Anda di halaman 1dari 28

MODUL 4

BLOK TUMBUH KEMBANG DAN


GERIATRI
INKONTINENSIA URIN
KELOMPOK 16
Aqilla Nadya Zalzabila 110 2016 0109
Anugrah Febrianti Azis 110 2016 0033
Andry Pratama 110 2016 0107
Andi Suryanti Tenri Rawe 110 2016 0124
Andi Siti Nur Pranana U.F. 110 2016 0043
Andi Sesarina Tenri Ola S. 110 2016 0131
Andi Nurul Fadillah 110 2016 0123
Rahmawaty Kurnia Putri 110 2016 0111
Haerul Ikhsan H. 110 2015 0047
Andi M. Shofwatul Islam H. 110 2016 0004
SKENARIO 2
Anamnesis : Laki-laki 70 tahun dibawa ke Rumah Sakit oleh keluarganya dengan keluhan selalu
kencing sedikit-sedikit. Keadaan ini dialami sudah sejak 4 bulan lalu dimana penderita merasa tidak puas
bila berkemih dan kadang tanpa disadari celananya basah oleh air kencingnya. Tidak ada keluhan sakit
saat berkemih dan warna urin kuning jernih.
Penderita juga mengeluh sejak seminggu yang lalu batuk-batuk, banyak lendir kental berwarna kuning,
tetapi tidak demam. Nafsu makannya sangat berkurang dan barat badan agak menurun. Riwayat
penyakit selama ini, sejak 25 tahun penderita mengidap penyakit kencing manis dan berobat teratur
dengan obat Glibenklamide 5 mg, tekanan darah tinggi berobat dengan obat Captopril 25 mg. Sejak 8
tahun lalu badan sebelah kiri lemah oleh karena serangan strok sehingga berjalan tidak stabil.
Pemeriksaan fisik : Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah baring 180/70 mmHg dan
duduk 160/70 mmHg, nadi 92x/menit, suhu aksiler 37OC, pernapasan 24x/menit. Pada auskultasi paru-
paru ditemukan adanya ronkhi basah kasar pada bagian medial paru kanan dan kiri. Jantung, hati dan
limpa kesan dalam batas normal. Berat badan 47 kg dan tinggi badan 165 cm.
Pemeriksaan Penunjang : Pem. laboratorium kadar Hb 10,3 gr%, Leukosit 12.500 /mm3, GDS 251
mg/dl, ureum 58 mg/dl, kreatinin 1,40 mg/dl, asam urat 6,2 mg/dl, albumin 2,8 gr/dl.
Analisa urin : Sedimen leukosit : 1-3/lpb, eritrosit 8-10/lpb. Pemeriksaan toraks foto ditemukan adanya
perselubungan homogen di daerah medial kedua paru.
KALIMAT KUNCI
• Laki-laki 70 tahun
• Keluhan selalu kencing sedikit-sedikit
• Sejak 4 bulan yang lalu merasa tidak puas bila berkemih dan kadang tanpa disadari celananya basah
oleh air kencingnya
• Tidak ada keluhan sakit saat berkemih dan warna urin kuning jernih
• Sejak seminggu yang lalu batuk-batuk, banyak lendir kental berwarna kuning, tetapi tidak demam
• Nafsu makannya sangat berkurang dan barat badan agak menurun
• Sejak 25 tahun penderita mengidap penyakit kencing manis dan berobat teratur dengan obat
Glibenklamide 5 mg
• Riwayat tekanan darah tinggi berobat dengan obat Captopril 25 mg
• Sejak 8 tahun lalu badan sebelah kiri lemah oleh karena serangan strok sehingga berjalan tidak stabil
• Pem. laboratorium : • Pem. laboratorium :
– Kadar Hb 10,3 gr% – Kadar Hb 10,3 gr%
– Leukosit 12.500 /mm3 – Leukosit 12.500 /mm3
– GDS 251 mg/dl – GDS 251 mg/dl
– Ureum 58 mg/dl – Ureum 58 mg/dl
– Kreatinin 1,40 mg/dl – Kreatinin 1,40 mg/dl
– Asam urat 6,2 mg/dl – Asam urat 6,2 mg/dl
– Albumin 2,8 gr/dl – Albumin 2,8 gr/dl
• Analisa urin : • Analisa urin :
– Sedimen leukosit : 1-3/lpb – Sedimen leukosit : 1-3/lpb
– Eritrosit 8-10/lpb – Eritrosit 8-10/lpb
• Pemeriksaan toraks foto ditemukan adanya • Pemeriksaan toraks foto ditemukan adanya
perselubungan homogen di daerah medial perselubungan homogen di daerah medial
kedua paru kedua paru
DAFTAR MASALAH
1. Inkontinensia 6. Chronic Kidney Disease
2. Benign Prostat Hypertrophy 7. Hipotensi Ortostatik
3. Pneumonia 8. Diabetes Mellitus tipe 2
4. Inanisi 9. Anemia
5. Instabilitas
SKALA PRIORITAS
1. Inkontinensia Tipe Mix 5. Anemia
2. Pneumonia 6. Inanisi
3. Hipotensi Ortostatik 7. Chronic Kidney Disease
4. Diabetes Mellitus tipe 2 8. Instabilitas
1. INKONTINENSIA TIPE MIXED
Pada skenario termasuk Inkontinensia urin kronik ( Persisten ) tipe mixed dimana gabungan antara
inkontinensia urin tipe fungsional dan inkontinensia urin tipe overflow.
Tanda dan gejala inkontinensia urin sesuai skenario :
• Inkontinensia urin tipe fungsional :
- 70 tahun
- Tanpa disadari celananya basah oleh air kencingnya.
• Inkontinensia urin tipe overflow :
- Selalu kencing sedikit-sedikit
- Penderita merasa tidak puas bila berkemih
- Mengidap penyakit kencing manis
1. INKONTINENSIA TIPE MIXED
Pemeriksaan prnunjang : urinalisis urin dilakukan untuk mendeteksi adanya faktor yang berperan
terhadap terjadinya inkontinensia urin seperti hematuria, pyuria, bakteriuria, glukosuria, dan proteinuria.
• Pada pemeriksaan darah pada skenario ditemukan :
- GDS : 251 mg/dl (Hyperglikemia = DM : >200 mg/dl)
• Pada pemeriksaan urinalisis urin pada skenario ditemukan :
- Sedimen leukosit : 1-3 / LPB (Pyuria : Leukosit = >5/LPB)
- Eritrosit : 8-10/LPB (Hematuria : Eritrosit = >5/LPB)
PENATALAKSANAAN INKONTINENSIA
URIN
1.Terapi non farmakologi
Dilakukan dengan mengoreksi penyebab yang mendasari timbulnya inkontinensia urin, seperti
hiperplasia prostat, infeksi saluran kemih, diuretik, gula darah tinggi, dan lain-lain.
1. Melakukan latihan menahan kemih
2. Membiasakan berkemih pada waktu-waktu yang telah ditentukan
3. Promted voiding
4. Melakukan latihan otot dasar panggul dengan mengkontraksikan otot dasar panggul
PENATALAKSANAAN INKONTINENSIA
URIN
2.Terapi farmakologi
• Obat-obat yang dapat diberikan pada inkontinensia urgen adalah antikolinergik seperti
Oxybutinin, Propantteine, Dicylomine, flavoxate, Imipramine.
• Pada inkontinensia stress diberikan alfa adrenergic agonis, yaitu pseudoephedrine untuk
meningkatkan retensi urethra.
• Pada sfingter relax diberikan kolinergik agonis seperti Bethanechol atau alfakolinergik antagonis
seperti prazosin untuk stimulasi kontraksi, dan terapi diberikan secara singkat.
PENATALAKSANAAN INKONTINENSIA
URIN
3.Terapi pembedahan
4. Modalitas lain
Sambil melakukan terapi dan mengobati masalah medik yang menyebabkan inkontinensia urin,
dapat pula digunakan beberapa alat bantu bagi lansia yang mengalami inkontinensia urin :
a. Pampers
b. Kateter
c. Alat bantu toilet
2. PNEUMONIA
• Tindakan Suportif
Pemberian oksigen untuk mempertahankan PaO2 dan resusitasi cairan intravena untuk
memastikan stabilitas hemodinamik.

• Antibiotik
Antibiotik empirik yang tepat untuk pasien dengan adanya komorbid (penyakit jantung,
paru, hati, ginjal, DM, alkohol, keganasan, asplenia, obat immunosupresi, dan konsumsi
antibiotik 3 bulan sebelumnya)
a. Floroquinolon respirasi (moxifloxacin, gemifloxacin/levofloxacin 750 mg)
b. β-Lactam (cefotaxim, ceftriakson, ampicilin sulbaktam) + makrolid
3. HIPOTENSI ORTOSTATIK
• Hipotensi ortostatik adalah penurunan ≥20 mmHg tekanan darah sistolik atau ≥10 mmHg
tekanan darah diastolik dari posisi berbaring ke posisi duduk atau berdiri dengan selang waktu
3 menit sejak perubahan posisi.
• Berdasarkan skenario, terjadi penurunan tekanan darah sistolik dari 180/70 (saat baring)
menjadi 160/70 (saat duduk) sebanyak ≥ 20 mmHg.

Referensi :
Januar Raya GA Mudamakin. Risiko hipotensi ortostatik pada pasien geriatri dengan hipertensi. MEDICINA 2018, Volume 49. Jakarta, Indonesia.
Katzung, Betram G.(2013).Farmakologi Dasar dan Klinik Ed.12 Vol.1, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
PENATALAKSANAAN
Hipotensi ortostatik terjadi pada usia lanjut akibat disregulasi
sistem saraf otonom sehingga terjadi penurunan tekanan sistolik.
Sehingga penanganannya adalah memobilisasi dan melatih duduk serta
berdiri pada penderita. Apabila toleransi masih buruk juga, maka dapat
dicoba diberikan ephedrine sulfate 25-30 mg , 1-4 kali/hari, meningkatkan
jumlah minum dan NaCl.

Referensi :
Januar Raya GA Mudamakin. Risiko hipotensi ortostatik pada pasien geriatri dengan hipertensi. MEDICINA 2018, Volume 49. Jakarta, Indonesia.
Katzung, Betram G.(2013).Farmakologi Dasar dan Klinik Ed.12 Vol.1, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
4. DIABETES MELITUS TIPE 2
Tatalaksana :
1. Monitoring kadar glukosa darah
2. Agen hipoglikemik oral
• Metformin
• Sulfonilure
• Thiazolidinediones
• Satu-satunya alpha-glucosidase yang dapat diterima adalah acarbose
• Agen-agen terbaru seperti Exenatide (analog glucagon-like peptide-1) dan Sitagliptin
(dipeptidyl peptidase-4 inhibitor)
3. Insulin

Referensi : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia, PB. PERKENI. Jakarta. 2015
5. ANEMIA
Pengobatan anemia berbeda-beda tergantung jenis anemia yang diderita oleh pasien. Prinsip
pengobatan anemia adalah menemukan penyebab utama anemia. Beberapa contoh pengobatan
anemia berdasarkan jenisnya antara lain:

Anemia akibat kekurangan zat besi.


• Suplemen penambah zat besi

Anemia akibat kekurangan vitamin.


• Konsumsi makanan yang kaya akan asam folat dan vitamin B12, atau yang mengandung keduanya
5. ANEMIA
Anemia akibat penyakit kronis.
• Tidak ada pengobatan yang spesifik pada jenis ini karena tergantung pada penyakit yang
mendasari terjadinya anemia. Jika anemia bertambah parah, dapat diberikan transfusi darah atau
injeksi eritropoietin.
6. INANISI (NUTRISI)
• Berdasarkan skenario terjadi penurunan berat badan dan nafsu makan berkurang.

Nutrisi untuk Lansia

Zat gizi dari


Perlu diperhatikan porsi makanan, Banyak minum
makanan yang
jangan terlalu kenyang dan kurangi garam
beraneka ragam

Makanan
Batasi makanan yang manis-manis Batasi minum kopi
mengandung zat
atau gula, minyak dan makanan atau teh
besi
yang berlemak

Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan


Cara pemberian makanan
cara dikukus, direbus, atau dipanggang kurangi
melalui mulut (ORAL)
makanan yang digoreng
7. CHRONIC KIDNEY DISEASE
Berdasarkan skenario pasien mengalami CKD Stage 3B yaitu dengan dilakukan observasi , kontrol tekanan
darah, dan terapi komplikasi penyakit.

• Gaitonde, David Y., dkk. 2017. Chronic Kidney Disease: Detection and Evaluation. Am Fam Physician. 2017 Dec 15;96(12):776-783. Dwight D. Eisenhower Army Medical Center, Fort Gordon, Georgia.
• Suwitra, Ketut. 2014. Buku Ajar Penyakit Dalam. Edisi Keenam. Jilid. Jakarta: Interna Publishing.
PENYAKIT GINJAL KRONIK
Penatalaksanaan Penyakit Ginjal Kronik meliputi:
 Terapi spesifik terhadap penyakit dasar
 Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid
 Memperlambat pemburukan (progression) fungsi ginjal
• Pembatasan Asupan Protein
• (Protein harian 0.6-0.8 mg/kgBB/hari)
• Terapi Farmakologis
• (Obat Antihipertensi seperti ACE Inhibitor dan diuretic)
 Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular
 Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi
 Terapi pengganti ginjal berupa dialysis atau transplantasi ginjal

• Gaitonde, David Y., dkk. 2017. Chronic Kidney Disease: Detection and Evaluation. Am Fam Physician. 2017 Dec 15;96(12):776-783. Dwight D. Eisenhower Army Medical Center, Fort Gordon, Georgia.
• Suwitra, Ketut. 2014. Buku Ajar Penyakit Dalam. Edisi Keenam. Jilid. Jakarta: Interna Publishing.
8. INSTABILITAS
Kemungkinan penyakit pasca-stroke tersebut akan mengalami serangan ulangan atau pasca-stroke
kedua yang bergantung pada jenis pasca- stroke awal, usia pasien, dan penyakit yang terkait terutama
yang memang berperan sebagai factor resiko pasca-stroke. terjadinya pasca-stroke ulangan ini akan
meningkat apabila disertai adanya hipertensi yang tak terkendali. Dalam rentang waktu 5 tahun, risiko
untuk terjadinya pasca-stroke ulang di antara para penderita pasca-stroke berkisar antara 30-43%
rehabilitasi merupakan tatalaksana post stroke.

• Berdasarkan skenario :
1. sejak 8 tahun lalu badan sebelah kiri lemah oleh karena serangan stroke sehingga berjalan tidak
stabil
2. Umur pasien : 70 tahun
REHABILITAS
1. Brithing Exercise
• Breathing exercise adalah salah satu bentuk latihan pernafasan yang ditujukan untuk mencegah
penurunan fungsional system respirasi.
2. Pengaturan posisi tidur
• Posisi terlentang
• Posisi tidur miring kesisi yang sehat
• Posisi tidur miring ke sisi yang sakit
3. Mobilisasi dini dengan latihan gerak pasif dan aktif
• Latihan pada anggota gerak atas
• Latihan pada anggota gerak bawah

Anda mungkin juga menyukai