SKENARIO 4
“ LEMAS’’
NAMA : LUGINO
NPM : 114170035
KELOMPOK: 1A
TUTOR : dr. Alya Amila Fitrie, M.Kes, Sp.PA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2021
SKENARIO 4
Lemas
Seorang laki-laki berusia 47 tahun datang ke IGD dengan keluhan lemas sejak ± 1 minggu yang
lalu. Keluhan disertai mual, nyeri perut dan oliguria. Pasien mengaku sebelumnya BAB cair
>10x/hari selama 5 hari dan muntah-muntah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum
tampak sakit sedang, kesadaran CM, TD 140/90 mmHg, N 116 x/m, RR 25x/m, S 36,9 C. Bibir
tampak kering, nyeri tekan pada epigastrium. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 10
g/dl, Leukosit 16.200 /uL, Trombosit 472.000/uL, Ureum 111.7 mg/dl, Kreatinin 1,99 mg/dl.
Dokter mengusulkan untuk dilakukan pemeriksaan AGD. Dokter memberikan tatalaksana lebih
lanjut.
1. Oliguria : penurunan produksi dan ekskresi urin dibandingkan dengan asupan cairan,bias
anya dinyatakan sebagai kurang dari 500ml per 24jam.
2. AGD : Analisa gas darah prosedur medis mengukur ph,gas oksigen dari pembuluh darah
arteri
3. Ureum : zat sisa dari pemecahan protein dan asam amino di dalam tubuh.
4. Epigastrium : yang terletakdi bawah tulang dada di atas pusar atau bagian tengah perut at
as
5. Kreatinin : produk akhir dari kretininfosfat disintesa dalam hati dan ditemukan di otot ran
gka
1. Kemungkinan pasien mengalami adanya suatu penurunan pada fungsi ginjal,maka terjadi
kegagalan ginjal dalam mengekskresikan dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrol
it sehingga pasien mengeluhkan mual muntah dan bibir kering.Fungsi ginjal untuk memp
roduksi urin,kalo ginjal ada fungsi yang rusak akan terjadi oliguria.pasien mengalami hub
ungan dengan BAB cair >10x akan terjadi dehidrasi,perut nya mual,dari kurang nya caira
n pada tubuh akan berakibat ke ginjal dan mengakibatkan oliguria.
2. Hb 10 g/dl normal 12 g/dl mengalami penurunan, leukosit 16.200 normal meningkat karn
a adanya suatu infeksi bakteri aatau sepsis,pasien lemas mual dan haus kehilangan cairan
melalui gastrointestinal, ureum 111.7 mg/dl ureum terlalu tinggi disebut uremia,laju filtra
si glomerulus nya,memiliki awal onset mual muntah dan haus meningkat, kreatinin 1,99
mg/dl normal pria 0.6-1,2 wanita 0,6-1,1 jika kreatinin meningkat disebabkan penurunan
fungsi ginjal. Ureum meningkat karena adanya gangguan di gromelurus,ureum meningka
t biasanya pasien mudah berkeringat,keringat bersifat korosif terjadi gangguan integritas
kulit menyebabkan anuria mengalami susah buang air kecil atau oliguria.
3. Manifestasi klinis : prerenal adanya rasa haus,seperti ingin jatuh,hipotensi ,penuruna JVP,
tanda tanda sepsis, renal adanya Riwayat operasi besar,oliguria,edem,hematuria,glomerul
o nefritis , posrenal nyeri supra pubik. Pemeriksaan penunjang : urinalisis,radiologi,biops
y ginjal.
Adanya cedera pada ginjal acute kidney injury,penyebab nya prerenal,intra renal,posrenal.
Prerenal masalah pada sebelum aliran darah masuk pada ginjal masalah pada volume,bisa
oenurunan adanya diare dan muntah,perdarahan,atau penurunan yang sifat relative terdap
at aliran darah tapi tidak sampai masuk ke ginjal. Intra renal masalah nya ada di ginjal,ad
a gangguan dari glomerular.Postrenal masalahnya di ureter bisa karna ada batu atau krista
l sehingga terhambat masuknya.
Bisa juga dilihat dari serum kreatinin
4. Analisa gas darah (AGD) adalah prosedur pemeriksaan medis yang bertujuan untuk meng
ukur jumlah oksigen dan karbon dioksida dalam darah. AGD juga dapat digunakan untuk
menentukan tingkat keasaman atau pH darah. Sel-sel darah merah mengangkut oksigen d
an karbon dioksida yang juga dikenal sebagai gas darah ke seluruh tubuh. Ketidakseimba
ngan antara oksigen, karbon dioksida, dan tingkat pH darah dapat mengindikasikan adany
a suatu penyakit atau kondisi medis tertentu. Pemeriksaan AGD akan memberikan hasil p
engukuran yang tepat dari kadar oksigen dan karbon dioksida dalam tubuh. Hal ini dapat
membantu dokter menentukan seberapa baik paru-paru dan ginjal bekerja. Biasanya dokt
er memerlukan tes analisa gas darah apabila menemukan gejala-gejala yang menunjukkan
bahwa seorang pasien mengalami ketidakseimbangan oksigen, karbon dioksida, atau pH
darah.
5. Prarenal : dilihat dari factor pencetus status dehidrasi,periksa konsentrasi natrium urin,vol
ume darah,obat nya dieuretik supaya laju dari urinasi meningkat,inotopik dan dopamine.
Kehilangan cairan infus nacl 0,9%,mual muntah dosis ondansentron 8ml gram 2xsehari,d
iuretic obat menambah kecepatan dalam pembentukan urin bisa diberikan 2,5mgX sehari
bisa di tingkatkan 5mg perhari
1. Kemungkinan pasien mengalami adanya suatu penurunan pada fungsi ginjal,maka terjadi
kegagalan ginjal dalam mengekskresikan dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrol
it sehingga pasien mengeluhkan mual muntah dan bibir kering.Fungsi ginjal untuk memp
roduksi urin,kalo ginjal ada fungsi yang rusak akan terjadi oliguria.pasien mengalami hub
ungan dengan BAB cair >10x akan terjadi dehidrasi,perut nya mual,dari kurang nya caira
n pada tubuh akan berakibat ke ginjal dan mengakibatkan oliguria.
BAB adanya masalah di digestive dan dehidrasi sehingga merasa lemas,Acute kidney inj
ury ginjal mengalami masalah pada filtrasi nya pada prerenal kehilangan cairan yang abs
olut dan tidak bisa masuk ke dlm tubuh,cairan nya menguap,ada yang sifat relative karna
gagal jantung kongestif.Ketika aliran darah berkurang akan terjadi penurunan,mengakibat
kan laju filtrasi glomelorus menurun,urea kreatinin disaring.Ketika aliran darah dari ginja
l menurun akan di deteksi dari sel macula densa mengakibatkan sekresi hormone renin at
au system RAA pelepasan aldosterone diproduksi oleh kelenjar adrenal dan berfungsi unt
uk memberitahu ke ginjal reabsorpsi air dan natrium di dalam tubuh,terjadi juga reabsorp
si darah ke dalam kreatinin.Tekanan darah pengaruh vasokontriksi dari arteri di ginjal,terj
adi iskemia darah ke jaringan tubuh berkurang,akibat pengeluaran aldosterone akan meni
ngkatkan tekanan darah,terjadi iskemi akan terjadi nekrosis laju glomerulus menurun
2. peningkatan ureum kreatinin menandakan adanya kerusakan pada fungsi ginjal akibat dar
i tidak optimalnya sekresi dari ureum daan kreatinin di dalam urin,sehingga terjadi penun
mpukan didalam tubuh,peningkatan ini terjadi akibat dari enurunan laju filtrasi glomerulu
s,Apabila kadarnya lebih dari normal hal ini dapat disebabkan oleh adanya penyakt ginjal
atau gagal ginjal
Hb menurun karena akibat terganggu fungsi ginjal berpengaruh eritrosit,tidak dapat mem
produksi eritropoetin . Peningkatan kadar ureum darah terlalu tinggi yaitu uremia,laju filt
rasi glomerulus abnormal,awal onsel gejala mual muntah,rasa haus yang meningkat.
Leukosit suatu tanda apabila ada infeksi,keluham mual penyebab dari infeksinya, dari tro
mbosit yaitu platelet menggumpalkan darah
3. Prerenal : ditemukan haus,mukosa kering,turgor kulit menurun, Renal : demam,eritemato
sa,hypovolemia . Postrenal : nyeri suprapubic
Pemeriksaan penunjang : urinalisis didapatkan sedimen granular seperti lumut,sedimen er
itrosit ,sedimen leukosit adanya nefritis interstitial,biopsy ginjal untuk diagnosis pasti kec
urigaan gangguan acute renal.Pemeriksaan laboratorium darah rutin atau darah lengkap :
kretinin serum,kreatinin kinase,pemeriksaan radiologi.
4. AGD pemeriksaan yang tujuan nya untuk mengukur karbondioksida oksigen dalam darah
bisa menukur tingkat keasaman ph dalam darah,dapat mengindikasikan suatu penyakit at
au kondisi medis tertentu,pemeriksaan AGD juga akan menghasilkan pengukuran kadar o
ksigen untuk mengukur seberapa baik paru-paru,gejalanya bisa sesak nafas,sulit berjafas,
kebingungan.Ph menggambarkan asam basa dalam tubuh normal nya 7,35-7,45 , pco2 ka
rbondioksida yang terlarut dalam plasma untuk efektifitas kadar dalam darah , pa02 ukura
n tekanan parsial dalam sejumlah oksigen yang terlarut dalam plasma nilai normal nya 7
5-100 ml , hco3 nilai normal 22-32 .
Tujuan dilakukan pemeriksaan AGD untuk menilai dari keseimbangan asam basa apakah
berat/tidak,menilai untuk terapi nya salah satunya ketika kadar asam basa berat akan dila
kukan cuci darah.
5. Mual muntah kehilangan cairan infus nacl 0,9% ,perdarahan hebat transfusi darah, kadar
asam berat cuci darah,
Non farmako : menjaga tekanan darah mengontrol kerusakan ginjal,perubahan gaya hidu
p seperti mengurangi konsumsi garam,oenurunan berat badan,intek cairan dan maakanan,
diet rendah protein,hemodialisis merupakan terapi yang berfungsi mengeluarkan racun da
ri perdarahan seperti air,natrium,zat zat yang lain.
MIND MAP
Penegakan Diagnosis
(Anamnesis,Pemeriksaan Tatalaksana (Farmakologi Komplikasi,Edukasi dan
Faktor Resiko dan Etilogi Patofisiologi
fisik,Pemeriksaan dan non farmakologi) Pencegahan
Penunjang)
1. Definisi,etilogi dan faktor resiko dari gagal ginjal akut dan kronis
2. Patofisiologi gagal ginjal akut dan kronis
3. Penegakan diagnosis gagal ginjal akut dan kronis
4. Tatalaksana farmakologi dan non farmakologi gagal ginjal akut dan kronis
5. Edukasi,pencegahan dan komplikasi
6. Keseimbangan asam basa pada gagal ginjal
REFLEKSI DIRI
Alhamdulilah pbl berjalan lancar semoga pertemuan selanjurtny lebih baik
- BELAJAR MANDIRI
STEP 7 – Penjelasan
Penyebab utama GgGA intrinsik adalah nekrosis tubular akur (TNA). Penyebab
kerusakan ginjal pada TNAdapat dibagi menjadi dua yaitu: proses iskemik dan
proses nefrotoksik. Walaupun demikian, TNA umumunya diakibatkan oleh etiologi
multifaktorial yang biasanya terjadi pada keadaanpenyakit akut dengan sepsis,
hipotensi, atau penggunaan obat-obatan yang nefrotoksik.
3) Postrenal (obstruksi} pada ureter, leher kandung kemih, atau uretra (5%).
Gangguan ginjal akutpost-renal terjadi akibat sumbatan dari sistem traktus
urogenitalis. Sumbatan dapat terjadi pada tingkat buli-buli dan uretra atau disebut
juga sumbatan tingkat bawah, atau terjadi pada ureter dan pelvis ginjal yang disebut
dengan sumbatan tingkat atas. Apabila terjadi pada tingkat atas, maka sumbatannya
harus bilateral atau terjadi pada hanya 1 buah ginjal yang berfungsi dimana ginjal
satunya sudah tak berfungsi. Pada anak-anak, sumbatan tingkat atas umumnya
diakibatkan oleh striktur ureter kongenital, atau striktur katup ureter. Pada
wanitadewasa, sumbatan tingkat atas umumnya disebabkan oleh keganasan di daerah
retroperitoneal atau pada panggul, sedangkan pada laki-laki biasanya diakibatkan
oleh pembesaran atau keganasan prostat. Sumbatan dapat bersifat total dan disertai
anuria, atau parsial yang biasanya tidak memiliki manifestasi klinik.
B. Patofisiologi AKI
PATOFISIOLOGI PRE RENAL
Gangguan ginjal akut pre-renal menggambarkan reaksi ginjal akibat kekurangan
cairan. Pada keadaan ini, fungsi ginjal sebelumnya adalah normal.
1) Berkurangnya perfusi ginjal dan volume efektif arterial akan menstimulasi aktivitas
sistem saraf simpatis dan renin- angiotensin- aldosteron.
2) Stimulasisistem renin- angiotensin- aldosterone akan mengakibatkan peningkatan
kadar angiotensin II yang akan menimbulkan vasokonstriksi arteriol efferent
glomerulus ginjal (post-glomerulus).
3) Angiotensin Il juga berperan pada arteriol afferent glomerulus ginjal (pre-
glomerulus) tetapi efeknya akan meningkatkan hormon vasodilator prostaglandin
sebagai upaya kontra-regulasi.
4) Vasokonstriksi pada post-glomerulus dilakukan untuk mempertahankan tekanan
kapiler intra-gomerulus serta laju filtrasi glomerulus (LFG) agar tetap normal.
5) Beberapa faktor gangguan hemodinamik yang akan meningkatkan kadar
angiotensin II, akan merangsang pula sistim saraf simpatis sehingga terjadi
reabsorbsi air dan garam di tubulus proksimal ginjal. Pada keadaan tersebut terjadi
perangsangan sekresi dari hormon aldosteron dan vasopresin (hormon antidiuretik)
sehingga mengakibatkan peningkatan reabsorbsi natrium, urea dan air pada segmen
distal nefron.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa : sebagai respons fisiologis terhadap
gangguan hipoperfusi ginjal yang ringan, maka untuk mempertahankan LFG terjadi
retensi urin dan natrium sehingga urin menjadi pekat dengan kadar natrium yang rendah.
Profil urine Klasik pada pasien dengan azotemia prerenal adalah: kadar natrium dalam
urine rendah (<20 meq/L), ekskresi fraksional Natrium (fractional excretion of Natrium)
rendah (<1), ekskresi fraksional urea (fractional excretion of) urea rendah (<35%) dan
osmolalitas urin tinggi. Mekanisme autoregulasi diatas dapat terganggu atau tidak dapat
lagi dipertahankam apabila pasien GgGA prerenal mengalami gangguan hipoperfusi
ginjal yang berat atau berlangsung lama
PATOFISIOLOGI RENAL
Penyebab utama GgGA intrinsik adalah nekrosis tubular akur (TNA). Penyebab
kerusakan ginjal pada TNAdapat dibagi menjadi dua yaitu: proses iskemik dan proses
nefrotoksik. Walaupun demikian, TNA umumunya diakibatkan oleh etiologi
multifaktorial yang biasanya terjadi pada keadaanpenyakit akut dengan sepsis, hipotensi,
atau penggunaan obat-obatan yang nefrotoksik.
PEMELIHARAAN (MAINTENANCE)
EKSTENSI Ditandai adanya perbaikan dan diferensiasi
Pada tahap ekstensi ini bukan hanya ulang (redifferentiation) dari sel-sel epitel dan
endotel sehingga terjadi perbaikan fungsi ginjal
terjadi gangguan iskemia saja, tetapi atau "fase perbaikan” (recovery).Terjadi 1-2
juga kerusakan endotel mikrovaskular minggu dengan LFG yang bertahan pada angka
dan aktivasi jalur-jalur inflamasi 5-10 mL/menit. Pada fase ini, produksi urin
berada pada titik yang paling rendah dan
komplikasi uremia muncul.
Respon ginjal terhadap hipoperfusi umumnya berakhir dalam dua keadaan, yaitu:
azotemia prerenal atau gangguan iskemik. Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa pada
azotemia prerenal, hipoperfusi akan mengganggu fungsi ginjal saja dan dapat kembali
normal (reversibel) bila hipoperfusinya diatasi.
KLASIFIKASI AKI
Klasifikasi GgGA ditentukan berdasarkan kadar kreatinin serum, laju filtrasi
glomerolus (LFG) atau produksi urin (Tabel I). Stadium GgGA mengikuti kriteria
stadium yang lebih tinggi.
Contoh : kriteria kreatinin serum menunjukkan GgGA stadium I, sementara kriteria
produksi urin menunjukkan stadium 2. Maka, GgGA pada kasus tersebut termasuk
dalam GgGA stadium 2.
Cukup penuhi salah 1 (saw) kriteria (peningkatan kreatinin serum atau penurunan
produksi urin) untuk menegakkan diagnosis GgGA. Pada kriteria AKIN. peningkatan
kreatinin serum harus tetjadi <48 jam. Pada kriteria RIFLE. penurunan fungsi ginjal
harus bersifat akut (dalam 1-7 hari} dan bertahan selama >24 jam.
Rumus GFR
Dari hasil serum kreatinin, dapat dihitung LFG dengan beberapa rumus,
2) Pemeriksaan penunjang
a. Urinalisis: jumlah urin, berat jenis urin, sedimen, elektrolit, hematuria, piuria
Sedimen granuler berwarna coklat seperti lumpur merupakan karakteristik
nekrosis tubular akut;
Sedimen eritrosit dismorfik menandakan adanya jejas pada glomerulus:
Sedimen leukosit dan tidak berpigmen menunjukkan nefritis interstisial.
d. Pemeriksaan radiologi: USG ginjal merupakan pilihan. CT scan dan MRI juga
dapat dilakukan.
e. Biopsi ginjal: untuk diagnosis pasti pasien dengan kecurigaan GgGA renal.
3) Diagnosis Banding
Diagnosis banding gangguan ginjal akut adalah penyakit ginjal kronik (PGK)
dan gangguan akut pada PGK (acute on chronic kidney disease). Seringkali sulit
membedakan antara GgGA dengan keadaan akut pada PGK. Berikut cara
membedakan kedua keadaan tersebut:
a. Anamnesis: riwayat etiologi GgGA dan riwayat etiologi PGK;
b. Data kreatinin serum sebelumnya merupakan data yang sangat bermanfaat.
Dalam keadaan akut pada PGK terjadi peningkatan nilai kreatinin yang
mendadak dibandingkan nilai dasar sebelumnya;
c. Adanya anemia, hiperfosfatemia, hipokalsemia, hiperparatiroidisme (dalam
ha! ini bersifat sekunder), dan neuropati mengarahkan diagnosis PGK;
d. Pemeriksaan radiologi: adanya osteodistrofi ginjal atau ginjal yang berukuran
kecil menunjukkan kemungkinan PGK. Pengecualian pada beberapa kasus
PGK seperti nefropati diabetik, amiloidosis, dan penyakit ginjal polikistik.
D. Tata Laksana AKI
Tata laksana gangguan ginjal akut terbagi dalam tata laksana spesifik dan tata laksana
suportif.
Tata Laksana Spesifik
1) GgGA Prerenal
Apabila penyebab hipovolemia, diperlukan penggantian cairan.
Perdarahan: tranfusi packed red cell (PRC);
Perdarahan ringan-sedang atau hilangnya cairan plasma: infus NaCl 0,9%;
Hilangnya cairan saluran kemih dan gastrointestinal: infus NaCl 0,45%
atau NaCl 0,9%.
Pada kondisi gaga! jantung, dapat dipertimbangkan penggunaan agen
inotropik, antiaritmia, agen penurun afterload a tau preload
2) GgGA Renal
Glomerulonefritis atau vaskulitis: kortikosteroid atau plasmaferesis
bergantung kepada patologi utama ginjal;
Hipertensi maligna: kontrol tekanan darah secara agresif. Penggunaan
penghambat ACE dan ARB dihindari pada pasien GgGA
3) GgGA Postrenal
Tata laksana spesifik GgGA dengan penyebab postrenal memerlukan kerjasama
dengan nefrolog,urolog, serta radiolog.
Obstruksi uretra dan leher kandung kemih: pe-masangan kateter:
Pemasangan stent pada kasus obstruksi ureter.
2) Anemia berat: tranfusi darah. Pada GgGA jarang diberikan eritropoietin karena
resistensi sumsum tulang;
3) Koreksi gangguan elektrolit yang terjadi
Hiponatremia: pembatasan cairan enteral (<1 L/hari). Tata laksana tergantung
penyebab hiponatremia dan hindari infus cairan hipotonik;
Hiperkalemia: restriksi kalium (<40 mmol/ hari). diuretik kuat insulin I 0 U
+ dekstrosa 50% sebanyak 50 cc, kalsium glukonas. atau dialisis, inhalasi beta
agonis.
Hiperfosfatemia: restriksi asupan fosfat, agen pengikat fosfat. dialisis;
Hipokalsemia: Ca glukonat atau Ca karbonat 10% (I 0-20 cc);
Hipermagnesemia: hindari pemakaian antasida yang mengandung Mg;
4) Koreksi hiperurisemia: alopurinol apabila kadar asam urat >15 mg/ dL, dialisis.
5) Keluhan gastrointestinal: antagonis reseptor H2 atau penghambat pompa proton;
6) Penggantian kateter dan akses intravena serta alat lain sebagai pencegahan infeksi;
7) Pilihan obat yang tidak nefrotoksik.
E. Komplikasi AKI
1) Gangguan Keseimbangan Cairan Tubuh
Pada keadaan normal terjadi keseimbangan pengaturan cairan tubuh dan elektrolit
(terutama natrium) sehingga tekanan osmotik plasma stabil dengan kadar normal
natrium sekitar 135-145 meq/liter. Pada GgGA, akibat hipoperfusi ataupun
mekanisme lain akan terjadi oligouri atau anuri sehingga keseimbangan ini
terganggu. Terjadinya retensi cairan akan mengakibatkan kelebihan cairan
intravaskular (volume overload) dan disnatremi. Manifestasi kliniknya dapat berupa
peningkatan tekanan vena jugularhipertensi ringan, edema perifer atau edema paru.
2) Gangguan Keseimbangan Elektrolit
Akibat retensi air atau asupan cairan yang hipotonis dapat terjadi hiponatremia
(dilusional). Pada hiponatremia yang berat dapat terjadi edema serebral dengan
gejala kejang atau gangguan neurologis lain. Dalam keadaan normal, kadar K* lebih
tinggi di intraselular dibanding dengan ekstraselular. Hiperkalemia dapat terjadi
akibat peningkatan kadar kalium total atau terhambatnya translokasi kalium dari
ekstraselular ke intraselular. Hiperkalemia berat dapat menimbulkan gangguan
neurologis, gagal Napas atau henti jantung (cardiac arrest).
3) Asidosis Metabolik
Ginjal memegang peranan penting dalam pengaturan kesimbangan asam basa. Pada
GgGA terjadi penurunan LFG secara mendadak yang mengakibatkan terjadinya
penimbunan anion organik. Akibat gangguan reabsorbsi dan regenerasi, produksi
bikarbonat menurun. Kedua mekanisme ini akan menimbulkan komplikasi
metabolik asidosis pada penderita GgGA.
4) Gagal Jantung
Akibat kelebihan cairan intravaskular dapat terjadi edema perifer, asites atau efusi
pleura. Bila fungsi jantung memburuk akan terjadi gagal jantung akut dengan edema
paru yang dapat disertai hipertensi pada sindrom kardio-renalatau hipotensi pada
syok kardiogenik.
5) Gagal napas
Gagal napas sering terjadi pada GgGAdan mekanismenya belum jelas. Beberapa hal
yang dapat menjadi penyebab gagal napas pada GGA adalah:
a. kelebihan cairan intravaskular (edema kardiogenik)
b. disfungsi ventrikel kiri (edema kardiogenik)
c. peningkatan permeabilitas kapiler paru (Acute Respiratory Distress Syndrome -
ARDS)
d. gangguan paru akut (acute lung injury)
6) Azotermia
Peningkatan toksin uremik (azotemia) pada GGA menimbulkan berbagai kelainan,
antara lain gangguan saluran pencernaan (anoreksia, mual, muntah), gangguan
kesadaran dengan derajat ringan sampai koma, perikarditis, efusi perikard,
tamponade kardiak, dan berbagai kelainan lain yang dapat mengancam
jiwa. Semua komplikasi diatas terjadi akibat kegagalan fungsi ekskresi maupun
endokrin ginjal, dan umumnya terjadi pada penderita dengan penyakit gawat darurat
atau gagal organ multipel. Bila tidak dikelofa dengan baik, komplikasi-komplikasi
tersebut seringkali menimbulkan kematian.
b. Patofisiologi CKD
Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yang
mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih
sama. Pengurangan massa ginjal mengakibatkan hipertrofi struktural dan fungsional
nefron yang masih tersisa (surviving nephrons) sebagai upaya kompensasi, yang
diperantarai oleh molekul vasoaktif sepertisitokin dan growth factors. Hal ini
mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler
dan aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini berlangsung singkat, akhirnya diikuti
oleh proses maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih tersisa. Proses ini akhirnya
diikuti dengan penurunan fungsi nefron yang progresif, walaupun penyakit dasarnya
sudah tidak aktif lagi. Adanya peningkatan aktivitas aksis renin-angiotensin-aldosteron
intrarenal, ikut memberikan kontribusi terhadap terjadinya hiperfiltrasi, sklerosis dan
progresifitas tersebut. Aktivasi jangka panjang aksis renin-angiotansin-aldosteron,
sebagian diperantarai oleh growth factor seperti transforming growth factor B (TGF-f).
Beberapa hal yang juga dianggap berperan terhadap terjadinya progresifitas Penyakit
ginjal kronik adalah albuminuria, hipertensi, hiperglikemia, dislipidemia. Terdapat
variabilitas interindividual untuk terjadinya sklerosis dan fibrosis glomerulus maupun
tubulointerstisial.
KLASIFIKASI CKD
Tabel 1. Kriteria Penyakit Ginjal Kronik
1) Kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan
struktural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus
(LFG), dengan manifestasi :
kelainan patologis
terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi darah atau
urin, atau kelainan dalam tes pencitraan (imaging tests)
2) Laju filtrasi glomerulus (LFG) kurang dari 60 ml/ menit/1,73m¢ selama 3 bulan,
dengan atau tanpa kerusakan ginjal
c. Penegakkan Diagnosis CKD
Manifestasi Klinis
Pada stadium paling dini penyakit ginjal kronik,terjadi kehilangan daya
cadang ginjal (renal reserve), pada keadaan mana basal LFG masih normal atau
malah meningkat. Kemudian secara perlahan tapi pasti, akan terjadi penurunan
fungsi nefron yang progresif, yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan
kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar 60%, pasien masih belum merasakan
keluhan (asimtomatik), tapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin
serum.
Sampai pada LFG sebesar 30%, mulai terjadi keluhan pada pasien
seperti, nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan kurang dan penurunan berat
badan. Sampai pada LFG di bawah 30%, pasien memperlihatkan gejala dan tanda
uremia yang nyata seperti, anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan
metabolisme fosfor dan kalsium, pruritus, mual, muntah dan lain sebagainya. Pasien
juga mudah terkena infeksi seperti infeksi saluran kemih infeksi saluran napas,
maupun infeksi saluran cerna. Juga akan terjadi gangguan keseimbangan air seperti
hipo atau hipervolemia, gangguan keseimbangan elektrolit antara lain natrium dan
kalium. Pada LFG di bawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih
serius, dan pasien sudah memerlukan terapi pengganti ginjal (renal replacement
therapy) antara lain dialisis atau tansplantasi ginjal. Pada keadaan ini pasien
dikatakan sampai padastadium gagal ginjal.
Manifestasi Klinis
Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Gambaran laboratorium penyakit ginjal kronik meliputi:
Sesuai dengan penyakit yang mendasarinya
Penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureumdan kreatinin
serum, dan penurunan LFG yang dihitungmempergunakan rumus
Kockcroft-Gault. Kadar kreatinin serum saja tidak bisa dipergunakan untuk
memperkirakan fungsi ginjal.
Kelainan biokimiawi darah meliputi penurunan kadar hemoglobin,
peningkatan kadar asam urat, hiper atau hipokalemia, hiponatremia, hiper
atau hipokloremia, hiperfosfatemia, hipokalsemia, asidosis metabolik.
Kelainan urinalisis meliputi, proteiuria, hematuri, leukosuria, cast,
isostenuria.
b. Gambaran Radiologis
e. Komplikasi CKD
Salah satu komplikasi dari penyakit ginjal kronik yang paling sering adalah
osteodistrofi renal. Penatalaksanaan osteodistrofi renal dilaksanakan dengan cara
mengatasi hiperfosfatemia dan pemberian hormon kalsitriol. Penatalaksanaan
hiperfosfatemia meli-puti pembatasan asupan fosfat, pemberian pengikat fosfat dengan
tujuan menghambat absorbsi fosfat di saluran cerna, serta dialisis. Pemberian diet rendah
fosfat sejalan dengan diet pada pasien dengan penyakit ginjal kronik secara umum, yaitu
tinggi kalori, rendah protein dan rendah garam, karena fosfat sebagian besar terkandung
dalam daging dan produk hewan seperti susu dan telur. Asupan fosfat dibatasi 600-800
mg/hari. 5-7 Pada pasien diberikan CaCO3 yang merupakan pengikat fosfat. Pengikat
fosfat yang banyak dipakai adalah garam kalsium, aluminium hidroksida, dan garam
magnesium
Komplikasi neurologis sering mempengaruhi pasien PGK berupa gangguan pada
pusat ataupun perifer dan jarang terdiagnosis maupun terobati. Ensefalopati uremikum
merupakan salahsatu manifestasi klinis akibat uremia yang paling berat. Terapi dialisis
dapat memperbaiki tampilan klinis dan perkembangan komplikasi neurologis pada
pasien, tetapi mungkin juga secara langsung dapat menginduksi kelainan terkait dialisis.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap komplikasi neurologis yang terjadi
pada pasien yang menjalani HD, didapatkan 7 pasien (6,7%) mengalami ensefalopati
uremikum dan 97 pasien (93,3%) tidak mengalaminya.
Komplikasi CKD sesuai Derajat
3 30-59 - Hiperfosfatemia
- Hipokalsemia
- Anemia
- Hiperparatiroid
- Hipertensi
- Hiperhomosisteinemia
4 15-29 - Malnutrisi
- Asidosis metabolic
- Hyperkalemia
- Dyslipidemia
Edukasi
1. Berhenti merokok
Seharusnya didukung berhenti merokok untuk mengurangi risiko terjadinya gagal
ginjal kronik dan stadium akhir penyakit ginjal, dan untuk mengurangi risiko penyakit
kardiovaskular.
2. Mengurangi berat badan
Orang obesitas (IMT >30kg/m2 ) dan berat badan berlebihan (IMT 25.0- 29.9
kg/m2 ) seharusnya didukung untuk mengurangi IMT mereka untuk mengurangi
risiko terjadinya gagal ginjal kronik dan stadium akhir penyakit ginjal.
3. Mempertahankan berat badan sehat (IMT 18.5- 24.9 kg/m2 , lingkar pinggang
<102CM untuk laki-laki, <88 cm untuk wanita.
4. Kontrol protein diet
Diet terkontrol protein (0.8- 1.0 g/kg/ hari) direkomendasi untuk orang dewasa
dengan gagal ginjal kronik
5. Hentikan asupan alkohol
6. Olahraga
Orang tanpa hipertensi (untuk mengurangi kesempatan menjadi hipertensi) atau tanpa
dengan hipertensi (untuk menurunkan tekanan darah mereka) seharusnya didukung
untuk mengakumulasi 30-60 menit olahraga dinamik intensitas sedang (berjalan,
berlari, bersepeda, atau berenang) 4-7 hari per minggu
7. Asupan garam
- Untuk mencegah hipertensi, asupan sodium <100mmol/hari direkomendasi, selain
diet yang seimbang.
- Pasien dengan hipertensi seharusnya membatasi asupan sodium mereka sampai 65-
100mmol/hari
3. Sistem Ginjal
Untuk mempertahankan keseimbangan asam basa, ginjal harus mengeluarkan
anion asam non volatile dan mengganti HCO3. Ginjal mengatur keseimbangan
asam basa dengan sekresi dan reabsorpsi ion hidrogen dan ion bikarbonat. Pada
mekanisme pemgaturan oleh ginjal ini berperan 3 sistem buffer asam karbonat, buffer
fosfat dan pembentukan ammonia. Ion hidrogen, CO2, dan NH3 diekskresi ke dalam
lumen tubulus dengan bantuan energi yang dihasilkan oleh mekanisme pompa
natrium di basolateral tubulus. Pada proses tersebut, asam karbonat dan natrium
dilepas kembali ke sirkulasi untuk dapat berfungsi kembali. Tubulus proksimal adalah
tempat utama reabsorpsi bikarbonat dan pengeluaran asam.
Pemeriksaan AGD akan memberikan hasil pengukuran yang tepat dari kadar
oksigen dan karbon dioksida dalam tubuh. Hal ini dapat membantu dokter
menentukan seberapa baik paru-paru dan ginjal bekerja. Biasanya dokter memerlukan
tes analisa gas darah apabila menemukan gejala-gejala yang menunjukkan bahwa
seorang pasien mengalamai ketidakseimbangan oksigen, karbon dioksida, atau pH
darah. Gejala yang dimaksud meliputi:
Sesak napas Sulit bernafas Kebingungan Mual
3) PaO2
PaO2 adalah ukuran tekanan parsial yang dihasilkan oleh sejumlah oksigen yang
terlarut dalam plasma. Nilai ini menunjukkan kemampuan paru-paru dalam
menyediakan oksigen bagi darah. Nilai Normal (suhu kamar, tergantung umur):
75 - 100 mmHg
4) HCO3
Dalam plasma normal, 95% dari total CO2 terdapat sebagai ion bikarbonat, 5%
sebagai larutan gas CO2 terlarut dan asam karbonat. Kandungan CO2 plasma
terutama adalah bikarbonat, suatu larutan yang bersifat basa dan diatur oleh
ginjal. Gas CO2 yang larut ini terutama bersifat asam dan diatur oleh paruparu.
Oleh karena itu nilai CO2 plasma menunjukkan konsentrasi bikarbonat.
Nilai Normal Karbon Dioksida (CO2) : 22 - 32 mEq/L
DAFTAR PUSTAKA
1. Sue E. Huether. Buku Ajar Patofisiologi. Edisi Keenam. Volume 2. ELSEVIER. 2017
2. Zasra Radias, Harun Harmawi, Azmi Syaiful. Indikasi dan Persiapan Hemodialisis Pada
Penyakit Ginjal Kronis. Jurnal Kesehatan Andalas. 2018: 7(2); 17-185.
3. Setiati siti, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi VI. Jakarta: InternaPublishing. 2017.
4. Waikar SS, Bonventre JV. Acute kidney injury. Dalam: Longo DL. Fauci AS. Kasper
DL, Hauser SL, Jameson JL. Loscalzo J. penyunting. Harrison·s principles of internal
medicine. Edisi ke-18. New York: McGraw-Hill: 2012
Suhardjono. Penyakit ginjal kronik. suatu epidemiologi global baru: protect your
kidney save your heart. Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI): 201