Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN GAGAL GINJAL AKUT DAN GAGAL GINJAL KRONIK


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dokumentasi Keperawatan
Dosen Pembimbing : Eva Nurlina A., Sp.kep.,Kom

KELAS 2A

1. Nur Hayati Prastiwi 3020193449


2. Salma Tsalasah 3020193464
3. Tiyas Dewi Saputri 3020193368
4. Zulaikha Ramadhani F 3020193474

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2020

1
KASUS
Pasien laki-laki, usia 58 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan kaki dan tangannya
yang bengkak sejak 5 bulan SMRS. Keluhan ini menetap dan dirasakan semakin
bertambah parah. Pasien mengatakan pada kelopak matanya juga mengalami
pembengkakan terutama pada pagi hari. Pasien juga mengatakan bahwa perutnya
pernah bengkak dan terasa berisi cairan sekitar 2 bulan yang lalu. Pasien juga merasa
frekuensi berkemihnya menurun dibandingkan sebelumnya, dari yang awalnya 5-6 kali
sehari menjadi 2-3 kali sehari dengan urine yang sedikit dan keruh. Pasien
mengeluhkan luka koreng pada kaki kanannya yang tidak kunjung sembuh walaupun
sudah dirawat selama satu bulan. Pasien mengatakan badannya lemas sehingga
membuatnya sulit beraktivitas. Pasien mengaku menderita diabetes mellitus dan
berobat rutin selama lebih dari 10 tahun ke belakang. Pasien juga mengaku memiliki
riwayat hipertensi yang baru diketahuinya 8 bulan yang lalu. Pasien merupakan
perokok aktif. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,
kesadaran compos mentis, tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 96 x/menit, pernapasan
24 x/menit, suhu 36,60C. BMI: 20,7 kg/m2 (Normoweight). Pada pemeriksaan mata
didapatkan konjungtiva anemis +/+. Pemeriksaan leher, paru dan jantung tidak
ditemukan adanya kelainan. Dari inspeksi abdomen didapatkan perut cembung,
auskultasi didapatkan bising usus + sebanyak 8x/menit, pada palpasi tidak ditemukan
nyeri tekan pada seluruh regio abdomen serta tidak ditemukan pembesaran hepar dan
limpa, pada perkusi didapatkan shifting dullness +. Pada pemeriksaan ekstremitas
superior dan inferior didapatkan normotonus, gerakan aktif dan edema pitting. Pada
pemeriksaan laboratorium darah Rutin didapatkan hasil Hb: 7,7 gr/dl, Ht: 22
%,Leukosit : 5700/µl, Hitung jenis: Basophil 0%, Eosinophil 0%, Batang 0% Segmen
67%, Limfosit 5 %, Monosit 4%, Trombosit: 286000/µl, LED: 56 mm/jam. Pada
pemeriksaan kimia darah didapatkan hasil: GDS: 260 mg/dl, Ureum: 242 mg/dl,
Creatinine: 15,97 mg/dl. Pada pemeriksaan status lokalis regio pedis dextra didapatkan:
Look: Ulkus (+), jaringan nekrotik (+), pus (+), perdarahan (-), Feel: hangat (+), pulsasi
arteri dorsalis pedis (+), sensibilitas ↓, Move: ROM aktif dan pasif terbatas karena

2
nyeri. Pasien didiagnosis mengalami gagal ginjal kronik stadium V ec. Nefropati
diabetes + Diabetes Melitus tipe 2 + Hipertensi grade I + Ulkus diabetikum. Terapi
yang diberikan berupa non medikamentosa yaitu tirah baring, pembatasan cairan 1 liter
per hari, pembatasan protein 0,9 g/kgbb per hari, dietrendah garam 2-3 gr per hari,
debridement luka, tranfusi PRC200 cc, hemodialisa. Terapi medikamentosa yang
diberikan berupa cairan intravena IVFD NaCl 0,9 % X TPM, Captopril 2 x 12,5 mg,
Furosemid Injeksi/ 8 Jam, asam folat 2 x 1 mg dan Glimepiride 1 x 2 mg.

3
Konsep penyakit

1. Pengertian Gagal Ginjal Kronik


Penyakit gagal ginjal kronik atau chronic kidney disease (CKD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan
tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit dimana pada ahirnya menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah
nitrogen lain dalam darah) (Handayani & Rahmawati, 2013). Penyakit ginjal
kronik (Chronic Kidney Disease) terjadi apabila kedua ginjal sudah tidak
mampu mempertahankan lingkungan dalam yang cocok untuk kelangsungan
hidup. Kerusakan pada kedua ginjal bersifat ireversibe.
2. Tahapan gagal ginjal
Tahap yang telah ditetapkan menerusi (K/DOQI) pada tahun 2004 (Black and
Hawks, 2005) :
a. Stage 1: Kidney damage with normal or increased GFR (>90 mL/min/1.73
m2)
b. Stage 2: Mild reduction in GFR (60-89 mL/min/1.73 m2)
c. Stage 3: Moderate reduction in GFR (30-59 mL/min/1.73 m2)
d. Stage 4: Severe reduction in GFR (15-29 mL/min/1.73 m2)
e. Stage 5: Kidney failure (GFR <15 mL/min/1.73 m2 or dialysis)
3. Etiologi
Penyebab dari gagal ginjal kronik ( GGK) yaitu Infeksi saluran kemih
(pielonefritis kronis), Penyakit peradangan (glomerulonefritis), Penyakit
vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis), Gangguan jaringan
penyambung (SLE, poliarteritis nodusa, sklerosis sitemik), Penyakitkongenital
dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal), Penyakit
metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme), Nefropati toksik, Nefropati
obstruktif (batu saluran kemih), (National Kidney Disease Education Program,
2011).

4
4. Tanda dan gejala
a. Darah dalam urin / urin berwarna seperti teh atau gelap (hematuria)
b. Urin berbusa (albuminuria)
c. Urin berwarna keruh (infeksi saluran kemih)
d. Rasa nyeri saat buang air kecil
e. Kesulitan untuk buang air kecil (tidak lancar)
f. Pasir/batu dalam urin
g. Peningkatan atau penurunan produksi urin secara signifikan, nokturia
(sering buang air pada malam hari)
h. Nyeri di pinggang/perut
i. Pembengkakan pergelangan kaki atau kelopak mata, wajah bengkak
Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)
Jika fungsi ginjal memburuk hingga stadium gagal ginjal berat (kurang dari
25% fungsi ginjal normal), bisa terjadi gejala uremia:
a. Sering buang air kecil pada malam hari, penurunan jumlah urin
b. Kehilangan nafsu makan, mual, muntah
c. Kelelahan, wajah pucat (anemia)
d. Kulit terasa gatal
e. Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)
f. Sesak napas
g. Edema (pembengkakan pergelangan kaki atau kelopak mata)
h. Mengantuk, tidak sadar, kejang, koma

5
5. Pathway Gagal Ginjal Kronik

Gagal Ginjal

Daya cadang ginjal hilang Basal LPG normal/meningkat

Penurunan fungsi nefron

Peningkatan kadar urea & kreatinin menurun

LPG 60%

LPG 30%

Anemia Gangguan Pruritus Mual infeksi


Metabolisme muntah
Peningkatan fosfor,kalsium,
Gangguan
TD Asam basa integritas
kulit
fatigue

Gangguan
keseimbangan
cairan
Saluran Kemih Saluran
Cerna Saluran napas

6
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Urine
Volume, warna, sendimen, berat jenis, kreatinin, protein.
b. Darah
BUN/kreatinin, hitung darah lengkap, sel darah merah, natrium serum,
kalium, magnesium fosfat, osmolaritas serum.
c. Pielografi intravena
Abnormalitas pelvis ginjal dan ureter, pielografi jika ada instruksi,
arteriogram ginjal, mengkaji sirkulasi ginjal.
d. Sistouretrogram berkemih
Ukuran kandung kemih, refluks kedalaman, ureter, retensi.
e. Ultrasono ginjal
Ukuran dan massa kandung kemih, kista, obstruksi saluran kemih
bagian atas.
f. Biopsi ginjal
Dilakukan dengan cara endoskopi.
g. Endoskopi ginjal nefroskopi
Menentukan pelvis ginjal, hematuria, pengangkatan tumor efektif.
h. EKG
Ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa, artinya, hipertrofi
ventrikel dan pericarditis.

7. Komplikasi
a. Hyperkalemia
b. Pericarditis,efusi pericardium dan temponade jantung
c. Hipertensi
d. Anemia
e. Penyakit tulang

7
8. Penatalaksanaan
a. Optimalisasi dan pertahankan kebutuhan cairan elektrolit, diusahakan
hingga tekanan vena jugularis sedikit meningkat dan terdapat edema
betis ringan.
b. Diet tinggi kalori rendah protein
Diet rendah protein 20-40g/hari dan tinggi kalori menghilangkan
anoreksia, nausea dari uremia. Hindari kalium dan garam.
c. Kontrol hipertensi
Keseimbangan garam dan cairan diatur tergantung tekanan darah.
d. Kontrol Ketidakseimbangan elektrolit.
Untuk mencegah hiperkalemia hindari masukan kalium besar, batas
hingga 60 mmol/hari.
e. Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang ginjal
Hiperfosfatemia dikontrol dengan obat yang mengikat fosfat pada setiap
makan.
f. Deteksi dini dan terapi infeksi
Pasien uremia harus diterapi sebagai pasien imunosupresif dan diterapi
lebih ketat.
g. Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal
Banyak obat obatan yang harus diturunkan dosisnya karena
metabolitnya toksik dan dikeluarkan oleh ginjal.
h. Deteksi dini dan terapi komplikasi
Awasi dengan ketat kemungkinan ensefalopati uremia, pericarditis,
neuropati perifer, infeksi yang mengancam jiwa, kegagalan untuk
bertahan sehingga diperlukan dialysis.
i. Persiapan dialysis dan program transplantasi
Setelah gagal ginjal kronik segera dipersiapkan deteksi. Indikasi
dilakukan dialisis adalah gagal ginjal dengan gejala klinis yang jelas.
(Arif Mansjoer, 534).

8
Hemodialisis yang dikenal sebagai "cuci darah", menggunakan alat
dialiser (ginjal buatan) untuk membuang kelebihan cairan, elektrolit,
dan produk sisa metabolisme dari darah. Darah diambil dari tubuh
pasien melalui akses pembuluh darah seperti fistula arteriovenosa
(koneksi dibuat antara arteri dan vena di lengan bagian bawah) atau
sebuah kateter vena dimasukkan ke dalam pembuluh darah utama di
leher.
Dialisis peritoneal yang dikenal sebagai "pembersihan perut",
memanfaatkan pembuluh darah pada peritoneum (selaput tipis yang
melapisi bagian dalam perut dan mengelilingi serta menopang organ-
organ perut) yang memungkinkan dilakukannya proses dialisis. Suatu
kateter dialisis peritoneal ditanamkan ke dalam perut pasien sebagai
saluran tempat keluar masuknya cairan dialysis.

1. Gagal Ginjal Kronik

N Diagnos Kriteria Intervenai Rasional


o a Hasil

9
Keperaw
atan
1 Aktual/ri a. Klien a. Monitor a. Adanya
siko tidak tekanan edema
aritmia gelisah, darah, paru,
berhubu klien nadi, kongesti
ngan tidak catat bila vaskular,
dengan mengel ada dan
ganggua uh perubaha keluhan
n mual- n TTV dispnea
konduksi mual dan menunjuk
elektrika dan keluhan kan
l efek muntah, dispnea. adanya
sekunder GCS: gagal
dari 4,5,6. b. Beri ginjal.
penuruna b. TTV oksigen b. Memberi
n kalium dalam 3 l/menit. kan
sel batas asupan
normal, oksigen
c. Monitor
akral tambahan
EKG
hangat, yang
CRT < diperluka
3 dtk, n tubuh.
EKG c. Melihat
dalam adanya
batas kelainan
d. Kolabora
normal, konduksi
si:
kadar listrik

10
kalium Manaje jantung
dalam men yang
batas pemberia dapat
normal. n kalium menurunk
intravena an curah
. jantung.
d. Kehilanga
n kalium
harus
diperbaiki
setiap har;
pemberia
n kalium
adalah
sebanyak
40-80
mEq/L
per hari.
2 Aktual/ri a. Klien a. Kaji a. Curiga e. f.
siko tidak adanya gagal
tinggi sesak edema kongestif/
terhadap nafas, ektermit kelebihan
kelebiha edema as. volume
n volume eksterm b. Istirahat cairan.
cairan itas kan/anju b. Diperluka
berhubu berkura rkan n untuk
ngan ng, klien meningka
dengan piting untuk tkan

11
penuruna edema tirah diuresis
n volume (-), baring yang
urine, produks pada saat bertujuan
retensi i urine edema menguran
dan >600 masih gi edema.
natrium ml/hr. terjadi. c. Meningka
tkan
c. Berikan sediaan
oksigen oksigen
tambaha untuk
n dengan kebutuha
kanul n miokard
nasal/ma untuk
sker melawan
sesuai efek
dengan hipoksia/i
indikasi. skemia.
d. Kolabora d. Nartium
si: meningka
berikan tkan
diet retensi
tanpa cairan dan
garam. meningka
tkan
volume
plasma.
3 Aktual/ri a. Kulit a. Kaji a. Perubaha
. siko tidak terhadap n

12
terjadiny kering, kekering mungkin
a hiperpig an kulit, disebabka
kerusaka mentasi pruritis, n oleh
n berkura ekskoria penuruna
integritas ng, sis, dan n aktivitas
kulit memar infeksi. kelenjar
berhubu pada keringan.
ngan kulit b. Kaji b. Perdaraha
dengan berkura terhadap n yang
ganggua ng. adanya abnormal
n status petekie sering
metaboli dan dihubung
k purpura. kan
sirkulasi dengan
(anemia, penuruna
iskemik n jumlah
jaringan) dan fungsi
c. Monitor
dan platelet
lipatan
sensai akibat
kulit dan
(neuropa uremia.
area
ti c. Area-area
yang
perifer), ini sangat
edema.
penuruna mudah
d. Gunting
n turgor terjadinya
kuku dan
kulit, injuri.
pertahan
penuruna d. Penuruna
kan kuku
n n curah
terpoton
aktivitas, jantung,

13
akumula g pendek mengakib
si areum dan atkan
dalam bersih. gangguan
kulit. perfusi
ginjal,
retensi
e. Kolabora natrium/ai
si: r, dan
berikan penuruna
pengobat n urine
an output.
antiprurit e. Menguran
is sesuai gi
pesanan. stimulus
gatal pada
kulit.
4 Ganggua a. Pasien a. Kaji a. Menentuk
. n konsep koopera perubaha an
diri tif pada n dari bantuan
(gambar setiap ganggua individu
an diri) interven n dalam
berhubu si persepsi menyusun
ngan kepera dan rencana
dengan watan. hubunga perawatan
penuruna b. Mampu n dengan atau
n fungsi menyat derajat pemilihan
tubuh, akan ketidakm intervensi
tindakan atau ampuan .

14
dialisis, mengko b. Anjurka b. Menunjuk
koping munika n pasien kan
maladapt sikan untuk penerima
if dengan mengeks an,
orang presikan membant
terdekat perasaan. u pasien
tentang untuk
situasi mengenal
dan dan mulai
perubah meyesuai
an yang c. Dukung kan
sedang perilaku dengan
terjadi. usaha perasaan
c. Mampu dalam tersebut.
menyat aktivitas c. Pasien
akan rehabilit dapat
penerim asi. beradapta
aan diri si
terhada terhadap
p perubaha
situasi. d. Kolabora n dan
d. Mengak si: pengertia
ui dan rujukan n tentang
mengga pada ahli peran
bungka neuropsi individu
n kologi masa
perubah dan mendatan
an ke konselin g.

15
dalam g bila ada d. Dapat
konsep indikasi. memfasili
diri tasi
dengan perubaha
cara n peran
yang yang
akurat penting
tanpa untuk
harga perkemba
diri ngan
yang perasaan.
negatif.

16

Anda mungkin juga menyukai