Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN MAGANG BALAI BESAR

KEKARANTINAAN KESEHATAN MAKASSAR

PROVINSI SULAWESI SELATAN

OLEH :

ROSMIATI

22003034

PEMINATAN: KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA(K3)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR

2023/2024
LAPORAN MAGANG
BALAI BESAR KEKARANTINAAN KESEHATAN MAKASSAR

STASE KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BALAI BESAR KEKARANTINAAN KESEHATAN MAKASSAR

Laporan ini dibuat sebagai syarat


Telah menyelesaikan Magang
Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

OLEH :

ROSMIATI

22003034

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR

2023/2024

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Magang

Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat STIK Makassar di


Balai Besar Kekarantinaan Kesehatan Makassar dari tanggal 27 November
2023 sampai tanggal 16 Januari 2024, telah dipresentasikan,diperiksa,dan
disetujui pada tanggal 16 Januari 2024.

Makassar, 27 Januari 2024

Pembimbing Lapangan Pembimbing Materi

dr. H. Abbas Zavey Nurdin, Sp.Ok.,M.KK Kamariana , S.KM., M.Kes


NIP. 19810605 200812 1 001 NIDN.0906068503.

Mengetahui,

Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat


STIK Makassar

Dr. Sri Syatriani, S.KM., M.Kes


NIP. 19790216 200501 2 002

iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Magang

Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat STIK Makassar di


Balai Besar Kekarantinaan Kesehatan Makassar dari tanggal 27 November
2023 sampai tanggal 16 Januari 2024, telah dipresentasikan,diperiksa,dan
disetujui pada tanggal 16 Januari 2024.

Makassar, 27 Januari 2024

Pembimbing Lapangan Pembimbing Materi

dr. H. Abbas Zavey Nurdin, Sp.Ok.,M.KK Kamariana, S.KM., M.Kes


NIP. 19810605 200812 1 001 NIDN.0906068503.

iv
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas segala berkat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Magang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di “Balai Besar Kekarantinaan Kesehatan
Makassar”. Laporan ini berisi kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama
magang yang berlangsung selama 6 minggu. Kegiatan magang ini
berlangsung di Balai Besar Kekarantinaan Kesehatan Makassar Wilker
Pelabuhan Soekarno Hatta.
Pada kesempatan ini Penulis tidak lupa mengucapkan terima kepada:

1. Esse Puji Pawenrusi,S.KM., M.Kes selaku Ketua STIK Makassar yang

telah memberikan motivasi dan arahan selama Penulis mengikuti

pendidikan.

2. Dr. Sri Syatriani, S.KM., M.Kes selaku Ketua Program Studi Kesehatan

Masyarakat yang telah memberikan motivasi dan arahan selama Penulis

mengikuti pendidikan.

3. Agus Jamaluddin, S.KM., M.Kes selaku Kepala Balai Besar

Kekarantinaan Kesehatan Makassar yang telah memberikan kesempatan

kepada Penulis untuk melaksanakan magang di Besar Kekarantinaan

Kesehatan Makassar.

4. dr. H. Abbas Zavey Nurdin, Sp.Ok., M.KK, selaku Kepala Wilayah

Kerja Pelabuhan Laut Makassar sekaligus Kepala Instalasi Diklat serta

Pembimbing Lapangan, yang telah membimbing dan mengarahkan

Penulis selama di tempat Magang

v
5. H. Hasanuddin, S.Kep. Ns Selaku Sekertaris Instalasi Diklat dan

Pembimbing Lapangan, yang telah membimbing dan mengarahkan

Penulis selama di tempat Magang.

6. dr. Andi Pertiwi Kusuma selaku Pembimbing Lapangan, yang telah

membimbing dan mengarahkan Penul/is selama di tempat Magang.

7. Akbar Hapid, S.Farm selaku Pembimbing Lapangan, yang telah

membimbing dan mengarahkan Penulis selama di tempat Magang.

8. Kamariana, S.KM., M.Kes selaku Pembimbing Akademik yang telah

membimbing dan memotivasi penulis baik di tempat magang maupun di

kampus.

Semoga Laporan Magang ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semoga
Allah Ta’ala melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.

Makassar, 27 Januari 2024

Rosmiati

vi
DAFTAR ISI

SAMPUL..............................................................................................................i

HALAMAN JUDUL...........................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................iii

LEMBAR PERSETUJUAN...............................................................................iv

KATA PENGANTAR.........................................................................................v

DAFTAR ISI......................................................................................................vi

DAFTAR TABEL……………………………………………….……………vii

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................10

A.Latar Belakang .....................................................................................10

B. Tujuan..................................................................................................12

C. Manfaat................................................................................................12

D. Waktu Dan Lokasi magang ................................................................12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................14

A. Pengertian kesehatan dan keselamatan kerja K3................................14

B. Tujuan K3...........................................................................................15

C. Hazard dan pengendalian ...................................................................16

BAB III DESKRIPSI TEMPAT MAGANG.....................................................22

A. Gambaran umum lokasi magang...........................................................22


B. Gambaran khusus di bagian/unit tempat magang..................................22

vii
BAB IV HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN.....................................25

A. Hasil pengukuran hazard ergonomi di kantor BBKK Pelabuhan laut


makassar.................................................................................................

BAB V PENUTUP............................................................................................41

B. Kesimpulan ............................................................................................41
C. Saran.......................................................................................................41

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................42

LAMPIRAN .....................................................................................................43

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1…………………………………………………………………….. 30

Gambar 2…………………………………………………….………………. 32

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang terjadi di karenakan oleh

pekerjaan atau pada waktu melaksanakaan pekerjaan di suatu perusahaan. Pekerjaan

yang memiliki resiko hazard perlu menerapkan manajemen kesehatan keselamatan

kerja agar risiko bahaya dapat diminimalisirkan melalui teknologi pengendalian tempat

kerja serta upaya mencegah dan melindungi tenaga kerja agar terhindar dari resiko atau

dampak dalam melakukan pekerjaan (Suma’mur dalam kutipan Intan Karundeng, dkk,

2018)

Dari hasil penelitian sebelumnya Hasil Pengukuran Postur Kerja dan Keluhan

MSDs. Penelitian ini berjudul hubungan tingkat risiko postur kerja berdasarkan metode

RULA dengan tingkat risiko keluhan musculoskeletal pada pekerja kantoran,Sumber

Tirta Surakarta. Diketahui bahwa rata-rata skor RULA adalah 4.3, ± 1,6 dengan tingkat

risiko sedang.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang

signifikan antara resiko postur kerja yang diukur dengan RULA dan keluhan sistem

muskuloskeletal (NBM) dengan nilai r 0,803 dan p = 0,01 < 0,050. Dikarenakan nilai

koeffisien korelasinya positif maka setiap kenaikan kesalahan postur kerja maka dapat

meningkatkan keluhan sistem muskuloskeletal. Hal ini sesuai dengan pendapat

Suma'mur, (2009) Pada pekerjaan yang terlalu berat dan berlebihan akan mempercepat

kontraksi otot tubuh, sehingga hal ini pula yang mempercepat Keluhan.

Seiring berkembangnya teknologi sarana telekomunikasi yang digunakan,

sarana komunikasi pun semakin canggih. Berawal dari media telekomunikasi jarak

jauh yang hanya dapat dicapai dengan berkirim surat yang membutuhkan waktu

9
berhari-hari bahkan berminggu-minggu dan sekarang dengan cepatnya hanya

membutuhkan waktu beberapa detik untuk saling berkomunikasi dalam jarak jauh baik

menggunakan telepon ataupun media sms dan email, sehingga perkembangan

infrastruktur telekomunikasi pun semakin cepat, luas dan modern. Proyek infrastruktur

telekomunikasi yang berupa pembangunan jaringan serat optik skala nasional

membutuhkan SDM yang besar dan berkualitas di bidangnya (Iskandar, 2011).

Masalah-masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja tidak lepas dari kegiatan

dalam industri secara keseluruhan, maka pola-pola yangharus dikembangkan di dalam

penanganan bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta pengadaan pengendalian

potensi bahaya harus mengikuti pendekatan sistem yaitu dengan menerapkan Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Perbuatan tidak aman (unsafe

action) maupun keadaan yang tidak aman (unsafe condition) berakar lebih dalam

daripada kecelakaan yang terlihat atau terjadi (Swastika, 2011).

Balai Beser Kekerantinan Kesehatan Makassar merupakan salah satu Unit

Pelaksanaan Teknis (UPT) Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Kementerian Kesehatan.UPT Bidang Kekarantinaan Kesehatan adalah UPT yang

melaksanakan upaya mencegah dan menangkal keluar atau masuknya penyakit

dan/atau faktor risiko kesehatan masyarakat di wilayah kerja pelabuhan, bandar udara,

dan pos lintas batas darat negara.dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 10 Tahun 2023 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana

Teknis Bidang Kekarantinaan Kesehatan,Wilayah Kerja UPT Bidang Kekarantinaan

Kesehatan, yang selanjutnya disebut Wilker adalah unit kerja fungsional UPT Bidang

10
Kekarantinaan Kesehatan di lingkungan pelabuhan, bandar udara, dan pos lintas batas

darat negara.

UPT Bidang Kekarantinaan Kesehatan terdiri dari Subbagian Administrasi

Umum dan Kelompok Jabatan Fungsional. Sub bagian Administrasi Umum

mempunyai tugas melakukan penyiapan dan koordinasi penyusunan rencana, program,

dan anggaran, pengelolaan keuangan dan barang milik negara, urusan sumber daya

manusia, organisasi dan tata laksana, dan hubungan masyarakat, pengelolaan data dan

informasi, pemantauan, evaluasi, laporan, kearsipan, persuratan, dan kerumahtanggaan

Balai Besar Kekarantinaan Kesehata. Kelompok Jabatan Fungsional Mempunyai

Tugas Memberikan Pelayanan Fungsional Dalam Pelaksanaan Tugas Dan Fungsi UPT

Bidang Kekarantinaan Kesehatan Sesuai Dengan Bidang Keahlian Dan Keterampilan.

Dalam Pelaksanaan Tugas, Kelompok Jabatan Fungsional Dapat Bekerja Secara

Individu Dan/Atau Dalam Tim Kerja Untuk Mendukung Pencapaian Tujuan Dan

Kinerja Organisasi.Pemberian Penugasan Kepada Kelompok Jabatan Fungsional

Diatur Oleh Kepala UPT Bidang Kekarantinaan Kesehatan Sesuai Dengan Kebutuhan

Dan Beban Kerja Serta Permasalahan Yang Dihadapi.

B. Tujuan Magang

Tujuan pelaksanaan magang yang dilakukan di Balai Besar Kekarantinaan

Kesehatan Makassar adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi Hazard K3 dengan pengukuran REBA di Balai Besar

Kekarantinaan Kesehatan Makassar

2. Menilai risiko hazard K3 dengan pengukuran REBA di Balai Besar

Kekarantinaan Kesehatan Makassar

11
3. Membuat program-program K3 dengan tingkat pencegahan five level

prevention di Balai Besar Kekarantinaan Kesehatan Makassar

C. Manfaat Magang

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Dapat memberikan gambaran secara umum keadaan di Balai Besar Kekarantinaan

Kesehatan Makassar serta pelaksanaan K3 di Balai Besar Kekarantinaan Kesehatan

Makassar tersebut, sehingga dapat dipergunakan sebagai acuan untuk menentukan

langkah-langkah pencegahan dan perbaikan bagi Balai Besar Kekarantinaan

Kesehatan Makassar.

2. Dapat mengevaluasi dan membandingkan ilmu yang diperoleh dalam bangku kuliah

sekaligus mengetahui secara nyata bagaimana penerapan ilmu tersebut di Balai

Besar Kekarantinaan Kesehatan Makassar, serta diharapkan mampu mengetahui

masalah yang berkaitan dengan K3.

3. Bagi Mahasiswa Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Dapat mengetahui tingkat pemahaman pengetahuan mahasiswa tentang penerapan

K3 di Balai Besar Kekarantinaan Kesehatan Makassar tersebut, serta untuk

menambah laporan hasil penelitian di perpustakaan Program Studi K3 Stik

Makassar.

12
D. Waktu dan Lokasi Magang

1. Waktu

Pelaksanaan magang di Balai Besar Kekarantinaan Kesehatan Makassar dimulai

pada tanggal 27 November 2023 sampai dengan 05 November 2023 yang diikuti 24

orang terdiri dari 4 orang laki-laki dan 20 orang perempuan.

2. Lokasi

Balai Besar Kekarantinaan Kesehatan Makassar yang berlokasi di Wilayah

Kerja Pelabuhan Laut Makassar di Jl. Hatta no 3.

13
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Fisiologi Keselamatan dan kesehatan kerja sebagai suatu pemikiran dan upaya

untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja

maupun orang lain (karyawan dan pengunjung dan tamu) ditempat kerja guna

menghasilkan karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera.

Pengertian K3 menurut keilmuan Keselamatan dan kesehatan kerja adalah semua ilmu

dan penerapannya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja,penyakit akibat kerja,

kebakaran, peledakan dan pencemaran lingkungan. Pengertian K3 menurut OHSAS

18001:2007 adalah semua kondisi dan faktor yang dapat berdampak pada keselamatan

dan kesehatan kerja tenaga kerja maupun orang lain (kontraktor, pemasok, pengunjung,

dan tamu) di tempat kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses

produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia

merdeka menimbulkan konsekuensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan

pula meningkatkan risiko kecelakaan dilingkungan kerja.

Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatkan tuntutan yang lebih tinggi dalam

mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis kecelakaan.

14
Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang dilaksanakan tersebut maka

disusunlah UU No. 14 tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga kerja yang

selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU No. 12 tahun 2003 tentang ketenaga

kerjaan.

Pengertian K3 menurut undang-undang No.1 tahun 1970 (1) adalah upaya dan

pemikiran dalam menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani dan rohani manusia

pada umumnya dan pekerja pada khususnya serta hasil karya budaya 12 dalam rangka

menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila.

Secara umum keselamatan kerja dapat dikatakan sebagai ilmu dan penerapannya

yang berkaitan dengan mesin,pesawat,alat kerja bahan dan proses pengolahannya,

landasan tempat kerja dan lingkungan kerja serta cara melakukan pekerjaan guna

menjamin keselamatan tenaga kerja dan aset perusahaan agar terhindar dari kecelakaan

dan kerugian lainnya. Keselamatan kerja juga meliputi penyediaan APD, perawatan

mesin dan pengaturan jam kerja yang manusiawi.

B. Tujuan K3

Penerapan K3 memiliki 3 tujuan dalam pelaksanaannya berdasarkan undang-

undang No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan kerja. 3 tujuan utama penerapan K3

tersebut, antara lain : melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan

orang lain di tempat kerja, menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara

aman dan efisien, meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional.

K3 merupakan bentuk perlindungan bagi kesehatan dan keselamatan kerja tenaga

kerja, serta bagi sumber-sumber produksi perusahaan. Bila dijabarkan secara lebih

konkret, tujuan K3 sebagaimana dikutip dari buku Manajemen Sumber Daya

Manusia Perusahaan adalah sebagai berikut:

15
1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja

baik secara fisik, sosial, dan psikologis.

2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya

selektif mungkin.

3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi

pegawai.

5. Agar meningkatnya kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.

6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh

lingkungan atas kondisi kerja.

7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

C. Hazard dan Pengendaliannya

a. Pengertian Hazard (Bahaya)

Bahaya atau hazard merupakan segala hal atau sesuatu yang menpunyai

kemungkinan mengakibatkan kerugian baik pada harta benda lingkungan maupun

manusia (Budiono,2003).

Bahaya adalah sesuatu yang berpotensi menjadi penyebab kerusakan. ini dapat

mencakup substansi,proses kerja dan atau aspek lainnya dari lingkungan kerja, Suardi

(2005),

Bahaya (hazard) adalah suatu keadaan yang dapat mengakibatkan cidera (injury)

atau kerusakan (damage) baik manusia,properti dan Setiap kegiatan yangdilakukan

tidak ada satupun yang bebas dari resiko yang ditimbulkan dari bahaya demikian pula

kegiatan yang dilakukan di industri yang dalam proses produksinya menggunakan

proses kimia. Proses kimia pada industri memberikan potensi bahaya yang besar,

16
potensibahaya yang ditimbulkan disebabkan antara lain. Penggunaan bahan baku

tingkat reaktivitas dan toksitas tinggi, reaksi kimia, temperatur tinggi, tekanan tinggi,

dan jumlah dari bahan yang digunakan. Potensi bahaya yang ditimbulkan diperlukan

upaya untuk meminimalkan terhadap risiko yang diterima apabila terjadi kecelakaan

(Baktiyar, 2009). Mengingat potensi bahaya yang besar pada industri yang

menggunakan proses kimia, maka diperlukan upaya pengendalian, sehingga risiko

yang ditimbulkan pada batas-batas yang dapat diterima melalui Risk Assessment.

Lingkungan, (Baktiyar,2009).

b. Jenis-Jenis Hazard

Berdasarkan karakteristik dampak yang diakibatkan oleh suatu jenis bahaya maka

jenis bahaya dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu Bahaya Kesehatan Kerja dan

Bahaya Keselamatan Kerja. Bahaya kesehatan kerja dapat berupa bahaya fisik, kimia,

biologi dan bahaya berkaitan dengan ergonomi, berdampak kepada kesehatan dan

kenyamanan kerja, misalnya penyakit akibat kerja pemajanan terjadi pada waktu lama

dan pada konsentrasi rendah. Bahaya keselamatan (safety hazard) fokus pada

keselamatan manusia yang terlibat dalam proses, peralatan, dan teknologi dampak

safety hazard bersifat akut, konsekuensi tinggi, dan probabilitas untuk terjadi rendah.

Bahaya keselamatan (Safety hazard) dapat menimbulkan dampak cedera,

kebakaran dan segala kondisiyang dapat menyebabkan kecelakaan di tempat kerja.

1. Jenis-jenis safety hazard antara lain:

Bahaya kesehatan (hazard) fokus pada kesehatan manusia. Bahaya kesehatan

kerja dapat berupa bahaya fisik, kimia, biologi, ergonomi, psikososial yang

berdampak pada keselamatan kerja, misalnya, cedera, kebakaran, dan ledekan.

17
a. Hazard fisik misalnya yang berkaitan dengan peralatan seperti bahaya listrik,

temperature, ekstrim,kelembaban, kebisingan kebisingan radiasi

pencahayaan,getaran dan lain-lain.

b. Hazard kimia ialah potensi bahaya yang di sebabkan oleh sifat dan karakteristik

kimia yang dimiliki bahan tersebut. Contohnya bahan-bahan kimia seperti asid,

alkali, gas pelarut, simen, getah sintetik, gentian kaca, pelekat antiseptic, aerosol,

insektisida, dan lain-lain. Bahan-bahan kimia tersebut berbahaya dan perlu

diambil langkah-langkah keselamatan.apa bila mengendalinya.

c. Hazard biologi, misalnya yang berkaitan dengan mahluk hidup yang berada

dilingkungan kerja seperti virus, bakteri, tanaman, burung, binatang yang dapat

menginfeksi atau memberikan reaksi negatif kepada manusia.

d. Hazard psikososial misalnya yang berkaitan aspek sosial psikologis maupun

organisasi pada pekerjaan dan lingkungan kerja yang dapat memberi dampak pada

aspek fisik dan mental pekerja, seperti misalnya pola kerja yang tak beraturan,

waktu kerja yang diluar waktu normal, beban kerja yang melebihi kapasitas

mental, tugas yang tidak bervariasi, suasana lingkungan kerja yang terpisah atau

terlalu ramai dan sebagainya.

e. Hazard ergonomi yang termasuk didalam kategori ini antara lain desain tempat

kerja yang tidak sesuai postur tubuh yang salah saat melakukan aktifitas, desain

pekerjaan yang dilakukan pergerakan yang berulang-ulang.

c. Hazard Identification Risk Assesment and Risk Control (HIRARC)

Hazard Identification Risk Assesment and Risk Control (HIRARC) merupakan sebuah

metode dalam mencegah atau meminimalisir kecelakaan kerja. HIRARC merupakan

metode yang dimulai dari menentukan jenis kegiatan kerja kemudian diindetifikasi

18
sumber bahayanya sehingga di dapatkan risikonya. Kemudian akan dilakukan penilaian

risiko dan pengendalian risiko untuk mengurangi paparan bahaya yang terdapat pada

setiap jenis pekerjaan, (Purnama, 2015)

Menurut AS/NZS 4360:1999, risiko (risk) adalah peluang terjadinya sesuatu yang

akan mempunyai dampak terhadap sasaran, diukur dengan hukum sebab akibat. Risiko

diukur berdasarkan nilai likelihood dan consequence.

Penelian risiko (Risk Assesment) adalah proses penilaian yang digunakan untuk

mengindetifikasi potensi bahaya yang dapat terjadi. Tujuan dari risk assesment adalah

memastikan kontrol risiko dari proses, operasi atau aktifitas yang dilakukan berada pada

tingkat yang dapat diterima. Penilian dalam risk assesment yaitu Likelihood (L) dan

Severity (S), atau Consequence (C). Likelihood menunjukan seberapa mungkin

kecelakaan itu terjadi, sedangkan Severity atau Consequence menunjukan seberapa parah

dampak dari kecelakaan tersebut. Nilai dari Likelihood dan Severity akan digunakan

untuk menentukan Risk Rating atau Risk Level.

Tujuan identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko atau hazard

identification, risk assessment dan risk control (HIRARC) yaitu menghindari terjadi

kecelakaan. Cara efisien untuk menghindari terjadinya kecelakaan, harus diambil aksi

yang tepat pada tenaga kerja dan peralatan, agar tenaga kerja memiliki rencana

keselamatan dan kesehatan kerja.

Pengendalian risiko (risk control) adalah cara untuk mengatasi potensi bahaya yang

terdapat dalam lingkungan kerja. Potensi bahaya tersebut dapat dikendalikan dengan

menentukan suatu skala prioritas terlebih dahulu yang kemudian dapat membantu dalam

prioritas terlebih dahulu yang kemudian dapat memabantu dalam pemilihan pengendalian

risiko yang disebut hirarki pengendalian risiko.

Hirarki atau metode yang dilakukan untuk mengendalikan risiko antara lain:

19
1. Eliminasi

2. Substitusi

3. Engineering control

4. Administrasi control

5. APD

BAB III

DESKRIPSI TEMPAT MAGANG

A. Gambaran Umum Lokasi Magang

Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Makassar merupakan salah satu Unit Pelaksana

Teknis (UPT) Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

Direktur Jenderal Pencegahan d Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan. Dalam

Peraturan Menteri Kesehatan RI No.: 356/MENKES/PER/IV/2008 JoPermenkes Nomor

2348/MENKES/PER/XI/2011; tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan

Pelabuhan, disebutkan bahwa Balai Karkes Makassar terdiri dari Bagian Tata Usaha, Bidang

Pengendalian Karantina dan Survailans Epidemiologi, Bidang Pengendalian Risiko

Lingkungan, Bidang Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah, Wilayah Kerja, Kelompok

Fungsional dan Instalasi. Wilayah kewenangan Balai Karkes Makassar terdiri dari Wilker

Induk di Pelabuhan Makassar dan 9 wilayah kerja yang tersebar di 2 (dua) provinsi yaitu

Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Wilker yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan terdiri dari

Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Pelabuhan Khusus Biringkassi, Pelabuhan Parepare,

Pelabuhan Awerange, Pelabuhan Bajoe, Pelabuhan Palopo dan Pelabuhan Malili. Wilayah

kerja di Provinsi Sulawesi Barat yaitu Pelabuhan Belang-Belang dan Bandara Tampa Padang.

B. Gambaran Khusus di Bagian/Unit tempat Magang

20
1. Wilayah Kerja Pelabuhan Laut Makassar

Pelabuhan Makassar, juga dikenal sebagai Pelabuhan Soekarno–Hatta, adalah

pelabuhan laut di Makassar, Indonesia. Pelabuhan ini memiliki memiliki lalu lintas

penumpang tertinggi dan lalu lintas kargo terbesar di Sulawesi. Pelabuhan Soekarno–

Hatta Makassar dikategorikan sebagai pelabuhan kelas 15 utama oleh Pemerintah

Indonesia, bersama dengan Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta, Pelabuhan Tanjung

Perak di Surabaya, dan Pelabuhan Belawan di Medan. Wilker Pelabuhan Makassar

sebelumnya merupakan Kantor Induk Balai Karkes Makassar dimana terdapat bangunan

milik Kemenkes namun tanah yang ditempati merupakan tanah milik PT Pelabuhan

Indonesia (PT. Pelindo) sehingga tanah yang digunakan tersebut dikenakan biaya sewa

setiap tahun dengan perjanjian kontrak.

2. Bandar Udara Internasional Sultan Hasanudin

Bandar Udara Hasanuddin dibangun pada tahun 1935 oleh pemerintah Hindia

Belanda dengan nama lapangan terbang Kadieng yang terletak sekitar 22kilometer di

sebelah utara Kota Makassar dengan konstruksi lapangan terbang rumput. Sejak

1990 Bandar Udara Hasanuddin digunakan sebagai Bandar Udara Embarkasi /

Debarkasi Haji langsung dari Makassar ke Jeddah. Pada tanggal 28 Maret 1995

Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Propinsi Sulawesi Selatan meresmikan Bandar

Udara Hasanuddin sebagai Bandar Udara Internasional yang ditandai dengan

penerbangan perdana oleh Malaysia Airline System (MAS) langsung dari Kuala

Lumpur ke Bandar Udara Internasional Hasanuddin Makassar, disusul kemudian

dengan penerbangan Silk Air yang menghubungkan Changi Singapore. PT.

(Persero) Angkasa Pura I Cabang Makassar resmi mengoperasikan Bandar Udara

Internasional Hasanuddin mulai 04 Agustus 2008. Kode bandara masih

menggunakan UPG sebelum permohonan penggunaan kode MKS 16 disetujui oleh

21
Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (Internasional Civil Organization /

ICAO). Fasilitas Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin seluas 51.000 M2

itu berkapasitas tujuh sampai delapan juta penumpang pertahun. Apron seluas

78.800 M2 memiliki 33 parking stand untuk pesawat segala ukuran, dari Casa, seri

Boing 737, seri AirBus 330, hingga Jumbo Jet seri Boing 747, terminal baru juga

dilengkapi fasilitas seperti 60 Consession Stand (Ruang Belanja), garbarata dan

hotspot (area akses internet nirkabel). Bandar Udara Internasional Sultan

Hasanuddin juga merupakan pintu gerbang udara di kawasan Timur Indonesia dan

Propinsi Sulawesi Selatan khususnya, dimana Bandar udara ini telah memberikan

corak tersendiri sebagai Bandar Udara Transit yang diarahkan turut mendukung dan

mengembangkan pariwisata, mobilisasi arus penumpang serta berpartisipasi dalam

perdagangan dan industri.

3. Pos Pelabuhan Rakyat Paotere

Pelabuhan Paotere adalah salah satu pelabuhan tertua di Indonesia, yang

merupakan warisan dari Kerajaan Gowa-Tallo, pada abad ke14. Pelabuhan Paotere

terletak di Kec. Ujung Tanah, Makassar, Sulawesi Selatan. berjarak 5 km dari pusat

Kota Makassar. Pelabuhan ini merupakan tempat persinggahan berbagai kapal layar

masyarakat Sulawesi yang datang dari berbagai wilayah di Indonesia. Selain sebagai

pelabuhan perahu-perahu rakyat, seperti Phinisi dan Lambo, pelabuhan ini juga

masih dipakai untuk bongkar muat barang dan pusat niaga para nelayan.

22
BAB IV

HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil pengukuran hazard ergonomi di BALAI BESAR KEKARANTINAAN


KESEHATAN Pelabuhan laut makassar
Baseline Risk Identification of Ergonomic Factor (BRIEF) Survey merupakan metode

yang digunakan untuk menilai faktor risiko ergonomic di tempat kerja yang dapat

menyebabkan terjadinya Musculosceletal Disorders. Metode BRIEF survey

menggunakan tiga langkah yang dilakukan dalam penilaiannya yaitu penilaian faktor

risiko ergonomic di lingkungan kerja, survei gejala terhadap pekerja dan hasil

pemeriksaan kesehatan secara medis.

Yang perlu di ketahui pada tools Brief Survey adalah :

1. Brief Survey memiliki 4 langkah kerja

a. Langkah 1 : Pengisian Biodata

b. Langkah 2 : Terdiri dari penilaian sikap tubuh dan kekuatan. Dengan

 Mencocokkan gambar yang ada di tools brief survey mulai dari pergelangan

tangan dan tangan (kanan dan kiri), siku (kanan dan kiri), leher, punggung,

dan kaki.

23
 Terdiri dari durasi, frekuensi, nilai, serta tingkat resiko

1) Durasi : Selang waktu pekerjaan yang dikerjakan oleh objek yang di nilai.

2) Frekuensi : Keseringan mengulangi pekerjaan atau gerakan yang sama

sesuai dengan durasi.

3) Score : Hasil tambah dari Sikap tubuh, kekuatan yang diberikan,

durasi, dan frekuensi, sesuai dengan yang di ceklis.

4) Tingkat resiko : tingkat resiko terbagi atas 3 yaitu High, Medium, dan

Low. Untuk menentukan diantara ketiganya sesuai dengan hasil score, yang

berdasar pada langkah ke 3

c. Langkah 3 : Penentuan Tingkat resiko. Apabila score dari Sikap tubuh,

kekuatan yang diberikan, durasi, dan frekuensi 3 atau 4 maka dikatakan HIGH,

dan ketika score 2 maka dikatakan MEDIUM, dan apabila skornya 0-1 maka

dikatakan LOW.

Pengukuran ini dilakukan dengan dua cara yaitu pengukuran rula dan reba:

1. RULA (Rapid Upper Limb Assement) Briansah 2018 merupakan metode

ergonomi yang digunakan untuk menilai postur, gaya, dan gerakan suatu

aktifitas kerja yan berkitan dengan penggunaan tubuh bagian atas, metode

RULA digunakan untuk mengestimasi terjadinya risiko gangguan otot

skeletal.

2. REBA (rapid entire Body) suata metode ergonomi yang digunakan untuk

menilai gaya, postur kerja, dan gerakan suatu aktivias kerja yang berkitan

dengan penggunaan keseluruhan penggunaan keseluruhan tubuh.

Pada pengukuran ini lebih di tekanka pada pengukuran reba Pada

penelitian kali ini bertujuan untuk menghindari terjadinya potensi bahaya

yang dapat timbul dan memberikan rekomendasi jika ada pekerja pada

24
perusahaan ekspedisi yang mengalami keluhan akibat pekerjaan yang

dilakukannya. Penelitian tersebut dapat dilakukan dengan cara

mengevaluasi para pekerja angkat angkut yang ada di perusahaan

ekspedisi dengan menggunakan metode SNI 9011-2021 yang dimana pada

perhitungan tersebut nantinya akan diketahui seberapa banyak pekerja

yang mengalami keluhan keluhan akibat potensi bahaya ergonomi.

Kemudian apabila setelah dilakukan nya evaluasi dengan menggunakan

metode tersebut didapatkan hasil beberapa orang mengalami beberapa

keluhan nyeri yang terkadang mengganggu aktivitas kerjanya. Sehingga

dengan hasil yang didapatkan tersebut dapat dilakukan evaluasi kembali

terkait dengan penyebab yang dapat menyebabkan keluhan nyeri tersebut

dengan menilai setiap gerakan yang dilakukan saat bekerja dengan

menggunakan perhitunga reba. Dengan menggunakan perhitungan REBA,

nantinya akan dapat diketahui nilai-nilai tiap posisi atau postur tubuh mana

yang salah dan dapat menyebabkan potensi,bahaya,ergonomi.Aktivitas

kerja di bidang angkat angkut merupakan salah satu aktivitas kerja yang

bersifat manual atau masih menggunakan tenaga kerja manusia dalam

melakukannya. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan, sebanyak 8

perusahaan angkat dan angkut yang ada di ruko ekspedisi kalimas baru 1

masih menggunakan tenaga manusia dalam melakukan pekerjaannya.

Potensi bahaya yang sering timbul pada pekerjaan angkat dan angkut

adalah potensi bahaya ergonomi. Ergonomi merupakan ilmu untuk

menyesuaikan segala bentuk fasilitas yang digunakakan dalam beraktivitas

atau dalam menyelesaikan pekerjaannya dengan keterbatasan dan

kemampuan seseorang (Hudriah et al., 2023). Potensi bahaya ergonomi

25
dapat timbul akibat dari cara kerja atau posisi kerja atau postur tubuh yang

tidak sesuai saat melakukan suatu pekerjaan. Dalam sistem kerja angkat

dan angkut, hal yang sering terjadi adalah keluhan nyeri muskuloskeletal.

Keluhan nyeri muskuloskeletal merupakan keluhan yang paling umum

yang dialami pada pekerja di seluruh dunia (Agistha Novta Auliya et

al.,2021).

26
Gambar 1

Hasil pengukuran hazar ergonomi di BBKK Pelabuhan Laut Makassar

Berdasarkan gambar pengukuran reba diatas dapat disimpulkan bahwa responden tersebut
mengalami hazard ergonomi saat sedang mengankat dan mendorong dengan skor akhir 11.
Keterangan high:

Tangan dan pergelangan


Kiri = 3 ()
Kanan = 3 (high)
Siku
Kiri = 0 (low)
Kanan = 0 (low)
Bahu
Kiri = 3 ( High)
Kanan = 3 ( High)
Leher = 2 (medium)
Punggung = 3 (High)
Kaki = 0 (Low)
Kesimpulan Brief survey Responden Mengalami Risiko Hazard Ergonomi pada bagian tangan
dan pergelangan kanan dan kiri dengan score 3 atau high, bahu kanan dan kiri dengan score 3
atau high, leher dengan score 2 atau medium dan punggung dengan score 3 atau high.
Disamping itu untuk mencegah dan mengendalikan hazard ergonomic maka dibuat tingkat
pencegahan dengan menggunakan five level of prefention
Pencegahan dengan 5 Level of Prevention

Setelah melakukan identifikasi risiko bahaya ergonomi Di Balai Besar


Kekarantinaan Kesehatan Makassar , Jika ada yang mengalami tidak
ergonomi maka berikut pencegahan menurut 5 Level Of Prevention yang
bisa diterapkan menurut Leavel and Clark yaitu:
A. Health Promotion
B. Spesific Protection
C. Early Diagnosis and Promp Treatment
D. Disability Limitation
E. Rehabilitation
Dimana akan dilakukan pencegahan terkait dengan hazard Radiasi sebagai berikut:
Early
Health Disability Rehabilitation
Spesifik Protection diagnosisand
Promotion Limitation
treatment
Prompt
1. Perancangan 1. Pemeriksaan ergonomi 1. Rutin melakukan 1. Program 1. Identifikasi
tempat kerja rutin untuk menilai evaluasi dan rehabilitasi dan penyebab cedera
yang kondisi tempat kerja. pemantauan terapi untuk atau ketidak
ergonomis. 2. Pelatihan karyawan kondisi kerja karyawan yang nyamanan dan
2. Pemberan dalam mengenali dan untuk mengalami tentukan pengaruh
pelatihan melaporkan tanda- mengidentifikasi cedera ergonomi. kondisi tempat kerja
ergonomi tanda awal potensihazard Manajemen pada kondisi
kepada ketidaknyamanan ergonomi. kasus untuk kesehatan. Sediakan
karyawan. atau cedera 2. Menggunakan memastikan dukungan
3. Membuat ergonomi. alat pengukuran pemulihan yang psikososial untuk
Poster dan dan penilaian optimal bagi membantu individu
Pamflet risiko ergonomi karyawan. mengatasi stres atau
terkait postur untuk 2. Menyediakan kecemasan yang
tubuh atau mendeteksi peralatan kerja dapat timbul akibat
posisi yang masalah yang sesuai dan cedera atau
ergonomis potensial. dapat masalah kesehatan.
saat bekerja 3. Memberikan disesuaikan agar 2. Lakukan konseling
akses cepat ke cocok dengan atau terapi mental
perawatan medis kebutuhan jika diperlukan.
bagi karyawan individu, seperti esuaikan program
yang mengalami kursi yang rehabilitasi sesuai
cedera atau mendukung, dengan
masalah meja yang dapat perkembangan
kesehatan akibat diatur tingginya, kesehatan individu
hazard dan peralatan dan hasil evaluasi
ergonomi.Menci kerja yang berkala.
ptakan kebijakan ergonomis. 3. Buat rencana
yang memastikan 3. Memberikan kembali ke
karyawan dapat akses ke alat pekerjaan yang
segera bantu ergonomis, mendukung
mendapatkan seperti pemulihan individu
bantuan medis penyangga tanpa menimbulkan
jika dibutuhkan punggung, risiko tambahan.
bantal, atau 4. Sesuaikan tugas
perangkat pekerjaan dan
pendukung lingkungan kerja
lainnya untuk sesuai dengan
mengurangi kemampuan dan
tekanan pada keterbatasan
punggung dan yangmasih ada.
leher.
Pengendalian Dengan Hierarchy Of Control

Setelah melakukan identifikasi risiko bahaya ergonomi di balai

besar kekrantinaan kesehatan Makassar, ditemukan adanya

risiko bahaya ergonomi sehingga perlu dilakukan

pengendalian resiko bahaya.maka perlu dilakukan

pengendalian menggunakan Hierarchy Of Control yaitu:

1. Eliminasi

2. Subtitusi

3. Isolasi

4. Engineering Control

5. Administrative Control

6. Alat Pelindung Diri (APD)


Alat Pelindung
Eliminasi Subtitusi Isolasi Engineering Administratisi
Diri
Control Control
1. Automatisasi 1. Mengganti 1. Menggunakan 1. Menggunakan 1. Mengatur tugas 1. menggunaan
atau peralatan atau perangkat atau perangkat atau atau pekerjaan kursi
outsourcing bahan dengan peralatan yang peralatan yang dengan cara ergonomis atau
tugas-tugas yang lebih dirancang untuk dirancang untuk yang bantal
yang ergonomis. mengurangi mengurangi mengurangi penyangga
berulang dan 2. Mengganti tekanan pada tekanan pada stres fisik. punggung.
berpotensi kursi atau tubuh. tubuh. Contoh 2. Penggunaan
menyebabkan meja kerja2. Pemasangan 2. Pemasangan Tindakan: alat pelindung
stres fisik. yang tidak kursi yang kursi yang Penjadwalan diri seperti
2. Menghilangkan mendukung mendukung mendukung istirahat yang wrist rest atau
tugas yang dengan yang postur tubuh postur tubuh teratur untuk penyangga
memerlukan dirancang yang baik. yang baik. menghindari lengan saat
posisi duduk ergonomis. 3. Penempatan 3. Penempatan kelelahan dan menggunakan
yang tidak Menggantikan monitor pada monitor pada kejenuhan. keyboard.
nyaman atau mouse atau tingkat mata tingkat mata agar 2. Rotasi tugas
berkepanjangan keyboard agar mengurangi untuk
. dengan model mengurangi tekanan pada mengurangi
yang lebih tekanan pada leher. tekanan pada
ergonomis. leher. area tubuh
tertentu.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengukuran REBA yang telah dilakukan melalui

observasi,penilaian postur kerja, serta wawancara dengan responden maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Dari seluruh lembar pemeriksaan REBA, pada masing- masing tingkat risikonya,

terdapat seluruh risiko ergonomi. Pada seluruh pemeriksaan REBA masing-

masing memperoleh skor akhir REBA, yaitu ( 10 ,11 dan 13 ) yang termasuk

risiko kategori sangat tinggi, yang dalam metode REBA di perlukan tindakan

perbaikan . hal tersebut perlu dilakukan investigasi lebih lanjut di karenakan

metode REBA merupakan metode penilaian ergonomi yang dilakukan secara

cepat dan juga penilaian dalam REBA hanya mempertimbangkan faktor fisik

pekerjaan saja, padahal masih ada faktor lain, seperti faktor lingkungan,

psikososial, dan organisasi kerja.

B. Saran

Tempat kerja perlu memperhatikan aspek ergonomic pegawai Ketika bekerja

agar mengurangi risiko MSDS pada pegawai untuk waktu mendatang, pekerjaan

pengankat barang yang dilakukan dengan durasi yang lama dan dikerjakan dengan
postur tubuh statis,perlu dilakukan relaksaks/peregangan agar mengurangi rasa

sakit pada tubuh saat bekerja.

DAFTAR PUSTAKA

Andianingsari, D., Putri, D., & Akbar, Z. (2021). Pengukuran Ergonomi Metode
RULA,REBA pada Bagian Palleting di PT XYZ. Journal of Industrial
Management and Technology (IMTechno),

https://media.neliti.com/media/publications/225715-analisis-postur-kerja-pekerja-
proses-pen-174352f2.pdf
LAMPIRAN

Dokumentasi

Pengukuran reba pekerja buru Pengukuran reba pada pekerja


buru

Jaga Posko Terpadu Seminar Akhir Magang

Anda mungkin juga menyukai