Anda di halaman 1dari 113

UPAYA PENCEGAHAN DAMPAK MENGANGKAT PADA

PEKERJA BATUBATA DI DESA KARANGANYAR


KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
TAHUN 2016

TESIS

Oleh

VELLY FAZRI SINAGA


137032193/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


AN EFFORT TO FORESTALL THE IMPACT OF LIFTING WEIGHTS
BY BRICK MAKERS AT KARANGANYAR VILLAGE,
SERDANG BEDAGAI REGENCY,
IN 2016

THESIS

By

VELLY FAZRI SINAGA


137032193/IKM

MASTER IN PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM


FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UPAYA PENCEGAHAN DAMPAK MENGANGKAT PADA
PEKERJA BATUBATA DI DESA KARANGANYAR
KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
TAHUN 2016

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)
dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Kesehatan Kerja
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara

Oleh

VELLY FAZRI SINAGA


137032193 /IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Telah diuji
Pada Tanggal :16 Mei 2016

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE


Anggota : 1. Ir. Kalsum, M.Kes
2. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes
3. dr. Mhd. Makmur Sinaga, M.S

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN

UPAYA PENCEGAHAN DAMPAK MENGANGKAT PADA PEKERJA


BATU BATA DI DESA KARANGANYAR KABUPATEN
SERDANG BEDAGAI TAHUN 2016

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2016

Velly Fazri Sinaga


137032193 / IKM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRAK

Keluhan musculoskeletal sering terjadi pada otot rangka (skeletal) yang


meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot bagian
bawah. Pekerjaan pembuat batu bata mengangkat dan membawa mempunyai resiko
tinggi untuk mengakibatkan nyeri otot karena kerusakan tulang belakang. Penelitian
ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian stretching di awal dan
pemberian cooling down di akhir pekerjaan terhadap keluhan nyeri pada otot pekerja.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen yang dilakukan
di Desa Karanganyar Kabupaten Serdang Bedagai. Populasi dan sampel dalam
penelitian ini adalah pekerja pembuat batu bata sebanyak 20 orang pekerja. Analisis
penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon dengan signifikansi 95%.
Hasil uji wilcoxon test menunjukkan bahwa pemberian streching di awal dan
pemberian cooling down di akhir pekerjaan terbukti dapat menurunkan keluhan
musculoskeletal berdasarkan lokasi keluhan pada lokasi bahu (p=0,003), lokasi
pinggang (p= 0,014), lokasi punggung (p=0,001), paha (p=0,003), lokasi betis (p=
0,005), lokasi lengan (p=0,004), lokasi leher (p=0,014) dan jumlah lokasi yang sakit
(p=0,000), Hasil analisis dengan menggunakan uji wilcoxon memperlihatkan < 0,05.
Dari hasil penelitian disarankan pengusaha pembuatan batu bata sebaiknya
mulai menerapkan pemberian stretching di awal dan pemberian cooling down di akhir
pekerjaan pada aktivitas kerja pembuat batu bata karena sudah terbukti mampu
mengurangi keluhan musculoskeletal dan sebagai alternatif untuk meningkatkan
produktifitas kerja. Pekerja pembuat batu bara hendaknya memperhatikan waktu
istirahat, dan jam bekerja, sehingga keluhan yang ditimbulkan akibat aktivitas kerja
dapat diminimalkan.

Kata Kunci : Pembuat Batu Bata, Keluhan Musculoskeletal, Streching, Cooling


Down

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT

The complaint about musculoskeletal usually occurs in skeletal muscle which


includes the muscles of neck, shoulders, arms, fingers, back, waist, and the lower
muscles. Brick makers who lift and carry bricks have high risk for muscle pains
because of backbone damage. The objective of the research was to find out the
influence of stretching treatment at the beginning of doing the job and cooling down
treatment at the end of the job on complaint about pain in brick makers.
The research was an experiment conducted at Karanganyar Village, Serdang
Bedagai Regency. The population and the samples were 20 brick makers. The data
were analyzed by using Wilcoxon test at the Significance level of 95%.
The result of Wilcoxon test showed that stretching treatment at the beginning
of the job and cooling down treatment at the end of the job could decrease the
complaint about musculoskeletal, based on the complaint location in shoulders
(p=0.003), in waist (p=0.014), in back (p=0.001), in hips (p=0.003), in calves
(p=0.005), in arms (p=0.004), in neck (p=0.014), and in the number of pain locations
(p=0.000). The result of the analysis, using Wilcoxon test, showed <0.05.
It is recommended that the employer of brick makers apply stretching
treatment at the beginning of the job and cooling down treatment at the end of the job
for the brick makers since it is evident that they can decrease complaint about
musculoskeletal and an alternative for increasing work productivity. Brick makers
should pay attention to break time and working hours so that the complaint can be
reduced.

Keywords: Brick Makers, Complaint about Musculoskeletal, Stretching, Cooling


Down

ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis

dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul “Upaya pencegahan dampak

mengangkat pada pekerja batu bata di desa Karanganyar Kabupaten Serdang Bedagai

Tahun 2016”. Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk

menyelesaikan pendidikan Program S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi

Kesehatan Kerja pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini, penulis mendapatkan bantuan, dorongan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

mengikuti pendidikan pada program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku dosen pembimbing I serta Ir. Kalsum,

M.Kes, selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberi perhatian, bimbingan

dan dukungan dalam penyusunan tesis ini.

4. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

5. Prof. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes, selaku dosen penguji I serta dr. Makmur Sinaga, MS,

selaku dosen penguji II yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi

kesempurnaan penulisan tesis ini.

7. Seluruh dosen dan staf di lingkungan Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi

Kesehatan Kerja di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang

telah memberikan ilmu yang sangat berarti selama penulis mengikuti pendidikan.

8. Kepala Desa Karanganyar Kab. Serdang Bedagai yang telah mendukung saya dan banyak

memberikan masukan dalam melakukan penelitian ini.

9. Teristimewa kepada Ayahanda Rabbil Sinaga, S.Pd dan Ibunda Zulkaidah Hutabarat

yang senantiasa berikan cinta, doa, kasih sayang, nasehat dan dukungannya yang tak

tergantikan yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan studi pendidikan.

10. Adinda Syahrinal Sinaga, adinda Ilda Putriani Sinaga, S. Kep, NS dan adinda Frandy

Hutabarat, yang selalu berikan semangat dan motivasi dalam penyelesaian tesis ini.

11. Terima kasih terkhusus kepada yang terkasih Sari Waras Tuti yang selalu berikan waktu

dan saran dalam menyelesaikan tesis ini.

12. Rekan – rekan seperjuangan Mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Angkatan 2013 Minat studi Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang banyak memberikan

bantuan dan dukungan selama perkuliahan dan penelitian ini

Kiranya Tuhan akan membalas semua kebaikan dan bantuan yang telah

penulis terima selama ini. Semoga Tuhan melimpahkan berkat dan rahmat-Nya bagi

kita semua.

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Akhirnya Penulis menyadari atas segala keterbatasan dan kekurangan, untuk

itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan

tesis ini dengan penuh harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Juli 2016


Penulis

Velly Fazri Sinaga


137032193 / IKM

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RIWAYAT HIDUP

Velly Fazri Sinaga dilahirkan pada tanggal 3 Maret 1991 di Kota Sibolga

Provinsi Sumatera Utara. Anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Ayahanda

Rabbil Sinaga dan Ibunda Zulkaidah Hutabarat. Saat ini penulis bertempat tinggal di

Medan.

Pendidikan dimulai dari Sekolah Dasar tahun 1996-2002 di SD Negeri

153074 Pinangsori Kabupaten Tapanuli Tengah, tahun 2002-2005 pendidikan di SMP

Negeri 1 Badiri Kabupaten Tapanuli Tengah, tahun 2005-2008 Pendidikan di SMA

Negeri 1 Pinangsori Kabupaten Tapanuli Tengah, tahun 2008-2012 menyelesaikan

pendidikan S1 Keguruan Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi di Universitas

Negeri Medan. Tahun 2013 penulis mengikuti pendidikan lanjutan pada Program

Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Sumatera

Utara dengan Minat studi Kesehatan Kerja.

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR......................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vi
DAFTAR ISI........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Permasalahan................................................................................. 4
1.3. Tujuan Penelitian........................................................................... 4
1.3.1. Tujuan Umum .................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................... 4
1.4. Hipotesis ....................................................................................... 5
1.5. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5
1.5.1. Bagi Perusahaan ................................................................. 5
1.5.2. Bagi Peneliti ....................................................................... 5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 6
2.1. Manual Material Handling ........................................................... 6
2.1.1. Manual Material Handling Menurut OSHA ...................... 8
2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Manual Material
Handling ............................................................................. 9
2.1.3. Batasan Beban yang Boleh Diangkat .................................. 12
2.2. Sikap Kerja.................................................................................... 14
2.2.1. Kerja Posisi Duduk.............................................................. 14
2.2.2. Kerja Posisi Berdiri ............................................................. 16
2.2.3. Kerja Berdiri Setengah Duduk ............................................ 18
2.2.4. Pertimbangan Ergonomis dalam Sikap Kerja ..................... 19
2.2.5 Posisi Kerja pada Proses Pencetakan Batu Bata ................ 20
2.3. Keluhan Musculoskeletal .............................................................. 22
2.3.1. Faktor Penyebab Keluhan Musculoskeletal ........................ 26
2.3.2. Kesegaran Jasmani .............................................................. 29
2.3.3. Pengukuran Kelelahan Otot ............................................... 30
2.4. Usaha Pencegahan Dampak Mengangkat .................................... 31
2.4.1. Pelatihan pada Pekerja ....................................................... 32
2.5. Landasan Teori ............................................................................. 33
2.6. Kerangka Konsep .......................................................................... 33

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 3. METODE PENELITIAN................................................................. 34
3.1. Jenis Penelitian.............................................................................. 34
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................... 34
3.2.1. Lokasi Penelitian ................................................................. 34
3.2.2. Waktu Penelitian ................................................................. 34
3.3. Populasi dan Sampel ..................................................................... 35
3.3.1. Populasi ............................................................................... 35
3.3.2. Sampel................................................................................. 35
3.4. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 35
3.4.1. Data Primer ........................................................................ 35
3.4.2. Data Sekunder .................................................................... 36
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ................................................ 36
3.5.1. Variabel Penelitian .............................................................. 36
3.5.2. Definisi Operasional ........................................................... 36
3.6. Metode Pengukuran ...................................................................... 38
3.6.1. Pra Eksperimen ................................................................... 38
3.6.2. Tahap Eksperimen .............................................................. 38
3.6.3. Post Eksperimen ................................................................. 44
3.7. Analisis Data ................................................................................. 44
BAB 4. HASIL PENELITIAN ..................................................................... 45
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................ 45
4.2. Analisis Univariat ......................................................................... 45
4.3. Analisis Bivariat ........................................................................... 53
BAB 5. PEMBAHASAN ............................................................................... 61
5.1. Efektifitas Pemberian Stretching di Awal dan Pemberian
Cooling Down di Akhir Pekerjaan terhadap Rata-Rata Keluhan
Berdasarkan Lokasi Rasa Sakit ..................................................... 61
5.2. Efektifitas Pemberian Stretching di Awal dan Pemberian
Cooling Down di Akhir Pekerjaan terhadap Rata-Rata Keluhan
Berdasarkan Gambaran Rasa Sakit .............................................. 66
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 73
6.1. Kesimpulan ................................................................................... 73
6.2. Saran ............................................................................................. 74
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 75

LAMPIRAN

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

2.1 Tindakan yang Harus Dilakukan sesuai dengan Batas Angkat ............. 12
2.2 Tindakan yang Harus Dilakukan sesuai dengan Batas Angkatnya ....... 13
4.1 Karakteristik Responden berdasarkan Umur, Jenis kelamin, Berat
Badan, Tinggi badan, Masa kerja, dan Jumlah jam kerja perhari........... 46
4.2 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Tempat Pengobatan,
Hubungan Rasa Sakit Dengan Pekerjaan, Awal Mula Rasa Sakit,
Tidak Bekerja Akibat Sakit ................................................................... 47
4.3 Lokasi Rasa Sakit Musculosceletal yang Dialami Responden Sebelum
Diberikan Intervensi dan Setelah Diberikan Intervensi ......................... 48
4.4 Jumlah Lokasi Rasa Sakit Musculosceletal yang Dialami Responden
Sebelum Diberikan Intervensi dan Setelah Diberikan Intervensi ........... 49

4.5 Distribusi Gambaran Rasa Sakit Musculosceletal yang Dialami


Responden .............................................................................................. 50
4.6. Jumlah Rasa Sakit Musculosceletal yang Dialami Responden Sebelum
Diberikan Intervensi dan Setelah Diberikan Intervensi.......................... 51
4.7. Distribusi Lamanya Rasa Sakit Musculosceletal yang Dialami Responden
Sebelum Diberikan Intervensi dan Setelah Diberikan Intervensi........... 52
4.8. Tingkat Keluhan Rasa Sakit Musculosceletal Responden Sebelum
diberikan Intervensi dan Setelah Diberikan Intervensi .......................... 52
4.9. Uji Normalitas Lokasi Sakit, Rasa Sakit dan Lama Sakit
Musculoskeletal ...................................................................................... 53
4.10. Hasil Uji Wilcoxon pada Rata-Rata Keluhan Musculosceletal
Berdasarkan Lokasi Rasa Sakit (Bahu, Pinggang, Punggung, Leher)
Sebelum dan Sesudah Intervensi .......................................................... 54
4.11. Hasil Uji Wilcoxon pada Rata-Rata Keluhan Musculosceletal
Berdasarkan Lokasi Rasa Sakit (Paha, Betis dan Lengan) Sebelum dan
Sesudah Intervensi ................................................................................. 55

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.12. Hasil Uji Wilcoxon pada Rata-Rata Keluhan Musculosceletal
Rasa Sakit yang Dialami (Kejang, Kebas,Nyeri, Bengkak) Sebelum
dan Sesudah Intervensi .......................................................................... 56
4.13. Hasil Uji Wilcoxon pada Rata-Rata Keluhan Musculosceletal Rasa
Sakit yang Dialami (Ngilu, Kaku, Total Rasa Sakit) Sebelum dan
Sesudah Intervensi ................................................................................. 57
4.14. Hasil Uji Wilcoxon pada Durasi Waktu Sakit Keluhan
Musculoskeletal yang Dirasakan Sebelum dan Sesudah Intervensi ....... 58
4.15. Hasil Uji Wilcoxon Tingkat Keluhan Rasa Sakit Musculosceletal
Rasa Sakit yang Dialami Sebelum dan Sesudah Intervensi ................. 59

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1 Sikap Kerja Duduk ............................................................................... 15

2.2 Sikap Kerja Berdiri .............................................................................. 17


2.3 Anatomi Tulang Belakang .................................................................. 25
2.4 Bagan Kerangka Konsep ..................................................................... 33
3.1 Stretching 1 ......................................................................................... 39
3.2 Stretching 2 .......................................................................................... 40
3.3 Stretching 3 .......................................................................................... 41
3.4 Stretching 4 .......................................................................................... 41
3.5 Gerakan Push Up ................................................................................ 43
3.6 Gerakan Cooling Down ....................................................................... 44

xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Symptom Survey Ergonomic Program ................................................. 79

2. Tabel Lampiran Data Penelitian .......................................................... 81


3. Tabel Lampiran Output Penelitian ...................................................... 85
4. Dokumentasi Penelitian ....................................................................... 93

xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan

tenaga kerja serta untuk meningkatkan produktivitas kerja.Pasal 86 ayat 2 Undang-

Undang Nomor 13 Tahun 2003 menyatakan bahwa upaya keselamatan dan kesehatan

kerja dimaksudkan untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan

derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan

penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan,

pengobatan, dan rehabilitasi.

Menurut Surya (2008) yang dikutip oleh Sinurat (2011) pencapaian

keselamatan dan kesehatan kerja yang dilaksanakan di suatu perusahaan tidak lepas

dari peran ergonomi, karena ergonomi berkaitan dengan orang yang bekerja, selain

dalam rangka efektivitas dan efisiensi kerja. Ergonomi sebagai salah satu ilmu yang

berusaha untuk menyerasikan antara faktor manusia, faktor pekerjaan dan faktor

lingkungan.Dengan bekerja secara ergonomis maka diperoleh rasa nyaman dalam

bekerja, dihindari kelelahan, dihindari gerakan dan upaya yang tidak perlu serta

upaya melaksanakan pekerjaan menjadi sekecil-kecilnya dengan hasil yang sebesar-

besarnya.

Tarigan (2008) menyebutkan bahwa penerapan keselamatan dan kesehatan

kerja di sektor industri khususnya masalah ergonomi masih belum menunjukkan hasil

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2

yang diharapkan, hal ini terindikasi dari tingkat kecelakaan kerja yang relatif masih

tinggi. Tingginya angka kecelakaan ini umumnya terjadi pada industri skala

menengah dan kecil, sedangkan pada industri besar dan strategis lainnya pelaksanaan

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja umumnya cukup baik dan angka

kecelakaan relatif kecil karena didukung oleh kemampuan sumberdaya manusia dan

dana yang tersedia.

Menurut WHO tahun 2003 yang dikutip oleh Tana, dkk (2009) disebutkan

bahwa gangguan otot rangka (MSDs) adalah penyakit akibat kerja yang paling

banyak terjadi dan diperkirakan mencapai 60% dari semua penyakit akibat kerja dan

menurut Depkes RI tahun 2005, 40,5 % pekerja di Indonesia mempunyai keluhan

gangguan kesehatan yang berhubungan dengan pekerjaannya dan diantaranya adalah

gangguan otot rangka sebanyak 16%.

Hal ini semakin menjadi masalah besar karena kegiatan di bidang informal

adalah kegiatan yang lebih banyak dilakoni daripada kegiatan formal. Berdasarkan

Berita Resmi Statistik No. 33/05/Th. XV, 7 Mei 2012, hasil identifikasi pada Februari

2012 sekitar 42,1 juta orang (37,29 persen) bekerja pada kegiatan formal dan 70,7

juta orang (62,71 persen) bekerja pada kegiatan informal.

Menurut Astuti (2007) kondisi manusia dikatakan tidak aman bila kesehatan

dan keselamatan pekerja mulai terganggu. Dengan adanya kelelahan dan keluhan

muskuloskeletal merupakan salah satu indikasi adanya gangguan kesehatan dan

keselamatan pekerja. Pekerja sering mengeluh tubuh merasa nyeri atau sakit saat

bekerja maupun setelah bekerja.Studi tentang MSDs menunjukkan bahwa bagian otot

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

yang sering dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu,

lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot bagian bawah.

Menurut Pratiwi, dkk (2009) pekerjaan mengangkat dan membawa

mempunyai risiko tinggi untuk mengakibatkan nyeri pungggung bawah karena

kerusakan tulang belakang. Oleh karena itu diperlukan pencegahan kerusakan tulang

belakang, salah satunya dengan memperhatikan teknik mengangkat beban. Pada

teknik mengangkat yang ergonomis, tumpuan beban terletak pada kedua kaki dan

bukan pada tulang belakang atau punggung, dengan demikian tulang belakang tidak

harus bekerja keras menahan beban, sehingga kerusakan tulang belakang yang

mungkin terjadi akan kecil, dan akan menurunkan risiko terpapar nyeri punggung

bawah. Jadi semakin ergonomis teknik mengangkat yang digunakan untuk

mengangkat beban, maka risiko terpapar nyeri punggung bawah semakin kecil.

Desa Karanganyar adalah salah satu desa di Kabupaten Serdang Bedagai dan

merupakan desa yang paling banyak terdapat usaha mencetak batu bata bahkan

pekerjaan membuat batu bata ini telah banyak dilakukan di rumah penduduk. Para

pekerja umumnya bekerja mulai jam 09.00 s/d 18.00 WIB (±9 jam) dan mampu

menghasilkan batu bata sebanyak ± 34.000 batu bata perhari. Selama proses

pekerjaan berlangsung maupun pada saat pekerjaan selesai dilakukan, umumnya

pekerja mengalami nyeri pada punggung selebihnya leher dan pinggang. Hal ini

dikarenakan 1 buah batu bata yang memiliki berat ± 3 kg dan pekerja mengangkat 6

buah batu bata dalam sekali angkat dan frekuensi pengangkatan adalah 10 kali per

menit sejauh 3 meter. Pada saat mengangkat batu bata dari pembakaran batu bata

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

menuju gudang penyimpanan batu bata terjadi kontraksi otot yang berlebihan akibat

pemberian beban kerja melebihi batas angkat sehingga menyebabkan peredaran darah

ke otot berkurang dan suplai oksigen terhambat. Sebagai akibatnya terjadi

pembentukan asam laktat yang menyebabkan terjadinya nyeri otot.

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai upaya pencegahan dampak mengangkat pada pekerja

batu bata di Desa Karanganyar Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2016. Sehingga

perlu dilakukan upaya pencegahan berupa pemberian streching di awal dan

pemberian cooling down di akhir pekerjaan serta pemberian pelatihan mengenai sikap

kerja dengan menerapkan cara mengangkat beban yang benar.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang dan penelitian di lapangan dapat

dirumuskan permasalahan yang diangkat yaitu bagaimana upaya pencegahan dampak

mengangkat pada pekerja batu bata di Desa Karanganyar Kabupaten Serdang Bedagai

tahun 2016.

1.3 Tujuan Penelitian

a. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh diberikan intervensi

terhadap keluhan nyeri pada otot.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

1.4 Hipotesis

Apakah ada pengaruh upaya dampak mengangkat sebelum dan sesudah

diberikan intervensi.

Ho : Tidak ada pengaruh diberikan intervensi terhadap keluhan nyeri pada

otot.

Ha : Adanya penurunan keluhan nyeri pada otot.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Perusahaan

a. Hasil dan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan


masukan bagi perusahaan untuk lebih memperhatikan kesehatan dan keselamatan

tenaga kerja.

b. Sebagai bahan masukan kepada perusahaan untuk mengambil langkah dan


kebijakan dalam upaya pencegahan dampak yang diakibatkan oleh beban

angkat yang berlebih, sikap kerja, dan teknik mengangkat yang tidak sesuai

dengan kaidah ergonomis.

1.5.2 Bagi Peneliti

a. Sebagai sarana menambah pengalaman, wawasan dan pengetahuan peneliti

terutama mengenai faktor yang berhubungan dengan keluhan nyeri pada otot

pekerja batu bata di Desa Karanganyar Kabupaten Serdang Bedagai.

b. Untuk meningkatkan kesehatan pekerja khususnya pencegahan keluhan nyeri

pada otot.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manual Material Handling

Masalah utama dalam produksi ditinjau dari segi kegiatan/proses produksi

adalah bergeraknya material dari satu tingkat ke tingkat proses produksi berikutnya.

Hal ini terlihat sejak material diterima di tempat penerimaan, kemudian dipindahkan

ke tempat pemeriksaan dan selanjutnya disimpan di gudang. Pada bagian proses

produksi juga terjadi perpindahan material yang diawali dengan mengambil material

dari gudang, kemudian diproses pada proses pertama dan berpindah pada proses

berikutnya sampai akhirnya dipindah ke gudang barang jadi. Untuk memungkinkan

proses produksi dapat berjalan dibutuhkan adanya kegiatan pemindahan material

yang disebut dengan Material Handling.

Menurut Suhardi (2008) definisi Manual Material Handling (MMH) adalah

suatu kegiatan transportasi yang dilakukan oleh satu pekerja atau lebih dengan

melakukan kegiatan pengangkatan, penurunan,mendorong, menarik, mengangkut,

dan memindahkan barang. Selama ini pengertian Manual Material Handling hanya

sebatas pada kegiatan lifting dan lowering yang melihat aspek kekuatan vertikal.

Kegiatan Manual Material Handling tidak terbatas pada kegiatan tersebut diatas,

masih ada kegiatan pushing dan pulling di dalam kegiatan Manual Material

Handling.

6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7

Kegiatan Manual Material Handling yang sering dilakukan oleh pekerja di dalam

industri antara lain :

1. Kegiatan pengangkatan benda (LiftingTask)

2. Kegiatan pengantaran benda (Caryying Task)

3. Kegiatan mendorong benda (Pushing Task)

4. Kegiatan menarik benda (Pulling Task)

Pemilihan manusia sebagai tenaga kerja dalam melakukan kegiatan

penanganan material bukanlah tanpa sebab. Penanganan material secara manual

memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut :

1. Fleksibel dalam gerakan sehingga memberikan kemudahan pemindahan beban

pada ruang terbatas dan pekerjaan yang tidak beraturan.

2. Untuk beban ringan akan lebih murah bila dibandingkan menggunakan mesin.

3. Tidak semua material dapat dipindahkan dengan alat

Menurut Nurmianto (2008) Faktor-faktor yang berpengaruh dalam

pemindahan material sebagai berikut :

a. Berat beban yang harus diangkat dan perbandingannya terhadap berat badan

pekerja.

b. Jarak horizontal dari beban yang diangkat terhadap pekerja.

c. Ketinggian beban yang harus diangkat dan jarak perpindahan beban.

d. Jumlah frekuensi pengangkatan beban.

e. Metode angkat yang benar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

Kebutuhan untuk mengangkat secara manual harus benar-benar diteliti secara

ergonomis. Penelitian ini akan mengakibatkan adanya standarisasi dalam aktivitas

angkat manusia (Nurmianto, 2008). Beberapa faktor di atas menjadi parameter untuk

melakukan upaya pencegahan terhadap dampak yang ditimbulkan beban angkat yang

berlebih.

2.1.1 Manual Material Handling Menurut OSHA

Menurut Suhardi (2008) akivitas manual material handling merupakan

sebuah aktivitas memindahkan beban oleh tubuh secara manual dalam rentang waktu

tertentu. Berbeda dengan pendapat di atas menurut Occupational Safety and Health

Administration (OSHA) mengklasifikasikan kegiatan manual material handling

menjadi lima yaitu :

1. Mengangkat/Menurunkan (Lifting/Lowering)

Mengangkat adalah kegiatan memindahkan barang ke tempat yang lebih tinggi

yang masih dapat dijangkau oleh tangan. Kegiatan lainnya adalah menurunkan

barang.

2. Mendorong/Menarik (Push/Pull)

Kegiatan mendorong adalah kegiatan menekan berlawanan arah tubuh dengan

usaha yang bertujuan untuk memindahkan obyek. Kegiatan menarik merupakan

kebalikan dari mendorong.

3. Memutar (Twisting)

Kegiatan memutar merupakan kegiatan Manual Material Handling yang

merupakan gerakan memutar tubuh bagian atas ke satu atau dua sisi, sementara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

tubuh bagian bawah berada dalam posisi tetap. Kegiatan memutar ini dapat

dilakukan dalam keadaan tubuh yang diam.

4. Membawa (Carrying)

Kegiatan membawa merupakan kegiatan memegang atau mengambil barang dan

memindahkannya. Berat benda menjadi berat total pekerja.

5. Menahan (Holding)

Memegang obyek saat tubuh berada dalam posisi diam (statis)

2.1.2 Faktor – faktor yang Memengaruhi Manual Material Handling

Semua aktivitas manual handling melibatkan faktor-faktor sebagai berikut:

1. Karakteristik Pekerja

Karakteristik pekerja masing-masing berbeda dan mempengaruhi jenis dan

jumlah pekerjaan yang dapat dilakukan. Karakteristik pekerja terdiri dari:

a. Fisik, yang meliputi ukuran pekerja secara umum seperti usia, jenis kelamin,

antropometri, dan postur tubuh.

b. Kemampuan sensorik, ukuran kemampuan sensorik pekerja yang meliputi

penglihatan, pendengaran, kinestetik, dan sistem keseimbangan.

c. Motorik, ukuran kemampuan motorik/gerak pekerja yang meliputi kekuatan,

ketahanan, jangkauan, dan karakter kinematis.

d. Psikomotorik, mengukur kemampuan pekerja menghadapi proses mental dan

gerak seperti memproses informasi, waktu respon, dan koordinasi

e. Personal, ukuran nilai dan kepuasan pekerja dengan melihat tingkah laku,

penerimaan resiko, persepsi kebutuhan ekonomi, dll

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

f. Training/pelatihan, ukuran kemampuan pendidikan pekerja dalam training

formal atau keterampilan dalam menangani instruksi Manual Material

Handling.

g. Status kesehatan

h. Aktivitas dalam waktu luang

2. Karakteritik Material

Karakteristik material atau bahan, meliputi:

a. Beban, ukuran berat benda, usaha yang dibutuhkan untuk mengangkat,

maupun momen inersia benda.

b. Dimensi, atau ukuran benda seperti lebar, panjang, tebal, dan bentuk benda

baik itu kotak, silinder, dll.

c. Kopling, cara membawa benda oleh pekerja berkaitan dengan tekstur,

permukaan, atau letak.

3. Karakteristik Tugas/Pekerjaan

Karakeristik tugas ini meliputi kondisi pekerjaan manual material handling yang

akan dilakukan. Terdiri dari :

a. Geometri tempat kerja, termasuk didalamnya jarak pergerakan, langkah yang

harus ditempuh, dll.

b. Frekuensi, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan termasuk

frekuensi pekerjaan yang dilakukan.

c. Kompleksitas pekerjaan, termasuk didalamnya ketepatan penempatan, tujuan

aktivitas maupun komponen pendukungnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

d. Lingkungan kerja, seperti suhu, pencahayaan, kebisingan, getaran, bau bauan,

juga daya tarik kaki.

4. Sikap Kerja

Penanganan manual material handling juga melibatkan metode kerja atau sikap

dalam menyelesaikan pekerjaan/tugas. Pengamatan meliputi pada :

a. Individu, merupakan ukuran metode operasional, seperti kecepatan, ketepatan,

cara/postur saat memindahkan.

b. Organisasi, berkaitan dengan organisasi kerja seperti luas bangunan pabrik,

keberadaan tenaga medis, maupun utilitas kerjasama tim.

c. Administrasi, seperti sistem insentif untuk keselamatan kerja, kompensasi,

rotasi kerja maupun pengendalian dan pelatihan keselamatan.

Aktivitas manual material handling banyak digunakan karena memiliki

fleksibilitas yang tinggi, murah dan mudah diaplikasikan. Akan tetapi berdasar data

diatas dapat diambil kesimpulan bahwa aktivitas manual material handling juga

diikuti dengan resiko apabila diterapkan pada kondisi lingkungan kerja yang kurang

memadai, alat yang kurang mendukung, dan sikap kerja yang salah. Penelitian yang

dilakukan NIOSH memperlihatkan sebuah statistik yang menyatakan bahwa dua

pertiga dari kecelakaan akibat tekanan berlebihan, berkaitan dengan aktivitas

menaikkan barang (NIOSH, 2011).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

2.1.3 Batasan Beban yang Boleh Diangkat

Dalam rangka untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan sehat maka

perlu adanya suatu batasan angkat untuk operator.

Komisi keselamatan dan kesehatan kerja di Inggris, pada tahun 1982 juga

telah mengeluarkan peraturan yang berkaitan dengan cara pengangkatan

material/benda kerja.

Tabel 2.1 Tindakan yang Harus Dilakukan Sesuai dengan Batas Angkat

Batasan Angkat
Tindakan
(Kg)
Dibawah 16 Tidak ada tindakan khusus yang perlu diadakan
16 - 34 Prosedur administrasi dibutuhkan untuk
mengidentifikasi ketidakmampuan seseorang
dalam mengangkat beban tanpa menanggung
resiko yang berbahaya kecuali dengan perantaraan
alat bantu tertentu
34 - 55 Sebaiknya Operator yang terpilih dan terlatih.
Menggunakan sistem pemindahan material secara
terlatih. Harus dibawah pengawasan supervisor
Diatas 55 Harus memakai peralatan mekanis. Operator yang
terlatih dan terpilih. Pernah mengikuti pelatihan
kesehatan dan keselamatan kerja dalam industri.
Harus dibawah pengawasan ketat

Berikutnya lembaga the National Occupational Health and Safety

Commission (Worksafe Australia) pada bulan Desember 1986 membuat peraturan

untuk pemindahan material secara aman.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

Tabel 2.2 Tindakan yang Harus Dilakukan Sesuai dengan Batas Angkatnya

Level Batas Angkat (Kg) Tindakan


1 = 16 Tidak diperlukan tindakan khusus
2 16 – 25 Tidak diperlukan alat dalam mengangkat
Ditekankan pada metode angkat
3 25 – 34 Tidak diperlukan alat dalam mengangkat
Dipilih job redesign
4 > 34 Harus dibantu dengan peralatan mekanis

Lingkungan kerja yang sehat dan aman perlu adanya suatu batasan angkat

untuk pekerja. Batasan-batasan angkat ditetapkan untuk mengurangi dampak yang

ditimbulkan terhadap pekerja berupa nyeri di punggung dan kelelahan otot yang

sangat berpotensi menimbulkan kecelakaan. Pada tahun 1975 Denmark mengeluarkan

batasan angkat terhadap pekerja yaitu tidak boleh mengangkat beban secara berulang

dengan berat beban sebesar 25 kg selama lebih dari 4 jam sehari (Nurmianto, 1996).

Beban Angkat menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan

Koperasi No. 01 Tahun 1978 (Sugeng, 2003) adalah sebagai berikut :

Dewasa Tenaga Kerja Muda


Aktivitas
Mengangkat Laki-laki Wanita Laki-laki Wanita
(Kg) (Kg) (Kg) (Kg)
Sekali-kali 40 Kg 10 Kg 15 Kg 10-12 Kg
Terus Menerus 15-18 Kg 10 Kg 10-15 Kg 6-9 Kg
Berdasarkan ketentuan yang telah ditentukan tersebut maka kegiatan yang

dilakukan di Desa Karanganyar yaitu pekerja yang mengangkat batu bata dengan berat

±30 kg dari pembakaran menuju gudang penyimpanan batu bata sudah melebihi batas

beban angkut yang telah ditentukan. Hal ini dianggap melebihi batas karena para pekerja

melakukan pekerjaan secara terus menerus. Akibat beban angkat yang berlebih perlu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

dilakukan upaya pencegahan dampak yang ditimbulkannya. Upaya yang dilakukan adalah

bukan mengurangi berat beban yang ada, melainkan melakukan suatu program pelatihan

yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang ada di Desa Karanganyar tersebut.

2.2. Sikap Kerja

Posisi netral (duduk dan berdiri secara normal) merupakan kondisi yang

paling alamiah untuk bekerja, dengan usaha otot dan tekanan pada sendi, tendon, dan

ligamen yang paling minimum.Banyak pekerjaan yang memaksa pekerjanya dengan

posisi bungkuk, jongkok, atau sikap kerja dengan pergelangan tangan menekuk, leher

mendongak, dll. Sikap-sikap kerja yang melelahkan inilah yang sering menjadi

keluhan pekerja. Dalam jangka panjang, sikap kerja tersebut sangat berisiko

berdampak pada gangguan sistem otot-rangka. Kerja yang menggunakan kekuatan

otot secara berlebih (forceful exertions) akan mengakibatkan penekanan yang

berlebihan pada tendon, ligamen, dan sendi. Nyeri atau cedera pada punggung bawah

biasanya diakibatkan oleh kerja angkat dan angkut yang berlebihan. (Iridiastadi &

Yassierli, 2014)

2.2.1. Kerja Posisi Duduk

Duduk memerlukan lebih sedikit energi daripada berdiri, karena hal itu dapat

mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki. Namun sikap duduk yang keliru

akan merupakan penyebab adanya masalah-masalah punggung. Operator dengan

sikap duduk yang salah akan menderita pada bagian punggungnya. Tekanan pada

bagian tulang belakang akan meningkat pada saat duduk, dibandingkan dengan pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

saat berdiri atau berbaring. Jika diasumsikan tekanan tersebut 100%, maka cara

duduk yang tegang atau kaku (erect posture) dapat menyebabkan tekanan tersebut

mencapai 140% dan cara duduk yang dilakukan dengan membungkuk ke depan

menyebabkan tekanan tersebut sampai 190%. Sikap duduk yang tegang lebih banyak

memerlukan aktivitas otot atau urat saraf belakang daripada sikap duduk yang

condong ke depan. Kenaikan tekanan tersebut dapat meningkat dari suatu perubahan

dalam lekukan tulang belakang yang terjadi pada saat duduk.Suatu keletihan pada

pinggul sekitar 90º tidak dapat dicapai hanya dengan rotasi dari tulang pada

sambungan paha (persendian tulang paha). (Nurmianto, 2008)

Gambar 2.1. Sikap Kerja Duduk

Posisi duduk pada otot rangka (muscolusskeletal) dan tulang belakang

(vertebral) terutama pada pinggang (sacrum, lumbar dan thoracic) harus dapat

ditahan oleh sandaran kursi agar terhindar dari nyeri (back pain) dan terhindar cepat

lelah. Ketika duduk, kaki harus berada pada alas kaki dan dalam sikap duduk dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

bergerak dengan relaksasi. Pada posisi duduk tekanan tulang belakang akan

meningkat dibandingkan berdiri atau berbaring, bila posisi duduk tidak benar.

(Santoso, 2004)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam posisi kerja duduk, yaitu:

a. Duduk bergantian dengan berdiri dan berjalan

b. Ketinggian kursi dan sandaran kursi harus disesuaikan

c. Batasi jumlah kemungkinan penyesuaian

d. Memberikan petunjuk posisi duduk yang benar

e. Karakteristik kursi secara spesifik ditentukan oleh jenis tugas

f. Ketinggian bekerja bergantung pada tugas

g. Ketinggian permukaan kerja, tempat duduk, dan kaki harus kompatibel

h. Gunakan sandaran kaki jika tinggi pekerjaan tetap

i. Hindari jangkauan berlebihan

j. Pilih permukaan kerja miring untuk membaca tugas

k. Biarkan ruang untuk kaki yang memadai. (Kuswana, 2014)

2.2.2. Kerja Posisi Berdiri

Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan terjadi

penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada kaki, hal ini akan bertambah bila

berbagai bentuk dan ukuran sepatu yang tidak sesuai. Seperti pembersih, dokter gigi,

penjaga tiket, tukang cukur pasti memerlukan sepatu ketika bekerja, apabila sepatu

tidak pas (tidak sesuai) maka sangat mungkin akan sobek (bengkak) pada jari kaki,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

mata kaki dan bagian sekitar telapak kaki. Desain sepatu untuk kerja berdiri, ukuran

sepatu harus lebih longgar dari ukuran telapak kaki, apabila bagian sepatu di kaki

terjadi penahanan yang kuat pada tali sendi (ligaments) pergelangan kaki, dan terjadi

pada jangka waktu yang lama, maka otot rangka akan mudah mengalami kelelahan.

(Santoso, 2004)

Gambar 2.2. Sikap Kerja Berdiri

Beberapa penelitian yang lalu berusaha untuk mengurangi kelelahan pada

tenaga kerja posisi berdiri, seperti Granjean (1988) dikutip Sanders et al. (1993)

merekomendasikan bahwa untuk jenis pekerjaan teliti (precision) letak tinggi meja

kerja diatur 10cm diatas tinggi siku, untuk jenis pekerjaan ringan letak tinggi meja

diatur sejajar dengan tinggi siku, dan untuk jenis pekerjaan berat letak tinggi meja

kerja diatur 10cm di bawah tinggi siku.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kerja berdiri yaitu:

a. Berdiri bergantian dengan duduk dan berjalan

b. Ketinggian pekerja bergantung pada tugas

c. Ketinggian meja kerja harus disesuaikan

d. Jangan gunakan bentuk plat

e. Menyediakan cukup ruang untuk kaki

f. Hindari jangkauan berlebihan

g. Perubahan postur

h. Menawarkan variasi dalam tugas dan kegiatan

i. Perkenalkan duduk-berdiri stasiun kerja

j. Postur duduk alternatif

k. Postur tangan dan lengan

l. Pilih model alat yang tepat

m. Hindari melaksanakan tugas diatas bahu. (Kuswana, 2014)

2.2.3. Kerja Berdiri Setengah Duduk

Berdasarkan hasil penelitian Santoso (2004) bahwa tenaga kerja bubut yang

telah terbiasa bekerja dengan posisi berdiri tegak diubah menjadi posisi berdiri

setengah duduk tanpa sandaran dan setengah duduk pakai sandaran menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan tingkat kelelahan otot biomekanik antar kelompok.Kerja

bubut posisi berdiri tegak lebih melelahkan dibanding setengah duduk tanpa sandaran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

dan setengah duduk pakai sandaran.Posisi kerja berdiri tegak, setengah duduk tanpa

sandaran dan setengah duduk pakai sandaran berpengaruh terhadap perubahan sudut

tubuh. Suatu tempat kerja untuk jenis kerja posisi berdiri diubah maka akan

mengakibatkan perubahan pula pada performen tubuh. Oleh karena itu, apabila

bekerja dalam waktu yang relatif lama dengan performen posisi berdiri yang berbeda

maka berdampak pada besar performen perubahan sudut tubuh. Posisi berdiri pada

awal kerja sampai dengan akhir kerja, tubuh semakin condong ke depan, akibatnya

perubahan sudut tubuh semakin besar juga.

2.2.4. Pertimbangan Ergonomis dalam Sikap Kerja

Beberapa jenis pekerjaan memerlukan sikap dan posisi tertentu yang kadang-

kadang cenderung untuk tidak mengenakkan. Kondisi kerja seperti ini memaksa

pekerja selalu berada pada sikap dan posisi kerja yang aneh dan kadang-kadang juga

harus berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Hal ini tentu saja akan

mengakibatkan pekerja cepat lelah, membuat banyak kesalahan atau menderita cacat

tubuh. Untuk menghindari sikap dan posisi kerja yang kurang mengenakkan ini,

pertimbangan ergonomis antara lain:

 Mengurangi keharusan operator untuk bekerja dengan sikap dan posisi

membungkuk dengan frekuensi kegiatan yang sering atau jangka waktu lama.

Untuk mengatasi problem kerja ini maka stasiun kerja harus dirancang

terutama sekali dengan memperlihatkan fasilitas kerjanya seperti meja kerja,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

kursi, dll. Ketentuan ini ditekankan bilamana pekerjaan-pekerjaan harus

dilaksanakan dengan posisi berdiri

 Operator tidak seharusnya menggunakan jarak jangkauan maksimum yang

bisa dilakukan. Pengaturan posisi kerja dalam hal ini dilakukan dalam jarak

jangkauan normal. Disamping pengaturan ini bisa memberikan sikap dan

posisi yang nyaman juga akan mempengaruhi aspek-aspek ekonomi gerakan.

Untuk hal-hal tertentu operator harus mampu dan cukup leluasa mengatur

tubuhnya agar memperoleh sikap dan posisi kerja yang lebih

mengenakkannya.

 Operator tidak seharusnya duduk dan berdiri pada saat bekerja untuk waktu

yang lama dengan kepala, leher, dada atau kaki berada dalam sikap atau posisi

miring. Demikian pula sedapat mungkin menghindari cara kerja yang

memaksa operator harus bekerja dengan posisi terlentang atau tengkurap.

 Operator tidak seharusnya dipaksa bekerja dalam frekwensi atau periode

waktu yang lama dengan tangan atau lengan berada dalam posisi diatas level

siku yang normal. (Wignjosoebroto, 2008)

2.2.5 Posisi Kerja pada Proses Pencetakan Batu Bata

Suatu proses industri merupakan suatu sistem kerja yang saling mendukung

satu sama lain dari tiap-tiap bagian yang ada didalamnya. Sistem kerja yang tidak

ergonomis dalam satu perusahaan seringkali kurang mendapat perhatian dari pihak

manajemen perusahaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

Salah satu bagian sistem yaitu pekerja. Pekerja yang ada di pabrik batu bata

banyak melakukan sikap dan posisi kerja yang kurang ergonomis. Hal ini secara sadar

ataupun tidak akan berpengaruh terhadap produktifitas, efisiensi dan efektivitas

pekerja dalam menyelesaikannya. Lingkungan kerja yang nyaman sangat diperlukan

oleh pekerja batu bata untuk dapat bekerja secara optimal dan produktif. Oleh karena

itu lingkungan kerja harus ditangani atau didesain sedemikian rupa sehingga menjadi

kondusif terhadap pekerja untuk melaksanakan kegiatan dalam suasana yang aman

dan nyaman.

Postur kerja atau sikap kerja adalah posisi kerja secara alamiah dibentuk oleh

tubuh pekerja akibat berinteraksi dengan fasilitas yang digunakan ataupun kebiasaan

kerja. Sikap kerja pada saat mengangkat batu bata yang kurang sesuai dapat

menyebabkan keluhan fisik berupa nyeri pada otot (Musculoskletal Disorder). Hal ini

disebabkan akibat dari postur kerja yang tidak alamiah yang disebabkan oleh

karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja yang tidak sesuai dengan

kemampuan dan keterbatasan pekerja.

Beban fisik yang dialami para pekerja akan semakin berat apabila pada saat

postur tubuh pekerja tidak alamiah yaitu gerakan punggung yang terlalu

membungkuk saat mengangkat batu bata dari tempat pembakaran batu bata menuju

gudang penyimpanan, posisi jongkok, jangkauan tangan yang selalu disebelah kanan

dan lain-lain. Dengan demikian perlu dirancang sebuah postur kerja dan fasilitas kerja

yang ergonomis untuk memberikan kenyamanan kerja untuk mencegah keluhan

penyakit akibat kerja serta dapat meningkatkan produktivitas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

2.3 Keluhan Musculoskeletal

Menurut Kuswana (2014) keluhan muskuloskeletal adalah cedera pada otot,

saraf, tendon, ligamen, sendi, tulang rawan, atau cakram tulang belakang. MSDs

biasanya hasil dari setiap peristiwa sesaat atau akut, selain itu mencerminkan

perkembangan yang lebih bertahap atau kronis. Sinyal adanya indikasi MSDs adalah

sakit, kegelisahan, kesemutan, kematian rasa, rasa terbakar, pembengkakan,

kekakuan, kram, kekuatan genggaman di tangan bergerak, rentang gerak pendek,

perubahan keseimbangan tubuh, sesak atau hilangnya fleksibilitas.

Menurut Suma’mur (2009) setiap kontraksi otot yang dipaksakan atau

melebihi kemampuan atau penggunaannya melampaui kapasitasnya dapat

menyebabkan trauma kepada sistem muskuloskeletal yang diperlukan untuk

melakukan pekerjaan. Trauma tersebut tidak hanya mengenai ototnya saja, tetapi juga

terhadap saraf, sendi, ligamen atau struktur lainnya. Oleh karena dalam bekerja

kontraksi otot berulang-ulang, trauma yang dialami oleh system muskuloskeletal

bersifat repetitif (repetitive strain injuries) dan kesemuanya berakumulasi

mengakibatkan kelainan trauma kumulatif pada sistem tersebut (cumulative trauma

disorders). Berdasarkan hal demikian, Sindrom Pemakaian (Penggunaan) Berlebihan

Akibat Kerja (SPBAK) (occupational overuse syndrome) menunjukkan gejala rasa

nyeri pada bahu, leher, lengan dan tangan yang merupakan efek kerja berlebihan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

kepada sistem muskulo-skeletal yaitu otot, saraf, sendi, ligamen dan atau struktur

lainnya. Manifestasi SPBAK dapat berupa:

1. Sindrom nyeri miofasial (myofacial pain syndrome) dengan gejala rasa nyeri

pada bahu dan atau leher dan atau nyeri tekan pada sekurangkurangnya salah

satu otot leher bagian atas dan m.trapezius bagian atas; dan sekurang-kurangnya

salah satu dari m. supraspinatus atau m.infraspinatus.

2. Kapsulitis bahu (shoulder capsulitis) dengan gejala rasa nyeri pada bahu

dan terjadinya hambatan gerak aktif dan pasif pada sendi glenohumoral

dengan pola kapsuler yaitu hambatan gerak rotasi eksternal lebih besar

daripada abduksi dan hambatan gerak abduksi lebih besar daripada rotasi

internal.

3. Tendinitis tendo sekitar kapsul sendi bahu (rotator cuff tendinitis) dengan

gejala yang datang-hilang pada bahu yang rasa nyerinya bertambah saat

mengangkat lengan dan / atau nyeri tekan pada tuberkulum majus humeri;

paling sedikit terasa nyeri pada tahanan salah satu dari gerak aktif abduksi,

rotasi eksternal atau internal.

4. Epikondilitis lateral (lateral epicondilitis) dengan rasa nyeri pada sisi

lateral siku dan nyeri tekan pada bagian siku tersebut yang disertai timbulnya rasa

nyeri di bagian siku dimaksud pada tahanan ekstensi pergelangan tangan.

5. Epikondilitis medial (medial epicondilitis) dengan rasa nyeri pada sisi medial

siku dan nyeri tekan pada bagian siku tersebut yang disertai timbulnya rasa nyeri di

bagian siku dimaksud pada tahanan fleksi pergelangan tangan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

6. Sindrom terowongan pergelangan tangan (karpal) (carpa tunnel

syndrome) dengan gejala rasa nyeri atau kesemutan (paraesthesia) atau

baal di daerah persarafan n. medianus dan salah satu tanda obyektif hasil

positif tes Tinel atau tes Phalen; pada eksaserbasi sindrom ini gejalanya

timbul malam hari; dan terdapat kelumpuhan (paralisis atau paresis) atau

kelemahan pada m. abduktor polisis brevis.

7. Penyakit de Quervain (tenosinovitis; de Quervain's disease) dengan

gejala rasa nyeri pada sekitar prosessus stiloideus dan pembengkakan yang

disertai rasa nyeri pada ekstensor jari pertama yang disertai timbulnya rasa nyeri

pada tahanan ekstensi ibu jari atau tes Finkelstein positif.

8. Nyeri non-spesifik lengan bawahdengan gejala rasa nyeri lengan bawah

tanpa gambaran patologis spesifik dan tidak memiliki karakteristika untuk

dipandang sebagai sindrom yang khusus. Adapun gejala atau tanda nyeri

non-spesifik lengan bawah meliputi rasa lemah atau kurangnya tenaga

lengan bawah; kejang (cramps) ototlengan bawah; lengan bawah tidak

berfungsi sebagaimana mestinya; nyeri tekan di lengan bawah: dan

pelambatan gerakan lengan bawah.

Menurut Jeyaratnam (2010) keluhan yang paling umum adalah nyeri leher

disertai rasa kaku serta nyeri daerah bahu dan interskapula. Keluhan ini memiliki

banyak nama, diantaranya “nyeri leher akibat sikap badan”, “fibriositis”, “ketegangan

leher”, dan masih banyak nama lain. Kadang-kadang nyeri bersifat radikular,

biasanya menjalar ke bawah salah satu lengan sampai jari, mengikuti penyebaran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

dermatom. Nyeri bahu merupakan nyeri alih yang berasal dari daerah leher.

Sedangkan nyeri pada lengan merupakan nyeri alih yang berasal dari daerah leher

atau bahu. Nyeri akibat masalah pada lengan dapat timbul dari tendon, saraf, dan

pembuluh.

Gambar 2.3. Anatomi Tulang Belakang

Nyeri punggung merupakan salah satu bentuk gangguan jaringan syaraf

terutama bagian bawah punggung yang dikenal sebagai nyeri punggung bawah atau

low back pain. Nyeri punggung dapat berkaitan dengan penjalaran ke bawah pada

satu atau kedua tungkai. Nyeri tersebut dapat merupakan nyeri alih yang berasal dari

diskus intervertrebralis atau dari daerah datar sendi tulang belakang atau radikular

akibat terkenanya akar saraf tulang belakang oleh diskus intervetrebalis yang

mengalami prolaps. Nyeri alih secara khas menjalar dari bagian belakang paha ke

bagian belakang lutut sedangkan gejala radikular terasa pada daerah dermatom akar

saraf yang terkena, menjalar melampaui lutut ke kaki dan dapat terjadi bersamaan

dengan parestesia pada daerah dermatom akar saraf yang terkena. Penting untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

menanyakan pengendalian kandung kencing untuk menyingkirkan adanya tekanan

pada kauda ekuina akibat prolaps diskus sentralis yang masif.

2.3.1 Faktor Penyebab Keluhan Musculoskeletal

Gempur (2004) dalam Santoso (2011) menyebutkan bahwa dalam suatu

kegiatan yang membutuhkan kontraksi otot,dimana kontraksi otot rangka yang lama

dan kuat dan proses metabolisme tidak mampu lagi meneruskan suplai energi yang

dibutuhkan serta untuk membuang metabolisme, khususnya asam laktat. Jika asam

laktat yang banyak (dari penyediaan ATP) terkumpul,otot akan kehilangan

kemampuannya. Terbatasnya aliran darah pada otot (ketika berkontraksi), otot

menekan pembuluh darah danmembawa oksigen juga semakin memungkinkan

terjadinya kelelahan.

Kelelahan otot di sebabkan oleh menurunya kekuatan otot itu tersendiri, selain

itu faktor kondisi sakit fisik atau kurangnya kepercayaan diri Suma’mur (2009).

Selain itu faktor-faktor terjadinya kelelahan otot diantaranya: penurunan glikogen

otot, berkurangnya aliran darah ke otot, dan lain-lain. Kontraksi otot secara garis

besar terjadi melalui dua mekanisme, yaitu aerob dan anaerob. Mekanisme anaerob

pada kontraksi otot berlangsung pada dua menit pertama sedangkan mekanisme aerob

berlangsung setelah mekanisme anerob.

Sedangkan menurut Jefri (2010) yang dikutip oleh Santoso (2011) , banyak

faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya kelelahan otot diantaranya: penurunan

glikogen otot, berkurangnya aliran darah ke otot. Namun sebagian besar kelelahan

otot disebabkan oleh ketidakmampuan proses kontraksi dan metabolik serat-serat otot

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

untuk terus memberikan hasil kerja yang sama. Kontraksi otot secara garis besar

terjadi melalui dua mekanisme, yaitu: aerob dan anaerob. Mekanisme anaerob pada

kontraksi otot berlangsung pada dua menit pertama sedangkan mekanisme aerob

berlangsung setelah mekanisme anerob.

Menurut Potter dan Perry (2006) dalam Andarmoyo (2013), kelelahan otot

yang dirasakan seseorang akan akan meningkatkan persepsi nyeri. Rasa kelelahan

akan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan

koping. Apabila keletihan disertai kesulitan tidur, persepsi nyeri bahkan dapat terasa

lebih berat lagi. Nyeri sering kali lebih berkurang setelah individu mengalami suatu

periode tidur yang lelap.

Menurut Jeyaratnam (2010) nyeri pada leher disebabkan oleh penekanan akar

syaraf yang mungkin disebabkan pergeseran syaraf oleh osteofit pada foramen

vertebralis seperti pada spondilosis servikal atau akibat prolaps diskus invertebralis

servikal. Sedangkan nyeri pada bahu disebabkan oleh tendinitis mangkok pemutar

(secara khas dialami sebagai sindrom arc yang nyeri), tendinitis biccipital atau artritis

acromo-clavicular. Dan nyeri pada lengan disebabkan oleh tendinitis ekstensor

ekstensor (“tennis elbow”) dan fleksor (“golfer’s elbow”).

Menurut Iridiastadi & Yassierli (2014) salah satu penyebab nyeri punggung

adalah bergesernya bantalan tulang belakang sehingga menekan saraf belakang. Sendi

atau ruas tulang belakang memiliki komponen inti yang disebut nucleus yang

berbentuk seperti agar-agar dan berfungsi sebagai bantalan dan peredam kejut.Akibat

pembebanan terus menerus, misalnya pada buruh angkut, nucleus tertekan atau pecah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

dan menekan ujung saraf atau sumsum tulang belakang.Kondisi ini menimbulkan

sakit yang luar biasa. Penyebab lain nyeri punggung adalah spondilosis, yakni

kerusakan pada sendi tulang belakang (intervetebral disc) akibat aus atau terkikisnya

tulang rawan yang melindungi ruas tulang belakang. Hasil studi menunjukkan bahwa

banyak sopir alat berat tambang yang mengalami gangguan ini yang diakibatkan oleh

paparan getar saat mengemudi.

Saat terdapat keluhan nyeri di daerah spinal, pada pemeriksaan fisik umumnya

diperiksa adanya spasme otot paraspinal, kemiringan batang tubuh, keterbatasan

derajat dan arah gerakan tulang belakang, namun hal ini tidak spesifik untuk

diagnosis tertentu.Adanya deformis tulang belakang dicatat. Ketegangan akar saraf

tulang belakang diperiksa dengan test mengangkat tungkai yang diluruskan. Lakukan

pemeriksaan neurologis yang lengkap pada tungkai bawah termasuk pemeriksaan

sensorik daerah perianal. Sendi paha dan sakroiliaka rutin diperiksa pada pemeriksaan

tulang belakang. Sakroilitis dan osteoartritis paha dan kondisi patologis sendi lain

sering disalahartikan sebagai nyeri tulang belakang. Pemeriksaan gerakan tulang

belakang dan test mengangkat tungkai yang diluruskan dapat menyebabkan

ketidaknyamanan bagi pasien yang mengalami nyeri punggung akut. Bila pasien tidak

bisa bekerja sama dalam pemeriksaan lengkap tulang belakang pada tahap ini, maka

diperbolehkan beristirahat dan pemeriksaan dilakukan kembali bila nyeri membaik.

(Jeyaratnam & Koh, 2009)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

2.3.2 Kesegaran Jasmani

Menurut Kuswana (2014) Kesegaran jasmani atau physical fitness memiliki

makna keselarasan antara keadaan tubuh dan mental seseorang dengan tugas-tugas

yang dihadapi. Kesesuaian ketubuhan dengan aktivitas gerak organ-organ, dan sikap

untuk melakukannya.

Ditinjau dari ilmu keolahragaan, dikenal dengan:

 Anatomical fitness;

 Physiological fitness;

 Psychological fitness;

Anatomical fitness, adalah seseorang dapat memenuhi persyaratan

kelengkapan anggota tubuh yang diperlukan untuk melakukan suatu kegiatan.

Physiological fitness, adalah seseorang dapat melakukan suatu kegiatan dengan

tangkas dan mampu memulihkan pada keadaan fit secara cepat, setelah kegiatan

dilakukan. Physiological fitness, merupakan kemampuan tubuh yang berfungsi

secara maksimal, seperti kekuatan otot, ketangkasan, dan daya tahan.Dengan

demikian, physiological fitness, merupakan derajat sehat yang sesuai dengan tugas

fisik yang harus dilakukan oleh sesorang yang bersifat relatif.

Psychological fitness, adalah seseorang memiliki sifat mental dalam

melakukan kegiatan, seperti kemauan keras untuk mengatasi rintangan bersifat fisik,

rasa sakit, dan penuh tantangan.Berdasarkan pengalaman, jenis pekerjaan yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

didominasi oleh faktor fisik diperlukan energi sekitar 450 kalori/jam, adapun

pekerjaan yang relatif ringan memerlukan energi sekitar 300 kalori/jam.lmplikasinya

tuntutan kesegaran jasmani sangat strategis untuk melakukan kerja berat, waktu

tertentu yang dapat menyebabkan kelelahan bahkan gangguan kesehatan. Bagi

pekerja yang secara fisik rendah, tetapi menuntut kerja otak, juga perlu memperoleh

latihan dan pemeliharaan kesegaran jasmani sebab pekerja yang didominasi

pelayanan duduk kurang bergerak akan terjadi gangguan pada otot punggung, atau

organ tubuh lainnya.

Oleh karena itu, pelatihan yang akan diberikan kepada pekerja batu bata

diharapkan dapat meningkatkan kekuatan serta kesegaran jasmani sehingga dapat

melakukan pekerjaan dengan baik tanpa merasakan kelelahan yang berarti.

2.3.3 Pengukuran Kelelahan Otot

Timbulnya kelelahan otot bersumber dari penurunan kekuatan otot itu sendiri

Suma’mur (2009). Ada beberapa cara yang telah diperkenalkan dalam melakukan

evaluasi ergonomi untuk mengetahui hubungan antara tekanan fisik dengan resiko

kemampuan mengenggam. Pengukuran terhadap tekanan fisik ini cukup sulit karena

melibatkan berbagai faktor subjektif seperti kinerja, motivasi, harapan dan toleransi

kelelahan (Water & Anderson, 1996).Alat ukur ergonomi dapat digunakan dengan

metoda Checklist. Checklist merupakan alat ukur ergonomi yang diarahkan untuk

mengidentifikasi keluhan/penyakit.

Pada umumnya daftar pertanyan yang diajukan bersifat umum dan khusus.

Pertanyaan yang bersifat umum mengarah pada pengumpulan data tentang tingkat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

beban kerja, tingkat kesulitan kerja, waktu dan sikap kerja. Sedangkan pertanyaan

khusus berupa pertanyaan yang diarahkan secara spesifik seperti beban berat, jarak

angkat, frekuensi kerja serta jenis pekerjaan.

2.4 Usaha Pencegahan

Usaha pencegahan dampak mengangkat yang akan dilakukan adalah untuk

menurunkan angka potensial bahaya yang timbul di tempat kerja melalui perbaikan

teknik, pengawasan cara bekerja serta penggunaan alat pelindung diri (NIOSH,

1998).

Menurut Kuswana (2014) mempertahankan, meningkatkan, dan memelihara

kesegaran jasmani, dapat dilakukan melalui latihan, seperti menambah kekuatan otot

dan daya tahan. Meningkatnya kekuatan otot, sikap tubuh menjadi lebih baik, orang

dapat lebih lama berdiri tanpa jatuh pingsan dan kemungkinan pembesaran vena-vena

di tungkai (varises) akan berkurang.

Peningkatan kapilarisasi atau pembuluh-pembuluh kapiler yang aktif, dalam

otot jantung, sebagai latihan terhadap daya tahan, akan mengurangi kemungkinan

mendapatkan serangan jantung atau penyakit jantung iskemik. Derajat sehat dan

kesegaran jasmani, diharapkan dimiliki para pekerja sesuai dengan kebutuhan untuk

mencapai produktivitas. Oleh karena itu, pihak organisasi pekerjaan memiliki

kewajiban untuk memelihara dan meningkatkannya, melalui pembinaan jasmani serta

pemberian nutrisi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

Menurut Patel dan Ogle (2000) Selain penerapan teknik mengangkat yang

benar, melakukan streching dan latihan meningkatkan kekuatan otot dapat

mengurangi terjadinya nyeri pada musculoskeletal.

2.4.1 Pelatihan pada Pekerja

Pelatihan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dari pada

pekerja, agar pekerja mampu melakukan pencegahan akibat beban angkat yang berlebih

berupa nyeri di punggung , tulang belakang, nyeri pinggang, leher, serta bahu. Pelatihan

merupakan kegiatan mengajarkan panduan dasar ergonomi tentang perbaikan postur

kerja dengan penerapan teknik mengangkat yang benar, pencegahan bahaya dan cedera,

prosedur untuk melaporkan kondisi bahaya secara dini dan pelaksanaan kerja secara

aman serta latihan fisik (NIOSH, 1998).

Pelatihan yang akan diberikan kepada pekerja adalah sebagai berikut :

a. Memberikan gambaran berupa dampak mengangkat yang tidak mengikuti kaidah

ergonomi

b. Memberikan pengetahuan mengenai tata cara mengangkat yang benar dan sesuai

dengan kaidah ergonomi

c. Melakukan streching sebelum melakukan pekerjaan

d. Melakukan latihan olahraga berupa olahraga untuk leher, olahraga untuk bahu dan

lengan, olahraga untuk punggung, olahraga untuk pergelangan dan tangan, serta

olahraga untuk tungkai bawah.

e. Cooling Down untuk pemulihan setelah melaksanakan pekerjaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

2.5 Landasan Teori

Pekerja yang berada di desa karanyar mengangkat batu bata dari pemanggang

batu bata ke gudang penyimpanan dengan beban angkat, frekuensi aktifitas angkat

yang tinggi serta postur kerja dengan teknik mengangkat yang tidak ergonomis dapat

mengakibatkan dampak yang buruk terhadap pekerja yaitu MSDs berupa nyeri di

punggung, bahu, leher serta di pinggang. Dari dampak yang ditimbulkan tersebut

perlu dilakukan upaya pencegahan berupa pelatihan. Menurut Giam (1993) pelatihan

yang diberikan terdiri dari: perbaikan postur kerja dengan menerapkan teknik

rnengangkat yang benar, melakukan streching untuk meningkatkan kelenturan

otot, latihan meningkatkan kekuatan otot, dan melakukan cooling down pada saat

istirahat maupun setelah selesai bekerja. Pelatihan dengan melakukan stretching dan

cooling down dipilih karena mudah dilakukan, tidak memerlukan biaya yang besar,

dan dapat dilakukan oleh siapa saja.

2.6 Kerangka Konsep

Pekerja

Pre Test : Pelatihan : Post Test :


1. Perbaikan Tata Cara
Keluhan Mengangkat Penurunan
Nyeri Pada 2. Streching Keluhan
Otot 3. Cooling Down Nyeri Pada
Otot

Gambar 2.4 Bagan Kerangka Konsep

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian eksperimen yaitu

kegiatan percobaan yang bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh

yang timbul, sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu. Dengan desain penelitian

Eksperimen Sungguhan (True Experiment) yaitu desain yang tidak mempunyai

pembatasan yang ketat terhadap randomisasi, dan pada saat yang sama dapat

mengontrol validitas (Setiadi, 2007) sehingga penelitian dapat menjelaskan

keberhasilan sebelum dan sesudah perlakuan dilakukan terhadap pekerja batu bata di

Desa Karanganyar Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2016.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Karanganyar Kabupaten Serdang Bedagai.

3.2.2.Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dari proses penelusuran pustaka, survei awal,

mempersiapkan proposal penelitian, merancang kuesioner, konsultasi dengan

pembimbing, pelaksanaan penelitian, pengolahan data sampai dengan laporan akhir.

Waktu penelitian dilaksanakan selama satu bulan dimulai 14 Januari 2016 sampai

dengan 5 Februari 2016.

34
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
35

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja batu bata pada 30 usaha

pencetakan batubata di Desa Karanganyar Kabupaten Serdang Bedagai yaitu

sebanyak 225 Orang.

3.3.2. Sampel

Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu

sesuai yang dikehendaki peneliti. (Setiadi, 2007). Kriteria yang termasuk di dalamnya

adalah pekerja yang mempunyai keluhan rasa sakit pada punggung, leher dan

pinggang, umur pekerja lebih dari 35 tahun, berbadan sehat dan bersedia menjadi

sampel. Jumlah sampel adalah sebanyak 20 orang karena sampel tersebut berada pada

1 usaha pencetakan batu bata dan memenuhi kriteria yang ditentukan oleh peneliti.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh dengan cara :

1. Kuesioner

Dilakukan dengan memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan secara

tertulis kepada responden yang harus dijawab untuk mengetahui identitas pribadi

pekerja batu bata serta keluhan yang dialami pekerja batu bata.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

2. Observasi

Melihat dan mengamati secara langsung untuk mengetahui atau merekam sikap

kerja pekerja saat bekerja.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dengan melakukan wawancara

kepada pemilik usaha mengenai proses kerja, jumlah tenaga kerja, dan data-data

lainnya. Data sekunder juga diperoleh dari sumber refrensi lain yang relevan terhadap

objek yang diteliti, seperti misalnya jurnal-jurnal ilmiah, bahan kajian dari internet

yang sesuai dengan penelitian.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1 Variabel Penelitian

a. Variabel bebas adalah pelatihan

b. Variabel terikat adalah penurunan keluhan nyeri otot pada pekerja

3.5.2 Definisi Operasional

a. Pelatihan adalah kegiatan yang telah disusun untuk menurunkan keluhan nyeri

pada otot yang ditimbulkan oleh beban mengangkat yang berlebih serta sikap

kerja yang tidak sesuai dengan kaidah ergonomi. Kegitan yang akan dilakukan

adalah :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

1. Memberikan pelatihan kepada pekerja tentang cara mengangkat yang benar

dan tepat sesuai dengan kaidah ergonomi yang terdiri dari : Pegangan

terhadap material yang diangkat harus tepat, lengan harus berada sedekat

mungkin dengan badan dan dalam posisi lurus, posisi tulang belakang harus

tetap lurus, posisi tulang belakang harus tetap lurus, posisi kaki harus

merenggang untuk membagi momentum dalam posisi mengangkat, dan beban

diusahakan sedekat mungkin terhadap garis vertikal yang melalui pusat

gravitasi tubuh (Thurman, Louzine, dan Kogi, 1998; Grandjean, 1993 dan

Helander, 1995)

2. Melakukan streching (pemanasan) sebelum melakukan latihan olahraga untuk

kekuatan leher, bahu, lengan, punggung, pergelangan tangan dan tungkai

bawah.

3. Melakukan latihan olahraga berupa olahraga untuk leher, olahraga untuk bahu

dan lengan, olahraga untuk punggung, olahraga untuk pergelangan dan tangan,

serta olahraga untuk tungkai bawah.

4. Melakukan Cooling Down (pendinginan) setelah selesai bekerja yang

berfungsi untuk pemulihan kondisi tubuh.

b. Musculoskeletal Disorders adalah kelainan otot rangka dalam jangka panjang

yang diakibatkan oleh beban angkat yang berlebih dengan cara mengangkat yang

kurang tepat dan dilakukan secara berulang-ulang.

c. Upaya pencegahan dengan melakukan intervensi yaitu program yang dirancang

untuk mencegah dampak mengangkat dengan melakukan pelatihan yang tepat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

Cara mengukur dilakukan dengan melihat perbedaan keluhan sebelum dan

sesudah diberikan intervensi dengan menggunakan symptom ergonomic program.

Setiap jawaban ya diberi nilai 1 dan jawaban tidak diberikan nilai 0.

3.6 Metode Pengukuran

3.6.1 Pra Eksperimen

Pengisian kuisioner yang berguna untuk mendapatkan :

a. Identitas pekerja berupa nama, umur, pendidikan dan masa kerja.

b. Keluhan yang dialami pekerja yang ditimbulkan beban mengangkat yang

berlebih dan cara mengangkat yang tidak mengikuti kaidah ergonomi.

3.6.2 Tahap Eksperimen

Ekperimen yang direncanakan oleh peneliti dimulai pukul 08.00 WIB. Ada pun

pelatihan yang dilakukan adalah sebagai betikut:

a. Prosedur pelaksanan pelatihan tentang perbaikan postur kerja dengan penerapan

teknik mengangkat yang benar pada hari pertama di minggu pertama. (15 menit)

1) Memberitahu manfaat dan cara ergonomis mengangkat beban

2) Memastikan posisi tangan terhadap beban harus tepat.

3) Memperagakan cara mengangkat yang benar, punggung tidak boleh

membungkuk.

4) Posisi lengan terhadap bahu tidak terlalu jauh.

5) Posisi kaki harus dibuka untuk memperkuat dan menahan beban yang akan

diangkat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

b. Pelaksanaan Stretching

Waktu yang dibutuhkan untuk stretching adalah 10-15 menit pada minggu ke-2

dan ke-3 dan dilakukan sebelum melakukan pekerjaan setiap pagi. Jumlah

pengulangan pada setiap gerakan stretching dilakukan secara bertahap. Pada minggu

pertama para pekerja melakukan setiap latihan sebanyak 3 kali dan pada minggu

kedua para pekerja melakukan setiap latihan sebanyak 5 kali pengulangan.

1) Memberikan arahan pada pekerja agar berbaris

2) Memberitahu manfaat streching dalam kehidupan sehari-hari dan pada saat

bekerja.

3) Memberikan gambaran mengenai gerakan-gerakan stretching

4) Melakukan gerakan stretching yang benar

pengulangan seperti pada gambar di bawah ini.

Jenis stretching yang dapat dilakukan antara lain adalah sebagai berikut: (Alter, 2008)

Gambar 3.1. Stretching 1 (Alter, 2008)

 Stretching 1

1) Duduk tegak lurus pada sebuah meja atau bangku dengan kedua lutut

dibengkokkan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

2) Hembuskan nafas, luruskan batang tubuh bagian atas anda, bengkokkan

pada batas pinggang, dan perlahan-lahan rendahkan perut pada kedua

paha anda.

3) Hembuskan nafas dan perlahan-lahan luruskan kedua kaki anda

4) Bertahanlah pada posisi meregang, kemudian rileks

Gambar 3.2. Stretching 2 (Alter, 2008)

 Stretching 2

1) Berbaring dengan punggung mendatar dengan tubuh lurus

2) Bengkokkan kedua lutut dan sorongkan kaki anda ke arah pantat

3) Peganglah paha bagian belakang untuk mencegah hiperekstensi pada lutut

4) Hembuskan nafas, dan tarik kedua lutut kearah dada dan kedua bahu,

kemudian naikkan (tinggikan) pinggul anda dari lantai.

5) Bertahanlah pada posisi meregang,kemudian rileks

6) Hembuskan nafas, dan luruskan kedua kaki anda perlahan-lahan, untuk

mencegah kemungkinan terjadinya rasa nyeri atau kejang otot.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

Gambar 3.3. Stretching 3 (Alter, 2008)

 Stretching 3

1) Berdiri tegak lurus dengan kedua kaki lurus dan kedua tangan di kedua sisi

anda.

2) Hembuskan nafas, bengkokkan tubuh anda pada batas pinggang, sorongkan

kedua tangan ke bawah kedua lutut dan punggung tetap mendatar (lurus).

3) Bertahanlah pada posisi meregang, kemudian rileks

4) Hembuskan nafas, bengkokkan kedua lutut atau bulatkan batang tubuh

bagianatas sedikit terangkat ke atas dan lengkungan punggung ketika

kembali pada posisi tegak lurus.

Gambar 3.4. Stretching 4 (Alter, 2008)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

 Stretching 4

1) Berdiri tegak lurus dengan kedua kaki lurus dan kedua tangan di kedua sisi

anda.

2) Hembuskan nafas, bengkokkan tubuh anda pada batas pinggang, sorongkan

kedua tangan ke bawah, kedua lutut dan punggung tetap mendatar (lurus).

3) Hembuskan nafas dan lanjutkan untuk menurunkan kedua tangan sampai

menyentuh lantai.

4) Bertahanlah pada posisi meregang, kemudian rileks.

5) Hembuskan nafas dan bengkokkan kedualutut atau bulatkan batang tubuh

bagian atas sedikit terangkat ke atas dan lengkungan punggung ketika

kembali pada posisi tegak lurus.

c. Prosedur pelaksanaan latihan kekuatan otot yang akan dilakukan sebelum bekerja

1) Setelah melakukan peregangan (Stretching), pekerja diberitahu manfaat

melakukan latihan kekuatan otot

2) Melakukan latihan kekuatan otot bahu, lengan dan pinggang yaitu :

a) Melakukan push up yang berguna untuk melatih kekuatan otot bahu.

b) Melakukan gerakan latihan kekuatan gantung angkat tubuh untuk melatih

kekuatan secara keseluruhan yaitu otot lengan, bahu dan pinggang.

3) Latihan ini dilakukan setiap hari seperti pada gambar di bawah ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

Gambar 3.5 Gerakan push up

 Gerakan Push-up (Wahyuni, 2010)

Cara melakukan sebagai berikut.

1) Posisi tubuh tengkurap dengan bertumpu pada tangan dan kaki.

2) Gerakkan tubuh naik turun dengan pandangan mata kearah depan.

3) Gerakannya, kedua tangan mengangkat badan hingga dagu melewati palang.

4) Kemudian, badan diturunkan ke posisi semula.

d. Pelaksanaan Cooling Down

Untuk latihan penutup (cooling down), Moeloek (1984) dalam Putra (2013)

menjelaskan, “Waktu cooling down 5-10 menit.” Tujuan dari latihan penutup adalah

untuk menghindari otot sakit atau kaku pada keesokan harinya”.Cooling down ini

akan dilakukan sekitar 5 menit dengan pengulangan sebanyak 2-3 kali. Gerakan-

gerakan yang dilakukan dalam cooling down ini adalah gerakan-gerakan ringan yang

akan membantu memperlancar sirkulasi (mengaktifkan pompa vena), sehingga

membantu mempercepat pembuangan sampah-sampah sisa olahraga dari otot-otot

yang aktif pada waktu melakukan olahraga sebelumnya. Dengan tersingkirnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

sampah-sampah sisa olahraga secara lebih baik, maka rasa pegal-pegal setelah

olahraga dapat dicegah atau dikurangi.

Gambar 3.6 Gerakan Cooling Down

3.6.3 Post ekperimen

Memberikan kuisioner seperti pada saat pra eksperimen dengan panduan

Symptom Survey Ergonomic Program dari NIOSH (1998). Kemudian dilakukan

analisis untuk melihat peningkatan yang dihasilkan setelah diberikan perlakuan.

3.7 Analisis Data

Setelah data dikumpulkan, kemudian melakukan uji normalitas dari data yang

diperoleh sebelum dan setelah diberikan perlakuan. Kemudian melakukan uji

Wilcoxon untuk mengetahui apakah perlakuan yang diberikan dapat menurunkan

Musculoskeletal Disorder dengan signifikansi 5%.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Pabrik pembuatan batu bata di desa Karanganyar adalah salah satu tempat

kerja yang mempunyai kegiatan utama yaitu bongkar muat materil batu bata,

pembuatan batu bata, penyimpanan batu bata dan pengiriman batu bata. Data umum

pabrik pembuatan batu bata ini :

Sebelah Utara : Desa Bengkel Dusun V Kecamatan Perbaungan

Sebelah Timur : PT. Indah Ponkjan Perkebunan Deli Muda

Sebelah Selatan : PTPN II, Perkebunan Melati/Desa Jatimulya

Sebelah Barat : Kelurahan Tualang Kecamatan Perbaungan

a. Jumlah Tenaga Kerja di Pabrik Batu Bata di Desa Karanganyar

Tenaga kerja Pabrik batu bata di desa Karanganyar terdiri dari mandor dan

tenaga buruh harian. Jumlah karyawan Pabrik batu bata di desa Karanganyar

seluruhnya sebanyak 225 orang yang terdiri dari pimpinan, mandor, dan buruh harian

yang merupakan buruh dari penduduk lokal. Pekerja yang mengangkat batu bata dari

pembakaran batu bata ke tempat penyimpanan batu bata adalah 25 orang.

4.2. Analisis Univariat

Analisis univariat yang dilakuan untuk melihat distribusi data responden yang

meliputi karakteristik responden lokasi dan jenis Rasa Sakit musculosceletal yang

dirasakan responden.

45

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

Tabel 4.1. Karakteristik Responden berdasarkan Umur, Jenis Kelamin,


Berat Badan, Tinggi Badan, Masa Kerja, dan
Jumlah Jam Kerja Perhari

No Karakteristik
Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 Umur (tahun):
35-39 1 5
40-44 14 70
45-49 3 15
50-54 2 10
Total 20 100
2 Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)
Laki-Laki 20 100
Perempuan 0 0
Total 20 100
3 Berat Badan (Kg) Jumlah (Orang) Persentase (%)
51-55 3 15
56-60 4 20
61-65 7 35
66-70 5 25
71-75 1 5
Total 20 100
4 Tinggi Badan .(cm) Jumlah (Orang) Persentase (%)
160-164 11 55
165-169 8 40
170-174 1 5
Total 20 100
5 Masa Kerja (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
6-9 4 20
10-13 7 35
14-18 9 45
Total 20 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

Pada Tabel 4.1. di atas dapat dilihat bahwa sebahagian besar responden

memiliki umur 40-44 tahun yaitu sebanyak 14 orang (70%), seluruh responden yaitu

sebanyak 20 orang (100%) memiliki jenis kelamin laki-laki. Berat badan responden

mayoritas 61-65 Kg sebanyak 7 orang (35%), tinggi badan mayoritas responden 160-

164 sebanyak 11 orang (55%), seluruh responden memiliki jumlah jam kerja > 8 jam

sebanyak 20 orang (100%), masa kerja responden mayoritas pada masa kerja 14-18

tahun sebanyak 9 orang (45%).

Tabel 4.2. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Mulai Terasa Sakit,


Hubungan Rasa Sakit dengan Pekerjaan, Tidak Bekeja
Akibat Sakit, Tempat Berobat

Mulai Terasa Sakit Jumlah (Orang) Persentase (%)


<3 bulan 0 0
<6 bulan 6 30,0
<1 tahun 14 70,0
>1 tahun 0 0
Total 20 100
Hubungan Kerja dengan Rasa Sakit Jumlah (Orang) Persentase (%)
Ya 20 100,0
Tidak 0 0
Total 20 100
Tidak Bekerja Karena Sakit Jumlah (Orang) Persentase (%)
Tidak Pernah 4 20,0
pernah 16 80,0
Total 20 100
Lanjutan Tabel 4.2
Tempat Berobat Jumlah (Orang) Persentase (%)
Tidak Pernah Berobat 3 15,0
Dokter/Puskesmas 4 20,0
Pijat 13 65,0
Total 20 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

Pada Tabel 4.2. dapat dilihat bahwa sebahagian besar responden mulai terasa

sakit < 1 tahun yaitu sebanyak 14 orang (70%), seluruh responden yaitu sebanyak 20

orang (100%) menyatakan rasa sakit yang diderita berhubungan dengan pekerjaan.

Tempat berobat responden paling banyak di pijat sebanyak 13 orang (65%), mayoritas

responden menyatakan pernah tidak bekerja karena sakit musculosceletal sebanyak 16

orang (80%).

Tabel 4.3. Lokasi Rasa Sakit yang Dialami Responden Sebelum diberikan
Intervensi dan Setelah Diberikan Intervensi di Pabrik
Pembuatan Batu Bata Di Desa Karanganyar
Kabupaten Serdang Bedagai

Sebelum Intervensi Setelah Intervensi


Lokasi Rasa
No Ya Tidak Ya Tidak
Sakit
n % n % n % n %
1. Bahu 14 70,0 6 30,0 5 25,0 15 75,0
2. Pinggang 14 70,0 6 30,0 8 40,0 12 60,0
3. Punggung 18 90,0 2 10,0 6 30,0 14 70,0
4. Leher 12 60,0 8 40,0 6 30,0 14 70,0
5. Paha 14 70,0 6 30,0 5 25,0 15 75,0
6. Betis 16 80,0 4 20,0 8 40,0 12 60,0
7. Lengan 14 70,0 6 30,0 8 40,0 12 60,0

Pada Tabel 4.3. di atas menunjukkan bahwa sebelum dilakukan intervensi

kepada responden diketahui responden yang mengalami lokasi rasa sakit di bahu

sebanyak 14 orang (70%), rasa sakit di pinggang sebanyak 14 orang (70%), rasa sakit

di punggung sebanyak 18 orang (90%), rasa sakit di leher sebanyak 12 orang (60%),

rasa sakit dipaha sebanyak 14 orang (70%),rasa sakit di betis sebanyak 16 orang

(80%), rasa sakit di lengan sebanyak 14 orang (70%).

Setelah dilakukan intervensi kepada responden diketahui responden yang

mengalami lokasi rasa sakit di bahu sebanyak 5 orang (25%), rasa sakit di pinggang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

sebanyak 8 orang (40%), rasa sakit di punggung sebanyak 6 orang (30%), rasa sakit

di leher sebanyak 6 orang (30%), rasa sakit di paha sebanyak 5 orang (25%), rasa

sakit di betis sebanyak 8 orang (40%), rasa sakit di lengan sebanyak 8 orang (40%).

Tabel 4.4. Jumlah Lokasi Rasa Sakit yang Dialami Responden Sebelum
diberikan Intervensi dan Setelah Diberikan Intervensi di
Pabrik Pembuatan Batu Bata Di Desa Karanganyar
Kabupaten Serdang Bedagai

Sebelum Intervensi Setelah Intervensi


Total Lokasi Rasa
Sakit Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

Tidak Terasa Sakit 0 0 2 10,0


Terasa Sakit 1 Lokasi 0 0 4 20,0
Terasa Sakit 2 Lokasi 0 0 3 15,0
Terasa Sakit 3 Lokasi 1 5,0 8 40,0
Terasa Sakit 4 Lokasi 3 15,0 3 15,0
Terasa Sakit 5 Lokasi 10 50,0 0 0
Terasa Sakit 6 Lokasi 5 25,0 0 0
Terasa Sakit 7 Lokasi 1 5,0 0 0

Pada Tabel 4.4. di atas menunjukkan bahwa sebelum dilakukan intervensi

kepada responden diketahui responden mayoritas merasakan sakit pada 5 lokasi

bagian tubuh sebanyak 10 orang (50%), terasa sakit pada 6 lokasi tubuh sebanyak 5

orang (25%), terasa sakit pada 4 lokasi tubuh sebanyak 3 orang (215%) dan sebanyak

1 orang (5%) merasa sakit pada 3 lokasi dan 7 lokasi tubuh.

Setelah dilakukan intervensi kepada responden diketahui responden mayoritas

merasakan sakit pada 3 lokasi bagian tubuh sebanyak 8 orang (40%), terasa sakit

pada 1 lokasi tubuh sebanyak 4 orang (20%), sebanyak 2 orang (5%) merasa sakit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

pada 2 lokasi dan 4 lokasi tubuh serta terdapat 2 responen (10%) menyatakan tidak

merasakan sakit di salah satu lokasi anggota tubuh.

Tabel 4.5. Distribusi Gambaran Rasa Sakit yang Dialami Responden di Pabrik
Pembuatan Batu Bata Di Desa Karanganyar
Kabupaten Serdang Bedagai

Sebelum Intervensi Setelah Intervensi


No Rasa Sakit Ya Tidak Ya Tidak
n % n % n % n %
1 Pedih 0 0,0 20 100,0 0 0,0 20 100,0
2 Kebas 14 70,0 6 30,0 14 70,0 6 30,0
3 Nyeri 17 85,0 3 15,0 14 70,0 6 30,0
4 Bengkak 13 65,0 7 35,0 6 30,0 14 70,0
5 Ngilu 19 95,0 1 5,0 3 15,0 17 85,0
6 Kaku 13 65,0 7 35,0 4 20 16 80,0

Dari Tabel 4.5. di atas menunjukkan bahawa gambaran rasa sakit yang dialami

responden sebelum dilakukan penyuluhan yaitu rasa sakit kebas sebanyak 14 orang

(70%), rasa nyeri sebanyak 17 orang (85%), bengkak sebanyak 13 orang (65%), rasa sakit

ngilu sebanyak 19 orang (95%), rasa sakit kaku sebanyak 13 orang (65%) serta tidak

terdapat responden yang merasa sakit itu.

Gambaran rasa sakit yang dialami responden setelah dilakukan penyuluhan yaitu

rasa sakit kebas sebanyak 14 orang (70%), rasa nyeri sebanyak 14 orang (70%), bengkak

sebanyak 6 orang 305%), rasa sakit ngilu sebanyak 3orang (15%), rasa sakit kaku

sebanyak 4 orang (20%) .

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

Tabel 4.6. Jumlah Rasa Sakit yang Dialami Responden Sebelum diberikan
Intervensi dan Setelah Diberikan Intervensi di Pembuatan
Batu Bata Di Desa Karanganyar
Kabupaten Serdang Bedagai

Sebelum Intervensi Setelah Intervensi


Jumlah Rasa Sakit
Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)
Tidak Ada Rasa Sakit 1 5,0 1 5,0
Rasa Sakit 1 Jenis 1 5,0 8 40,0
Rasa Sakit 2 Jenis 5 25,0 8 40,0
Rasa Sakit 3 Jenis 7 35,0 3 15,0
Rasa Sakit 4 Jenis 6 30,0 0 0
Rasa Sakit 5 Jenis 1 5,0 0 0

Jumlah rasa sakit yang dimaksudkan adalah jumlah rasa sakit yang dirasakan

pekerjadari beberapa gambaran rasa sakit berupa pedih, kebas, nyeri, bengkak, ngilu,

kaku. Pada Tabel 4.6. di atas menunjukkan bahwa sebelum dilakukan intervensi

kepada responden diketahui responden mayoritas merasakan 3 jenis rasa sakit yaitu

sebanyak 7 orang (35%), responden yang merasakan 4 rasa sakit sebanyak 6 orang

(30%), responden yang merasakan 2 jenis rasa sakit sebanyak 5 orang (25%) dan

responden yang merasakan 5 rasa sakit, merasakan 1 rasa sakit dan tidak merasakan

rasa sakit masing-masing terdapat 1 orang (5%).

Setelah dilakukan intervensi kepada responden diketahui responden mayoritas

merasakan 1 jenis rasa sakit dan merasakan 2 jenis rasa sakit yaitu masing-masing

sebanyak 8 orang (4%), responden yang merasakan 3 rasa sakit sebanyak 3 orang

(15%), responden yang tidak merasakan sakit sebanyak 1 orang (5%) .

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

Tabel 4.7. Distribusi Lamanya Rasa Sakit yang Dialami Responden Sebelum
diberikan Intervensi dan Setelah Diberikan Intervensi di Pabrik
Pembuatan Batu Bata Di Desa Karanganyar
Kabupaten Serdang Bedagai

Sebelum Intervensi Setelah Intervensi


Lamanya Rasa Sakit
Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)
< 1 hari 0 0,0 0 0,0
1-3 hari 8 40,0 17 85,0
4-7 hari 12 60,0 3 15,0

Dari Tabel 4.7. diatas menunjukkan bahwa sebelum dilakukan intervensi

diketahui bahwa lama rasa sakit berlangsung 4-7 hari sebanyak 12 orang (60%) dan

lama sakit berangsung 1-3 hari sebanyak 8 orang (40%). Setelah dilakukan intervensi

diketahui bahwa lama rasa sakit berlangsung 4-7 hari sebanyak 3 orang (15%) dan

lama sakit berangsung 1-3 hari sebanyak 17 orang (85%).

Tabel 4.8. Tingkat Keluhan Rasa Sakit Responden Sebelum diberikan


Intervensi dan Setelah Diberikan Intervensi di Pabrik
Pembuatan Batu Bata Di Desa Karanganyar
Kabupaten Serdang Bedagai

Tingkat Keluhan Sebelum Intervensi Setelah Intervensi


Rasa Sakit Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)
Ringan 0 0 9 45,0
Sedang 6 35,0 2 10,0
Berat 13 65,0 9 45,0
Pada Tabel 4.8 menunjukkan bahwa sebelum dilakukan intervensi diketahui

tingkat keluhan rasa sakit yang paling tinggi adalah kategori berat yaitu sebanyak 13

orang (65%) kemudian disusul oleh kategori sedang sebanyak 7 orang (35%). Setelah

dilakukan intervensi diketahui tingkat keluhan rasa sakit pada musculosceletal pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

kategori berat yaitu sebanyak 9 orang (45%) kemudian disusul oleh kategori ringan

dan sedang masing-masing 9 orang (45%) dan 2 orang (10%).

4.3 Analisis Data Bivariat

Sebelum melakukan analisis bivariat maka terlebih dahulu data bagian tubuh

yang terasa sakit, gambaran rasa sakit dan lama sakit akan dilakukan uji normalitas

dengan menggunakan uji Shapiro wilk karena sampel < 50 orang.

Tabel 4.9. Uji Normalitas Lokasi Sakit, Rasa Sakit dan


Lama Rasa Sakit

Tests of Normality
Variabel Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
Lokasi Sakit Musculosceletal 0,850 20 0,001
Rasa Sakit Musculoskeletal 0,883 20 0,003
Lama Sakit Musculoskeletal 0,850 20 0,001

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa data pada lokasi sakit

musculosceletal tidak berdistribusi normal karena memiliki nilai p< 0,05 sehingga

analisis bivariat akan dilakukan dengan uji non parameterik. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa data rasa sakit musculosceletal tidak berdistribusi normal karena

memiliki nilai p<0,05 sehingga analisis bivariat akan dilakukan dengan uji non

parameterik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa data pada lama sakit musculosceletal

tidak berdistribusi normal karena memiliki nilai p<0,05 sehingga analisis bivariat

akan dilakukan dengan uji non parameterik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

Tabel 4.10. Hasil Uji Wilcoxon pada Rata-Rata Keluhan Rasa Sakit
Berdasarkan Lokasi Rasa Sakit (Bahu, Pinggang, Punggung,
Leher) Sebelum dan Sesudah Intervensi di Pabrik
Pembuatan Batu Bata di Desa Karanganyar
Kabupaten Serdang Bedagai

Punggung
Bahu post Pinggang post Leher post -
post -
- Bahu - Pinggang Leher
Punggung
Negative Ranks 9 6 12 6
Positive Ranks 0 0 0 0
Ties 11 14 8 14
Total 20 20 20 20
Mean ranks 5 3,5 6,5 3,5
Sum ranks 45 21 78 21
Z -3.000 -2.449 -3.464 -2.449
Asymp. Sig. (2- .003 .014 .001 .014
tailed)

Hasil analisis dengan menggunakan uji wilcoxon memperlihatkan bahwa

secara signifikan intervensi yang dilakukan terbukti dapat menurunkan keluhan

musculoskeletal berdasarkan lokasi keluhan pada bahu, pinggang, punggung dan

leher. Hal ini disebabkan nilai signifikansi lokasi bahu (p=0,003), lokasi pinggang

(p=0,014), lokasi punggung (p=0,001) dan lokasi leher (p=0,014) < 0,05.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

Tabel 4.11. Hasil Uji Wilcoxon pada Rata-Rata Keluhan Berdasarkan Lokasi
Rasa Sakit (Paha, Betis dan Lengan) Sebelum dan Sesudah Intervensi
di Pabrik Pembuatan Batu Bata di Desa Karanganyar
Kabupaten Serdang Bedagai

Lokasi yang
Sakit Post -
Paha – Post Betis Post - LenganPost - Total Lokasi
Paha Betis Lengan yang Sakit
Negative Ranks 9 8 9 20
Positive Ranks 0 0 0 0
Ties 11 12 11 0
Total 20 20 20 20
Mean ranks 5 4,5 5 6,5
Sum ranks 45 8 45 58,5
Z -3.000 -2.828 -3.000 -3.940
Asymp. Sig. (2- .003 .005 .003 .000
tailed)

Hasil analisis dengan menggunakan uji wilcoxon memperlihatkan bahwa

secara signifikan intervensi yang dilakukan dengan pemberian streching di awal dan

pemberian cooling down di akhir pekerjaan serta pemberian pelatihan mengenai sikap

kerja dengan menerapkan cara mengangkat beban yang benar terbukti dapat

menurunkan keluhan musculoskeletal berdasarkan lokasi keluhan pada paha, betis

dan lengan. Hal ini disebabkan nilai signifikansi lokasi paha (p=0,003), lokasi betis

(p= 0,005), lokasi lengan (p=0,003) dan jumlah lokasi yang sakit (p=0,000) < 0,05.

Hasil analisis dengan menggunakan uji wilcoxon memperlihatkan bahwa

secara signifikan intervensi yang dilakukan terbukti paling efektif dapat menurunkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

keluhan musculoskeletal berdasarkan totak lokasi rasa sakit yang dirasakan responden

dengan nilai mean ranks 6,5 dan sum ranks 58,5 .

Tabel 4.12. Hasil Uji Wilcoxon pada Rata-Rata Keluhan Rasa Sakit yang
Dialami (Pedih, Kebas, Nyeri, Bengkak) Sebelum dan Sesudah
Intervensi di Pabrik Pembuatan Batu Bata di Desa
Karanganyar Kabupaten Serdang Bedagai

Pedih post - Kebas post - Nyeri post - Bengkak post


Pedih Kebas Nyeri - Bengkak
Negative Ranks 0 8 3 7
Positive Ranks 0 0 0 0
Ties 20 12 17 13
Total 20 20 20 20
Mean Ranks 0 4,5 2 4
Sum Ranks 0 36 6 28
Z .000 -2.828 -1.732 -2.646
Asymp. Sig. (2- 1.000 .005 .083 .008
tailed)

Hasil analisis dengan menggunakan uji wilcoxon memperlihatkan bahwa

secara signifikan intervensi yang dilakukan dengan pemberian streching di awal dan

pemberian cooling down di akhir pekerjaan serta pemberian pelatihan mengenai sikap

kerja dengan menerapkan cara mengangkat beban yang benar terbukti dapat

menurunkan keluhan musculoskeletal berdasarkan rasa sakit yang dirasakan

responden yaitu rasa kebas, dan rasa bengkak,. Hal ini disebabkan nilai signifikansi

rasa kebas (p=0,005), rasa bengkak (p= 0,008) < 0,05. Hasil analisis dengan

menggunakan uji wilcoxon memperlihatkan bahwa secara signifikan intervensi yang

dilakukan terbukti tidak dapat menurunkan keluhan musculoskeletal berdasarkan rasa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

sakit yang dirasakan responden yaitu rasa Pedih, dan rasa nyeri. Hal ini disebabkan

nilai signifikansi rasa Pedih (p=1), rasa nyeri (p= 0,05)≥ 0,05.

Tabel 4.13. Hasil Uji Wilcoxon pada Rata-Rata Keluhan Rasa Sakit
yang Dialami (Ngilu, Kaku, Total Rasa Sakit) Sebelum dan
Sesudah Intervensi di Pabrik Pembuatan Batu Bata
di Desa Karanganyar Kabupaten
Serdang Bedagai

Ngilu Post - Kaku Post - Total Rasa Sakit Post


Ngilu Kaku - Total Rasa Sakit
Negative Ranks 16 9 20
Positive Ranks 0 0 0
Ties 4 11 0
Total 20 20 20
Mean Ranks 8,5 5 10,5
Sum Ranks 136 45 210
Z -4.000 -3.000 -3.968
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .003 .000

Hasil analisis dengan menggunakan uji wilcoxon memperlihatkan bahwa

secara signifikan intervensi yang dilakukan dengan pemberian streching di awal dan

pemberian cooling down di akhir pekerjaan serta pemberian pelatihan mengenai sikap

kerja dengan menerapkan cara mengangkat beban yang benar terbukti dapat

menurunkan keluhan musculoskeletal berdasarkan rasa sakit yang dirasakan

responden yaitu rasa ngilu, rasa kaku dan total rasa sakit yang dirasakan oleh

responden . Hal ini disebabkan nilai signifikansi rasa ngilu (p<0,000), rasa kaku (p=

0,003) dan total rasa sakit yang dirasakan oleh responden (p<0,000).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

Hasil analisis dengan menggunakan uji wilcoxon memperlihatkan bahwa

secara signifikan intervensi yang dilakukan terbukti paling efektif dapat menurunkan

keluhan musculoskeletal berdasarkan total rasa sakit yang dirasakan responden

dengan nilai mean ranks 10,5 dan sum ranks 210 serta rasa ngilu dengan mean ranks

8,5 dan sum ranks 136.

Tabel 4.14. Hasil Uji Wilcoxon pada Lama Rasa Sakit yang Dirasakan Sebelum
dan Sesudah Intervensi di Pabrik Pembuatan Batu Bata di Desa
Karanganyar Kabupaten Serdang Bedagai

Lama Sakit post - Lama Sakit


Negative Ranks 9
Positive Ranks 0
Ties 11
Total 20
Mean Ranks 5
Sum Ranks 45
Z -3.000
Asymp. Sig. (2-tailed) .003

Hasil analisis dengan menggunakan uji wilcoxon memperlihatkan bahwa

secara signifikan intervensi yang dilakukan dengan pemberian streching di awal dan

pemberian cooling down di akhir pekerjaan serta pemberian pelatihan mengenai sikap

kerja dengan menerapkan cara mengangkat beban yang benar terbukti dapat

menurunkan durasi waktu sakit keluhan musculoskeletal yang dirasakan responden.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 9 orang yang mengalami penurunan

durasi waktu sakit keluhan musculoskeletal yang dirasakan setelah dilakukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

intervensi dan terdapat 11 orang lainnya yang tetap merasakan durasi waktu sakit

keluhan musculoskeletal yang sama sebelum dan sesudah intervensi.

Hasil analisis dengan menggunakan uji wilcoxon menunjukkan nilai

signifikansi durasi waktu sakit keluhan musculoskeletal yang dirasakan responden

berlangsung (p=0,003) < 0,05. Hasil analisis dengan menggunakan uji wilcoxon

memperlihatkan durasi waktu sakit keluhan musculoskeletal yang dirasakan

responden berlangsung memiliki nilai mean ranks 5 dan sum ranks 45 dengan nilai z=

-3.000.

Tabel 4.15. Hasil Uji Wilcoxon Tingkat Keluhan Rasa Sakit yang Dialami
Sebelum dan Sesudah Intervensi di Pabrik Pembuatan Batu Bata
di Desa Karanganyar Kabupaten Serdang Bedagai

Tingkat Keluhan Rasa Sakit –


Keluhan Rasa Sakit
Negative Ranks 0
Positive Ranks 9
Ties 11
Total 20
Mean Ranks 5
Sum Ranks 45
Z -2.739
Asymp. Sig. (2-tailed) .006

Hasil analisis dengan menggunakan uji wilcoxon memperlihatkan bahwa

secara signifikan intervensi yang dilakukan dengan pemberian streching di awal dan

pemberian cooling down di akhir pekerjaan serta pemberian pelatihan mengenai sikap

kerja dengan menerapkan cara mengangkat beban yang benar terbukti dapat

menurunkan tingkat keluhan rasa sakit musculoskeletal yang dirasakan responden.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 9 orang yang mengalami penurunan

tingkat keluhan musculoskeletal yang dirasakan setelah dilakukan intervensi dan

terdapat 11 orang lainnya yang tetap merasakan tingkat keluhan musculoskeletal

yang sama sebelum dan sesudah intervensi.

Hasil analisis dengan menggunakan uji wilcoxon memperlihatkan bahwa nilai

signifikansi durasi waktu sakit keluhan musculoskeletal yang dirasakan responden

berlangsung (p=<,0006) < 0,05. Hasil analisis dengan menggunakan uji wilcoxon

memperlihatkan tingkat keluhan rasa sakit musculoskeletal yang dirasakan responden

memiliki nilai mean ranks 5 dan sum ranks 45 dengan nilai z= -2.739

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 5

PEMBAHASAN

5.1 Efektifitas Pemberian Streching di Awal dan Pemberian Cooling Down


Akhir Pekerjaan terhadap Rata-Rata Keluhan Musculoskeletal
Berdasarkan Lokasi Rasa Sakit

Menurut Kuswana (2014) bahwa keluhan muskuloskeletal adalah cedera pada

otot, saraf, tendon, ligamen, sendi, tulang rawan, atau cakram tulang belakang. MSDs

biasanya hasil dari setiap peristiwa sesaat atau akut, selain itu mencerminkan

perkembangan yang lebih bertahap atau kronis. Sinyal adanya indikasi MSDs adalah

sakit, kegelisahan, kesemutan, kematian rasa, rasa terbakar, pembengkakan,

kekakuan, kram, kekuatan genggaman di tangan bergerak, rentang gerak pendek,

perubahan keseimbangan tubuh, sesak atau hilangnya fleksibilitas.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum dilakukan intervensi kepada

responden diketahui sebahagian besar responden yang mengalami keluhan rasa sakit

musculoskeletal yang berada lokasi rasa sakit di bahu, rasa sakit di pinggang, rasa

sakit di punggung, rasa sakit di leher, rasa sakit dipaha, rasa sakit di betis dan rasa

sakit di lengan.

Responden yang mengangkat mengangkat 28 buah batu bata dengan frekuensi

pengangkatan 10 kali per menit sejauh 3 meter semantara itu 1 buah batu bata yang

memiliki berat ± 3 kg berkaitan dengan tulang punggung, pinggang, bahu, lengan dan

betis yang meningkatkan tekanan pada diskus sehingga terjadi kerusakan dan

berdampak nyeri di daerah punggung, pinggang, bahu, lengan dan betis. Pekerjaan

61

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

mengangkat dan mengangkut mempunyai risiko tinggi untuk mengakibatkan nyeri

karena kerusakan tulang belakang. Oleh karena itu diperlukan pencegahan kerusakan

tulang belakang, salah satunya dengan memperhatikan teknik mengangkat beban.

Jadi semakin ergonomis teknik mengangkat yang digunakan untuk mengangkat

beban, maka risiko terpapar nyeri pada anggota tubuh akan semakin kecil. Hal ini

semakin diperparah dengan responden yang selalu bekerja dengan durasi ± 9 jam

sehari yaitu mulai jam 09.00 s/d 18.00 WIB dan menghasilkan batu bata sebanyak ±

34.000 batu bata per hari akan meningkatkan pembebanan pada otot dan tulang yang

semakin lama akan mempengaruhi paparan nyeri dan meningkatkan resiko terjadinya

keluhan musculoskeletal.

Banyaknya anggota tubuh yang mengalami keluhan musculoskeletal, hal ini

tidak terlepas dari responden yang memiliki pengetahuan yang kurang tentang sikap

kerja yang baik dan ergonomi dalam bekerja. Pengetahuan yang minim ini

disebabkan karena pekerja batu yang tidak pernah mendapatkan informasi tentang

bagaimana sikap kerja yang baik dan ergonomi dalam bekerja.Umur pekerja yang

mayoritas memiliki usia 40-44 tahun bahkan terdapat 2 orang yang memiliki usia

diatas 50 tahun akan membuat pekerja pembuat batu bata akan semakin beresiko

mengalami keluhan musculoskeletal di beberapa anggota tubuh. Padahal kekuatan

otot pada manusia, baik laki-laki maupun perempuan, akan mencapai puncak pada

umur 25-35 tahun dan akan semakin menurun setelah melewati umur 35 tahun. Setiap

orang berpotensi terpapar nyeri punggung bawah, dab meningkat pada umur 35 tahun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

karena kekuatan otot akan menurun disertai dengan adanya perubahan postur tubuh

dan degenerasi.

Menurut Suma’mur (2009) setiap kontraksi otot yang dipaksakan atau

melebihi kemampuan atau penggunaannya melampaui kapasitasnya dapat

menyebabkan trauma kepada sistem muskuloskeletal yang diperlukan untuk

melakukan pekerjaan. Trauma tersebut tidak hanya mengenai ototnya saja, tetapi juga

terhadap saraf, sendi, ligamen atau struktur lainnya. Ketika bekerja terjadi kontraksi

otot berulang-ulang, trauma yang dialami oleh system muskuloskeletal bersifat

repetitif (repetitive strain injuries) dan kesemuanya berakumulasi mengakibatkan

kelainan trauma kumulatif pada sistem tersebut (cumulative trauma disorders).

Sindrom Pemakaian (Penggunaan) Berlebihan Akibat Kerja (SPBAK) (occupational

overuse syndrome) menunjukkan gejala rasa nyeri pada bahu, leher, lengan dan

tangan yang merupakan efek kerja berlebihan kepada sistem muskulo-skeletal yaitu

otot, saraf, sendi, ligamen dan atau struktur lainnya.

Setelah dilakukan intervensi dengan pemberian streching di awal dan

pemberian cooling down di akhir pekerjaan serta pemberian pelatihan mengenai sikap

kerja dengan menerapkan cara mengangkat beban yang benar terbukti responden

mengalami perubahan yang signifikan pada lokasi tubuh yang mengalami keluhan

musculoskeletal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang mengalami

keluhan musculoskeletal mengalami penurunan dimana responden yang menyatakan

mengalami keluhan musculoskeletal lokasi rasa sakit di bahu sebanyak 5 orang

(25%), rasa sakit di pinggang sebanyak 14 orang (70%), rasa sakit di punggung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

sebanyak 6 orang (30%), rasa sakit di leher sebanyak 6 orang (30%), rasa sakit dipaha

sebanyak 5 orang (25%), rasa sakit di betis sebanyak 8 orang (40%), rasa sakit di

lengan sebanyak 8 orang (40%).

Hasil analisis dengan menggunakan uji wilcoxon memperlihatkan bahwa

secara signifikan intervensi yang dilakukan dengan pemberian streching di awal dan

pemberian cooling down di akhir pekerjaan serta pemberian pelatihan mengenai sikap

kerja dengan menerapkan cara mengangkat beban yang benar terbukti dapat

menurunkan keluhan musculoskeletal berdasarkan lokasi keluhan pada bahu,

pinggang, punggung, pada paha, betis dan lengan dan leher. Hal ini dapat dilihat dari

nilai signifikansi lokasi bahu (p=0,003), lokasi pinggang (p= 0,014), lokasi punggung

(p=0,001), paha (p=0,003), lokasi betis (p= 0,005), lokasi lengan (p=0,004), lokasi

leher (p=0,014) dan jumlah lokasi yang sakit (p=0,000) < 0,05.

Hasil penelitian Zahara (2013) dan Okananta (2014) memperlihatkan bahwa

terapi fisik dengan melakukan stretching menjadi manajemen nyeri yang dapat

menurunkan terjadinya nyeri sendi di leher, nyeri pinggang dan nyeri punggung.

Hasil penelitian yang tidak jauh berbeda dinyatakan Zuhri (2012) yang menunjukkan

bahwa pemberian latihan neural stretching yang dilakukan sebanyak 12 kali selama

14 hari dapat menurunkan rasa nyeri pada pekerja konveksi pada beberapa anggota

tubuh seperti tangan, paha dan kaki.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang diungkapkan Indrawati (2011)

yang memperlihatkan bahwa pelatihan peregangan dan istirahat aktif terbukti dapat

menurunkan keluhan musculoskeletal hingga 71,98%. Penelitian Putra (2011)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

menyebutkan ada pengaruh Latihan Peregangan Terhadap Keluhan nyeri Punggung

Bawah Pada Pekerja Lasdi Kec.Seberang Ulu II Palembang

Menurut Ellis dan Hing (2008) bahwa tindakan terapi berupa pemberian

latihan neural stretching merupakan tindakan pencegahan musculoskeletal, hal ini

disebabkan latihan neural stretching menjadi sebuah persiapan penggunaan organ

muskuloskeletal sebelum melakukan aktifitas yang lebih lama dan lebih berat yang

dapat dilakukan pada saat sebelum bekerja dan ditengah-tengah saat melakukan

aktifitas. Hal ini sejalan dengan pandangan Tulaar (2008) bahwa untuk mencegah

kekakuan dan nyeri sendi, dapat dilakukan latihan fisik ringan berupa latihan

isometrik, latihan gerak sendi dan latihan stretching yang keseluruhan itu tercakup

dalam stabilisasi sendi khususnya nyeri pada leher dan punggung akan dapat

membatasi nyeri, memaksimalkan fungsi, dan mencegah cedera lebih lanjut

Pekerja yang berada di desa Karanganyar mengangkat batu bata dari

pemanggang batu bata ke gudang penyimpanan dengan beban angkat, frekuensi

aktifitas angkat yang tinggi serta postur kerja dengan teknik mengangkat yang tidak

ergonomis dapat mengakibatkan dampak yang buruk terhadap pekerja yaitu MSDs

berupa nyeri di punggung, bahu, leher serta di pinggang. Dari dampak yang

ditimbulkan tersebut perlu dilakukan upaya pencegahan berupa pelatihan. Menurut

Giam (1993) pelatihan yang diberikan terdiri dari: perbaikan postur kerja dengan

menerapkan teknik rnengangkat yang benar, melakukan streching untuk

meningkatkan kelenturan otot, latihan meningkatkan kekuatan otot, dan

melakukan cooling down pada saat istirahat maupun setelah selesai bekerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


66

Pelatihan yang akan diberikan kepada pekerja adalah memberikan gambaran

berupa dampak mengangkat yang tidak mengikuti kaidah ergonom, memberikan

pengetahuan mengenai tata cara mengangkat yang benar dan sesuai dengan kaidah

ergonomic, melakukan streching sebelum melakukan pekerjaan, melakukan latihan

olahraga berupa olahraga untuk leher, olahraga untuk bahu dan lengan, olahraga untuk

punggung, olahraga untuk pergelangan dan tangan, serta olahraga untuk tungkai bawah

yang selanjutnya diakhiri dengan melakukan cooling down untuk pemulihan setelah

melaksanakan pekerjaan. Latihan stretching merupakan tindakan penguluran pada

sistem saraf, latihan stretching ini sesungguhnya tidak hanya mengulur saraf saja

melainkan juga membantu mengembangkan gerakan jaringan sepanjang saraf melalui

gerak sendi dalam hal ini terutama pergelangan tangan, tangan, sendi siku dan

shoulder girdle.

5.2. Efektifitas Pemberian Streching di Awal dan Pemberian Cooling Down di


Akhir Pekerjaan terhadap Rata-Rata Keluhan Musculoskeletal Rasa Sakit
yang Dialami

Sinyal adanya indikasi musculoskeletal adalah sakit, kegelisahan, kesemutan,

kematian rasa, rasa terbakar, pembengkakan, kekakuan, kram, kekuatan genggaman

di tangan bergerak, rentang gerak pendek, perubahan keseimbangan tubuh, sesak atau

hilangnya fleksibilitas. Trauma tersebut tidak hanya mengenai ototnya saja, tetapi

juga terhadap saraf, sendi, ligamen atau struktur lainnya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum dilakukan intervensi kepada

responden diketahui sebahagian besar responden yang mengalami akit pada 5 jenis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


67

rasa sakit baik itu rasa kejang, kebas, nyeri, bengkak, ngilu dan kaku. Responden

yang memiliki pekerjaan sebagai pembuat batu bata menyataan sering merasakan

sakit baik saat bekerja dan setelah bekerja.

Pekerja pembuat batu bata merupakan salah satu pekerjaan yang termasuk

dalam Manual Material Handling (MMH) karena pekerja pembuat batu bata

melakukan kegiatan pengangkatan, penurunan, mendorong, menarik, mengangkut,

dan memindahkan batu bata, bahkan dalam sehari-hari pekerja pembuat batu bata

menyatakan mampu menghasilkan batu bata sebanyak ± 34.000 batu bata per hari dan

mengangkat 10 buah batu bata, berat batu bata ±3 kg dengan frekuensi pengangkatan

10 kali per menit sejauh 3 meter.

Pekerja batu bara yang mayoritas sudah bekerja selama 14-18 tahun tentunya

sudah memiliki pengalaman dan pengetahuan tersendiri tentang bagaimana

melakukan proses pembuatan batu bata yang sebenarnya tidak ergonomi dan sikap

kerja yang kurang baik. Masa kerja yang lama dapat berpengaruh terhadap keluhan

musculoskeletal karena merupakan akumulasi pembebanan pada tulang belakang

akibat aktivitas menggendong seharihari. Berat beban dan lama mengangkat juga

dapat mempengaruhi nyeri punggung bawah dan bahu sebagai akibat membawa batu

bata yang ditempatkan pada bahu satu sisi. semakin berat beban yang dibawa

seseorang setiap kali mengangkat maka tekanan pada tulang belakang menjadi

semakin besar, sehingga kemungkinan terjadinya nyeri juga semakin besar.

Usia pekerja batu bara yang sudah memasuki usia lanjur yaitu diatas 45 tahun

membuat mereka akan mengalami kesulitan tersendiri dalam melakukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68

pengangkatan benda dengan jumlah tertentu jika tidak disiasati dengan melakukan

kerja dengan ergonomi yang selanjutnya akan berdampak kepada banyaknya

permasalahan kesehatan yang akan dialami pekerja pembuat batu bata yang salah

satunya keluhan musculoskeletal yang beraneka ragam mulai rasa kejang, kebas,

nyeri, bengkak, ngilu dan kaku bahkan banyak pekerja yang merasakan 3-4 keluhan

musculoskeletal sekaligus.

Menurut Suma’mur (2009) bahwa Sindrom Pemakaian (Penggunaan)

Berlebihan Akibat Kerja (SPBAK) (occupational overuse syndrome) dapat

bermanifestasi kepada Sindrom nyeri miofasial (myofacial pain syndrome) dengan

gejala rasa nyeri pada bahu dan atau leher dan atau nyeri tekan pada sekurangkurangnya

salah satu otot leher bagian atas dan m.trapezius bagian atas; dan sekurang-kurangnya salah

satu dari m. supraspinatus atau m.infraspinatus. Kapsulitis bahu (shoulder capsulitis)

dengan gejala rasa nyeri pada bahu dan terjadinya hambatan gerak aktif dan pasif pada

sendi glenohumoral dengan pola kapsuler yaitu hambatan gerak rotasi eksternal lebih

besar daripada abduksi dan hambatan gerak abduksi lebih besar daripada rotasi internal.

Sindrom terowongan pergelangan tangan (karpal) (carpa tunnel syndrome)

dengan gejala rasa nyeri atau kesemutan (paraesthesia) atau baal di daerah

persarafan n. medianus dan salah satu tanda obyektif hasil positif tes Tinel atau tes

Phalen. Penyakit de Quervain (tenosinovitis; de Quervain's disease) dengan

gejala rasa nyeri pada sekitar prosessus stiloideus dan pembengkakan yang disertai rasa

nyeri pada ekstensor jari pertama.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


69

Setelah dilakukan intervensi dengan pemberian streching di awal dan

pemberian cooling down di akhir pekerjaan serta pemberian pelatihan mengenai sikap

kerja dengan menerapkan cara mengangkat beban yang benar terbukti responden

mengalami perubahan yang signifikan pada rasa sakit yang dirasakan dimana terjadi

penurunan rasa sakit yang dialami responden yang sebelumnya merasakan 4-5 rasa

sakit namun setelah diberikan intervensi mereka hanya merasakan beberapa sakit saja

bahkan terdapat responden yang menyatakan sudah tidak merasakan sakit ketika

bekerja dan setelah bekerja.

Pemberian streching peregangan dapat membantu meningkatkan fleksibilitas

otot-otot yang menegang dan mempengaruhi saraf. Latihan peregangan juga dapat

membantu menjaga tubuh tetap sehat dan bugar dalam jangka waktu panjang. Selain

itu latihan ini juga dapat meningkatkan sirkulasi darah dan meningkatkan oksigenasi

sel. Dengan cara itu latihan pemberian streching dapat mengurangi gejala kekurangan

oksigen sel yang dapat menyebabkan peningkatan asam laktat sehingga menimbulkan

nyeri, kesemutan, pegal, ngilu dan kaku.

Hasil analisis dengan menggunakan uji wilcoxon memperlihatkan bahwa

secara signifikan intervensi yang dilakukan dengan pemberian streching di awal dan

pemberian cooling down di akhir pekerjaan serta pemberian pelatihan mengenai sikap

kerja dengan menerapkan cara mengangkat beban yang benar terbukti dapat

menurunkan keluhan musculoskeletal berdasarkan rasa sakit yang dirasakan

responden yaitu rasa kebas, rasa bengkak, rasa ngilu, rasa kaku dan total rasa sakit

yang dirasakan oleh responden,. Hal ini disebabkan nilai signifikansi rasa kebas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70

(p=0,005), rasa bengkak (p= 0,008) rasa ngilu (p<0,001), rasa kaku (p= 0,003) dan

total rasa sakit yang dirasakan oleh responden (p<0,001) < 0,05.

Hasil penelitian Yulitania (2015) menunjukkan bahwa pemberian latihan

peregangan berpengaruh terhadap pengurangan nyeri punggung. Pemberian latihan

peregangan salama 4 minggu maka terjadi penurunan nyeri dari 9 orang dengan nyeri

sedang dan 11 orang dengan nyeri ringan. Hasil penelitian yang tidak jauh berbeda

didapatkan Gladson et al (2009) yang menunjukkan bahwa penelitian eksperimen

pada nyeri schiatica yang dilakukan di Brasil, diilaporkan bahwa stretching statis dan

mobilisasi saraf schiatica ternyata lebih efektif memobilisasi saraf termasuk neural

stretching memiliki pengaruh terhadap penurunan nyeri saraf.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ellis dan Hing (2008) bahwa tindakan

stretching dapat mendukung penggunaan penguluran maupun mobilisasi saraf

sehingga dapat mengurangi terjadinya nyeri pada saraf. Hal ini tidak jauh berbeda

dengan hasil penelitian Zuhri (2012) yang memperlihatkan bahwa neural stretching

yang dilakukan dapat mengurangi rasa nyeri, rasa tebal, kesemutan, mati rasa, dingin

dan kadang-kadang lemah atau kaku yang menganggu aktifitas dan kegiatan sehari-

hari.

Menurut Shacklock (2005) bahwa pada latihan stretching akan terjadi

perbaikan saraf yaitu akan terjadi pain-free movement melalui mekanisme : (1)

pembebasan iritasi neural perifer non acute, (2) peningkatan kelenturan neural, (3)

normalisasi mikrosirkulasi neural, (4) koreksi postural, (5) mobilisasi sendi, dan

jaringan lunak, (6) pemulihan fungsi dengan memulihkan gerakan secara penuh tanpa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


71

ada keluhan nyeri dalam kontrol postural yang ideal/normal, (7) dan sebagai suatu

bentuk terapi untuk patomekanik/patodinamik jaringan saraf atau jaringan interface.

Hal yang tidak jauh berbeda diungkapkan Gladson (2009) bahwa latihan stretching

diperlukan akibat adanya tekanan pada nervus medianus di carpal tunnel di mana

terjadi nyeri pergelangan tangan, keterbatasan gerakan saraf, kebas, kesemutan dan

fleksibilitasnya.

Kuswana (2014) mengungkapkan hal yang tidak jauh berbeda, dimana untuk

mempertahankan, meningkatkan, dan memelihara kesegaran jasmani, dapat dilakukan

melalui latihan, seperti menambah kekuatan otot dan daya tahan. Sehingga dapat

mengurangi terjadinya nyeri pada anggota tubuh Meningkatnya kekuatan otot, sikap

tubuh menjadi lebih baik, orang dapat lebih lama berdiri dan kemungkinan

pembesaran vena-vena di tungkai (varises) akan berkurang. Hal ini sejalan Menurut

Patel dan Ogle (2000) bahwa tindakan untuk melakukan streching dan latihan dapat

meningkatkan kekuatan otot dapat mengurangi terjadinya nyeri, kebas , kesemutan

pada musculoskeletal.

Para pekerja umumnya bekerja mulai jam 09.00 s/d 18.00 WIB (± 9 jam) dan

mampu menghasilkan batu bata sebanyak ± 34.000 batu bata per hari. Selama proses

pekerjaan berlangsung maupun pada saat pekerjaan selesai dilakukan, umumnya

pekerja mengalami nyeri pada punggung selebihnya leher dan pinggang. Pada saat

mengangkat batu bata dari pembakaran batu bata menuju gudang penyimpanan

terjadi kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang berat

sehingga menyebabkan peredaran darah ke otot berkurang dan suplai oksigen

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


72

terhambat ditambah lagi dengan kegiatan pekerjaan yang cepat dan terus menerus

sehingga menimbulkan keluhan musculoskeletal.

Latihan stretching sesungguhnya tidak hanya mengulur saraf saja melainkan

juga membantu mengembangkan gerakan jaringan sepanjang saraf melalui gerak

sendi dalam hal ini terutama pergelangan tangan, tangan, sendi siku dan shoulder

girdle sehingga kontraksi otot rangka yang lama dapat kembali berjalan dan

peredaran darah kembali lancar ke otot yang membuat kelelahan otot tidak terjadi

lagi. Latihan stretching yang akan diberikan kepada pekerja batu bata dapat

meningkatkan kekuatan serta kesegaran jasmani sehingga dapat melakukan pekerjaan

dengan baik tanpa merasakan kelelahan yang berarti.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Mayoritas responden memiliki umur 40-44 tahun, berat badan 61-65 Kg, tinggi

badan160-164, masa kerja 14-18 tahun, awal mula rasa sakit didapat < 1 tahun,

pernah tidak bekerja karena sakit, melakukan pengobatan ke tempat pijat.

2. Seluruh responden memiliki jenis kelamin laki-laki, memiliki jumlah jam kerja > 8

jam, merasa sakit yang dialami berhubungan dengan pekerjaan.

3. Hasil analisis dengan menggunakan uji wilcoxon memperlihatkan pemberian

streching di awal dan pemberian cooling down di akhir pekerjaan terbukti dapat

menurunkan keluhan musculoskeletal berdasarkan lokasi keluhan pada lokasi bahu

(p=0,003), lokasi pinggang (p= 0,014), lokasi punggung (p=0,001), paha

(p=0,003), lokasi betis (p= 0,005), lokasi lengan (p=0,004), lokasi leher (p=0,014)

dan jumlah lokasi yang sakit (p=0,000) < 0,05.

4. Hasil analisis dengan menggunakan uji wilcoxon memperlihatkan pemberian

streching di awal dan pemberian cooling down di akhir pekerjaan terbukti dapat

menurunkan rasa sakit yang dirasakan responden yaitu rasa kebas (p=0,005), rasa

bengkak (p= 0,008) rasa ngilu (p<0,001), rasa kaku (p= 0,003) dan total rasa sakit

yang dirasakan oleh responden (p<0,001) < 0,05.

73

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


74

6.2 Saran

1. Petugas UKK di Puskesmas Pegajahan agar dapat dapat memberikan informasi-

informasi mengenai keluhan musculoskeletal kepada masyarakat/pekerja dengan

lebih meningkatkan program preventif dan promotif terkait penyakit akibat kerja

seperti melakukan perilaku kerja yang ergonomi dan sikap kerja yang benar serta

pemberian streching di awal dan pemberian cooling down di akhir pekerjaan setiap

hari pada pekerja pembuat batu bata di Desa Karanganyar Kabupaten Serdang

Bedagai.

2. Untuk pengusaha pembuatan batu bata sebaiknya mulai menerapkan pemberian

streching di awal dan pemberian cooling down di akhir pekerjaan pada aktivitas

kerja pembuat batu bata dan mengurangi beban angkat yang diberikan kepada

pekerja karena mampu mengurangi keluhan musculoskeletal, dan sebagai

alternatif untuk meningkatkan produktifitas kerja.

3. Pekerja pembuat batu bata hendaknya memperhatikan waktu istirahat dan jam

bekerja, sehingga keluhan yang ditimbulkan akibat aktivitas kerja dapat

diminimalkan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Alter, M., 1996. 300 Teknik Peregangan Olahraga, Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Andarmoyo, Sulistyo, 2013. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri, Yogyakarta:


Ar-Ruzz Media.

Astuti, R.D., 2007. Analisa Pengaruh aktivitas Kerja dan Beban Angkat Terhadap
kelelahan Muskuloskeletal, Gema Teknik No.2/Tahun X Juli 2007. (Jurnal
Elektronik) diakses tanggal 24 Januari 2015;
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/gem/article/download/17602/1751
6.

Berita Resmi Statistik Badan Pusat Statistik No.33/05/Th.XV, 7 Mei 2012.

Ellis and Hing, 2008. Neural Mobilization: A Systematic Review of Randomized


Controlled Trials with an Analysis of Therapeutic Efficacy. Journal of Manual
& Manipulative Therapy. Dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/
PMC2565076/diakses tanggal 2 Januari 2016.

Giam, C. K., 1993. Ilmu Kedokteran Olahraga Cetakan Pertama, Jakarta: Binarupa
Aksara.

Gladson et al., 2009. Neural mobilization and static stretching in an experimental


sciatica model. An experimental study, dari: http://www.scielo.br
/scielo.php?pid=S1413-35552009000600005& script=sci_arttext, diakses
tanggal 30 Desember 2015.

Iridiastadi, H., dan Yassierli, 2014. Ergonomi Suatu Pengantar, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Indrawati, Eko, 2011. Pelatihan Peregangan Dan Istirahat Aktif Menurunkan Keluhan
Muskuloskeletal, Kelelahan Mata dan Meningkatkan Konsentrasi Kerja
Karyawan Rekam Medis Rumah Sakit Sanglah Denpasar.Tesis. Udayana
Denpasar.

Jeyaratnam, J., dan Koh, D., 2010. Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja, Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Kuswana, W.S., 2014. Ergonomi dan K3 (Kesehatan Keselamatan Kerja),


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

75
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
76

NIOSH, 1998. Element Of Ergonomics Program, A Primer Based on Workplace


Evaluations of Musculoskeletal Disorders, Cincinnati, OH. (Jurnal Elektronik)
diakses tanggal 8 April 2015; http://www.cdc.gov/niosh/docs/97-117/pdfs/97-
117.pdf

NIOSH, 2011. Prospective Evaluation of The 1991 Lifting Equation, Cincinnati, OH.
(Jurnal Elektronik) diakses tanggal 14 Maret 2015;
http://www.hse.gov.uk/research/rrpdf/rr901.pdf

Nurmianto, E., 2008. Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya, Surabaya: Penerbit
Guna Widia.

Okananta, Adi, 2014. Pengaruh Pemberian Peregangan (Stretching) Terhadap


Penurunan Keluhan Nyeri Pinggang dan Nyeri Punggung Bawah (Low Back
Pain) Pada Pekerja Bagian Menjahit CV.Vanilla Production Susukan
Semarang. UMS Surakarta.

Patel, T. A., Ogle, 2000. Diagnosis and Management of Accut Low Back Pain, Am,
Fam, Physician.

Pratiwi, Mayrika, dkk, 2009. Beberapa Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Keluhan
Nyeri Punggung Bawah Pada Penjual Jamu Gendong, Semarang: Jurnal
Promosi Kesehatan Indonesia Vol.4/No.1/Januari 2009. (Jurnal Elektronik)
diakses tanggal 11 Maret 2015; http://www.ejournal.undip.ac.id.

Putra, A.P., 2013. Perbandingan Model Latihan Peregangan Dinamis Terhadap


Fleksibilitas Siswa Kelas VIII Di SMP Negeri 7 Kotabumi, Kotabumi.

Putra, 2011. Pengaruh Latihan Peregangan Terhadap Keluhannyeri Punggung Bawah


Pada Pekerja Lasdi Kec.Seberang Ulu II Palembang. Jurnal Kesehatan. Unsri
Palembang

Ridley, J., 2004. Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja (Terjemahan Soni
Astranto), Jakarta: Penerbit Erlangga.

Santoso, G., 2004. Ergonomi, Manusia, Peralatan Dan Lingkungan, Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher.

Santoso, M.W., 2011. Pengaruh Angkat-Angkut Terhadap Kelelahan Otot Tangan


Karyawan Unit Logistik PT Indo Acidatama Tbk Kemiri Kebakkramat Di
Karanganyar, Surakarta.

Setiadi, 2007. Konsep & Penulisan Riset Keperawatan, Yogyakarta: Graha Ilmu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


77

Sugeng Budiono, A.M., 2003, Bunga Rampai Hiperkes dan Kesehatan Kerja,
Semarang: Universitas Diponegoro.
Suma’mur, P.K., 2009. Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja (Hiperkes), Jakarta:
CV Sagung Seto.

Sofwan, Rudianto, 2013. Bugar Selalu Di Tempat kerja, Jakarta: PT Bhuana Ilmu
Populer.

Shacklock, 2005. Feature Article - Heel Pain/Plantar Fasciitis and Neurodynamics,


dari , diakses tanggal 12 Januari 2016

Sinurat, Laurita, 2011. Gambaran Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja Pembuat


Roti Di UD. Harum Manis Di Kecamatan Medan Tembung Tahun 2010,
Medan.

Suhardi, Bambang, 2008. Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Industri Untuk
SMK, Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Departemen Pendidikan Nasional.

Tana, Lusianawaty, Delima, Tuminah, S., 2009. Hubungan Lama Kerja Dan Posisi
Kerja Dengan Keluhan Otot Rangka Leher Dan Ekstremitas Atas Pada
Pekerja Garmen Perempuan Di Jakarta Utara, Jakarta: Puslibang Biomedis
dan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, depkes RI,
Buletin Penelitian kesehatan, Vol 37,No.1, 2009: 12-22. (Jurnal Elektronik)
diakses tanggal 10 Maret 2015;
http://bpk.litbang.depkes.go.id/index.php/BPK/article/download/129/1492.

Tarigan, Zamaan, 2008. Analisis Sitem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan


Kerja Di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Tanjung Medan PTPN V Provinsi Riau.
Provinsi Riau.

Tulaar, A.B.M., 2008. Nyeri punggung dan leher. MKI, Volum: 58, Nomor: 5, Mei
2008.

Wahyuni, Sri, 2010. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan 1, Jakarta: Pusat
Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2010.

Waters, T. S. & Patz-Anderson, V., 1996. Manual Materials Handling, Edited by


Bharattacharya, A & McGlothin, J. D. 1996, Occupational Ergonomics
Theory And Aplications, Marcel Dekker Inc. New York.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


78

Yulitania, Desi, 2015. Perbedaan Pengaruh Peregangan dan William flexion Exercise
Terhadap Nyeri Punggung Bawah Non Spesifik Pada Pemetik Teh di
Perkebunan The Jamus” Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Fisioterapi,
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Zuhri, Saifuddin, 2012. Latihan Neural Stretching dan Penurunan Nyeri Penderita
Carpal Tunnel Syndrome. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Jilid 1, Mei 2012,
hlm. 1-132. Kemenkes Poltekkes Surakarta.

Zahara. R., 2013. Artritis Gout Metakarpal dengan Perilaku Makan Tinggi Purin
Diperberat oleh Aktifitas Mekanik pada Kepala Keluarga dengan Posisi
Menggenggam Statis. Medula, Volume 1, Nomor 3, Oktober 2013. Univ
Lampung.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 1

Symptom Survey : Ergonomics Program.


Survey Gejala : Program Ergonomi.

Data Pekerja

Nama : ..........................................
Umur : ..........................................
Jenis Kelamin : ..........................................
Berat Badan : .......................................... Kg
Tinggi Badan : .......................................... m
Masa Kerja : .......................................... (bulan tahun)
Jumlah Jam Kerja/hari : ..........................................

Berikan tanda Cheklist ( √ ) bila ya dan kosongkan bila tidak pada tanda buka kurung
dibawah ini.

1. Pernahkah anda merasakan sakit setelah selesai melakukan pekerjaan?


[ ] Ya [ ] Tidak. Bila tidak, berhenti sampai di sini.
2. Jika anda merasa sakit, di bagian tubuh mana yang paling terasa sakit?
[ ] Bahu [ ] Pinggang. [ ] Punggung [ ] Leher
[ ] Paha. [ ] Betis. [ ] Lengan
3. Gambaran keluhan rasa sakit yang anda alami setelah selesai bekerja.
[ ] Pedih [ ] Kebas [ ] Nyeri
[ ] Bengkak. [ ] Ngilu [ ] Kaku.
4. Biasanya berapa lamakah sakit yang anda rasakan berlangsung ?
[ ] < 1 Hari [ ] 1-3 Hari [ ] 4-7 Hari
[ ] > 1 minggu
5. Sejak kapan anda merasa sakit seperti ini ?
[ ] Kurang dari 3 bulan [ ] Kurang dari 6 bulan
[ ] Kurang dari setahun [ ] Lebih dari setahun
6. Menurut anda apakah rasa sakit yang anda alami ada hubungannya dengan
pekerjaan yang anda lakukan ?
[ ] Ada hubungan [ ] Tidak ada hubungan [ ] Tidak tahu
7. Coba saudara utarakan tingkat keluhan rasa sakit yang anda alami setelah selesai
bekerja sesuai dengan kriteria di bawah ini.
[ ] Tidak sakit. Jika diminta membungkuk menggapai kaki tidak mengeluh rasa
sakit.
[ ] Ringan. Jika responden membungkuk menggapai kaki mengeluh rasa sakit.
[ ] Sedang. Jika responden mengeluh rasa sakit pada pinggang dalam posisi
sedikit membungkuk belum menggapai kaki.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


[ ] Berat. Jika responden mengeluh rasa sakit pada pinggang dalam posisi sedikit
membungkuk.
8. Pernah anda mencari pertolongan untuk menghilangkan rasa sakit yang anda
alami ?
[ ] Pernah [ ] Tidak
9. Kalau pernah kemana ?
[ ] Ke dokter [ ] Ke Puskesmas
[ ] Ke tukang pijat / Kusuk [ ] Ke Dukun
10. Dengan rasa sakit yang anda alami pernahkah sampai tidak masuk bekerja ?
[ ] Pernah [ ] Tidak
11. Menurut anda bagaimana cara menghilangkan rasa sakit ini ? Dapat dipilih lebih
dari 1.
1. [ ] Istirahat
2. [ ] Berbaring dan meluruskan tubuh
3. [ ] Dikusuk
4. [ ] Gigosok balsem
5. [ ] Stretching dan cooling down
6. [ ] Perbaikan Postur dan cara mengangkat

Tanda Tangan

( )

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 2 Master Data
Hasil Symptomp Survey Ergonomic Program Pada Responden di di Pabrik Pembuatan Batu Bata
Sebelum intervensi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Hubung

Cara menghilangkan rasa sakit


an Tingkat Perna Tidak
Terasa sakit setelah bekerja

Bagian tubuh yang terasa Mulai terasa kerja keluhan h Tempat kerja
Gambaran rasa sakit Lama sakit
sakit sakit dgn yang berob berobat karen
rasa diderita at a sakit
sakit
Nama

Ada hubungan

Tidak pernah

Tidak pernah
>Seminggu

Puskesmas
Tidak ada
Punggung

Bengkak
Pinggang

<1 tahun

>1 tahun
<3 bulan

<6 bulan
Lengan

Sebulan
1-3 hari

4-7 hari

Ringan

Pernah

Pernah
Sedang
<1 hari

Dokter
Kebas
Pedih

Nyeri
Leher

Kaku

Berat
Ngilu
Bahu

Paha

Betis

Pijat
Y 1+
Udin a 1 1 1 1 0 1 0 5 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 2
Y
Ian a 0 1 1 1 1 1 1 6 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1
Y
Sur a 0 1 1 1 1 1 1 6 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1
Y
Zul a 1 0 1 0 1 1 1 5 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 4
Y 2+
Syah a 1 1 1 1 0 1 1 6 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 4
Anto Y 1+
n a 1 0 0 1 0 0 1 3 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 3
Y 3+
Sani a 0 1 1 0 1 1 1 5 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 4
Y
Idin a 1 1 1 0 1 0 1 5 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1
Y
Tono a 1 0 1 0 1 1 0 4 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1
Marn Y 2+
o a 1 1 1 1 1 1 1 7 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 4
Y 1+
Ivan a 1 1 0 1 1 0 1 5 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 2
Raml Y
an a 0 0 1 0 1 1 1 4 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 3
Y 1+
Yudi a 1 0 1 0 0 1 1 4 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Y 1+
Sukri a 1 1 1 1 1 0 0 5 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 4
Hali Y 3+
m a 0 1 1 1 1 1 0 5 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 4
Pauju Y
t a 1 1 1 1 0 1 0 5 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1
Y 3+
Eko a 1 1 1 0 1 1 1 6 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 4
Y 1+
Safi'i a 1 0 1 1 1 1 1 6 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 3
Prata Y 3+
ma a 0 1 1 1 0 1 1 5 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 4
Mon Y 1+
o a 1 1 1 0 1 1 0 5 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Hasil Symptomp Survey Ergonomic Program Pada Responden di di Pabrik Pembuatan Batu Bata
Sesudah Intervensi

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Hubun
Tidak

Cara menghilangkan rasa


gan Tingkat Perna
Terasa sakit setelah bekerja

kerja
kerja keluhan h Tempat
Bagian tubuh yang terasa Mulai terasa karen
Gambaran rasa sakit Lama sakit dgn yang berob berobat
sakit sakit a
rasa diderita at
sakit
sakit

sakit
Na
ma

Ada hubungan

Tidak pernah

Tidak pernah
>Seminggu

Puskesmas
Tidak ada
Punggung
Pinggang

<1 tahun
>1 tahun
Bengkak

<3 bulan
<6 bulan
Sebulan
1-3 hari
4-7 hari
Lengan

<1 hari

Ringan

Pernah

Pernah
Sedang

Dokter
Kebas
Leher

Pedih

Berat
Nyeri

Kaku
Ngilu
Bahu

Paha
Betis

Pijat
Udi Y 1+2+5+
n a 0 1 0 0 0 1 1 3 0 0 1 1 0 0 2 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 6
Y
Ian a 0 0 1 0 1 0 1 3 0 1 1 0 1 0 3 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1+5+6
Y
Sur a 0 0 0 1 0 1 1 3 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1+5+6
Y
Zul a 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 4+5+6
Sya Y 2+4+5+
h a 0 1 1 1 0 1 0 4 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 6
Ant Y 1+3+5+
on a 1 0 0 1 0 0 0 2 0 1 0 0 1 0 2 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 6
Y 3+4+5+
Sani a 0 0 1 0 0 1 0 2 0 1 1 0 0 0 2 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 6
Y
Idin a 1 0 1 0 0 0 1 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1+5+6
Ton Y
o a 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1+5+6
Mar Y 2+4+5+
no a 0 1 0 0 1 1 0 3 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 6
Y 1+2+5+
Ivan a 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 6
Ram Y
lan a 0 0 1 0 1 1 0 3 0 0 1 1 0 1 3 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 3+5+6
Yud Y 1+2+5+
i a 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 2 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 6
Sukr Y 1+4+5+
i a 1 1 0 1 0 0 1 4 0 0 1 0 0 1 2 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Hali Y 1+3+4+
m a 0 1 1 1 0 1 0 4 0 0 1 0 0 1 2 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 5+6
Pauj Y
ut a 1 0 0 0 0 1 1 3 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1++5+6
Y 3+4+5+
Eko a 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 6
Safi' Y 1+3+5+
i a 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 2 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 6
Prat Y 1+3+4+
ama a 0 1 0 1 0 0 1 3 0 1 1 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 5+6
Mon Y 1+2+5+
o a 0 1 0 0 1 0 0 2 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 3
Tabel Lampiran Output

Tests of Normality
Variabel Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
Lokasi Sakit Musculoskeletal 0,850 20 0,001
Rasa Sakit Musculoskeletal 0,883 20 0,003
Lama Sakit Musculoskeletal 0,850 20 0,001

Uji Wilcoxon

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum


Bahu 20 .70 .470 0 1
Pinggang 20 .70 .470 0 1
Punggung 20 .90 .308 0 1
Leher 20 .60 .503 0 1
Paha 20 .25 .444 0 1
Lengan 20 .70 .470 0 1
Total lokasi yang sakit 20 5.1000 .91191 3.00 7.00
Bahu post 20 .25 .444 0 1
Pinggang post 20 .40 .503 0 1
Punggung post 20 .30 .470 0 1
Leher post 20 .30 .470 0 1
Betis 20 .40 .503 0 1
Lengan 20 .40 .503 0 1
Total lokasi yang sakit Post 20 2.3000 1.26074 .00 4.00

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
Bahu post - Bahu Negative Ranks 9 5.00 45.00
b
Positive Ranks 0 .00 .00
c
Ties 11

Total 20
d
Pinggang post - Pinggang Negative Ranks 6 3.50 21.00
e
Positive Ranks 0 .00 .00
f
Ties 14
Total 20
g
Punggung post - Punggung Negative Ranks 12 6.50 78.00
h
Positive Ranks 0 .00 .00
i
Ties 8
Total 20
j
Leher post - Leher Negative Ranks 6 3.50 21.00
k
Positive Ranks 0 .00 .00
l
Ties 14
Total 20
m
Betis - Paha Negative Ranks 3 5.00 15.00
n
Positive Ranks 6 5.00 30.00
o
Ties 11
Total 20
p
Lengan - Lengan Negative Ranks 9 6.50 58.50
q
Positive Ranks 3 6.50 19.50
r
Ties 8
Total 20
s
Total lokasi yang sakit Post - Negative Ranks 20 10.50 210.00
Total lokasi yang sakit Positive Ranks 0
t
.00 .00
u
Ties 0
Total 20
a

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
c
Test Statistics
Total lokasi yang
sakit Post -
Bahu post - Pinggang post - Punggung post - Leher post - Total lokasi yang
Bahu Pinggang Punggung Leher Betis - Paha Lengan - Lengan sakit
a a a a b a a
Z -3.000 -2.449 -3.464 -2.449 -1.000 -1.732 -3.940
Asymp. Sig. (2-tailed) .003 .014 .001 .014 .317 .083 .000
a. Based on positive ranks.
b. Based on negative ranks.
c. Wilcoxon Signed Ranks Test

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
Kejang post - Kejang Negative Ranks 0 .00 .00
b
Positive Ranks 0 .00 .00
c
Ties 20

Total 20
d
Kebas post - Kebas Negative Ranks 8 4.50 36.00
e
Positive Ranks 0 .00 .00
f
Ties 12
Total 20
g
Nyeri post - Nyeri Negative Ranks 3 2.00 6.00
h
Positive Ranks 0 .00 .00
i
Ties 17
Total 20
j
Bengkak post - Bengkak Negative Ranks 7 4.00 28.00
k
Positive Ranks 0 .00 .00
l
Ties 13
Total 20
m
Ngilu post - Ngilu Negative Ranks 16 8.50 136.00
n
Positive Ranks 0 .00 .00
o
Ties 4
Total 20
p
Kaku post - Kaku Negative Ranks 9 5.00 45.00
q
Positive Ranks 0 .00 .00
r
Ties 11
Total 20
s
Total kesakitan Post - Total Negative Ranks 20 10.50 210.00
kesakitan Positive Ranks 0
t
.00 .00
u
Ties 0
Total 20
a
Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum


Lama sakit 20 2.60 .503 2 3
Keluhan rasa sakit 20 1.35 .489 1 2
Lama sakit post 20 2.15 .366 2 3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
Kejang post - Kejang Negative Ranks 0 .00 .00
b
Positive Ranks 0 .00 .00
c
Ties 20

Total 20
d
Kebas post - Kebas Negative Ranks 8 4.50 36.00
e
Positive Ranks 0 .00 .00
f
Ties 12
Total 20
g
Nyeri post - Nyeri Negative Ranks 3 2.00 6.00
h
Positive Ranks 0 .00 .00
i
Ties 17
Total 20
j
Bengkak post - Bengkak Negative Ranks 7 4.00 28.00
k
Positive Ranks 0 .00 .00
l
Ties 13
Total 20
m
Ngilu post - Ngilu Negative Ranks 16 8.50 136.00
n
Positive Ranks 0 .00 .00
o
Ties 4
Total 20
p
Kaku post - Kaku Negative Ranks 9 5.00 45.00
q
Positive Ranks 0 .00 .00
r
Ties 11
Total 20
s
Total kesakitan Post - Total Negative Ranks 20 10.50 210.00
kesakitan Positive Ranks 0
t
.00 .00
u
Ties 0
Total 20
Keluhan rasa sakit post 20 2.00 .973 1 3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
Lama sakit post - Lama sakit Negative Ranks 9 5.00 45.00
b
Positive Ranks 0 .00 .00
c
Ties 11

Total 20
d
Keluhan rasa sakit post - Negative Ranks 0 .00 .00
Keluhan rasa sakit Positive Ranks 9
e
5.00 45.00
f
Ties 11
Total 20
a. Lama sakit post < Lama sakit
b. Lama sakit post > Lama sakit
c. Lama sakit post = Lama sakit
d. Keluhan rasa sakit post < Keluhan rasa sakit
e. Keluhan rasa sakit post > Keluhan rasa sakit
f. Keluhan rasa sakit post = Keluhan rasa sakit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Test Statisticsc
Keluhan rasa
sakit post -
Lama sakit post Keluhan rasa
- Lama sakit sakit
a b
Z -3.000 -2.739
Asymp. Sig. (2-tailed) .003 .006
a. Based on positive ranks.
b. Based on negative ranks.
c. Wilcoxon Signed Ranks Test
c
Test Statistics
Total kesakitan
Kejang post - Kebas post - Nyeri post - Bengkak post - Post - Total
Kejang Kebas Nyeri Bengkak Ngilu post - Ngilu Kaku post - Kaku kesakitan
a b b b b b b
Z .000 -2.828 -1.732 -2.646 -4.000 -3.000 -3.968
Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000 .005 .083 .008 .000 .003 .000
a. The sum of negative ranks equals the sum of positive ranks.
b. Based on positive ranks.
c. Wilcoxon Signed Ranks Test

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Alat Pencetak Batu Bata

Gambar 2. Tempat Pembakaran Batu Bata


dan Tempat Penyimpanan Batu Bata

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 3. Postur Kerja Pekerja Batu Bata

Gambar 4. Pemberian Stretching dan Cooling Down

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai