Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MAKALAH

STUDI KASUS RUMAH SAKIT DAN KLINIK


“HEMATEMESIS MELENA”

Dosen Pengampu :

apt. Dwi Ningsih, M.Farm.

Kelompok C2/Sub Kelompok 3

Nama Anggota :

Veronica Lorencia 2120424780

Agata M.H. Kinanti 2120424785

PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2021
KASUS 3

Identitas pasien

Nama : Ny. CN

Tanggal lahir : 08 Januari 1956

Umur : 62 tahun

Alamat : Jl. Dadapan 1 Surakarta

No. Rekam Medis : 02132001

Tanggal MRS : 30-08-2018

Tanggal Pemeriksaan : 01-09-2018

a. Keluhan Utama

BAB berwarna kehitaman

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD RS dengan keluhan buang air besar berwarna kehitaman seperti
petis dengan konsistensi lunak, 3-5x/hari kurang lebih sebanyak 1 gelas aqua, dirasakan sejak
1 minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga merasakan nyeri pada ulu hati
seperti ditusuk jarum dan tidak berkurang setelah makan, disertai rasa pusing berputar, mual
dan muntah 1x bewarna kehitaman yang bercampur dengan makanan seperti kopi sebanyak
kira-kira 20cc pada hari rabu (29/08/18). Diketahui pasien memiliki riwayat penyakit
dispepsia sejak usia 40 tahun dan memiliki kebiasaan mengkonsumsi obat sakit kepala
paramex dan puyer bintang tujuh yang dibeli diwarung sejak 5 tahun yang lalu hingga
sekarang. 1 bulan terakhir pasien mengatakan hampir tiap hari rutin mengkonsumsi jamu
untuk mengurangi rasa pegel linu. Pada tahun 2016 pasien pernah masuk rumah sakit dan
dirawat selama 7 hari di RSUD dengan keluhan yang sama yaitu bab berwarna kehitaman
disertai muntah berwarna kehitaman dan nyeri pada ulu hati. Pasien mengatakan , tidak ada
keluhan sulit untuk menelan, tidak ada rasa panas seperti rasa terbakar didada, tidak ada
penurunan berat badan, tidak pernah sakit kuning, tidak ada kencing bewarna seperti teh, tidak
merrasa sesak dan batuk, tidak ada penurunan kesadaran, tidak ada kelemahan atau
kelumpuhan yang dialami, tidak ada nyeri pada tulang, tidak pernah minum obat-obatan untuk
mengencerkan darah.
c. Riwayat Penyakit Dahulu

- Pasien pernah sakit seperti ini 2 tahun yang lalu (2016).

- Riwayat Dyspepsia (+) sejak usia 40 th

- Riwayat penyakit diabetes disangkal

- Riwayat penyakit kuning disangkal

- Riwayat stroke disangkal

- Riwayat penyakit hipertensi (+)

- Riwayat penyakit jantung disangkal

- Riwayat penyakit ginjal disangkal

d. Riwayat Penyakit Keluarga

- Keluarga pasien tidak pernah sakit seperti ini

- Riwayat penyakit diabetes disangkal

- Riwayat penyakit hipertensi disangkal

e. Riwayat Pengobatan

- Minum obat dari dokter untuk keluhan nyeri ulu hati (Tidak dibawa)

- Riwayat Transfusi Darah tahun 2016.

f. Riwayat Kebiasaan

- Pasien memiliki kebiasaan mengkonsumsi jamu dan obat-obatan seperti paramex dan puyer
bintang toedjoe
- Tidak minum-minuman beralkohol.

- Tidak merokok.
g. Tanda vital

TD : 140/90 mmHg

Nadi : 72 x/menit/Reguler/Lemah

Suhu : 36,6 0C

Respiratory Rate : 19 x/ menit

h. Pemeriksaan penunjang
Hasil endoskopi

Pemeriksaan Penunjang :
1. Darah lengkap 30/08/18

- WBC : 21.32
/Ul
- RBC : 1.8 /Ul
- HGB : 4.9 g/dL
- HCT : 16 %
- PLT : 374 /Ul
- MCV : 87.9 fl
- MCH : 26.9 pg
- MCHC : 30.6
g/dL
2. Kimia Klinik 30/08/18
- Gula Darah Sewaktu : 143 mg/dL
- BUN : 49.7
mg/dL
- Kreatinin : 1.6 mg/dL
- SGOT : 42 U/L
- SGPT : 38 U/L
3. Elektrolit 30/08/18
- Natrium : 141 mmol
- Kalium : 4.0 mmol
- Khlorida : 95 mmol
4. Kimia Klinik 31/08/18

- BUN : 28 mg/dL
- Serum Kreatinin : 1.2
mg/dL
- Albumin : 3.1 g/dL
- SGOT : 62 U/L

Diagnosa dokter
:
- Hematemesis Melena et causa Ulkus Peptikum
- Susp. Anemia Hipokromik Mikrositer et causa pendarahan akut saluran cerna
bagian atas
- Hipertensi Stage I
Riwayat pengobatan sekarang: pasien mendapatkan resep dokter sbb

Saat keluarga pasien menebus resep ke instalasi farmasi RS, ternyata stok prosogan habis.

Tugas :
1. Buatlah latar belakang singkat, tentang patofisologi dan farmakoterapinya
2. Masukkan data base pasien ke dalam format database (termasuk data subyektif dan
obyektif)
3. Buatlah assessment termasuk melakukan skrining resep dokter
4. Buatlah rekomendasi terapi pada pasien, rute pemberian, regimentasi dosis, dan
karakteristik fisika– kimia obat.
5. Sampaikan kepada dokter penulis resep jika resep pada masalah (tulis bagaimana cara
menyampaikannya ke dokter).
6. Bagaimana mengatasi masalah obat yang dibutuhkan pasien stoknya habis?
7. Sarankan terapi non farmakologi untuk mendukung penyembuhan pasien
8. Lakukan Pemantauan Terapi Obat
PEMBAHASAN

1. Buatlah latar belakang singkat, tentang patofisiologi dan dan farmakoterapinya.

I. Latar Belakang

Hematemesis melena adalah suatu kondisi di mana pasien mengalami muntah darah

yang disertai dengan buang air besar (BAB) berdarah dan berwarna hitam. Hematemesis

melena merupakan suatu perdarahan yang terjadi pada saluran cerna bagian atas (SCBA) dan

merupakan keadaan gawat darurat yang sering dijumpai di tiap rumah sakit di seluruh dunia

termasuk Indonesia. Pendarahan dapat terjadi karena pecahnya varises esofagus, gastritis

erosif atau ulkus peptikum manusia, sistem pencernaan mengolah makanan atau asupan yang

masuk untuk diubah menjadi zat-zat yang diperlukan oleh tubuh. Oleh karena itu, sistem

pencernaan yang terdiri dari organ-organ tersebut harus tetap terjaga agar dapat menjalankan

fungsinya secara optimal.

Pendarahan SCBA dapat bermanifestasi sebagai hematemesis, malena, atau keduanya.

Hematemesis melena merupakan suatu perdarahan yang terjadi pada saluran cerna bagian atas

(SCBA) dan merupakan keadaan gawat darurat yang sering dijumpai di tiap rumah sakit di

seluruh dunia termasuk Indonesia. 86 % dari angka kematian akibat pendarahan SCBA di

Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)/ Rumah

Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) berasal dari pecahnya varises esofagus akibat penyakit

sirosis hati dan hepatoma.

Komplikasi yang bisa terjadi pada pasien hematemesis melena adalah koma hepatik

(suatu sindrom neuropsikiatrik yang ditandai dengan perubahan kesadaran, penurunan

intelektual, dan kelainan neurologis yang menyertai kelainan parenkim hati), syok

hipovolemik (kehilangan volume darah sirkulasi sehingga curah jantung dan tekanan darah

menurun), aspirasi pneumoni (infeksi paru yang terjadi akibat cairan yang masuk ke saluran
napas), posthemoragik (kehilangan darah yang mendadak dan tidak disadari).

Kejadian perdarahan saluran cerna bagian atas di negara eropa mencapai 100 jiwa

per 100.000 jiwa/tahun, kejadian terhadap pria jauh lebih banyak daripada wanita. Insidensi

ini meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Di indonesia kejadian ini nyatanya

dipopulasi tidak diketahui (Milani,2015)

Di Indonesia sebagian besar (70-85%) hemetemesis disebabkan oleh pecahnya varises

esofagus yang terjadi pada pasien sirosis hati sehingga prognosisnya tergantung dari

penyakit yang mendasarinya. Perdarahan akibat sirosis hati disebabkan oleh gangguan

fungsi hati penderita, alkohol, obat- obatan, virus hepatitis dan penyakit bilier.

II. Patofisiologi

a) Ulkus Peptikum

Ulkus peptikum terjadi terutama pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak

dapat menahan kerja asam lambung pencernaan (asam hidroklorida) dan pepsin. Erosi

yang terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam pepsin, atau

berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa. Mukosa yang rusak tidak

dapat mensekresi mucus yang cukup bertindak sebagai barier terhadap asam klorida.

b) Sekresi lambung

Sekresi lambung terjadi pada tiga fase yang serupa :

1) Fase sefalik yaitu : fase yang dimulai dengan rangsangan seperti

pandangan, baau, atau rasa makanan yng bekerja pada reseptorkortikal serebral yng

paada gilirannya merangsang sarafvagal.

2) Fase lambung, yaitu : pada fase lambung dilepaskan asam lambung dilepaskan

sebagai akibat dri rangsangan kimiawi dan mekanis terhadap resptor di dinding

lambung, dan
3) Fase usus, yaitu makanan pada usus halus menyebabkan pelepasan hormon yng

pada waktunya akan merangsang sekresi asam lambung.

c) Barier mukosa lambung

Merupakan pertahanan utama lambung tehdp pencernaan yng dilakukan lambung

ituusendiri. Faktor lain yang mempengaruhi pertahanan mukosa adlh suplaidaraah

, keseimbangan asamm basa, integritasselmukosaa dan regenersiseelepiitel.

Seseorang mungkin akan mengalami ulkusbpeptikum karena satu dari dua faktor

ini, yaitu :

a. Hiperbsekresi asam lmbung

b. Kelemahan barier mukosa lambung. Apapun yang menurunkan produksi mucus

lambung atau merusak mukosa lambung adalah ulserogenik ; salisilat, obat anti

inflamasi non steroid, alcohol dan obat antiinflamasi

d) Sindrom Zollinger-Ellison

Sindrom ini diidentifikasi melalui temuan : hipersekresi getah lambung, ulkus

duodenal, dan gastrinoma dalam pancreas.

e) Ulkus Stres

Merupakan istiilah yng diberikan pad ulserasii mukosall akut dar duodenal atau

area lambung yang terjadi setelah kejadian penuh stress secara fisiologis.

Kejadian stress misalnya ; luka bakar, syok, sepsis berat dan trauma organ

multiple.
III. Farmakoterapi

1) Terapi Pasien
Varises gastroesofageal
 Terapi medikamentosa dengan obat vasoaktif.
- Otreotid
- Somatostatin
- Glipressin (Terlipressin)
 Terapi mekanik dengan balon Sengstaken Blackmore atau Minesota
 Terapi endoskopi
- Skleroterapi
- Ligasi
 Terapi secara radiologik dengan pemasangan TIPS( Transjugular Intrahepatic
Portosystemic Shunting) dan Perkutaneus obliterasi spleno – porta.
 Terapi pembedahan
- Shunting
- Transeksi esofagus + devaskularisasi + splenektomi
- Devaskularisasi + splenektomi
Outcome pasien ruptura varises gastroesofageal sangat bergantung pada berbagai
faktor antara lain
 Beratnya penyakit hati (Kriteria Child-Pugh).
 Ada tidak adanya varises gaster, walupun disebutkan dapat diatasi dengan
semacam glue(histoakrilat).
 Komorbid yang lain seperti ensefalopati,koagulopati, hepato renal sindrom dan
infeksi Tukak peptic
 Terapi medikamentosa
- PPI
- Obat vasoaktif
 Terapi endoskopi
- Injeksi (adrenalin-saline, sklerosan,glue,etanol)
- Termal (koagulasi, heatprobe,laser
- Mekanik (hemoklip,stapler)
 Pencegahan perdarahan ulang Varises esophagus
- Terapi medik dengan betabloker nonselektif
- Terapi endoskopi dengan skleroterapi atau ligasi Tukak peptic
- Tukak gaster PPI selama 8-12 minggu dan tukak duodeni PPI 6-
8 minggu
- Bila ada infeksi helicobacter pilory perlu dieradikasi
- Bila pasien memerlukan NSAID,diganti dulu analgetik dan
pilih NSAID selektif(non selektif) + PPI atau misoprostol.

2. Masukkan data base pasien ke dalam format database (termasuk data subyektif dan
obyektif)
Subjektif Tanggal Keterangan
29-08-2018 ● 1 minggu buang air besar berwarna kehitaman
seperti petis, konsistensi lunak 3-5x/hari
kurang lebih 1 gelas aqua.
● Nyeri ulu hati seperti ditusuk jarum, tidak
berkurang setelah makan.
● Rasa pusing berputar.
● Mual dan muntah 1x berwarna kehitaman yg
bercampur dengan makanan seperti kopi
sebanyak 20cc
● Riwayat dyspepsia sejak umur 40 th
● Kebiasan mengkonsumsi paramex dan puyer
bintang tujuh sejak 5 tahun lalu
● 1 bulan lalu pasien mengatakan hampir tiap hari
rutin konsumsi jamu untuk kurangi pegel linu
Tahun 2016 ● pasien masuk RS dirawat 7 hari dgn keluhan
bab berwarna hitam disertai muntah berwarna
hitam dan nyeri ulu hati
● Tidak sulit menelan
● Tidak ada rasa panas seperti rasa terbakar di dada
● Tidak ada penurunan BB
● Tidak pernah sakit kuning
● Tidak ada kencing berwarna seperti teh
● Tidak batuk dan sesak
● Tidak ada penurunan kesadaran
● Tidak ada kelemahan atau kelumpuhan
● Tidak ada nyeri pada tulang
● Tidak pernah konsumsi obat-obatan
pengencer darah
Objektif
Tanda vital
TD : 140/90 mmHg
Nadi : 72 x/menit/Reguler/Lemah
Suhu : 36,6 0C
Respiratory Rate : 19 x/ menit

Pemeriksaan penunjang

30-08- 2018 31-08-2018

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


WBC 21.32/UI 4.50-11.50 Gula darah 96 mg/dL 74-110 mg/dL
puasa
RBC 1.8/UI 4.2-6.1 Gula darah 2 121 mg/dL ≤140 mg/dL
jam PP
HGB 4.9g/dL 12.3-15.3 BUN 28 mg/dL 6.0-23.0
mg/dL
HCT 16% 37.0-52.0 Serum 1.2 mg/dL 0.5-0.9 mg/dL
kreatinin
PLT 374/UI 152-396 Albumin 3.1 g/dL 3.6-4.9 g/dL
MCV 87.9 fl 79.0-99.0 Globulin 2.2 g/dL 2.0-3.6 g/dL
MCH 26.9pg 27.0-31.0 Bilirubin 0.22 g/dL ≤0.30 mg/dL
direct
MCHC 30.6 g/dL 33.0-37.0 Bilirubin total 0.51 mg/dL ≤1.20 mg/dL
Gula darah 143 ≤ 140 mg/dL SGOT 62 U/L ≤32 U/L
mg/dL
sewaktu
BUN 49.7 6.0-23.0 mg/dL SGPT 27 U/L ≤33 U/L
mg/dL
Serum 1.6 mg/dL 0.5-0.9 mg/dL Natrium 141 mmol/I 136-145
mmol/I
Kreatinin
SGOT 42 U/L ≤ 32 U/L Kalium 3.9 mmol/I 3.5-5.1 mmol/I
SGPT 38 U/L ≤ 33 U/L Khlorida 106 mmol/I 97-111 mmol/I
Natrium 141 136 -145
mmol/I mmol/I
Kalium 4.0 3.5-5.1 mmol/I
mmol/I
Khlorida 95 97-111 mmol/I
mmol/I
Pemeriksaan endoskopi
3. Buatlah assessment termasuk melakukan skrining resep dokter Pada Resep

Data Skrining Keterangan

Nama dokter Ada


SIP dokter Ada
Alamat praktek Ada
Tanggal resep Ada
Tanda R/ Ada
Nama obat Ada
Cara pakai obat Ada
Bentuk sediaan Ada
Nama pasien Ada
Umur pasien Ada
Berat badan pasien Tidak ada
Jenis kelamin pasien Ada
Alamat pasien Ada
Paraf dokter Ada

 Mual dan nyeri ulu hati yang diderita pasien dapat disebabkan karena pasien mengalami
dyspepsia yang telah diderita sebelumnya
 Mual yang diderita disebabkan karena ES dari paramex dan puyer bintang tujuh yang
mengandung kafein sehingga dapat memicu meningkatnya asam lambung dan
meningkatnya tekanan darah
 Konsumsi jamu pegal linu dapat memicu tukak lambung
 Komplikasi yang terjadi pada tukak lambung dapat menyebabkan BAB hitam, muntah
darah, dan anemia
 Pada resep yang diberikan, dosis prosogan terlalu tinggi
 Pada resep yang diberikan, dosis sucralfat terlalu rendah
 Pasien membutuhkan transfusi darah karena kadar hemoglobinnya rendah (sesuai anjuran
untuk pasien kadar hemoglobin < 8 g/dl membutuhkan transfuse darah)
 Pasien membutuhkan terapi untuk tekanan darah tinggi stage 1 yang diderita
 Pasien membutuhkan hepatoprotektor karena kadar SGOT tinggi
4. Buatlah rekomendasi terapi pada pasien, rute pemberian, regimentasi dosis, dan
karakteristik fisika– kimia obat.
1. Infus RL
Rute : Intravena
Dosis : 21 tpm
Fisika kimia :

2. Santagesic
Rute : intramuscular
Dosis : 3x500 mg inj
Fisika kimia : Santagesik mengandung Metamizole. Metamizole merupakan asam
sulfonik dan tersedia dalam bentuk garam kalsium, natrium dan
magnesium. Bentuk garam sodium monohidratnya berwarna putih dan
hampir seperti bubuk kristalin yang tidak stabil terhadap adanya
cahaya, sangat mudah larut dalam air dan etanol meskipun secara
praktik tidak dapat larut pada diklorometan.

3. Prosogan
Rute : intravena
Dosis : 2x30 mg inj
Fisika kimia : Lansoporazol (Prosogan, Prezal) adalah derivate-piridil (1992) dengan
sifat-sifat yang dalam garis besar sama dengan omeprazole (tak tahan
asam, PP>95%, t1/2 ca 1,4 jam). Dosis: pada esofagitis dan ulcus 1 dd 30
mg 1 jam sebelum makan pagi selama 4-8 minggu, pada ulcusduodeni
selama 2-4 minggu
4. Kalnex
Rute : intravena / intramuscular
Dosis : 2x150 mg inj
Fisika kimia : Kalnex merupakan obat yang mengandung asam traneksamat. Asam
traneksamat adalah bubuk kristal putih yang tidak berbau atau hampir
tidak berbau. Kelarutan Asam Traneksamat mudah larut dalam air dan
asam asetat glasial, praktis tidak larut dalam metanol, etanol,aseton, dietil
eter dan benzena
5. Sukralfat
Rute : Oral
Dosis : 4x1 hari 2 sendok takar
Fisika kimia : Sukralfate sukar larut dalam air, dalam air panas, dalam etanol

6. Captopril
Rute : Oral
Dosis : 2x1 hari 12.5 mg
Fisika Kimia : Kaptopril bersifat mudah larut dalam air. Kaptopril dapat diabsorpsi di
saluran cerna sekitar 60-75% (Sweetman, 2009). Adanya makanan dapat
mengurangi absorbsi obat 30-40% (Siswandono & Soekardjo, 2008).
Sehingga, baik diberikan saat perut kosong (McEvoy, 2011).
7. Transfusi darah
Rute :
Fisika kimia :
8. Hepa toga
Rute : Oral
Dosis : 3x1 hari 2 kapsul
Fisika kimia : Curcumae rhizoma ekstrak Temulawak telah lama diketahui
mengandung senyawa kimia yang mempunyai keaktifan fisiologi, yaitu
kurkuminoid dan minyak atsiri. Kandungan dalam temulawak ini dapat
mencegah dan mengatasi hepatitis serta penyakit hati, membantu
menurunkan kadar SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase)
dan SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase) dan sebagai anti-
hepatotoksik. Ekstrak Daun sambiloto banyak mengandung senyawa
Andrographolide, senyawa ini memiliki sifat melindungi hati
(hepatoprotektif) dan dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Phyllantus
niruri herba ekstrak Meniran mengandung phyllanthin dan
hypophyllanthin yang memiliki efek antioksidatif dan melindungi hati
dari racun. Meniran juga secara tradisional digunakan untuk membantu
merangsang sel imun bekerja lebih efektif.

5. Sampaikan kepada dokter penulis resep jika resep pada masalah (tulis bagaimana
cara menyampaikannya ke dokter).
Penyampaian Pada Dokter

Apoteker : Halo, selamat pagi. Apakah ini benar dengan dokter shifa nur ?
Dokter : Pagi. Iya benar dengan saya
Apoteker : perkenalkan saya Mega. Apoteker dari apotek setia budi. Maaf dok apa
pasien atas nama Ny. CN yang terdiagnosa hemetemesis melena adalah
pasien dokter ?
Dokter : ya benar mbak, ada apa ya ? apa ada masalah pada pasien tersebut?
Apoteker : begini dok, dari resep yang dokter berikan, untuk obat prosogan dosisnya
terlalu tinggi dok. Jadi bagaimana kalau diturunkan saja menjadi 2x30 mg
inj dok?
Dokter : oh terlalu tinggi ternyata ya. Boleh saja, silahkan diturunkan dosisnya.
Apa ada permasalahan lainnya?
Apoteker : untuk sukralfat yang diberikan, dosisnya terlalu rendah dok. Bagaimana
jika dinaikkan menjadi 4x1 hari 2 sendok takar?
Dokter: boleh, silakan dinaikkan sesuai dosis tepat.
Apoteker : Baik dok, terimakasih atas waktunya dok. Selamat melanjutkan aktivitas.
Selamat pagi dok
Dokter : iya mbak, sama sama
6. Pengatasan masalah apabila stok obat pada resep habis

Apoteker akan mengkonfirmasi ke dokter pemberi resep bahwa stok obat pada
resep habis dan memberi solusi yaitu mengganti nama obat dengan obat yang tersedia di
apotek namun memiliki kandungan komposisi yang sama seperti yang dimaksud pada
resep. Apabila dokter tidak menyetujui solusi tersebut, maka apoteker menyarankan
untuk pemberian copy resep dan menyerahkan obat yang tersedia saja.

7. Terapi non farmakologi

 Pasien disarankan untuk beristirahat tanpa aktivitas berat


 Pasien disarankan makan dengan teratur
 Pasien harus menghindari rokok, alkohol, makanan pedas, terlalu berminyak, kopi
 Pasien disarankan untuk pola hidup sehat

8. Pemantauan terapi obat


Nama : Ny. CN Alamat : Jalan Dadapan 1 Surakarta
Umur : 62 tahun No RM : 02132001
Jenis kelamin : Perempuan Diagnosis : Hematemesis Melena

Terapi Assessment DRP Planning Monitoring


Infus rl Untuk - Terapi Kadar elektrolit
memenuhi dilanjutkan pasien
kebutuhan
elektrolit pada
pasien
Santagesic Untuk - Terapi Rasa Nyeri ulu
pengobatan dilanjutkan hati yang
nyeri yang diderita pasien
diderita pasien
Prosogan Untuk mengatasi Dosis terlalu Diturunkan dosis Rasa mual dan
mual dan tinggi pemakaiannya frekuensi
muntah pasien menjadi 2x1 30 muntah pasien
dengan mg inj
menurunkan
sekresi asam
lambung
Kalnex Untuk mengatai - Terapi Pendarahan akut
pendarahan dilanjutkan pada saluran
cerna atas pasien
Sukralfat Untuk mengatasi Dosis terlalu Dosis pemakaian Nyeri ulu hati
tukak lambung rendah dinaikkan
pasien menjadi 4x1 hari
2 sendok takar
Seluruh terapi berdasarkan resep yang diberikan tetap dilanjutkan sesuai planning, namun
disertai penambahan terapi pengobatan berikut :

Captopril Untuk Indikasi tanpa Diberikan Tekanan


mengatasi terapi captopril darah pasien
hipertensi stage dengan dosis
1 yang diderita 2x1 hari 12.5
pasien mg
Transfuse darah Untuk Indikasi tanpa Diberikan sesuai Kadar
mengatasi terapi kebutuhan hemoglobin
anemia yang pasien pasien
diderita pasien
Hepa toga Sebagai Indikasi tanpa Diberikan heap Kadar SGOT
hepatoprotektor terapi toga 3x1 hari 2 pasien
pada organ hati kapsul
pasien karena
memiliki kadar
SGOT yang tinggi
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Huda Nurarif (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
&
NANDA NIC NOC. Yogyakarta: Medi Action.

Azmi, Fadhil et.al. (2016). Gambaran Esofago gastro duodenoskopi Paien Hematemesis Melena
Di RSUP M. Djamil Padang Periode Januari 2010- Desember 2013. Jurnal Kesehatan
Andalas. Vol (5). 1.

Brunner & Suddart, (2013). Buku Ajar Keperawatan medikal Bedah Edisi 8 volume 2.
Jakarta EGC

Fadila Milani. 2015. Hematesis Melena Dikarenakan Gastritis Erosif dengan Anemia dan


Riwayat Gout Atritis. Fakultas kedokteran : Universitas Lampung.
Grace. A. Pierce & Borley. Neil. (2006). At a Glance Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai