a la m k a su s d u g a a n sin d ro m sy o k to k sik ata u fa sciitis n e k ro tik a n s, p e n g o b atan e m p iris h a ru s m e n c ak u p k lin d a m isin a tau lin k o m is in u n tu k m e m b a ta s i p ro d u k si to k sin d a n m e n in g k a tk a n p em b e rsih a n b a k te ri. A k h irn y a , u n tu k se p sis y a n g d ira w a t d i d a e ra h en d e m ik p a to g en rike tsia a ta u p a ra sit (m isa ln y a , m a la ria ), d o k te r h a ru s m e m p e rtim b a n g k a n u n tu k m en a m b a h k a n c a k u p a n e m p iris y a n g re l e v a n . Pengkajian Sistem Neurologi : Kesadaran kualitatif mengantuk dengan propopol 20 mg/jam fentanyl 300 mcg/24 jam, GCS E3 M2 V tube, pupil isokor reflek cahaya positif, ukuran +2 ka, +2 ki, pasien risiko tinggi jatuh (morse scale 58 ), pemeriksaan CPOT pasien tidak mengalami nyeri, pemeriksaan RASS -2. Pengkajian Sistem Pencernaan : Pasien terpasang colostomi di tranversum dan drain di rectum, dari drain keluar cairan kental berwarna hitam kehijauan dengan volume 150 cc/ 8 jam. Bising usus postif 6 kali/menit di 4 kuadran, BB pasien 60 Kg Tinggi 152 cm IMT : 25,97 Terapi Medis Program pengobatan : clinimix 600 cc, meropenem 2 gram, omeprazole 40 mg, ca glukonas 1 ampul, furosemid 240mg/48 jam, fentanyl 200 micro, tygcil 50 mg , heparin 10.000 unit/24 jam, Vascon 0,6 mcg/jam, dobutamin 5 mcg/jam Diagnosa keperawatan 1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif b.d Penumpukan Sekret 2. Penurunan curah jantung b.d kontratilas jantung menurun d/d kesadaran kualitatif mengantuk Intervensi Dx 1 : Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif b.d Penumpukan Sekret Rencana Tindakan Keparawatan yang dilakukan dengan tujuan setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien menunjukkan jalan nafas yang paten. Kriteria hasil didapatkan produksi sputum menurun, tidak ditemukan bunyi nafas tambahan, frekuensi nafas membaik, pola nafas membaik , Intervensi : Mengatur Posisi klien (Semi Fowler) bertujuan agar membantu pengembangan paru dan mengurangi tekanan dari abdomen pada diafragma klien Melakukan Fisioterapi dada yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan pernafasan yang dialami klien c). Melakukan penghisapan jalan nafas (Suction) bertujuan untuk menghilangkan secret yang menyumbat jalan nafas, d). Mengauskultasi suara nafas catat adanya suara tambahan bertujuan untuk mengetahui apakah ada bunyi nafas tambahan yang disebabkan tersumbatnya jalan nafas, e). Memonitor selang ETT bertujuan agar selang tetap paten. F). Melakukan perawatan pada selang ETT bertujuan agar slang ETT tetap hygiene 2. Dx 2. : Penurunan curah jantung b.d kontratilas jantung menurun d/d kesadaran kualitatif mengantuk Rencana Tindakan Keparawatan yang dilakukan dengan tujuan setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan curah jantung meningkat. Kriteria hasil didapatkan tanda vital dalam rentang normal, Kekuatan nadi perifer meningkat, Tidak ada edema, Intervensi keperawatan: 1. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung 2. Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung 3. Monitor intake dan output 4. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu Thank You
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis