Anda di halaman 1dari 44

Proposal Penelitian

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA


PTPN PABRIK GULA CAMMING BONE

MUHAMMAD RAIHAN MA’ARIF

21902043

PROGRAM STUDI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR
MAKASSAR
2022
Proposal Penelitian
PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA
PTPN PABRIK GULA CAMMING BONE

MUHAMMAD RAIHAN MA’ARIF

21902043

PROGRAM STUDI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR
MAKASSAR
2022

ii
LEMBAR PERSETUJUAN
PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA
PTPN PABRIK GULA CAMMING BONE

Oleh :

MUHAMMAD RAIHAN MA’ARIF


21902043

Menyetujui,

Makassar, Juni 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Ade Wira Lisrianti Latief, SKM.,M.Kes Muhammad Azrul Syamsul, SKM.,M.Kes


NIDN: 1950917263 NIDN: 1950317262

Mengetahui,
Ketua Program Studi

Dr. M. Anas, SE.,SKM.,M.Kes


NIDN: 1950696011

iii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Proposal penelitian dengan judul “Pengaruh Kebisingan Terhadap Stres


Kerja Pada Karyawan PTPN PABRIK GULA CAMMING BONE.

Ucapan terima kasih yang sebesar-sebesarnya saya sampaikan kepada Ade


Wira Lisrianti Latief, SKM., M.Kes selaku pembimbing I dan kepada Muhammad
Azrul Syamsul,SKM.,M.Kes selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan meluangkan waktu untuk penulis selama menyusun
proposal penelitian ini.
Dengan terselesainya proposal penelitian ini, perkenankan saya
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. A. Indri Damayanti Cecep Lantara, SH, M. Adm, SDA selaku ketua
Yayasan Pendidikan Makassar (YAPMA).
2. Esse Puji Pawenrusi, SKM., M.Kes selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Makassar.
3. Dr.M. Anas, SE, S.KM., M.Kes Selaku Ketua Program Studi Hiperkes dan
Keselamatan Kerja.
4. Dr.Habibi, SKM., M.Kes dan Rizky Maharja, SKM., M.KKK atas
kesediaan menguji dan perbaikan dalam proposal ini.
5. Seluruh Dosen Prodi Hiperkes dan Keselamatan Kerja atas ilmunya yang
luar biasa dan seluruh Staf Prodi Hiperkes dan Keselamatan Kerja atas
bantuannya selama ini.
6. Terima kasih kepada kedua orang tua saya ayah Dr. M. Anas, SE, S.KM.,
M.Kes dan ibunda Herawaty Lukman serta keluarga besar saya atas segala
dukungan, doa dan pengorbanan yang diberikan, baik berupa moril ataupun
materil.
7. Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar Program Studi
Hiperkes dan Keselamatan Kerja yang telah membantu dan memberikan
masukan dan dukungan kepada penulis.
8. Ucapan terimakasih yang sangat besar kepada saudara,teman-teman yang
telah menemani dalam suka maupun duka dan telah banyak membantu
dalam proses pembuatan proposal penelitian ini.
Penulis sadar bahwa proposal penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan,
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan karya tulis ini.
Makassar, Juni 2022
Penulis

Muhammad Raihan Ma’arif

iv
DAFTAR ISI

SAMPUL LUAR .................................................................................................. i


SAMPUL DALAM.............................................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv
DAFTAR ISI ....................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ARTI LAMBANG, ISTILAH DAN SINGKATAN .......................... viii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 6
A. Tinjauan Umum tentang Stres Kerja .......................................................... 6
B. Tinjauan Umum Tentang Kebisingan ......................................................... 13
BAB III KERANGKA KONSEP ....................................................................... 22
A. Kerangka Konsep .................................................................................... 22
B. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif .............................................. 22
BAB IV METODE PENELITIAN ..................................................................... 24
A. Jenis penelitian ........................................................................................ 24
B. Tempat Dan Waktu Penelitian ................................................................. 24
C. Populasi Dan Sampel .............................................................................. 24
D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 25
E. Pengolahan Dan Analisis Data ................................................................ 25
F. Penyajian Data ........................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 27
LAMPIRAN ...................................................................................................... 30

v
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


Tabel 2.1 Instrumen Pengukuran Stres Kerja……………………….…………...12
Tabel 2.2 Pembagian Zona Bising oleh Menteri Kesehatan………..…….........14

vi
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Diagram Alir Pengendalian Kebisingan ............................ 16


Gambar 2.2 Nilai Ambang Batas Kebisingan ....................................... 21
Gambar 3.1 Kerangka Konsep…………………………………………22

vii
DAFTAR ARTI LAMBANG, ISTILAH DAN SINGKATAN

Daftar Arti Lambang.


% : Persen
= : Sama dengan
> : Lebih besar
< : Lebih kecil
. : Tanda Titik
, : Tanda Koma
() : Dalam Kurung
“ : Tanda Petik Ganda
+ : Tambah
² : Pangkat Dua
/ : Garis Miring

Daftar Istilah
Data Cleaning : Mendeteksi dan memperbaiki data
Editing : Pengecekan atau pemeriksaan kembali
Entry : Memasukkan data yang telah dikumpul
Jetlag : Gangguan tidur sementara
Total Sampling : Pengambilan Sampel Sama Dengan Populasi

Daftar Singkatan
ILO : International Labour Organization
K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
KEMENKES RI : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
WHO : World Health Organization

viii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan ilmu pengetahuan

dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya

kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang memiliki tujuan melindungi

tenaga kerja di tempat kerja agar selalu terjamin keselamatan dan

kesehatannya sehingga dapat diwujudkan peningkatan produksi dan

produktivitas kerja, melindungi setiap orang lain yang berada di tempat

kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat, dan melindungi bahan dan

peralatan produksi agar dipakai secara aman dan efisien (Kurniawidjaja,

2019).

Dalam kesehatan lingkungan kerja, memiliki nilai atau pedoman

yang harus dipenuhi dan dilaksanakan di tempat kerja yaitu Nilai Ambang

Batas. NAB adalah intensitas pajanan rata rata bahaya fisik atau kimia yang

bisa diterima oleh seluruh pekerja tanpa mengakibatkan gangguan

kesehatan atau penyakit dalam pekerjaan dalam sehari pada waktu yang

tidak melebihi 8 jam perhari atau 40 jam perminggu. (PERMENKES No.

70 Tahun 2016).

Dalam lingkungan kerja terdapat faktor fisik yang dapat mempengaruhi

kesehatan jiwa dan merupakan physical environmental problem diantaranya

adalah kebisingan. Menurut World Health Organization

(2017), kebisingan juga bisa diartikan sebagai suara apa saja yang sudah
2

tidak diperlukan dan memiliki efek yang buruk untuk kualitas kehidupan,

kesehatan, dan kesejahteraan.

Dengan adanya alat – alat produksi dan mesin – mesin pada pabrik

sebagai penerapan kemajuan teknologi menghasilkan intensitas suara yang

dapat menyebabkan kebisingan dan mengganggu kesehatan (Imas, 2015).

Kebisingan berpengaruh terhadap kesehatan pekerja. Beberapa pekerja

yang rentan terhadap paparan kebisingan berdampak pada gangguan

kesehatan baik fisik maupun psikologis pekerja, sebagai contoh yaitu stres

kerja (Candraditya, 2017)

Stres Kerja dapat diartikan sebagai sumber kerja yang menyebabkan

reaksi individu berupa reaksi fisiologis, psikologis, dan perilaku. Terdapat

beberapa indikator yang menggambarkan terjadi stres dalam sebuah

organisasi atau perusahaan, diantaranya produktivitas menurun, banyaknya

pekerja yang keluar atau turnover, dan tingginya kejadian pekerja mangkir

atau absen saat bekerja. (Apladika et al., 2016)

Survei mengenai stres kerja akibat dari kebisingan juga telah

dilakukan oleh Canadian Centre of Occupational Health and Safety (2018),

dampak kebisingan dapat berupa pengaruh Auditorial (Audiotory Effect)

dampak ini berpengaruh dengan gangguan pendengaran, seperti hilangnya

gangguan pendengaran, yang kedua adalah pengaruh non audiotorial (non

audiotorial effect) pengaruh ini bersifat psikologis, seperti gangguan

pendengaran cara komunikasi, kebingungan, stres, dan kurangnya kepekaan


3

terhadap masalah keselamatan kerja. Kebisingan ditempat kerja dapat

mengurangi kenyamanan, ketenangan saat bekerja, mengganggu indera

pendengaran yang bisa mengakibatkan ketulian permanen pada tenaga kerja

yang terpapar bising.

Berdasarkan penelitian Amir (2019), mayoritas pekerja mengalami

gejala stres kerja sebesar 63,3% responden, intensitas kebisingan 85,54 dBA

diperoleh nilai p-value 0,878 kelelahan kerja yang dialami pekerja sebesar

36,7% dan beban kerja mental yang dialami pekerja sebesar 68,3%

responden.

Saat ini terdapat banyak lingkungan kerja yang berpengaruh

terhadap kebisingan yang menyebabkan terjadinya stres kerja misalnya

seperti pabrik pabrik industri. Pabrik gula (PG) Camming merupakan salah

satu anak perusahaan dari PT. Perkebunan Nusantara XIV yang

memproduksi gula kristal dari bahan baku tebu.

Pada PG camming Bone terdapat beberapa lokasi yang memiliki

kebisingan yang melampaui Nilai Ambang Batas (NAB), misalnya pada

lokasi Gilingan, Boiler dan Power house. Lingkungan kerja yang tidak

memenuhi syarat ini dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Apabila

bekerja dengan kondisi tidak nyaman lama kelamaan akan menimbulkan

stres.

Maka berdasarkan dari uraian data diatas maka peneliti tertarik

untuk meneliti hubungan kebisingan terhadap stres kerja, Dengan

demikian judul penelitian ini ialah : “Pengaruh Kebisingan terhadap Stres


4

Kerja Karyawan pada PTPN Pabrik Gula Camming”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, “Apakah

Kebisingan Berpengaruh Terhadap Stres Kerja Pada Karyawan di PTPN

Pabrik Gula Camming Bone?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui “Pengaruh Kebisingan

Terhadap Stres Kerja di PTPN Pabrik Gula Camming Bone.”

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat kebisingan di PTPN Pabrik Gula

Camming Bone

b. Untuk mengetahui tingkat stres kerja di PTPN Pabrik Gula

Camming Bone

c. Untuk mengetahui pengaruh stress kerja di PTPN Pabrik Gula

Camming Bone

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan

Dapat memberikan masukan kepada PTPN Pabrik Gula Camming

Bone sehingga dapat melakukan upaya-upaya pengendalian kebisingan

terhadap pekerja agar kondisi kerja menjadi lebih aman dan nyaman

sehingga dapat meningkatkan produktivitas perusahaan.


5

2. Bagi Pekerja

Dapat memahami tentang efek kebisingan terhadap kesehatan

khususnya mengenai masalah stres kerja, sehingga pekerja memperoleh

edukasi tentang efek kebisingan.

3. Bagi Peneliti

Sebagai sarana penerapan dan pengaplikasian keilmuan keselamatan

dan kesehatan kerja (K3) yang didapatkan selama di perkuliahan

khususnya mengenai kebisingan dan stres kerja.

4. Bagi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi di Jurusan

di bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) untuk penelitian

selanjutnya.
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Stres Kerja

1. Definisi Stres Kerja

Menurut International Labour Organization (ILO) tahun

2016, menyatakan bahwa stres kerja merupakan hal yang berisiko

bagi keselamatan dan kesehatan pekerja ketika pekerjaan yang

dilakukan melebihi kemampuan dan kapasitas pekerja yang

dilakukan secara terus-menerus.

Stres kerja adalah perasaan tertekan yang dialami karyawan

dalam menghadapi pekerjaan. Stres kerja ini tampak dari emosi

tidak stabil, perasaan tidak tenang, suka menyendiri, sulit tidur,

merokok yang berlebihan, tidak bisa rileks, cemas, tegang, gugup,

tekanan darah, dan mengalami gangguan pencernaan.

(Mangkunegara, 2017)

Stres kerja yaitu sebagai suatu tanggapan dalam menyesuaikan

diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses psikologi,

sebagai konsekuensi dari tindakan lingkungan, situasi atau peristiwa

yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan tuntutan

seseorang (Nasution, 2017).


7

2. Penyebab Stres Kerja

Berikut ini adalah penyebab Stres kerja menurut Sunyoto (2018)

yaitu sebagai berikut:

a. Penyebab Fisik

Penyebab fisik yaitu kebisingan yang terus menerus dapat

menjadi sumber stres bagi banyak orang. Namun perlu diketahui

terlalu tegang juga menyebabkan hal yang sama. Kelelehan juga

dapat menyebabkan stres kerja karena kemampuan untuk bekerja

menurun yang menyebabkan prestasi menurun dan tanpa disadari

menimbulkan stres.Penggeseran kerja yang terus menerus juga

dapat menimbulkan stres.Hal ini disebabkan karena seorang

karyawan sudah terbiasa dengan pola kerja yang lama sudah terbiasa

dengan kebiasaan kebiasaan lama.Selain itu jetlag juga dapat

menyebabkan stres, jetlag adalah jenis kelelahan khusus yang

disebabkan oleh perubahan waktu sehingga mempengaruhi irama

tubuh seseorang. Terakhir suhu dan kelembapan. Suhu dan

kelembapan dapat menyebabkan stres kerja. Bagaimana tidak,

bekerja dalam suatu ruangan yang suhunya terlalu tinggi dapat

mempengaruhi tingkat prestasi karyawan. Suhu yang tinggi harus

dapat ditoleransi dengan kelembapan yang rendah.

b. Beban kerja

Beban kerja yang terlalu banyak dapat menyebabkan

ketegangan dalam diri seseorang sehingga menimbulkan stres. Hal


8

ini bisa disebabkan oleh tingkat keahlian yang dituntut terlalu tinggi,

kecepatan kerja mungkin terlalu tinggi, volume kerja mungkin

terlalu banyak dan sebagainya.

c. Sifat Pekerjaan

Situasi baru dan asing dalam suatu pekerjaan atau organisasi,

seseorang akan terasa sangat tertekan sehingga menimbulkan stres.

Ancaman pribadi yang terlalu ketat menyebabkan seseorang terasa

terancam kebebasannya. Percepatan, stres bisa terjadi jika

ketidakmampuan seseorang untuk memacu pekerjaan. Ambiguilitas,

kurangnya kejelasan terhadap apa yang harus dikerjakan akan

menimbulkan kebingungan dan keraguan bagi seseorang untuk

melaksanakan suatu pekerjaan. Umpan balik, standar kerja tidak

jelas dapat membuat karyawan tidak puas karena mereka tidak

pernah tahu prestasi mereka. Disamping itu, standar kerja yang tidak

jelas juga dapat dipergunakan untuk menekan karyawan.

d. Kebebasan

Kebebasan yang diberikan kepada karyawan belum tentu

merupakan hal yang menyenangkan. Ada sebagian karyawan justru

dengan adanya kebebasan membuat mereka merasa ketidakpastian

dan ketidakmampuan dalam bertindak. Hal itu dapat merupakan

sumber stres bagi seseorang.


9

e. Kesulitan

Kesulitan-kesulitan yang dialami dirumah seperti

ketidakcocokan suami-istri. Masalah keuangan, perceraian dapat

memengaruhi prestasi seseorang. Hal-hal seperti ini dapat

merupakan sumber stres bagi seseorang.

3. Gejala Stres Kerja

Menurut Robbins (2016) karyawan yang mengalami stres pada

pekerjaan akan menimbulkan gejala-gejala stres kerja, berikut:

a. Gejala Fisiologis, masalah kesehatan fisik mencakup masalah

sistem kekebalan tubuh seperti terdapat pengurangan kemampuan

untuk melawan rasa sakit dan infeksi, masalah sistem

kardiovaskular seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung,

masalah sistem muskulosketal (otot dan rangka) seperti sakit

kepala, sakit punggung, masalah sistem gastrointestinal (perut)

diare dan sembelit.

b. Gejala Psikologis, ditandai dengan ketidakpuasan hubungan kerja,

tegang, gelisah, cemas, depresi, kebosanan, mudah marah, hingga

sampai pada tindakan agresif seperti sabotase, agresi antar pribadi,

permusuhan dan keluhan.

4. Cara mengatasi stres kerja

Menurut Mangkunegara (2017) mengatakan ada 3 pola dalam

mengatasi stres kerja yaitu :


10

a. Pola Sehat, yaitu dengan kemampuan mengelola perilaku dan

tindakan sehingga adanya stres tidak menimbulkan gangguan,

akantetapi menjadi lebih sehat dan berkembang.

b. Pola harmonis, yaitu dengan kemampuan mengelola waktu dan

kegiatan secara harmonis dan tidak menimbulkan berbagai

hambatan

c. Pola patologis, yaitu menghadapi stres dengan berdampak berbagai

gangguan fisik maupun sosial-psikologis. Dalam pola ini, individu

akan menghadapapi berbagai tantangan dengan cara-cara yang

tidak memiliki kemampuan dan keteraturan mengelola tugas dan

waktu. Dalam menghadapi stres dapat dilakukan dengan tiga cara

yang pertama yaitu memperkecil dan mengendalikan sumber-

sumber stres yaitu dengan cara melakukan penilaian terhadap

situasi sumber-sumber stres, mengembangkan altrnatif tindakan,

mengambil tindakan yang dipandang paling tepat dan sebagainya.

Lalu yang kedua menetralkan dampak yang ditimbulkan oleh stres

dan yang ketiga meningkatkan daya tahan pribadi.

5. Indikator Stres Kerja

Menurut Robbins (2016) indikator yang digunakan untuk stres kerja

ialah :
11

a. Beban kerja.

Beban Pekerjaan yang ditanggung dan harus diselesaikan seorang

karyawan dalam waktu tertentu. Beban kerja yang berlebihan akan

mengakibatkan stres kerja.

b. Sikap Pimpinan perilaku seorang pimpinan kepada bawahannya.

Sikap pimpinan sangat mempengaruhi kinerja karyawannya.

c. Peralatan Kerja

Benda yang digunakan dalam mendukung pelaksanaan kerja.

Seperti alat tulis kantor, komputer, printer dll

d. Kondisi lingkungan kerja

Kondisi lingkungan kerja adalah kondisi disekitar tempat

karyawan bekerja

e. Suatu pekerjaan dan karir

Suatu pekerjaan dan karir adalah kedudukan seorang karyawan

didalam perusahaan.

6. Instrumen Pengukuran Stres Kerja

Karima (2014), Saat ini telah berkembang banyak penelitian

mengenai stres kerja yang dilakukan. Penelitian yang dilakukan pun

menggunakan berbagai macam jenis instrumen mengenai kondisi

pekerjaan, potensial stresor, kesehatan dan kesejahteraan pekerja,

kepuasan kerja dan keadaan suasana hati. Berbagai macam

instrument pengukuran yang telah distandarisasi dan teruji baik


12

validitas maupun reliabilitasnya. Berikut ini adalah beberapa macam

instrumen pengukuran stres kerja.

Tabel 2.1 Instrumen Pengukuran Stres Kerja

Nama Instrumen Penyusun Kelebihan Kekurangan

Job Content Karasek, a. Dapat digunakan untuk a. Hanya berfokus pada


Questionnaire 1985 mengukur stres yang penilaian situasi psikologi
berhubungan dengan kondisi dan sosial di lingkungan
lingkungan kerja terutama
kerja
yang berkaitan dengan
kejadian penyakit jantung
koroner b. Tidak ada penilaian
kepribadian dan faktor di
b. Relevan untuk digunakan luar pekerjaan
dalam mengukur motivasi
pekerja, kepuasan kerja,
absenteisme dan turnover
pekerja

c. Validitas reliabilitas
kuesioner sudah teruji

d. Dapat digunakan pada


berbagai sektor industri
Quality of Work NIOSH dan a. Digunakan untuk a. Hanya mengukur efek
life Questionnaire Institute for mengevaluasi faktor yang stres pada kesehatan fisik
The Social berhubungan dengan stres
Research
kerja dan kepuasan kerja
University of
Michigan b. Dapat digunakan juga
untuk mengetahui
karakteristik organisasi dan
hubungan terhadap kualitas
kesehatan dan keselamatan
pekerja
13

HSE Indicator Health and a. Dapat digunakan untuk a. Hanya dapat digunakan
Tool (HSE) Safety menanggulangi faktor risiko untuk mengukur sumber
Executive stres yang berhubungan stres yang terdapat di
dengan pekerjaan lingkungan kerja

b. Penggunaannya dapat b. Hasil temuan dalam


dipakai sebagai instrument instrumen ini harus
tunggal atau digabungkan didiskusikan lagi bersama
dengan instrumen lainnya dengan para pekerja serta
dilengkapi dengan data
pendukung, seperti data
turnover pekerja, tingkat
absenteisme, dll.

The Hassless and Kanner, a. Dapat digunakan untuk a. Menyediakan informasi


uplift Scales Coyne, mengukur kondisi stres yang yang sedikit untuk
Schaefer dan terjadi dalam kehidupan melakukan intervensi
Lazarus, 1981 sehari-hari pencegahan stres kerja

b. Sumber stres yang diukur


berasal dari dalam maupun
luar lingkungan kerja

B. Tinjauan Umum Tentang Kebisingan

1. Definisi Kebisingan

Kebisingan didefinisikan sebagai semua suara yang tidak

dikhendaki yang bersumber dari alat – alat proses produksi dan atau

alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat meyebabkan gangguan

pendengaran (PER.13/MEN/X/2011).

Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha

atau kegiatan dalam tingkat dan waktu dan tertentu yang dapat

menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan

lingkungan (Kepmen LH No 48. tahun 1996).


14

Menurut World Health Organization

(WHO), kebisingan juga bisa diartikan sebagai suara apa saja yang

sudah tidak diperlukan dan memiliki efek yang buruk untuk kualitas

kehidupan, kesehatan, dan kesejahteraan. Kebisingan berpengaruh

terhadap kesehatan pekerja. Beberapa pekerja yang rentan terhadap

paparan kebisingan berdampak pada gangguan kesehatan baik fisik

maupun psikologis pekerja (Apladika et al., 2016)

2. Standar Kebisingan

Standar atau kriteria kebisingan yang ditetapkan oleh berbagai

pihak berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.718/Men/Kes/Per/XI/1987, tentang kebisingan yang berhubungan

dengan kesehatan.

Tabel 2.2 Pembagian Zona Bising Oleh Menteri Kesehatan

Tingkat Kebisingan
No. Zona Maksimum yang Maksimum yang
dianjurkan diperbolehkan
1 A 35 45
2 B 45 55
3 C 50 60
4 D 60 70
a. Zona A diperuntukan bagi tempat penelitian, rumah sakit,

tempat perawatan kesehatan dsb.

b. Zona B diperuntukan perumahan, tempat pendidikan, rekreasi, dan

sejenisnya.

c. Zona C diperuntukan untuk perkantoran, pertokoan, perdagangan,


15

pasar, dan sejenisnya.

d. Zona D diperuntukan untuk industri, pabrik, stasiun kereta api,

terminal bis, dan sejenisnya.

3. Jenis Kebisingan

Menurut Suma’mur (2014) jenis-jenis kebisingan yang sering

dijumpai, yaitu:

a. Kebisingan menetap berkelanjutan tanpa putus-putus dengan

spektrum frekuensi yang lebar (steady state, wide band noise),

misalnya bising mesin, kipas angin, dapur pijar, dan lain-lain.

b. Kebisingan menetap berkelanjutan dengan spektrum frekuensi tipis

(steady state, narrow band noise), misalnya: bising gergaji

sirkuler, katup gas, dan lain-lain.

c. Kebisingan terputus-putus (intermittent noise), misalnya bising

lalu-lintas, suara kapal terbang.

d. Kebisingan impulsive (impact or impulsive noise), misalnya seperti

bising pukulan palu, tembakan bedil atau meriam, dan ledakan.

e. Kebisingan impulsive berulang, misalnya bising mesin tempa di

perusahaan atau tempaan tiang pancang bangunan.

4. Pengendalian Kebisingan

Menurut Wicaksono (2020) Pengendalian kebisingan merupakan satu hal

yang wajib diterapkan dalam area kerja yang menghasilkan kebisingan pada

level tertentu. Namun, pengendalian kebisingan tidak boleh bertentangan

dengan prinsip-prinsip dasar perancangan perusahaan yaitu faktor kemanan


16

(safety), kemudahan operasi alat, dan kemudahan perawatan (maintenance),

faktor kelayakan ekonomi. Dalam hirarki pengendalian dapat dilakukan

dengan cara eliminasi, subtistusi, engineering control, administrative, dan

alat pelindung diri. Dilihat dari kondisi lingkungan kerja di gambarkan

dalam bentuk diagram alir.

Gambar 2.1 Diagram Alir Pengendalian Kebisingan

a. Eliminasi.

Hirarki teratas yaitu eliminasi/menghilangkan bahaya

dilakukan pada saat desain, tujuannya adalah untuk

menghilangkan kemungkinan kesalahan manusia dalam

menjalankan suatu sistem karena adanya kekurangan pada desain.

Penghilangan bahaya merupakan metode yang paling efektif

sehingga tidak hanya mengandalkan prilaku pekerja dalam

menghindari resiko, namun demikian, penghapusan benar-benar

terhadap bahaya tidak selalu praktis dan ekonomis. Contoh-contoh

eliminasi bahaya yang dapat dilakukan misalnya: bahaya jatuh,

bahaya ergonomi, bahaya ruang terbatas, bahaya bising, bahaya

kimia.
17

b. Substitusi Metode

Pengendalian ini bertujuan untuk mengganti bahan, proses,

operasi ataupun peralatan dari yang berbahaya menjadi lebih tidak

berbahaya. Dengan pengendalian ini menurunkan bahaya dan

resiko minimal melalui disain sistem ataupun desain ulang.

Beberapa contoh aplikasi substitusi misalnya: Sistem otomatisasi

pada mesin untuk mengurangi interaksi mesin-mesin berbahaya

dengan operator, menggunakan bahan pembersih kimia yang

kurang berbahaya, mengurangi kecepatan, kekuatan serta arus

listrik, mengganti bahan baku padat yang menimbulkan debu

menjadi bahan yang cair atau basah.

c. Rekayasa engineering

Teknik pengendalian ini pada umumnya dilakukan dengan

membuat atau merekayasa mesin dengan tingkat kebisingan yang

tinggi, seperti penggantian alat dari tingkat kebisingan tinggi

dengan alat yang tingkat kebisingan rendah, memodifikasi alat,

menyerap kebisingan yang dihasilkan alat/mesin, menempatkan

mesin di ruang kedap bunyi dengan ventilasi yang memadai agar

mesin tidak kepanasan.

d. Administratif

Pengendalian ini dapat dilakukan dengan mengurangi

waktu pemajanan terhadap pekerja dengan cara pengaturan waktu

kerja dan istirahat, sehinga waktu kerja dari pekerja masih berada
18

dalam batas aman. Pengaturan waktu kerja ini disesuaikan antara

pemajanan intensitas kebisingan dengan waktu maksimum yang

diizinkan untuk setiap area kerja.

e. Alat pelindung diri

Pengendalian dengan pemberian dan kewajiban pekerja

dalam pemakaian APD merupakan alternatif terakhir yang harus

dilakukan jika urutan hirarki pengendalian bahaya tidak bisa

berjalan serta menyesuaikan dengan kemampuan ekonomi

perusahaan.

5. Dampak Kebisingan

Dampak kebisingan secara umum dapat dikategorikan menjadi dua

berdasarkan tinggi rendahnya intensitas kebisingan dan lamanya waktu

pemaparan, antara lain sebagai berikut :

a. Dampak kebisingan intensitas tinggi,

1) Umumnya menyebabkan terjadinya kerusakan pada indera

pendengaran yang dapat menyebabkan penurunan daya dengar baik

yang bersifat sementara maupun bersifat permanen atau ketulian.

2) Secara fisiologi, kebisingan dengan intensitas tinggi dapat

menyebabkan gangguan kesehatan seperti : meningkatnya tekanan

darah dan tekanan jantung, resiko serangan jantung meningkat, dan

gangguan pencernaan.
19

3) Reaksi emosional masyarakat, apabila kebisingan dari suatu proses

produksi demikian hebatnya sehingga masyarakat sekitarnya

menuntut agar kegiatan tersebut dihentikan.

b. Dampak kebisingan intensitas rendah

Tingkat intensitas kebisingan rendah banyak ditemukan di

lingkungan kerja seperti perkantoran, ruang administrasi perusahaan,

dan lain-lain. Kebisingan intensitas rendah secara fisiologi tidak

menyebabkan kerusakan pendengaran. Namun kehadirannya dapat

menyebabkan :

1) Penurunan performansi kerja, yang dapat menimbulkan kehilangan

efisiensi dan produktivitas kerja.

2) Sebagai salah satu penyebab stres dan gangguan kesehatan lainnya.

Stres yang disebabkan karena kebisingan dapat menyebabkan

kelelahan dini, kegelisahan dan depresi. Dapat pula menimbulkan

keadaan cepat marah, sakit kepala, dan gangguan tidur.

3) Gangguan reaksi psikomotorik dan kehilangan konsentrasi.

4) Tinnitus yaitu bunyi denging di telinga yang sering muncul tiba-tiba.

meskipun dengung itu akan hilang dalam beberapa jam, namun bisa

dijadikan sebagai indikator rusaknya pendengaran.


20

6. Pengukuran Kebisingan

Pengukuran kebisingan penting dilakukan untuk mengidentifikasi

bahaya kebisingan di tempat kerja sehingga dapat dijadikan sebagai dasar

acuan perlunya pengendalian kebisingan. Pengukuran kebisingan bertujuan

untuk membandingkan hasil pengukuran pada suatu waktu dengan Nilai

Ambang Batas (NAB) Kebisingan (Zuhra, 2019).

Pengukuran kebisingan dilakukan menurut SNI 7231:2009

tentang Metode Pengukuran Intensitas Kebisingan di Tempat Kerja

(Tarwaka, 2015). Prosedur pengukuran kebisingan dengan sound level

meter adalah sebagai berikut :

a. Hidupkan sound level meter.

b. Periksa kondisi baterai, pastikan bahwa keadaan power dalam kondisi

baik.

c. Pastikan skala pembobotan

d. Sesuaikan pembobotan waktu respon sound level meter dengan

karakteristik sumber bunyi yang diukur (S untuk sumber bunyi relatif

konstan).

e. Posisikan mikrofon sound level meter setinggi posisi telinga manusia

yang ada di tempat kerja. Hindari terjadinya refleksi bunyi dari tubuh

atau penghalang sumber bunyi.

f. Arahkan mikrofon sound level meter dengan sumber bunyi sesuai

dengan karakteristik mikrofon (mikrofon tegak lurus dengan sumber

bunyi, 70⁰ -80⁰ dari sumber bunyi).


21

g. Pilih tingkat tekanan bunyi (sound pressure level) atau tingkat

tekanan bunyi sinambung setara (Leq). Sesuaikan dengan tujuan

pengukuran.

h. Catat hasil pengukuran intensitas kebisingan pada lembar data.

7. Nilai Ambang Batas Kebisingan

Menurut Permenakertrans RI No. PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai

Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, NAB

kebisingan adalah sebagai berikut :

Gambar 2.2 Nilai Ambang Batas Kebisingan

n
22

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kebisingan Stres Kerja

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

KETERANGAN:

= Variabel Independen

= Variabel Dependen

= Garis Pengaruh

B. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Kebisingan

Definisi Operasional

Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang bersifat

mengganggu pendengaran dan dapat menurunkan daya dengar seseorang

yang terpapar.

Kriteria Objektif

Alat ukur : Sound Level Meter

Satuan : dBA (desibel)


23

Hasil pengukuran kebisingan dikelompokkan menjadi 2 kelompok

dengan lama kerja 8 jam/hari, yaitu :

a. Bising : > 85 dBA

b. Tidak Bising : ≤ 85 dBA

2. Stres Kerja

Definisi Operasional

Stres kerja adalah stres yang terjadi karena suatu ketidak mampuan

pekerja dalam menghadapi tuntutan tugas yang mengakibatkan

ketidaknyamanan dalam kerja.

Kriteria Objektif

Alat ukur : Kuesioner

Margaretta (2021) Hasil Pengukuran Stres Kerja dibagi menjadi 3

kelompok yaitu pekerja yang mengalami stres rendah, stres sedang dan

stres tinggi, yaitu :

a. Stres rendah jika skor responden < 52

b. Stres sedang jika 52 ≤ skor responden ≤ 78

c. Stres tinggi jika skor responden > 78


24

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah adalah jenis penelitian

deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang akan memberikan hubungan

tentang kebisingan terhadap stres kerja

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan di PTPN Pabrik Gula

Camming berlokasi di Wanuawaru, Kec. Libureng, Kabupaten Bone pada

bulan Juli 2022.

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan di PTPN Pabrik Gula

Camming, menurut data awal yang didapatkan jumlah karyawan PTPN

Pabrik Gula Camming adalah 551 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebgaian dari populasi yang akan diteliti yang

dapat mewakili keseluruhan populasi. Teknik pengambilan sampel yang

digunakan adalah teknik Purposive Sampling dengan kriteria sebagai

berikut :
25

a. Bekerja pada PTPN Pabrik Gula Camming lebih dari satu tahun.

b. Bekerja di area pabrik.

c. Tidak mempunyai riwayat gangguan pendengaran akibat

pekerjaan lain,

d. Tidak mempunyai gangguan kejiwaan.

e. Bersedia menjadi responden

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh peneliti secara langsung dari

responden melalui intervensi atau wawancara dengan menggunakan

kuesioner sebagai instrumen penelitian pada PTPN Pabrik Gula

Camming Bone

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari PTPN Pabrik Gula Camming

Kabupaten Bone.

E. Pengolahan Dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

a. Editing yaitu melakukan pengecekan atau mememriksa kembali

isian lembar kuesioner yang dikumpulkan oleh responden dengan

cara memeriksa kelengkapan, kesalahan pengisian dan konsistensi

dari setiap jawaban sehingga apabila ada kekurangan dapat segera

dilengkapi.
26

b. Coding yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban yang sudah di

edit menurut macamnya. Klasifikasi dilakukan dengan cara

menandai setiap jawaban berupa angka kemudian dimasukkan

dalam lembaran tabel kerja guna mempermudah pembacaannya.

c. Entry data adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel atau database computer untuk

selanjutnya akan diolah.

d. Data Cleaning pengecekan kembali data yang telah dimasukkan

untuk memastikan data tersebut tidak ada yang salah, sehingga

dengan demikian data tersebut siap diolah dan dianalisis.

2. Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis univariat

dan bivariat. Analisis univariat merupakan analisis yang digunakan

terhadap tiap variabel dari hasil penelitian ini dengan menggunakan

table distribusi frekuensi dan presentase dari tiap tabel.

F. Penyajian Data

Setelah data dikumpulkan, selanjutnya dianalisis/diolah dengan

menggunakan sistem komputerisasi dengan cara stabulasi data sesuai

dengan pengelompokan variabel yang diteliti. Data tersebut selanjutnya

disajikan dalam bentuk tabel dengan narasi sebagai penjelasan.


27

DAFTAR PUSTAKA

AA. Anwar Prabu Mangkunegara, 2017, Manajemen Sumber Daya Manusia


Perusahaan, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Amir, J. (2019). Hubungan Kebisingan, Kelelahan Kerja dan Beban Kerja Mental
terhadap Stres Kerja Pada Pekerja Bagian Body Rangka PT. X. 7, 345–350.
Alfian, A., & Gian, P. R. (2021). Pengaruh Kebisingan Dan Masa Kerja Terhadap
Stres Kerja Pegawai Negeri Sipil BKPSDM Kota Pariaman. Jurnal
Pundi, 4(3).
Apladika, A., Denny, H. M., & Wahyuni, I. (2016). Hubungan Paparan Kebisingan
Terhadap Stres Kerja Pada Porter Ground Handling Di Kokapura Ahmad Yani
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip), 4(4), 630–635.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/14295
Candraditya, R., & Dwiyanti, E. (2017). Hubungan Tingkat Pendidikan, Masa
Kerja Dan Tingkat Kebisingan Dengan Stres Kerja Di Pt. X. Jurnal Penelitian
Kesehatan, 15(1), 1-9.
International Labour Organization. 2016. Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
Indonesia
Imas, M. R. R. 2015. Tekanan Darah dan Kebisingan (Studi Pada Pekerja Mebel
di Kelurahan Bukir Kecamatan Gadingrejo Kota Pasuruan). Skripsi. Jember:
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.
Karima, A. (2014). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Stress Kerja Pada
Pekerja Di PT X Tahun 2014.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 Tentang: Baku
Tingkat Kebisingan. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, 48.
Kurniawidjaja, L. M. (2019). Filosofi dan Konsep Dasar Kesehatan Kerja Serta
Perkembangannya dalam Praktik. July.
https://doi.org/10.21109/kesmas.v1i6.284
Mangkunegara, A. A. A. P. (2017). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
PT Remadja Rosdakarya.
Margaretta, Y. (2021). SKRIPSI HUBUNGAN KEBISINGAN TERHADAP
STRES KERJA DI AREA PRODUKSI PT. PABRIK ES SIANTAR TAHUN
2021.
Nasution, M. I. (2017). Pengaruh Stres Kerja, Kepuasan Kerja, dan Komitmen
Organisasi Terhadap Turnover Intention Medical Representative. Jurnal
Ilmiah Manajemen Volume VII, No. 3,, 407 - 428.
28

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 718/Menkes/Per/XI/1987


tentang Kebisingan yang Berhubungan dengan Kesehatan, Jakarta.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER.13/MEN/X/2011
Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia Di
Tempat Kerja
Permenkes No. 70 Tahun 2016 tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Industri.

Safitri, D. (2021). Pengaruh kebisingan terhadap stres kerja pada tenaga kerja di
Industri Penggilingan Padi. Ruwa Jurai: Jurnal Kesehatan Lingkungan, 15(2),
77-84.
Sunyoto, D. (2013). Teori, Kuisioner, dan Proses Analisis Data Perilaku Organisasi,
Cetakan pertama. Yogyakarta: Media Pressindo.
Robbins, P. Stephen & Coutler Mary. 2016 Human Resources Management,Edisi
16, Jilid 1, Salemba Empat, Jakarta.
Sinamude, M. G., Nugroho, A., & Alfanan, A. (2022, January). Hubungan Paparan
Kebisingan dengan Stres pada Pekerja Bagian Weaving di PC GKBI Medari
Sleman Yogyakarta. In Jurnal Formil (Forum Ilmiah) Kesmas Respati (Vol.
7, No. 1, pp. 01-13).
Suma'mur (2014) Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES).
Jakarta:Sagung Seto
Rahmadanti, Nurul. (2019). Hubungan Intensitas Kebisingan, Beban Kerja dan
Masa Kerja Dengan Terjadinya Stres Kerja Pada Karyawan PT.Inti Vulkatama
Padang Tahun 2019. Diploma Thesis. Universitas Andalas.
Tri Budiyanto. (2018). Hubungan Kebisingan dan Massa Kerja terhadap Terjadinya
Stres Kerja pada Pekerja di Bagian Tenun “Agung Saputra Tex” Piyungan
Bantul Yogyakarta. KESMAS.
Wicaksono, D. (2019). Analisis Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja
Karyawan Dimediasi Oleh Kepuasan Kerja Karyawan Pada Sp Alumunium di
Yogyakarta. Jurnal REKOMEN (Riset Ekonomi Manajemen), 3(1), 43-53.
Wikurendra, E. A. (2020). Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik Terhadap Stres Kerja
Pada Pekerja Divisi Assembling di PT. Bromo Steel Indonesia Kota Pasuruan
Jawa Timur. Jurnal Mutiara Kesehatan Masyarakat, 5(1), 1-7.
World Health Organization (2017). Mental disorders fact sheets. World Health
Organization. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs396/en/ -
29

Yulianti, A. O., Sumardiyono, S., & Sari, Y. (2022). Hubungan Kebisingan dan
Beban Kerja Fisik Dengan Stres Kerja di PT Jamu Air MANCUR. Journal of
Industrial Hygiene and Occupational Health, 6(2), 54-66.
30

L
A
M
P
I
R
A
N
31

LAMPIRAN
KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA KARYAWAN


PTPN PABRIK GULA CAMMING BONE

Nomor Responden (diisi oleh peneliti) :

A. Data Responden

Petunjuk :
1. Berikan tanda ceklis ( √ ) untuk jawaban yang responden pilih.
2. Kuesioner ini menjamin kerahasiaan Data Responden sebagai
Dokumen Rahasia Peneliti.

Nama Responden :

Jenis Kelamin : - (….) Laki

- (….) Perempuan

Umur : (….) Tahun

Pendidikan Terakhir : - (….) SMA/Sederajat

- (….) Perguruan Tinggi

Masa kerja : - (….) Bulan

- (….) Tahun

Lama kerja : (….) Jam/Hari


32

B. Data Khusus

1. Stres Kerja

Berilah tanda ceklis ( √ ) di dalam kolom jawaban yang tersedia

sesuai dengan kondisi yang dirasakan.

Keterangan :

SS : Sangat sering (hampir setiap hari terasa dalam 1 minggu)

S : Sering (3-4 hari terasa dalam 1 minggu)

KK : Kadang-kadang (1-2 hari terasa dalam 1 minggu)

TP : Tidak pernah (tidak pernah terasa dalam 1 minggu)

A. Gejala Fisik

Gejala Fisik adalah suatu respons adaptif yang dihubungkan oleh

karakteristik dan proses psikologis individu. Dapat terjadi pada seseorang saat

ia berada di luar zona nyaman sehingga membuat tubuh menimbulkan respons

yang berbeda dari biasanya.

Kriteria Penilaian
A Gejala Fisik
SS S KK TP
1 Sakit kepala, pusing, pening

2 Rasa sakit pada rahang

3 Kerongkongan kering

4 Perubahan pola/ saat-saat makan

5 Banyak keringat

6 Sering buang air kecil

Sumber : Margaretta (2021)

B. Gejala Emosional
33

Gejala Emosinal adalah suatu respons adaptif yang dihubungkan oleh

karakteristik dan proses psikologis individu. Stres dapat terjadi pada

seseorang saat ia berada di luar zona nyaman sehingga membuat tubuh

menimbulkan respons yang berbeda dari biasanya.

Kriteria Penilaian
B Gejala Emosional
SS S KK TP
1 Cepat marah dan murung

2 Cemas/takut/panic

3 Sering menangis

4 Emosi berlebihan

5 Tertawa gelisah

6 Merasa tidak berdaya

Selalu mengkritik diri sendiri dan


7
orang lain

8 Merasa diabaikan

9 Mudah tersinggung

Sumber : Margaretta (2021)

C. Gejala Perilaku/Tindakan

Gejala tingkah laku adalah tindakan yang berulang dan menetap dimana

terjadi pelanggaran norma-norma sosial dan peraturan utama setempat.

Kriteria Penilaian
C Gejala Perilaku/Tindakan
SS S KK TP
1 Menurunnya kegairahan

2 Pemakaian alkohol yang berlebihan

3 Meningkatnya konsumsi rokok/kopi

4 Gangguan pada kebiasaan makan


34

5 Gangguan tidur

6 Kecenderungan menyendiri

7 Sering absen ditempat kerja

8 Mudah mendapat kecelakaan

Melakukan kekerasan atau tindakan


9
agresif

Sumber : Margaretta (2021)

D. Gejala Intelektual

Gejala Intelektual adalah gangguan intelektual yang ditandai dengan

kemampuan mental atau intelegensi

Kriteria Penilaian
D Gejala Intelektual
SS S KK TP
1 Lemahnya daya ingat

2 Tidak mampu untuk berkontribusi

3 Perasaan tidak berdaya

4 Menyalahkan diri sendiri

5 Bingung/pikiran kacau

6 Produktivitas atau prestasi kerja menurun

7 Mutu kerja rendah

8 Melamun secara berlebihan

9 Berpikir negative

Sumber : Margaretta (2021)

E. Gejala Interpersonal
35

Keyakinan yang mendasari terapi interpersonal adalah gejala psikologis

(termasuk depresi) yang sering kali menjadi respons terhadap kesulitan saat

berinteraksi dengan orang lain. Gejala tersebut lambat laun timbul dan

memengaruhi kualitas interaksi hingga menyebabkan suatu siklus.

Kriteria Penilaian
E Gejala Interpersonal
SS S KK TP
Kehilangan kepercayaan pada orang
1
lain
2 Mudah menyalahkan orang lain

3 Mudah membatalkan janji

Suka mencari – cari kesalahan orang


4
lain

Menyerang orang / teman dengan


5
katakata

6 Mendiamkan orang lain

Mengambil sikap terlalu membentengi


7
diri

Sumber : Margaretta (2021)

LEMBAR PENGUKURAN KEBISINGAN


36

Lokasi :

Anda mungkin juga menyukai