OLEH :
ROSMIATI
22003034
2023/2024
LAPORAN MAGANG
BALAI BESAR KEKARANTINAAN KESEHATAN MAKASSAR
OLEH :
ROSMIATI
22003034
2023/2024
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Magang
Mengetahui,
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Magang
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas segala berkat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Magang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di “Balai Besar Kekarantinaan Kesehatan
Makassar”. Laporan ini berisi kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama
magang yang berlangsung selama 6 minggu. Kegiatan magang ini
berlangsung di Balai Besar Kekarantinaan Kesehatan Makassar Wilker
Pelabuhan Soekarno Hatta.
Pada kesempatan ini Penulis tidak lupa mengucapkan terima kepada:
pendidikan.
2. Dr. Sri Syatriani, S.KM., M.Kes selaku Ketua Program Studi Kesehatan
mengikuti pendidikan.
Kesehatan Makassar.
v
5. H. Hasanuddin, S.Kep. Ns Selaku Sekertaris Instalasi Diklat dan
kampus.
Semoga Laporan Magang ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semoga
Allah Ta’ala melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.
Rosmiati
vi
DAFTAR ISI
SAMPUL..............................................................................................................i
HALAMAN JUDUL...........................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN...............................................................................iv
KATA PENGANTAR.........................................................................................v
DAFTAR ISI......................................................................................................vi
DAFTAR TABEL……………………………………………….……………vii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................viii
B. Tujuan..................................................................................................12
C. Manfaat................................................................................................12
B. Tujuan K3...........................................................................................15
vii
BAB IV HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN.....................................25
BAB V PENUTUP............................................................................................41
B. Kesimpulan ............................................................................................41
C. Saran.......................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................42
LAMPIRAN .....................................................................................................43
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1…………………………………………………………………….. 30
Gambar 2…………………………………………………….………………. 32
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kerja agar risiko bahaya dapat diminimalisirkan melalui teknologi pengendalian tempat
kerja serta upaya mencegah dan melindungi tenaga kerja agar terhindar dari resiko atau
dampak dalam melakukan pekerjaan (Suma’mur dalam kutipan Intan Karundeng, dkk,
2018)
Dari hasil penelitian sebelumnya Hasil Pengukuran Postur Kerja dan Keluhan
MSDs. Penelitian ini berjudul hubungan tingkat risiko postur kerja berdasarkan metode
Tirta Surakarta. Diketahui bahwa rata-rata skor RULA adalah 4.3, ± 1,6 dengan tingkat
risiko sedang.
signifikan antara resiko postur kerja yang diukur dengan RULA dan keluhan sistem
muskuloskeletal (NBM) dengan nilai r 0,803 dan p = 0,01 < 0,050. Dikarenakan nilai
koeffisien korelasinya positif maka setiap kenaikan kesalahan postur kerja maka dapat
Suma'mur, (2009) Pada pekerjaan yang terlalu berat dan berlebihan akan mempercepat
kontraksi otot tubuh, sehingga hal ini pula yang mempercepat Keluhan.
sarana komunikasi pun semakin canggih. Berawal dari media telekomunikasi jarak
jauh yang hanya dapat dicapai dengan berkirim surat yang membutuhkan waktu
9
berhari-hari bahkan berminggu-minggu dan sekarang dengan cepatnya hanya
membutuhkan waktu beberapa detik untuk saling berkomunikasi dalam jarak jauh baik
infrastruktur telekomunikasi pun semakin cepat, luas dan modern. Proyek infrastruktur
potensi bahaya harus mengikuti pendekatan sistem yaitu dengan menerapkan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Perbuatan tidak aman (unsafe
action) maupun keadaan yang tidak aman (unsafe condition) berakar lebih dalam
dan/atau faktor risiko kesehatan masyarakat di wilayah kerja pelabuhan, bandar udara,
dan pos lintas batas darat negara.dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 10 Tahun 2023 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Kesehatan, yang selanjutnya disebut Wilker adalah unit kerja fungsional UPT Bidang
10
Kekarantinaan Kesehatan di lingkungan pelabuhan, bandar udara, dan pos lintas batas
darat negara.
dan anggaran, pengelolaan keuangan dan barang milik negara, urusan sumber daya
manusia, organisasi dan tata laksana, dan hubungan masyarakat, pengelolaan data dan
Tugas Memberikan Pelayanan Fungsional Dalam Pelaksanaan Tugas Dan Fungsi UPT
Individu Dan/Atau Dalam Tim Kerja Untuk Mendukung Pencapaian Tujuan Dan
Diatur Oleh Kepala UPT Bidang Kekarantinaan Kesehatan Sesuai Dengan Kebutuhan
B. Tujuan Magang
11
3. Membuat program-program K3 dengan tingkat pencegahan five level
C. Manfaat Magang
Kesehatan Makassar.
2. Dapat mengevaluasi dan membandingkan ilmu yang diperoleh dalam bangku kuliah
Makassar.
12
D. Waktu dan Lokasi Magang
1. Waktu
pada tanggal 27 November 2023 sampai dengan 05 November 2023 yang diikuti 24
2. Lokasi
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fisiologi Keselamatan dan kesehatan kerja sebagai suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja
maupun orang lain (karyawan dan pengunjung dan tamu) ditempat kerja guna
Pengertian K3 menurut keilmuan Keselamatan dan kesehatan kerja adalah semua ilmu
18001:2007 adalah semua kondisi dan faktor yang dapat berdampak pada keselamatan
dan kesehatan kerja tenaga kerja maupun orang lain (kontraktor, pemasok, pengunjung,
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses
Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatkan tuntutan yang lebih tinggi dalam
mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis kecelakaan.
14
Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang dilaksanakan tersebut maka
disusunlah UU No. 14 tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga kerja yang
kerjaan.
Pengertian K3 menurut undang-undang No.1 tahun 1970 (1) adalah upaya dan
pemikiran dalam menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani dan rohani manusia
pada umumnya dan pekerja pada khususnya serta hasil karya budaya 12 dalam rangka
Secara umum keselamatan kerja dapat dikatakan sebagai ilmu dan penerapannya
landasan tempat kerja dan lingkungan kerja serta cara melakukan pekerjaan guna
menjamin keselamatan tenaga kerja dan aset perusahaan agar terhindar dari kecelakaan
dan kerugian lainnya. Keselamatan kerja juga meliputi penyediaan APD, perawatan
B. Tujuan K3
tersebut, antara lain : melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan
orang lain di tempat kerja, menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara
kerja, serta bagi sumber-sumber produksi perusahaan. Bila dijabarkan secara lebih
15
1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
selektif mungkin.
pegawai.
Bahaya atau hazard merupakan segala hal atau sesuatu yang menpunyai
manusia (Budiono,2003).
Bahaya adalah sesuatu yang berpotensi menjadi penyebab kerusakan. ini dapat
mencakup substansi,proses kerja dan atau aspek lainnya dari lingkungan kerja, Suardi
(2005),
Bahaya (hazard) adalah suatu keadaan yang dapat mengakibatkan cidera (injury)
tidak ada satupun yang bebas dari resiko yang ditimbulkan dari bahaya demikian pula
proses kimia. Proses kimia pada industri memberikan potensi bahaya yang besar,
16
potensibahaya yang ditimbulkan disebabkan antara lain. Penggunaan bahan baku
tingkat reaktivitas dan toksitas tinggi, reaksi kimia, temperatur tinggi, tekanan tinggi,
dan jumlah dari bahan yang digunakan. Potensi bahaya yang ditimbulkan diperlukan
upaya untuk meminimalkan terhadap risiko yang diterima apabila terjadi kecelakaan
(Baktiyar, 2009). Mengingat potensi bahaya yang besar pada industri yang
yang ditimbulkan pada batas-batas yang dapat diterima melalui Risk Assessment.
Lingkungan, (Baktiyar,2009).
b. Jenis-Jenis Hazard
Berdasarkan karakteristik dampak yang diakibatkan oleh suatu jenis bahaya maka
jenis bahaya dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu Bahaya Kesehatan Kerja dan
Bahaya Keselamatan Kerja. Bahaya kesehatan kerja dapat berupa bahaya fisik, kimia,
biologi dan bahaya berkaitan dengan ergonomi, berdampak kepada kesehatan dan
kenyamanan kerja, misalnya penyakit akibat kerja pemajanan terjadi pada waktu lama
dan pada konsentrasi rendah. Bahaya keselamatan (safety hazard) fokus pada
keselamatan manusia yang terlibat dalam proses, peralatan, dan teknologi dampak
safety hazard bersifat akut, konsekuensi tinggi, dan probabilitas untuk terjadi rendah.
kerja dapat berupa bahaya fisik, kimia, biologi, ergonomi, psikososial yang
17
a. Hazard fisik misalnya yang berkaitan dengan peralatan seperti bahaya listrik,
b. Hazard kimia ialah potensi bahaya yang di sebabkan oleh sifat dan karakteristik
kimia yang dimiliki bahan tersebut. Contohnya bahan-bahan kimia seperti asid,
alkali, gas pelarut, simen, getah sintetik, gentian kaca, pelekat antiseptic, aerosol,
c. Hazard biologi, misalnya yang berkaitan dengan mahluk hidup yang berada
dilingkungan kerja seperti virus, bakteri, tanaman, burung, binatang yang dapat
organisasi pada pekerjaan dan lingkungan kerja yang dapat memberi dampak pada
aspek fisik dan mental pekerja, seperti misalnya pola kerja yang tak beraturan,
waktu kerja yang diluar waktu normal, beban kerja yang melebihi kapasitas
mental, tugas yang tidak bervariasi, suasana lingkungan kerja yang terpisah atau
e. Hazard ergonomi yang termasuk didalam kategori ini antara lain desain tempat
kerja yang tidak sesuai postur tubuh yang salah saat melakukan aktifitas, desain
Hazard Identification Risk Assesment and Risk Control (HIRARC) merupakan sebuah
metode yang dimulai dari menentukan jenis kegiatan kerja kemudian diindetifikasi
18
sumber bahayanya sehingga di dapatkan risikonya. Kemudian akan dilakukan penilaian
risiko dan pengendalian risiko untuk mengurangi paparan bahaya yang terdapat pada
Menurut AS/NZS 4360:1999, risiko (risk) adalah peluang terjadinya sesuatu yang
akan mempunyai dampak terhadap sasaran, diukur dengan hukum sebab akibat. Risiko
Penelian risiko (Risk Assesment) adalah proses penilaian yang digunakan untuk
mengindetifikasi potensi bahaya yang dapat terjadi. Tujuan dari risk assesment adalah
memastikan kontrol risiko dari proses, operasi atau aktifitas yang dilakukan berada pada
tingkat yang dapat diterima. Penilian dalam risk assesment yaitu Likelihood (L) dan
kecelakaan itu terjadi, sedangkan Severity atau Consequence menunjukan seberapa parah
dampak dari kecelakaan tersebut. Nilai dari Likelihood dan Severity akan digunakan
Tujuan identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko atau hazard
identification, risk assessment dan risk control (HIRARC) yaitu menghindari terjadi
kecelakaan. Cara efisien untuk menghindari terjadinya kecelakaan, harus diambil aksi
yang tepat pada tenaga kerja dan peralatan, agar tenaga kerja memiliki rencana
Pengendalian risiko (risk control) adalah cara untuk mengatasi potensi bahaya yang
terdapat dalam lingkungan kerja. Potensi bahaya tersebut dapat dikendalikan dengan
menentukan suatu skala prioritas terlebih dahulu yang kemudian dapat membantu dalam
prioritas terlebih dahulu yang kemudian dapat memabantu dalam pemilihan pengendalian
Hirarki atau metode yang dilakukan untuk mengendalikan risiko antara lain:
19
1. Eliminasi
2. Substitusi
3. Engineering control
4. Administrasi control
5. APD
BAB III
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Makassar merupakan salah satu Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Pelabuhan, disebutkan bahwa Balai Karkes Makassar terdiri dari Bagian Tata Usaha, Bidang
Lingkungan, Bidang Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah, Wilayah Kerja, Kelompok
Fungsional dan Instalasi. Wilayah kewenangan Balai Karkes Makassar terdiri dari Wilker
Induk di Pelabuhan Makassar dan 9 wilayah kerja yang tersebar di 2 (dua) provinsi yaitu
Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Wilker yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan terdiri dari
Pelabuhan Awerange, Pelabuhan Bajoe, Pelabuhan Palopo dan Pelabuhan Malili. Wilayah
kerja di Provinsi Sulawesi Barat yaitu Pelabuhan Belang-Belang dan Bandara Tampa Padang.
20
1. Wilayah Kerja Pelabuhan Laut Makassar
pelabuhan laut di Makassar, Indonesia. Pelabuhan ini memiliki memiliki lalu lintas
penumpang tertinggi dan lalu lintas kargo terbesar di Sulawesi. Pelabuhan Soekarno–
sebelumnya merupakan Kantor Induk Balai Karkes Makassar dimana terdapat bangunan
milik Kemenkes namun tanah yang ditempati merupakan tanah milik PT Pelabuhan
Indonesia (PT. Pelindo) sehingga tanah yang digunakan tersebut dikenakan biaya sewa
Bandar Udara Hasanuddin dibangun pada tahun 1935 oleh pemerintah Hindia
Belanda dengan nama lapangan terbang Kadieng yang terletak sekitar 22kilometer di
sebelah utara Kota Makassar dengan konstruksi lapangan terbang rumput. Sejak
Debarkasi Haji langsung dari Makassar ke Jeddah. Pada tanggal 28 Maret 1995
penerbangan perdana oleh Malaysia Airline System (MAS) langsung dari Kuala
21
Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (Internasional Civil Organization /
itu berkapasitas tujuh sampai delapan juta penumpang pertahun. Apron seluas
78.800 M2 memiliki 33 parking stand untuk pesawat segala ukuran, dari Casa, seri
Boing 737, seri AirBus 330, hingga Jumbo Jet seri Boing 747, terminal baru juga
Hasanuddin juga merupakan pintu gerbang udara di kawasan Timur Indonesia dan
Propinsi Sulawesi Selatan khususnya, dimana Bandar udara ini telah memberikan
corak tersendiri sebagai Bandar Udara Transit yang diarahkan turut mendukung dan
merupakan warisan dari Kerajaan Gowa-Tallo, pada abad ke14. Pelabuhan Paotere
terletak di Kec. Ujung Tanah, Makassar, Sulawesi Selatan. berjarak 5 km dari pusat
Kota Makassar. Pelabuhan ini merupakan tempat persinggahan berbagai kapal layar
masyarakat Sulawesi yang datang dari berbagai wilayah di Indonesia. Selain sebagai
pelabuhan perahu-perahu rakyat, seperti Phinisi dan Lambo, pelabuhan ini juga
masih dipakai untuk bongkar muat barang dan pusat niaga para nelayan.
22
BAB IV
yang digunakan untuk menilai faktor risiko ergonomic di tempat kerja yang dapat
menggunakan tiga langkah yang dilakukan dalam penilaiannya yaitu penilaian faktor
risiko ergonomic di lingkungan kerja, survei gejala terhadap pekerja dan hasil
Mencocokkan gambar yang ada di tools brief survey mulai dari pergelangan
tangan dan tangan (kanan dan kiri), siku (kanan dan kiri), leher, punggung,
dan kaki.
23
Terdiri dari durasi, frekuensi, nilai, serta tingkat resiko
1) Durasi : Selang waktu pekerjaan yang dikerjakan oleh objek yang di nilai.
4) Tingkat resiko : tingkat resiko terbagi atas 3 yaitu High, Medium, dan
Low. Untuk menentukan diantara ketiganya sesuai dengan hasil score, yang
kekuatan yang diberikan, durasi, dan frekuensi 3 atau 4 maka dikatakan HIGH,
dan ketika score 2 maka dikatakan MEDIUM, dan apabila skornya 0-1 maka
dikatakan LOW.
Pengukuran ini dilakukan dengan dua cara yaitu pengukuran rula dan reba:
ergonomi yang digunakan untuk menilai postur, gaya, dan gerakan suatu
aktifitas kerja yan berkitan dengan penggunaan tubuh bagian atas, metode
skeletal.
2. REBA (rapid entire Body) suata metode ergonomi yang digunakan untuk
menilai gaya, postur kerja, dan gerakan suatu aktivias kerja yang berkitan
yang dapat timbul dan memberikan rekomendasi jika ada pekerja pada
24
perusahaan ekspedisi yang mengalami keluhan akibat pekerjaan yang
nantinya akan dapat diketahui nilai-nilai tiap posisi atau postur tubuh mana
kerja di bidang angkat angkut merupakan salah satu aktivitas kerja yang
perusahaan angkat dan angkut yang ada di ruko ekspedisi kalimas baru 1
Potensi bahaya yang sering timbul pada pekerjaan angkat dan angkut
25
dapat timbul akibat dari cara kerja atau posisi kerja atau postur tubuh yang
tidak sesuai saat melakukan suatu pekerjaan. Dalam sistem kerja angkat
dan angkut, hal yang sering terjadi adalah keluhan nyeri muskuloskeletal.
al.,2021).
26
Gambar 1
Berdasarkan gambar pengukuran reba diatas dapat disimpulkan bahwa responden tersebut
mengalami hazard ergonomi saat sedang mengankat dan mendorong dengan skor akhir 11.
Keterangan high:
1. Eliminasi
2. Subtitusi
3. Isolasi
4. Engineering Control
5. Administrative Control
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari seluruh lembar pemeriksaan REBA, pada masing- masing tingkat risikonya,
masing memperoleh skor akhir REBA, yaitu ( 10 ,11 dan 13 ) yang termasuk
risiko kategori sangat tinggi, yang dalam metode REBA di perlukan tindakan
cepat dan juga penilaian dalam REBA hanya mempertimbangkan faktor fisik
pekerjaan saja, padahal masih ada faktor lain, seperti faktor lingkungan,
B. Saran
agar mengurangi risiko MSDS pada pegawai untuk waktu mendatang, pekerjaan
pengankat barang yang dilakukan dengan durasi yang lama dan dikerjakan dengan
postur tubuh statis,perlu dilakukan relaksaks/peregangan agar mengurangi rasa
DAFTAR PUSTAKA
Andianingsari, D., Putri, D., & Akbar, Z. (2021). Pengukuran Ergonomi Metode
RULA,REBA pada Bagian Palleting di PT XYZ. Journal of Industrial
Management and Technology (IMTechno),
https://media.neliti.com/media/publications/225715-analisis-postur-kerja-pekerja-
proses-pen-174352f2.pdf
LAMPIRAN
Dokumentasi