Anda di halaman 1dari 57

PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN KONSENTRASI BENZENA DENGAN KADAR


MALONDIALDEHYDE PADA PEKERJA INDUSTRI PERCETAKAN CV
KATO SURABAYA

Oleh :

FRIZKI RANA KARISMA PUTRI


NIM. 101711133049

UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SURABAYA
2021
PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN KONSENTRASI BENZENA DENGAN KADAR


MALONDIALDEHYDE PADA PEKERJA INDUSTRI PERCETAKAN CV
KATO SURABAYA

Oleh :

FRIZKI RANA KARISMA PUTRI


NIM. 101711133049

UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SURABAYA
2021
PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar


Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM.)
Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Program Studi
Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga

Oleh :

FRIZKI RANA KARISMA PUTRI


101711133049

Surabaya, 21 Desember 2020

Menyetujui, Pembimbing,

Dr. Abdul Rohim Tualeka, Drs., M.Kes


NIP. 196611241998031002

Mengetahui,

Koordinator Program Studi, Ketua Departemen,

Dr. Muji Sulistyowati, S.KM., M.Kes Dr. Abdul Rohim Tualeka, Drs., M.Kes
NIP. 197311151999032002 NIP. 196611241998031002

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga dapat terselesaikannya proposal skripsi dengan judul
"HUBUNGAN KONSENTRASI BENZENA DENGAN KADAR
MALONDIALDEHYDE PADA PEKERJA INDUSTRI PERCETAKAN CV
KATO SURABAYA”, sebagai salah satu persyaratan akademis dalam rangka
menyelesaikan kuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
Dalam proposal skripsi ini dijabarkan tentang hubungan konsentrasi
benzena dengan kadar Malondialdehyde pada pekerja percetakan CV Kato
Surabaya. Percetakan CV Kato banyak menggunakan bahan baku yang
mengandung benzena dalam proses produksinya. Benzena merupakan zat yang
mudah menguap sehingga gas uap benzena dapat terhirup dan masuk ke dalam
tubuh pekerja. Untuk mengetahui efek dari konsentrasi benzena di udara
lingkungan kerja yang ada di dalam tubuh pekerja CV Kato Surabaya, maka
digunakan biomarker stres oksidatif yaitu kadar malondialdehyde di dalam darah
pekeja.
Pada kesempatan ini disampaikan terimakasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada Dr. Abdul Rohim Tualeka, Drs., M.Kes selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan petunjuk, koreksi serta saran hingga
terwujudnya proposal skripsi ini.
Terimakasih dan penghargaan juga disampaikan pula kepada yang
terhormat :
1. Dr. Santi Martini,dr.,M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga.
2. Dr.Abdul Rohim Tualeka, Drs., M.Kes., selaku Ketua Departemen
Keselamatan dan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat.
3. Dr. Muji Sulistyowati, S.KM., M.Kes., selaku koordinator Program Studi
Fakultas Kesehatan Masyarakat.
4. Semua dosen dan staf Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah
membantu proses belajar penulis selama pendidikan.
5. Kedua orang tua yang selalu mendampingi dan memberikan semangat

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah
diberikan dan semoga proposal skripsi ini berguna baik bagi diri kami sendiri
maupun pihak lain yang memanfaatkan.

Surabaya, 10 Desember 2020

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................viii
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH...........................ix

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah............................................................5
1.3 Pembatasan dan Rumusan Masalah....................................6
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian...........................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................9


2.1 Percetakan ..........................................................................9
2.1.1 Proses Produksi .........................................................................9
2.2 Benzena ............................................................................10
2.2.1 Sumber Benzena .....................................................................10
2.2.2 Sifat Fisik dan Sifat Kimia ......................................................12
2.2.3 Jalur Pajanan Benzena ............................................................13
2.2.4 Toksikokinetik Benzena...........................................................14
2.2.5 Faktor Individu yang memengaruhi pajanan benzena18
2.2.6 Efek Benzena Terhadap Kesehatan...........................20
2.2.7 Cara Mengukur Benzena di udara.............................21
2.2.8 Batas Aman Benzena di Udara..................................22
2.3 Radikal Bebas...................................................................22
2.4 Stres Oksidatif..................................................................23
2.5 Peroksida Lipid.................................................................24
2.6 Biomarker ........................................................................25
2.7 Malondialdehyde..............................................................26
2.7.1 Pengukuran Kadar Malondialdehyde ......................27

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN................................30


3.1 Kerangka Konsep .............................................................30

BAB IV METODE PENELITIAN...................................................................33


4.1 Jenis dan Rancang Bangun Penelitian..............................33
4.2 Populasi Penelitian............................................................33

iv
4.3 Sampel, Besar Sampel, Cara Penentuan Sampel dan
Cara Pengambilan Sampel..............................................................
4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian..........................................................
4.5 Variabel, Definisi Operasional, Cara pengukuran, dan
Skala Data.......................................................................................
4.5.1 Variabel Penelitian...................................................................
4.5.2 Defenisi Oprasional.................................................................
4.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data......................................
4.6.1 Teknik Pengumpulan Data.......................................................
4.6.2 Instrumen Pengumpulan Data .................................................
4.7 Kerangka Operasional.....................................................................
4.8 Teknik Analisis Data......................................................................

DAFTAR PUSTAKA..................................................................
LAMPIRAN.................................................................................

v
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman


2.1 Sifat Fisik dan Sifat Kimia 12
4.1 Variabel, Defenisi Operasional, Cara 34
pengukuran, dan Skala Data
4.2 Kekuatan Hubungan 39

vi
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman


2.1 Alur Metabolisme Benzena 18
3.1 Kerangka Konsep Penelitian 30
4.1 Kerangka Operasional 38

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Lampiran Halaman


1 Informed Consent 44
2 Kuesioner Penelitian 45

viii
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH

Daftar Arti Lambang


µ = mikro
μm = mikrometer
% = persen
/ = per
ppm = part per million
nmol = nanomol
ml = mililiter

Daftar Singkatan
ATSDR = Agency for Toxic Substances and Disease Registry
ACGIH = American Conference of Govermental Industrial Hygienists
BEI = Biological Exposure Indicate
ILO = iological Exposure Indicate
NAB = Nilai Ambang Batas
NIOSH = The National Institute for Occupational Safety and Health
PSD = Pajanan Singkat Diperkenankan
WHO = World Health Organization
MDA = Malondialdehyde

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja merupakan aspek penting

yang perlu untuk mendapatkan perhatian yang serius (Hasibuan, 2014). Berbagai

jenis bahaya dapat timbul di setiap tempat kerja dan dapat berdampak pada

keselamatan dan kesehatan pekerja (ILO, 2018). Hal ini diperkuat pada Undang-

Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pada Pasal 86 Ayat 1

yang menjelaskan bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh

perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja. Keselamatan dan Kesehatan

kerja memiliki peranan penting dan tidak dapat dipisahkan dengan proses

produksi baik jasa atau industri (Redjeki, 2016).

Industri kreatif di Indonesia memiliki peranan besar dalam pembangunan

ekonomi dimana salah satu sub sektor industri kreatif yaitu industri percetakan

yang telah berkembang cukup pesat (Mustopa and Prasetia, 2015). Percetakan

merupakan suatu industri yang memproduksi massal tulisan dan gambar, terutama

dengan tinta di atas kertas yang menggunakan sebuah mesin cetak (Setiyono,

2017). Menurut Badan Pusat Statistik menjelaskan bahwa Industri Mikro dan

Kecil di Indonesia salah satunya Industri Percetakan dan Reproduksi Media

Rekaman mengalami pertumbuhan dalam produksinya pada triwulan IV tahun

2017 hingga triwulan I tahun 2019 dimana pertumbuhannya selalu diatas dari 15

persen (BPS, 2019). Proses produksi di Industri Percetakan membutuhkan

1
2

beberapa tahap dimulai dari menyiapkan produknya, proses mendesain lay out,

proses mencetak menggunakan mesin cetak dimana tinta dan plat akan

dikontakkan pada kertas atau bahan lainnya dan finishing seperti pemotongan dan

pelipatan (Siregar, 2019). Bahan baku seperti tinta dan bahan pelarut sering

ditemukan dalam proses produksi percetakan. Tinta dan bahan pelarut yang

digunakan dalam proses produksi mengandung bahan kimia salah satunya yaitu

benzena (Setiyono,2017). Pekerja yang bekerja di industri percetakan akan

dengan mudah terpapar oleh uap dari benzena yang terkandung dalam tinta dan

bahan pelarut sehingga menimbulkan dampak bagi kesehatan apabila terhirup

terus menerus dalam jangka waktu yang lama (Siregar, 2019).

Benzena merupakan cairan yang tidak bewarna dan mudah menguap di udara

dengan sangat cepat. Benzena bersifat lipofilik sehingga dijadikan sebagai bahan

pelarut yang baik untuk digunakan dalam tinta, cat, thinner dan lem. Pekerja pada

industri yang menggunakan benzena dapat terpapar gas ini sampai pada tingkat

konsentrasi benzena tertinggi. Terdapat 238.000 pekerja yang terpapar benzena di

tempat kerja yaitu di Amerika Serikat, dimana pekerja yang rentan sekali terpapar

oleh benzena salah satunya yaitu pekerja yang bekerja di industri percetakan

(ATSDR,2007). Risiko kesehatan yang serius dapat terjadi akibat dari

penggunaan bahan pelarut yang mengandung benzena karena merupakan bahan

karsinogenik bagi tubuh manusia (Setiowati, 2017). Paparan benzena dalam

jangka panjang dapat menyebabkan kanker salah satunya yaitu leukemia. Maka

dari itu Environmental Protection Agency (EPA) mengklasifikasikan benzena

dalam kategori A-1 yaitu know human carcinogen (ATSDR, 2007). Selain itu
3

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2018

tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja menjelaskan bahwa

benzena juga termasuk pada kategori A-1 yang terbukti karsinogen untuk

manusia (Confirmed human carcinogen) (Peraturan Menteri Ketenagakerjaan

Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018).

Pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik

Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Lingkungan Kerja yang menetapkan bahwa Nilai Ambang Batas paparan benzena

yaitu sebesar 0,5 ppm dengan pemajanan singkat yang diperkenan (PSD) sebesar

2,5 ppm (Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Tahun 2018).

Salah satu penelitian yang dilakukan pada Industri Percetakan X di Kota

Surabaya menjelaskan bahwa konsentrasi benzena yang tertinggi sebesar 15,64

ppm dan konsentrasi benzena terendah sebesar 0,96 ppm (Ayu et al., 2020). Hasil

dari penelitian ini melebihi NAB yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri

Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 yaitu 0,5 ppm.

Saat pekerja terpapar benzena di udara, benzena dapat masuk ke dalam

tubuh melalui rute inhalasi, ingesti, dan kulit. Rute utama dari paparan benzena

adalah inhalasi dimana sekitar setengah dari benzena yang terhirup akan masuk

ke dalam aliran darah. Dalam aliran darah akan menyebar ke seluruh tubuh dan

disimpan sementara di sumsum tulang dan jaringan lemak. Setelah itu mengalami

metabolisme di dalam hati dimana organ hati memiliki fungsi penting dalam

metabolisme benzena yang nantinya akan menghasilkan metabolit benzena yang

reaktif. Pada saat metabolisme di dalam hati, benzena dioksidasi oleh sitokrom
4

P450 2E1 (CYP2E1) menjadi benzena oksida (ATSDR, 2007). Metabolit benzena

hasil dari metabolisme benzena di hati berkontribusi dalam toksisitas benzena

yang memicu terjadinya stres oksidatif. Salah satu akibat dari stres oksidatif yang

tidak terkontrol yaitu adanya kerusakan sel, jaringan, dan organ yang diakibatkan

dari kerusakan oksidatif tersebut (Ayala et al.,2014). Metabolit benzena berupa

benzena oksida bersifat sangat reaktif seperti radikal bebas yang dapat merusak

membran sel atau jaringan. Radikal bebas merupakan senyawa yang tidak

berpasangan pada orbit paling luar dan mengakibatkan mudah tertarik pada satu

medan magnetik sehingga menyebabkan molekul ini menjadi sangat reaktif (Euis,

2018).

Radikal bebas ini memiliki elektron yang tidak berpasangan sehingga akan

berikatan dengan elektron lainnya dan bersifat sangat reaktif. Apabila radikal

bebas ini bertemu dengan polyunsaturated fatty acid (PUFA) (Asam Lemak tak

jenuh rantai panjang) akan terjadi proses peroksida lipid yang menghasilkan

malondiladehyde (Yustika, Aulannia’am and Prasetyawan, 2013). Selain itu

malondialdehyde merupakan penanda stres oksidatif yang spesifik berkaitan

dengan proses peroksida lipid (Anggraeni, Setyaningrum and Listiawan, 2017).

Pengukuran kadar malondialdehyde yang berada pada darah dan jaringan

homogen merupakan salah satu metode yang berguna untuk memprediksi tingkat

stres oksidatif (Sigh, 2015).

Apabila terjadi reaksi peroksida lipid secara terus-menerus di dalam tubuh

maka akan meningkatkan kadar dari malondialdehyde yang dapat menyebabkan

kerusakan sel dan jaringan (Situmorang and Zulham, 2020). Penelitian yang
5

dilakukan pada pekerja Bengkel Pengecetan Mobil di Kota Surabaya menjelaskan

bahwa semakin lama pekerja bekerja dan terpapar radikal bebas dalam hal ini

adalah benzena maka kadar malondiladehyde dalam pekerja tersebut semakin

tinggi (Farhana, 2020). Penelitian yang dilakukan pada pekerja Pom Bensin di

India juga menjelaskan terdapat peningkatan signifikan pada konsentrasi benzena

dengan produk sampingan salah satunya yaitu kadar malondialdehyde pada

pekerja yang terpapar benzena dibandingkan dengan kelompok kontrol (Uzma,

Kumar and Hazari, 2010). Penelitian yang dilakukan di industri sepatu

Osowilangun menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara risiko karsinogenik

pada pekerja yang terpapar benzena dengan kadar malondialdehyde yang

memiliki rata-rata sebesar 7,85 mg/ml (Tualeka et al., 2020). Penelitian lain yang

dilakukan di Bengkel Sandal atau Sepatu Desa Sukajaya, Kabupaten Bogor

menjelaskan bahwa pekerja yang terpapar benzena dan memiliki metabolit

benzena (S-PMA) lebih tinggi berisiko 1,31 kali lebih besar memiliki kadar

malondialdehyde yang lebih tinggi (Fatimah, Utomo and Acid, 2020). Oleh

karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara

konsentrasi benzena dengan kadar malondialdehyde pada pekerja Industri

Percetakan CV Kato Surabaya.

1.2 Identifikasi Masalah

Industri percetakan CV Kato merupakan industri yang bergerak dalam bidang

percetakan dan memproduksi sejumlah produk seperti buku, kalender, dan

undangan pernikahan. Selama proses produksi CV Kato menggunakan bahan

berupa tinta yang mengandung benzena. Benzena yang terdapat dalam tinta dapat
6

menguap dan memenuhi udara di ruang produksi sehingga ruangan menjadi

pengap akibat bau yang menyengat dari uap benzena tersebut. Adanya ventilasi

yang sederhana belum bisa mengurangi rasa pengap yang dirasakan di ruang

produksi. Konsentrasi benzena yang tertinggi pada industri percetakan CV Kato

Surabaya sebesar 15,64 ppm dan konsentrasi benzena terendah sebesar 0,96 ppm.

Hasil dari penelitian ini melebihi NAB yang telah ditetapkan oleh Peraturan

Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 yaitu 0,5 ppm

(Ayu et al., 2020). Pekerja di Percetakan CV Kato berumur minimal 25 tahun dan

maksimal 63 tahun. Mayoritas pekerja yang bekerja di percetakan CV Kato

Surabaya berjenis kelamin laki-laki dan memiliki lama kerja minimal yaitu 1

tahun serta maksimal 24 tahun (Ayu, 2020).

Uap dari benzena dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh pekerja akan

dimetabolisme oleh CYP2E1 menjadi benzena oksida. Metabolit benzena yaitu

benzena oksida bersifat seperti radikal bebas sehingga terjadi reaksi peroksida

lipid yang menghasilkan produk sekunder yaitu malondialdehyde.

Malondialdeyde dapat menyebabkan stres oksidatif dan dijadikan sebagai

biomarker dari stres oksidatif. Salah satu akibat dari stres oksidatif yang tidak

terkontrol yaitu adanya kerusakan sel, jaringan, dan organ serta kerusakan DNA

yang diakibatkan dari kerusakan oksidatif tersebut. Maka dari itu perlu dilakukan

penelitian mengenai hubungan konsentrasi benzena dengan kadar

malondialdehyde pada pekerja Industri Percetakan CV Kato Surabaya.

1.3 Pembatasan dan Rumusan Masalah


7

Batasan pada penelitian ini adalah mengukur konsentrasi benzena yang ada di

industri percetakan CV Kato Surabaya. Dampak dari paparan benzena yang akan

diteliti dalam penelitian ini hanya terbatas pada melihat kadar malondialdehyde di

dalam darah yang dijadikan biomarker stres oksidatif. Oleh karena itu, rumusan

masalah pada penelitian ini adalah bagaimana hubungan konsentrasi benzena

dengan kadar malondialdehyde pada pekerja industri percetakan CV Kato

Surabaya.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk menganalisis hubungan konsentrasi benzena dengan kadar

Malondialdehyde pada pekerja industri percetakan CV Kato Surabaya

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengukur konsentrasi benzena di udara lingkungan pekerja industri

percetakan CV Kato Surabaya.

2. Mengukur kadar malondialdehide dalam darah pekerja industri percetakan

CV Kato Surabaya.

3. Mengidentifikasi karakteristik (usia, masa kerja, Indeks Masa Tubuh (IMT),

jenis kelamin dan status merokok) pada pekerja industri percetakan CV

Kato Surabaya.

4. Menganalisis hubungan konsentrasi benzena dengan kadar malondialdehide

dalam darah pekerja industri percetakan CV Kato Surabaya.

5. Menganalisis hubungan karakteristik individu (usia, masa kerja, Indeks

Masa Tubuh (IMT), jenis kelamin dan status merokok) pekerja industri
8

percetakan CV Kato Surabaya dengan kadar malondialdehyde dalam darah

pekerja industri percetakan CV Kato Surabaya.

1.4.3 Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi pemilik industri percetakan CV Kato Surabaya

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan pemiliki industri percetakan

CV Kato Surabaya mengenai risiko kesehatan akibat paparan benzena dan

dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi pemilik untuk berperan aktif

menurunkan konsentrasi benzena yang dapat menimbulkan risiko kesehatan

para pekerja industri percetakan CV Kato Surabaya.

2. Manfaat bagi peneliti

Penelitian ini merupakan bentuk pengembangan keilmuan terhadap

pengaruh paparan benzena di tempat kerja. Menambah pengetahuan serta

dalam melakukan analisis pajanan benzena terhadap kesehatan kerja. Untuk

meningkatkan kemampuan di bidang penelitian dan pengalaman dalam

mengimplementasikan ilmu keselamatan dan kesehatan kerja sebagai

bentuk implementasi disiplin ilmu.

3. Manfaat bagi responden

Penelitian ini dapat menambah informasi bagi responden menegani risiko

kesehatan akibat paparan benzena dan bagaimana cara meminimalisir

dampak paparan benzena di tempat kerja.

4. Manfaat bagi peneliti lain


9

Hasil penelitian ini bisa dijadikan masukan bagi peneliti lain yang berkaitan

dengan hubungan konsentrasi benzena terhadap kadar malondialdehyde.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pecetakan

2.1.1 Proses Produksi

Percetakan merupakan suatu industri yang memproduksi massal tulisan dan

gambar, terutama dengan tinta di atas kertas menggunakan sebuah mesin cetak.

Kegiatan produksi di percetakan terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut

(Setiyono, 2017):

1. Proses desain

Proses desain berlangsung setelah ada pesanan yang masuk ke percetakan.

Percetakan mendesain baik gambar maupun tulisan sesuai pesanan dan

permintaan dari pelanggan.

2. Proses setting (lay out)

Setelah proses desain selesai gambar dan tulisan yang telah dibuat ditata ke

dalam lay out. Lay out inilah yang menjadi gambaran bagaimana hasil desain

setelah dicetak.

3. Proses reproduksi film

Pada tahap ini dilakukan pemotretan untuk gambar dan tulisan yang sudah

ditata. Gambar dan tulisan yang sudah dipotret kemudian diproses dengan

menggunakan film processor sebagai film dan positif.

9
10

4. Pembuatan pelat processor

Proses ini adalah proses pembuatan pelat offset, dimana film yang sudah jadi

digandakan di atas lembaran pelat alumunium menggunakan pelat processor

dan campuran bahan kimia dengan tujuan untuk memperjelas gambar.

5. Pencetakan lembaran dan gulungan

Saat tahap ini pelat offset dipotong pada mesin cetak sheet untuk mencetak

pada kertas lembaran dengan menggunakan mesin web untuk mencetak kertas

gulungan..

6. Finishing

Proses penyelesaian akhir cetakan dilakukan di atas lembaran rol-rol kertas

dan dipotong sesuai dengan bentuk pesanan. Selanjutnya akan dilakukan

pemeriksaan, kemudian diteruskan ke penjilidan.

2.2 Benzena

Benzena merupakan senyawa hidrokarbon aromatik yang memiliki berat

molekul yaitu 78,1 (Poli et al., 2019). Benzena memiliki sifat lipofilik sehingga

benzena dijadikan sebagai pelarut yang baik dan banyak digunakan pada cat,

thinner, tinta, lem dan karet (ATSDR, 2007). Benzena merupakan bahan kimia

hidrokarbon aromatik yang paling sederhana serta merupakan pelarut yang baik

untuk digunakan dalam industri (Smith, 2010).

2.2.1 Sumber Pajanan Benzena

Benzena berasal dari dua sumber yaitu sumber alami dan hasil kegiatan

industri. Benzena pertama kali dapat ditemukan di batubara pada tahun 1800-an.

Selain itu sebagian besar dibuat dari minyak bumi. Penggunaan benzena yang
11

meluas membuat benzena menempati urutan 20 teratas dalam volume produksi

untuk bahan kimia yang diproduksi di Amerika Serikat. Benzena dapat digunakan

dalam pembuatan pada beberapa jenis industri karet, pelumas, pewarna, deterjen,

obat-obatan dan pestisida. Sumber alami benzena meliputi emisi gas gunung

berapi dan kebakaran hutan yang turut berkontribusi terhadap keberadaan

benzena di lingkungan. Selain itu, benzena juga terdapat pada minyak mentah,

bensin, dan asap rokok. Sumber pajanan lain berasal dari uap atau gas produk

yang mengandung benzena seperti cat, lem, lilin furnitur, dan deterjen. Pekerja

kemungkinan dapat terpapar oleh benzena seperti pada industri baja, percetakan,

pembuatan sepatu, karet, teknisi laboraturium, petugas pemadam kebakaran, dan

SPBU (ATSDR, 2007).

Benzena yang berada pada tempat produksi industri percetakan berasal dari

tinta, bensin, oli, plate cleaner, preserver gum dan bahan kimia lain yang

menggunakan benzena. Adanya paparan benzena yang terdapat di tempat

produksi percetakan tersebut dapat meningkatkan konsentrasi benzena yang ada

di lingkungan kerja dan meningkatkan risiko kesehatan pada pekerja (Dayu

Febriantika, Sulistiyani and Budiyono, 2017). Untuk plate cleaner digunakan

untuk membersihkan pelat cetak dimana mengandung naptha (petroleum)

sebanyak 30-60 %, trimethylbenzene sebanyak 1-5%, 1,2,4 trimethylbenzene

(Pseudocumene) sebanyak 1-5% , 1,2,3 trimethylbenzene (Hemellitol) sebanyak

1-5% (Allied Pressroom Product Chemicals for the Intenational Printing

Industry, 2015). Sedangkan di dalam naptha terdapat kandungan benzena sebesar

3-5% (Tesoro Refining & Marketing Co, 2011). Untuk trimethylbenzene


12

merupakan senyawa yang berikatan dengan metil. 1,2,4 trimethylbenzene dan

naptha terdapat pada tinta dengan konsentrasi sebesar 1-2,5% (Dayu Febriantika,

Sulistiyani and Budiyono, 2017). Dalam perserver gum dan oil mesin yang

digunakan di industri percetakan untuk melindungi pelat cetak dari oksidasi serta

goresan setelah proses pencucian. Perserver gum dan oli mesin terkandung

petroleum distillate sebanya 25-50% dan medium aliphatic naptha sebenyak 25-

50% dimana didalamnya terdapat kandungan benzena dan senyawa aromatik

lainnya (RBP Chemical Technology, 2018). Bensin dan gasoline yang digunakan

sebagai agen pembersih juga mengandung benzena karena didalamya terdapat

naptha dengan konsentrasi sebanyak 99-100% (PT. Pertamina (Persero), 2017).

2.2.2 Sifat Fisik dan Kimia Benzena

Tabel 2.1 Sifat Fisik dan Sifat Kimia Benzena


No Sifat Fisik dan Kimia Keterangan
1 Nama kimia Benzena
1 Rumus Kimia C6H6
2 Rumus Bangun
3 Keadaan pada suhu ruangan Berbentuk larutan jernih,
mempunyai bau yang khas aromatik
4 Titik nyala -11, 1℃ (mudah terbakar)
5 Kelarutan dalam air pada 25℃ 0,188% (berat/berat) atau 1,8 gr/L
6 Kelarutan dalam pelarut alkohol, kloroform, eter, karbon
organik disulfida, aseton, minyak, karbon,
tetraklorida, asam asetat glasial
7 Koefisien pastisi oktanol-air- Log Kow = 2,13
8 Faktor konversi 1 ppm = 3,24 mg/in3 (20 ℃, 1 atm)
Mg/m3 = 0,31 ppm
9 Massa molekul relative 78,11
10 Batas mudah terbakar 1,3-7,1%
11 Batas ambang bau 4,8-15 mg/m3
12 Titik leleh 5,5℃
13 Titik didih 80,1 ℃
14 Titik nyala -11,1 ℃
13

No Sifat Fisik dan Kimia Keterangan


15 Suhu spontan terbakan 498℃
Sumber : ATSDR (2007)

2.2.3 Jalur Pajanan Benzena

Jalur pajanan akan memunjukkan jalan masuk bahan ke dalam tubuh. Jalan

masuk benzena ke dalam tubuh dapat dibedakan menjadi inhalasi, saluran

pencernaan (ingesti) dan kulit (ATSDR, 2007).

1. Inhalasi

Inhalasi merupakan jalur pajanan yang paling dominan serta merupakan rute

primer dari paparan secara umum. Paparan benzena pada populasi secara

umum terjadi melalui pernapasan udara yang mengandung benzena. Sebagian

besar paparan benzena terdapat pada asap tembakau, bengkel mobil, knalpot

dari kendaraan bermotor dan emisi industri. Selain itu sumber paparan benzena

dalam bentuk uap atau gas terdapat pada produk yang mengandung benzena

seperti lem, cat, lilin furnitur, dan deterjen (ATSDR, 2007).

2. Pencernaan (Ingesti)

Ingesti termasuk pada kategori minor saat terpapar oleh bezena. Terdapat

kasus laporan individu kematian akibat paparan oral akut benzena telah

muncul dalam literatur sejak awal 1900-an. Jalur pajanan melalui saluran

pencernaan ini akibat dari makanan atau minuman yang terpapar oleh benzena

lalu masuk kedalam mulut pekerja (ATSDR, 2007).


14

3. Kulit

Benzena dapat masuk ke dalam tubuh secara kontak langsung antara kulit

dengan benzena atau produk yang mengandung benzena. Kontak melalui kulit

merupakan rute minor dari paparan benzena. Selain dapat masuk melalui kulit

ternyata terdapat kasus pekerja yang terpapar benzena di mata dan

mengakibatkan kerusakan pada kornea (ATSDR, 2007).

2.2.4 Toksikokinetik Benzena

Paparan melalui inhalasi merupakan rute paparan utama dari manusia

terhadap benzena meskipun benzena dapat masuk melalui paparan ingesti dan

kulit. Benzena yang diserap akan didistribusikan di dalam tubuh dengan cepat dan

cenderung menumpuk pada jaringan lemak. Organ hati memiliki fungsi penting

dalam metabolisme benzena yang nantinya akan menghasilkan metabolit benzen

yang reaktif. Pada paparan yang rendah benzena akan dimetabolisme dengan

cepat dan dieksresikan melalui urin. (ATSDR, 2007).

1. Absorpsi

Benzena dapat masuk kedalam tubuh melalui rute inhalasi, ingesti dan kulit.

Saat terpapar benzena dalam kadar tinggi di udara maka benzena yang terhirup

sebesar 50%. Apabila terpapar benzena melalui makanan dan minuman maka

sebagian besar benzene yang dikonsumsi akan masuk dalam tubuh melalui

mulut. Sebagian kecil paparan benzena akan masuk ke dalam tubuh melewati

kulit dengan cara kontak langsung antara kulit dengan benzena atau produk

yang mengandung benzena. (ATSDR, 2007)


15

2. Distribusi

Benzena yang masuk kedalam tubuh melalui inhalasi, ingesti, dan kulit akan

masuk ke aliran darah. Saat melalui inhalasi benzena dapat masuk melewati

selaput paru-paru dan memasuki aliran darah. Benzena dapat dengan mudah

dihirup dan masuk dalam darah sebesar 40-70% sesuai dosis benzena yang ada

diudara melalui difusi pasif dan membrane kapiler alveolar (Poli et al., 2019).

Sedangkan secara ingesti akan masuk melalui mulut dan melewati saluran

pencernaan. Benzena dapat masuk melewati kulit setelah itu akan masuk

melewati aliran darah. Ketiga jalur pajanan tersebut sebagian besar masuk di

aliran darah. Benzena akan bergerak ke seluruh tubuh dan disimpan sementara

di sumsum tulang dan jaringan lemak (ATSDR, 2007).

3. Metabolisme

Benzena dapat diubah menjadi produk yang disebut metabolit oleh hati dan

sumsum tulang. Metabolisme benzena yang ada di hati berperan penting dalam

toksisitas benzena. Tahap pertama pada metabolisme benzena adalah benzena

dioksidasi oleh enzim sitokrom P4502E1 (CYP2E1) menjadi benzena oksida.

Enzim 450 2E1 (CYP2E1) merupakan enzim yang berperan penting dalam

metabolisme benzena yang terjadi pada hati (Soemarko et al., 2017). Terdapat

dua jalur toksisitas, jalur yang pertama yaitu melibatkan hidroksilasi cincin

sedangkan yang kedua melibatkan pembukaan cincin untuk menghasilkan

bentuk metabolit benzena yang diduga dapat bersifat toksik. Pada jalur

pertama melibatkan hidroksilasi cincin. Pembukaan cincin epoksida yang

dikatalisasi oleh asam diikuti oleh senyawa aromatisasi akan menghasilkan


16

fenol. Konjugat yang terbentuk dari hidrokuinon (hidrokuinon glukorinda dan

hidrokuinon sulfat) merupakan penanda untuk jalur toksifikasi yang mengarah

ke benzoquinone. Fenol dimetabolisme menjadi hydroquinone yang akan

dioksidasi menjadi benzoquinone. Fenol juga dapat dimetabolisme menjadi

katekol dan trihydroxy benzena. sedangkan metabolisme benzena oksida oleh

epoksida hidrolase mengarah pada pembentukan benzena dihidriol. Pada jalur

kedua melibatkan pembukaan cincin yang mengarah pada pembentukan asam

mukonat atau muconaldehyde. Pembukaan cincin ini terjadi karena adanya

katalisasi oleh nikotinamisa adenin dinukleotida fosfat in vitro yang dapat

menghasilkan trans, trans-muconaldehyde, 6-karbon diendialdehyde yang

dapat disebut sebagai muconic dialdehyde. Metabolisme benzena dan trans,

transmuconaldehyde dimetabolisme menjadi asam mukonat dan tiga metabolit

lainnya. Terdapat dua jalur detokfikasi, satu jalur mengarah pada pembentukan

asam merkapturat melalui konjugat gluthation dari benzen oksida yang

dimetabolisme menjadi asam fenil merkapturat serta dieksresi melalui eksresi

bilier. Jalur kedua melibatkan pembentukanmetabolit kemih yang larut dalam

air, glucuronide atau sulfat konjugat dari fenol.


17

Sumber : ATSDR 2007


Gambar 2.1 Alur Metabolisme Benzena

4. Eksresi

Metabolit lanjutan dari fenol dan benzena dihidriol seperti katekol,

hidrokuinon, dan trihidro benzena diekskresikan konjugat sulfat atau

glukuronida sebagai produk detokfikasi dari metabolisme benzena. Sebagian

besar hasil metabolisme benzena akan meninggal tubuh dan dieksresikan

melalui urin dalam waktu 48 jam setelah terpapar (ATSDR, 2007). Sedangkan

proporsi eksresi berupa asam mukonat yang dikeluarkan melalui urin

tergantung dengan dosis paparan benzena yang masuk (The National Center

for Environmental Assessment-Whashington Divison, 2010).


18

2.2.5 Faktor Individu yang Mempengaruhi Paparan Benzena

Setiap individu pasti memiliki faktor tersendiri yang dapat mempengaruhi

mekanisme dalam tubuh. Berikut merupakan karakteristik individu yang dapat

memengaruhi paparan benzena seperti:

1. Usia

Usia seseorang akan mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang akibat dari

paparan zat toksik atau bahan kimia. Semakin tinggi usia akan semakin besar

pula efek yang akan timbul akibat paparan benzena, karena semakin

bertambahnya usia maka sistem metabolisme benzena dalam tubuh juga ikut

menurun sehingga metabolisme benzena di dalam tubuh juga akan ikut

menurun ( Darwis et al,2017). Usia seseorang akan mempengaruhi daya tahan

tubuh terhadap pajanan zat toksik atau bahan kimia (Farhana, 2020).

2. Jenis Kelamin

Laki-laki maupun perempuan memiliki sifat fisik yang berbeda. Perbedaan

sifat fisik ini dapat mempengaruhi absorbsi, distribusi, dan metabolisme toksin

dalam tubuh. Perbedaan gender dalam kerentanan terhadap toksisitas benzena

telah diamati pada hewan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat

peningkatan metabolisme dan genoxicity yang lebih tinggi pada jantan

dibandingkan pada betina (ATSDR, 2007).

3. Indeks Masa Tubuh (IMT)

Indeks Masa Tubuh adalah indeks sederhana dari berat badan terhadap tinggi

badan yang digunakan untuk mengklasifikasi apakah termasuk dalam

kelebihan berat badan dan obesitas pada orang dewasa (Kementerian


19

Kesehatan RI, 2018). Indeks Massa Tubuh (IMT) biasanya paling sering

digunakan dan praktis untuk mengukur tingkat populasi berat badan lebih dan

obesitas pada seseorang. Untuk pengukurannya Indeks Massa Tubuh (IMT)

yaitu berat badan dalam kilogram (Kg) dibagi dengan tinggi dalam meter

kuadrat (m2) (Triandani, 2018).

4. Masa Kerja

Pekerja yang semakin lama terpapar dengan konsentrasi benzena akan

berpengaruh pada kondisi kesehatan tenaga kerja. Lingkungan kerja yang tidak

baik akan menambah kerentanan terhadap kesehatan tenaga kerja dengan

bertambahnya masa kerja. Benzena yang ada di dalam tubuh dapat tersimpan

dalam waktu lama. Selain itu pertambahan masa kerja seiring dengan

pertumbuhan usia pekerja (Sadriyani, 2008). Semakin lama seseorang bekerja

di lingkungan terpajan benzena, toluena dan xylen maka semakin banyak

senyawa yang terakumulasi di dalam tubuh sehingga dapat meningkatkan

radikal bebas dan peroksida lipid (Farhana, 2020).

5. Status Merokok

Paparan benzena dapat berasal dari asap tembakau. Sumber utama paparan

benzena ada pada asap tembakau. Penelitian yang dilakukan di Amerika

Serikat menjelaskan bahwa 50% paparan benzena diakibatkan dari asap

tembakau. Rata-rata perokok mengonsumsi benzena sebesar 1,8 miligram

apabila merokok 32 batang per hari jika dibandingkan dengan bukan perokok

jumlah tersebut sekitar 10 kali lipat rata-rata asupan benzena harian. Sehingga
20

perilaku merokok dapat meningkatkan paparan benzena yang masuk ke dalam

tubuh (ATSDR,2007).

2.2.6 Efek Benzena terhadap Kesehatan

Salah satu faktor yang menentukan apakah terdapat efek kesehatan yang

berbahaya yaitu pada lama waktu paparan atau durasi. Paparan merupakan

konsentrasi atau kadar toksin yang ada pada lingkungan kerja (Tualeka, 2013).

Paparan singkat pada tingkat yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian,

sedangkan pada tingkat yang rendah dapat menyebakan kantuk, pusing, detak

jantung cepat, sakit kepala, tremor, kebingungan, dan pingsan. Paparan benzena

secara ingesti menyebabkan muntah, iritasi pada perut, pusing, kantuk, kejang,

detak jantung cepat, koma, dan kematian. Apabila terpapar melalui kulit makan

akan menimbulkan kemerahan dan luka. Benzene yang masuk ke dalam tubuh

akan distribusi dalam darah sehingga kemungkinan dapat membahayakan

jaringan pembentukan sel darah, terutama pada sumsum tulang yang memicu

terjadinya anemia. Paparan benzene dalam jangka panjang dapat menyebabkan

kanker pada organ pembentukan darah seperti leukemia. Maka dari itu, benzena

dikatakan sebagai bahan kimia yang bersifat kasinogenik bagi manusia (ATSDR,

2007). Paparan benzena dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan kematian

sedangkan apabila terpapar dalam tingkat yang rendah dapat menyebabkan mual,

detak jantung yang cepat, sakit kepala, tremor, bingung, dan menjadi tidak fokus.

Efek pajanan secara kronis terhadap kesehatan yaitu terutama pada darah yang

dapat menurunkan jumlah sel darah yang biasa disebut dengan anemia (Siregar,

2019).
21

2.2.7 Pengukuran Benzena di Udara Lingkungan kerja

Beberapa metode pengukuran benzena termasuk benzena yang terdapat di

udara lingkungan maupun benzena yang masuk ke dalam tubuh. Occupational

Health and Safety Assesment (OSHA) merekomendasikan pengukuran pajanan

benzena di udara tempat kerja menggunakan tabung sorbent arang teraktivasi dan

dilakukan desorpsi dengan karbon disulfide (CS2) kemudian dianalisa dengan gas

kromatografi menggunakan detektor ionisasi sinar yaitu Flame Ionization

Detector (FID). Sedangkan National Institute for Occupational Safety and

Health (NIOSH) merekomendasikan pengumpulan melalui kantung udara dan

kemudian dianalisis menggunakan kromatografi gas portable dengan

menggunakan detektor fotoionisasi. untuk metode penentuan benzena di udara

didapatkan dari metode NIOSH 1501. Pengukuran benzena di udara (ambien dan

tempat kerja) biasanya melibatkan langkat prekonsentrasi yaitu sampel

dilewatkan melalui sebuah penyerap padat. Adsorben yang umumnya digunakan

adalah resin Tenax R, Silica gel dan karbon aktif (Salim, 2012). Pengukuran

konsentrasi benzena di udara sesuai dengan NIOSH 1501 yaitu dilakukan dengan

pengambilan sampling berupa pengumpulan uap benzena. Pengumpulan uap

benzena dapat dilakukan menggunakan tabung penyerapan arang atau Gas

Chromotography (GC). Pengukuran benzena dapat dilakukan melalui pipa

pengadsorbsi karbon aktif yaitu dengan menggunakan teknik Gas

Chromatography (GC) oleh petugas UPTK3 Surabaya. Keuntungan dari gas


22

Chromatography merupakan perangkat sampling kecil, portable, dan tidak

terdapat cairan (Fahrudhi, 2017).

2.2.8 Batas Aman Benzena

Menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan republik Indonesia Nomor 5

Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan kerja Lingkungan Kerja,

menyatakan bahwa benzena masuk pada kategori A-1 yaitu terbukti karsinogen

unutk manusia dan nilai ambang batas untuk benzena di lingkungan adalah 0,5

ppm serta pajanan singkat diperkenanan (PSD) untuk benzena adalah 2,5 ppm

(Permenakertrans, 2018). Sedangkan menurut The National Institude for

Occupational safety and Health (NIOSH) menetapkan bahwa pajanan benzena

untuk TWA/Time Weighted Average adalah 0,1 ppm sedangkan untuk nilai

ambang batas pajanan singkat atau Short Term Exposure Limit (STEL) sebesar 1

ppm (NIOSH, 2007). Menurut American Conference of Govermental Industrial

Hygienist (ACGIH) menetapkan batas pajanan benzena untuk TWA/Time

Weighted Average adalah 0,5 ppm dan untuk nilai ambang batas pajanan singkat

Short Term Exposure Limit (STEL) sebesar 2,5 ppm (ACGIH, 2018).

2.3 Radikal Bebas

Radikal bebas merupakan molekul atau senyawa yang tidak berpasangan

pada orbit paling luar yang mengakibatkan mudah tertarik pada satu medan

magnetik sehingga menyebabkan molekul ini sangat reaktif (Euis, 2018). Radikal

bebas atau Reactive oxygen Species (ROS) dapat memicu terjadinya stres

oksidatif. Peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS) ini dapat terjadi akibat
23

dari paparan tubuh terhadap patogen eksternal, xenobiotik, elergen dan polutan

lingkungan. Reactive Oxygen Species (ROS) dapat berinteraksi dengan molekul

selular yang akan menyebabkan gangguan keseimbangan redoks seluler serta

menyebabkan berbagai konsekuensi patologis. Molekul yang secara langsung

dipengaruhi oleh Reactive Oxygen Species (ROS) yaitu asam lemak tak jenuh

ganda (Ramana, Srivastava and Singhal, 2019). Berbagai macam Reactive

Oxygen Species dapat bersumber dari dalam tubuh (intrinsik) atau berasal dari

luar tubuh (ekstrinsik). Osidasi Nitrat (NO) dan radikal peroksil (RO2) yang

tinggi dengan memiliki gugus yang tidak stabil yang terbentuk pada tubuh

manusia dapat mengganggu protein dan meningkatkan keruskan DNA. ROS ini

ternyata juga terlibat dalam gangguan integritas asam lemak tak jenuh ganda

dimana terdapat asam hipoklorit (HOCl), peroxynitrite (ONOO -), hidrogen

peroksida (H2O2) dan ozon (O3) yang merupakan non-radikal dalam bentuk

Reactive Oxygen Species (ROS) dan dapat dengan mudah masuk serta terjadi

reaksi radikal bebas (Singh et al., 2014).

2.4 Stres Oksidatif

Stres oksidatif merupakan suatu keadaan patologis yang disebabkan oleh

kerusakan jaringan yang terdapat dalam tubuh akibat dari peingkatan jumlah

radikal bebas yang tidak normal. (Yustika, Aulannia’am and Prasetyawan, 2013).

Stres oksidatif merupakan keadaan ketidakseimbangan antara Rective Oxygen

Species (ROS) dengan kemampuan dari sistem biologis untuk dengan mudah

melakukan detoksifikasi zat antara reaktif (Singh et al., 2014). Paparan dari

senyawa petrolum seperti salah satunya benzena dapat meningkatkan kadar


24

hidroperoksida, asam hiplokorit (HCIO) dan radikal bebas termasuk pada radikal

hidroksil (OH) dan anion superoksida (O2-) yang berpengaruh pada peningkatan

ROS. Dalam kondisi normal fisiologis makhluk hidup akan menjaga

keseimbangan anatar generasi dan netralisasi dari ROS (Naik and Maithily,

2017). Ketidakseimbangan dari reaksi oksidasi dari ROS dapat dipulihkan dengan

adanya antioksidan seperti sistem reduktase gluthathione dan tioredoksin dimana

secara tidak langsung berperan pada pentingnya ROS dalam penyampaian sinyal

dalam molekul (Salminen, Kaarniranta and Kauppinen, 2013).

Antioksidan dapat mencegah oksidasi pada makromolekul seperti lipid,

protein dan karbohidrat dengan cara membersihkan hasil polutan oksida yang

melalui jalur inhalasi. Apabila tingkat dari antioksidan tidak mencukupi maka

akan terjadi penghambatan pada enzim antioksidan tersebut sehingga memicu

terjadinya stres oksidatif yang dapat merusak bahkan membunuh sel (Naik and

Maithily, 2017). Stres oksidatif terjadi apabila ROS atau radikal bebas melebihi

dari jumlah antioksidan yang ada di dalam tubuh (Euis, 2018). Peningkatan dari

stres oksidatif dapat menyebakan terjadinya peroksida lipid yang mengarah pada

penurunan konsentrasi SOD dan adanya peningkatan pada konsentrasi

malondialdehyde (MDA) dalam plasma darah (Naik and Maithily, 2017).

2.5 Peroksida Lipid

Peroksida lipid merupakan suatu rekasi terus menerus akibat dari oksidasi

radikal bebas terhadap lipid. Peroksida lipid yang dimediasi oleh ROS akan

membentuk lipid hidroperoksida yang beracun dan aldehida lipid yang bertindak

sebagai perantara sinyal sekunder untuk menandakan sinyal stres oksidatif yang
25

berkontribusi pada patofisiologi kesehatan dan penyakit pada manusia (Ramana,

Srivastava and Singhal, 2019). Radikal bebas dapat menyebabkan tejadinya reaksi

peroksida lipid berantai dengan menambahkan atom hidrogen dari sisi rantai

karbon metilen. Radikal lipid kemudian bereaksi dengan oksigen untuk

membentuk radikal peroksil. Radikal peroksil inilah yang akan menginisiasi

reaksi berantai serta mengubah Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA) menjadi

lipid hidroperoksida. Lipid hidroperoksida ini bersifat sangat tidak stabil dan

mudah diurai menjadi produk sekunder seperti aldehid dan malondialdehyde

(Euis, 2018). Semakin banyak radikal bebas yang terserap pada tubuh maka

proses peroksida lipid yang terjadi akan meningkatkan kadar malondialdehyde

(MDA) pada pekerja (Subandrate and Safyudin, 2016)

2.6 Biomaker

Biomarker adalah bentuk bahan kimia, metabolitnya atau produk suatu

interaksi antara bahan kimia dengan beberapa molekul atau target sel yang diukur

dalam tubuh manusia. Biomarker berguna karena memiliki potensi untuk

mengukur dosisi internal terintegrasi yang sebenarnya dari rute pemaparan

semuanya. Terdapat tiga kategori biomarker yaitu biomarker pemaparan yaitu

bentuk kimia, metabolitnya atau produk dari interaksi anatar bahan kimia dan

beberapa target molekul atau sel yang dapat diukur dalam tubuh manusia,

misalnya kotinin dalam darah atau urin untuk paparan asap tembakau, metabolit

benzena dalam urin untuk paparan terkait lalu lintas. Sedangkan untuk biomarker

efek yaitu perubahan biokimia, fisiologis, perilaku atau perubahan lain yang dapat

diukur dalam satu organisme tergantung dari besarnya dan dapat dikenali terkait
26

dengan gangguan kesehatan atau penyakit mislanya DNA adduct. Untuk

biomarker kerentanan merupakan indikator kemampuan inheren atau yang

diperoleh suatu organisme untuk merespon tantangan paparan zat kimia tertentu

misalnya G6PD (World Health Organization, 2011).

Biomarker merupakan tanda-tanda terpapar, efek atau kerentanan yang

lebih awal tentang kemungkinan kondisi yang buruk. Biomarker dapat digunakan

secara efektif apabila memahami betul terkait siklus kimia dan metabolitnya di

dalam tubuh. Salah satu contoh biomarker yang digunakan dalam laboraturium

adalah malondialdehyde. Malondialdehyde telah digunakan secara luas untuk

menilai efek merugikan dari berbagai polutan. Sampel biologis terpenting yang

digunakan dalam praktik sehari-hari adalah urin, darah dan kadang-kadang

dihembuskan. Sebagian besar subtansi yang diserap dan metabolit aktif dapat

ditemukan dalam darah yang merupakan matrik biologis kedua yang paling

umum untuk digunakan dalam biomonitoring rutin (Rahardjanto, 2019).

Malondialdehyde sering digunakan sebagai penanda kerusakan suatu sel atau

jaringan akibat dari stres oksidatif (Euis, 2018).

2.7 Malondialdehyde

Malondialdehyde merupakan produk peroksida lipid karena produksi

oxyradicals yang berlebihan dalam sel setelah paparan kontaminan atau stres

karena kondisi alam. Peroksida lipid dianggap sebagai fitur yang penting dalam

cedera seluler. Hasil ini didapatkan dari rekasi radikal bebas dalam membaran

bilogis yang kaya dengan asam lemak tak jenuh ganda (Rahardjanto, 2019).

Secara umum pengertian dari malondialdehyde merupakan zat oksidan atau


27

radikal bebas yang merupakan hasil dari peroksida lipid (Situmorang and Zulham,

2020). Produk sekunder hasil dari proses peroksida lipid yaitu malondialdehide

yang dijadikan sebagai penanda kerusakan sel atau jaringan yang diakibatkan oleh

stres oksidatif (Euis, 2018). Keberadaan radikal bebas ini dapat dikaetahui

melalui kadar malondialdehyde sebagai produk peroksida lipid (Yustika,

Aulannia’am and Prasetyawan, 2013). Banyak faktor yang mempengaruhi

peningkatan derajat keparahan suatu penyakit, salah satunya yaitu adanya stres

oksidatif. Malondialdehyde merupakan penanda stres oksidatif yang spesifik yang

berkaitan dengan proses peroksida lipid (Anggraeni, Setyaningrum and

Listiawan, 2017). Apabila terjadi reaksi peroksida lipid secara terus-menerus akan

meningkatkan kadar dari malondialdehyde yang menyebabkan kerusakan sel

(Situmorang and Zulham, 2020).

2.7.1 Pengukuran Kadar Malondialdehyde

Malondialdehyde merupakan salah satu produk akhir dengan berat molekul

rendah hasil dari degradasi hidroperoksida lipid yang merupakan produk akhir

dari peroksida lipid dan sering digunakan sebagai biomarker dari stres oksidatif.

Metode yang paling umum digunakan untuk menilai kadar malondialdehyde

adalah TBARS (Thiobarbituric Acid Reactive Substances). Tingkat

malondialdehyde dapat terlihat dari perubahan warna yang menjadi larutan merah

muda (Korkmaz, 2018). Pengukuran kadar malondialdehyde dapat dilakukan

dalam urin dan darah. Metode TBARS (Thiobarbituric Acid Reactive Substances)

merupakan metode yang pertama kali digunakan pada tahun 1978 dimana untuk

pengukuran TBARS masih merupakan alat yang umum dan merupakan metode
28

yang mudah untuk menentukan kandungan relatif sampel lipid peroksida

termasuk pada plasma, serum, supernatan kultur sel dan sampel urin. Multy

Unsaturated lipid paling memungkin untuk membentuk peroksida karena

merupakan lipid yang paling reaktif di dalam metode TBARS. Kit penguji zat

TBARS merupakan suatu alat yang digunakan untuk pengukuran kuantitatif

malondialdehyde dalam sampel biologis. Sampel yang mengandung

malondialdehyde akan direaksikan dengan TBA. Setelah itu sampel dan standar

dapat dibaca menggunakan spektrofotometri atau fluorometri. Pengujian

parameter TBARS merupakan analisis kimia yang memerlukan waktu 2-3 jam

dan dirancang untuk mengukur TBARS dalam sel kultur supernat, lisat sel,

serum, plasma dan urin (R&D Systems Europe, 2013). Rata-rata kadar

malondialdehyde pada orang normal kurang dari 1,03 nmol/ml dan dua kali nilai

tersebut adalah patologis (Titiek, 2018).


BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Konsentrasi benzena di
udara lingkungan kerja

Inhalasi benzena
Karakteristik Individu :
1. Usia
2. IMT
3. Masa kerja
Absorpsi benzena 4. Jenis Kelamin
5. Status Merokok

Distribusi benzena di
dalam darah

Metabolisme Radikal bebas (ROS)

Peroksida Lipid
Eksresi melalui urin

Malondialdehyde (MDA)

Stres Oksidatif

Sumber : ATSDR, 2007


Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan :
_____________= diteliti
-------------------- = tidak diteliti
30
31

Paparan benzena di udara lingkungan kerja salah satunya ruang produksi

berasal dari bahan kimia yang digunakan di industri percetakan CV Kato

Surabaya seperti tinta dapat dengan mudah menguap dan memenuhi ruang

produksi. Pekerja yang melakukan kegiatan produksi di lingkungan kerja ini akan

terpapara oleh benzena. Benzena dapat masuk ke dalam tubuh melalui 3 jalur

yaitu inhalasi, ingesti, dan kulit. Jalur pajanan secara inhalasi lebih besar

dibandingkan ingesti dan kulit karena sifat benzena yang mudah menguap dan

mudah diserap ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan. Benzena yang masuk

ke dalam tubuh secara inhalasi akan mengalami proses absorbsi yang dipengaruhi

oleh karakteristik individu pekerja seperti usia, masa kerja, indeks masa tubuh

(IMT), jenis kelamin dan status merokok.

Benzena yang diabsorpsi melalui inhalasi akan di distribusikan ke seluruh

tubuh menuju ke aliran darah. Setelah didistribusikan akan dimetabolisme oleh

hati dengan CYPE21 menjadi benzena oksida. Benzena oksida tersebut bersifat

reaktif seperti radikal bebas yang dapat membentuk reaksi peroksida lipid. Reaksi

peroksida lipid berantai terjadi dengan menambahkan atom hidrogen dari sisi

rantai karbon metilen. Radikal lipid ini kemudian bereaksi dengan oksigen untuk

membentuk radikal peroksil. Radikal peroksil akan menginisiasi reaksi berantai

serta mengubah polyunsaturated fatty acid (PUFA) menjadi lipid hidroperoksida.

Lipid peroksida bersifat sangat tidak stabil dan mudah diurai menjadi produk

sekunder seperti aldehid dan malondialdehyde. Adanya proses peroksida lipid ini

akan meningkatkan jumlah radikal bebas atau ROS (Reactive Oxygen Species) di

dalam tubuh dapat mengakibatkan stres oksidatif. Malondialdehyde merupakan


32

produk sekunder dari peroksida lipid yang dijadikan sebagai penanda kerusakan

sel atau jaringan yang diakibatkan oleh stres oksidatif.


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Rancang Bangun Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional deskriptif

karena peneliti tidak memberikan perlakuan pada subyek penelitian dan

melakukan pengamatan secara langsung pada tempat penelitian. Menurut waktu

pengumpulan data, rancang bangun penelitian ini adalah cross sectional karena

pengamatan dan pengukuran variabel penelitian dilakukan dalam satu waktu.

4.2 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja industri percetakan CV

Kato Surabaya berjumlah 19 orang.

4.3 Sampel, Besar Sampel, Cara Penentuan Sampel dan Cara Pengambilan
Sampel.

Sampel dalam penelitian ini menggunakan total populasi yaitu seluruh

pekerja Industri Percetakan CV Kato Surabaya yang berjumlah 19 orang. Kriteria

inklusi sampel penelitian meliputi meliputi

a. Pekerja bersedia menjadi responden dalam penelitian ini dan bersedia

untuk diambil darahnya

b. Pekerja tetap di percetakan CV Kato Surabaya dan jam kerja minimal 8

jam

c. Telah bekerja di percetakan CV Kato Surabaya minimal 1 tahun

Kriteria Eksklusi sampel peneltitian ini meliputi :

33
34

a. Memiliki riwayat penyakit diabetes melitus, penyakit kulit dan

kardiovaskuler sebelum bekerja di penyamakan kulit.

4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi pengambilan data penelitian dilakukan di industri percetakan CV

Kato Surabaya, Jalan Karah No. 79 Kecamatan Jambangan, Kota Surabaya.

Penelitian dilakukan pada bulan Desember - Januari 2021.

4.5 Variabel, Definisi Operasional, Cara pengukuran, dan Skala Data

4.5.1 Variabel Penelitian

1. Variabel Dependen penelitian ini adalah kadar malondialdehyde dalam

darah

2. Variabel Independen penelitian ini adalah konsentrasi benzena di udara,

karakteristik individu pekerja (usia, IMT (Indeks Massa Tubuh), jenis

kelamin, masa kerja dan status merokok)

4.5.2 Defenisi Operasional

Tabel 4.1 Variabel, Defenisi Operasional, Cara pengukuran, dan Skala Data
No Variabel Definisi Cara Skala
Operasional Pengukuran Data
1. Kadar Jumlah kadar Pengukuran Rasio
Malondialdehyd malondialdehyde kadar
e yang ada malondialdehyde
dalam darah menggunakan
pekerja industri sprektrofotometer
percetakan CV dengan panjang
Kato Surabaya gelombang 532
nm dan
menggunakan
metode TBARS
(Thiobarbituric
Acid Reactive
Substances)
35

No Variabel Definisi Cara Skala


Operasional Pengukuran Data
Kadar normal
malondialdehyde:
1,03 nmol/ml
(Titiek, 2018)
2 Konsentrasi Jumlah Pengkuruan Rasio
Benzena di udara konsentrasi dilakukan oleh
benzena di udara UPTK3 Surabaya
lingkungan kerja menggunakan
pada industri metode NIOSH
percetakan CV 1501-2003 (gas
Kato Surabaya chromatograpy)

NAB = 0,5 ppm


(Peraturan
Menteri
Ketenagakerjaan
Republik
Indonesia Nomor
5 Tahun 2018)
3 Usia Lama responden Kuesioner Rasio
hidup dalam tahun
yang dihitung dari
tahun lahir hingga
tanggal penelitian
dilakukan
4 Indeks Masa Indikator status Penimbangan Ordinal
Tubuh (IMT) gizi yang berat badan (BB)
dihasilkan dari dengan
pembagian berat menggunakan
badan dalam timbangan badan
kilogram dengan digital dan
tinggi badan dalam pengukuran
meter yang tinggi badan (TB)
dikuadratkan dengan
menggunakan
satuan meter.
Perhitungan IMT
dengan rumus
IMT = BB (kg)
TB2 (m2)

Kategori :
36

No Variabel Definisi Cara Skala


Operasional Pengukuran Data
1 Kurus tingkat
berat ( <
17,0)
2 Kurus tingkat
ringan (17,0 –
18,4)
3 Normal (18,5
– 25,0)
4 Gemuk
tingkat ringan
(25,1 – 27,0)
5 Gemuk
tingkat berat
(> 27,0)
(Kemenkes,
2018)
5 Masa Kerja Lama pekerja Kuesioner Rasio
terpapar benzena
dihitung dalam
tahun.
6 Jenis kelamin Jenis kelamin Kuesioner Nominal
responden wawancara
termasuk laki-laki 1. Laki-laki
atau perempuan 2. Perempuan
7 Status Merokok Perilaku merokok Kuesioner Nominal
aktif responden - Perokok aktif
saat dilakukannya - Bukan
penelitian. perokok aktif

4.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

4.6.1 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah meyetujui informed consent. Teknik

pengumpulan data dilakukan berupa :

1. Wawancara dan kuesioner

Pengumpulan data karakteristik responden meliputi usia, masa kerja, jenis

kelamin dan status merokok di dapatkan melalui wawancara pada pekerja di


37

industri percetakan CV Kato Surabaya menggunakan kuesioner. Untuk

penghitungan Indeks Masa Tubuh (IMT) didapatkan dari pengukuran berat

badan dan tinggi badan pekerja.

2. Pengukuran Sampel Lingkungan

Data konsentrasi benzena di udara pada tempat kerja diperoleh dari

pengambilan sampel lingkungan di industri percetakan CV Kato Surabaya

dengan metode NIOSH 1501 (Gas Chromatography) melalui bantuan petugas

ahli dari unit pelaksana teknis keselamatan dan kesehatan kerja (UPTK3)

Surabaya. Pengambilan sampel lingkungan dilakukan pada 3 titik di tempat

kerja industri percetakan CV Kato Surabaya.

3. Pengukuran Sampel Kadar Malondialdehide (MDA)

Pengambilan sampel kadar malondialdehyde di dalam darah yang berada pada

tubuh pekerja industri percetakan CV Kato Surabaya. Pengambilan

Pengambilan sampel darah dilakukan oleh tenaga analisis kesehatan

laboraturium Institute of Tropical Desease (ITD) Universitas Airlangga.

Darah pekerja diambil setelah bekerja di hari itu. Untuk pengukur kadar

malondialdehyde menggunakan metode TBARS (Thiobarbituric Acid

Reactive Substances) dengan Thiobarbituric Acid (TBA) dalam serum yang

menghasilkan warna merah muda. Pembacaan absorbansinya menggunakan

spektrofotometer pada panjang gelombang 532 nm. Intensitas warna yang

dihasilkan bersifat proporsional secara langsung dengan konsentrasi TBARS

pada serum. Pemeriksaan kadar malondialdehyde serum dilakukan di

Laboraturium Biokimia Fakultas Kedokteran Unair.


38

4.6.2 Instrumen Pengambilan Data

Instrumen untuk pengumpulan data menggunakan lembar kuesioner dan

wawancara terkait karakteristik invidu pekerja di industri percetakan CV Kato

Surabaya meliputi usia, masa kerja, jenis kelamin dan status merokok.

Pengukuran berat badan dan tinggi badan untuk perhitungan Indeks Massa Tubuh

(IMT), Pengukuran konsentrasi benzena di udara tempat kerja dan pengukuran

kadar malondialdehide pada darah pekerja Industri Percetakan CV Kato

Surabaya.
39

4.7 Kerangka Operasional

Pekerja industri percetakan


Kondisi lingkungan kerja CV Kato Surabaya

Persiapan rencana pengukuran Penjelasan terkait tujuan


benzena di udara lingkungan penelitian dan pengisian
kerja dengan metode NIOSH dokumen informed consent
1501 oleh UPT K3 Surabaya

Wawancara menggunakan
kuesioner pada pekerja
Pengukuran konsentrasi
benzena di udara
lingkungan tempat kerja
Pengambilan sampel darah
responden oleh tenaga analisis
kesehatan TDC dan pemeriksan MDA
di Laboraturium Biokimia FK UNAIR

Pengelolaan dan analisis data

Gambar 4.2 Kerangka Operasional


40

4.8 Teknik Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan pada setiap variabel hasil penelitian dengan

menggunakan tabel distribusi frekuensi. Selanjutnya akan dihasilkan distribusi

dan persentase dari setiap variabel. Analisis deskriptif disajikan dalam betuk

tabel dan narasi.

2. Analisis Hubungan

Penelitian ini menggunakan dua uji statistik yaitu uji korelasi person, uji

korelasi spearmen dan uji korelasi point biserial. Uji korelasi person

digunakan untuk data yang berskala rasio dan rasio. Untuk uji korelasi

spearmen digunakan untuk data yang berskala ordinal dan rasio. Sedangkan uji

korelasi point biserial untuk data yang berskala nominal dan rasio. Nilai

koefisien korelasi berada dalam kisaran -1 hingga +1. Tanda (-) atau (+)

menunjukkan arah hubungan. Semakin nilai koefisien korelasi mendekati 1

maka semakin kuat hubungannya. Berikut interpretasi nilai koefisien korelasi

menurut Sarwono (2006) :

Tabel 4.2 Kekuatan hubungan

Nilai Makna
0 Tidak ada
>0-0,25 Sangat lemah
>0,25-0,5 Cukup
>0,5-0,75 Kuat
>0,75-0,99 Sangat Kuat
1 Sempurna
41

Sumber : Sarwono (2006)


42

DAFTAR PUSTAKA

Agency for Toxic Substances and Disease Registry. 2007. Toxicological Profile
for Benzene. [pdf] Atlanta: Agency for Toxic Substances and
Disease
Registry. Tersedia di: https://www.atsdr.cdc.gov/toxprofiles/tp3.pdf
[4 November 2019]
ACGIH (2018) Biological Exposure Indices (BEI), Chemical Health and Safety.
doi: 10.1016/s1074-9098(00)00190-8.
Allied Pressroom Product Chemicals for the Intenational Printing Industry (2015)
Safety Data Sheet EC Plate Cleaner ( USA ).
Anggraeni, S., Setyaningrum, T. and Listiawan, Y. (2017) ‘Perbedaan Kadar
Malondialdehid (MDA) sebagai Petanda Stres Oksidatif pada
Berbagai Derajat Akne Vulgaris’, Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin – Periodical of Dermatology and Venereology, 29(1), pp.
36–43.
ATSDR (2007) ‘Chemical and Physical Information Relevance to Public Health
(Health Effects) Routes of Exposure Benzene in the Environment’,
p. 2.
Ayu, M. (2020) ‘Hubungan Antara Paparan benzena Di Udara Dengan Kadar
SPMA Di Urin’, Journal of Chemical Information and Modeling.
Ayu, M. et al. (2020) ‘Relationship between Benzene Concentrations with
Erythrocyte , Hemoglobin , and Health Complaints of Workers in
Surabaya Printing Industry’, 14(4), pp. 3112–3119.
Dayu Febriantika, Sulistiyani and Budiyono (2017) ‘ANALISIS RISISKO
KESEHATAN PAJANAN BENZENA DI INDUSTRI
PERCETAKAN X KOTA SEMARANG’, Journal of Chemical
Information and Modeling, 5, Nomor 1.
Fahrudhi, H. (2017) ‘Risiko Menderita Kanker Dan Non Kanker Pada Pekerja
Terpapar Benzena Di Home Industrysepatu Kelurahan Tambak Oso
Wilangun Surabaya’, The Indonesian Journal of Occupational
Safety and Health, 6(1), p. 68. doi: 10.20473/ijosh.v6i1.2017.68-77.
Fatimah, R., Utomo, S. W. and Acid, S. (2020) ‘STRES OKSIDATIF PADA
PEKERJA YANG TERPAJAN BENZENA MELALUI
PENGUKURAN PLASMA MALONDIALDEHID ( MDA )
( STUDI KASUS PADA PEKERJA BENGKEL SANDAL /
SEPATU DI DESA SUKAJAYA , KECAMATAN TAMANSARI ,
KABUPATEN BOGOR TAHUN 2018 )’, 8(1), pp. 9–19.
Hasibuan, D. K. (2014) ‘Implementasi Program Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) Kepada Tenaga Kerja Bongkar Muat yang Berada di
Koperasi Samudra Sejahtera (KOMURA) Pelabuhan Samarinda’,
eJournal Ilmu Pemerintahan, 1(6), pp. 1742–1752.
ILO (2018) Meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Pekerja Muda, Kantor
Perburuhan Internasional , CH- 1211 Geneva 22, Switzerland.
Available at: http://www.oit.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-
43

bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_627174.pdf.
Kementerian Kesehatan RI (2018) ‘FactSheet Obesitas Kit Informasi
Obesitas.pdf’, pp. 1–8.
Korkmaz, M. A. Y. C. S. V. (2018) ‘Determination of the Level of
Malondialdehyde Forming as a Result of Oxidative Stress Function
in Fish’, International Journal of Science and Research (IJSR), 7(4),
pp. 133–136. doi: 10.21275/ART20181249.
Mustopa, N. E. and Prasetia, A. R. (2015) ‘Peluang Dan Tantangan Umkm
Bidang Percetakan Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean
2015’, Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif Menghadapi
ASEAN Economic Community 2015, pp. 213–224. doi:
10.13140/RG.2.1.3036.9367.
Naik, M. S. S. and Maithily, K. (2017) ‘Analysis of Oxidative Stress in Chronic
Exposure to Petroleum Hydrocarbons in Karnataka, India’, Asia
Pacific Journal of Medical Toxicology, 6(1), pp. 6–11. Available at:
http://apjmt.mums.ac.ir/article_8471_0e21a2d895499eada5e34dc72
a312740.pdf.
NIOSH (2007) NIOSH POCKET GUIDE TO CHEMICAL HAZARDS, DHHS
(NIOSH) Publication No. 2005-149. doi: 10.1109/icnn.1993.298588.
Permenakertrans (2018) ‘Peraturan menteri ketenagakerjaan republik indonesia
nomor 5 tahun 2018’, Jurnal Pendidikan, Teknologi dan Kejuruan,
4(2), pp. 200–207. Available at:
https://media.neliti.com/media/publications/163927-ID-kajian-
keselamatan-dan-kesehatan-kerja-b.pdf%0Ahttp://ejournal-
unisma.net.
Poli, D. et al. (2019) Benzene: Environmental exposure, Encyclopedia of
Environmental Health. Elsevier Inc. doi: 10.1016/B978-0-12-
409548-9.09582-8.
PT. Pertamina (Persero) (2017) ‘Safety Data Sheet’, Safety Data Sheet, (March),
pp. 1–10. Available at:
https://www.tribunnewswiki.com/2020/01/31/pt-pertamina-persero.
R&D Systems Europe, L. (2013) ‘TBARS assay: For the quantitative
determination of Thiobarbituric Acid Reactive Substances (TBARS)
concentrations in cell culture supernates, cell lysates, serum, plasma,
and urine.’, pp. 1–13.
Rahardjanto, H. & A. (2019) (Teori dan Aplikasi dalam Biomonitoring).
Ramana, K. V., Srivastava, S. and Singhal, S. S. (2019) ‘Lipid peroxidation
products in human health and disease 2019’, Oxidative Medicine
and Cellular Longevity, 2019, pp. 1–3. doi: 10.1155/2019/7147235.
RBP Chemical Technology (2018) ‘Safety Data Sheet RBP Chemical
Thechnology Inc : Sure Wash’, Safety Data Sheet Number : J5117,
pp. 1–6. Available at:
https://shrinkwrapcontainments.com/Images/media/SDS Shrink
Film.pdf.
Redjeki, S. (2016) Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Pusdik SDM Kesehatan.
44

Available at: http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-


content/uploads/2017/08/Kesehatan-dan-Keselamatan-Kerja-
Komprehensif.pdf.Sadriyani, S. (2008) ‘ANALISIS PENGARUH
KONSENTRASI BENZENA DITEMPAT KERJA TERHADAP
KADAR FENOL DALAM URINE TENAGA KERJA BENGKEL
RUMBIA JAYA MAKASSAR’, Thesis. Available at:
https://www.bertelsmann-stiftung.de/fileadmin/files/BSt/Publikation
en/GrauePublikationen/MT_Globalization_Report_2018.pdf
%0Ahttp://eprints.lse.ac.uk/43447/1/India_globalisation, society and
inequalities(lsero).pdf%0Ahttps://www.quora.com/What-is-the.
Salim, R. N. (2012) ‘Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Pada Karyawan
di SPBU “x” Pancoranmas Depok’, Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Indonesia, (Januari).
Salminen, A., Kaarniranta, K. and Kauppinen, A. (2013) ‘Crosstalk between
oxidative stress and SIRT1: Impact on the aging process’,
International Journal of Molecular Sciences, 14(2), pp. 3834–3859.
doi: 10.3390/ijms14023834.
Setiowati, D. (2017) ‘Kadar Fenol Urine Tinggi Dan Keluhan Kesehatan Pada
Pekerja Terpajan Benzena Di Industri Kecil Sandal Wedoro
Sidoarjo’, Jurnal Kesehatan Lingkungan, pp. 402–408.
Setiyono (2017) ‘BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri
Percetakan’, Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakan,
pp. 297–348.
Sigh, Z. et al. (2015) ‘Use of Malondialdehyde as a Biomarker for Assessing
Oxidative Stress in Different Disease Pathologies: a Review’,
Iranian Journal of Public Health, 45, pp. 1–11.
Singh, Z. et al. (2014) ‘Use of malondialdehyde as a biomarker for assessing
oxidative stress in different disease pathologies: A review’, Iranian
Journal of Public Health, 43(3), pp. 7–16.
Siregar, A. F. (2019) ‘Paparan Benzena di Udara Ambien dan Kadar Trans- Trans
Muconic Acid Urin Pada Pekerja Industri Percetakan di Kota
Medan’, Berita Kedokteran Masyarakat, 35(3), pp. 107–112.
Available at: file:///C:/Users/HP/Downloads/43021-134343-1-PB
(1).pdf.
Situmorang, N. and Zulham (2020) ‘Malondialdehyde ( MDA )’, 2(2). doi:
https://doi.org/10.35451/jkf.v2i2.338.
Smith, M. T. (2010) ‘Advances in understanding benzene health effects and
susceptibility’, Annual Review of Public Health, 31, pp. 133–148.
doi: 10.1146/annurev.publhealth.012809.103646.
Soemarko, D. S. et al. (2017) ‘The Role of CYP4502E1 Genetic Polymorphism
on Benzene Metabolism’, eJournal Kedokteran Indonesia, 5(2). doi:
10.23886/ejki.5.7430.
Subandrate and Safyudin (2016) ‘Kadar MDA ( Malondialdehid ) Karyawan
SPBU di Kota Palembang’, Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, 2(3),
pp. 277–281. Available at:
45

https://www.researchgate.net/publication/308898341%0AKadar.
Tesoro Refining & Marketing Co. (2011) ‘Material Safety Data Sheet: Naphtha’,
pp. 1–8. Available at:
https://www.collectioncare.org/MSDS/naphthamsds.pdf.
The National Center for Environmental Assessment-Whashington Divison (2010)
Toxicological Review of, Review Literature And Arts Of The
Americas. doi: http://www.epa.gov/iris/toxreviews/0070tr.pdf.
Titiek, B. (2018) BIOMARKER TOKSISITAS PAPARAN LOGAM TINGKAT
MOLEKULER.
Triandani, K. (2018) ‘Perbandingan Kadar Gula Darah Sewaktu dan Indeks Masa
Tubuh Mahasiswa Baru Fakultas Kedokteran USU Angkatan 2018
Sebelum dan Sesudah Perkuliahan Semester Awal (skripsi)’.
Tualeka, A. R. et al. (2020) ‘Relationship of Benzene Concentration, ECR
Benzene, Malondialdehyde, Glutathione, and DNA Degeneration in
Shoe Industrial Workers in Osowilangun, Indonesia’, Dose-
Response, 18(2), pp. 1–6. doi: 10.1177/1559325820921023.
Uzma, N., Kumar, S. S. and Hazari, M. A. H. (2010) ‘Exposure to benzene
induces oxidative stress, alters the immune response and expression
of p53 in gasoline filling workers’, American Journal of Industrial
Medicine, 53(12), pp. 1264–1270. doi: 10.1002/ajim.20901.
World Health Organization (2011) ‘Biomarkers & Human Biomonitoring’,
Training for the Health Sector, pp. 1–35. Available at:
http://www.who.int/ceh/capacity/biomarkers.pdf.
Yustika, A. R., Aulannia’am and Prasetyawan, S. (2013) ‘Kadar malondialdehid
(mda) dan gambaran histologi pada ginjal tikus putih (’, Student
Journal, 1(2), pp. 222–228.
46

Lampiran 1. Informed Consent

INFORMED CONSENT PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA


KONSENTRASI BENZENA DENGAN KADAR MALONDIALDEHYDE
PADA PEKERJA INDUSTRI PERCETAKAN CV KATO SURABAYA
Persetujuan menjadi Responden
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat :
Telah mendapat keterangan dengan jelas dan rinci mengenai :
Penelitian yang berjudul “Hubungan Konsentrasi Benzena dengan Kadar
Malondialdehyde pada Pekerja Industri Percetakan CV Kato Surabaya”

1. Perlakuan yang akan diterapkan kepada responden


2. Manfaat mengikuti penelitian
3. Prosedur penelitian

Oleh karena itu, saya *bersedia/tidak bersedia untuk menjadi responden


penelitian dengan penuh kesadaran dan tanpa keterpaksaan.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa adanya tekanan
pihak manapun
Surabaya, ..........................

Peneliti Responden
47

(Frizki Rana Karisma P) ( )

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

Hubungan Konsentrasi Benzena Dengan Kadar Malondialdehyde Pada


Pekerja Industri Percetakan CV Kato Surabaya

No Responden :
Hari/tanggal wawancara :
Pewawancara :

A. Karakteristik Responden
1 Nama :
2 Usia : .. tahun
3 Tempat tanggal lahir :
4 Jenis Kelamin :
5 Pendidikan : 2.7 SD
2.8 SMP
2.9 SMA
2.10 Perguruan Tinggi
6 Tinggi Badan (TB) : .. cm
7 Berat Badan : .. Kg
8 Bagian/Posisi :

B. Tingkat Paparan
1 Berapa Lama Anda telah bekerja di : ... hari/minggu/bulan/tahun
industri percetakan CV Kato Surabaya?
2 Berapa lama rata-rata Anda bekerja : .. jam
dalam sehari?
3 Berapa lama waktu istirahat Anda? : ... jam
4 Berapa hari Anda bekerja dalam : ... jam
seminggu?
5 Apakah Anda tetap bekerja pada hari :
libur/libur nasioanl?

C. Pola Aktivitas
1. Apakah Anda perokok aktif atau bukan?
a. Iya
b. Tidak
Jika jawaban Ya
a. Berapa batang rokok per hari? ... batang
b. Sudah berapa lama Anda merokok? ... tahun

Anda mungkin juga menyukai