Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN KASUS

PENERAPAN KOMPRES AIR HANGAT UNTUK MENGONTROL


NYERI PADA PASIEN LANSIA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
ASAM URAT DI SANGGRAHAN RT 07/RW09,BANYURADEN
GAMPING,SLEMAN
YOGYAKARTA

Disusun Oleh :
Salma tsalasah Chairun Nisaa'
3020193464
PROGRAM STUDI DIPOLOMA III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NOTOKUSUMO
YOGYAKARTA
2022
2

LAPORAN KASUS
PENERAPAN KOMPRES AIR HANGAT UNTUK MENGONTROL
NYERI PADA PASIEN Ny.S DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
ASAM URAT DI SANGGRAHAN RT 07/RW09,BANYURADEN
GAMPING,SLEMAN
YOGYAKARTA

Disusun Oleh :
Salma Tsalasah Chairun Nisaa’
3020193464

PROGRAM STUDI DIPOLOMA III KEPERAWATAN


EKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NOTOKUSUMO
YOGYAKARTA
2022

2
3

LAPORAN KASUS
PENERAPAN KOMPRES AIR HANGAT UNTUKMENGONTROL NYERI
PADA LANSIA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN ASAM URAT DI
SANGGRAHAN RT 07/RW09,BANYURADEN
GAMPING,SLEMAN
YOGYAKARTA

Studi Literatur ini Dianjukan Guna Melengkapi Syarat untuk Menyelesaikan


Program Pendidikan Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Notokusumo Yogyakarta

Disusun Oleh :
Salma Tsalasah Chairun Nisaa’
302019346

PROGRAM STUDI DIPOLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NOTOKUSUMO
YOGYAKARTA
2022

3
4

PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah oleh : Salma Tsalasah Chairun Nisaa’


NIM : 3020193464

dengan judul
“Penerapan Kompres Air Hangat Untuk Mengontrol Nyeri Pada Lansia
Dengan Masalah Keperawatan Asam Urat Di Sanggrahan RT007/RW
009,Banyuraden,Gamping,Sleman,Yogyakarta
Telah memenuhi persyaratan dan disetujui untuk dilakukan ujian sidang.

Yogyakarta, 21 Juni 2022


Pembimbing

……………………………….
NIK. ………………………....

4
5

PENGESAHAN

Dipersiapkan dan disusun oleh :

SALMA TSALASAH CHAIRUN NISAA’

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji dan telah diterima sebagai salah
satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan
pada Program Studi Diploma III Keperawatan
STIKES Notokusumo Yogyakarta

Dewan Penguji, Tanda tangan

Nama Ketua Penguji


NIK

Nama Anggota Penguji 1


NIK

Nama Anggota Penguji 2


NIK

Mengesahkan, Menyetujui,

Ketua, Kaprodi,

GiriSusiloAdi,S.Kep.,Ns.,M.ke BarkahWulandari,S.Kep.,Ns.,M.Ke
p p
NIK NIK

Ditetapkan di : Yogyakarta
Tanggal Ujian: 21 Juni 2022

5
6

PENERAPAN KOMPRES AIR HANGAT UNTUK


MENGONTROL NYERI PADA LANSIA DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN ASAM URAT DI SANGGRAHAN RT
07/RW09,BANYURADENGAMPING,SLEMAN
YOGYAKARTA

Salma Tsalasah Chairun Nisaa’

Abstrak

Abstrak Nyeri pada lansia dengan arthritis gout adalah nyeri yang dirasakan oleh
seseorang yang berumur 60 tahun keatas yang mempunyai penyakit arthritis gout
dengan kategori nyeri ringan, sedang dan berat. Tindakan untuk menurunkan
nyeri adalah salah satunya kompres air hangat. Karena kompres air hangat sangat
efektif untuk menurunkan nyeri. Tujuan karya tulis ilmiah ini adalah untuk
memberikan tindakan kompres air hangat untuk menurunkan nyeri pada lansia
dengan arthritis gout. Karya Tulis Ilmiah menggunakan Studi Kasus asuhan
keperawatan dengan menggunakan teknik terapi Kompres Air Hangat Terhadap
Penurunan Nyeri Arthritis Gout Pada Lansia. Subyek Studi kasus yang digunakan
adalah dua lansia yang menderita arthritis gout di Desa Kabundelan Kecamatan
Batang Kabupaten Batang. Metode Pengumpulan data yang digunakan berupa
wawancara dan observasi. Kompres air hangat dilakukan selama 15 menit dengan
suhu 40oC, kompres air hangat dilakukan dibagian kaki dari lutut sampai ujung
kaki. Hasil sudi kasus penerapan selama 7 kali kunjungan pada dua lansia
mengalami penurunan nyeri artritis gout. Kasus 1 hari pertama skala nyeri 8 hasil
pemeriksaan asam urat 7 setelah hari ketujuh skala nyeri 2 hasil pemeriksaan
asam urat 5.7. dan pada kasus 2 hari pertama skala nyeri 7 hasil pemeriksaan asam
urat 6,6 setelah hari ketujuh skala nyeri 1 hasil pemeriksaan asam urat 5,1.
Kesimpulan dari studi kasus ini adalah bahwa kompres air hangat dapat

6
7

diterapkan untuk menurunkan nyeri pasien lansia artritis gout. Kata kunci:
kompres air hangat; Arthritis gout; lansia

PENERAPAN KOMPRES AIR HANGAT UNTUK


MENGONTROL NYERI PADA LANSIA DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN ASAM URAT DI SANGGRAHAN RT
07/RW09,BANYURADENGAMPING,SLEMAN
YOGYAKARTA

Salma Tsalasah Chairun Nisaa’


Abstrak
Asam urat merupakan kondisi hasil metabolisme akhir purin yang dapat
menyebabkan gejala nyeri tidak tertahankan, pembengkakkan dan rasa panas di
persendian. Hal tersebut membuat lansia mengalami penurunan kemampuan
dalam melakukan aktivitas sehari-hari sehingga pemberian kompres hangat
diperlukan terhadap lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pemberian kompres hangat terhadap penurunan nyeri asam urat. Desain penelitian
ini menggunakan Pra-Experimental dengan pendekatan One-group pra-post test
design. Populasinya adalah seluruh lansia penderita penyakit asam urat di
Paguyuban Budi Luhur Surabaya sebesar 30 lansia, besar sampel 30 lansia.
Teknik pengambilan sampel menggunakan Total Sam-pling. Variabel independen
kompres hangat dan variabel dependen nyeri. Instrumen menggunakan Pre-Post
pemberian kompres hangat.Hasil penelitian menunjukkan dari 30 responden,
sebagian besar (70%) setelah dilakukan kompres hangat skala nyeri sedang dan
hampir setengahnya (30%) nyeri ringan. Hasil uji wilcoxon sign rank test dengan
nilai kemaknaan = 0,05. Didapatkan nilai = 0,000 yang berarti < maka H0 ditolak
artinya ada pengaruh kompres hangat terhadap penurunan nyeri pada penderita
penyakit asam urat di Paguyuban Lansia Budi Luhur Surabaya. Simpulan
penelitian ini adalah pemberian kompres hangat dapat mempengaruhi penurunan
nyeri pada seseorang yang menderita penyakit asam urat, sehingga diharapkan

7
8

Paguyuban Lansia dapat menerapkan serta meningkatkan pemberian kompres


hangat terhadap lansia penderita penyakit asam urat

Kata kunci: Artritis Gout, asan urat, Kompres Hangat, Penurunan Nyeri.

MOTTO

Mengawali semua kegitan dengan Bismillah, dan mengakhiri kegiatan dengan


Alhamdullilah

(Penulis)

8
9

KATA PENGANTAR

Assalamu”alaikum wr.wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Karya Tulis
Ilmiah.
Laporan ini penulis susun dan diajukan guna melengkapi syarat untuk
menyelesaikan Program Studi Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Stikes Notokusumo Yogyakarta.
Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan, atas bimbingan, arahan dan
bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, dan pada
kesempatan kali ini penulis dengan rendah hati mengucapkan terima kasih
setulus-tulusnya kepada:
1. Giri Susilo Adi, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Direktur Akademi
Keperawatan Yayasan Notokusumo Yogyakarta yang telah
memberikan izin untuk melaksanakan Praktik Klinik
Keperawatan di Puskesmas Gamping 2 Yogyakarta.
2. Eva Nurlina Aprilia, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.Kom selaku dosen
penguji dan pembimbing Akademik yang telah dengan sabar
membimbing, mengarahkan, dan memberikan motivasi penulis
dalam uji praktik dan penyusunan laporan ini.
3. CecilyaKustanti, S.Kep.,Ns.,M.kes selaku dosen penguji
Akademi yang telah berkenan memberikan masukan, saran dan
kritik yang bersifat membimbing penulis.
4. Muhammad Daroji,SKM, M.P.H selaku kepala Puskesmas
Gamping ll

9
10

5. Yuni Murianti, Amd.Kep selaku penguji lahan yang telah


memberikan kemudahan, masukan, saran, motivasi dalam uji
praktik.
6. Keluarga Ny.S atas bersediannya memberikan kesempatan dan
dalam meluangkan waktunya untuk mengikuti penyuluhan
Kesehatan.

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .......................................................................................

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................


HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................

HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................

KATA PENGANTAR...........................................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................

A. Latar Belakang.............................................................................................

B. Rumusan Masalah........................................................................................

C. Tujuan..........................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................

A. Konsep Dasar Keluarga

A. Pengertian....................................................................................................

B. Ciri; ciri keluarga ........................................................................................

C. Tipe Keluarga .............................................................................................

D. Struktur Keluarga.........................................................................................

E. Tahap Perkembangan Keluarga...................................................................

10
11

F. Fungsi Keluarga...........................................................................................

G. Peran Keluarga.............................................................................................

H. Tugas kesehatan keluarga ...........................................................................

I. Tujuan perawatan kelaurga..........................................................................

J. Tingkat kemandirian keluarga.........................................................................

k. Peran perawat keluarga ...................................................................................

B. Konsep Dasar Asam Urat

A. Pengertian....................................................................................................

B. Etiologi ........................................................................................................

C. Manifestasiklinis .........................................................................................

D. Patofisiologi.................................................................................................

E. Penatalaksanaan...........................................................................................

F. Klasifikasi....................................................................................................

G. Pathwey........................................................................................................

H. Komplikasi...................................................................................................

I. Pemeriksaan penunjang...............................................................................

BAB III METODE PENELITIAN......................................................................

A. Desain Penelitian.........................................................................................

B. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................................

C. Subjek Penelitian.........................................................................................

D. Fokus Penelitian...........................................................................................

E. Metode Pengumpulan Data..........................................................................

F. Metode Analisi Data....................................................................................

G. Instrumen Penelitian....................................................................................

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................

11
12

A. Hasil.............................................................................................................

B. Pembahasan.................................................................................................

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................

A. Kesimpulan..................................................................................................

B. Saran............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................

LAMPIRAN...........................................................................................................

12
13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Data prevalensi artritis gout di Dunia pada lansia sebanyak 34,2% terjadi di
Negara maju seperti Amerika. Artritis gout di Amerika sebesar 34,2% dari
total penduduk. Peningkatan kejadian artritis gout tidak hanya terjadi di
Negara maju, peningkatan juga terjadi di Negara berkembang, salah satunya
di Negara Indonesia (Kumar & Lenert, 2016). Artritis gout di Asia pada
lansia meningkat, dalam satu dekade terakhir ini sebesar 13%-25% (Hastuti,
2018). Artritis gout di indonesia pada lansia menunjukkan bahwa penyakit
artritis gout di Indonesia sesuai diagnosis tenaga kesehatan (nakes) sebesar
11,9% dan sesuai diagnosis dan gejala sebesar 24,7%. (Riskesdas, 2013
dalam Nurhayati, 2018). Artritis gout di Jawa Tengah tahun 2013 sesuai
diagnosis tenaga kesehatan sebesar 11,2% dan sesuai diagnosis dan gejala
sebesar 25,5% (Riskesdas, 2013 dalam Nurhayati, 2018). Artritis gout di
Indonesia pada lansia menunjukkan bahwa penyakit artritis gout di
Indonesia sesuai diagnosis tenaga kesehatan (nakes) sebesar 11,9% dan
sesuai diagnosis dan gejala sebesar 24,7%. (Riskesdas, 2013 dalam
Nurhayati, 2018). Artritis gout di Jawa Tengah tahun 2013 sesuai diagnosis
tenaga kesehatan sebesar 11,2% dan sesuai diagnosis dan gejala sebesar
25,5% (Riskesdas, 2013 dalam Nurhayati, 2018). Artritis gout merupakan
hasil metabolisme purin didalam tubuh yang kadar tidak boleh berlebih.

13
14

Faktor utamanya adalah makanan dan senyawa lain yang banyak


mengandung protein (Kowalak, 2011 dalam Zahroh, 2018). Nilai normal
artritis gout serum pada pria adalah 5,1 ± 1,0 mg/dl, dan pada wanita adalah
4,0 ± 1,0 mg/dl. Nilai – nilai ini meningkat sampai 9-10 mg/dl pada
seseorang dengan artritis gout. Efek yang akan muncul pada penderita
arthritis gout yaitu dapat mengalami mobilitas fisik, gangguan tidur, bahkan
gangguan interaksi sosial (Zahroh, 2018). Faktor – faktor yang dapat
menyebabkan artritis gout menurut Dewi dan Hasnita (2016), yaitu faktor
asupan purin, obesitas, dan penyakit penyerta diantaranya hipertensi dan
diabetes militus. Faktor-faktor tersebut dapat menyebkan beberapa gejala
pada lansia. Gejala yang dirasakan pada penderita arthritis gout antara lain
kesemuta dan linu, nyeri terutama pada malam hari atau pagi hari saat
bangun tidur, sendi yang terkena artritis gout terlihat bengkak, kemerahan,
panas, dan nyeri luar biasa pada malam maupun pagi (Ode, 2017).
Penatalaksanaan artritis gout menurut Aru(2010) dalam Zahroh (2018) yaitu
pada penderita artritis gout dapat dengan edukasi, pengaturan diet, istirahat
sendi dan pengobatan (kolaborasi). Selain dengan pengobatan juga bisa
menggunakan terapi yaitu terapi kompres air hangat yang sudah di uji coba
pada peneliti dan menghasilkan bisa menurunkan nyeri pada penderita
artritis gout. Penelitian Zahroh (2018) menjelaskan ada beberapa tindakan
untuk mengurangi nyeri pada penderita artritis gout. Tindakan farmakologis
untuk mengurangi nyeri adalah dengan menggunakan obat-obatan, yaitu
kortikosteroid, alupurinol, dan febuxustat. tindakan non farmakologis untuk
mengurangi nyeri adalah kompres air hangat, kompres air hangat jahe
merah, kompres air garam. Penelitian Zahroh (2018) kompres air hangat
adalah tindakan yang mudah dan murah, sehingga diharapkan dapat
mengatasi atau menurunkan keluhan nyeri pada lansia artritis gout. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui penurunan nyeri pada lansia
penderita artritis gout dengan menggunakan kompres hangat. Penelitian
Potter & Perry (2017) dan Putri(2017) menjelaskan kompres air garam yaitu
unsur sodium berperan mempengaruhi keseimbangan komponen cairan

14
15

tubuh, selain itu sebagai mediator yang baik bagi suhu yang akan
ditransmisikan kepada saraf sehingga merelaksasi otot dan meringankan
kelelahan dan ketegangan yang terjadi pada otot atau memberikan efek
menurunkan spasme otot pada pembuluh darah, mengurangi rasa sakit dan
nyeri. Penelitian Herlina (2013) dan Yada (2019) Berdasarkan penjelasan
diatas, peneliti tertarik untuk menerapkan intervensi kompres air hangat
pada lansia artritis gout. Peneliti berharap dengan ditetapkan intervensi
kompres air hangat dapat digunakan sebagai sarana pengendalian secara non
farmakologi untuk menurunkan nyeri pada lansia yang mengalami artritis
gout.

B. Rumusan masalah

Rumusan masalah pada penelitian studi kasus ini adalah :

Bagaimana penerapan terapi kompres air hangat pada pasien Ny.S


dengan Penderita asam urat di dusun Sanggrahan RT
007/RW009,Banyuraden,Gamping,Sleman,Yogyakarta

C. Tujuan penelitian

Tujuan umun

Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pasien dengan


Gout Arthritis dan Untuk mengetahui bagaimna keefektifan kompres air
hangat untuk penderita asam urat

Tujuan khusus

1)Melakukan pengkajian klien dengan Gout Arthritis di puskesmas


Gamping ll

2) Merumuskan diagnosa keperawatan klien dengan Gout Arthritis di


puskesmaas Gamping ll

3) Menyusun perencanaan keperawatan klien dengan Gout Arthritis di


Puskesmas Gamping ll

15
16

4) Melaksanakan implementasi keperawatan klien dengan Gout Arthritis


di puskesmas Gamping ll.

5) Melakukan evaluasi klien dengan Gout Arthritis di Puskesmas


Gamping ll

D. Manfaat penelitian

a. Bagi Penulis

Menambah wawasan dan pengetahuan dalam mengatasi permasalahan ,


khususnya masalah asuhan keperawatan keluarga pada asam urat

b. Bagi Institusi

hasil penelitian ini agar meningkatan motivasi dan menambah referensi


bagi mahasiswa lain

c. Bagi Puskesmas

hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagi bahan praktik


keperawatan di puskesmas Gamping ll dan dapat menambah bacaan
untuk meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik, khususnya pada
klien Gout Arthritis.

16
17

BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung karena
hubungan darah,perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling
berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya (Muwani & Setyowati, 2013).

Menurut Sudiharto (2012), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat


yang terdiri atas kepala keluarga, serta beberapa orang yang berkumpul dan
tinggal di satu atap dalam keadaan saling bergantungan.

(Setiawan, 2016).Keluarga adalah ikatan antara laki-laki dan perempuan


yang berdasarkan hukum dan UU perkawinan yang sah, hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional dimana individu mempunyai peran masing-
masing yang merupakan bagian dari keluarga.Berdasarkan referensi-referensi
diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang
yang di ikatan dengan hubungan darah atau perkawinan antara laki-laki dengan
perempuan dan hidup bersama di dalam rumah tangga. Anggota keluarga
mempunyai peran masing-masing yang merapakan sebagian dari sebuah keluarga.

2. Ciri-Ciri Keluarga

17
18

Adapun beberapa ciri-ciri keluarga menurut Setiawan (2016) antara lain

a. Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat gotong


royong.
b. Dijiwai oleh nilai kebudyaan ketimuran
c. Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemutusan dilakukan
secara musyawarah.
d. Berbentuk monogram
e. Bertanggung jawab
f. Mempunyai semangat gotong royong

menurut Rustina (2014), berikut ciri-ciri keluarga yaitu:

a. a.Keluarga merupakan hubungan perkawinan


b. b.Berbentuk perkawina atau susunan kelembagaan yang berkenan dengan
hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara.
c. Suatu system tata nama termasuk bentuk perhitungan garis keturunan
d. Ketentuan-ketentuan ekonomi dibentuk oleh anggota-anggota kelompok
yang mempunyai keturunan khusus terhadap kebutuhan ekonomi yang
berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan
membesarkan anak.
e. Tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau
bagaimanapun tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok
keluarga.

3. Tipe Keluarga

Berikut tipe keluarga menurut Setiawan (2016) terbagi menjadi dua, yaitu:

a.Secara tradisional

18
19

1) Keluarga Inti (Nuclear Family): keluarga yang terdiri dari ayah,ibu,


dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2) Keluarga Besar (Extended Family): keluarga inti yang ditambah anggota keluarga
lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek, nenek, paman,bibi

b.Secara modern
Berkembangnya individu dan meningkatnya rasa individualism maka pengelompokan tipe
keluarga selain diatas adalah:

1. Tradisional Nuclear
Keluarga inti (ayah, ibu, dan anak) tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-
sanksi illegal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja diluar
rumah.
2. Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal
dalam satu rumah dengan anak- anaknya. Baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun
hasil dari perkawinan baru, satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.
3) Niddle Age/ Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istri dirumah/ kedua-duanya bekerja dirumah, anak-anak
sudah meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/ meniti karier.
4) Dyadic Nuclear
Suami dan istri sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya atau salah satu
bekerja diluar rumah.

5) Single Parent

Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan anak-anaknya
dapat tinggal dirumah atau diluar rumah.
6) Dual Carrier
Suami istri atau keduanya orang karir dan tanpa seorang anak.
7) Commuter Married
Suami istri atau keduanya orang karir dan tinggal terpisah pada jarak tertentu.Kedua
saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
8) Single Adult
Wanita dan pria dewasa yang tinggal dalam satu rumah.
9) Three Generation

19
20

Yaitu tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.


10) Institusional
Yaitu anak-anak atau orang dewasa tinggal dalam suatu panti.
11) Commual
Yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami dengan anak-
anaknya dan bersama-sama dalam penyedia fasilitas.
12) Group Marriage
Yaitu didalam satu rumah terdiri dari orang tua dan keturunannya di dalam satu kesatuan
keluarga dan setiap individu adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah orang tua
dari anak-anak.
13) Unmarried Parent and Child
Yaitu seorang ibu dimana perkawinan tidak dikehendaki tinggal bersama anak yang
diadopsi.
14) Cohabitating Couple
Yaitu dua orang yang tinggal Bersama namun tidak melakukan perkawinan.
15) Gay and Lesbian Family
Keluarga yang dibentuk oleh pasangan dengan sesama jenis/ berjenis kelamin sama.

4. Struktur Keluarga
Adapun struktur keluarga menurut Setiawan (2016), antara lain:

1. Patrilineal: keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam beberapa generasi,
dimana hubungan itu disusun melalui jalur garisayah.
2. Matrilineal: keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu
3. Matrilocal: sepasang suami yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu atau istri
4. Patrilocal: sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ayah atau suami.
5. Keluarga kawin: hubungan suami istri sebagai dasar pembinaan keluarga, dan beberapa
sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan suami istri.

20
5. Tahap perkembangan keluarga
Menurut Muwani dan Setyowati (2013) tahap perkembangan keluarga antara lain:

a. Keluarga baru menikahTugas perkembangan keluarga pada saat ini:

1) Membina hubungan intim yang memuaskan.


2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dan kelompok sosial.
3) Mendiskusikan rencana memiliki anak.

b. Keluarga dengan Anak Baru Lahir <30 bulan (Child Bearing) Tugas perkembangan
keluarga pada saat ini:

1) Mempersiapkan menjadi orang tua.


2) Adaptasi dengan perubahan adanya anggota keluarga, interaksi keluarga, hubungan
seksual, dan kegiatan.
3) Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangan.

c. Keluarga dengan Anak Pra Sekolah (2-6 tahun)Tugas perkembangan keluarga pada saat
ini:

1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, missal kebutuhan tempat tinggal, privasi, dan
rasa aman.
2) Membantu anak untuk bersosialisasi.
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain juga
terpenuhi.
4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik didalam maupun diluar keluarga.
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7) Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak.

d. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (13 tahun)

Tugas perkembanga keluarga saat ini:

1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah,sekolah dan lingkungan


lebih luas.
2) Mempertahankan keintiman pasangan.

21
3) Memenuhi kebutuhan yang meningkat, termasuk biaya kehidupan dan Kesehatan
anggota keluarga.

e. Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun)

Tugas perkembangan keluarga saat ini:

1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan bertanggung jawab mengingatkan


remaja adalah seorang dewsa muda dan mulai memiliki otonom.
2) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga.
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua. Hindari terjadinya
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
4) Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan (anggota) keluarga untuk
memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.

f. Keluarga dengan Anak Dewasa (anak mulai meninggalkan rumah) Tugas perkembangan
keluarga saat ini:

1) Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjadi keluarga besar.


2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.
4) Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan rumah.

g. Keluarga Usia Pertengahan (semua anak meninggalkan rumah) Tugas perkembangan


keluarga saat ini:

1) Mempertahankan Kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan.


2) Mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan dengan anak-anaknya dan
sebaya.
3) Meningkatkan keakrabakan pasangan.

h. Keluarga Lanjut Usia Tugas perkembangan keluarga saat ini:

1) Mempertahankan suasana kehidupan rumah ftangga yang saling menyenangkan


pasangannya.
2) Adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi kehilangan pasangan, kekuatan fisik,
dan penghasilan keluarga.
3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
4) Melakukan life review masa lalu.

22
6. Fungsi Keluarga
Adapun fungsi keluarga menurut Friedman dan Padilla (2012), sebagai berikut:

a. Fungsi Afektif

Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan
basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan psikososial.
Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan
dari seluruh anggota keluarga. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam
melaksanakan fungsi afektif adalah:

1) Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima,saling mendukung antar


anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain.
2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui
keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang
positif, maka fungsi afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimuali sejak pasangan sepakat memulai
hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi
dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga.

b. Fungsi sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang
menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial. Sosialisasi
dimulai sejak individu dilahirkan dan berakhir setelah meninggal. Keluarga merupakan
tempat dimana individu melakukan sosialisasi.

c. Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
Dengan adanya program keluarga berencana, maka fungsi ini sedikit dapat terkontrol.
Namun disisi lain banyak kelahiran yang tidak diharapkan atau luar perkawinan
sehingga lahirnya keluarga baru dengan satu orang tua (single parent).

d. Fungsi ekonomi

23
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat
tinggal.

e. Fungsi perawatan Kesehatan

Keluarga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan keperawatan,


yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota
keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan
mempengaruhi status kesehatan keluarga kesanggupan keluarga dalam melaksanakan
pemeliharaan kesehatan terhadap anggotanya dapat dilihat dari tugas kesehatan
keluarga. Sesuai dengan fungsi perawatan kesehatan keluarga mempunyai tugas
dibidang kesehatan yang perlu dipahami, meliputi:

1) Mengenal masalah setiap anggotanya.


2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga.
3) Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau tidak.
4) Memodifikasi lingkungan.Memanfaatkan fasilitas kesehatan.

7. Peran Keluarga

Menurut Andarmoyo (2012) peran keluarga terbagi menjadi 2, yaitu:

a. Peran Formal

Peran formal bersifat eksplisit yang terdiri dari peran parental dan perkawinan yang
membentuk posisi sosial suami-ayah dan istri-ibu.

b. Peran informal

Peran informal bersifat implicit biasanya tidak tampak kepermukaan dan dimainkan
hanya untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan emosional individu dan atau untuk
menjaga keseimbangan dalam keluarga.

8. Tugas Kesehatan Keluarga

Menurut Setiawan (2016) tugas keluarga dibagi menjadi 5 dalam bidang Kesehatan yang
harus dilakukan, yaitu:

a. Mengenalkan masalah Kesehatan setiap anggota keluarganya

24
Tugas ini merupakan perhatian dan tanggung jawab penting bagi keluarga apabila terjadi
adanya perubahan pada anggota keluarga, perlu segera dicatat sejak kapan dan perubahan
apa saja yang terjadi.

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat
sesuai dengan keadaan keluarga pertimbangan siapa diantara keluarga yang memiliki
kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka segera melakukan
tindakan tepat agar maalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga
mempunyai keterbatasan seyoganya meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitar
keluarga.

c. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit

Perawatan ini dapat dilakukan tindakan dirumah apabila keluarga memiliki kemampuan
melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau ke pelayanan kesehatan untuk
memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.

d. Memodifikasi lingkungan

Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan


kepribadian anggota keluarga.

e. Memanfaatkan fasilitas Kesehatan

Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan


(pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).

9. Tujuan Perawatan Kesehatan Keluarga

Berikut tujuan utama dalam perawatan kesehatan keluarga menurut Effendy (2012) yaitu:

a. Tujuan umum:
Untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara Kesehatan keluarga
mereka sehingga dapat meningkatkan status kesehatan keluarga.
b. Tujuan Khusus:

1) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah Kesehatan


yang dihadapi oleh keluarga.

25
2) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah-masalah
Kesehatan dasar dalam keluarga.

3) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat dalam


mengatasi masalah kesehatan keluarga.

4) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan perawatan terhadap anggota


keluarga yang sakit.

5) Meningkatkan produktivitas dalam meningkatkan mutu hidupnya.

10. Tingkat Kemandirian Keluarga

Adapun tingkat kemandirian keluarga menurut Setiawan (2016), yang dibagi menjadi 4
tingkatan, antara lain:

a. Keluarga Mandiri Tingkat Pertama (KM-I) Kriteria:

1) Menerima petugas perawat Kesehatan keluarga.


2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan.

b. Keluarga Mandiri Tingkat Kedua (KM-II) Kriteria:

1) Menerima petugas perawatan Kesehatan masyarakat.


2) Menerima pelayanan yang diberikan sesuai dengan rencana, keperawatan.
3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah Kesehatan yang benar.
4) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.

c. Keluargaa Mandiri Tingkat Tiga (KM-III) Kriteria:

1) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat.


2) Menerima pelayanan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan.
3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah Kesehatan yang benar.
4) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif.
5) Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran.
6) Melaksanan tindakan pencegahan secara aktif.

d. Keluarga Mandiri Tingkat Empat (KM-IV) Kriteria:

1. Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat.


2. Menerima pelayanan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan.
26
3. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan yang benar.
4. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif.
5. Melaksanakan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.
6. Melaksanakan tindakan promotive secara aktif.

11. Peran Perawat Keluarga

Berikut beberapa peran perawat keluarga yang dapat dilakukan menurut Murwani dan
Setyowati (2013), antara lain:

a. Educator (Pendidik)

Pada peran ini perawat berkewajiban membantu klien atau keluarga dalam menghadapi
kendala keluarga untuk meingkatkan kesehatan melalui pemberian pengetahuan yang
terkait dengan keperawatan dan tindakan medis yang diterima sehingga keluarga dapat
menerima tanggung jawab terhadap hail-hal yang diketahui.

b. Fasilitator

Perawat membantu klien atau keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan
derajat kesehatannya. Perawat harus meyakinkan keluarga mengenai system pelayanan
Kesehatan yang ada di masyarakat.

c. Konselor

Narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah Kesehatan. Perawat harus


bersikap terbuka dan dapat dipercaya.

d. Coordinator

Perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan potensi yang ada, baik materi maupun
kemampuan keluarga secara terkoordinasi sehingga tidak ada intervensi yang
terlewatkan maupun yang tumpeng tindih.

e. Pelaksana

Perawat diharapkan dapat mendemonstrasikan pada keluarga asuhan keperawatan yang


diberikan agar keluarga dapat melakukan secara mandiri.

f. Advokat klien (keluarga)

27
Peran perawat sebagai penghubung antara klien atau keluarga dengan tenaga kesehatan
lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien atau keluarga,
dan membantu keluarga untuk memahami semua informasi dan upaya Kesehatan yang
diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun professional.

g. Kolaborator

Perawat bekerja sama dengan tim kesehatan lain dankeluarga dalam menentukan rencana
maupun pelaksanaan asuhan keperawatan guna memenuhi kebutuhan dasar keluarga.

A. Konsep Dasar Gout Arthritis


1. Pengertian
Gout adalah penyakit yang diakibatkan gangguan metabolisme purin yang ditandai
dengan hiperurisemia dan serangan sinovitis akut berulang-ulang.Penyakit ini paling
sering menyerang pria usia pertengahan sampai usia lanjut dan wanita pasca menopuse.
(Nurarif dan kusuma, 2016).

Arthritis pirai (Gout) adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi kristal
asam urat pada jaringan sekitar sendi. Gout terjadi akibat dari hiperurisemia yang
berlangsung lama (asam urat serum meningkat) disebabkan karena penumpukan purin dan
eksresi asam urat kurang dari ginjal (Sya’diyah, 2018).

2.Etiologi

Gangguan metabolik dengan meningkatnya konsentrasi asam urat ini ditimbulkan dari
penimbunan kristal di sendi oleh monosodium (MSU) dan kalsium pirofosfat dihidrat
(CCPD), dan pada tahap yang lebih lanjut terjadi degenarasi tulang rawan sendi (Nurarif
dan Kusuma, 2016).Gejala arthritis akut disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan
terhadap pembentukan kristal monosodium urat monohidrat. Kelainan ini berhubungan
dengan gangguan kinetik asam urat yang hiperurisemia (Sya’diyah 2018). Hiperurisemia
pada penyakit ini terjadi karena:

a. Pembentukan asam urat yang berlebih

1) Gout primer metabolik disebabkan sistensi langsung yang berlebih

28
2) Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat berlebih karena penyakit
lain, seperti leukimia, terutama bila diobati dengan sitotistika psoarisis, polisetemia
vera dan mielofibrosis

b. Kurang asam urat melalui ginjal

1) Gout primer renal terjadi karena ekseresi asam urat ditubuli distal
ginjal yang sehat.
2)Gout sekunder renal disebabkan oleh karena kerusakan ginjal, misalnya
glumeronefritis kronik atau gagal ginjal kronis.

3. Manifestasi Klinis
Menurut Nurarif dan Kusuma (2016) terdapat empat stadium perjalanan klinis gout yang
tidak di obati:

a. Stadium pertama adalah hiperurisemia asimtomatik. Pada stadium ini asam urat serum
laki-laki meningkat dan tanpa gejala selain dari peningkatan asam urat serum.

b. Stadium kedua arthritis gout terjadi awitan mendadak pembengkakan dan nyeri yang
luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari kaki dan sendi metatarsofalengeal.

c. Stadium ketiga setelahserangan gout akut adalah tahap interkritis. Tidak terdapat
gejala-gejala pada tahap ini, yang dapat berlangsung dari beberapa bulan sampai
tahun. Kebanyakan orang mengalami serangan gout berulang dalam waktu kurang
dari 1 tahun jika tidak di diobati

d. Stadium keempat adalah tahap gout kronik dengan timbunan asam urat yang terus
meluas selama beberapa tahun jika pengobatan tidak dimulai peradangan kronik akibat
kristal-kristal asam urat mengakibatkan nyeri, sakit dan kaku juga pembesaran dan
pembesaran dan penonjolan sendi yang bengkak.

4. Patofisiologi

Kelainan pada sendi metatarsofangeal terjadi akibat ditemukan penimbunan kristal pada
membrane sinovia dan tulang rawan artikular. Pada fase lanjut akan terjadi erosi tulang
rawan, proliverasi sinovia dan pembentukan panus, erosi kistik tulang serta perubahan
gout sekunder. Selanjutnya, terjadi tofus dan fibrosis serta ankilosis pada tulang kaki.
Adanya gout pada sendi kaki menimbulkan respon lokal, sistemik dan psikologis.

29
Respon inflamasi lokal menyebabkan kompresi saraf sehingga menimbulkan respon
nyeri. Degenerasi kartilago sendi dan respon nyeri menyebabkan gangguan mobilitas
fisik. Peningkatan metabolism menyebabkan pemakaian energy berlebih sehingga klien
cenderung mengalami malaise, anoreksia dan status nutrisi klien tidak seimbang.
Pembentukan panus pada pergelangan kaki menyebabkan masalah citra tubuh dan
prognosis penyakit menimbulkan respons ansietas (Muttaqim,2012:396).

5. pathwey

Multifaktor yang menyebabkan terjadinya

penimbunan Kristal urat

Arthritis Gout pada kaki

Respon Lokal Respon Sistemik


Respon Psikologis

Penimbunan Kristal pada sinovia


Ansietas
dan tulang Peningkatan metabolism
umum

Erosi tulang rawan, proliferasi


sinovia, pembentukan panus Malaise, mual, anoreksia

Respon Inflamasi
Lokal Degenerasi Kartilago
Defisit Nutrisi

Gangguan Mobilitas Fisik Pembentukan tofus


Kompresi saraf
pada kaki

Nyeri Perubahan bentuk kaki


Gangguan Konsep 30
Diri, citra diri
Penatalaksanaan

Menurut (Nurarif dan Kusuma, 2016): Penanganan gout biasanya dibagi menjadi
penanganan serangan akut dan penanganan hiperurisemia pada pasien arthritis kronik.
Ada 3 tahapan dalam terapi penyakit ini

a. Mengatasi serangan akut


b. Mengurangi kadar asam urat untuk mencegah penimbunan kristal asam urat pada
jaringan, terutama persendian.
c. Terapi pencegahan menggunakan terapi hiperurisemia

6. Klasifikasi
Asam urat diklasifikasikan menjadi dua menurut (Herliana, 2013) yaitu: Asam urat
primerPenyakit asam urat primer penyebabnya belum diketahui secara pasti namun,
sebagian besar kasus ini disebabkan oleh faktor genetik dan ketidakseimbangnya
hormonal dalam tubuh. Faktor tersebut menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat
meningkatkan kadar asam urat.

a. Asam urat sekunder

Penyebab asam urat sekunder berkaitan dengan asupan makanan dan minuman ke
dalam tubuh. Makanan yang mengandung banyak purin merupakan penyebab utama
terjadinya asam urat sekunder

7. Komplikasi
Abiyoga ( 2016 ), menyatakan bahwa komplikasi yang muncul akibat gout
antara lain :
1. Gout kronik berthopus
Merupakan serangan gout yang disertai benjolan – benjolan ( tofi ) disekitar sendi
yang sering meradang. Tofi adalah timbunan Kristal monosodium urat disekitar

31
persendian seperti ditulang rawan sendi, sinoval, bursa atau tendon. Tofi bisa juga
ditemukan dijaringan lunak dan otot jantung,katub mitral jantung, retina mata,
panggkal tenggorokan.
2. Nefropati gout kronik
Penyakit tersering yang ditimbulkan karena hiperurisemia terjadi akibat dari
pengendapan Kristal asam urat dalam tubulus ginjal. Padajaringan ginjal bisa terbentuk
mikrotofi yang menyumbat dan merusak glomerulus
3 Nefrolitiasis asam urat ( batu ginjal )
Terjadi pembentukan massa keras seperti batu didalam ginjal, nisa menyebabkan nyeri,
pendarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Air kemih jenuh dengan garam –
garam yang dapat membentuk batu seperti kalsium, asam urat, sistin, dan mineral
struvit ( campuran magnesium, ammonium, fosfat )
4 Persendian menjadi rusak hingga menyebabkan pincang

8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Zairin Noor ( 2017 ), pemeriksaan penunjang pada pasien gout
adalah :
1 Laboratorium
a. Pemeriksaan cairan sinovia didapatkan adanya Kristal monosodiumurat
intraselular.
b. Pemeriksaan serum urat meningkat >7mg/dL.
c. Urinalisis 24 jam didapatkan ekskresi >800 mg asam urat
d. Urinalisis untuk mendeteksi fungsi ginjal, hati, hipertrigliseridemia,
tingginya LDL, dan adanya diabetes mellitus
e. Leukositosis didapatkan pada feses akut
2 Radiodiagnostik
a) Radiografi untuk mendeteksi adanya klasifikasi sendi
b) Radiografi didapatkan adanya erosi pada penumpukan sendi dan kapsul

9. Asuhan Keperawatan

Pengkajian keperawatan

Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian

32
Menurut Setiadi, 2012 Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan
dan merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan meng identifikasi status kesehatan
pasien. Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar
dapat menidentifikasi, mengenali masalah – masalah, kebutuhn kesehatan
dan keperawatan pasien, baik fisik, mental, social dan lingkungan menurut
Darmawan, 2012 . secara garis besar data dasar yang dipergunakan mengkaji
status keluarga adalah :
a. Data umum
1) Meliputi nama kepala keluarga, alamat, pekerjaan, dan status imunisasi
masing – masing keluarga serta genogram
2) Tipe keluaga
Data ini menjelaskan mengenai tipe keluarga saat ini. Berdasarkan tipe
pembagian keluarga tradisional dan non tradisional
3) Suku bangsa
Data ini mengkaji asal suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi budaya
suku bangsa terkait kesehatan
4) Agama
Data ini mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang
dapat mempengaruhi kesehatan
5) Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari
kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Status sosial ekonomi
keluarga ditentukan juga oleh kebutuhan kebutuhan yang dikeluarkan
oleh keluarga serta barang – barang yang dimiliki keluarga.
6) Aktivitas rekreasi keluarga
Data ini menjelaskan mengenai kebiasaan keluarga dalam rekreasi atau
refreshing. Rekreasi tidak harus ketempat wisata,namun menonton TV,
mendengarkan radio, juga merupakan aktivitas rekreasi keluarga.
7). Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a)Tahap perkembangan keluarga saat ini
Data ini ditentukan oleh anak tertua dari keluarga inti
b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
33
Data ini menjelaskan mengenai tugas dalam tahap perkembangan
keluarga saat ini yang belum terpenuhi dan mengapa belum terpenuhi

8). Riwayat keluarga inti


Data ini menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti,
yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing –
masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit ( status
imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga,
serta pengalaman – pengalaman terhadap pelayanan kesehatan
9) Riwayat keluarga sebelumnya
Data ini menjelaskan riwayat kesehatan dari pihak suami dan istri
Pengkajian lingkungan

1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas
3) Mobilitas geografis keluarga
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
5) Sistem pendukung keluarga

Struktur keluarga

1) Pola komunikasi keluarga


2) Struktur kekuatan keluarga
3) Struktur peran
4) Nilai dan norma keluarga

Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
Data yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap
anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota
keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling
menghargai
2) Fungsi sosialisasi

34
Data yang perlu dikaji adalah bagaimana interaksi atau hubungan dalam
keluarga, sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin,norma, budaya
dan perilaku
3) Fungsi perawatan kesehatan
Data ini menjelaskan sejauhmana keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit.
Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat – sakit
(a)Mengenal masalah Kesehatan
ketidaksanggupan keluarga mengenal masalah kesehatan pada
keluarganya, salah satunya adalah disebabkan karena kurang
pengetahuan
(b) Mengambil keputusan
Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan
tindakan yang tepat, disebabkan karena tidak memahami mengenai
sifat, berat dan luasnya masalah tidak begitu menonjol
(c) Merawat anggota keluarga yang sakit
Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit
disebabkan karena tidak mengetahui keadaan penyakit, misalnya
komplikasi, progfosis, cara perawatan dan sumber-sumber yang ada
dalam keluarga.
(d) Memelihara lingkungan yang sehat
Keluarga diharapkan mengetahui keuntungan atau manfaat
pemeliharaan lingkungan yang sehat, dan menyadarinya sebagai salah
satu media perawatan bagi anggota keluarga yang sakit.
(e) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
Pengetahuan keluarga tentang keberadaan dan keuntungan yang didapat
dari fasilitas-fasilitas kesehatan, sangat berpengaruh terhadap penderita
gout. Fasilitas kesehatan dimasyarakat sangat berperan dalam hal ini, juga
saat penderita gout memerlukan pengobatan.
(4) Fungsi reproduksi
Data yang perlu dikaji adalah berapa jumlah anak, bagaimana keluarga
merencanakan jumlah anggota keluarga, upaya apa yang digunakan
keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga
(5) Fungsi ekonomi
35
Data yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan
sandang, pangan, dan papan
(10) Stress dan koping keluarga

Bila ada stressor yang muncul dalam keluarga, sedangkan koping keluarga
tidak efektif, maka ini akan menjadi stress anggota keluarga yang
berkepanjangan. Salah satu pencegahan agar serangan hipertensi tidaksering
muncul adalah dengan mencegah stress
(11) Pemeriksaan fisik anggota keluarga
Pemeriksaan fisik anggota keluarga pada keperawatan keluarga
dilakukan dengan pemeriksaan fisik dari kepala ke kaki ( Head to toe ).
Pemeriksaannya dimulai dari keadaan umum, kesadaran, tanda – tanda
vital, kepala, dada, abdomen, genetalia dan ekstremitas ( Mubarak, 2011 )
(12) Diagnosa keperawatan keluarga

Diagnosa keperawatan keluarga dengan penderita gout, adalah sebagai


berikut :
1 Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan
2 Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan \
3. Defisien pengetahuan berhungan dengan kurang informasi tentang
proses penyakit dan pengobatan Rencana tindakan keperawatan
keluarga
4.Rencana tindakan keluarga
Rencana keperawatan keluarga adalah kumpulan tindakan yang di
rencanakan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau
mengatasi masalah kesehatan atau masalah keperawatan yang telah
diidentifikasi ( Mubarrak, 2011)
5.Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x kunjungan
rumah diharapkan manajemen kesehatan keluarga efektif

Kriteria hasil :

36
1) Keluarga mampu memahami dan mengidentifikasi faktor – faktor
penyebab manajemen kesehatan keluarga tidak efektif
2) Respon perilaku keluarga terhadap manajemen kesehatan keluarga
membaik
3) Keluarga mampu berpartisipasi dalam mengembangkan rencana
perawatan
4) Keluarga mampu berpartisipasi dalam pengambilan keputusan bersama
dengan anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan

Intervensi :

(1) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga

Rasional: Untuk memudahkan interaksi dengan keluarga.

(2) Identifikasi faktor – faktor penyebab manajemen Kesehatan keluarga


tidak efektif

Rasional : Untuk mengetahui faktor – faktor penyebab manajemen


kesehatan keluarga tidak efektif

(3) Anjurkan keluarga dan anggota keluarga yang

mengalami masalah kesehatan untuk berpartisipasi dalam


mengembangkan rencana perawatan

Rasional : Untuk mengarahkan keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatan


anggota keluarganya.

(4) Monitor keterlibatan anggota keluarga dalam perawatan anggota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan

Rasional : Untuk mengetahui respon dan tingkat keterlibatan keluarga dalam proses
perawatan anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan

(5) Berikan pemahaman kepada keluarga terkait dengan kondisi anggota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan serta proses pengobatannya

Rasional: Untuk meningkatkan pengetahuan keluarga terkait proses penyakit dan


pengobatannya

37
Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan 2 x kunjungan rumah


diharapkan keluarga mampu mengubah perilaku kesehatan yang beresiko memperburuk
kesehatan

Kriteria hasil :

a. Keluarga mampu mengenal perilaku kesehatan cenderung beresiko


b. Keluarga mampu merubah gaya hidup sesuai dengan gaya hidup sehat
c. Keluarga mampu berpartisipasi dalam pengambilan dan pelaksanaan keputusan
terkait dengan kesehatannya

Intervensi :

a) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga

Rasional: Untuk memudahkan interaksi dengan keluarga

(b) Identifikasi hambatan untuk merubah perilaku kearah yang lebih sehat

Rasional: Untuk mengetahui hambatan serta mempermudah pembuatan rencana


perawatan lanjutan

(c) Anjurkan keluarga untuk merubah gaya hidup sesuai dengan gaya hidup sehat

Rasional : Agar keluarga dapat merubah gaya hidup sesuai dengan gaya hidup sehat

(d) Dorong keluarga untuk mengambil keputusan dalam pelaksanaan tindakan

(e) Monitor keterlibatan keluarga dalam pemanfaatan fasilitas kesehatan

Rasional : Untuk mengetahui respon dan tingkat keterlibatan keluarga dalam


pemanfaatan fasilitas kesehatan

Implementasi Keperawatan :

Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan


keluarga dalam mengambil keputusan

1) Membina hubungan saling percaya dengan keluarga

2) Mengidentifikasi faktor – faktor penyebab manajemen kesehatan keluarga tidak efektif

38
3) Menganjurkan keluarga dan anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan
untuk berpartisipasi dalam mengembangkan rencana perawatan

4) Memonitor keterlibatan anggota keluarga dalam perawatan anggota keluarga yang


mengalami masalah kesehatan

5) Memberikan pemahaman kepada keluarga terkait dengan kondisi anggota keluarga


yang mengalami masalah kesehatan serta proses pengobatannya Perilaku kesehatan
cenderung beresiko berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan

a. Membina hubungan saling percaya dengan keluarga


b. Mengidentifikasi hambatan untuk merubah perilaku kearah yang lebih sehat
c. Menganjurkan keluarga untuk merubah gaya hidup sesuai dengan gaya hidup
sehat
d. Mendorong keluarga untuk mengambil keputusan dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan serta proses pengobatan

Defisien Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit


dan pengobatan :

a. Membina hubungan saling percaya dengan keluarga


b. Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga
c. Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga
d. Menjelaskan pada keluarga tentang kondisi anggota keluarga yang mengalami
masalah kesehatan serta proses pengobatannya
e. Menganjurkan keluarga untuk memanfaatkan fasilitas Kesehatan
f. Memonitor keterlibatan keluarga dalam pemanfaatan fasilitas kesehatan

(11). Evaluasi Keperawatan

Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan


keluarga dalam mengambil keputusan

a. Keluarga mampu memahami dan mengidentifikasi faktor – faktor penyebab


manajemen kesehatan keluarga tidak efektif
b. Adanya respon perilaku keluarga terhadap manajemen Kesehatan keluarga membaik
c. Keluarga mampu berpartisipasi dalam mengembangkan rencana perawatan

39
d. Keluarga mampu berpartisipasi dalam pengambilan keputusan bersama dengan
anggota keluarga yang mengalami masalah Kesehatan .Perilaku kesehatan cenderung
beresiko berhubungn dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
1) Keluarga mampu mengenal perilaku kesehatan cenderung beresiko
2) Keluarga mampu merubah gaya hidup sesuai dengan gaya hidup sehat
3) Keluarga mampu berpartisipasi dalam pengambilan dan pelaksanaan
keputusan terkait dengan kesehatannya

Defisien Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit


dan pengobatan

a. Keluarga mampu mengetahui tentang penyebab, proses penyakit dan faktor


yang berkontribusi terhadap terjadinya penyakit serta cara pengobatan
b. Keluarga patuh terhadap pelaksanaan proses perawatan
c. Keluarga mempu memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk pengobatan

BAB III

METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

Karya tulis ilmiah ini menggunakan metode pendekatan studi kasus untuk
mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada pasien ederita asam urat. Pendekatan
asuhan keperawatan yang digunakan meliputi pengkajian, diagnosa asuhan keperawatan
keluarga , perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Dalam study kasus ini peneliti mengambil judul Asuhan Keperawatan Keluarga pada
Keluarga Ny.”S” Dengan Masalah Kesehatan Asam Urat Di Dusun Sanggrahan
RT07/RW09 Banyuraden,Gamping,Sleman,Yogyakarta
40
B. Waktu dan Tempat
1. Waktu kegiatan
Hari/tanggal : Selasa, 26 Mei 2022
Waktu : Jam 09:00 WIB
2. Tempat kegatan
Di puskesmas gamping 2

C. Subjek Penelitian

1) Nama : Ny.S

2) Umur : 62 tahun

3) Jenis Kelamin : perempuan

4) Agama : Islam

5) Alamat : Sanggrahan RT07/RW09 Banyuraden,Gamping

6) Pekerjaan :-

7) Status Perkawinan : janda

8) Suku bangsa : jawa

9) Pendidikan : SLTA

10) Diagnosa Medis : Asam urat

D.Fokus Penelitian

Penerapan kompres air hangat pada penderita asam urat pada pasien Tn. S dengan
Masalah Keperawatan Asam urat di dusun Sanggrahan RT07/RW09
Banyuraden,Gamping,Sleman,Yogyakarta

E. Metode Pengumpulan Data


a. Wawancara
Data yang diambil / diperoleh melalui percakapan baik dengan pasien dan
anggota keluarga yang mengalami masalah asam urat

41
b. Observasi
Data yang di ambil melalui pengamatan dari keluarga maupun anggota
keluarga dengan diagnosa medis asam urat
c. Pemeriksaan
Meliputi pemeriksaam fisik yang dapat menunjang penegakan diagnosa
dan penaganan selanjutnya.
d. Sumber data
1. Data primer
Data primer adalah data yang di peroleh dari anggota keluarga
dengan diagnosa medis gout
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang di peroleh dari keluarga atau orang
terdekat anggota keluarga dengan dignosa medis gout
3. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan yaitu mempelajari buku sumber yang berhubungan
dengan
judul studi kasus dan masalah yang di bahas
F. Metode Analisa
Analisa data dilakukan dengan mengemukakan fakta dan dibahas dalam
pembahasan.Teknik Analisa data yang digunakan dari hasil studi
kasus,wawancara,observasi,pemeriksaandan literatur sebagai jawaban rumusan
masalah

G. Instrumen penelitian

Instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk pengumpulan data.
Alat atau instrumen data dalam penelitian menggunakan lembar evaluasi dan format
pengkajian keperawatan keluarga yang terdiri dadi pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi, evaluasi dengan kasus penerapan kompres air hangat.

42
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian
Dari hasil studi kasus yang didapatkan pada pasien penderita asam urat dapat diberikan
guna mengurangi rasa nyeri,kompres air hangat diberikan kurang lebih 15 menit dan
dilakukan seminggu 2 kali ,dengan pemberian komprees air hangat memberikan efek
pembuluh-pembuluh darah akan melebar sehingga memperbaiki peredaran darah di
dalam jaringan tersebut sehingga dapat menurunkan nyeri.

2. Pembahasan

43
Hasil studi kasus mennjukan bahwa kompres air hangat adalah upaya yang mudah dan
murah,sehingga dapat diterapkan untuk mengatasi atau menurunkan keluhan nyeri
dengan artritis gout. Manfaat pemberian kompres air hangat ini memberikan rasa
hangat pada penderita asam urat dengan mengunakan cairan yang menimbulkan hangat
pada bagian tubuh yang memerlukanya,tujuan dari kompres air hangat ini untuk
memperlancar sirkulasi darah ,mengurangi rasa sakit,memberi rasa nyaman atau hangat
dan tenang.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian ini dapat disimpukan bahwa kompres air hangat
dapat menurunkan skala nyeri untuk asam urat,cara ini selain mudah dan murah
efektif untuk diberikan jika nyeri meradang dan efektif diberikan selama 2 hari
sekali.bagi penderita asam urat juga harus mengimbangi dengan pola hidup sehat
contohnya makanan-makanan yang harus dihindari. Kompres air hangat juga bisa
menjadi alternatif intervensi keperawatan untuk menurunkan nyeri pada penderita
artritis gout, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pelayanan

44
keperawatan untuk penatalaksanaan penyakit artritis gout secara non farmakologi,
dapat digunakan sebagai terapi non farmakologis pada penderita yang mengalami
nyeri artritis gout.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut,penulis memberikan saran- saran sebagai berikut:
1. Bagi keluarga
Diharapkan pasien dan keluarga bisa mengerti tentang penyakit asam urat dan
cara pencegahanya juga mulai melakukan pola hidup sehat.
2.bagi Pusksmas Gamping II
Dihrapkan bisa meningkatkan pelayanan Kesehatan
3. Bagi institusi
Diharapkan bisa menjadi sumber referensi keperawatan keluarga

DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses, dan Praktik
Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Effendy, N. 2012. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2. Jakarta:


EGC.

Friedman, Marilyn M. 2013. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, & Praktik.
Jakarta: EGC.

45
Muwani, A & Settowati, S. 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Penerbit
Fitramaya

Sudiharto. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan


Transkultural. Jakarta: EGC.

Setiawan, R. 2016. Teori dan Praktik Keperawatan Keluarga. Semarang: Unnes Press

Nurarif & Kusuma, 2016). (2016). Terapi Komplementer Akupresure. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Sya’diyah, Hidayatus. 2018 Keperawatan Lanjut Usia. Sidoarjo: Indomedia Pustaka

Lampiran jurnal

46
SATUAN ACARA PENYULUHAN TERAPI
KOMPRES AIR HANGAT PADA PENDERITA ASAM URAT

Pokok Bahasan : Terapi kompres air hangat


Sub Pokok Bahasan :
1. Pengertian kompres air hangat
2. Tujuan kompres air hangat
3. Pengaruh kompres air hangat
47
4. Alat dan bahan kompres air hangat
5. Cara terapi kompres air hangat
Sasaran : keluarga Ny.S
Hari/Tanggal :
Waktu : 20 menit
Tempat :Dusun saggrahan RT 07 RW 9,banyuraden,gamping,sleman,Yogyakarta

A. LATAR BELAKANG.
.Kompres hangat adalah tindakan yang dilakukan dengan memberikan cairan
hangat untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan
nyeri, mengurangi atau mencegah terjadinya spasme otot, dan memberikan rasa
hangat (Fajriyah, N, Sani, Tyas, & Winarsih, 2013)

B. TUJUAN PENYULUHAN UMUM


Setelah dilakukan penyeluhan selama 20 menit di harapkan Ny.S dapat mengerti dan
memahami kompres air hangat

C. TUJUAN PENYULUHAN KHUSUS


Setelah dilakukan penyeluhan selama 20 menit di harapkan Ny.S dapat mengerti dan
memahami tentang :
1. Pengertian kompres air hangat
2. Tujuan kompres air hangat
3. Pengaruh kompres air hangat
4. Alat dan bahan kompres air hangat
5. Cara terapi kompres air hangat

D. TEMPAT
Penyeluhan di lakukan di rumah Ny.S

E. MEDIA DAN ALAT


1. SAP
2. POSTER

F. METODE

48
1. Ceramah
2. Tanya jawab

G. KISI-KISI MATERI
1. Pengertian kompres hangat
2. Tujuan kompres hangat
3. Pengaruh kompres hangat
4. Alat dan bahan kompres hangat
5. Cara terapi kompres hangat

H. KEGIATAN PENYULUHAN

N KEGIATAN
O WAKTU PENYULUHAN PESERTA
1 2Menit Pembukaan - Menjawab
a. Salam pembukaan - salam
b. Perkenalan - Memperhati
c. Mengkomunikasikant kan
tujuan

2 10 Menit Kegiatan inti - Memperhati


penyuluhan kan
a. Menjelaskandan - Bertanya
menguraikan materi
b. Membuka sesi Tanya
jawab
c. Menjawab
pertanyaan materi
penyuluhan
3 5 Menit Penutup - Menjawab
a. Menyimpulkan - pertanyaan
materi yang telah di - Menjawab
sampaikan - salam
b. Melakukan evaluasi

49
penyuluhandengan
pertanyaan secara
lisan
c. Mengakhiri kegiatan
penyuluhan

I. EVALUASI
1. Evaluasi struktur
a. Kesiapan mahasiswa dalam memberikan materi penyuluhan
b. Media dan alat yang memadai
c. Settingan waktu sesuai dengan kegiatan

2. Evaluasi proses
a. Kegiatan penyuluhan di lakukan oleh mahasiswa sesuai dengan jadwal
yang sudah direncanakan
b. Peserta penyuluhan aktif berpartisipasi selama proses penyuluhan
berlangsung
c. Seluruh mahasiswa berperan aktif selama proses penyuluhan berlangsung
3. Pertanyaaan
a. Apa tujuan kompres hangat ?
b. Apa pengaruh kompres hangat ?

MATERI PENYELUHAN

A. Pengertian
Kompres hangat dapat menurunkan nyeri pada asam urat. Kompres hangat
merupakan pengobatan non farmakologil atau terapi alternative untuk mengurangi
nyeri pada penderita asam urat. Kompres air hangat dapat mengurangi peradangan
pada penderita asam urat, selain itu kompres air hangat juga memiliki ini dapat
meredakan rasa nyeri, kaku, spasme otot atau terjadinya vasodilatasi pembuluh

50
darah, manfaat yang maksimalakan di capai dalam waktu 20 menit sesudah afikasi
panas(Agustin, 2014).

C. Tujuan kompres hangat

1. Memperlancar sirkulasi darah


2. Mengurngi nyeri
3. Memperlancar aliran darah
4. Memberikan rasa hangat dan nyaman, (smeltzer, 2013)

C. Pengaruh Kompres air hangat


Efek dari kompres hangat untuk meningkatkan aliran darah. Pemberian
kompres hangat hanya dilakukan saaat nyeri timbul saja.minimal 10 mnit

D. Alat dan Bahan


1. Waslap/handuk kecil
2. Mangkuk/ wadah

E. Cara mengompres

1. Siapkan air mendidih 50 cc

2. Balurkan pada sendi kaki yang sakit.

3. diamkan hingga 10 mnit berulang sampai nyeri mereda  

51

Anda mungkin juga menyukai