• Antibiotik
Antibiotik empirik yang tepat untuk pasien dengan adanya komorbid (penyakit jantung,
paru, hati, ginjal, DM, alkohol, keganasan, asplenia, obat immunosupresi, dan konsumsi
antibiotik 3 bulan sebelumnya)
a. Floroquinolon respirasi (moxifloxacin, gemifloxacin/levofloxacin 750 mg)
b. β-Lactam (cefotaxim, ceftriakson, ampicilin sulbaktam) + makrolid
3. HIPOTENSI ORTOSTATIK
• Hipotensi ortostatik adalah penurunan ≥20 mmHg tekanan darah sistolik atau ≥10 mmHg
tekanan darah diastolik dari posisi berbaring ke posisi duduk atau berdiri dengan selang waktu
3 menit sejak perubahan posisi.
• Berdasarkan skenario, terjadi penurunan tekanan darah sistolik dari 180/70 (saat baring)
menjadi 160/70 (saat duduk) sebanyak ≥ 20 mmHg.
Referensi :
Januar Raya GA Mudamakin. Risiko hipotensi ortostatik pada pasien geriatri dengan hipertensi. MEDICINA 2018, Volume 49. Jakarta, Indonesia.
Katzung, Betram G.(2013).Farmakologi Dasar dan Klinik Ed.12 Vol.1, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
PENATALAKSANAAN
Hipotensi ortostatik terjadi pada usia lanjut akibat disregulasi
sistem saraf otonom sehingga terjadi penurunan tekanan sistolik.
Sehingga penanganannya adalah memobilisasi dan melatih duduk serta
berdiri pada penderita. Apabila toleransi masih buruk juga, maka dapat
dicoba diberikan ephedrine sulfate 25-30 mg , 1-4 kali/hari, meningkatkan
jumlah minum dan NaCl.
Referensi :
Januar Raya GA Mudamakin. Risiko hipotensi ortostatik pada pasien geriatri dengan hipertensi. MEDICINA 2018, Volume 49. Jakarta, Indonesia.
Katzung, Betram G.(2013).Farmakologi Dasar dan Klinik Ed.12 Vol.1, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
4. DIABETES MELITUS TIPE 2
Tatalaksana :
1. Monitoring kadar glukosa darah
2. Agen hipoglikemik oral
• Metformin
• Sulfonilure
• Thiazolidinediones
• Satu-satunya alpha-glucosidase yang dapat diterima adalah acarbose
• Agen-agen terbaru seperti Exenatide (analog glucagon-like peptide-1) dan Sitagliptin
(dipeptidyl peptidase-4 inhibitor)
3. Insulin
Referensi : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia, PB. PERKENI. Jakarta. 2015
5. ANEMIA
Pengobatan anemia berbeda-beda tergantung jenis anemia yang diderita oleh pasien. Prinsip
pengobatan anemia adalah menemukan penyebab utama anemia. Beberapa contoh pengobatan
anemia berdasarkan jenisnya antara lain:
Makanan
Batasi makanan yang manis-manis Batasi minum kopi
mengandung zat
atau gula, minyak dan makanan atau teh
besi
yang berlemak
• Gaitonde, David Y., dkk. 2017. Chronic Kidney Disease: Detection and Evaluation. Am Fam Physician. 2017 Dec 15;96(12):776-783. Dwight D. Eisenhower Army Medical Center, Fort Gordon, Georgia.
• Suwitra, Ketut. 2014. Buku Ajar Penyakit Dalam. Edisi Keenam. Jilid. Jakarta: Interna Publishing.
PENYAKIT GINJAL KRONIK
Penatalaksanaan Penyakit Ginjal Kronik meliputi:
Terapi spesifik terhadap penyakit dasar
Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid
Memperlambat pemburukan (progression) fungsi ginjal
• Pembatasan Asupan Protein
• (Protein harian 0.6-0.8 mg/kgBB/hari)
• Terapi Farmakologis
• (Obat Antihipertensi seperti ACE Inhibitor dan diuretic)
Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular
Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi
Terapi pengganti ginjal berupa dialysis atau transplantasi ginjal
• Gaitonde, David Y., dkk. 2017. Chronic Kidney Disease: Detection and Evaluation. Am Fam Physician. 2017 Dec 15;96(12):776-783. Dwight D. Eisenhower Army Medical Center, Fort Gordon, Georgia.
• Suwitra, Ketut. 2014. Buku Ajar Penyakit Dalam. Edisi Keenam. Jilid. Jakarta: Interna Publishing.
8. INSTABILITAS
Kemungkinan penyakit pasca-stroke tersebut akan mengalami serangan ulangan atau pasca-stroke
kedua yang bergantung pada jenis pasca- stroke awal, usia pasien, dan penyakit yang terkait terutama
yang memang berperan sebagai factor resiko pasca-stroke. terjadinya pasca-stroke ulangan ini akan
meningkat apabila disertai adanya hipertensi yang tak terkendali. Dalam rentang waktu 5 tahun, risiko
untuk terjadinya pasca-stroke ulang di antara para penderita pasca-stroke berkisar antara 30-43%
rehabilitasi merupakan tatalaksana post stroke.
• Berdasarkan skenario :
1. sejak 8 tahun lalu badan sebelah kiri lemah oleh karena serangan stroke sehingga berjalan tidak
stabil
2. Umur pasien : 70 tahun
REHABILITAS
1. Brithing Exercise
• Breathing exercise adalah salah satu bentuk latihan pernafasan yang ditujukan untuk mencegah
penurunan fungsional system respirasi.
2. Pengaturan posisi tidur
• Posisi terlentang
• Posisi tidur miring kesisi yang sehat
• Posisi tidur miring ke sisi yang sakit
3. Mobilisasi dini dengan latihan gerak pasif dan aktif
• Latihan pada anggota gerak atas
• Latihan pada anggota gerak bawah