Dosen Pengampu :
Nama Anggota :
PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
SURAKARTA
2021
KASUS 3
Identitas pasien
Nama : Ny. CN
Umur : 62 tahun
a. Keluhan Utama
Pasien datang ke IGD RS dengan keluhan buang air besar berwarna kehitaman seperti
petis dengan konsistensi lunak, 3-5x/hari kurang lebih sebanyak 1 gelas aqua, dirasakan sejak
1 minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga merasakan nyeri pada ulu hati
seperti ditusuk jarum dan tidak berkurang setelah makan, disertai rasa pusing berputar, mual
dan muntah 1x bewarna kehitaman yang bercampur dengan makanan seperti kopi sebanyak
kira-kira 20cc pada hari rabu (29/08/18). Diketahui pasien memiliki riwayat penyakit
dispepsia sejak usia 40 tahun dan memiliki kebiasaan mengkonsumsi obat sakit kepala
paramex dan puyer bintang tujuh yang dibeli diwarung sejak 5 tahun yang lalu hingga
sekarang. 1 bulan terakhir pasien mengatakan hampir tiap hari rutin mengkonsumsi jamu
untuk mengurangi rasa pegel linu. Pada tahun 2016 pasien pernah masuk rumah sakit dan
dirawat selama 7 hari di RSUD dengan keluhan yang sama yaitu bab berwarna kehitaman
disertai muntah berwarna kehitaman dan nyeri pada ulu hati. Pasien mengatakan , tidak ada
keluhan sulit untuk menelan, tidak ada rasa panas seperti rasa terbakar didada, tidak ada
penurunan berat badan, tidak pernah sakit kuning, tidak ada kencing bewarna seperti teh, tidak
merrasa sesak dan batuk, tidak ada penurunan kesadaran, tidak ada kelemahan atau
kelumpuhan yang dialami, tidak ada nyeri pada tulang, tidak pernah minum obat-obatan untuk
mengencerkan darah.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
e. Riwayat Pengobatan
- Minum obat dari dokter untuk keluhan nyeri ulu hati (Tidak dibawa)
f. Riwayat Kebiasaan
- Pasien memiliki kebiasaan mengkonsumsi jamu dan obat-obatan seperti paramex dan puyer
bintang toedjoe
- Tidak minum-minuman beralkohol.
- Tidak merokok.
g. Tanda vital
TD : 140/90 mmHg
Nadi : 72 x/menit/Reguler/Lemah
Suhu : 36,6 0C
h. Pemeriksaan penunjang
Hasil endoskopi
Pemeriksaan Penunjang :
1. Darah lengkap 30/08/18
- WBC : 21.32
/Ul
- RBC : 1.8 /Ul
- HGB : 4.9 g/dL
- HCT : 16 %
- PLT : 374 /Ul
- MCV : 87.9 fl
- MCH : 26.9 pg
- MCHC : 30.6
g/dL
2. Kimia Klinik 30/08/18
- Gula Darah Sewaktu : 143 mg/dL
- BUN : 49.7
mg/dL
- Kreatinin : 1.6 mg/dL
- SGOT : 42 U/L
- SGPT : 38 U/L
3. Elektrolit 30/08/18
- Natrium : 141 mmol
- Kalium : 4.0 mmol
- Khlorida : 95 mmol
4. Kimia Klinik 31/08/18
- BUN : 28 mg/dL
- Serum Kreatinin : 1.2
mg/dL
- Albumin : 3.1 g/dL
- SGOT : 62 U/L
Diagnosa dokter
:
- Hematemesis Melena et causa Ulkus Peptikum
- Susp. Anemia Hipokromik Mikrositer et causa pendarahan akut saluran cerna
bagian atas
- Hipertensi Stage I
Riwayat pengobatan sekarang: pasien mendapatkan resep dokter sbb
Saat keluarga pasien menebus resep ke instalasi farmasi RS, ternyata stok prosogan habis.
Tugas :
1. Buatlah latar belakang singkat, tentang patofisologi dan farmakoterapinya
2. Masukkan data base pasien ke dalam format database (termasuk data subyektif dan
obyektif)
3. Buatlah assessment termasuk melakukan skrining resep dokter
4. Buatlah rekomendasi terapi pada pasien, rute pemberian, regimentasi dosis, dan
karakteristik fisika– kimia obat.
5. Sampaikan kepada dokter penulis resep jika resep pada masalah (tulis bagaimana cara
menyampaikannya ke dokter).
6. Bagaimana mengatasi masalah obat yang dibutuhkan pasien stoknya habis?
7. Sarankan terapi non farmakologi untuk mendukung penyembuhan pasien
8. Lakukan Pemantauan Terapi Obat
PEMBAHASAN
I. Latar Belakang
Hematemesis melena adalah suatu kondisi di mana pasien mengalami muntah darah
yang disertai dengan buang air besar (BAB) berdarah dan berwarna hitam. Hematemesis
melena merupakan suatu perdarahan yang terjadi pada saluran cerna bagian atas (SCBA) dan
merupakan keadaan gawat darurat yang sering dijumpai di tiap rumah sakit di seluruh dunia
termasuk Indonesia. Pendarahan dapat terjadi karena pecahnya varises esofagus, gastritis
erosif atau ulkus peptikum manusia, sistem pencernaan mengolah makanan atau asupan yang
masuk untuk diubah menjadi zat-zat yang diperlukan oleh tubuh. Oleh karena itu, sistem
pencernaan yang terdiri dari organ-organ tersebut harus tetap terjaga agar dapat menjalankan
Hematemesis melena merupakan suatu perdarahan yang terjadi pada saluran cerna bagian atas
(SCBA) dan merupakan keadaan gawat darurat yang sering dijumpai di tiap rumah sakit di
seluruh dunia termasuk Indonesia. 86 % dari angka kematian akibat pendarahan SCBA di
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)/ Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) berasal dari pecahnya varises esofagus akibat penyakit
Komplikasi yang bisa terjadi pada pasien hematemesis melena adalah koma hepatik
intelektual, dan kelainan neurologis yang menyertai kelainan parenkim hati), syok
hipovolemik (kehilangan volume darah sirkulasi sehingga curah jantung dan tekanan darah
menurun), aspirasi pneumoni (infeksi paru yang terjadi akibat cairan yang masuk ke saluran
napas), posthemoragik (kehilangan darah yang mendadak dan tidak disadari).
Kejadian perdarahan saluran cerna bagian atas di negara eropa mencapai 100 jiwa
per 100.000 jiwa/tahun, kejadian terhadap pria jauh lebih banyak daripada wanita. Insidensi
ini meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Di indonesia kejadian ini nyatanya
esofagus yang terjadi pada pasien sirosis hati sehingga prognosisnya tergantung dari
penyakit yang mendasarinya. Perdarahan akibat sirosis hati disebabkan oleh gangguan
fungsi hati penderita, alkohol, obat- obatan, virus hepatitis dan penyakit bilier.
II. Patofisiologi
a) Ulkus Peptikum
Ulkus peptikum terjadi terutama pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak
dapat menahan kerja asam lambung pencernaan (asam hidroklorida) dan pepsin. Erosi
yang terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam pepsin, atau
berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa. Mukosa yang rusak tidak
dapat mensekresi mucus yang cukup bertindak sebagai barier terhadap asam klorida.
b) Sekresi lambung
pandangan, baau, atau rasa makanan yng bekerja pada reseptorkortikal serebral yng
2) Fase lambung, yaitu : pada fase lambung dilepaskan asam lambung dilepaskan
sebagai akibat dri rangsangan kimiawi dan mekanis terhadap resptor di dinding
lambung, dan
3) Fase usus, yaitu makanan pada usus halus menyebabkan pelepasan hormon yng
Seseorang mungkin akan mengalami ulkusbpeptikum karena satu dari dua faktor
ini, yaitu :
lambung atau merusak mukosa lambung adalah ulserogenik ; salisilat, obat anti
d) Sindrom Zollinger-Ellison
e) Ulkus Stres
Merupakan istiilah yng diberikan pad ulserasii mukosall akut dar duodenal atau
area lambung yang terjadi setelah kejadian penuh stress secara fisiologis.
Kejadian stress misalnya ; luka bakar, syok, sepsis berat dan trauma organ
multiple.
III. Farmakoterapi
1) Terapi Pasien
Varises gastroesofageal
Terapi medikamentosa dengan obat vasoaktif.
- Otreotid
- Somatostatin
- Glipressin (Terlipressin)
Terapi mekanik dengan balon Sengstaken Blackmore atau Minesota
Terapi endoskopi
- Skleroterapi
- Ligasi
Terapi secara radiologik dengan pemasangan TIPS( Transjugular Intrahepatic
Portosystemic Shunting) dan Perkutaneus obliterasi spleno – porta.
Terapi pembedahan
- Shunting
- Transeksi esofagus + devaskularisasi + splenektomi
- Devaskularisasi + splenektomi
Outcome pasien ruptura varises gastroesofageal sangat bergantung pada berbagai
faktor antara lain
Beratnya penyakit hati (Kriteria Child-Pugh).
Ada tidak adanya varises gaster, walupun disebutkan dapat diatasi dengan
semacam glue(histoakrilat).
Komorbid yang lain seperti ensefalopati,koagulopati, hepato renal sindrom dan
infeksi Tukak peptic
Terapi medikamentosa
- PPI
- Obat vasoaktif
Terapi endoskopi
- Injeksi (adrenalin-saline, sklerosan,glue,etanol)
- Termal (koagulasi, heatprobe,laser
- Mekanik (hemoklip,stapler)
Pencegahan perdarahan ulang Varises esophagus
- Terapi medik dengan betabloker nonselektif
- Terapi endoskopi dengan skleroterapi atau ligasi Tukak peptic
- Tukak gaster PPI selama 8-12 minggu dan tukak duodeni PPI 6-
8 minggu
- Bila ada infeksi helicobacter pilory perlu dieradikasi
- Bila pasien memerlukan NSAID,diganti dulu analgetik dan
pilih NSAID selektif(non selektif) + PPI atau misoprostol.
2. Masukkan data base pasien ke dalam format database (termasuk data subyektif dan
obyektif)
Subjektif Tanggal Keterangan
29-08-2018 ● 1 minggu buang air besar berwarna kehitaman
seperti petis, konsistensi lunak 3-5x/hari
kurang lebih 1 gelas aqua.
● Nyeri ulu hati seperti ditusuk jarum, tidak
berkurang setelah makan.
● Rasa pusing berputar.
● Mual dan muntah 1x berwarna kehitaman yg
bercampur dengan makanan seperti kopi
sebanyak 20cc
● Riwayat dyspepsia sejak umur 40 th
● Kebiasan mengkonsumsi paramex dan puyer
bintang tujuh sejak 5 tahun lalu
● 1 bulan lalu pasien mengatakan hampir tiap hari
rutin konsumsi jamu untuk kurangi pegel linu
Tahun 2016 ● pasien masuk RS dirawat 7 hari dgn keluhan
bab berwarna hitam disertai muntah berwarna
hitam dan nyeri ulu hati
● Tidak sulit menelan
● Tidak ada rasa panas seperti rasa terbakar di dada
● Tidak ada penurunan BB
● Tidak pernah sakit kuning
● Tidak ada kencing berwarna seperti teh
● Tidak batuk dan sesak
● Tidak ada penurunan kesadaran
● Tidak ada kelemahan atau kelumpuhan
● Tidak ada nyeri pada tulang
● Tidak pernah konsumsi obat-obatan
pengencer darah
Objektif
Tanda vital
TD : 140/90 mmHg
Nadi : 72 x/menit/Reguler/Lemah
Suhu : 36,6 0C
Respiratory Rate : 19 x/ menit
Pemeriksaan penunjang
Mual dan nyeri ulu hati yang diderita pasien dapat disebabkan karena pasien mengalami
dyspepsia yang telah diderita sebelumnya
Mual yang diderita disebabkan karena ES dari paramex dan puyer bintang tujuh yang
mengandung kafein sehingga dapat memicu meningkatnya asam lambung dan
meningkatnya tekanan darah
Konsumsi jamu pegal linu dapat memicu tukak lambung
Komplikasi yang terjadi pada tukak lambung dapat menyebabkan BAB hitam, muntah
darah, dan anemia
Pada resep yang diberikan, dosis prosogan terlalu tinggi
Pada resep yang diberikan, dosis sucralfat terlalu rendah
Pasien membutuhkan transfusi darah karena kadar hemoglobinnya rendah (sesuai anjuran
untuk pasien kadar hemoglobin < 8 g/dl membutuhkan transfuse darah)
Pasien membutuhkan terapi untuk tekanan darah tinggi stage 1 yang diderita
Pasien membutuhkan hepatoprotektor karena kadar SGOT tinggi
4. Buatlah rekomendasi terapi pada pasien, rute pemberian, regimentasi dosis, dan
karakteristik fisika– kimia obat.
1. Infus RL
Rute : Intravena
Dosis : 21 tpm
Fisika kimia :
2. Santagesic
Rute : intramuscular
Dosis : 3x500 mg inj
Fisika kimia : Santagesik mengandung Metamizole. Metamizole merupakan asam
sulfonik dan tersedia dalam bentuk garam kalsium, natrium dan
magnesium. Bentuk garam sodium monohidratnya berwarna putih dan
hampir seperti bubuk kristalin yang tidak stabil terhadap adanya
cahaya, sangat mudah larut dalam air dan etanol meskipun secara
praktik tidak dapat larut pada diklorometan.
3. Prosogan
Rute : intravena
Dosis : 2x30 mg inj
Fisika kimia : Lansoporazol (Prosogan, Prezal) adalah derivate-piridil (1992) dengan
sifat-sifat yang dalam garis besar sama dengan omeprazole (tak tahan
asam, PP>95%, t1/2 ca 1,4 jam). Dosis: pada esofagitis dan ulcus 1 dd 30
mg 1 jam sebelum makan pagi selama 4-8 minggu, pada ulcusduodeni
selama 2-4 minggu
4. Kalnex
Rute : intravena / intramuscular
Dosis : 2x150 mg inj
Fisika kimia : Kalnex merupakan obat yang mengandung asam traneksamat. Asam
traneksamat adalah bubuk kristal putih yang tidak berbau atau hampir
tidak berbau. Kelarutan Asam Traneksamat mudah larut dalam air dan
asam asetat glasial, praktis tidak larut dalam metanol, etanol,aseton, dietil
eter dan benzena
5. Sukralfat
Rute : Oral
Dosis : 4x1 hari 2 sendok takar
Fisika kimia : Sukralfate sukar larut dalam air, dalam air panas, dalam etanol
6. Captopril
Rute : Oral
Dosis : 2x1 hari 12.5 mg
Fisika Kimia : Kaptopril bersifat mudah larut dalam air. Kaptopril dapat diabsorpsi di
saluran cerna sekitar 60-75% (Sweetman, 2009). Adanya makanan dapat
mengurangi absorbsi obat 30-40% (Siswandono & Soekardjo, 2008).
Sehingga, baik diberikan saat perut kosong (McEvoy, 2011).
7. Transfusi darah
Rute :
Fisika kimia :
8. Hepa toga
Rute : Oral
Dosis : 3x1 hari 2 kapsul
Fisika kimia : Curcumae rhizoma ekstrak Temulawak telah lama diketahui
mengandung senyawa kimia yang mempunyai keaktifan fisiologi, yaitu
kurkuminoid dan minyak atsiri. Kandungan dalam temulawak ini dapat
mencegah dan mengatasi hepatitis serta penyakit hati, membantu
menurunkan kadar SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase)
dan SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase) dan sebagai anti-
hepatotoksik. Ekstrak Daun sambiloto banyak mengandung senyawa
Andrographolide, senyawa ini memiliki sifat melindungi hati
(hepatoprotektif) dan dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Phyllantus
niruri herba ekstrak Meniran mengandung phyllanthin dan
hypophyllanthin yang memiliki efek antioksidatif dan melindungi hati
dari racun. Meniran juga secara tradisional digunakan untuk membantu
merangsang sel imun bekerja lebih efektif.
5. Sampaikan kepada dokter penulis resep jika resep pada masalah (tulis bagaimana
cara menyampaikannya ke dokter).
Penyampaian Pada Dokter
Apoteker : Halo, selamat pagi. Apakah ini benar dengan dokter shifa nur ?
Dokter : Pagi. Iya benar dengan saya
Apoteker : perkenalkan saya Mega. Apoteker dari apotek setia budi. Maaf dok apa
pasien atas nama Ny. CN yang terdiagnosa hemetemesis melena adalah
pasien dokter ?
Dokter : ya benar mbak, ada apa ya ? apa ada masalah pada pasien tersebut?
Apoteker : begini dok, dari resep yang dokter berikan, untuk obat prosogan dosisnya
terlalu tinggi dok. Jadi bagaimana kalau diturunkan saja menjadi 2x30 mg
inj dok?
Dokter : oh terlalu tinggi ternyata ya. Boleh saja, silahkan diturunkan dosisnya.
Apa ada permasalahan lainnya?
Apoteker : untuk sukralfat yang diberikan, dosisnya terlalu rendah dok. Bagaimana
jika dinaikkan menjadi 4x1 hari 2 sendok takar?
Dokter: boleh, silakan dinaikkan sesuai dosis tepat.
Apoteker : Baik dok, terimakasih atas waktunya dok. Selamat melanjutkan aktivitas.
Selamat pagi dok
Dokter : iya mbak, sama sama
6. Pengatasan masalah apabila stok obat pada resep habis
Apoteker akan mengkonfirmasi ke dokter pemberi resep bahwa stok obat pada
resep habis dan memberi solusi yaitu mengganti nama obat dengan obat yang tersedia di
apotek namun memiliki kandungan komposisi yang sama seperti yang dimaksud pada
resep. Apabila dokter tidak menyetujui solusi tersebut, maka apoteker menyarankan
untuk pemberian copy resep dan menyerahkan obat yang tersedia saja.
Amin, Huda Nurarif (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
&
NANDA NIC NOC. Yogyakarta: Medi Action.
Azmi, Fadhil et.al. (2016). Gambaran Esofago gastro duodenoskopi Paien Hematemesis Melena
Di RSUP M. Djamil Padang Periode Januari 2010- Desember 2013. Jurnal Kesehatan
Andalas. Vol (5). 1.
Brunner & Suddart, (2013). Buku Ajar Keperawatan medikal Bedah Edisi 8 volume 2.
Jakarta EGC