Anda di halaman 1dari 204

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL

TERPADU DI PUSKESMAS BANDARHARJO


KOTA SEMARANG

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh
Niken Amran
NIM. 6411412092

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016

i
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang
Juni 2016

ABSTRAK
Niken Amran
Analisis Pelaksanaan Program Antenatal Terpadu di Puskesmas Bandarharjo
Kota Semarang
VI + 106 halaman + 5 tabel + 5 gambar + 21 lampiran

Antenatal Terpadu adalah pelayanan antenatal komprehensif dan


berkualitas yang diberikan kepada ibu hamil, setiap kehamilan dalam
perkembangannya mempunyai resiko. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pelaksanaan program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo
Kota Semarang.
Jenis metode penelitian ini adalah kualitatif. Informan utama berjumlah 8
orang yang dipilih berdasarkan teknik purposive sampling dan 2 informan
triangulasi. Pengambilan data dilakukan dengan instrumen berupa pedoman
wawancara mendalam, lembar observasi, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah tenaga bidan yang ada belum
sesuai dengan ketetapan Kemenkes RI. Sarana dan prasarana yang ada telah
mencukupi dan memadai untuk pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu.
Pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu telah melaksanakan standar 10T seperti
yang ditetapkan oleh Kemenkes RI, hanya saja adanya keterbatasan waktu dan
tenaga sehingga mengakibatkan tumpang tindih dalam pelaksanaan program
antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.
Saran yang peneliti rekomendasikan adalah bagi Puskesmas Bandarharjo
dapat melakukan pengkajian kembali terkait dengan jadwal shift bidan agar tidak
terjadi tumbukan job desk sehingga dengan jumlah sumber daya manusia yang
terbatas, dapat tetap mengcover berbagai program. Saran bagi Dinas Kesehatan
Kota Semarang diharapkan terus memantau, memonitoring dan melakukan evaluasi
seluruh pelaksanaan program puskesmas yang ada di Kota Semarang. Melakukan
pengkajian terhadap target program yang akan dilaksanakan.

Kata Kunci : Pelaksanaan; Antenatal Terpadu; Puskesmas.


Kepustakaan : 31 (1994-2015)

ii
Public Health Science Department
Faculty of Sport Science
Semarang State University
June 2016

ABSTRACT
Niken Amran
Analysis of Implementation Integrated Antenatal Program at Bandarharjo
Puskesmas Semarang City,
VI + 106 pages + 5 table + 5 images + 21 attachments

Servicing of integrated Antenatal is a comprehensive and quality antenatal


servicing for pregnant women, every pregnancy has a risk of complicating factor.
There fore, the antenatal servicing must be done intensively or routine integrited
and good quality antenatal servicing the purpose of this research is to know the
implementation of integrated antenatal program at Bandarharjo Puskesmas
Semarang City.
The method of this research is qualitative form the first group are eight
women who are chosen based on purposive sampling technique and two
triangulation women, the taking of data was done by independent interview,
observation, and documentation.
The result showed that the number of midwifes are still not appropriate with
the regulation of the Indonesian Ministry of Health. The available infrastructures
are suitable for the process of integrated antenatal. It has done 10T as it has been
required by Indonesian Ministry of Health. However, there are limitedness the time
and staffs so that they are mutinally overlapping in implementation integrited
antenatal program at Bandarharjo Puskesmas Semarang City.
Researcher suggests Bandarharjo Puskesmas to review that related to the
schedule of widwifes time job in order not to mutually overlapping with source of
staffs that can be involved some program and governments semarang city can do
monitoring, evaluate all implementation programs at Puskesmas. By doing the
reviews to get the target that will be done.

Keywords : Implementation; Integrated Antenatal; Puskesmas.


Literature : 31 (1994-2015)

iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau

telah selesai dari sesuatu urusan, tetaplah bekerja keras untuk urusan yang

lain, dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap (Q.S Al Insyirah: 6-

8).

2. Bila kita merasa letih karena berbuat kebaikan, maka sesungguhnya

keletihan itu akan hilang dan kebaikan akan kekal. Bila kita bersenang-

senang dengan dosa, kesenangan itu akan hilang dan dosa yang akan kekal

(Umar bin Khattab).

PERSEMBAHAN

Tanpa mengurangi rasa syukur kepada Allah SWT,

skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Papa (Amran) dan Mama (Nifestri).

2. Kakak (Ari Wijaya Amran dan Adinda

Amran).

3. Adik (Wulan Amran).

4. Asep Alvan

5. Almamaterku Unnes.

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkah dan ridhoNya

sehingga skripsi yang berjudul Analisis Pelaksanaan Program Antenatal

Terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang dapat terselesaikan

dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas

Negeri Semarang.

Skripsi ini dapat diselesaikan dengan bantuan dan kerjasama dari berbagai

pihak, dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat, saya menyampaikan terima

kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Ibu Prof.

Dr. Tandiyo Rahayu, M.Pd, atas ijin penelitian yang telah diberikan.

2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan

Universitas Negeri Semarang, Bapak Irwan Budiono, S.KM, M.Kes (Epid),

atas persetujuan penelitian yang telah diberikan.

3. Dosen Pembimbing, Bapak Drs. Bambang Wahyono, M.Kes, atas

bimbingan, arahan, serta masukan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu

Keolahrgaan Universitas Negeri Semarang atas bekal ilmu pengetahuan

yang diberikan selama di bangku perkuliahan.

5. Staf TU Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bapak Sungatno dan Bapak

Wibowo serta seluruh staf TU Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas

vii
Negeri Semarang yang telah membantu dalam segala urusan administrasi

dan surat perijinan penelitian.

6. Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, dr. Widoyono, M.PH atas ijin

yang diberikan untuk melaksanakan penelitian.

7. Kepala Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang, Bapak Tri Susilo Hadi,

S.KM, M.Kes, atas ijin penelitian dan masukan yang diberikan.

8. Bidan Poli KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) Puskesmas Bandarharjo Kota

Semarang, Ibu Erna Faulina, Ibu Endang Erawati, Am Keb, Ibu Sumarni,

Am.Keb atas waktu dan informasinya terkait penelitian ini.

9. Ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang,

yang telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.

10. Sahabat-sahabat terbaikku (Liza, Jesi, Rahma, Atika, Ella, Putri, Nova, Ica,

Ayu, Sonya, Wati) dan adik-adik kos Griya Bunda atas bantuan dan

motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

11. Teman-teman Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat angkatan 2012 atas

bantuan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga amal baik dari semua pihak mendapatkan pahala yang berlipat

ganda dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna, sehingga masukan dan kritikan sangat diharapkan guna penyempurna

karya selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, Juni 2016

Niken Amran

viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

ABSTRAK ......................................................................................................... ii

ABSTRACT ......................................................................................................iii

PENGESAHAN ................................................................................................ iv

PERNYATAAN ................................................................................................. v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xvi

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 5

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 6

1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 7

1.5 Keaslian Penelitian ............................................................................ 7

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 10

2.1 Landasan Teori ................................................................................ 10

ix
2.1.1 Analisis ................................................................................... 10

2.1.2 Puskesmas .............................................................................. 11

2.1.3 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak ....................................... 15

2.1.4 Pelayanan Antenatal Terpadu ................................................ 17

2.1.5 Defenisi Sistem ...................................................................... 29

2.1.6 Pelaksanaan Program Antenatal Terpadu di Puskesmas ........ 33

2.2 Kerangka Teori ................................................................................ 43

BAB III METODELOGI PENELITIAN ..................................................... 45

3.1 Alur Pikir ......................................................................................... 45

3.2 Fokus Penelitian .............................................................................. 45

3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian ....................................................... 46

3.4 Sumber Informasi ............................................................................ 47

3.5 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan Data ...................... 51

3.6 Prosedur Penelitian .......................................................................... 53

3.7 Pemeriksaan Keabsahan Data .......................................................... 55

3.8 Teknik Analisis Data ....................................................................... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN ...................................................................... 58

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian................................................. 58

4.1.1 Puskesmas Bandarharjo ........................................................... 58

4.2 Hasil Penelitian ................................................................................. 60

4.2.1 Karakterisitk Informan Penelitian .......................................... 60

4.2.2 Hasil Penelitian Input .............................................................. 62

4.2.3 Hasil Penelitian Proses ............................................................ 73

x
4.2.4 Hasil Penelitian Output............................................................ 83

BAB V PEMBAHASAN ................................................................................. 85

5.1 Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................ 85

5.1.1 Komponen Input ...................................................................... 85

5.1.2 Komponen Proses ................................................................... 92

5.1.3 Komponen Output ................................................................... 97

5.2 Hambatan Dan Kelemahan Penelitian .............................................. 99

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 101

6.1 Simpulan ......................................................................................... 101

6.2 Saran ............................................................................................... 102

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 104

xi
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian.............................................................................. 7

Tabel 2.1 Jenis Pemeriksaan Pelayanan Antenatal Terpadu ............................. 26

Tabel 4.1 Karakteristik Informan Utama .......................................................... 61

Tabel 4.2 Karakteristik Informan Triangulasi ................................................... 61

Tabel 4.3 Daftar Kondisi Prasarana .................................................................. 69

xii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Alur Pelayanan Antenatal Terpadu ............................................. 38

Gambar 2.2 Kerangka Teori ............................................................................ 44

Gambar 3.1 Alur Pikir Penelitian ..................................................................... 45

Gambar 4.1 Peta Lokasi Puskesmas Bandarharjo ........................................... 60

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Tugas Pembimbing ........................................................ 108

Lampiran 2. Surat Permohonan Surat Kelaikan Etik Penelitian .................. 109

Lampiran 3. Surat Keterangan Ethical Clearance ....................................... 110

Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Fakultas untuk Badan

Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Semarang ......................... 111

Lampiran 5. Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Fakultas untuk Dinas

Kesehatan Kota Semarang ....................................................... 112

Lampiran 6. Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Fakultas untuk Puskesmas

Bandarharjo Kota Semarang.................................................... 113

Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

Kota Semarang ........................................................................ 114

Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Semarang .... 116

Lampiran 9. Surat Keterangan Puskesmas Bandarharjo Telah Menyelesaikan

Penelitian ................................................................................. 117

Lampiran 10. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian .............. 118

Lampiran 11. Lembar Persetujuan Keikutsertaan Subjek dalam Penelitian .. 120

Lampiran 12. Prosedur Wawancara Mendalam ............................................. 130

Lampiran 13. Pedoman Wawancara untuk Sie. Kesehatan Ibu dan Lansia

Bagian Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kota Semarang. 132

Lampiran 14. Pedoman Wawancara untuk Bidan Puskesmas Bandarharjo

Kota Semarang ........................................................................ 137

xiv
Lampiran 15. Pedoman Wawancara untuk Kepala Puskesmas Bandarharjo

Kota Semarang ........................................................................ 156

Lampiran 16. Pedoman Wawancara untuk Ibu Hamil ................................... 161

Lampiran 17. Pedoman Observasi Ketersediaan Sarana dan Prasarana ........ 176

Lampiran 18. Pedoman Observasi Proses Pelayanan Antenatal .................... 179

Lampiran 19. Identitas Informan Utama ........................................................ 180

Lampiran 20. Identitas Informan Triangulasi ................................................ 181

Lampiran 21. Dokumentasi Penelitian ........................................................... 182

xv
DAFTAR SINGKATAN

AKB = Angka Kematian Bayi

AKI = Angka Kematian Ibu

ANC = Antenatal Care

APBD = Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

APBN = Anggaran Pendapatan Belanja Negara

BBLR = Bayi Berat Lahir Rendah

BOK = Bantuan Operasional Kesehatan

BPJS = Badan Pelayanan Jaminan Sosial

CPD = Cephalo Pelvic Dispropotrion

Depkes = Departemen Kesehatan

Dinkes = Dinas Kesehatan

DJJ = Denyut Jantung Janin

DPRD = Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

HIV = Human Immunodeficiency Virus

IMD = Inisiasi Menyusu Dini

JKN = Jaminan Kesehatan Nasional

KB = Keluarga Berencana

KEK = Kurang Energi Kronis

Kemenkes = Kementrian Kesehatan

Kesga = Kesehatan Keluarga

KH = Kelahiran Hidup

xvi
KIA = Kesehatan Ibu dan Anak

KTP = Kekerasan Terhadap Perempuan

LILA = Lingkar Lengan Atas

MDGs = Millenium Development Goals

MPS = Making Pregnancy Safer

MTBS = Manajemen Terpadu Balita Sakit

PAD = Pendapatan Asli Daerah

PEB = Pre Eklampsia Berat

Permenkes = Peraturan Menteri Kesehatan

PK = Penanganan Komplikasi

RTP = Rencana Tingkat Puskesmas

SDM = Sumber Daya Manusia

SDKI = Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia

SOP = Standar Operasional Prosedur

SPM = Standar Pelayanan Minimal

TT = Tetanus Toksoid

UPTD = Unit Pelaksanaan Teknik Dinas

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Puskesmas dalam menjalankan fungsinya sebagai pelayanan kesehatan

masyarakat, bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan

dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan

nasional yang merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan

tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni Upaya Kesehatan Wajib dan juga

Upaya Kesehatan Pengembangan. Salah satu dari enam upaya kesehatan wajib

Puskesmas yaitu upaya kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana

(KIA/KB) (Kemenkes RI, 2014).

Berdasarkan data MDGs tahun 2011, Indonesia masih memiliki masalah

dalam mencapai tujuan MDGs yang kelima yaitu meningkatkan kesehatan ibu,

khususnya pada target menurunkan angka kematian ibu. Indonesia hanya baru dapat

menekankan dari 390 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup (tahun 2007), yang

mana target pada tahun 2015 yang sudah ditetapkan yaitu 102 per 100.000 kelahiran

hidup. Berdasarkan data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2012 menyebutkan bahwa AKI di Indonesia sebesar 359 per 100.000 kelahiran

hidup. Hal ini akan menjadi masalah tentunya dibidang kesehatan, sehingga timbul

beberapa pertanyaan mengapa tujuan tersebut masih belum tercapai.

Upaya untuk menurunkan angka kematian ibu salah satunya melalui

program pelayanan antenatal terpadu. Antenatal terpadu merupakan pelayanan

antenatal komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil.

1
2

Setiap kehamilan dalam perkembangannya mempunyai risiko mengalami penyulit

atau komplikasi, oleh karena itu pelayanan antenatal harus dilakukan secara rutin,

terpadu, dan sesuai standar pelayanan antenatal yang berkualitas (Kemenkes RI,

2013).

Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus

memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan standar yang terdiri dari 10T

(Timbang berat badan dan ukut tinggi badan, Ukur tekanan darah, Nilai status

gizi/ukur lingkar lengan atas (LiLA), Ukur tinggi fundus uteri, Tentukan presentasi

janin dan denyut jantung janin (DJJ), Skrining status imunisasi TT, Tablet tambah

darah, Pemeriksaan laboratorium, Tatalaksana/penanganan kasus, Temu

wicara/konseling) (Kemenkes RI, 2013).

Pemeriksaan kehamilan sangat penting dilakukan oleh semua ibu hamil

untuk mengetahui pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Hampir seluruh ibu hamil

di Indonesia (95,4%) sudah melakukan pemeriksaan kehamilan (K1) dengan

frekuensi minimal 4 kali selama masa kehamilannya adalah 83,5%. Adapun untuk

cakupan pemeriksaan kehamilan pertama pada trimester pertama adalah 81,6% dan

frekuensi ANC 1-1-2 atau K4 (minimal 1 kali pada trimester pertama, minimal 1

kali pada trimester kedua dan minimal 2 kali pada trimester 3) sebesar 70,4%.

Tenaga yang paling banyak memberikan pelayanan ANC adalah bidan (88%) dan

tempat pelayanan ANC paling banyak diberikan di praktek bidan (52,5%).

Berdasarkan data profil kesehatan Dinas Kesehatan Kota Semarang

didapatkan jumlah kunjungan K1 di seluruh Puskesmas yang ada di Kota Semarang

pada tahun 2014 sebesar 102,16% lebih kecil dari tahun 2013 yaitu 104,27%. Hal
3

ini menunjukan adanya penurunan cakupan meskipun pencapaian ini sudah diatas

target SPM tahun 2015 (95%) dan target tahun 2014 (94%). Sedangkan, kunjungan

K4 pada tahun 2014 sebesar 97.21% tidak mengalami perubahan atau sama dengan

tahun 2013 yaitu sebesar 97,21%, sudah mencapai target SPM 2015 yaitu 95%

tetapi angka kematian ibu masih tinggi (Profil Dinkes Kota Semarang 2014).

Kematian Ibu merupakan indikator derajat kesehatan dan menjadi tujuan

MDGs. Berdasarkan data profil kesehatan Dinas Kesehatan Kota Semarang

mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya, yaitu tahun 2014 sebesar

122,25/100.000 KH lebih tinggi dari tahun 2013 sebesar 107,95/100.000 KH, pada

tahun 2012 yaitu 80,06/100.000 KH dan tahun 2011 sebesar 119,9/100.000 KH.

Dilihat dari jumlah kematian ibu pada peningkatan dari tahun 2013 yaitu sebesar

29 kasus menjadi 33 kasus pada tahun 2014 menjadi 35 kasus pada tahun 2015.

Namun untuk peringkat kematian ibu di Jawa Tengah, Kota Semarang menurun,

yaitu dari peringkat 5 pada tahun 2013 menjadi peringkat 7 pada tahun 2014 dan

meningkat lagi menjadi peringkat 2 tahun 2015 (Profil Dinkes Kota Semarang

2014).

Jadi berdasarkan data diatas bahwa cakupan kunjungan K1 dan K4 di Kota

Semarang setiap tahunnya sudah mencapai target dan sudah mencapai capaian yang

baik tetapi angka kematian ibu di Kota Semarang masih tinggi. Hal ini akan menjadi

masalah tentunya dibidang kesehatan karena angka kematian ibu termasuk dalam

kategori MDGs yang nomor 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu khususnya pada

target menurunkan angka kematian ibu.


4

Pada tahun 2015, Angka Kematian Ibu di Kota Semarang terdapat 35 kasus

meningkat dari tahun 2014 sebanyak 33 kasus dan pada tahun 2013 yang hanya 29

kasus. Kematian ibu disebabkan oleh beberapa faktor, baik dari faktor masyarakat,

pelayanan dasar maupun pelayanan rujukan. Kematian ibu tertinggi disebabkan

karena eklampsia (48,48%), penyebab lainnya adalah karena pendarahan (24,24%),

disebabkan karena penyakit sebesar 18,18%, infeksi sebesar 3,03% dan lain-lain

sebesar 6,06% (Profil Dinkes Kota Semarang 2014).

Puskesmas Bandarharjo merupakan salah satu Puskesmas yang telah

melaksanakan program antenatal terpadu. Puskesmas ini salah satu Puskesmas yang

mendapatkan pelatihan dari Dinas Kesehatan Kota dari 36 puskesmas lain yang

pernah dilatih. Namun berdasarkan data kematian ibu tahun 2014, di Puskesmas

Bandarharjo masih ditemukan 3 kasus kematian ibu dan tahun 2015 mengalami

peningkatan dimana ditemukan data sebanyak 5 kasus kematian ibu penyebab

terjadinya Pre Eklampsia Berat (PEB), pendarahan, obesitas, dan keracunan

makanan yang seharusnya dapat terdeteksi dan mendapatkan penanganan segera

melalui pelayanan program antenatal terpadu.

Berdasarkan data dari laporan Tahun 2014 Puskesmas Bandarharjo,

didapatkan data pelayanan K1 mencapai 94,60%. Sedangkan data pelayanan K4

mencapai 86,34%. Pada Tahun 2015 data pelayanan K1 mencapai 80,32%.

Sedangkan data pelayanan K4 mencapai 90,76%. Berdasarkan data angka cakupan

K1 dan K4 belum mencapai target SPM tahun 2015 (95%). Padahal di Puskesmas

ini angka cakupan K1 dan K4 sebagai salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan

program antenatal.
5

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pencapaian pelayanan K4 dan K1

masih jauh dari target yang sudah ditetapkan dan adanya komplikasi penyakit

sehingga perlu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pelayanan antenatal

terpadu yang sesuai standar pelayanan antenatal dengan 10T.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Erna selaku petugas pelayanan

kesehatan ibu dan anak (KIA) pada tanggal 03 Februari 2016 menyatakan bahwa

sumber daya manusia di Puskesmas Bandar Harjo masih kurang. Jumlah bidan di

Puskesmas Bandarharjo sebanyak 3 orang dan tidak memiliki dokter spesialis

kandungan, sehingga tidak bisa memantau keseluruhan ibu hamil yang berjumlah

1382 dari 4 (empat) kelurahan. Dari jumlah ibu hamil tersebut, sebanyak 1382

memiliki resiko tinggi pada kehamilan yaitu 1052 (70%). Selain jumlah bidan yang

sedikit pegawai laboratorium hanya 1 orang padahal sesuai dengan standar 10T

pemeriksaan laboratorium dilakukan secara rutin dan khusus. Dalam segi sarana

dan prasarana adanya keterbatasan ruangan antara pelayanan ibu dan pelayanan

anak dijadikan satu ruangan di Puskesmas Bandarharjo.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan peneliti menganggap perlu

dilakukan penelitian mengenai Analisis Pelaksanaan Program Antenatal Terpadu

di Puskemas Bandarharjo Kota Semarang melalui pendekatan sistem mulai dari

komponen input, proses, output dan dampak yang diperoleh.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Rumusan Masalah Umum

Berdasarkan uraian latar belakang terdapat masalah dengan belum


tercapainya target pelayanan antenatal K4 dan K1 yang ada didalam program KIA
Puskesmas Bandarharjo, dan bahkan terjadinya komplikasi penyakit yang
6

seharusnya dapat terdeteksi dan mendapatkan penanganan segera melalui


pelayanan program antenatal terpadu dengan 10T. Oleh karena itu, untuk
mengetahui gambaran pelaksanaan program antenatal terpadu di Puskesmas
Bandarharjo, maka rumusan masalah ini adalah Bagaimana analisis pelaksanaan
program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo?
1.2.2 Rumusan Masalah Khusus
1. Bagaimana gambaran input dalam pelaksanaan program antenatal terpadu
di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang?
2. Bagaimana gambaran proses dalam pelaksanaan program antenatal terpadu
di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang?
3. Bagaimana gambaran output dalam pelaksanaan program antenatal terpadu
di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pelaksanaan program antenatal terpadu di Puskesmas

Bandarharjo Kota Semarang berdasarkan pendekatan sistem.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran input dalam pelaksanaan program

antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.

2. Untuk mengetahui gambaran proses dalam pelaksanaan program

antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.

3. Untuk mengetahui gambaran output dalam pelaksanaan program

antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.


7

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Bagi Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang

Mendapatkan masukan untuk perbaikan dan kelanjutan dari implementasi

program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang

1.4.2 Manfaat Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa dan

dosen mengenai sistem pelaksanaan program antenatal terpadu.

1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti Lain

Sebagai referensi yang dapat dijadikan bahan bacaan dan rujukan oleh

peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan

pelaksanaan program antenatal terpadu.

1.5 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Tahun dan Variabel /


No Judul Nama Rancangan Hasil
Tempat Fokus
Penelitian Peneliti Penelitian Penelitian
Penelitian Penelitian
1. Implementasi Feby 2015, Kualitatif Penilaian Menunjukkan
Program Happy Palembang (balance terhadap bahwa dari
Antenatal Monica scorecard ) pelaksanaan perspektif
Terpadu di program penggunaan
Puskesmas antenatal sumber daya
Tanjung terpadu di dan jasa
Agung Puskesmas masih
Kabupaten Tanjung terkendala
Ogan Agung ketersediaan
Komering Ulu Kabupaten perlatan dan
dengan Ogan penanganan.
Pendekatan Komering Ulu Untuk tenaga
Balance kesehatan
Scorecard masih ada
yang kurang.
8

2.
Analisis Sylva 2014, Kuanitatif Kinerja BPM Terdapat
kinerja BPM Medika Semarang (cross dalam bahwa
dalam Permata sectional) melaksanakan adanya
pelaksanaan sari pelayanan pengaruh
ANC terpadu antenatal antara
pada ibu hamil terpadu keterampilan,
di wilayah IBI pengetahuan,
ranting Kota dan review
Semarang kinerja
dengan
kinerja BPM
dalam
pelaksanaan
pelayanan
antenatal
terpadu.

3. Hasil
Analisis Anna 2013, Kualitatif Komunikasi menunjukkan
Implementasi Mieke Maluku (observasional)
pemberi bahwa
Program Utara informasi pelayanan
Pelayanan tentang antenatal
Antenatal pelayanan terpadu
Terpadu pada antenatal malaria pada
Ibu Hamil terpadu pada ibu hamil
dengan ibu hamil belum
Malaria di dengan dilaksanakan
Puskesmas malaria dari oleh bidan
Tobelo tenaga bidan sesuai
Kabupaten untuk pedoman
Halmahera melaksanakan penanganan
Utara Provinsi pelayanan dan
Maluku Utara antenatal pencegahan
terpadu malaria pada
malaria masih ibu hamil.
kurang.
Beberapa yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian

sebelumnya adalah penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif

kualitatif. Peneliti menggunakan metode kualitatif dengan tujuan untuk

mendapatkan data yang mendalam dari sumber informan mengenai pelaksanaan


9

program antenatal terpadu. Dimana dalam pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan

harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan standar dengan 10T.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1.6.1 Ruang lingkup tempat

Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Bandaharjo di Kota

Semarang.

1.6.2 Ruang lingkup waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2016

1.6.3 Ruang lingkup materi

Ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu metodologi penelitian kesehatan

khususnya metodologi penelitian kualitatif, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),

pedoman program antenatal terpadu, dan pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu.


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Analisis

2.1.1.1 Defenisi Analisis

Analisis adalah proses pemecahan masalah yang dimulai dengan hipotesis

(dugaan) sampai terbukti kebenarannya melalui beberapa kepastian dengan

pengamatan, percobaan, dan sebagainya (Aji Reno, 2012). Menurut Solichin (2008)

analisis merupakan penguraian pokok persoalan atas bagian-bagian, penelaan

bagian-bagian tersebut dan hubungan antar bagian untuk mendapatkan pengertian

yang tepat dengan pemahaman secara keseluruhan.

Menurut Aristoteles, 1991 yang dikutip solichin, 2008 mengatakan analisis

adalah suatu proses merinci suatu objek dengan alat tertentu ke dalam beberapa

komponen yang saling berhubungan dan menilai urgensi, dukungan dan

berkaitannya terhadap terjadinya sesuatu. Analisis adalah suatu kegiatan ilmiah

untuk mencari kebenaran. Sedangkan analisis manajemen adalah suatu proses

merinci (mendetailkan) dan menilai keadaan lingkungan organisasi guna

memperoleh informasi kemampuan dan sumber daya yang berpengaruh kuat

terhadap keberhasilan organisasi meraih visi, misi dan dasar menentukan tujuan,

sasaran yang rasional, dan logis dicapai.

10
11

2.1.2 Puskesmas

2.1.2.1 Defenisi Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas adalah fasilitas pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya

kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya

promotif, preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes No. 75 Tahun 2014).

Menurut Muninjaya (2004), Puskesmas merupakan unit teknis pelayanan

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab untuk

menyelenggarakan pembangunan kesehatan disatu atau sebagian wilayah

kecamatan yang mempunyai fungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan

masyarakat, pusat pemberdayaan masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan

tingkat pertama dalam rangka pencapaian keberhasilan fungsi puskesmas sebagai

ujung tombak pembangunan bidang kesehatan (Arsita, 2012).

Menurut Notoatmodjo (2003), Puskesmas memiliki fungsi dalam

mewujudkan 4 (empat) misi pembangunan kesehatan yaitu menggerakkan

pembangunan kecamatan yang berwawasan pembangunan, mendorong

kemandirian masyarakat dan keluarga untuk hidup sehat, memelihara dan

meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau serta

memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, kelompok dan masyarakat serta

lingkungannya (Arsita, 2012).


12

2.1.2.2 Peran Puskesmas

Puskesmas memiliki peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksanaan

teknis. Puskesmas dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke

depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut

ditunjukkan dalam bentuk keikutsertaan puskesmas dalam menentukan kebijakan

daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realitas, tatalaksana kegiatan

yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Pada masa

mendatang, puskesmas juga dituntut berperan dalam memanfaatkan teknologi

informasi terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan

terpadu (Effendi dan Mahfudli, 2009:277).

2.1.2.3 Fungsi Puskesmas

Menurut Arsita (2012) Puskesmas sebagai penyedia layanan kesehatan

tingkat primer memiliki fungsi utama sebagai berikut:

2.1.2.3.1 Pusat Penggerak dan Pembangunan Berwawasan Kesehatan

Puskesmas memantau dan menggerakkan penyelenggaraan pembangunan

lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha yang ada di wilayah

kerjanya, sehingga masyarakat akan memiliki wawasan yang luas dan mendukung

pembangunan kesehatan (Arsita 2012:24).

2.1.2.3.2 Pusat Pemberdayaan Masyarakat

Puskesmas berupaya agar setiap individu masyarakat, pemuka masyarakat,

dan keluarga memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk bertanggung

jawab terhadap kesehatan. Puskesmas juga berupaya agar masyarakat aktif dalam

program-program kesehatan yang diadakan oleh Puskesmas guna meningkatkan

kualitas kesehatan masyarakat. Puskesmas memberi petunjuk kepada masyarakat


13

tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumberdaya yang ada secara efektif

dan efisien.

2.1.2.3.3 Pusat Kesehatan Srata Pertama

Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama

(primer) secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (countinue) mencakup

pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat (Arsita,

2012:25).

2.1.2.4 Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas

Puskesmas sebagai salah satu fasilitas kesehatan memiliki prinsip dalam

penyelenggaraannya. Prinsip tersebut antara lain:

1. Paradigma sehat

Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen

dalam upaya mencegah dan mengurangi risiko kesehatan yang dihadapi

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

2. Pertanggungjawaban wilayah

Puskesmas menggerakkan dan bertanggungjawab terhadap pembangunan

kesehatan di wilayah kerjanya.

3. Kemandirian masyarakat

Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat.

4. Pemerataan

Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat diakses dan

terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil dan

merata tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya, dan

kepercayaan.
14

5. Teknologi tepat guna

Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan

teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah

dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk pada lingkungan.

6. Keterpaduan dan kesinambungan

Puskesmas mengintegrasikan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan

upaya kesehatan perorangan dan masyarakat lintas program dan lintas

sektor serta melakukan sistem rujukan yang didukung dengan manajemen

puskesmas (Permenkes No. 75 Tahun 2014).

2.1.2.5 Upaya Kesehatan Esensial Puskesmas

Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama

dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, upaya kesehatan masyarakat

tingkat pertama tersebut meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya

kesehatan masyarakat pengembangan (Permenkes No.75 Tahun 2014).

Upaya kesehatan masyarakat esensial tersebut meliputi:

1. Pelayanan promosi kesehatan.

2. Pelayanan kesehatan lingkungan.

3. Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana.

4. Pelayanan gizi.

5. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.

2.1.2.6 Pembinaan dan Pengawasan Puskesmas

Menurut PERMENKES No. 75 Tahun 2014, pengawasan dan pembinaan

penyelenggaraan Puskesmas dilakukan sesuai tugas dan fungsi masing-masing oleh


15

pemerintah, pemerintah daerah dan pemerintah kabupaten/kota. Dalam proses

pengawasan dan pembinaan puskesmas, pemerintah kota/daerah dan provinsi juga

berhak menggunakan organisasi profesi untuk membantu melakukan pengawasan

dan pembinaan terhadap Puskesmas.

Pembinaan dan pengawasan puskesmas lebih mengarah kepada peningkatan

mutu pelayanan kepada masyarakat, fasilitas, konsultasi, pendidikan dan pelatihan

serta penelitian dan pengembangan.

2.1.2.7 Pembangunan Sarana dan Prasarana Puskesmas

Puskesmas sebagai penyedia pelayanan kesehatan tingkat dasar memiliki

standar sarana dan prasarana yang harus dipenuhi guna meningkatkan kualitas

pelayanan kepada masyarakat. Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan No 75.

Tahun 2014, pembangunan puskesmas harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut: persyaratan administratif, persyaratan keselamatan kerja, persyaratan

teknis bangunan, bersifat permanen dan terpisah dari bangunan lain, dan

menyediakan fungsi keselamatan, kesehatan dan kenyamanan. Sarana standar yang

ada di Puskesmas juga telah diatur dalam Menteri Kesehatan No. 75 tahun 2014,

diantaranya puskesmas harus memiliki sarana ventilasi, pencahayaan, sanitasi,

kelistrikan, komunikasi, gas medik, proteksi petir, proteksi kebakaran,

pengendalian kebisingan, sistem transportasi vertikal (untuk bangunan lantai 2 atau

lebih), puskesmas keliling dan kendaraan ambulan.

2.1.3 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Kesehatan Ibu dan Anak menjadi target dalam Tujuan Pembangunan

Millenium Development Goals (MDGs), tepatnya pada tujuan empat dan tujuan
16

lima yaitu menurunkan Angka Kematian Anak dan Meningkatkan Kesehatan Ibu.

Program kesehatan Ibu dan Anak menjadi sangat penting pembangunan, hal ini

mengandung pengertian bahwa dari seorang ibu akan dilahirkan calon-calon

penerus bangsa yaitu anak. Untuk mendapatkan calon penerus bangsa yang dapat

memberikan manfaat bagi bangsa maka harus diupayakan kondisi ibu dan anak

yang sehat (Arsita, 2012).

Kesehatan wanita dalam siklus kehidupan dipengaruhi oleh faktor biologi,

budaya, perilaku, dan sosial. Mortalitas dan morbiditas pada wanita lebih banyak

dipengaruhi oleh faktor biologis. Salah satu peran faktor biologis adalah hormon.

Dalam siklus kehidupan dan reproduksi, peran hormon tersebut mempengaruhi

kondisi kesehatan wanita. Wanita dalam usia reproduksi, yaitu usia 15-45 tahun

dari pubertas sampai menopause tidak terlepas dari peran hormon estrogen.

Hormon estrogen akan mengalami penurunan sejalan dengan bertambahnya usia.

Dampak dari penurunan hormon ini mempengaruhi kesehatan wanita. Kesehatan

dan kematian ibu dan anak dapat terjadi dalam setiap tahap pertumbuhan dan

perkembangan, dari masa bayi sampai dengan masa usia lanjut (Arsita, 2012).

2.1.3.1 Usaha Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Usaha Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah upaya di bidang kesehatan

yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, bersalin, ibu menyusui,

bayi dan balita, serta anak prasekolah (Arsita, 2012)

2.1.3.2 Tujuan Usaha Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Tujuan usaha kesehatan Ibu dan Anak (KIA) antar lain adalah:

1. Untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu-ibu secara teratur dan

terus-menerus pada waktu sakit dan sembuh pada masa antepartum,


17

intrapartum, postpartum, dan masa menyusui serta pemeliharaan anak-anak

dari mulai lahir sampai masa prasekolah.

2. KB diberikan pada ibu-ibu atau suami-suami yang membutuhkannya.

3. Usaha KIA mengadakan integrase ke dalam general health services

(pelayanan kesehatan menyeluruh) dan mengadakan kerja sama serta

koordinasi dengan lain-lain dinas kesehatan.

4. Usaha KIA mencari dan mengumpulkan masalah-masalah mengenai ibu,

bayi, anak untuk dicari penyelesaiannya (Arsita, 2012).

2.1.4 Pelayanan Antenatal Terpadu

2.1.4.1 Defenisi Pelayanan Antenatal

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga professional

(dokter, spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat

bidan) untuk ibu selama kehamilannya (Depkes RI, 2005). Pelayanan antenatal

adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga professional untuk ibu selama masa

kehamilan, yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang

ditetapkan (Wijono, Djoko, 2008).

Kualitas pelayanan sangat erat dengan hubungannya pada penerapan.

Pelayanan yang diberikan harus mengacuh pada standar yang telah ditetapkan yaitu

standar pelayanan kebidanan. Penerapan standar sangat berguna untuk melindungi

masyarakat karena proses kegiatan yang dilakukan mempunyai dasar yang jelas.

Standar pelayanan antenatal tersebut ditentukan untuk menjamin mutu pelayanan,

khususnya untuk memberikan kesempatan yang cukup dalam menangani kasus

resiko tinggi (Depkes RI, 2005)


18

2.1.4.2. Defenisi Pelayanan Antenatal Terpadu

Pelayanan Antenatal Terpadu adalah pelayanan antenatal komprehensif dan

berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil. Setiap kehamilan dalam

perkembangannya mempunyai risiko mengalami penyulit atau komplikasi, oleh

karena itu pelayanan antenatal harus dilakukan secara rutin, terpadu, dan sesuai

standar pelayanan antenatal yang berkualitas (Kemenkes RI, 2010).

Pelayanan antenatal terpadu merupakan pelayanan antenatal rutin dengan

beberapa program lain yang sasarannya adalah ibu hamil, sesuai prioritas

Departemen Kesehatan, yang diperlukan guna meningkatkan kualitas pelayanan

antenatal (Depkes, 2009). Pelayanan antenatal terpadu dan berkualitas secara

keseluruhan meliputi hal-hal sebagai berikut: (1) memberikan pelayanan dan

konseling kesehatan termasuk gizi agar kehamilan berlangsung sehat; (2)

melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi kehamilan; (3)

menyiapkan persalinan yang bersih dan aman; (4) merencanakan antisipasi dan

persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi penyulit/komplikasi; (5)

melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila

diperlukan; (6) melibatkan ibu dan keluarganya terutama suami dalam menjaga

kesehatan dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila terjadi

penyulit/komplikasi (Kemenkes RI, 2013).

2.1.4.3.Tujuan, Fungsi, dan Manfaat Antenatal Terpadu

Tujuan antenatal terpadu adalah untuk memenuhi hak setiap ibu hamil

memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas sehingga mampu menjalani


19

kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat

(Kemenkes RI, 2010).

Menurut KEMENKES RI (2013), tujuan khusus antenatal terpadu meliputi:

1. Menyediakan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif dan berkualitas,

termasuk konseling kesehatan dan gizi ibu hamil, konseling KB dan pemberian

ASI.

2. Menghilangkan missed opportunity pada ibu hamil dalam mendapatkan

pelayanan antenatal terpadu, komprehensif, dan berkualitas.

3. Mendeteksi secara dini kelainan/penyakit/gangguan yang diderita ibu hamil.

4. Melakukan intervensi terhadap kelaianan/penyakit/gangguan pada ibu hamil

sedini mungkin.

5. Melakukan rujukan kasus ke fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan

sistem rujukan yang ada.

Pengawasan antenatal memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai

kelainan yang menyertai kehamilan secara dini sehingga dapat diperhitungkan dan

dipersiapkan langkah-langkah pertolongan persalinan.

2.1.4.4. Standar Pelayanan Antenatal terpadu

Menurut Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu (Kemenkes RI, 2013)

Penerapan operasional dikenal dengan standar 10T, dalam melakukan pemeriksaan

antenatal tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai

dengan standar terdiri dari:


20

2.1.4.4.1 Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan

untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat badan

yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap

bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin. Pengukuran tinggi

badan pada pertama kali kunjungan dilakukan untuk menapis adanya faktor risiko

pada ibu hamil. Tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 cm meningkatkan resiko

untuk terjadinya CPD (Cephalo Pelvic Disproportion).

2.1.4.4.2 Ukur tekanan darah

Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan

untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah 140/90 mmHg) pada

kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai

bawah dan atau proteinuria).

2.1.4.4.3 Nilai status Gizi (Ukur lingkar lengan atas/ LiLA)

Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk skrining ibu

hamil berisiko kurang energi kronis (KEK). Kurang energi kronis disini maksudnya

ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa

bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat

melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).

2.1.4.4.4 Ukur tinggi fundus uteri

Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan

untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan.

Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan adanya
21

gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran menggunakan pita pengukur

setelah kehamilan 24 minggu.

2.1.4.4.5 Presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan

selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksud untuk

mengetahui letak janin. Jika, pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala,

atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul

sempit atau ada masalah lain. Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan

selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120kali/menit

atau DJJ cepat lebih dari 160kali/menit menunjukkan adanya gawat janin.

2.1.4.4.6 Skrining Status Imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus

Toksoid (TT)

Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat

imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi TT-

nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuai dengan status imunisasi ibu

saat ini. Ibu hamil minimal memiliki status imunisasi T2 agar mendapatkan

perlindungan terhadap infeksi tetanus. Ibu hamil dengan status imunisasi T5 (TT

Long Life) tidak perlu diberikan imunisasi TT lagi.

2.1.4.4.6 Beri tablet tambah darah (tablet besi)

Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapatkan

tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak kontak pertama.

2.1.4.4.7 Periksa laboratorium (rutin dan khusus)

Pemerikasaan laboratorium yang dilakukan pada saat antenatal meliputi:


22

1. Pemeriksaan golongan darah

Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk mengetahui

jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk mempersiapkan calon

donor darah yang sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi situasi gawat

darurat.

2. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)

Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali

pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini

ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau

tidak selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi

proses tumbuh kembang janin dalam kandungan.

3. Pemeriksaan protein dalam urin

Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester

kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk

mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan

salah satu indikator terjadinya preeklampsia pada ibu hamil.

4. Pemeriksaan kadar gula darah

Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes Melitus harus dilakukan

pemeriksaan gula darah selama kehamilan minimal sekali pada trimester

pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada trimester ketiga

(terutama pada akhir trimester ketiga).


23

5. Pemeriksaan malaria

Semua ibu hamil didaerah endemis malaria dilakukan pemeriksaan darah

malaria dalam rangka skrining kontak pertama. Ibu hamil di daerah non

endemis malaria dilakukan pemeriksaan darah malaria apabila ada

indikasi.

6. Pemeriksaan tes sifilis

Pemeriksaan tes sifilis dilakukan dengan resiko tinggi dan ibu hamil yang

diduga sifilia. Pemeriksaan sifilis sebaiknya dilakukan sedini mungkin

pada kehamilan.

7. Pemeriksaan HIV

Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan resiko tinggi kasus HIV

dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Ibu hamil setelah menjalani

konseling kemudian diberikan kesempatan untuk menetapkan sendiri

keputusan untuk menjalani tes HIV.

8. Pemeriksaan BTA

Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai menderita

Tuberculosis sebagai pencegah agar infeksi Tuberculosis tidak

mempengaruhi kesehatan janin.

2.1.4.4.8 Tatalaksana/penanganan kasus

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal diatas dan hasil pemeriksaan

laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus sesuai dengan

standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Sedangkan kasus-kasus yang tidak

dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.


24

2.1.4.4.9 Temu Wicara (konseling)

Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang

meliputi: (1) kesehatan ibu; (2) perilaku hidup bersih dan sehat; (3) peran

suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan; (4) tanda bahaya

pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan mengahadapi komplikasi; (5)

asupan gizi seimbang; (6) gejala penyakit menular dan tidak menular; (7)

penawaran untuk melaksanakan tes HIV dan konseling di daerah Epidemi meluas

dan terkonsentrasi atau ibu hamil dengan IMS dan TB di daerah Epidemi rendah;

(8) inisiasi menyusu dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif; (9) KB paska

persalinan; (10) Imunisasi; (11) peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan

(Brain booster).

2.1.4.5 Jenis Pelayanan Antenatal Terpadu

Pelayanan antenatal terpadu diberikan oleh tenaga kesehatan yang

kompeten yaitu dokter, bidan dan perawat terlatih, sesuai dengan ketentuan yang

berlaku. Pelayanan antenatal terpadu terdiri dari:

2.1.4.5.1 Anamnesa

Dalam memberikan pelayanan antenatal terpadu, ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan ketika melakukan anamnesa, yaitu: menanyakan keluhan atau

masalah yang dirasakan oleh ibu saat ini; menanyakan tanda-tanda penting yang

terkait dengan masalah kehamilan dan penyakit yang kemungkinan diderita ibu

hamil: mual muntah, pusing, sakit kepala, pendarahan, nyeri perut yang hebat,

demam, batuk lama, berdebar-debar, cepat lelah, sesak nafas atau sukar bernafas,

keputihan yang berbau, gerakan janin, perilaku berubah selama hamil, riwayat
25

Kekerasana Terhadap Perempuan (KTP) selama kehamilan; menanyakan status

kunjungan; menanyakan status imunisasi tetanus ibu hamil; menanyakan jumlah

tablet tambah darah (Fe) yang dikonsumsi, menanyakan obat-obat yang

dikonsumsi; di daerah endemis malaria, tanyakan gejala malaria dan riwayat

pemakaian obat malaria; di daerah resiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan

riwayat penyakit pada pasangannya; menanyakan pola makan selama ibu hamil

yang meliputi jumlah, frekuensi, dan kualitas asupan makanan terkait dengan

kandungan gizinya; menanyakan kesiapan mengahadapi persalinan dan menyikapi

kemungkinan terjadinya komplikasi dalam kehamilan.

Informasi anamnesa biasa diperoleh dari ibu sendiri, suami, keluarga, kader

ataupun sumber informasi lainnya yang dapat dipercaya. Setiap ibu hamil, pada

kunjungan pertama perlu diinformasikan bahwa pelayanan antenatal selama

kehamilan minimal 4 kali dan minimal 1 kali kunjungan diantar suami (Kemenkes,

2013).

2.1.4.5.2 Pemeriksaan

Pemeriksaan dalam pelayanan antenatal terpadu, meliputi berbagai jenis

pemeriksaan termasuk menilai keadaan umum (fisik) dan psikologis (kejiwaan) ibu

hamil. Apabila di fasilitas tidak tersedia, maka tenaga kesehatan harus merujuk ibu

hamil ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi. Pemeriksaan

laboratorium/penunjang dikerjakan sesuai tabel:


26

Tabel 2.1. Jenis Pemeriksaan Pelayanan Antenatal Terpadu


Trimester Trimester Trimester
No Jenis Pemeriksaan Keterangan
I II III
1 Keadaan Umum Rutin
2 Suhu Tubuh Rutin
3 Tekanan Darah Rutin
4 Berat Badan Rutin
5 LiLa Rutin
6 TFU Rutin
7 Presentasi Janin Rutin
8 DJJ Rutin
9 Pemeriksaan Hb Rutin
10 Golongan Darah Rutin
11 Protein Urin * * * Atas indikasi
12 Gula darah * * * Atas indikasi
13 Darah malaria * * * Atas indikasi
14 BTA * * * Atas indikasi
15 IMS/Sifilis * * * Atas indikasi
16 Serologi HIV * * * Atas indikasi
17 USG * * * Atas indikasi

2.1.4.5.3 Penanganan dan Tindak Lanjut Kasus

Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

laboratorium/penunjang lainnya, dokter menegakkan diagnosa kerja atau diagnosa

banding, sedangkan bidan atau perawat dapat mengenali keadaan normal dan

keadaan bermasalah atau tidak pada hamil (Kemenkes RI, 2013).


27

2.1.4.5.4 Pencatatan hasil pemeriksaan antenatal terpadu

Pencatatan hasil pemeriksaan merupakan bagian dari standar pelayanan

antenatal terpadu yang berkualitas. Setiap kali pemeriksaan, tenaga kesehatan wajib

mencatat hasilnya pada rekam medis, kartu ibu dan buku KIA. Pada saat ini

pencatatan hasil pemeriksaan antenatal masih sangat lemah, sehingga data-datanya

tidak dapat dianalisa untuk peningkatan kualitas pelayanan antenatal. Penerapan

pencatatan sebagai bagian dari standar pelayanan, kualitas pelayanan antenatal

dapat ditingkatkan (Kemenkes RI, 2013).

2.1.4.5.5 Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang efektif

KIE yang efektif termasuk konseling merupakan bagian dari pelayanan

antenatal terpadu yang diberikan sejak kontak pertama untuk membantu ibu hamil

dalam mengatasi masalahnya (Kemenkes RI, 2013).

2.1.4.6 Kebijakan Program Pelayanan Antenatal

Pelayanan antenatal yang bermutu pada hakekatnya merupakan

suatu pelayanan medik dasar yang sangat stratregis dalam upaya meningkatkan

derajat kesehatan ibu hami dan janin dikandungnya. Disamping itu kualitas

pelayanan yang diberikan harus selalu dijaga, sehingga meningkatkan

kesinambungan pemeriksaan antenatal yang pada gilirannya dapat terpelihara

derajat kesehatan kehamilan (Dekpes RI, 2007).

Kebijakan Departemen kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) pada dasarnya

mengacu kepada intervensi strategis Empat Pilar Safe Motherhood (keluarga

berencana, ANC, persalinan bersih dan aman, pelayanan obstetric essensial).


28

Pendekatan pelayanan obstetric dan neonatal kepada ibu hamil ini sesuai dengan

pendekatan Making Pregnancy Safer (MPS), yang mempunyai 3 (tiga) pesan kunci

(Depkes RI, 2007) yaitu:

1. Setiap persalinan obstetrik ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.

2. Setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat.

3. Setiap perempuan dalam usia subur mempunyai akses pencegahan dan

penatalaksanaan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi

keguguran.

Kebijakan program pelayanan antenatal selain menetapkan frekuensi

kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 (empat) kali selama

kehamilan, dengan ketentuan waktu, yaitu minimal 1 (satu) kali pada trimester

pertama, 1 (satu) kali pada trimester kedua dan minimal 2 (dua) kali pada trimester

ketiga (Depkes RI, 2007).

Kebijakan teknis pelayanan antenatal yaitu, setiap saat kehamilan dapat

berkembang menjadi masalah atau mengalami penyulit/komplikasi. Oleh karena itu

diperlukan pemantauan kesehatan ibu hamil selama kehamilannya (Depkes RI,

2007).

2.1.4.7 Faktor-Faktor Penunjang Kualitas Pelayanan Antenatal

2.1.4.7.1 Kompetensi teknis

Kompetensi teknis menyangkut keterampilan, kemampuan, dan

penampilan atau kinerja pemberi pelayanan kesehatan. Kompetensi teknis

berhubungan dengan bagaimana pemberi layanan kesehatan mengikuti standar

layanan kesehatan yang telah disepakati. Tidak dipenuhinya kompetensi teknis


29

dapat mengakibatkan barbagai hal, mulai dari penyimpangan terhadap standar

layanan kesehatan sampai kesalahan fatal yang dapat menurunkan mutu pelayanan

kesehatan.

2.1.4.7.2 Prosedur / Standar

Aplikasi program jaminan mutu di puksesmas adalah dalam bentuk

penerapan standar dan prosedur tetap pelayanan, agar hasil tetap terjaga

kualitasnya, meskipun kondisi lingkungan dan petugas yang berbeda/bergantian.

Standar adalah spesifikasi dari fungsi dan tujuan yang harus dipenuhi oleh suatu

saran pelayanan agar pemakai jasa pelayanan dapat memperoleh keuntungan yang

maksimal dari pelayanan yang diselenggarakan. Standar yang diterapkan pada

setiap pelayanan akan menjadi pelayanan yang diberikan menjadi lebih bermutu

serta akan semakin tercapai standar yang ditetapkan.

2.1.4.7.3 Fasilitas / Alat

Fasilitas/Alat adalah salah satu faktor yang mendukung dalam

melaksanakan tindakan. Lingkungan yang mendukung yaitu ruangan tempat

pelayanan yang memenuhi standar kesehatan, dan fasilitas, alat, serta sarana untuk

mendukung pada saat melaksanakan kegiatan seperti pencatatan, pelaporan.

2.1.5 Defenisi Sistem

Sistem merupakan gabungan dari elemen-elemen yang saling terhubung dan

mempengaruhi satu sama lain. Sistem memiliki unsur-unsur tersendiri yang dapat

dikelompokkan menjadi 6 kelompok, yaitu:


30

1. Masukan (Input)

Masukan atau input adalah bagian yang ada didalam sistem dan

diperlukan agar sistem dapat berjalan. Dalam proses pembangunan kesehatan,

unsur yang diperlukan adalah sumber daya manusia dan sarana prasarana, hal

ini menunjukkan jika unsur-unsur input tidak memenuhi standar akan

menghambat proses pembangunan kesehatan (Notoatmodjo, 2011: 101).

2. Proses (Process)

Proses merupakan suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah

masukan sehingga menghasilkan suatu keluaran yang direncanakan dengan

menjalankan fungsi-fungsi manajemen. Proses merupakan elemen yang

penting dalam sebuah sistem karena menentukan hasil dari keluar berdasarkan

masukan yang ada (Notoatmodjo, 2011: 101).

3. Keluaran (Output)

Keluaran atau output merupakan hasil akhir dari program yang telah

dilaksanakan, biasanya berupa indikator-indikator keberhasilan (Notoatmodjo,

2011: 101).

4. Umpan Balik (feedback)

Umpan balik atau feedback merupakan elemen dari sistem yang berupa

hasil antara dan hasil akhir dari sebuah sistem (Notoatmodjo, 2011: 101).

5. Dampak (impact)

Dampak adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem setelah

beberapa waktu lamanya (Notoatmodjo, 2011: 101).


31

6. Lingkungan (Environtment)

Lingkungan (environtment) merupakan bagian luar sistem tetapi

memiliki pengaruh terhadap berjalannya sebuah sistem (Notoatmodjo, 2011:

101)

2.1.5.1 Teori Sistem

Teori ini menjelaskan bahwa masukan dan keluaran merupakan energi yang

saling berhubungan antar manusia dan lingkungan. Proses dimana energi, informasi

dan zat dari keluaran akan memberikan timbal balik ke masukan, yang dapat

digunakan sebagai bahan koreksi atau evaluasi (Haryanto, 2007:7).

Sedangkan menurut Azman (1996) dalam Elvira (2014) mengatakan bahwa

untuk terbentuknya sebuah sistem, maka diperlukan rangkaian unsur-unsur yang

menjadi satu kesatuan guna mencapai suatu tujuan.

2.1.5.2 Analisis Sistem

Analisis sistem merupakan penguaraian operasional dari sistem yang berupa

upaya identifikasi tujuan, kegiatan, situasi dan informasi yang diperlukan oleh

sistem saat saat pelaksanaannya (Sulaeman, 2011 dalam Elvira, 2014). Langkah-

langkah analisis sistem dibedakan atas enam macam, yaitu:

1. Lakukan penguraian sistem sehingga bagian-bagian yang dimiliki saling

berhubungan antara satu dan lainnya.

2. Perumusan masalah yang dihadapi oleh bagian-bagian sistem dilanjutkan

secara keseluruhan.

3. Lakukan pengumpulan data untuk lebih menjelaskan masalah yang

ditemukan serta untuk merumuskan kemungkinan jalan keluarnya.


32

4. Kembangkan model-model sistem berdasarkan informasi yang dimiliki.

5. Lakukan uji coba, dan jika diperlukan lakukan perbaikan serta dicatat setiap

hasil yang diperoleh. Dari catatan yang ada dapat dipilih model paling

menguntungkan.

6. Melakukan pemantauan dan penilaian secara berkala berdasarkan

penerapan model sistem yang telah dipilih.

2.1.5.3 Ruang lingkup penilaian terhadap sistem

Secara sederhana ruang lingkup penilaian sistem dapat dibedakan menjadi

empat kelompok, yaitu:

1. Penilaian terhadap masukan

Penilaian terhadap masukan yang menyangkut pemanfaatan sebagai sumber

daya, baik tenaga, dana maupun sarana dan prasarana.

2. Penilaian terhadap proses

Pelaksanaan program merupakan titik berat dalam penilaian terhadap

proses, apakah sesuai dengan rencana atau tidak. Proses yang dimaksud

mencakup semua tahap administrasi, mulai dari tahap perencanaan,

pengorganisasian, dan pelaksanaan.

3. Penilaian terhadap keluaran

Penilaian terhadap keluaran (output) adalah penilaian terhadap hasil yang

didapatkan dari pelaksanaan program.

4. Penilaian terhadap dampak

Penilaian terhadap dampak program mencakup pengaruh yang ditimbulkan

dari pelaksanaan program.


33

2.1.5.4 Pendekatan Sistem

Pendekatan sistem merupakan jenis pendekatan analisis organisatoris yang

menggunakan kompenen sistem sebagai media analisis. Manajeman analisis yang

digunakan untuk memfokuskan analisis kepada komponen-komponen sistem yang

dalam penerapan nanti akan mempengaruhi keberhasilan sistem. Pendekatan sistem

merupakan hasil penerapan sistem ilmiah yang diterapkan dalam ilmu manajemen.

Dengan menggunakan pendekatan sistem maka dapat diketahui faktor-faktor yang

mempengaruhi keberhasilan dan perilaku suatu organisasi.

2.1.6 Pelaksanaan Program Antenatal Terpadu di Puskesmas

Pelaksanaan program ini akan peneliti jelaskan dengan pendekatan sistem,

yang terdiri dari input (sumber daya manusia, sarana dan prasarana, sumber dana,

kebijakan dan SOP), proses (proses pelaksanaan program antenatal terpadu sesuai

dengan standar 10T dan masalah/kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan 10T,

perencanaan dan pengorganisasian), output (cakupan kunjungan ibu hamil ke

pelayanan kesehatan dan penanganan komplikasi), dampak (keberhasilan cakupan

K1 dan K4 dan penanganan komplikasi (PK) dalam proses pelaksanaan program

antenatal terpadu)

2.1.6.1 Input

Input (masukan) merupakan kumpulan bagian atau elemen yang terdapat

dalam sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut

(Azwar, 2010). Menurut Griffin (2002), input adalah sumber daya material,

manusia, finansial, dan informasi yang diperoleh organisasi dari lingkungannya.


34

Input dalam penelitian ini antara lain: Sumber Daya Manusia (SDM),

sarana/prasarana, sumber dana, serta kebijakan dan SOP.

1. Sumber Daya Manusia (SDM)

M.T.E Hariandja (2002), Sumber Daya Manusia merupakan salah

satu faktor yang sangat penting dalam suatu perusahaan disamping faktor

yang lain seperti modal. Oleh karena itu SDM harus dikelola dengan baik

untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi. Menurut Hasibuan

(2003) Pengertian Sumber Daya Manusia adalah kemampuan terpadu dari

daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu. Pelaku dan sifatnya

dilakukan oleh keturunan dan lingkungan, sedangkan prestasi kerjanya

dimotivasikan oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya.

2. Fasilitas/ Sarana dan prasarana

Menurut Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2014, fasilitas

Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan

untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,

preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah,

Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.

Menurut Moekijat (2001), fasilitas adalah suatu sarana fisik yang

dapat memproses suatu masukan (input) menuju keluaran (output) yang

diinginkan. Selanjutnya menurut Buchari (2001), fasilitas adalah penyedia

perlengkapan-perlengkapan fisik untuk memberikan kemudahan kepada

penggunanya, sehingga kebutuhan-kebutuhan dari pengguna fasilitas

tersebut terpenuhi.
35

3. Sumber Dana

Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 pada bab XV dan

pasal 170 yang mana sumber pembiayaan kesehatan berasal dari

pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat/swasta dan sumber lain, yang

mana berasal dari pemerintah yaitu APBN, sedangkan yang berasal dari

pemerintah daerah sering disebut dengan APBD, dan juga yang berasal dari

masyarakat/swasta yaitu seperti halnya suatu pemberian dari masyarakat itu

sendiri dengan seikhlasnya ataupun seperti bahan penyelenggara asuransi,

sedangkan yang bersumber lain itu seperti halnya bantuan biaya dari luar

negeri.

Pemerintah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

adalah suatu daftar yang memuat rincian pendapatan dan pengeluaran

negara untuk waktu tertentu, biasanya dalam waktu satu tahun. Di dalam

UU No 36 tahun 2009 tentang kesehatan mengatur besar anggaran

kesehatan pusat adalah 5% dari APBN diluar gaji, sedangkan APBD

Propinsi dan Kab/Kota 10% diluar gaji, namun pada kenyataannya anggaran

untuk kesehatan cuma mendapat angka 2,37%.

Pemerintah daerah (APBD) merupakan suatu gambaran atau tolak

ukur penting keberhasilan suatu daerah di dalam meningkatkan potensi

perekonomian daerah. Artinya jika perekonomian daerah mengalami

pertumbuhan, maka akan berdampak positif terhadap peningkatan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) khususnya penerimaan pajak-pajak daerah.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana


36

keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD dan

ditetapkan dengan peraturan daerah. Keputusan Menteri Dalam Negeri

Nomor 29 Tahun 2002 menyatakan bahwa anggaran pendapatan dan belanja

daerah disusun berdasarkan pendekatan kinerja, yaitu sistem anggaran yang

mengutakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari pelaksanaan

alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Keputusan didalam UU No 36

tahun 2009 yang menyatakan bahwa salah satu sumber dana pada sektor

kesehatan yaitu dari APBD provinsi dan kabupaten/kota, yang mana untuk

sektor kesehatan dikeluarkan dana yaitu sebesar 10% dari APBD.

4. Kebijakan dan SOP

Kebijakan adalah suatu kecermatan, ketelitian, dan langkah yang

diambil untuk mengatasi suatu masalah. Kebijakan publik adalah apapun

yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan

(Solichin, 2008). Menurut Aam (2006) menyatakan kebijakan merupakan

sebuah konsep, bukan fenomena spesifik maupun konkrit, sehingga

pendifinisiannya akan menghadapi banyak kendala atau tidak mudah.

Melihat pengertian mengenai kebijakan publik diatas, defenisi

tersebut dapat diaplikasikan untuk memahami pengertian kebijakan

kesehatan. Kebijakan publik yang bertransformasi menjadi kebijakan

kesehatan ketika pedoman yang ditetapkan bertujuan meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat (Solichin, 2008).

Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah pedoman atau acuan

untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian
37

kinerja instansi pemerintah berdasarkan indikator-indikator teknis,

administratif dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan

sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan. Tujuan SOP adalah

menciptakan komitmen mengenai apa yang dikerjakan oleh satuan unit

kerja instansi pemerintah untuk mewujudkan good governance.

Standar Operasional Prosedur (SOP) berfungsi membentuk sistem

kerja dan aliran kerja yang teratur, sistematis, dan dapat dipertanggung

jawabkan; 1) menggambarkan bagaimana tujuan pekerjaan dilaksanakan

sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang berlaku, 2) menjelaskan

bagaimana proses pelaksanaan kegiatan berlangsung, 3) sebagai sarana tata

urutan dari pelaksanaan dan pengadministrsian pekerjaan harian

sebagaimana metode yang ditetapkan dan menetapkan hubungan timbal

balik antar satuan kerja.

2.1.6.2 Proses

Proses adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem

yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan

(Azwar, 2010). Biasanya, aktifitas ini akan secara otomatis mengklasifikasikan,

mengonversasikan, menganalisis, serta memperoleh kembali data atau informasi

yang dibutuhkan.

Proses pelayanan kesehatan pada Unit KIA dimulai saat pasien datang ke

unit pelayanan pendaftaran untuk dilakukan pendaftaran, kemudian petugas

mencari kartu status pasien berdasarkan nomor indeks pasien.


38

Konsep alur pelayanan antenatal terpadu di puskesmas dapat dilihat pada gambar

dibawah ini:

Pulang Rujuk RSU


Rawat Inap

Apotik

Malaria,
Ibu Balai TB, HIV,
LOKET Poli KIA
Hamil Pengobatan IMS,
Anemia,
KEK

Laboratoriu
Rujukan:
m
Polindes
Poskesdes
BPS

Gambar 2.1 Alur Pelayanan Antenatal Terpadu

2.1.6.2.1 Perencanaan

Perencanaan dapat diartikan sebagai persiapan atau menentukan terlebih

dahulu apa yang akan dilakukan kemudian hari berdasarkan jangka waktu yang

sudah ditentukan. Menurut Gde Muninjaya (2002) Perencanaan di dalam bidang

kesehatan dapat diartikan sebuah proses untuk merumuskan masalah-masalah

kesehatan yang ada di masyarakat dan menentukan kebutuhan sumber daya yang

ada, menetapkan tujuan program yang paling utama, dan menyusun langkah-
39

langkah yang akan digunakan agar tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dapat

tercapai. Perencanaan memiliki manfaat yang dapat digunakan untuk mengetahui

tujuan dan bagaimana cara mencapainya, struktur atau bentuk organisasi yang

diinginkan, jenis dan uraian tugas dari karyawan yang dibutuhkan, mengetahui

efektifitas kepemimpinan, dan sebagai sarana untuk melakukan pengawasan.

Perencanaan merupakan salah satu aspek yang ada di dalam sistem yang

berperan didalam proses, sehingga perencanaan memiliki langkah-langkah yang

perlu dilakukan untuk menjalankan fungsi perencanaan di dalam organisasi yang

terdiri dari:

1. Analisis situasi

Analisis situasi bertujuan mengumpulkan fakta atau data yang diambil dari

berbagai sudut pandang keilmuan seperti manajemen, ekonomi, demografi.

2. Mengidentifikasi masalah

Mengidentifikasi masalah berdasarkan data-data yang didapatkan dari

analisis situasi yang kemudian dapat dikerucutkan menjadi sebuah prioritas

masalah.

3. Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dicapai

Merumuskan tujuan dan menentukan besaran target hanya dapat dilakukan

saat analisis situasi dan identifikasi masalah sudah selesai dilakukan.

4. Mengkaji adanya kendala atau hambatan

Kajian ini dapat diambil dari hambatan yang bersumber dari dalam organisasi

dan bersumber dari lingkungan masyarakat.


40

5. Menyusun rencana kerja operasional

Penyusunan rencana kerja operasional dapat dilakukan jika 4 (empat) langkah

sebelumnya sudah terlaksana.

2.1.6.2.2 Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah salah satu fungsi manajemen yang merupakan

sebuah langkah untuk mengelompokkan, menetapkan, mengatur kegiatan

penetapan tugas dan wewenang seseorang dan pendelegasiaan wewenang untuk

mencapai tujuan organisasi yang sudah dibuat. Pengorganisasian merupakan

sebuah alat untuk menyelaraskan kegiatan yang memiliki aspek-aspek personal,

finansial, dan metode untuk mencapai sebuah tujuan dari organisasi.

Pengorganisasian dalam manajemen memiliki beragam manfaat seperti berikut:

mengetahui pembagian tugas bagi individu maupun kelompok, melakukan

pendelegasian wewenang, melakukan pemanfaatan pegawai dan sarana prasana

dengan efektif (Gde Muninjaya, 2002).

Pengorganisasian merupakan salah satu aspek yang ada dalam sistem yang

berperan didalam proses, sehingga perencanaan memiliki langkah-langkah yang

perlu dilakukan untuk menjalankan fungsi perencanaan didalam organisasian yang

terdiri dari:

1. Tujuan organisasi harus diketahui oleh dan dipahami oleh pegawai.

2. Pembagian pekerjaan kedalam langkah-langkah secara merata.

3. Menggolongkan kegiatan-kegiatan kedalam elemen kegiatan.

4. Menetapkan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi oleh pegawai

dan menyiapkan fasilitas yang pegawai perlukan.


41

5. Memilih pegawai yang profesional yang mampu melaksanakan tugas

yang akan dibebankan.

6. Melakukan pendelegesian wewenang.

2.1.6.3 Output

Output (keluaran) adalah kemampuan bagian atau elemen yang dihasilkan

dari berlangsungnya proses dalam sistem (Azwar, 2010). Menurut Hatry yang

dikutip dalam Tjandra (2006), output adalah jumlah barang atau jasa yang berhasil

diserahkan kepada konsumen (diselesaikan) selama periode pelaporan. Output yang

akan dibahas pada penelitian ini adalah cakupan kunjungan ibu hamil ke pelayanan

kesehatan dan penanganan komplikasi (PK) (Kemenkes, 2013).

4.1.6.3.1 Pengertian K1

Menurut Marmi yang dikutip dalam inayah (2013), dalam rangka

pelayanan kesehatan ibu dan anak mencegah tingginya AKI dilakukan pelayanan

ANC/pemeriksaan ibu hamil dan dilakukan dengan pelayanan antenatal terpadu di

puskesmas atau rumah sakit. Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui

pelayanan kunjungan baru ibu hamil (K1) untuk melihat akses dan pelayanan

kesehatan ibu hamil sesuai standar paling sedikit empat kali (K4) dengan distribusi

sekali pada triwulan pertama, sekali pada triwulan dua, dan dua kali pada triwulan

ketiga.

Seperti yang tertera pada pedoman pelayanan antenatal terpadu (2013),

K1 adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang mempunyai

kompetensi, untuk melakukan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar.


42

Kontak pertama harus dilakukan sedini mungkin pada trisemester pertama,

sebaiknya sebelum minggu ke 8 (Kemenkes, 2013).

4.1.6.3.2 Pengertian K4

K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat (atau

lebih) untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar ditetapkan

(Rahmawati, 2013). K4 menurut pedoman pelayanan antenatal terpadu (2013) yaitu

ibu hami dengan kontak 4 kali atau lebih dengan tenaga kesehatan yang mempunyai

koompetensi, untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai

standar. Kontak 4 kali dilakukan sebagai berikut: sekali pada trimester I (kehamilan

hingga 12 minggu) dan trimester ke 2 (>12 24 minggu), minimal 2 kali kontak

pada trimester ke 3 dilakukan setelah minggu ke 24 sampai dengan minggu ke 36.

Kunjungan antenatal bias lebih dari 4 kali sesuai kebutuhan dan jika ada keluhan,

penyakit atau gangguan kehamilan. Kunjungan ini termasuk dalam K4.

4.1.6.3.3 Penanganan Komplikasi (PK)

Penanganan Komplikasi adalah penanganan komplikasi kebidanan,

penyakit menular maupun tidak menular serta masalah gizi yang terjadi pada waktu

hamil, bersalin dan nifas. Pelayanan ini diberikan oleh tenaga kesehatan yang

mempunya kompetensi. Komplikasi kebidanan, penyakit dan masalah gizi yang

sering terjadi adalah: perdarahan, preeklampsia/eclampsia, persalinan macet,

infeksi, abortus, malaria, HIV/AIDS, sifilis, TB, hipertensi, diabetes mellitus,

Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kurang Energi Kronis (Kemenkes RI, 2013).
43

2.1.6.4 Dampak (impact)

Dampak adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem setelah

waktu lamanya (Notoatmodjo, 2011). Dampak (impact) pada penelitian ini,

keberhasilan cakupan K1 dan K4 terhadap pelaksanaan program antenatal terpadu

di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.

2.2. Kerangka Teori

Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan

teori pendekatan sistem. Muerdick dan Ross (1993) mendefenisikan sistem sebagai

seperangkat elemen yang digabungkan satu dengan yang lainnya untuk suatu tujuan

bersama. Menurut Mc. Leod (1995), mendefenisikan sistem sebagai sekelompok

elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai

tujuan. Pendekatan sistem adalah penerapan dari cara berfikir yang sistematis dan

logis dalam membahas dan mencari pemecahan dari suatu masalah keadaan yang

dihadapi (Azwar, 2010).

Sistem terbentuk dari elemen atau bagian yang saling berhubungan dan

saling mempengaruhi. Apabila salah satu bagian sub sistem tidak berjalan dengan

baik, maka akan mempengaruhi bagian yang lain. Pendekatan sistem akan mengkaji

berjalannya suatu sistem dengan cara mengelompokkan sesuai dengan komponen

sistem, yang terdiri dari: masukan (input), proses (process), keluaran (output),

dampak (impact). Keterkaitan komponen-komponen tersebut dapat digambarkan

sebagai berikut:
44

PUSKESMAS
(Pusat Layanan Kesehatan Masyarakat)

Upaya Kesehatan Esensial Masyarakat

1. Pelayanan promosi kesehatan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak


(KIA)
2. Pelayanan kesehatan lingkungan
3. Pelayanan Kesehatan Ibu dan
Anak
Pelayanan Antenatal Terpadu
4. Pelayanan KB Berkualitas
5. Pelayanan gizi
6. Pelayanan pencegahan dan
Proses Pelayanan Antenatal Terpadu
dengan 10T:
Pendekatan Sistem
1. Timbang berasat badan dan ukur
tinggi badan
2. Ukur tekanan darah
Input 3. Nilai status gizi/ikur lingkar lengan
1. Sumber Daya Manusia Proses atas (LiLA)
2. Sarana dan Prasarana 1. Proses Pelaksanaan 4. Ukur tinggi fundus uteri
3. Sumber Dana Pelayanan yang berkualitas 5. Presentasi janin dan denyut jantung
sesuai standar dengan 10T janin (DJJ)
4. Kebijakan dan SOP 2. Perencanaan
6. Skrining imunisasi TT
3. Pengorganisasian
7. Tablet tambah darah
8. Pemeriksaan laboratoruium
9. Tatalaksana/penanganan kasus
10. Temu wicara/konseling

Output
Dampak
Cakupan Pelaksanaan Program K1 Keberhasilan cakupan K1 dan K4 dan
dan K4 dan penanganan komplikasi penanganan komplikasi (PK) dalam proses
(PK) pelaksanaan program antenatal terpadu

Gambar 2.2 Kerangka Teori

Sumber: 1. Permenkes RI (2014); 2. Notoatmodjo (2003); 3. Arsita (2012); 4. Kemenkes


RI (2013); 5. Kemenkes RI (2010); 6. Hasibuan (2003); 7. Gede Muninjaya
(2010); 8. Solichin Abdul Wahab (2008); 9. Azwar (2008); Elvira (2014); 10.
Ida nuraida (2008)
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Alur Pikir

Input Proses
1. Sumber Daya 1. Proses Pelaksanaan Output
Manusia (SDM) Pelayanan yang berkualitas Cakupan Pelaksanaan
2. Sarana dan Program K1 dan K4 dan
sesuai standar 10T
Prasarana penanganan komplikasi
2. Perencanaan (PK)
3. Sumber Dana 3. Pengorganisasian
4. Kebijakan dan
SOP

Dampak (impact)
Keberhasilan cakupan K1 dan K4 dan
penanganan komplikasi (PK) dalam
proses pelaksanaan program antenatal
terpadu

Gambar 3.1. Alur Pikir Penelitian

3.2 Fokus Penelitian

Fokus penelitian pada dasarnya adalah masalah pokok yang bersumber dari

pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang diperolehnya melalui

kepustakaan ilmiah ataupun kepustakaan lainnya (Moeleong, 2006: 97).

Dalam penelitian kualitatif permasalahan yang akan dikaji dinamakan fokus

penelitian. Penelitian yang akan dilakukan berfokus pada pelaksanaan pelayanan

45
46

antenatal terpadu yang berkualitas sesuai dengan standar 10T yang akan dianalisis

menggunakan pendekatan sistem yang terdapat input, proses, output dan dampak.

Dimana untuk mengetahui pada sektor manakah yang memiliki pengaruh terhadap

tercapainya atau tidaknya angka kematian ibu di Puskemas Bandarharjo Kota

Semarang.

3.3 Jenis Dan Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif

dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan suatu jenis

penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistika atau

bentuk hitungan lainnya. Peneliti dalam penelitian kualitatif mencari jawaban atas

pertanyaan mengapa dan bagaimana suatu keputusan diambil oleh subyek, bukan

sekedar apa, dimana, dan bilamana (Nastiti kaswandani, dkk).

Sugiyono (2011) mengemukakan metode kualitatif merupakan prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang yang berperilaku yang dapat diamati. Data kualitatif adalah apa

yang dikatakan oleh orang-orang yang diajukan seperangkat pertanyaan oleh

peneliti.

Sedangkan penelitian deskriptif merupakan peneliti yang dilakukan untuk

mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa

membuat perbandingan, atau penghubungan dengan variabel lain (Nastiti

kaswandani, dkk 2011).

Penelitian deskriptif tidak digunakan untuk menguji sebuah hipotesis

tertentu, melainkan hanya menggambarkan keadaan, variabel dan gejala yang ada
47

secara apa adanya. Penelitian deskriptif tidak berusaha untuk menghubungkan

variabel-variabel yang ingin diteliti, tetapi hanya untuk mengetahui keadaan atau

kondisi masing-masing dari variabel yang akan diteliti.

3.4 Sumber Informasi

Sumber data atau informasi merupakan objek yang mampu memberikan

informasi penelitian sehingga data yang didapatkan dapat digunakan untuk

menjustifikasi dan menyelesaikan masalah penelitian. Sumber data yang digunakan

dalam penelitian ini terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder.

3.4.1 Sumber Data Primer

Data primer merupakan sejumlah keterangan atau fakta-fakta yang secara

langsung diperoleh dari sumber dimana penelitian dilakukan. Data primer akan

diperoleh melalui informan. Dalam menetapkan informan utama pada penelitian ini

menggunakan teknik purposive sampling yaitu peneliti menetapkan informan

berdasarkan anggapan bahwa informan dapat memberikan informan yang

diinginkan sesuai dengan permasalahan peneliti. Dalam hal ini informan awal

adalah orang yang terlibat dalam pelayanan antenatal terpadu di Puskesmas

Bandarharjo Kota Semarang berjumlah 8 orang yakni yang terdiri 3 orang bidan

pemegang program antenatal terpadu yang ada di Puskesmas Bandarharjo Kota

Semarang, dan 5 orang ibu hamil pengguna pelayanan antenatal terpadu yang ada

di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.

Berdasarkan teknik pengambilan sampel dalam dalam penelitian ini yaitu

menggunakan teknik purposive sampling maka kesepuluh informan awal tersebut

dipilih berdasarkan kriteria tertentu, sebagai berikut:


48

1) Bidan pemegang program antenatal terpadu

Informan bidan di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang tersebut dipilih

berdasarkan kriteria sebagai berikut:

(1) Telah bekerja sebagai bidan di Puskesmas Bandarharjo tersebut

minimal 1 tahun.

(2) Bersedia terlibat menjadi informan dalam penelitian ini.

2) Ibu hamil

Informan ibu hamil sebagai pengguna layanan antenatal terpadu di

Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang dipilih berdasarkan kriteria sebagai

berikut:

(1) Telah berkunjung atau menggunakan layanan kehamilan di Puskesmas

Bandarharjo Kota Semarang minimal 2 kali.

(2) Melakukan pemeriksaan awal kehamilan juga Puskesmas Bandarharjo

Kota Semarang.

(3) Bersedia terlibat menjadi informan dalam penelitian ini.

Data yang diperoleh setelah pelaksanaan penelitian, dari informan awal

belum mampu memberikan informasi yang memuaskan, maka ditentukan

penambahan informan lain yang dapat digunakan sebagai sumber data dengan

pertimbangan tertentu menggunakan teknik snowball sampling (Sugiyono, 2012).

Dengan menggunakan teknik snowball sampling tersebut dalam pelaksanaanya

dilapangan, penelitian ini dilakukan penambahan 2 informan yang terdiri dari 1

orang Kepala Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang dan 1 orang Kepala sie.
49

Kesehatan Ibu dan Lansia Bagian Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kota

Semarang dipilih menggunakan kriteria yang sama seperti kriteria informan awal.

3.4.1.1 Pengamatan (Observasi)

Menurut Nasution observasi menjadi dasar dari segala ilmu pengetahun, hal

ini karena seorang peneliti hanya dapat melakukan penelitian didasarkan pada data-

data atau fakta-fakta yang ada dilapangan yang dapat diperoleh dengan cara

melakukan observasi. Jenis observasi yang akan dilakukan oleh peneliti dalam

penelitian ini adalah observasi terus terang, dimana peneliti akan melakukan

pengumpulan data dengan cara menyatakan terus terang kepada sumber data bahwa

peneliti sedang melakukan penelitian (Sugiyono, 2008: 228).

Hal yang akan peneliti amati adalah komponen-komponen sistem yaitu

input (sumber daya manusia, sarana dan prasarana, sumber dana, kebijakan dan

SOP), proses (proses pelaksanaan pelayanan antenatal yang berkualitas sesuai

standar dengan 10T, perencanaan dan pengorganisasian), output (cakupan

pelaksanaan K1 dan K4 dan penanganan kompilakasi) dampak (keberhasilan

cakupan K1-K4 dan penanganan komplikasi dalam proses pelaksanaan program

antenatal terpadu) di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.

3.4.1.1 Wawancara

Menurut Esterbeg yang dikutip oleh Sugiono (2008), wawancara

merupakan pertemuan 2 (dua) orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya

jawab sehingga dapat dikonstribusikan makna dalam suatu topik tertentu.

Wawancara juga merupakan teknik pengambilan data yang digunakan untuk


50

melakukan uji pendahuluan terhadap penelitian untuk menemukan masalah yang

harus diteliti.

Jenis wawancara yang akan dilakukan peneliti adalah wawancara mendalam

dimana dalam wawancara mendalam merupakan proses memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

pewawancara dengan informan. Dalam melakukan wawancara mendalam peneliti

atau pengumpulan data memerlukan instrumen penelitian seperti: pertanyaan-

pertanyaan tertulis, tape recorder, gambar, material-material lain yang dapat

membantu jalannya wawancara (Sugiyono, 2008: 223).

3.4.2 Sumber Data Sekunder

Data sekunder yaitu data pelengkap yang diperoleh dari laporan, dokumen,

maupun buku teks yang terdapat pada instansi puskesmas maupun pada

kepustakaan yang berhubungan dengan masalah penelitian yang dibahas. Data

sekunder merupakan data yang diambil dari orang lain atau tempat lain bukan

dilakukan oleh peneliti sendiri (Sugiyono, 2008:240). Data sekunder yang

digunakan dalam penelitian ini meliputi:

3.4.2.1 Dokumentasi

Dokumentasi yang dimaksud disini adalah dokumen yang biasa terbentuk

tulisan, gambar ataupun karya-karya monumental dari narasumber. Dokumen

merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu (Sugiyono, 2008:240). Pada

penelitian ini dokumen yang digunakan sebagai data sekunder yaitu data angka

kematian ibu (AKI) dari buku Profil Dinas Kesehatan Kota Semarang, data

Cakupan Kunjungan K1 dan K4 dari Dinas Kesehatan Kota Semarang, laporan data
51

kunjungan harian ibu hamil K1-K4 dari Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang,

Profil Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang, Rencana Tingkat Puskesmas

Bandarharjo Tahun 2016.

3.5 Instrumen Penelitian Dan Teknik Pengambilan Data

3.5.1 Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam

suatu penelitian. Instrumen penelitian adalah segala peralatan yang digunakan

untuk memperoleh, mengelola, dan menginterpretasikan informasi dari para

responden yang dilakukan dengan pola pengukuran yang sama (Nasir A, dkk, 2011:

249).

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen utama adalah peneliti.

Penelitian kualitatif sebagai human instrument berfungsi menetapkan fokus

penelitian, memilih informan sebagai sumber data, menafsirkan data, dan membuat

kesimpulan atas semuanya (Sugiyono, 2010:306).

Data yang diperoleh dalam penelitian kualitatif berupa kata-kata (bahasa),

tindakan, atau bahkan isyarat atau lambang. Untuk dapat menangkap atau

menjelaskan data yang demikian, yang paling tepat sebagai instrumen penelitian

adalah manusia (Ahmadi, 2014:103).

Selain peneliti sebagai instrumen utama, terdapat instrumen lain yang dapat

mendukung proses berlangsungnya pengambilan data primer dari informan, antara

lain pedoman wawancara, catatan lapangan (fieldnotes), dan alat perekam suara.
52

3.5.2 Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data bertujuan untuk mengumpulkan data atau

informasi yang dapat menjelaskan permasalahan atau peneliti secara objektif.

Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

3.5.2.1 Observasi (pengamatan)

Observasi merupakan suatu prosedur yang berencana, meliputi melihat,

mendengar, dan mencatat sejumlah dan taraf aktivitas tertentu atau situasi tertentu

yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2010:131).

Teknik pengambilan data dengan observasi digunakan apabila penetilian berkenaan

dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan bila informan yang

diamati tidak terlalu besar (Sugiyono, 2010:203). Observasi dilakukan dengan

melihat aktifitas pelayanan di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.

3.5.2.2 Wawancara Mendalam

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh

dua pihak yaitu antara pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan

dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu

(Meleong, 2007:186).

Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka

antara pewawancara dengan informan dengan atau tanpa menggunakan pedoman

wawancara. Pengambilan data akan dilakukan terus menerus hingga tidak ada lagi

informasi yang didapatkan dari informasi atau dapat dikatakan datanya jenuh.
53

3.5.2.3 Dokumentasi

Studi dokumen merupakan perlengkapan dari penggunaan metode observasi

dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian dari observasi dan

wawancara akan lebih kredibel atau dapat dipercaya apa bila didukung oleh

dokumentasi (Sugiono, 2010:329). Studi dokumentasi merupakan suatu metode

pengumpulan data dengan menyelidiki dokumen-dokumen tertulis seperti buku-

buku literatur, dokumentasi, peraturan perundang-perundangan yang terkait,

pedoman antenatal terpadu terpadu, dan profil di Puskesmas Bandarharjo Kota

Semarang.

3.6 Prosedur Penelitian

Pada penelitian kualitatif terdapat tiga tahap dalam melakukan penelitian,

tahapan-tahapan tersebut adalah pra penelitian, pelaksanaan penelitian, dan pasca

penelitian.

3.6.1 Tahap Pra- Penelitian

Pada tahap pra penelitian beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain:

3.6.1.1 Menyusun rancangan penelitian

Pada tahap ini, peneliti menyusun rancangan penelitian yang paling tepat

dan sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti. Penyusun rancangan peneliti

dilakukan dengan bantuan literatur-literatur yang terkait.

3.6.1.2 Memilih lokasi penelitian

Pemilihan lokasi penelitian didasarkan atas tingkat kepentingan

permasalahan yang akan diteliti. Dalam penentuan lokasi peneliti perlu untuk
54

mempertimbangkan waktu, biaya, tenaga yang dimiliki peneliti kualitatif (Ghony

dan Almanshur, 2012: 216).

3.6.1.3 Mengurus perizinan penelitian

Mengurus perizinan penelitian dilakukan dengan pembuatan surat ijin

penelitian serta perijinan secara tatap muka kepada pihak-pihak yang berwenang

memberikan ijin peneliti di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.

3.6.1.4 Menyiapkan perlengkapan yang digunakan untuk proses penelitian

Dalam tahap ini peneliti menyiapkan segara perlengkapan baik secara fisik

maupun non fisik yang diperlukan pada saat penelitian berlangsung.

3.6.2 Tahap Penelitian

Kegiatan yang dilakukan pada tahap penelitian adalah melakukan

pengambilan data, yakni secara observasi dan wawancara secara mendalam

terhadap informan dalam penelitian. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap

penelitian antara lain:

1. Pengamatan (observasi), dengan obyek yang diobservasi dalam penelitian

ini adalah proses pelayanan antenatal terpadu dengan 10T di Puskesmas

Bandarharjo Kota Semarang. Tingkat penerapan SOP oleh tenaga medis

yang bertugas pada pelayanan kesehatan ibu dan melakukan pengamatan

pada sarana dan prasarana pelayanan kesehatan ibu.

2. Wawancara mendalam dilakukan dengan sumber data meliputi: Kepala

Puskesmas, Bidan yang bertugas pada pelayanan kesehatan ibu pemegang

program antenatal terpadu, Ibu hamil dan Kepala sie. Kesehatan Ibu dan

Lansia Bagian Kesehatan Keluarga Kota Semarang


55

3. Hasil yang dapat di catat pada lembar wawancara, studi dokumen dan

observasi.

3.6.3 Tahap Pasca Penelitian

Pada tahap pasca penelitian, kegiatan yang dilakukan berdasarkan data yang

telah didapatkan dengan cara sebagai berikut:

1. Data yang dapat dianalisis, dengan mengacu pada analisis pendekatan

sistem pada sumber data yang ada di Puskesmas Bandarharjo Kota

Semarang.

2. Rekomendasi yang diberikan pada Puskesmas adalah hasil analisis

menggunakan pendekatan sistem yang dapat dijadikan bahan untuk

melakukan evaluasi.

3.7 Pemeriksaan Keabsahan Data

Pemeriksaan keabsahan data penting dilakukan agar penelitian yang

dihasilkan bersifat kredibel. Teknik yang digunakan untuk memeriksa keabsahan

data dalam penelitan ini dengan teknik triangulasi. Triangulasi merupakan teknik

untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada

sumber yang sama namun teknik yang berbeda dengan menggunakan wawancara,

observasi dan studi dokumen (Sugiyono, 2008: 274). Triangulasi akan dilakukan

pada Dinas Kesehatan Kota Semarang tepatnya pada Sie. Kesehatan ibu dan lansia

bagian kesehatan keluarga (Kesga), Kepala Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang

dan perawat di Puskesmas Bandarharjo itu sendiri.


56

3.8 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan suatu proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan

ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana

yang penting dan mana yang dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah

dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2010; 335)

Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis data di lapangan

model Miles dan Huberman, metode analisis ini dilakukan saat pengumpulan data

sedang berlangsung dan setelah pengumpulan data dalam periode waktu tertentu.

Apabila setelah wawancara jawaban pertanyaan dirasa belum memuaskan maka

peneliti akan terus melanjutkan pertanyaan sampai pada tahap tertentu. Menurut

Milesdan Huberman, aktivitas analisis data kualitatif dilakukan terus menerus dan

interaktif sampai data jenuh. Dalam proses analisis data Miles dan Huberman

membagi tiga tahap yaitu (Sugiono, 2008: 246):

3.8.1 Data Reduction (Reduksi Data)

Setelah peneliti melakukan pengambilan data di lapangan, maka akan

diperoleh suatu data. Oleh karena itu perlu segera dilakukan analisis data melalui

reduksi data. Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang merangkum,

memfokuskan, menggolongkan, mengarahkan, menghilangkan yang tidak perlu,

dan mengorganisasikan dengan cara sedemikian rupa, sehingga kesimpulan akhir

ditarik dan diverifikasi. Dengan demikian, maka akan memberikan gambaran data
57

yang lebih jelas dan mempermudah peneliti dalam pengambilan data selanjutnya

serta mencari bila diperlukan.

3.8.2 Data Display (Penyajian Data)

Setelah melakukan reduksi data, maka langkah selanjutnya adalah

melakukan penyajian data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data yang sering

digunakan adalah bentuk uraian singkat yang bersifat naratif. Penyajian data

bertujuan untuk melakukan pengorganisasian data dan penyusunan dalam pola

berhubungan sehingga mudah dipahami. Dengan demikian, peneliti sekaligus

penganalisis dapat melihat apa yang sedang terjadi dan menentukan langkah

selanjutnya.

3.8.3 Conclusion Drawing/Verification (Penarikan kesimpulan dan verifikasi)

Langkah terakhir dalam teknik analisis data model Miles dan Huberman

adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang telah

dijabarkan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan

mendukung pada saat pengumpulan data, akan tetapi jika kesimpulan di awal

didukung oleh bukti-bukti yang kuat dan valid maka kesimpulan yang dikemukakan

merupakan kesimpulan yang kredibel. Dengan demikian maka penelitian kualitatif

ini dapat menjawab rumusan masalah yang ada atau juga tidak, karena masalah dan

rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan

berkembang setelah penelitian dilapangan.


BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Puskesmas Bandarharjo

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.

Puskesmas Bandarharjo terletak di Kecamatan Semarang Utara dengan luas 762

meter persegi, sebelah Selatan Kelurahan Purwosari dan Jalan Imam Bonjol,

Sebelah Timur Kelurahan Kemijen Kecamatan Semarang Timur, tepatnya di Jalan

Layur RT 05 RW 04 Kota Semarang. Mempunyai 2 Puskesmas Pembantu dan 1

Pos Pelayanan Kesehatan dengan empat kelurahan binaan yaitu Kelurahan

Bandarharjo, Kelurahan Tanjung Mas, Kelurahan Kuningan dan Kelurahan

Dadapsari dengan jumlah penduduk sebanyak 78.394 jiwa dengan rincian laki-laki

40.663 jiwa dan perempuan 37.748 jiwa.

Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang merupakan salah satu Unit

Pelaksanaan Teknik Dinas (UPTD) yang berada dibawah dan bertanggungjawab

kepada Dinas Kesehatan Kota Semarang. Di Puskesmas Bandarharjo tersebut

terdapat layanan dokter umum, pemeriksaan gigi, layanan KIA, pemeriksaan

laboratorium. Waktu pelayanan yang ada di Puskesmas tersebut dimulai dari pukul

07.30 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB.

Salah satu pemeriksaan yang ada di layanan KIA di Puskesmas Bandarharjo

adalah pemeriksaan antenatal atau pemeriksaan kehamilan. Dalam pelaksanaannya,

pemeriksaan antenatal di Puskesmas Bandarharjo ada setiap hari selasa dan hari

kamis dalam satu minggunya mulai pukul 07.30 WIB sampai dengan pukul 12.00

WIB. Di Puskesmas Bandarharjo terdapat tiga orang bidan yang menjadi

58
59

penanggungjawab dalam layanan KIA tersebut, dua orang pemegang program

layanan antenatal (ibu hamil) dan satu orang lainnya pemegang program KB.

Dalam pelaksanaannya pemeriksaan antenatal terpadu yang ada di Puskesmas

Bandarharjo tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan standar 10T yang dianjurkan

oleh Kemenkes RI, 10T tersebut ialah timbang berat badan dan ukur tinggi badan,

ukur tekanan darah, ukur LiLA, ukur tinggi fundus uterus, penentuan presentasi dan

DJJ (Detak jantung janin), Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi

TT bila diperlukan, beri tablet tambah darah (tablet besi), periksa laboratorium rutin

dan khusus, tatalaksana atau penanganan kasus dan temu wicara atau konseling.

Berdasarkan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, maka metode

penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik pengambilan

data dilakukan dengan cara wawancara mendalam (indepth interview) dan check

list observasi. Wawancara mendalam dilakukan kepada masing-masing informan

yaitu bidan di Poli KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) Puskesmas Bandarharjo Kota

Semarang, ibu hamil yang menggunakan layanan antenatal terpadu di Puskesmas

Bandarhajo, Kepala Puskesmas Bandarharjo, dan Kepala sie. Kesehatan Ibu dan

Lansia Bagian Kesehatan Keluarga Dinas Keseharan Kota Semarang


60

Gambar 4.1: Peta Lokasi Puskesmas Bandarharjo

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Karakteristik Informan Penelitian

4.2.1.1 Karakteristik Informan Utama

Informan utama dalam penelitian ini berjumlah delapan orang yang terdiri

dari tiga orang bidan pelaksana pelayanan antenatal terpadu di Puskesmas

Bandarharjo, lima orang ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan di

Puskesmas Bandarharjo. Karakteristik Informan Utama dapat dilihat dalam tabel

4.2 berikut:
61

Tabel. 4.1 Karakteristik Informan Utama

Informan Nama Umur Pendidikan Jabatan Masa

(tahun) Terakhir Kerja

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Informan 1 Erna Faulina, Am Keb 43 DIII Bidan

Informan 2 Sumarni, Am Keb 58 DIII Bidan 58 Th

Informan 3 Endang E, Am Keb 34 DIII Bidan 11Th

Informan 4 Asih Lestari 20 SMA Ibu hamil -

Informan 5 Dwi Rahayu 34 SMA Ibu hamil -

Informan 6 Sugianti 28 SMK Ibu hamil -

Informan 7 Dinar Istiana 31 SMA Ibu hamil -

Informan 8 Emmi Asmirawati 37 SMA Ibu hamil -

Sumber: Data Primer, 2016.

4.2.1.2 Karakteristik Informan Triangulasi

Informan triangulasi dalam penelitian ini berjumlah dua orang yaitu Dinas

Kesehatan Kota Semarang yang bertugas pada kesehatan ibu dan anak bagian

kesehatan keluarga (Kesga) dan Kepala Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.

Karakteristik Triangulasi dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.2 Karakteristik Informan Triangulasi


Informan Nama Umur Pendidikan Jabatan Masa

(tahun) Terakhir Kerja

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Triangulasi 1 Minasari 44 S1 Pegawai DKK 18Th

Triangulasi 2 Tri Susilo Hadi, SKM, Mkes 51 S2 Kepala Puskesmas 31Th

Sumber: Data Primer, 2016.


62

4.2.2 Hasil Penelitian Input

Sumber daya manusia dalam suatu program merupakan unsur utama guna

mencapai suatu tujuan dari program tersebut yang telah ditetapkan di awal program.

Tanpa adanya sumber daya manusia, maka suatu program tidak dapat berjalan atau

terlaksana. Semakin tinggi kualitas SDM yang dimiliki oleh suatu program, maka

akan semakin tinggi pula tujuan yang akan dicapai (Hasibuan, 2003).

4.2.2.1 Sumber Tenaga Manusia (SDM)

Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan jumlah tenaga bidan dan latar

belakang pendidikan puskesmas di Puskesmas Bandarharjo saat ini berjumlah tiga

orang. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari informan utama sebagai berikut:

..Untuk PNS nya sendiri ada tiga, terus untuk magangnya ada empat tapi cuti
satu untuk sementara ini yang aktif sudah DIII semua sih, menurut saya belum
cukup aaa yang jelas karna memang jumlah penduduknya yang banyak,
kemudian e kita terbagi dalam empat puskesmas kan, satu puskesmas induk tiga
puskesmas pembantu sedangkan standarnya puskesmas pembantu kan ya
memang gak bisa dipungkiri harusnya setara walaupun jumlahnya gak sama
tapi kan untuk misalnya petugas ada yang dari loketnya, ada dari PB nya, ada
dari KIA nya sendiri, kemudian dari ee apotiknya itu kan harus terstandar
sebenarnya tapi kenyataannya tidak, petugas loket mungkin ya administrasi ya,
terus petugas apa untuk di BP nya juga seharusnya kan ada satu Tim juga ada
dokternya, ada perawatnya tapi ternyata gak juga karna dari sekian kita dokter
cuman ada dua aa perawat paling akhirnya, sehinggakan sudah itu sudah aaa
sudah gak standar menurut saya ya kan, terus untuk bidan dimana bidan juga
seharusnya magang tidak dipasrahi untuk sebagai tanggungjawab aa
pengelolaan klinik di puskesmas dia hanya membantu kalua diserahin
tanggungjawabkan tidak bisa

(Informan Utama 1)
63

Piye yo, karna ini sudah dibantu anak-anak magang, trus kita bertiga anak
magangnya empat ya, yaa apa lumayanlah. Ya semuanya DIII, kalau
dimaksimalkan saya kira sudah cukup, ada empat kelurahan nanti kalau anu ya
tenaga yang opo nanti pegawainya harus tiap wilayah harus membawai satu
kelurahan jadi setiap bidan bertanggungjawab satu-satu, jadi ya anu ya kalo
dikatakan kurang ya sebenarnya memang kurang kalau cukup yaa lumayanlah
soalnya ada yang bantu dari magang yaa, sudah cukuplah kalau ditambah satu
atau tiga yaa lebih baik karna saya sudah mau pensiun juga ..

(Informan Utama 2)

yang jelas kurang mbak karna kita mempunyai sasaran segitu banyaknya ya,
dengan bidan yang PNS nya cuman tiga dan kebetulan emang ada tambahan
magang tiga sih, tapi dengan sasaran 1110 kalau di bagi enam kan brarti masih
kurang, itu kalau kita untuk mengawasinya yang segitu banyaknya belum lagi
untuk neonatusnya kan dengan pekerjaan lain itu istilahnya sangat kurang
sekali, tenaga disini khususnya ya karna memang kita tidak ada bidan desa,
belum juga pemantauannya juga, menurut saya ya tenaganya kurang ..

(Informan Utama 3)

Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan utama diatas, ternyata

hasil wawancara sesuai dokumen Rencana Tingkat Pembangunan Puskesmas

Bandarharjo tahun 2016 dimana di dalam dokumen tersebut Puskesmas

Bandarharjo masih membutuhkan tiga orang bidan lagi. Semua informan utama

menyatakan bahwa Puskesmas Bandarharjo mengalami kekurangan sumber daya

manusia terutama untuk tenaga bidan. Hasil wawancara dengan informan utama di

atas juga sesuai dengan hasil wawancara informan triangulasi dari bagian kesga sub

bagian kesehatan ibu dan anak Dinas Kesehatan Kota Semarang yang menyatakan

bahwa tidak ada standar khusus untuk jumlah bidan yang melayani pelayanan
64

antenatal terpadu untuk kunjungan ibu, akan tetapi harus ada seorang pemegang

program, namun dalam pelaksanaan program nanti, jumlah SDM dipengaruhi oleh

wilayah kerja Puskesmas dan tipe puskesmas, berikut adalah kutipan wawancara

dengan informan triangulasi:

Jadi gini dek, untuk tenaga kami memang sangat terbatas sekali, kurang malah
bahkan kurang, jadi untuk melayani ibu hamil yang menangani itu adalah
bidan, bidan kami sangat kurang. Kami punya cuma 143 bidan se puskesmas
yang berkaitan dengan program antenatal terpadu ibu hamil ada juga KIA jadi
kalau hanya bidan kami terus terang kurang, jadi untuk ANC terpadu ini
memang tidak bisa sendiri harus link dengan tenaga yang lainnya
Oh kalau standarnya, harus ada pemegang program itu meskipun itu bidan,
nah nanti untuk pelaksanaan programnya, tergantung dari pihak puskesmasnya
mau bagaimana, apakah SDM nya cukup atau tidak kan tergantung dari pihak
Puskesmasnya apakah wilayah kerjanya pada penduduk atau berada di tengah
kota itu juga bisa berpengaruh
(Informan Triangulasi 1)

Kesimpulan dari hasil wawancara informan utama, informan triangulasi dan

data dari dokumen adalah, Puskesmas Bandarharjo sejak tiga tahun kebelakang ini

merasa kekurangan SDM terutama bidan untuk pelayanan program antenatal

terpadu dan pelayanan lainnya yang membutuhkan tenaga bidan, dari pihak Dinas

Kesehatan Kota Semarang menyatakan tidak ada patokan untuk jumlah bidan untuk

melayani kunjungan ibu, hanya menyesusaikan keadaan puskesmas masing-

masing, yang terpenting adalah harus ada pemegang program untuk pelayanan

antenatal terpadu.

Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga informan utama terkait komponen

input (sumber daya manusia) yang mempengaruhi capaian target keberhasilan

cakupan K1 dan K4 di Puskesmas Bandarharjo, dapat diambil kesimpulan bahwa

Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang secara berkala sejak tiga tahun kebelakang
65

selalu mendelegasikan sumber daya manusianya yang bertugas di pelayanan

kesehatan ibu dan anak (KIA) untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang

diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang berikut adalah kutipan

wawancara dengan ketiga informan utama:


Ya ada sih, kalau kita pertemuan setiap bulan sehingga pada saat bulan itu
ada hal baru gak, misalnya ada hal baru diberikan misalnya tidak ya refresing
atau ndak nanti konsultasi ahli segera disampaikan, dilaksanakan di DKK.
Ada yang bentuknyanya seperti seminar, ada yang bentuknya seperti pelatihan,
workshop macem-macem beberapa hari. Kalau tipenya skill misalnya ditempat
yang memang ada seperti kayak ada seperti instrumennya kita praktek biasanya
di diklatlah atau mungkin di tempat instansi rumah sakit, seperti itu

(Informan Utama 1)

Oo banyak, pelatihan macem-macem dari Dinas, misalnya pelatihan apa


saja? Wis terus di update terus ada seminar setiap 3 bulan, dari rumah sakit
ada, dari dinas juga ada terus-terusan. Pelatihan-pelatihan sudah cukup ada
cara penanganannya bagaimana terus, seminar-seminar sudah misalnya ANC
nya darahnya tinggi dan harus bagaimana itu sudah ada kelompoknya

(Informan Utama 2)

Mmmm.. itu ada mbak, cuman kayaknya itu digilir toh mbak, missal nanti ada
yang ditugaskan bidan siapa kan gitu, cuman nanti yang berangkat memberikan
sosialisasi ke kita gitu, sudah ada

(Informan Utama 3)

Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan utama diatas, ternyata

hasil wawancara sesuai dengan dokumentasi arsip surat masuk Puskesmas

Bandarharjo tahun 2014 dan tahun 2015, dimana pada arsip tersebut ditemukan

beberapa surat undangan dari Dinas Kesehatan Kota Semarang untuk mengundang

perwakilan bidan Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang melakukan pelatihan,


66

beberapa pelatihan yang diadakan Dinas Kesehatan Kota Semarang adalah

pelatihan KIA walaupun tidak interval khusus dalam pelaksanaan pelatihan

tersebut. Hasil wawancara dengan informan utama ternyata juga sesuai dengan hasil

wawancara informan triangulasi dari bagian kesga sub bagian kesehatan ibu dan

anak Dinas Kesehatan Kota Semarang dan kepala Puskesmas Bandarhajo yang

menyatakan bahwa setiap tahun terutama tiga tahun terakhir ini Dinas Kesehatan

Kota Semarang telah mengadakan pelatihan-pelatihan untuk bidan pelayanan

antenatal terpadu untuk pelayanan ibu, walaupun hanya berupa refreshing berikut

adalah kutipan wawancara dengan informan triangulasi:

Eee.. kalau pengenalan ANC terpadu itu dilakukan tahun 2011 kemudian
kalau pelatihan secara khusus itu tidak ada dek, tapi setiap kali ada pertemuan-
pertemuan sama bidan terkait dengan 10T selalu solusi permasalahan yang
dihadapi
Kalau pelatihan KIA tiap tahunnya pasti ada, meskipun maksudnya gini ya tiap
tahun materinya beda-beda kadang kayak kita refresing terkait dengan
programnya.

(Informan Triangulasi 1)

Yo kalau pelatihan kita mengikuti dari DKK, yang diadakan DKK kadang-
kadang juga ngikuti apa yang dilaksanakan oleh IBI, IBI itu kan mengadakan
pelatihan untuk para bidan, dilaksanakan sewaktu-waktu dari DKK

(Informan Triangulasi 2)

Kesimpulan dari hasil wawancara informan utama, informan triangulasi dan

data dokumen adalah, Dinas Kesehatan Kota Semarang aktif melakukan pelatihan

dan seminar yang biasanya dilakukan beberapa kali dalam setahun yang ditujukan

untuk bidan atau pegawai puskesmas-puskesmas di Kota Semarang termasuk


67

Puskesmas Bandarharjo. Puskesmas Bandarharjo juga aktif untuk mendelegasikan

anggotanya untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh Dinas

Kesehatan Kota Semarang.

4.2.2.2 Sarana dan Prasarana

4.2.2.2.1 Ketersediaan Sarana dan Prasarana

Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga informan utama terkait dengan

komponen input (sarana dan prasarana) yang mempengaruhi capaian target

kunjungan ibu hamil K1 dan K4 di Puskesmas Bandarharjo, menyatakan tidak

mengalami kendala dan kekurangan dalam sarana penunjang pelayanan antenatal

terpadu. Untuk prasarana Puskemas Bandarharjo telah melakukan perbaikan baik

ruangan pelayanan KIA maupun pelayanan umum seperti loket, tempat parkir

namun untuk ruangan KIA dan KB masih dalam satu ruangan, belum ada ruangan

khusus untuk masing-masing pelayanan KIA dan KB, berikut adalah kutipan

wawancara dengan semua informan utama:

Kalau untuk sarana yang jelas untuk mengacu kesini memang sangat
lengkap ya, sudah sesuai standar lah tidak ada permasalahan. Tapi untuk
ruangan prasarana masih satu ruangan, jadi kalau sudah perawatan aa apa
pelayanan anak yang imunisasi kita untuk pelayanan hamil kan sudah, satu
tenaganya masih kurang yang kedua tempatnya yang tidak ada, kan mau
gantian gak enak, jadi ya pelayanan KIA, KB dan MTBS masih jadi satu
ruangannya belum terpisah

(Informan Utama 1)
68

Kira-kira sudah cukup yaa, opo otoh sarana prasaran? biasane cuma SDM
nya itu memang kita kurang, kalau untuk sarana prasarana buku KIA nya sudah
lebih dari cukup terus labotorium sudah ada, sudah komplit saya kira sudah
cukup itu sarana dan prasarananya tidak ada kendala
ya ya sudah lumayanlah, termasuk alat tensimeter cuman ini gedungnya ini
lo belum layak ketok e belum apa, ini nanti KIA kan terpisah dengan KB nya
dengan anak-anak masih gabung dan semerawut, cuman itu yang membuat kita
ketok e anu ya karna gedung belum jadi nanti kalau gedung jadi semuanya
pindah KIA sendiri untuk KB nya sendiri diatas jadi sekarang masih proses

(Informan Utama 2)

Insyaallah sih peralatan sudah di usahakan lengkap, tinggi badan sudah,


perlatan lain juga tidak ada masalah, pemeriksaan laborat sudah dilengkapi,
cuman kok ada kurangnya antenatal terpadu itu satunya apa ya kita yang belum,
IVA nah itu kita belum ada yang pemeriksaan IVA itu karna kita belum ada
dilatih

(Informan Utama 3)

Hal tersebut juga diungkapkan oleh informan ibu hamil yang menjadi

pengguna layanan antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo tersebut, berikut

adalah kutipan wawancara:

Ya, sudah lumayan mbak sudah lengkaplah

(Informan Utama 4)

Sudah lengkap mbak menurut saya

(Informan Utama 5)

Cukup kok mbak, baguslah tempatnya juga udah besar, bersih juga, kitanya
juga nyaman mbak

(Informan Utama 6)
69

Peralatannya komplit ya, lengkap cuma kok gak ada USG ya mbak, kalau yang
lainnya sudah lengkap ya mbak

(Informan Utama 7)

Komplit mbak, sudah ada alat timbang ada pemeriksaan janinya juga udah
lengkap, laboratorium juga sudah kok mbak

(Informan Utama 8)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan diatas, ternyata hasil

wawancara sesuai dengan dokumen Rencana Tingkat Pembangunan tahun 2016

Puskesmas Bandarharjo dimana, di dalam dokumen tersebut menunjukan tidak

adanya sarana yang kurang atau rusak, prasarana ruangan KIA dalam kondisi baik

untuk pelayanan antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo. Berikut ini adalah

tabel Rencana Tingkat Pembangunan Puskesmas Bandarharjo terkait kondisi

prasarana tahun 2016:

Tabel 4.3 Daftar Kondisi Prasarana (Material)


No Nama Bangunan Jumlah Ruangan Kondisi

1 Puskesmas Bandarharjo 10 Baik

2 Pustu Mlayu Darat 5 Baik

3 Pustu Kuningan 5 Baik

Kesimpulan dari hasil wawancara, informan utama dan data dokumen yang

diambil dari dokumen RTP Puskesmas Bandarharjo adalah, sarana dan prasarana

yang ada di Puskesmas Bandarharjo sudah lengkap dan terpenuhi, semua peralatan

dalam keadaan layak pakai atau baik dan kondisi ruangan pelayanan kunjungan ibu

hamil dalam kondisi baik, akan tetapi ruangan tersebut masih menjadi satu dengan

ruangan KIA, KB dan MTBS.


70

4.2.2.2.2 Kebersihan Sarana dan Prasarana

Sementara untuk kebersihan prasarana semua responden menyatakan

kebersihannya adalah bagus. Berikut ini adalah kutipan hasil wawancara:

Menurut saya sudah bersih ini mbak

(Informan Utama 4)

Sudah bersih kok

(Informan Utama 5)

Kebersihan diruangan bersih sih mbak

(Informan Utama 6)

Mmm bersih kok mbak ....

(Informan Utama 7)

Yaa lumayan bersih sih mbak

(Informan Utama 8)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama ibu hamil menganggap

kebersihan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu

yang ada di Puskesmas Bandarharjo cukup bersih.


71

4.2.2.3 Sumber Dana

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama diketahui bahwa

pendanaan untuk program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo berasal dari

berbagai sumber, berikut adalah kutipan wawancara dari informan utama:

Kalau dana, karna kegiatan kita tidak satu nih, kalau untuk pemeriksaan
ANC nya sendiri kalau sekiranya dia pake Jamkesmas atau Jamkeskot kan
gratis, tidak ada yang harus di inikan, pemeriksaan laboratorium gratis dan
pengobatan juga gratis sumber dana berasal dari BOK dari Dinas
(Informan Utama 1)

Dananya ya dari pusat toh, masalah dana gak tau saya kurang tau, untuk
program antenalat terpadu dananya dari Dinas, ya untuk kasurkesnya untuk
pendampingan ibu hamilnya sudah ada
(Informan Utama 2)

Kalau yang pemeriksaan laborat itu kan memang dari Dinas ya BOK, itu
digratiskan untuk yang Hb sama protein urine itu digratiskan tapi kalau
misalkan kayak punya kartu BPJS, Jamkesmas itu kan memang gratis semua
ngeh tapi kalau gak punya ya memang selain Hb dan protein itu bayar misalkan
gula darah
(Informan Utama 3)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama diatas, ternyata juga

sesuai dengan hasil wawancara informan triangulasi dari kepala puskesmas bahwa

sumber dana untuk program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo diperoleh

dari bantuan operasional kesehatan dari pusat, berikut adalah kutipan wawancara

dengan informan triangulasi:

Kalau dana alhamdullilah cukup, karena untuk program antenatal terpadu


dibantu langsung dari bantuan operasional kesehatan dari pusat, cukup

(Informan Triangulasi 2)
72

4.2.2.4 Kebijakan dan SOP

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama diketahui bahwa

Kebijakan dan SOP untuk program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo

sudah ada, berikut adalah kutipan wawancara dengan informan utama:

Ada, kalau standarnya ada cuman kita kembalikan lagi kita dalam satu hari
pemeriksaan ibu hamil misalnya 20 orang sedangkan tenaga kita cuma satu
atau dua, kita dibebani dengan ruangan yang sama yang satu pemeriksaan
MTBS dan MTBM akhirnya terpisah, adanya yang satu pegang MTBS MTBM
yang satu pegang ANC dengan standar SOP kita melakukan itu kira-kira
nyandak ndak dalam satu hari kita mengerjakan 20 orang, dengan standar
seperti diatas? Ya tidak bisa sudah ada SOP kita berusaha untuk semaksimal
mungkin melakukan tapi kalau untuk harus sesuai ya tidak bisa karna
keterbatasan tenaga, ruangan

(Informan Utama 1)

Sudah toh, sudah ada SOP nya

(Informan Utama 2)

di KIA ada SOP

(Informan Utama 3)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama diatas, ternyata juga

sesuai dengan hasil wawancara informan triangulasi dari kepala puskesmas bahwa

standar operasional untuk program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo

sudah ada, berikut adalah kutipan wawancara dengan informan triangulasi:

Sudah ada SOP nya mbak

(Informan Triangulasi 2)
73

Kesimpulan dari hasil wawancara informan utama, informan triangulasi dan

data dokumen adalah pelayanan antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo sudah

memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP).

4.2.3 Hasil Penelitian Proses

4.2.3.1 Pelaksanaan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan 10T

Berdasarkan hasil wawancara dengan bidan yang ada di Poli KIA Puskesmas

Bandarharjo mengatakan bahwa pelayanan antenatal terpadu yang ada telah

melaksanakan pelayanan dengan 10T, berikut adalah kutipan wawancara dengan

bidan terkait pelaksanaan antenatal yang ada:

Sudah dilaksanakan, ya periksa mulai dari keadaan semuanya, suhu tubuh,


tekanan darah, berat badan, LiLA, TFU, Presentasi janin, DJJ, HB itu waktu
awal periksa, golongan darah itu sama HIV dan Hepatitis B, mmm selanjutnta
imunisasi TT juga, kalau waktu awal itu pasti 10T mbak
pemeriksaan trimester pertama yang jelas lengkap sih, pemeriksaannya lebih
lengkap dari pada trimester dua dan tiga karena untuk penjaringan untuk
skrining dia masuk restinya, gitu kan. Dimasukan di fasilitas apa ini, faktor-
faktor resiko apa saja, resiko tinggi aa komplikasi dipantau dari awal sudah
walaupun kita selalu setiap kali pemeriksaan selalu kita lakukan skrining ulang

(Informan Utama 1)

Mmm, pelaksanaannya sudah sesuai dengan 10T kok

(Informan Utama 2)

10T, sudah dilaksanakan mbak, dari pemeriksaan timbang berat badan dan
ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, LiLA sampai konseling sudah
dilaksanakan
(Informan Utama 3)
74

Kesimpulan dari hasil wawancara dengan informan utama terkait komponen

proses (pelaksanaan pelayanan berkualitas sesuai standar 10T) yang mempengaruhi

cakupan kunjungan ibu hamil K1 dan K4 pelayanan kesehatan di Puskesmas

Bandarharjo, semua informan utama menyatakan bahwa Puskesmas Bandarharjo

sudah melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar 10T kepada ibu hamil.

4.2.3.2 Perencanaan

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama terkait dengan

komponen proses (perencanaan) yang mempengaruhi capaian cakupan kunjungan

ibu hamil K1 dan K4 pelayanan kesehatan di Puskesmas Bandarharjo, dapat

dinyatakan bahwa Puskesmas Bandarharjo melakukan penetapan target cakupan

pelayanan kunjungan ibu hamil berdasarkan dari breakdown dari Dinas Kesehatan

Kota Semarang, berikut adalah kutipan wawancara dari informan utama:

Eee ya emang kita pengusulan tenaga pasti, terus kalau untuk penerimaan
magang itu karena hubungannya dengan operasional sistem penggajian dan
segala macam belum ada intruksi yang jelas aturan yang jelas, secara legal ya
kalau itu kita gak kita lakukan, istilahnya kita butuh tenaga
ya itukan breakdown dari dinas, jadi karna da itung-itungannya, jadi jumlah
ibu hamil dalam satu wilayah itu sekian, sekian ribu ibu hamil itu ada, jadi
seperti itu, jadi target itu mengacu pada ee apa ya, mulai dari cakupan pusat,
provinsi, turun ke dinas kesehatan kota semarang, baru breakdown ke
puskesmas

(Informan Utama 1)

Mmmm, kita sesuai dengan tupoksinya mbak, misalkan kita ada rekam medis
pasien sudah berusaha kita lengkapi sudah dimasukan disitu. Targetnya itu
mengacu mulai dari SPM itu breakdown dari dinas mbak ..

(Informan Utama 3)
75

Hasil wawancara dengan para informan utama diatas, ternyata sesuai dengan

hasil wawancara informan triangulasi yang menyatakan bahwa pihak Dinas

Kesehatan Kota Semarang menentukan besaran target dari program antenatal

terpadu, berikut ini adalah kutipan hasil wawancara dengan informan triangulasi:

Itu kan dari renstra dan SPM, kalo yang sampai tahun 2016 ini juga
berpatokan pada MDGs kan sampai tahun 2016, tapi kan kita setiap kota karna
da senstranya masing-masing nah itu yang dipakai, sama SPM standar
pelayanan minimal

(Informan Triangulasi 1)

Itu kan prosesnya kita lihat data tahun yang lalu, kemudian o dibahas di DKK
kita menerima biasanya dinaikan antara 1 sampai 2% dari jumlah yang ada,
targetnya tetap sesuai dengan SPM mbak

(Informan Triangulasi 2)

Kesimpulan dari hasil wawancara, informan utama dan informan triangulasi

adalah Dinas Kesehatan Kota Semarang dan Kepala Puskesmas Bandarharjo sama-

sama menggunakan SPM untuk menentukan capaian target suatu program,

termasuk program antenatal terpadu.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama terkait komponen

proses (perencanaan) yang mempengaruhi capaian target kunjungan ibu di

Puskesmas Bandarharjo, dapat dinyatakan bahwa Puskesmas Bandarharjo

melakukan perencanaan sumber daya manusia tiap tahun, hal tersebut dilihat pada

tahun 2014 dan tahun 2015 Puskesmas Bandarharjo telah melakukan analisis beban

kerja atau analisis jabatan guna melihat apakah puskesmas memerlukan sumber
76

daya manusia lagi atau tidak, dan ternyata beberapa informan utama merasakan

kurangnya sumber daya manusia (bidan) yang hingga kini masih belum ada

penambahan sumber daya manusia (bidan) hanya saja sudah dibantu kasurkes,

berikut ini adalah kutipan hasil wawancara dengan informan utama:

Tentunya ada analisis jabatan atau analisis beban kerja, tentunya itu sudah
kita hitung, kalau minta itu selalu ya tapi untuk dikasih atau enggaknya kan
pegawai PNS itu kaitannya banyak, hanya saja untuk saat ini PNS nya sendiri
sekarang ada tiga tetapi saat ini kita di bantu oleh kasurkes untuk memantau
ibu hamil, jadi ya cukup membantu ya

(Informan Utama 1)

Kalau menambah itu dari dulu sudah diwacanakan, tapi kita nggak mungkin
menambah dengan menambah gitu aja, mereka kan butuh bayaran, butuh apa
gitu ya, jadi kita tidak bisa dengan seenaknya mendatangkan sendiri orang

(Informan Utama 3)

Hasil wawancara dengan para informan utama diatas, ternyata sesuai dengan

data dokumen Rencana Tingkat Pembangunan Puskesmas Bandarharjo Tahun

2016, di dalam dokumen tersebut memang Puskesmas Bandarharjo telah

menyatakan kekurangan SDM bidan. Berdasarkan pernyataan dari informan utama

dengan data dokumen ternyata dapat dijelaskan dari Pihak Dinas Kesehatan Kota

Semarang terkait hal tersebut, pihak dinas mengatakan bahwa apabila puskesmas

memang merasa mengalami kekurangan SDM dapat mengajukan ke dinas

melakukan analisis lagi, biasanya dengan melakukan relokasi SDM, akan tetapi

walaupun dapat diajukan tiap tahun namun hal tersebut tidak pasti akan langsung

dilakukan penambahan, ada beberapa pertimbangan kepegawaian yang harus


77

difikirkan, seperti ada atau tidaknya belanja pegawai. Berikut ini adalah kutipan

hasil wawancara dengan informan triangulasi:

Ya biasanya mengajukan kesini, lalu dari pihak sini akan merelokasikan lagi,
missal puskesmas mana yang bidan terlaku banyak jadi untuk sementara dapat
dialihkan dulu ke puskesmas yang kekurangan ya tapi itu nggak bisa tiap
tahun to ya, paling enggak tiap puskesmas ada satu bidan dan satu pemegang
programnya
ya, kalau itu ada banyak faktor yang mempengaruhi kan kita instansi
pemerintah jadi kita juga terikat pada dan peraturan kepegawaian seperti
belanja pegawai, ada anggarannya atau tidak, gitu

(Informan Triangulasi 1)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama dan informan

triangulasi dan data dokumen dapat disimpulkan bahwa, Puskesmas Bandarharjo

telah merasakan kekurangan tenaga bidan, Puskesmas Bandarharjo juga sudah

melakukan analisis beban kerja dan jabatan. Puskesmas Bandarharjo juga telah

mengajukan permohonan tambahan tenaga kerja bidan berdasarkan analisis beban

kerja yang sudah dibuat, ke Dinas Kesehatan Kota Semarang. Dinas kesehatan Kota

Semarang juga membenarkan bahwa alur untuk mengajukan dan mendapatkan

sumber daya manusia tambahan melalui mereka, tetapi dari pihak Dinas Kesehatan

Kota Semarang juga tidak bisa serta merta dapat langsung melakukan penambahan

SDM karena banyak faktor yang mempengaruhinya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama terkait komponen

proses (perencanaan) yang mempengaruhi capaian cakupan kunjungan ibu hamil

K1 dan K4 pelayanan kesehatan di Puskesmas Bandarharjo, dapat dinyatakan

bahwa Puskesmas Bandarharjo melakukan perencanaan sarana dan prasarana tiap

tahun, ternyata semua informan utama mengatakan bahwa tidak ada kendala pada
78

perencanaan sarana dan prasarana, karena semua sarana dan prasarana sudah sesuai

standar dan dalam kondisi baik, sehingga Puskesmas Bandarharjo tidak melakukan

pengajuan penambahan dan pergantian sarana dan prasarana yang besar. Berikut ini

adalah kutipan hasil wawancara dengan informan utama:

Kita dalam pelayanan mengacunya standar, terus kemudian kalau standarnya


sudah tercapai ya yasudah seperti itu, sampai saat ini sih nggak ada
permasalahan ya, peralatan standar untuk pelayanan ibu hamil kita ada, semua
sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan, sudah lengkaplah

(Informan Utama 1)

Kalau kendala tidak ada ya mbak, paling ya itu SDM nya, kita peralatan kita
yo semua udah ada udah lumayanlah, membuat usulan, usulan kebutuhan, kita
tiap tahun membuat usulan kebutuhan alat kesehatan ya Di kita pengadaan
barang tidak ada kendala insyaallah, dan kita selama ini pengadaan barang-
barang yang besar alat-alat kesehatan yang mahal itukan di penuhi dari dinas
kesehatan
(Informan Utama 2)

Peralatan sudah lumayan ya mbak, tidak ada masalah terkait dengan sarana
dan prasarana, sudah lengkap mbak insyaallah
(Informan Utama 3)

Hasil wawancara dengan informan utama diatas, ternyata sesuai dengan data

dokumen (RTP Puskesmas Bandarharjo Tahun 2016), di dalam dokumen tersebut

memang Puskesmas Bandarharjo menyatakan semua sarana dan prasarana

penunjang pelayanan sudah terpenuhi sesuai dengan standar dan dalam kondisi

baik. Dinas Kesehatan Kota Semarang juga membenarkan bahwa alur untuk

mendapatkan penambahan atau perbaikan sarana dan prasarana dengan cara


79

mengajukan usulan kebutuhan. Berikut ini adalah kutipan hasil wawancara dengan

informan triangulasi:

Ya sama dengan SDM tadi mbak, biasanya mengajukan ke sini, dengan


melampirkan dokumen usulan kebutuhan yang diperlukan, nanti kita kaji lagi
apakah dapat dipenuhi atau tidak, hal itu juga terkait biaya yang ada

(Informan Triangulasi 1)

Kesimpulan dari hasil wawancara, informan utama, informan triangulasi dan

data dokumen adalah, Puskesmas Bandarharjo tidak mengalami kendala dalam

pengadaan sarana dan prasarana karena sarana dan prasarana yang ada hingga saat

ini sudah sesuai dengan standar dan dalam kondisi baik.

4.2.3.3 Pengorganisasian

Berdasarkan hasil wawancara dengan ketiga informan utama terkait dengan

komponen proses (pengorganisasian) yang mempengaruhi capaian cakupan

kunjungan ibu hamil K1 dan K4 pelayanan kesehatan di Puskesmas Bandarharjo,

dapat dinyatakan bahwa Puskesmas Bandarharjo telah melakukan monitoring

program puskesmas termasuk program antenatal terpadu baik secara internal

maupun eksternal yang biasanya dilakukan hari minggu pagi. Berikut adalah

kutipan wawancara dengan semua informan utama:


80

Ya ada, dari pihak dinas juga ada, tiap tahun kan pasti, supervise kinerja pasti
ada, intervalnya tiap tahun ada, terus kemudian pemegang progam pasti
melakukan monitoring terhadap program itu, tiap bulan kan kita laporan
terus
ada rencana kegiatannya apa, sampai kita bikin jaring-jaring kegiatan
seperti kelas ibu hamil, neonatal, pemantauan ibu hamil resti, pelacakan bayi
meninggal dan itu pada saat kelas hamil dilakukan rata-rata hari minggu dan
itu kegiatannya dilakukan pada saat itu, dilaksanakan minggu pagi

(Informan Utama 1)

Ada, ada rapat untuk monitoring, biasanya dilakukan dilakukan senin pagi itu
ada brifing disana kita bisa memberikan masukan disitu monitoring selalu
ada, dari dkk juga ada, dari puskesmas juga ada, monitoring dari DKK setahun
satu atau dua kali kayaknya
(Informan Utama 2)

Ooo ada nggeh, dari DKK juga ada kok kegiatan monitoring

(Informan Utama 3)

Hasil wawancara dengan informan utama diatas, ternyata sesuai dengan arsip

surat masuk Puskesmas Bandarharjo, dimana ditemukan beberapa surat dari Dinas

Kesehatan Kota Semarang berupa pemberitahuan atau undangan untuk melakukan

monitoring terhadap program antenatal terpadu. Hasil wawancara dengan para

informan utama diatas juga sesuai dengan hasil wawancara informan triangulasi

yang menyatakan bahwa dari pihak dinas kesehatan juga melakukan monitoring

terhadap program antenatal terpadu yang biasanya dilakukan satu atau dua tahun

sekali dengan cara mendatangi puskesmas terkait secara langsung dan melakukan
81

check list terhadap permasalahan yang dihadapi oleh pihak puskesmas, berikut

merupakan kutipan hasil wawancara dengan informan triangulasi:

Iya, dilaksanakan setiap tahun, pasti ke 37 Puskesmas itu ada kita pembinaan
program pelayanan kesehatan ibu, kita nanti kunjungan langsung ke
puskesmasnya, nanti ada apa permasalahan disana kita ada cheklistnya

(Informan Triangulasi 1)

Pasti ada toh mbak, itu dilaksanakan setahun satu atau dua kali, dari
puskesmas ada, dari dinas kesehatan ya ada

(Informan Triangulasi 2)

Kesimpulan dari hasil wawancara, informan utama, informan triangulasi dan

data dokumen adalah Dinas Kesehatan Kota Semarang telah melakukan monitoring

secara berkala setiap tahunnya terhadap pelaksanaan program-program yang ada di

puskesmas di Kota Semarang, termasuk Puskesmas Bandarharjo. Puskesmas

Bandarharjo sendiri juga melakukan monitoring dan evaluasi internal terhadap

pelaksanaan program-program yang telah dan sedang dijalankan, monitoring dan

evaluasi tersebut dilakukan secara berkala tiap minggu dan tahun.

Berdasarkan hasil wawancara dengan ketiga informan utama terkait

komponen proses (pengorganisasian) yang mempengaruhi capaian cakupan

kunjungan ibu hamil K1 dan K4 pelayanan kesehatan di Puskesmas Bandarharjo

dapat dinyatakan bahwa Puskesmas Bandarharjo mengalami kendala dalam

pengorganisasian sumber daya manusia, hal ini dikarenakan kurangnya sumber

daya manusia yang ada sehingga mengakibatkan saling tumpang tindihnya


82

pelaksanaan program antenatal terpadu. Berikut adalah kutipan wawancara dengan

informan utama:

Oh ya pasti, pasti itu karena ya memang kita beban kerjanya tambahan diluar
gedung tupoksi itu kadang jauh lebih banyak dan sangat membebani, tupoksinya
kita itu dipelayanan tapi ya karna kita dibebani ya kadang ada menyambih jadi
bendahara, bendahara itu ya otomatis kan harus mengerjai SPJ dan segala
macam dan SPJ itu berhubungan harus berhubungan dengan jadwal keluar,
diluar gedung, menurut saya bebannya terlalu banyak karna ya itu keterbatasan
SDM tadi

(Informan Utama 1)

Ya banyak, bidannya kan merangkap BOK makanya kalau untuk ANC nya
sebenarnya kalau bidan nggak boleh merangkap-merangkap itu ya kalau
memang gak mau tumpang tindih, mbak endang merangkap BOK

(Informan Utama 2)

Aaa kebetulan ini ada kasurkes ya, dari kontak dari dinas jadi sangat
membantu ya, kebetulan kayak kelas hamil itu dibagi ya bandarharjo itu sama
buk marni trus tanjung mas buk erna saya yang kuningan sama dadapsari
kebetulan saya sendiri juga ada tugas sambilan untuk bendahara mbak jadi yo
rodo repot sekali memang jadi saya tidak bisa fokus dipelayanan KIA terus.

yaa itu maksudnya kita tetap koordinasi dan komunikasi jadi kalau
semisalnya ada yang kurang kita melapor ke Kepala.TU ini ada kurang ni ni
nanti dicarikan .. memang ada keterbatasan SDM dan keterbatasan waktu ya
mbak.
(Informan Utama 3)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama diatas ternyata hasil

wawancara sesuai dengan dokumen RTP Puskesmas Bandarharjo tahun 2016

dimana, di dalam dokumen tersebut Puskesmas Bandarharjo masih membutuhkan

tiga orang bidan lagi, hal tersebut ditentukan dengan menggunakan teknik analisis

jabatan dan analisis beban kerja yang dilakukan Puskesmas Bandarharjo tiap tahun.
83

Hasil wawancara dengan informan utama diatas juga sesuai dengan hasil

wawancara informan triangulasi dari bagian kesga sub bagian kesehatan ibu dan

anak Dinas Kesehatan Kota Semarang dan Kepala Puskesmas Bandarharjo yang

menyatakan bahwa tidak ada standar khusus untuk jumlah bidan yang melayani

kunjungan ibu hamil pada pelayanan antenatal terpadu, akan tetapi harus ada

seorang pemegang program, akan tetapi dalam pelaksanaan programnya nanti,

jumlah SDM dipengaruhi oleh wilayah kerja puskesmas dan tipe puskesmas,

berikut adalah kutipan wawancara dengan informan triangulasi:

Oh kalau standarnya, harus ada pemegang program meskipun itu bidan, nanti
itu tergantung dari pihak puskesmasnya mau bagaimana, apakah SDM nya
cukup atau tidak kan tergantung dari pihak Puskesmasnya apakah wilayah
kerjanya padat penduduk atau berada di tengah kota dan itu juga berpengaruh

(Informan Triangulasi 1)

Kalau pembagian jelas toh mbak, bidan tiga kita ada pembagiantiga,
kesehatan ibu sendiri, kesehatan anak sendiri, KB sendiri, terus masing-masing
dibantu tenaga magang untuk dilapangannyasudah dibantu kasurkes.

(Informan Triangulasi 2)

4.2.4 Hasil Penelitian Output

Output yang dimaksud dalam penelitin ini adalah data cakupan pelayanan

antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang. Berdasarkan data dari

Dinas Kesehatan Kota Semarang Puskesmas Bandarharjo mengalami penurunan

cakupan K1 dan K4. Puskesmas Bandarharjo mendapatkan cakupan K1 pada tahun

2015 mencapai 80,32% dan cakupan data pelayanan K4 mencapai 90,76%, dan di
84

tahun 2014 cakupan data pelayanan K1 mencapai 94,60% sedangkan data

pelayanan K4 mencapai 86,34% dengan target SPM tahun 2015 yaitu 95%. Dari

jumlah ibu hamil 1382 memiliki resiko tinggi pada kehamilan yaitu 1052 mencapai

70%.

Pencapaian tersebut berbanding terbalik dengan target yang diinginkan

pemerintah, pemerintah setiap tahunnya menargetkan yaitu pencapaian pelayanan

antenatal setiap tahunnya harus terus meningkat, akan tetapi capaian yang

didapatkan Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang mengalami penurunan pada

tahun 2014 dan 2015.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketidak tercapaiannya pelayanan

antenatal terpadu sesuai dengan target yang sudah ditetapkan dapat dikarenakan

input masih kurang baik, dilihat dari sumber daya manusianya karena semua

informan utama (bidan) mengatakan bahwa masih kurangnya sumber daya manusia

dalam penanganan ibu hamil dan belum adanya fasilitas seperti USG yang dimiliki

Puskesmas. Sehingga pihak Puskesmas Bandarharjo kurang optimal dalam

memperbaiki kekurangan-kekurangan dari pelayanan sebelumnya.

Menurut Azwar (2010) mengatakan bahwa output adalah barang atau jasa

yang dihasilkan secara langsung dari pelaksanaan kegiatan berdasarkan input yang

digunakan. Bagusnya pencapaian output tidak lepas dari baiknya input yang

dimiliki, begitu juga sebalinya apabila input yang dimiliki tidak baik makan output

yang dihasilkan akan tidak baik juga.


BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Pembahasan Hasil Penelitian

5.1.1 Komponen Input

5.1.1.1 Sumber Daya Manusia

5.1.1.1.1 Jumlah Sumber Daya Manusia

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu

hamil selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang

mencakup anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan kebidanan, pemeriksaan

laboratorium atas indikasi tertentu serta indikasi dasar dan khusus. Pelayanan

antenatal terpadu adalah pelayanan antenatal komprehensif dan berkualitas yang

diberikan kepada semua ibu hamil. Setiap kehamilan dalam perkembangannya

mempunyai risiko mengalami penyulit atau komplikasi, oleh karena itu pelayanan

antenatal harus dilakukan secara rutin, terpadu, dan sesuai standar pelayanan

antenatal yang berkualitas (Kemenkes RI, 2010).

Tujuan pelayanan antenatal terpadu adalah untuk memenuhi hak setiap ibu

hamil memperoleh palayanan antenatal yang berkualitas sehingga mampu

menjalani kehamilan yang sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi

yang sehat. Pelayanan antenatal sebaiknya dilakukan rutin oleh ibu hamil minimal

4 kali selama masa kehamilan yakni 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada

trimester kedua, dan 2 kali pada trimester ketiga oleh tenaga kesehatan yang

profesional (Kemenkes RI, 2010).

Salah satu unsur yang harus ada dalam pelayanan antenatal terpadu adalah

tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan dalam pelayanan antenatal terpadu di

85
86

Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang di bantu oleh bidan. Bidan adalah seorang

perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang telah teregistrasi sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan (Kemenkes RI, 2010). Bidan yang ada di

Puskesmas Bandarharjo berjumlah tiga orang. Hal ini belum sesuai dengan

peraturan menteri kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa

jumlah bidan yang ada di Puskesmas daerah perkotaan harus berjumlah empat

orang.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama, informan triangulasi

dan data dokumen dapat diambil kesimpulan bahwa Puskesmas Bandarharjo sejak

tiga tahun kebelakang ini masih merasa kekurangan SDM terutama bidan untuk

melayani pelayanan ibu hamil dan pelayanan lain yang membutuhkan tenaga bidan,

sedangkan dari pihak Dinas Kesehatan Kota Semarang menyatakan sumber daya

manusia terutama bidan memang sangat kurang dan terbatas sekali dan tidak ada

patokan untuk jumlah bidan yang melayani ibu hamil hanya menyesuaikan keadaan

puskesmas masing-masing, yang terpenting adalah harus adanya seseorang yang

berperan sebagai pemegang program untuk pelayanan antenatal terpadu pada

kunjungan ibu hamil.

Bidan pemegang program antenatal terpadu yang ada di Puskesmas

Bandarharjo Kota Semarang tersebut berpendidikan terakhir DIII Kebidanan dan

telah bekerja di Puskesmas tersebut selama bertahun-tahun. Begitu juga dengan

bidan pemegang program kesehatan anak yang juga ikut melaksanakan

pemeriksaan antenatal terpadu apabila bidan pemegang program antenatal tersebut

berhalangan hadir juga memiliki pendidikan terkahir dari DIII Kebidanan dan telah
87

menjadi bidan di Puskesmas Bandarharjo selama bertahun-tahun. Menurut hasil

penelitian yang dilakukan oleh Abu dkk (2015) menyatakan bahwa masa kerja

seorang bidan berpengaruh signifikan terhadap mutu pelayanan antenatal, hal ini

dikarenakan dengan semakin lama masa kerja seseorang maka akan semakin

berpengalaman dalam melakukan tugasnya sehingga lamanya bidan bekerja dapat

diidentikkan dengan banyaknya pengalaman yang dimiliki.

Sumber daya manusia menurut Mahirot Tua Effendi (2007) adalah salah satu

komponen utama di dalam sebuah organisasi, hal itu dikarenakan manusia menjadi

salah satu sumber untuk bersaing. Menurut Hasibuan (2003) Sumber daya manusia

merupakan salah satu elemen yang menentukan kegagalan atau keberhasilan

organisasi mencapai tujuan, organisasi yang tidak memiliki sumber daya manusia

yang cukup dan berkualitas akan menemui kegagalan dalam mencapai sasaran, visi

dan misi yang sudah ditetapkan.

5.1.1.1.2 Pengembangan Sumber Daya Manusia

Berdasarkan hasil wawancara informan utama, informan triangulasi dan data

dari data dokumen dapat ditarik kesimpulan, bahwa Dinas Kesehatan Kota

Semarang aktif melakukan pelatihan dan seminar yang biasanya dilakukan

beberapa kali dalam setahun yang ditujukan untuk bidan atau pegawai puskesmas-

puskesmas di kota semarang termasuk Puskesmas Bandarharjo. Dengan adanya

pelatihan pelayanan antenatal terpadu diharapkan bidan akan mampu meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan pelayanan antenatal. Dalam

pelatihan ini bidan akan dilatih bagaimana memberikan pelayanan antenatal terpadu

pada ibu hamil sesuai dengan standar 10T yang berlaku. Apabila kompetensi bidan
88

tidak ditingkatkan dapat mengakibatkan berbagai hal, mulai dari penyimpangan

kecil terhadap standar pelayanan kesehatan, sampai kepada kesalahan fatal yang

dapat menurunkan mutu pelayanan kesehatan dan membahayakan jiwa pasien. Hal

ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Elvira (2012) yang

menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pelatihan dengan kualitas

pelayanan yang diberikan. Menurut Sulistyarini dalam Elvira (2012) pelatihan

adalah proses belajar dengan menggunakan teknik dan metode tertentu. Secara

konsepsional dapat dikatakan bahwa latihan yang dimaksud untuk meningkatkan

kemampuan seseorang atau sekelompok orang yang sudah bekerja pada suatu

organisasi yang efisiensi, efektifitas dan produktivitas kerjanya dirasakan perlu

untuk ditargetkan secara terarah.

Adanya pelatihan tersebut juga dibenarkan oleh Kepala Puskesmas

Bandarharjo (Informan Triangulasi 2) yang menyatakan bahwa pelatihan memang

ada namun tidak diselenggarakan dari internal puskesmas, namun dari Dinas

Kesehatan Kota Semarang. Hal tersebut juga sama dengan pernyataan pihak Dinas

Kesehatan Kota Semarang dalam hal ini disampaikan oleh Kepala sie. Kesehatan

Ibu dan Lansia bagian Kesehatan Keluarga (Kesga). Pelatihan untuk bidan ini

waktunya tidak tetap, setahun bisa 3 sampai 6 kali. Biasanya Dinas Kesehatan Kota

Semarang bekerja sama dengan pihak lain untuk melakukan pelatihan tersebut.

Puskesmas Bandarharjo juga aktif untuk mendelegasikan anggotanya untuk

mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh Dinas Kesehatan Kota

Semarang, hal tersebut terbukti dari arsip surat masuk Puskesmas Bandarharjo yang
89

berisi surat undangan dari Dinas Kesehatan Kota Semarang untuk mengikuti

pelatihan atau seminar.

Pengembangan sumber daya manusia merupakan hal yang harus dilakukan

oleh suatu organisasi tak terkecuali puskesmas. Pengembangan sumber daya

manusia merupakan guna meningkatkan kemampuan, keterampilan dan

pengetahuan mereka, sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang mereka lakukan

(Kadarisman, 2012:5). Pengembangan sumber daya manusia bertujuan untuk

mengatasi dan memperbaiki kesalahan agar pekerjaan dapat berjalan lebih baik lagi.

Pengembangan sumber daya manusia atau pegawai adalah kepentingan atau

investasi jangka panjang, melalui pengembangan sumber daya manusia, organisasi

dapat terbatas dari ketergantungan terhadap sumber daya manusia ahli diluar

organisasi. Pelatihan yang diberikan kepada pegawai dimaksudkan untuk

memperbaiki penguasaan keterampilan tertentu yang dibutuhkan pegawai untuk

menyelesaikan pekerjaannya (Kadarisman, 2012:12).

5.1.1.2 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana kegiatan merupakan hal yang diperlukan untuk

mendukung sebuah program pelayanan antenatal. Ketersediaan sarana dan

prasarana yang cukup sangat mendukung dalam pelayanan antenatal terpadu.

Berdasarkan hasil wawancara dan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti,

sarana dan prasarana yang telah sesuai dengan Pedoman Pelayanan Antenatal

Terpadu Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013 dan Lampiran

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas. Sarana

dan prasarana yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi alat-alat yang
90

digunakan untuk kegiatan pelayanan antenatal terpadu dan bangunan fisik dari

Puskesmas tersebut yang digunakan untuk melakukan kegiatan layanan antenatal.

Berdasarkan hasil wawancara, dengan informan utama (bidan) Puskesmas

Bandarharjo tersebut menyatakan bahwa sejak tiga tahun terakhir ini sudah lengkap

dan terpenuhi, semua peralatan dalam keadaan layak pakai dan baik digunakan.

Ditinjau dari ketersediaan sarana dan prasarana, sarana daan prasarana yang ada di

Puskesmas Bandarharjo dikatakan memadai hal ini sesuai dengan pengamatan yang

dilakukan dengan bantuan check list observasi, hal ini meliputi ketersediaan alat

sesuai dengan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan hasil wawancara, dengan informan utama dan data dari data

dokumen dapat diambil kesimpulan bahwa kondisi ruangan KIA dan MTBS di

Puskesmas Bandarharjo yang digunakan untuk melayani kunjungan ibu hamil

dalam pelayanan ibu hamil dalam kondisi baik dan baru saja dilakukan renovasi

atau perluasan ruangan mulai tahun 2015. Renovasi juga dilakukan pada sektor-

sektor penunjang pelayanan lainnya seperti tempat parkir.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama (ibu hamil) yang

menjadi pengguna layanan antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo, dari

semuanya menyatakan bahwa fasilitas yang ada cukup memadai dan menunjang.

Hal ini menjadikan pengguna layanan merasa nyaman melakukan pemeriksaan

antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharo Kota Semarang. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa fasilitas atau sarana prasarana yang ada di Pukesmas

Bandarharjo tersebut sudah lengkap hal ini menunjukan bahwa kualitas dari

pelayanan antenatal yang ada di Puskesmas tersebut juga dapat dikatakan


91

berkualitas. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Demny

2012 yang menyatakan bahwa semakin lengkap fasilitas peralatan antenatal

semakin meningkat mutu pelayanan antenatal.

Menurut Buchari Zainun (2000) yang dikutip oleh Nur Jiatmiko (2005)

sebuah organisasi kerja yang produktif hendaknya didukung oleh sarana dan

prasarana yang lengkap dan dalam kondisi yang baik agar aktivitas yang dilakukan

tidak mendapatkan hambatan yang berarti. Organisasi yang baik haruslah didukung

oleh lingkungan kerja yang baik pula agar mendapatkan kinerja yang maksimal dari

para pegawainya. Menurut Sri Mulyani (2010) sarana dan prasarana merupakan

salah satu komponen utama agar proses dapat berjalan dengan baik.

5.1.1.3 Pendanaan

Komponen pendanaan merupakan salah satu unsur yang dapat menunjang

berlangsungnya kegiatan untuk mencapai tujuan. Sumber dana untuk pelaksanaan

antenatal di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang berasal dari berbagai sumber

yakni BOK, APBD dan pihak lain seperti Bapermas dan JKN. Dana JKN ini

sekarang diwujudkan dalam bentuk BPJS yang sekarang ini ada dana untuk

peningkatan program dan belanja prasarana. Dana APBD berasal dari pemerintah

Kota Semarang yang disalurkan oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang biasanya

dari Dinas berupa anggaran untuk belanja peralatan.

5.1.1.4 Kebijakan dan SOP

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama, informan triangulasi

dan data dokumen dapat disimpulkan bahwa sudah menerapkan kebijakan dan SOP

(Standar Operasional Prosedur) terkait dengan pelayanan antenatal terpadu.


92

Menurut keterangan informan utama dan informan triangulasi tersebut SOP yang

ada dibuat oleh Puskesmas Bandarharjo dengan menyesuaikan kebutuhan, dan

mengacu pada standar pelayanan kebidanan juga sesuai dengan pedoman antenatal

terpadu yang direkomendasikan oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang. Hal ini juga

dibenarkan oleh kepala sie. Kesehatan Ibu dan Lansia bagian Kesehatan Keluarga

(Kesga) Dinas Kesehatan Kota Semarang yang menyatakan bahwa untuk SOP

pelayanan antenatal juga diawasi oleh pihak dinas kesehatan kota yang disesuaikan

dengan standar yang ada.

5.1.2 Komponen Proses

Proses adalah semua kegiatan atau aktivitas dari seluruh karyawan dan tenaga

profesi dalam interaksinya dengan pelanggan, baik pelanggan internal maupun

pelanggan eksternal. Proses juga merupakan kumpulan bagian atau elemen yang

terdapat dalam sistem yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran

yang direncanakan (Azwar, 2010).

5.1.2.1 Pelaksanaan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan standar 10T

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama bahwa proses

pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu berkualitas sesuai dengan satandar 10T di

Puskesmas Bandarharjo dilaksanakan pada hari selasa dan hari kamis mulai pukul

07.30 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB. Proses pelaksanaan tersebut dimulai

dengan pasien mendaftarkan diri diloket pendaftaran untuk dicatat data dirinya oleh

petugas dan mendapatkan nomor antrian pada setiap poli yang dituju termasuk poli

KIA.
93

Pemeriksaan anamnesa dilakukan sesuai dengan SOP yang ada, yakni

menanyakan riwayat perkawinan, riwayat penyakit yang lalu/operasi, riwayat

penyakit keluarga, riwayat ginekologi, riwayat keluarga berencana, riwayat

menstruasi dan menanyakan hari pertama haid terakhirnya, pola nutrisinya, serta

menanyakan keluhan. Juga dilakukan pemeriksaan HB, HIV dan Hepatitis B.

Selanjut pemeriksaan fisik adalah suatu cara untuk memperoleh data obyektif yang

nanti akan digunakan untuk merumuskan masalah sesuai dengan keadaan ibu hamil

serta bertujuan untuk menentukan pelayanan yang efektif, mencegah kehamilan

tanpa penyulit, mendeteksi pertumbuhan janin dan kelainan-kelainan pada ibu

hamil. Pemeriksaan fisik ini ada yang dilakukan pada awal pemeriksaan saja dan

ada dilakukan oleh bidan setiap kali ibu berkunjung untuk memeriksakan

kehamilannya.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan utama (bidan)

menyatakan bahwa pelayanan antenatal terpadu yang ada di Puskesmas

Bandarharjo telah melakukan pelayanan sesuai standar 10T yang telah ditetapkan

oleh Kemenkes RI. Namun pemeriksaan dengan 10T ini dilakukan untuk ibu hamil

pertama kali pemeriksaan vital seperti ukur tekanan darah, timbang berat badan,

ukur tinggi fundus uterus, pemeriksaan DJJ (Detak Jantung Janin), presentasi janin,

pemberian tablet besi dan konseling hanya pada masalah yang diprioritaskan.

Selanjutnya, Pelayanan Konseling atau temu wicara merupakan bagian dari

pelayanan antenatal terpadu yang diberikan sejak kontak pertama untuk membantu

ibu hamil dalam mengatasi masalahnya. Konseling atau temu wicara idealnya

dilakukan pada setiap kali kunjungan antenatal. Materi yang diberikan saat
94

konseling biasanya ialah seputar kesehatan ibu, perilaku hidup bersih dan sehat,

peran suami atau keluarga dan perencanaan persalinan, tanda bahaya kehamilan,

persalinan dan nifas serta kesiapan menghadapi komplikasi, asupan gizi seimbang,

gejala penyakit menular dan tidak menular, Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan

pemberian ASI eksklusif, KB pasca persalinan, imunisasi, dan peningkatan

kesehatan intelegasi pada kehamilan (Brain booster).

Selain itu sekarang diwilayah kerja Puskesmas Bandarharjo juga dilakukan

kelas ibu hamil yang dilaksanakan pada setip RW dilakukan minggu. Hal ini

dijadikan sebagai sarana proses konseling untuk ibu hamil di wilayah kerja

Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.

5.1.2.2 Perencanaan

5.1.2.2.1 Perencanaan Capaian Target

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama dan informan

triangulasi diperoleh kesimpulan sebagai berikut, Dinas Kesehatan Kota Semarang

dan Puskesmas Bandarharjo sama-sama menggunakan SPM (standar pelayanan

minimal) untuk menentukan capaian target suatu program, termasuk program ibu

pada pelayanan antenatal terpadu.

Sasaran yang tidak jelas dan tidak menjelaskan bagaimana cara mencapainya,

tidak akan menjadi motivasi pegawai untuk mencapai sasaran tersebut, oleh karena

itu sebuah sasaran harus jelas dan terukur. Sasaran atau target memiliki batas waktu

yang berarti sebuah target atau sasaran harus ditentukan dengan jelas. Sasaran atau

target erat kaitannya dengan motivasi kerja pegawai, sasaran yang jelas dan terukur

akan meningkatkan kemungkinan untuk tercapai (Mahirot Tua Effendi, 2007).


95

5.1.2.2.2 Perencanaan Sumber Daya Manusia

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama, informan triangulasi

dan data dokumen dapat disimpulkan bahwa, Puskesmas Bandarharjo Kota

Semarang dalam kurun tiga tahun kebelakang telah merasakan kekurangan tenaga

bidan, Puskesmas Bandarharjo juga sudah melakukan analisis beban kerja dan

jabatan. Puskesmas Bandarharjo juga mengajukan berkas permohonan penambahan

tenaga kerja bidan berdasarkan analisis beban kerja yang sudah dibuat ke Dinas

Kesehatan Kota Semarang. Dinas Kesehatan Kota Semarang juga membenarkan

bahwa alur untuk mengajukan dan mendapatkan sumber daya manusia tambahan

melalui mereka, tetapi dari pihak Dinas Kesehatan Kota Semarang juga tidak bisa

serta merta dapat langsung melakukan penambahan SDM karena banyak faktor

yang mempengaruhinya.

Menurut Sjafri Manguprawira (2011) Perencanaan sumber daya manusia

merupakan keterkaitan antara manajemen sumber daya manusia dengan

perencanaan strategis, perencanaan SDM adalah sebuah proses yang berfungsi

untuk melakukan suatu gambaran dari sebuah perusahaan untuk memperoleh atau

memanfaatkan sumber daya manusia. Perencanaan SDM lebih menitik beratkan

pada tujuan dari perusahaan atau organisasi. Tujuan perusahaan dan kebutuhan

sumber daya manusia akan dianalisis guna memberikan gambaran peran serta SDM

dalam mencapai target organisasi.

5.1.2.2.3 Perencanaan Sarana dan Prasarana

Berdasarkan hasil wawancara informan utama, informan triangulasi dan data

dokumen dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut, Puskesmas Bandarharjo


96

tidak mengalami kendala dalam pengadaan sarana dan prasarana hal ini di

karenakan sarana dan prasarana yang ada hingga saat ini sudah sesuai dengan

standar dan dalam kondisi baik.

Menurut Buchari Zainun (2000) yang dikutip oleh Nur Jiatmiko (2005)

sebuah organisasi kerja yang produktif hendaknya didukung oleh sarana dan

prasarana yang lengkap dan dalam kondisi yang baik agar aktivitas yang dilakukan

tidak mendapatkan hambatan. Organisasi yang baik haruslah didukung oleh

lingkunyan kerja yang baik agar mendapatkan kinerja yang maksimal dari para

pegawainya. Menurut Sri Mulyani (2010) sarana dan prasarana merupakan salah

satu komponen utama agar proses dapat berjalan dengan baik.

5.1.2.3 Pengorganisasian

Pengorganisasian menjadi hal yang penting dalam pengorganisasian, dengan

adanya pengorganisasian, setiap pihak yang terlibat dalam sebuah organisasi jadi

lebih terkoordinir dan saling melakukan evaluasi, untuk terus memacu organisasi

mencapai target dan tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil wawancara

informan utama dan informan triangulasi dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut,

Dinas Kesehatan Kota Semarang telah melakukan monitoring secara berkala setiap

tahunnya terhadap pelaksanaan program-program yang ada di Puskesmas di Kota

Semarang, termasuk Puskesmas Bandarharjo. Puskesmas Bandarharjo sendiri juga

melakukan monitoring dan evaluasi internal terhadap pelaksanaan program-

program yang telah dan sedang dijalankan, monitoring dan evaluasi tersebut

dilakukan dilakukan setiap minggu dan tahunan. Kekurangan sumber daya manusia

mengakibatkan terkendalanya pengorganisasian sumber daya manusia terutama


97

pada pembagian tugas kerja, hal ini mengakibatkan job desk menjadi tumpang

tindih dan kurang jelas.

Pengorganisasian merupakan proses pengumpulan dan mengkoordinir

sumber daya manusia, untuk mencapai tujuan atau sasaran dari sebuah organisasi.

Pengorganisasian diperlukan untuk menciptakan organisasi yang dinamis dengan

cara melakukan pembangunan hubungan atar sumber daya manusia, pelaporan hasil

pelaksanaan program, pengorganisasian membuat organisasi menjadi lebih

fleksibel dan responsif terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi

(Thomas S Baterman, 2008).

5.1.3 Komponen Output

Output atau hasil yang dimaksud disini adalah tindak lanjut dari hasil

keluaran berupa hasil akhir dari kegiatan dan tindakan tenaga profesi serta seluruh

karyawan terhadap pelanggan. Hasil yang diharapkan dapat berupa perubahan yang

terjadi pada pelanggan. Harapannya adalah jika masukan telah tersedia sesuai

dengan rencana, maka proses akan bisa dilaksanakan. Apabila proses dilaksanakan

sesuai yang direncanakan berdasarkan standar yang ada maka hasil akan tercapai

dengan baik (Bustami, 2011).

Pelayanan kesehatan ibu hamil tidak dapat dipisahkan dengan pelayanan

antenatal terpadu. Indikator untuk menggambarkan tingkat perlindungan terhadap

ibu hamil adalah cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 dan K4 merupakan gambaran

kunjungan ibu hamil terhadap pelayanan kesehatan ataupun tenaga kesehatan yang

profesional sesuai dengan proporsinya.


98

Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang menunjukkan bahwa

angka kematian ibu yang tertinggi di Kota Semarang yaitu Puskesmas Bandarharjo.

Data cakupan K1 di Puskesmas Bandarharjo pada tahun 2014 mencapai 94,60%

menurun menjadi 80,32% pada tahun 2015 sedangkan target SPM tahun 2015 yaitu

95%. Sedangkan untuk data cakupan K4 di Puskesmas Bandarharjo tahun 2014

mencapai 86,34% meningkat pada tahun 2015 mencapai 90,76% tetapi masih jauh

dari target SPM.

Hal tersebut dibenarkan oleh informan utama bahwa Puskesmas Bandarharjo

pernah mendapatkan cakupan K1 dan K4 yang sedemikian. Menurut informan

utama penyebab dari cakupan K1 dan K4 mengalami perubahan naik turun yang

ada di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo tersebut adalah sumber daya bidan

yang ada tidak memungkinkan untuk melakukan pendataan kerumah-rumah warga

dikarenakan keterbatasan sumber daya manusianya.


99

5.2 Hambatan dan Kelemahan Penelitian

5.2.1 Hambatan Penelitian

Pada saat pelaksanaan penelitian, terdapat hambatan yang mempengaruhi

kelancaran penelitian baik sebelum, setelah, maupun saat penelitian berlangsung.

Hambatan-hambatan tersebut antara lain:

1. Peneliti cukup kesulitan untuk menemui informan dikarenakan kesibukan

masing-masing informan. Pelaksanaan penelitian harus menyesuaikan jam

kerja puskesmas, dan lingkungan puskesmas, agar tidak mengganggu

pelayanan yang sedang berlangsung.

2. Pengulangan pertanyaan agar informasi lebih paham mengenai yang

ditanyakan oleh peneliti. Selain itu, peneliti belum bisa membatasi jawaban

informan untuk tetap dalam konteks atau topik.

3. Beberapa dokumen yang diinginkan peneliti tidak tersedia di tempat

penelitian sehingga analisis data hanya berdasarkan pada hasil wawancara

dan observasi.

5.2.2 Kelemahan Penelitian

Penelitian kualitatif identik dengan wawancara mendalam terhadap informan

penelitian. Pertanyaan yang diajukan secara umum bertujuan untuk

menggambarkan, mengungkapkan, menjelaskan, menguji, dan menemukan

jawaban dari informan secara riil. Seseorang akan lebih sensitif apabila dihadapkan

pada pertanyaan-pertanyaan terkait kinerja dan pecapaian, sehingga jawaban para

informan lebih menonjolkan sisi-sisi positif saja yang membuat jawaban dari

informan lebih bersifat subjektif. Jawaban dari informan juga akan dipengaruhi oleh
100

perubahan perilaku informan, hal inilah yang membuat penelitian kualitatif

memiliki subjektifitas tinggi.


BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai analisis pelaksanaan program antenatal

terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang, dapat disimpulkan bahwa:

1. Gambaran input dalam pelaksanaan program antenatal terpadu yang ada di

Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang, yang terdiri dari sumber daya manusia,

sarana dan prasarana, sumber dana dan SOP, masih terdapat kendala pada segi

sumber daya manusia (SDM). Tenaga yang ada di Puskesmas Bandarharjo Kota

Semarang tersebut berjumlah tiga orang bidan, hal ini belum sesuai dengan

ketentuan dalam Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas yang

menetapkan jumlah bidan untuk Puskesmas non rawat inap di perkotaan

berjumlah empat orang.

2. Dalam segi proses, pelaksanaan program antenatal terpadu yang ada di

Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang telah menerapkan standar 10T. Terkait

dengan perencanaan yang ada di Puskesmas Bandarharjo telah melakukan

sasaran atau target yang harus dicapai oleh Puskesmas, sasaran dan target

program antenatal terpadu terkait cakupan K1 dan K4 kunjungan ibu hamil telah

direncanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang dengan mengacu pada SPM

(standar pelayanan minimal) ke puskesmas yang ada di Kota Semarang. Terkait

pengorganisasian kekurangan sumber daya manusia mengakibatkan

terkendalanya pengorganisasian sumber daya manusia terutama pada pembagian

tugas kerja, hal ini mengakibatkan job desk menjadi tumpang tindih dan kurang

jelas.

101
102

6.2 Saran

Berdasarkan simpulan hasil penelitian, beberapa saran yang dapat diberikan

antara lain:

6.2.1 Bagi Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang

Puskesmas Bandarharjo harus meningkatkan fokus komponen proses

(perencanaan dan pengorganisasian) untuk mengolah komponen input

(sumber daya manusia) yang kurang. Puskesmas Bandarharjo dapat

melakukan pengkajian kembali terkait jadwal shift bidan agar tidak terjadi

tumbukan job desk, sehingga dengan jumlah SDM yang terbatas, dapat tetap

mengcover berbagai program.

6.2.2 Bagi Dinas Kesehatan Kota Semarang

Dinas Kesehatan Kota Semarang diharapkan terus memantau, memonitoring

dan melakukan evaluasi seluruh pelaksanaan program-program puskesmas

yang ada di Kota Semarang. Dinas Kesehatan Kota Semarang harus lebih

peka terhadap pencapaian target dari program-program yang telah dilakukan

puskesmas dan menjadi hal tersebut sebagai kajian untuk melakukan evaluasi

program atau capaian target. Melakukan pengkajian terhadap target program

yang akan dilaksanakan, agar target mampu terlaksana dan memotivasi

pegawai.
103

6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi mahasiswa atau peneliti yang akan melanjutkan penelitian ini

diharapkan dapat mengambil ruang lingkup tempat yang lebih luas. Sehingga

diharapkan semakin banyak gambaran mengenai pelayanan antenatal

terpadu.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Solichin, 2008, Analisis Kebijakan Publik, Malang: Penerbit UMM Press

Aji Reno, 2012, Analisis Manajemen Kesehatan, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta

Azwar, Azrul, 2008, Pengantar Administrasi Kesehatan Masyarakat, Semarang:


Undip

Baterman Thomas S, 2008, Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM (Teori,


Dimensi Pengukuran dan Implementasi dalam Organisasi, Yogyakarta:
Penerbit Pustaka Pelajar

Buchari, Zainun, 2000, Manajemen dan Motivasi, Jakarta: Penerbit Balai Aksara

Bungin Burhan, 2008, Analisis Data Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada

Bustami, 2011, Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan & Aksesbilitasnya,


Jakarta: Erlangga

Dainur, 1994, Kegiatan KIA di Puskesmas dan Permasalahannya, Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC

Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2012, Profil Kesehatan Kota Semarang 2011,
Semarang: Dinas Kesehatan Kota Semarang

-----------------------------------------, 2013, Profil Kesehatan Kota Semarang 2012,


Semarang: Dinas Kesehatan Kota Semarang

-----------------------------------------, 2014, Profil Kesehatan Kota Semarang 2013,


Semarang: Dinas Kesehatan Kota Semarang

-----------------------------------------, 2015, Profil Kesehatan Kota Semarang 2014,


Semarang: Dinas Kesehatan Kota Semarang

Dinkes Prov. Jateng, 2013, Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2012,
Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.

Efendi Mahirot Tua, 2007, Manajemen Sumber Daya Manusia (Pengadaan,


Pengembangan, Pengkompensasian Pegawai dan Peningkatan
Produktifvitas Pegawai, Jakarta, Penerbit: PT Grasindo

Eka Arsita P, 2012, Kesehatan Ibu dan Anak, Yogyakarta: Nuha Medika

104
105

Hasibuan Malayu, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Penerbit


Bumi Aksara

Kemenkes, 2008, Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No. 741


Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten dan
Kota, Jakarta: Kemenkes RI

------------, 2010, Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan


Anak (PWS-KIA), Jakarta: Direktorat Jendral Bina Kesehatan Ibu dan
Anak, Jakarta: Kemenkes RI

------------, 2013, Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu, Jakarta: Kemenkes RI

------------, 2014, Peraturan Mentri Kesehatan No. 75 Tahun 2014 Tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Kemenkes RI

Kadarisman M, 2012, Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia, Depok:


Penerbit PT Rajagrafindo Persada

Kurniawati Elvira, 2012, Evaluasi Pelaksanaan 11T dalam Pelayanan Antenatal


Oleh Bidan di Puskesmas Singkawang Tengah Kota Semarang Tahun
2012, Skripsi, Depok: Universitas Indonesia

Mangkuprawira Sjafri, 2011, Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik, Bogor:


Penerbit Ghalia Indonesia

Medika Permatasari S, 2014, Analisis Kinerja BPM Dalam Pelaksanaan ANC


Terpadu Pada Ibu Hamil di Wilayah IBI Ranting Kota Semarang, Skripsi,
Semarang: Universitas Negeri Semarang

Moleong, Lexy J., 2002, Metodologi Penelitian Kualittatif, Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

Monica Happy F, 2015, Implementasi Program Antenatal Terpadu di Puskesmas


Tanjung Agung Kabupaten Ogan Komering Ulu Dengan Pendekatan
Balance Scorecard, Skripsi, Palembang: Universitas Sriwijaya

Mulyani Sri, 2010, Modul Memahami Prinsip-Prinsip Perkantoran Untuk SMK


dan MAK. Jakarta: Penerbit Erlangga

Muninjaya Gde, 2011, Manajemen Kesehatan, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran


EGC

Satrianegara Fais, Saleha Sitti, 2009, Organisasi dan Manajemen Pelayanan


Kesehatan Serta Kebidanan, Jakarta: Penerbit Salemba Medika
106

Sugiono, 2008, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung:


Alfabet

Sugiono, 2011, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Jakarta: Penerbit


Sagung Seto
LAMPIRAN

107
108

Lampiran 1
109

Lampiran 2
110

Lampiran 3
111

Lampiran 4
112

Lampiran 5
113

Lampiran 6
114

Lampiran 7
115
116

Lampiran 8
117

Lampiran 9
118

Lampiran 10

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK


Saya, Niken Amran, Mahasiswa S1 Peminatan Administrasi Kebijakan Kesehatan,
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas
Negeri Semarang, akan melakukan penelitian yang berjudul Analisis Pelaksanaan
Program Antenatal Terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan program antenatal terpadu di Puskesmas
Bandarharjo Kota Semarang.
Saya mengajak Bapak/Ibu/Saudara untuk ikut dalam penelitian ini. Penelitian ini
membutuhkan 9 subjek penelitian, dengan jangka waktu keikutsertaan masing masing
subjek sekitar 1 hari.

A. Kesukarelaaan untuk ikut penelitian


Keikutsertaan Bapak/Ibu/Saudara dalam penelitian ini adalah bersifat sukarela, dan
dapat menolak untuk ikut dalam penelitian ini atau dapat berhenti sewaktu-waktu
tanpa denda sesuatu apapun.
B. Prosedur penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan wawancara (berkomunikasi dua arah) antara saya
sebagai peneliti sebagai pengumpul data (enumerator) dengan Bapak/Ibuk/Saudara
sebagai subyek penelitian/ informan. Saya akan mencatat hasil wawancara ini untuk
kebutuhan penelitian setelah mendapatkan persetujuan dari Bapak/Ibu/Saudara.
Penelitian ini tidak ada tindakan dan hanya semata-mata wawancara mendalam dan
chek list untuk mendapatkan informasi seputar pelaksanaan program antenatal
terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.
C. Kewajiban Subjek Penelitian
Bapak/Ibu/Saudara diminta memberikan jawaban ataupun penjelasan yang
sebenarnya terkait dengan pertanyaan yang diajukan untuk mencapai tujuan
penelitian ini.
119

D. Risiko dan efek samping dan penangananya


Tidak ada resiko dan efek samping dalam penelitian ini, karena tidak ada perlakuan
kepada Bapak/Ibu/Saudara dan hanya wawancara (komunikasi dua arah) saja.
E. Manfaat
Adapun manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini bagi pihak Puskesmas adalah
untuk perbaikan dan kelanjutan dari implementasi program antenatal terpadu di
Puskesmas Bandar Harjo Kota Semarang, serta sebagai bahan acuan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil.
F. Kerahasiaan
Informasi yang didapatkan dari Bapak/Ibu/Saudara terkait dengan penelitian ini akan
dijaga kerahasiaanya dan hanya digunakan untuk kepentingan ilmiah (ilmu
pengetahuan).
G. Kompensasi / ganti rugi
Dalam penelitian ini tidak disediakan dana kompensasi untuk Bapak/Ibu/Saudara.
H. Pembiayaan
Penelitian ini dibiayai sedniri oleh saya sebagai penelitian.
I. Informasi tambahan
Penelitian ini dibimbing oleh Drs. Bambang Wahyono, M.Kes
Bapak/Ibu/Saudara diberikan kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum
jelas sehubungan dengan penelitian ini. Bila sewaktu-waktu ada efek samping atau
membutuhkan penjelasan lebih lanjut, Bapak/Ibu/Saudara dapat menghubungi Niken
Amran, No. Hp 081277762080 di Gang Cempaka Sari, Sekaran, Gunungpati, Semarang.
Bapak/Ibu/Saudara juga dapat menanyakan tentang penelitian ini kepada Komite
Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) Universitas Negeri Semarang, dengan nomor telefon
(024) 8508107 atau email kepk.unnes@gmail.com
Semarang, 1 April 2016
Hormat saya,
Ttd.

Niken Amran
NIM. 6411412092
120

Lampiran 11

PERSETUJUAN KEIKUTSERTAAN DALAM PENELITIAN

Semua penjelasan tersebut telah dijelaskan kepada saya dan semua pertanyaan saya telah
dijawab oleh peneliti. Saya mengerti bahwa bila memerlukan penjelasan saya dapat
menanyakan kepada Niken Amran.

Dengan menandatangani formulir ini, saya setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini.

Tandatangan subjek Tanggal

(Nama jelas :...........................................................)

Tandatangan saksi

(Nama jelas :...........................................................)


121
122
123
124
125
126
127
128
129
130

Lampiran 12

PROSEDUR WAWANCARA MENDALAM

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL TERPADU DI

PUSKEMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG

A. Pengantar

1. Memberi salam dan ucapan terimakasih atas kesediaan memberikan

informasi.

2. Memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama dan latar belakang

pendidikan.

3. Menjelaskan secara singkat mengenai judul dan topik yang akan dibahas pada

wawancara yang akan dilakukan.

B. Tujuan

Melakukan wawancara tentang pelaksanaan program antenatal terpadu di Puskesmas

Bandarharjo Kota Semarang.

C. Prosedur

1. Meminta ijin untuk melakukan wawancara.

2. Meminta kepada informan untuk memberikan pendapatnya baik positif

maupun negatif.

3. Meminta kepada informan untuk menandatangani surat pernyataan

informan penelitian.

4. Menjelaskan bahwa wawancara akan direkam dengan menggunakan

recorder.
131

5. Memberikan jaminan bahwa hasil wawancara hanya untuk tujuan penelitian dan

jaminan kerahasiaannya.

D. Penarikan Kesimpulan

1. Pewawancara membuat rangkuman tentang hasil wawancara.

2. Pewawancara mengkonfirmasi kembali jawaban informan dengan cara

membacakan kembali hasil jawaban kepada informan yang bersangkutan.

3. Menanyakan kepada informan apakah ada informasi yang tertinggal.

Mengucapkan terima kasih kepada informan atas ketersediaannya memberikan

informasi dan mengemukakan kepada informan bahwa informasi yang diberikan

sangat penting bagi peneliti.


132

Lampiran 13

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM


DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG
ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL TERPADU DI
PUSKEMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG

A. Lokasi Penelitian

Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang

B. Identitas Responden

1 Hari/Tanggal Wawancara : Senin, 23 Mei 2016

2 Nama : Minasari

3 Jenis Kelamin : Perempuan

4 Umur : 44 tahun

5 Jabatan : Kepala sie. Kesga DKK

6 Pendidikan Terkahir : S1

7 Masa Kerja : 18 tahun

C. Pertanyaan

I. Sumber Daya Manusia (SDM)

1. Bagaimana pembagian SDM di tiap-tiap Puskesmas khususnya dalam

pencapaian target K4?

Jadi gini dek, untuk tenaga kami memang sangat terbatas sekali, kurang malah
bahkan kurang, jadi untuk melayani ibu hamil yang menangani itu adalah
bidan, bidan kami sangat kurang. Kami punya cuma 143 bidan se puskesmas
yang berkaitan dengan program antenatal terpadu ibu hamil ada juga KIA jadi
kalau hanya bidan kami terus terang kurang, jadi untuk ANC terpadu ini
memang tidak bisa sendiri harus link dengan tenaga yang lainnya
133

2. Apakah ada kebijakan tentang pembagian SDM khususnya bagian KIA?

.. kalau standarnya, harus ada pemegang program itu meskipun itu bidan, nah nanti
untuk pelaksanaan programnya, tergantung dari pihak puskesmasnya mau
bagaimana, apakah SDM nya cukup atau tidak kan tergantung dari pihak
Puskesmasnya apakah wilayah kerjanya pada penduduk atau berada di tengah kota
itu juga bisa berpengaruh

3. Apakah Dinas Kota Semarang dalam kurun waktu 3 tahun kebelakang ini

pernah mengadakan pelatihan untuk bidan? Jika pernah, kapan, dimana dan

siapa pesertanya?

Eee.. kalau pengenalan ANC terpadu itu dilakukan tahun 2011 kemudian kalau
pelatihan secara khusus itu tidak ada dek, tapi setiap kali ada pertemuan-pertemuan
sama bidan terkait dengan 10T selalu solusi permasalahan yang dihadapi
Kalau pelatihan KIA tiap tahunnya pasti ada, meskipun maksudnya gini ya tiap tahun
materinya beda-beda kadang kayak kita refresing terkait dengan programnya.

4. Apakah ada penambahan sumber daya manusia (bidan atau dokter) untuk

Puskesmas Bandar Harjo dalam kurun waktu 3 tahun ke belakang ini? Adakah

wacana penambahannya

untuk penambahan sumber daya manusia kami belum bisa memastikan ya dek,
soalnya dilihat dari beberapa faktor dan ini bukan berarti serta merta dari pihak
kami dengan mudah menambahkan tenaga kesehatan perlu beberapa proses juga.

II. Sarana dan prasarana

1. Apakah Dinas Kesehatan Kota Semarang dalam kurun waktu 3 tahun ke belakang

ini pernah melakukan pengadaan barang untuk program kunjungan ibu?


134

Dalam waktu tiga tahun kebelakang ini pernah ada pengadaan barang untuk
program kunjungan ibu yaa,, tapi untuk tahun-tahun ini dari Pihak Puskesmas
Bandarharjo terkait sarana dan prasarana masih layak dipakai dan baik ya dek..

2. Apakah dari pihak Dinas Kesehatan Kota Semarang menyediakan

sarana/prasarana untuk mendukung program antenatal terpadu?

untuk sarana dan prasaran dari DKK menyediakan yaa..

3. Apa saja sarana/prasarana untuk mendukung program antenatal terpadu?

Sarana prasarana untuk mendukung program antenatal terpadu itu seperti alat
timbang berat badan ya, pengukur tekanan darah/tensi, terus alat seperti denyut
jantung (DJJ), terus peralatan seperti laboratorium saat melakukan pemeriksaan
yaa.. seperti itu pokok e berhbungan sama pemeriksaan standar 10T

III. Dana

1. Dari mana sumber dana untuk program antenatal terpadu?

Sumber dana itu biasanya dari pihak DKK ya, nanti itu diperoleh dari APBD
gitu..

2. Apakah ada kendala terkait dengan sumber dana yang digunakan? Bagaimana cara

mengatasinya?

..untuk kendala kami rasa tidak ada yaa, soalnya sudah didapatkan dari pusat ya
seperti APBD, kalau pun ada hambatan kami tetap mengusahakan..

IV. Proses Pelaksanaan Antenatal Terpadu

1. Apakah Dinas Kesehatan Kota Semarang melakukan monitoring terhadap

program antenatal terpadu di Puskesmas Bandar Harjo? Intervalnya? Monitoring

dalam bentuk apa? Apa saja yang di monitoring?


135

Iya, dilaksanakan setiap tahun, pasti ke 37 Puskesmas itu ada kita pembinaan
program pelayanan kesehatan ibu, kita nanti kunjungan langsung ke puskesmasnya,
nanti ada apa permasalahan disana kita ada cheklistnya

2. Bagaimanakah proses penentuan target program kunjungan ibu?

Itu kan dari renstra dan SPM, kalo yang sampai tahun 2016 ini juga berpatokan
pada MDGs kan sampai tahun 2016, tapi kan kita setiap kota karna da senstranya
masing-masing nah itu yang dipakai, sama SPM standar pelayanan minimal

V. Perencanaan

1. Langkah apa saja yang dilakukan dalam menyusun perencanaan terkait dengan

program antenatal terpadu?

Kalau untuk langkah-langkahnya itu dilihat dari segi permasalahannya dulu nanti
kami sesuaikan dengan target SPM yang berpatokan pada MDGs

2. Apakah perencanaan terkait dengan program antenatal terpadu ada batas waktu

yang jelas? Apakah rencana tersebut untuk bulanan atau tahunan?

Jelas ada yaa, soalnya setiap program itu pasti ada batas waktunya yaa..

VI. Pengorganisasian

1. Apakah pihak DKK pernah melakukan pengorganisasian ke puskesmas-

puskesmas yang ada di Kota Semarang khususnya Puskesmas Bandar Harjo

terkait dengan pencapaian target K4?

Pernah yaa, soalnya setiap puskesmas itu kan punya permasalahan sendiri-sendiri
mbak, ada yang berkaitan dengan SDM jadi tidak heran banyak kejadian tumpang
tindih pada pekerjaan dalam pencapaian suatu target
136

2. Apakah ada kendala terkait dengan pengorganisasian dalam pencapaian

cakupan K4?

untuk kendala biasanyaya itu mbak terkait sama SDM saja, Cuma pintar-pintar
dari pihak Puskesmas ya..

3. Adakah koordinasi langsung kepada bidan atau kepala puskesmas terkait

permasalahan-permasalahan yang ada dalam program antenatal terpadu terhadap

kunjungan ibu?

Koordinasi langsung kepada bidan maupun kepala puskesmas terkait


permasalahan pasti ada dek, nanti itu ada koordinasi juga dari pihak DKK terkait
permasalahan apa yang ada, biasanya itu bentuk laporan ya juga ada..

4. Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut?

mengatasinya yaa biasa dari pihak kami tetap berusan mencari jalan keluar
disetiap permasalahan yaa, dilihat dari segi mana yang belum mencapai target
maupun dari faktor apa yang dipermasalahkan..
137

Lampiran 14

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM


BIDAN PUSKESMAS BANDAR HARJO
ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL TERPADU DI
PUSKEMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG

A. Lokasi Penelitian

Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang

B. Identitas Responden

1 Hari/Tanggal Wawancara : Sabtu, 14 Mei 2016

2 Nama : Erna Faulina

3 Jenis Kelamin : Perempuan

4 Umur : 43 tahun

5 Jabatan : Bidan Puskesmas Bandarharjo

6 Pendidikan Terkahir : DIII

7 Masa Kerja : 23 tahun

C. Pertanyaan

I. Sumber Daya Manusia (SDM)

1. Bagaimana dengan ketersediaan SDM dalam Tim KIA?

Untuk PNS nya sendiri ada 3, terus untuk magangnya ada empat tapi cuti satu..

2. Berapakah jumlah petugas yang ada di pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA)?

Yaa itu sudah mengcangkup semuanya, ada 3..


138

3. Apakah SDM tersebut memenuhi persyaratan dilihat dari tingkat pendidikan?

Sudah memenuhi syarat sih, DIII semua

4. Apakah jumlah SDM di Puskesmas Bandar Harjo Kota Semarang sudah cukup

untuk menangani kunjungan ibu dalam pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu?

Jelaskan

Menurut saya belum cukup aaa yang jelas karna memang jumlah penduduknya
yang banyak, kemudian e kita terbagi dalam empat puskesmas kan, satu puskesmas
induk tiga puskesmas pembantu sedangkan standarnya puskesmas pembantu kan ya
memang gak bisa dipungkiri harusnya setara walaupun jumlahnya gak sama tapi
kan untuk misalnya petugas ada yang dari loketnya, ada dari PB nya, ada dari KIA
nya sendiri, kemudian dari ee apotiknya itu kan harus terstandar sebenarnya tapi
kenyataannya tidak, petugas loket mungkin ya administrasi ya, terus petugas apa
untuk di BP nya juga seharusnya kan ada satu Tim juga ada dokternya, ada
perawatnya tapi ternyata gak juga karna dari sekian kita dokter cuman ada dua aa
perawat paling akhirnya, sehinggakan sudah itu sudah aaa sudah gak standar
menurut saya ya kan, terus untuk bidan dimana bidan juga seharusnya magang
tidak dipasrahi untuk sebagai tanggungjawab aa pengelolaan klinik di puskesmas
dia hanya membantu kalua diserahin tanggungjawabkan tidak bisa

5. Apakah Puskesmas Bandar Harjo sudah memiliki dokter spesialis kandungan?

Puskesmas Bandarharjo tidak memiliki dokter spesialis kandungan

6. Apakah selama kurun waktu 3 tahun terakhir ini, Puskesmas Bandar Harjo Kota

Semarang melakukan penambahan SDM untuk pelayanan kesehatan ibu?


139

7. Bagaimana pembagian tenaga kerja yang ada di Puskesmas Bandar Harjo terkait

program antenatal terpadu?

yang jelas kalau untuk ANC terpadu tidak semua unsur terlibat ya, jadi hanya aa
KIA, laboratorium kalau misalnya sistem konsultasi ke BP ya bila perlu kan tidak
setiap saat pada saat periksa harus kesana terus kan tidak, kemudian ke gigi bila
perlu harus konsultasi, ya paling hanya sekitar itu saja sih

8. Apakah ada yang bertugas didalam gedung dan diluar gedung Puskesmas Bandar

Harjo?

nah itu tadi, kita memang dibebani juga dengan kegiatan luar gedung dengan
petugas yang sama sehingga ya saya fikir memang tidak maksimal, semuanya yang
gak maksimal gitu ya, dari dalam gedung gak bisa maksimal luar gedungpun gak
maksimal sedangkan kita untuk kepengurusan aaa istilahnya untuk diri sendiri yang
kita inikan karna kita PNS untuk kenaikan pangkat misalnya, kita mau sergap seperti
apa, mau rajin keluar, mau di sini gak pernah izin misalnya tapi kalau kita gak urus
itu kita punya tanggung jawab aa apa SKP atau apa namanya untuk fungsi kenaikan
pangkat ya gak naik, gitu.. jadi seharusnya misal karena memang kita pengennya
profesional ya, kalau misalnya tugasnya didalam gedung dilakukan ya dalam gedung
tanpa ada beban diluar gedung dan administrasi, gak maksimal itu pasti, coba kita
melakukan fungsi dengan baik-baik itu pasti hasilnya luar biasa

9. Bagaimana kebijakan pembagian tugas agar tidak terjadi tumpeng tindih?

Oh yaa pasti, karena kita memang beban kerja tambahan diluar tupoksi itu kadang
lebih banyak dan sangat membebani ya itu tadi tupoksi kita dipelayanan, klinik
harusnya kita maksimal kan pelayanan klinik tapi ya memang dibebani ada yang
menyambih jadi bendahara, bendahara ya otomatiskan harus ngerjain SPJ dan
segala macam.. gitu, dan SPJ itu harus berhubungan dengan jadwal keluar, diluar
gedung ..

10. Apakah sudah pernah ada pelatihan mengenai pelayanan antenatal?

Ya ada sih, tapi ya gak jauh-jauh kalau misalnya ada pelatihan mesti ada metode
baru, blanko baru, laporan baru, sudah pusing meneh tuh.. kalau pelatihan biasanya
dilaksanakan di DKK, ada yang bentuknya seperti seminar, ada yang bentuknya
seperti pelatihan, workshop macem-macem beberapa hari. Kalau tipe skill misalnya
ditempat yang memang ada seperti kayak ada seperti instrumennya kita praktek
biasanya di diklatlah atau mungkin tempat instansi rumah sakit, seperti itu..
140

II. Sarana dan prasarana yang Mendukung Pelayanan Antenatal Terpadu

1. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana untuk mendukung program

antenatal terpadu?
Kalau untuk sarana yang jelas untuk mengacu kesini memang sangat lengkap ya,
sudah sesuai standar lah tidak ada permasalahan. Tapi untuk ruangan prasarana
masih satu ruangan, jadi kalau sudah perawatan apa apa pelayanan anak dan
imunisasi dan pelayanan ibu hamil ya secara bergantian..

2. Apa saja sarana dan prasarana untuk mendukung program antenatal terpadu?

Sarana dan prasarana yang jelas untuk mengacu aa dari sini memang ya sangat
lengkap ya, rata-rata sih memang sudah di lakukan pada saat kita ANC di klinik
cuman disini yang harus dicantumkan pemeriksaan protein urine, harus dengan gula,
itu kan tidak bisa langsung sehingga mungkin ya hasilnya mungkin tidak sama antara
hepatitis diperiksa dan jumlah ibu hamil yang ada

3. Apakah sudah memiliki alat USG untuk pemeriksaan kehamilan?

Kalau untuk alat USG itu memang tidak ada yaa

4. Apakah ada kendala terkait dengan ketersediaan sarana dan prasarana dalam

mendukung pelaksanaan program antenatal terpadu?

Pemeriksaan tidak bisa sewaktu-waktu seperti pemeriksaan dilaboratorium, karena


memang karna ada kesibukan masing juga

5. Bagaimana cara mengatasi kekurangan sarana dan prasaranan dalam pelaksanaan

program antenatal terpadu?

yaa ke laboratorium swasta, atau dia ngasih nomor telfon misalnyakan nanti
sekiranya memang petugas lab nya pergi dan memang bisa ngabari hari ini beliau
bisa pelayanan kita sms, atau bisa kita kan punya tenaga kasurkes lapangan dan itu
baru diadakan tahun ini, nanti kita jemput kalau yang jauh lho
141

6. Apakah sarana dan prasarana tersebut layak dalam mendukung program antenatal

terpadu?

untuk sarana dan prasarana dalam mendukung program antenatal terpadu sudah
layak yaa

Sarana dan prasarana yang Ditinjau

No Nama Alat Keterangan

1 Tensimeter

2 Stetoskop

3 Fetoskop

4 Reflek Hamer

5 Timbangan Dewasa

6 HB Meter

7 Alat Periksa Urine

III. Dana

1. Dari manakah sumber dana untuk program antenatal terpadu?

Kalau dana, karna kegiatan kita tidak satu nih, kalau untuk pemeriksaan ANC nya
sendiri kalau sekiranya dia pake Jamkesmas atau Jamkeskot kan gratis, tidak ada
yang harus di inikan, pemeriksaan laboratorium gratis dan pengobatan juga gratis
sumber dana berasal dari BOK dari Dinas

2. Apakah ada kendala terkait dengan sumber daya yang digunakan? Bagaimana cara

mengatasinya?

Kalau kendala sampe saat ini tidak ada yaa..


142

IV. Proses Pelaksanaan Bidan tentang Pelayanan Antenatal Terpadu

1. Apakah kegiatan pelaksanaan program antenatal terpadu, merupakan perencanaan

program tahunan?

Ya itu baru tahun brapa yaa, 2014 kalau gak salah sampe sekarang

2. Untuk menentukan besaran target di tahun ke tahun terkait kunjungan ibu,

bagaimanakah prosesnya?

Eee menurut saya memang ada beberapa cara penghubungan ya, tiap tahun memang
ada dan saya lihat tiap kabupaten kota itu mempunyai cara sendiri. Dilakukan secara
breakdown dari dinas, jadi karena itung-itungnya, jadi jumlah ibu hamil dalam satu
wilayah itu sekian, sekian ribu hamil itu ada, jadi seperti itu, jadi target itu mengacu
pada ee apa ya, mulai dari cakupan pusat, provinsi, turun ke dinas kesehatan kota
semarang, baru breakdown ke puskesmas

3. Adakah standar operasional (SOP) pada program antenatal terpadu?

Ada, kalau standarnya ada cuman kita kembalikan lagi kita dalam satu hari
pemeriksaan ibu hamil misalnya 20 orang sedangkan tenaga kita cuma satu atau dua,
kita dibebani dengan ruangan yang sama yang satu pemeriksaan MTBS dan MTBM
akhirnya terpisah, adanya yang satu pegang MTBS MTBM yang satu pegang ANC
dengan standar SOP kita melakukan itu kira-kira nyandak ndak dalam satu hari kita
mengerjakan 20 orang, dengan standar seperti diatas? Ya tidak bisa sudah ada SOP
kita berusaha untuk semaksimal mungkin melakukan tapi kalau untuk harus sesuai ya
tidak bisa karna keterbatasan tenaga, ruangan

V. Perencanaan

1. Langkah apa saja yang dilakukan dalam menyusun perencanaan terkait dengan

program antenatal terpadu?

Eee ya emang kita pengusulan tenaga pasti, terus kalau untuk penerimaan magang
itu karena hubungannya dengan operasional sistem penggajian dan segala macam
belum ada intruksi yang jelas aturan yang jelas, secara legal ya kalau itu kita gak kita
lakukan, istilahnya kita butuh tenaga
ya itukan breakdown dari dinas, jadi karna da itung-itungannya, jadi jumlah ibu
hamil dalam satu wilayah itu sekian, sekian ribu ibu hamil itu ada, jadi seperti itu, jadi
target itu mengacu pada ee apa ya, mulai dari cakupan pusat, provinsi, turun ke dinas
kesehatan kota semarang, baru breakdown ke puskesmas
143

2. Apakah perencanaan terkait dengan program antenatal terpadu ada batas waktu

yang jelas? Apakah rencana tersebut untuk bulanan dan tahunan?

Ada batas waktu kok, itu setiap tahunnya ada tapi dari saya mau gak mau tetap buat
laporan setiap bulannya, biasanya setiap tanggal 1

VI. Pengorganisasian

1. Bagaimana mengatur staf atau SDM agar dapat mencapai target yang telah

ditetapkan?
Oh ya pasti, pasti itu karena ya memang kita beban kerjanya tambahan diluar gedung
tupoksi itu kadang jauh lebih banyak dan sangat membebani, tupoksinya kita itu
dipelayanan tapi ya karna kita dibebani ya kadang ada menyambih jadi bendahara,
bendahara itu ya otomatis kan harus mengerjai SPJ dan segala macam dan SPJ itu
berhubungan harus berhubungan dengan jadwal keluar, diluar gedung, menurut saya
bebannya terlalu banyak karna ya itu keterbatasan SDM tadi

2. Siapa yang mengatur SDM dalam program antenatal terpadu?

yang mengatur itu biasanya kerjasama saja, disini kami kan ada bidan 3 orang jadi ya
kami-kami saja yang mengatur walaupun itu terjadi tumpang tindih pekerjaan

3. Siapa saja yang terlibat dalam program antenatal terpadu?

yang terlibat itu biasanya saya sendiri, ibu erna sama bu sumarni yaa

4. Apakah ada kendala terkait dengan pengorganisasian dalam pencapaian cakupan

Keterbatasan
K4? kami cuma dari SDM itu yaa, jadi mau gak mau dalam pencapaian
cakupan K4 memang bekerja keras ya

5. Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut?

Mengatasinya ya kami saling kerja sama, dimana untuk tenaga nya dan untuk ibu
hamilnya memang tidak seimbang sehingga setiap pekerjaan sering terjadi tumpang
tindih yaa
144

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM


BIDAN PUSKESMAS BANDAR HARJO
ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL TERPADU DI
PUSKEMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG

A. Lokasi Penelitian

Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang

B. Identitas Responden

1 Hari/Tanggal Wawancara : Kamin, 16 Mei 2016

2 Nama : Sumarni

3 Jenis Kelamin : Perempuan

4 Umur : 58 tahun

5 Jabatan : Bidan Puskesmas Bandarharjo

6 Pendidikan Terkahir : DIII

7 Masa Kerja :-

C. Pertanyaan

I. Sumber Daya Manusia (SDM)

1. Bagaimana dengan ketersediaan SDM dalam Tim KIA?

Bidan disini ada 3 orang

2. Berapakah jumlah petugas yang ada di pelayanan kesehatan ibu dan anak

Yaa(KIA)?
itu semuanya ada 3
145

3. Apakah SDM tersebut memenuhi persyaratan dilihat dari tingkat pendidikan?

Ya semuanya DIII yaa

4. Apakah jumlah SDM di Puskesmas Bandar Harjo Kota Semarang sudah cukup

untuk menangani kunjungan ibu dalam pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu?

Jelaskan

Piye yo, karna ini sudah dibantu anak-anak magang, trus kita bertiga anak
magangnya empat ya, yaa apa lumayanlah. Ya semuanya DIII, kalau dimaksimalkan
saya kira sudah cukup, ada empat kelurahan nanti kalau anu ya tenaga yang opo
nanti pegawainya harus tiap wilayah harus membawai satu kelurahan jadi setiap
bidan bertanggungjawab satu-satu, jadi ya anu ya kalo dikatakan kurang ya
sebenarnya memang kurang kalau cukup yaa lumayanlah soalnya ada yang bantu
dari magang yaa, sudah cukuplah kalau ditambah satu atau tiga yaa lebih baik karna
saya sudah mau pensiun juga ..

5. Apakah Puskesmas Bandar Harjo sudah memiliki dokter spesialis kandungan?

Belum toh, tidak ada, di Kota Semarang jarang ada

6. Apakah selama kurun waktu 3 tahun terakhir ini, Puskesmas Bandar Harjo Kota

Semarang melakukan penambahan SDM untuk pelayanan kesehatan ibu?

Ada yaa, soalnya memang SDM disini dikatakan kurang, jadi ketok e ada
penambahan SDM deh

7. Bagaimana pembagian tenaga kerja yang ada di Puskesmas Bandar Harjo terkait

program antenatal terpadu?

yaa sudah cukupal, lumayan bagus karena kita kerjasama sendiri dibantu dengan
kader-kader dan dibantu kasurkesnya ada, saya kira ini sekarang enteng, dulu kan
kita kerja sendiri jadi kerja keras sendiri, lagi pula setiap kelurahan ada bidannya
sendiri jadi untuk bidan pegawai negeri sendiri ada 3 jadi ya lumayan dari pada
dulu kewalahan ya
146

8. Apakah ada yang bertugas didalam gedung dan diluar gedung Puskesmas Bandar

Harjo?

ada yaa mbak soalnya dari sini sudah dibantu sama tm kasurkes yaa, jadisaling
bekerja sama` ada anak magang pula yaa

9. Bagaimana kebijakan pembagian tugas agar tidak terjadi tumpeng tindih?

Yaa banyak, semuanya bidannya kan ngerangkap BOK makanya kalau untuk ANC
nya sebenarnya kalau bidan gak boleh ngerangkap selain itu yaa kalau memang mau
ini, mau benar-benar gak mau tumpang tindih jadi itu kan bidan semuanya
ngerangkap yang nganu mbak endang yang rangkap BOK bendahara BOK, saya
sendiri tanggung jawab KB, mbak erna KIA nya

10. Apakah sudah pernah ada pelatihan mengenai pelayanan antenatal? Dimana?

Kapan?
Oo banyak, pelatihan macem-macem dari Dinas, misalnya pelatihan apa saja?
Wis terus di update terus ada seminar setiap 3 bulan, dari rumah sakit ada, dari dinas
juga ada terus-terusan. Pelatihan-pelatihan sudah cukup ada cara penanganannya
bagaimana terus, seminar-seminar sudah misalnya ANC nya darahnya tinggi dan
harus bagaimana itu sudah ada kelompoknya

II. Sarana dan prasarana yang Mendukung Pelayanan Antenatal Terpadu

1. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana untuk mendukung program

antenatal terpadu?
Kira-kira sudah cukup yaa, opo otoh sarana prasaran? biasane cuma SDM nya
itu memang kita kurang, kalau untuk sarana prasarana buku KIA nya sudah lebih
dari cukup terus labotorium sudah ada, sudah komplit saya kira sudah cukup itu
sarana dan prasarananya tidak ada kendala
ya ya sudah lumayanlah, termasuk alat tensimeter cuman ini gedungnya ini lo
belum layak ketok e belum apa, ini nanti KIA kan terpisah dengan KB nya dengan
anak-anak masih gabung dan semerawut, cuman itu yang membuat kita ketok e anu
ya karna gedung belum jadi nanti kalau gedung jadi semuanya pindah KIA sendiri
untuk KB nya sendiri diatas jadi sekarang masih proses
147

2. Apa saja sarana dan prasarana untuk mendukung program antenatal terpadu?

Sudah komplit itu untuk mendukung program antenatal terpadu, Cuma gedungnya
belum layak lho masih semerawut

3. Apakah sudah memiliki alat USG untuk pemeriksaan kehamilan?

Alat USG itu memang tidak ada yaa

4. Apakah ada kendala terkait dengan ketersediaan sarana dan prasarana dalam

mendukung pelaksanaan program antenatal terpadu?

Kendalanya ya itu ruangannya masih jadi satu, cuma itu yang membuat kita anu ya,
karna gedung belum jadi

5. Bagaimana cara mengatasi kekurangan sarana dan prasaranan dalam pelaksanaan

program antenatal terpadu?

ya itu saat pemeriksaan karena kita gabung jadi satu ya jadi harus gantian, kadang
ya untuk KB hari rabu, pemeriksaan ibu hamil ya hari selasa dan kami ya, nanti ya
anak-anak selain hari itu biasanya, kayak e itu kendalanya, mengatasinya yaa bagi
waktu pelayanan saja

6. Apakah sarana dan prasarana tersebut layak dalam mendukung program antenatal

terpadu?

Layak mbak, komplit semua yaa

Sarana dan prasarana yang Ditinjau

No Nama Alat Keterangan

1 Tensimeter

2 Stetoskop
148

3 Fetoskop

4 Reflek Hamer

5 Timbangan Dewasa

6 HB Meter

7 Alat Periksa Urine

III. Dana

1. Dari manakah sumber dana untuk program antenatal terpadu?

Dananya ya dari pusat toh, masalah dana gak tau saya kurang tau, untuk program
antenalat terpadu dananya dari Dinas, ya untuk kasurkesnya untuk pendampingan ibu
hamilnya sudah ada

2. Apakah ada kendala terkait dengan sumber daya yang digunakan? Bagaimana cara

mengatasinya?

Kalau kendala tidak ada yaa.. kalaupun ada ya pengadaan kekurangan dana

IV. Proses Pelaksanaan Bidan tentang Pelayanan Antenatal Terpadu

1. Apakah kegiatan pelaksanaan program antenatal terpadu, merupakan perencanaan

program tahunan?
Yaa itu perencanaan tahunan yaa

2. Untuk menentukan besaran target di tahun ke tahun terkait kunjungan ibu,

bagaimanakah prosesnya?
Biasanya yaa menggunakan target SPM yaa, sama mengacu disana

3. Adakah standar operasional (SOP) pada program antenatal terpadu?

Sudah toh, sudah ada SOP nya


149

V. Perencanaan

1. Langkah apa saja yang dilakukan dalam menyusun perencanaan terkait dengan

program antenatal terpadu?

Langkahnya yaa itu tadi sesuai target yang diberikan oleh pusat yaa, dan itu sama-
sama mengacu pada SPM

2. Apakah perencanaan terkait dengan program antenatal terpadu ada batas waktu

yang jelas? Apakah rencana tersebut untuk bulanan dan tahunan?

Untuk batas waktu jelas ada yaa mbak

VI. Pengorganisasian

1. Bagaimana mengatur staf atau SDM agar dapat mencapai target yang telah

Mnegatur staf SDM itu biasanya kami saling kerjasama yaa, karena disini sama-
ditetapkan?
sama tujuannya mencapai target yang sudah ditentukan, jadi mau gak mau kami
berusaha semaksimalnya untuk pencapaian target

2. Siapa yang mengatur SDM dalam program antenatal terpadu?

yaa saya, mbak endang sm satu lagi bidan buk erna yaa mbak

3. Siapa saja yang terlibat dalam program antenatal terpadu?

Semuanya yaa mbak, bidan semuanya

4. Apakah ada kendala terkait dengan pengorganisasian dalam pencapaian cakupan

Tidak kendala yaa, yo paling keterbatasan SDM saja yaa sama ruangan masih jadi
K4?
satu itu saja kayak e

5. Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut?

Mengatasinya yaa paling yo bagi-bagi waktu saja mbak


150

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM


BIDAN PUSKESMAS BANDAR HARJO
ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL TERPADU DI
PUSKEMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG

A. Lokasi Penelitian

Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang

B. Identitas Responden

1 Hari/Tanggal Wawancara : Sabtu, 14 Mei 2016

2 Nama : Endang Erawati

3 Jenis Kelamin : Perempuan

4 Umur : 34 tahun

5 Jabatan : Bidan Puskesmas Bandarharjo

6 Pendidikan Terkahir : DIII

7 Masa Kerja : 11 tahun

C. Pertanyaan

I. Sumber Daya Manusia (SDM)

1. Bagaimana dengan ketersediaan SDM dalam Tim KIA?

Ada 3 tenaga bidan di KIA ya

2. Berapakah jumlah petugas yang ada di pelayanan kesehatan ibu dan anak

ya (KIA)?
itu mbak ada 3 orang
151

3. Apakah SDM tersebut memenuhi persyaratan dilihat dari tingkat pendidikan?

Pendidikan terakhir itu DIII semua

4. Apakah jumlah SDM di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang sudah cukup

untuk menangani kunjungan ibu dalam pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu?

Jelaskan

yang jelas kurang mbak karna kita mempunyai sasaran segitu banyaknya ya, dengan
bidan yang PNS nya cuman tiga dan kebetulan emang ada tambahan magang tiga
sih, tapi dengan sasaran 1110 kalau di bagi enam kan brarti masih kurang, itu kalau
kita untuk mengawasinya yang segitu banyaknya belum lagi untuk neonatusnya kan
dengan pekerjaan lain itu istilahnya sangat kurang sekali, tenaga disini khususnya ya
karna memang kita tidak ada bidan desa, belum juga pemantauannya juga, menurut
saya ya tenaganya kurang ..

5. Apakah Puskesmas Bandarharjo sudah memiliki dokter spesialis kandungan?

Tidak ada ya mbak untuk dokter spesialis kandungan

6. Apakah selama kurun waktu 3 tahun terakhir ini, Puskesmas Bandar Harjo Kota

Semarang melakukan penambahan SDM untuk pelayanan kesehatan ibu?

Tidak ada, dulu saya masuk sini 2011, dan kita juga punya pustukan jadi ya tidak
ada penambahan yaa, memang kurang yaa

7. Bagaimana pembagian tenaga kerja yang ada di Puskesmas Bandarharjo terkait

program antenatal terpadu?

Kebetulan ini memang ada kasurkes yaa, yang dari dinas itu sangat membantu sekali
kalau kita kebetulan kayak kelas hamil di bagi yang di Bandarharjo ada ibu marni
trus yang tanjung mas itu bu erna, saya yang kuningan sama dadapsari tapi kalau
untuk kegiatan pemeriksaan bu marni kan harus disana yang gedung lama cumi-cumi
dan disini saya, dan kebetulan saya sendiri sambilan tugas yang lain bendahara mbak
yo rodo memeang rodo repot sekali yaa karna kita tidak bisa fokusdalam satu bidang
152

8. Apakah ada yang bertugas didalam gedung dan diluar gedung Puskesmas Bandar

Harjo?

Yang bertugas dari dalam dan luar gedung pasti ada, hanya kita saling komunikasi
saja

9. Bagaimana kebijakan pembagian tugas agar tidak terjadi tumpeng tindih?

yaa itu kita tetap dan koordinisasi dan komunikasi istilahnya ya, kalau misalkan
ada kurang kita laporakan ke ka TU, ini ada kurang ni ni nanti dicarikan tenaganya

10. Apakah sudah pernah ada pelatihan mengenai pelayanan antenatal? Dimana?

Kapan?
Mmmm.. itu ada mbak, cuman kayaknya itu digilir toh mbak, missal nanti ada yang
ditugaskan bidan siapa kan gitu, cuman nanti yang berangkat memberikan sosialisasi
ke kita gitu, sudah ada

II. Sarana dan prasarana yang Mendukung Pelayanan Antenatal Terpadu

1. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana untuk mendukung program

antenatal terpadu?
Insyaallah sih peralatan sudah di usahakan lengkap, tinggi badan sudah, perlatan
lain juga tidak ada masalah, pemeriksaan laborat sudah dilengkapi, cuman kok ada
kurangnya antenatal terpadu itu satunya apa ya kita yang belum, IVA nah itu kita
belum ada yang pemeriksaan IVA itu karna kita belum ada dilatih

2. Apa saja sarana dan prasarana untuk mendukung program antenatal terpadu?

Sarana dan prasarana untuk mendukung program antenatal terpadu sudah


mendukung dan layak yaa

3. Apakah sudah memiliki alat USG untuk pemeriksaan kehamilan?

Ohh USG tidak ada yaa


153

4. Apakah ada kendala terkait dengan ketersediaan sarana dan prasarana dalam

mendukung pelaksanaan program antenatal terpadu?

Saya rasa sih tidak ada ya mbak, paling yaa dari keterbatasan ruangan yaa

5. Bagaimana cara mengatasi kekurangan sarana dan prasaranan dalam pelaksanaan

program antenatal terpadu?

untuk mengatasinya yaa kami usahakan tidak ada kendala ya mbak, kalau untuk lap
sendiri memang kami kekurangan SDM kadang yaa ada, kayak yaa gak

6. Apakah sarana dan prasarana tersebut layak dalam mendukung program antenatal

terpadu?

Sudah layak yaa mbak, saya rasa

Sarana dan prasarana yang Ditinjau

No Nama Alat Keterangan

1 Tensimeter

2 Stetoskop

3 Fetoskop

4 Reflek Hamer

5 Timbangan Dewasa

6 HB Meter

7 Alat Periksa Urine


154

III. Dana

1. Dari manakah sumber dana untuk program antenatal terpadu?

Kalau yang pemeriksaan laborat itu kan memang dari Dinas ya BOK, itu digratiskan
untuk yang Hb sama protein urine itu digratiskan tapi kalau misalkan kayak punya
kartu BPJS, Jamkesmas itu kan memang gratis semua ngeh tapi kalau gak punya ya
memang selain Hb dan protein itu bayar misalkan gula darah

2. Apakah ada kendala terkait dengan sumber daya yang digunakan? Bagaimana cara

mengatasinya?

Kalau kendala setau saya gak ada ya mbak

IV. Proses Pelaksanaan Bidan tentang Pelayanan Antenatal Terpadu

1. Apakah kegiatan pelaksanaan program antenatal terpadu, merupakan perencanaan

program tahunan?

Kalau antenatal terpadu itu perencanaan tahunan ya mbak, Cuma kalau lebih
rincinya Tanya bu erna aja yaadek, kayak e beliau yang tau

2. Untuk menentukan besaran target di tahun ke tahun terkait kunjungan ibu,

bagaimanakah prosesnya?

Mmmm, kita sesuai dengan tupoksinya mbak, misalkan kita ada rekam medis pasien
sudah berusaha kita lengkapi sudah dimasukan disitu. Targetnya itu mengacu mulai
dari SPM itu breakdown dari dinas mbak ..

3. Adakah standar operasional (SOP) pada program antenatal terpadu?

di KIA ada SOP

V. Perencanaan

1. Langkah apa saja yang dilakukan dalam menyusun perencanaan terkait dengan

program antenatal terpadu?

Langkah untuk menyusun perencanaan ya itu tadi mbak sesuai dengan SPM mbak
155

2. Apakah perencanaan terkait dengan program antenatal terpadu ada batas waktu

yang jelas? Apakah rencana tersebut untuk bulanan dan tahunan?

Kalau batas waktu emang ada nggih, itu biasanya yang ngurus bu erna ya

VI. Pengorganisasian

1. Bagaimana mengatur staf atau SDM agar dapat mencapai target yang telah

ditetapkan?
eee itu memang koordinasi yaa, masalahnya pak Tri memang aa kita misalkan kalau
ada kendala rapat atau apa-apa ya kita koordinasi langsung dengan atasan, soalnya
tidak hanya bagian KIA ya, kita juga ada pelayanan bayi juga kan mbak jadi kalau
kurang ya kita ngatur keatas

2. Siapa yang mengatur SDM dalam program antenatal terpadu?

yaa itu mbak ada komunikasi terkait bidan pemegang program sama kepala puskesmas,
soalnya untuk pasien ibu hamil itu juga banyak mbak jadi kadang ya gimana mbak, sakin
banyaknya sedangkan tenaga bidan segini mbak

3. Siapa saja yang terlibat dalam program antenatal terpadu?

Terlibat itu saya, ibu erna, bu mani ya sama kepala puskesmas juga ada ya mbak

4. Apakah ada kendala terkait dengan pengorganisasian dalam pencapaian cakupan

mmm
K4? kayaknya indak sih, karena pertama saat ada kasurkes ini yang dulu pada waktu
di kayak diperiksa rumah sakit kan kitagak lapor yaa, atau dia dirumah sakit diketahui
kita kan long contact kan dengan adanya kasurkes ini dia yang menolong sampai Tanya
ketingkat RT RW itu, itu cakupannya lebih meningkat lagi

5. Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut?

Kalau ada masalah, kasurkes itu langsung kasih laporan ke kita yaa, jadi kita berusaha
untuk membantu yaa
156

Lampiran 15

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM


KEPALA PUSKESMAS BANDAR HARJO
ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL TERPADU DI
PUSKEMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG

A. Lokasi Penelitian

Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang

B. Identitas Responden

1 Hari/Tanggal Wawancara : Sabtu, 14 Mei 2016

2 Nama : Endang Erawati

3 Jenis Kelamin : Perempuan

4 Umur : 34 tahun

5 Jabatan : Bidan Puskesmas Bandarharjo

6 Pendidikan Terkahir : DIII

7 Masa Kerja : 11 tahun

C. Pertanyaan

I. Sumber Daya Manusia (SDM)

1. Bagaimana dengan ketersediaan SDM dalam Tim KIA?

Kalau KIA dilihat dari besarnya masalah yang ditangani itu masih kurang
makanya saya mengambil tenaga magang untuk bidan 4 orang terus ditambah
dengan kasurkes ada 5 orang jadi untuk menangani ibu hamil baik yang diklinik
maupun yang ada dimasyarakat itu jadi totalnya 3 sama 4 brapa itu 7, trus 7
ditambah 5 jadi 12 karena memang angka ibu hamil kita itu kan setiap tahun sekitar
1300 yang resiko tinggi sekita 1000 an jadi kita berat sekali
157

2. Apakah jumlah SDM di Puskesmas Bandar Harjo Kota Semarang sudah

cukup untuk menangani kunjungan ibu dalam pelaksanaan pelayanan antenatal

terpadu? Jelaskan

Sudah cukup, insyaallah

3. Apakah SDM tersebut memenuhi persyaratan dilihat dari tingkat

yo iyaa sekarang minimal sudah DIII


pendidikan?

4. Apakah Puskesmas Bandar Harjo sudah memiliki dokter spesialis

Yo gak ada toh dek


kandungan?

5. Bagaimana pembagian tenaga kerja yang ada di Puskesmas Bandar Harjo

terkait program antenatal terpadu?

Kalau pembagian dibagi sama rata yaa, disini ada pemegang program KIA
satu, KB satu, dan MTBS satu yaa

6. Bagaimana kebijakan pembagian tugas agar tidak terjadi tumpeng tindih?

Ya itu jelas toh mbak, dimana bidan 3 kita bagi 3 kesehatan ibu sendiri, KB,
kesehatan anak sendiri terus masing-masing dibantu oleh tenaga magang, untuk
dilapangannya ada kasurkes, ya insyaallah untuk sementara ini cukup, karena
kasurkes itu kan kontrak setahun kalau sudah habis kita gak tau kedepannya belum
lagi ditambah bidan praktik swastanya ada 5 atau BPM

7. Apakah sudah pernah ada pelatihan mengenai pelayanan antenatal

terpadu? Dimana? Kapan?

Yo kalau pelatihan kita mengikuti dari DKK, yang diadakan DKK kadang-
kadang juga ngikuti apa yang dilaksanakan oleh IBI, IBI itu kan mengadakan
pelatihan untuk para bidan, dilaksanakan sewaktu-waktu dari DKK
158

II. Sarana dan prasarana yang Mendukung Pelayanan Antenatal Terpadu

1. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana untuk mendukung program

antenatal terpadu?

Ooo ya kalau sarana dan prasarana mencukupi insyaallah sesuai dengan


kesehatan mendasar

2. Apakah ada kendala terkait dengan ketersediaan sarana dan prasarana dalam

mendukung program antenatal terpadu?

Alhamdullilah yo kita tidak ada yaa, karena apa yaa ibu hamil yang meninggal
semua itu ya dirumah sakit karena kita rujuk, ketika dia menemukan faktor resiko
ya dirujuk,SOP nya ya seperti itu, jadi masalah selama ini ada di rumah sakit

III. Proses Pelaksanaan Program Antenatal Terpadu

1. Apakah kegiatan pelaksanaan program antenatal terpadu, merupakan

perencanaan program tahunan?

Oh ya toh mbak yaa, ya direncakan karena ada kegiatan perencanaan tahunan


masing-masing program membuat perencanaan tidak antenatal saja tapi
semuanya

2. Untuk menentukan besaran target di tahun ke tahun terkait kunjungan ibu,

bagaimanakah prosesnya?

ya kan prosesnya kita lihat data tahun yang lalu, kemudian dibahas di DKK, di
DKK kita biasanya menerima biasanya dinaikan 1-2% jumlah yang ada

3. Adakah standar operasional (SOP) pada program antenatal terpadu?

Sudah ada SOP nya mbak


159

IV. Perencanaan

1. Langkah apa saja yang dilakukan dalam menyusun perencanaan terkait dengan

program antenatal terpadu?

Nek perencanaan kan pengumpulan data, pengolahan data, data diolah dianalisa
setelah itu jadi informasi bahan untuk perencanaan, ini mengacu pada target SPM

2. Apakah perencanaan terkait dengan program antenatal terpadu ada batas

waktu yang jelas? Apakah rencana tersebut untuk bulanan dan tahunan?

ya ada toh mbak, perencanaan diawal tahun bulan januari nanti februari sudah
pelaksanaan sampe bulan desember, kalau dibulan desember nanti dievaluasi

3. Siapa saja yang terlibat dalam menyusun perencanaan terkait program

antenatal terpadu?

Ya kalau untuk ANC ini yaa bidan, dokter sama kepala puskesmas, kasurkes ya
semua ya terlibat itu yaa, trus melibatkan kader juga permasalahan seperti apa,
tokoh masyarakat juga kita mintaI, lintas sektor juga

V. Pengorganisasian

1. Bagaimana mengatur staf atau SDM agar dapat mencapai target yang telah

ditetapkan?

ya kita setiap bulan telah menilai kinerja yang telah dicapai, jadi ya kita melihat
kita evaluasi permasalahannya dimana, kemudian kalau ada masalah kita atasi cari
solusi, kalau ada yang sulit untuk kelas ibu hamil pada pagi hari diselesaikan sore
hari, kalau sore hari ndak bisa kita terpaksam malam hari, kalau tidak bisa
semuanya kita adakan kelas ibu hamil ditempat kerja

2. Siapa yang mengatu SDM dalam program antenatal terpadu?

yang ngatur ya ada toh mbak, kepala puskesmas tentunya, bidan juga
160

3. Apakah pengorganisasian dilakukan secara internatal (Puskesmas) dan

eksternal (luar puskesmas) dalam program antenatal terpadu?

yaa yang saya sampaikan tadi, lintas program itu internal lintas sektor itu
eksternal

4. Apakah ada kendala terkait dengan pengorganisasian dalam perencanaan

cakupan K4?

Yo jelas ada, kan sangkin sibuk e kadang trus yang sudah dijadwalkan tidak
dikerjakan kadang kita terpaksa mengganti orang, kalau tidak ada kepentingan
namanya organisasi pasti ada

5. Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut?

yo kalau cara mengatasi kita cari pengganti ya caranya kan begitu tidak mampu
ditingkatkan kemampuannya, liat masalahnya toh mbak
161

Lampiran 16

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM


IBU HAMIL
ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL TERPADU DI
PUSKEMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG

A. Lokasi Penelitian

Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang

B. Identitas Responden

1 Hari/Tanggal Wawancara : Kamis, 12 Mei 2016

2 Nama : Asih Lestari

3 Jenis Kelamin : Perempuan

4 Umur : 20 tahun

5 Jabatan : Ibu hamil

6 Pendidikan Terkahir : SMA

7 Masa Kerja :-

C. Pertanyaan

1. Menurut ibu, apa yang disebut dengan program antenatal terpadu?

tidak tau mbak

2. Menurut ibu, apa manfaat program antenatal terpadu?

buat itu perkembangan janin, biar tau kondisinya gimana

3. Apakah ibu sering melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar

satu bulan sekali, brarti ini sudah ke tiga kali


10T?
162

4. Sudah berapa kali ibu melakukan pemeriksaan kehamilan ke Puskesmas

Bandarharjo Kota Semarang?

sudah 3x mbak

5. Bagaimana menurut ibu tentang jarak Puskesmas dengan rumah ibu?

lumayan dekat mbak, tadi dianter suami

6. Bagaimana pengalaman ibu selama melakukan pemeriksaan kehamilan

di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang?

yaa biasa aja, pihak puskesmas ramah mbak

7. Bagaimana menurut ibu proses pelayanan antenatal terpadu selama ibu

melakukan pemeriksaan?

yaa kan biasanya dari ngantri, antri nomor panggilan, dipanggil terus diperiksa
terus ngambil obat, kurang lebih 3 jam mbak dari sini tadi setengah delapan

8. Bagaimana pendapat ibu tentang cara petugas KIA dalam memberikan

pelayanan pada saat anda melakukan pemeriksaan?

Baik sih, disuruh kayak gini terus ndak boleh makan ini, dikasih aturan-aturan

9. Bagaimana pendapat ibu tentang sikap petugas KIA dalam memberikan

pelayanan pada saat melakukan pemeriksaan?

Biasa saja ramah yaa, biasanya dikasih tau kalau suruh ini itu
163

10. Bagaimana pendapat ibu tentang peralatan yang dimiliki oleh Puskesmas

Bandar Harjo Kota Semarang?

sudah lumayan mbak sudah lengkaplah mbak

11. Bagaimana menurut ibu tentang fasilitas di ruangan KIA?

yaa lumayan bagus sih, kalau antrian yaa merasa terganggu tapi ya gimana ini kan
memangg buat umum, kalau untuk kebersihan sudah bersih ini mbak

12. Apakah ibu puas terhadap fasilitas yang disediakan di ruangan KIA?

Sudah puas mbak

13. Apa saran ibu untuk pelaksanaan program antenatal terpadu di

Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang?

ya mungkin lebih tertib, terus kalau antrian kalau bisa sesuai antrian
164

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM


IBU HAMIL
ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL TERPADU DI
PUSKEMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG

A. Lokasi Penelitian

Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang

B. Identitas Responden

1 Hari/Tanggal Wawancara : Kamis, 12 Mei 2016

2 Nama : Dwi Rahayu

3 Jenis Kelamin : Perempuan

4 Umur : 34 tahun

5 Jabatan : Ibu hamil

6 Pendidikan Terkahir : SMA

7 Masa Kerja :-

C. Pertanyaan

1. Menurut ibu, apa yang disebut dengan program antenatal terpadu?

Gak tau

2. Menurut ibu, apa manfaat program antenatal terpadu?

biar tahu kondisi janinnya, soalnya saya dulu kelahiran pertama ceasar , biar tau
perkembangannya soalnya bayi dulu besar

3. Apakah ibu sering melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar

sering
10T?mbak sudah jalan 3 bulan ini
165

4. Sudah berapa kali ibu melakukan pemeriksaan kehamilan ke Puskesmas

Bandarharjo Kota Semarang?

sudah 3x mbak

5. Bagaimana menurut ibu tentang jarak Puskesmas dengan rumah ibu?

dekat, dekat sini mbak

6. Bagaimana pengalaman ibu selama melakukan pemeriksaan kehamilan

di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang?

bagus yaa

7. Bagaimana menurut ibu proses pelayanan antenatal terpadu selama ibu

melakukan pemeriksaan?

mendaftar, menunggu sini trus dipanggil, biasanya kalau nunggu ini lama

8. Bagaimana pendapat ibu tentang cara petugas KIA dalam memberikan

pelayanan pada saat anda melakukan pemeriksaan?

Baik ya, ngasih tau, kadang keluhan ya didengar

9. Bagaimana pendapat ibu tentang sikap petugas KIA dalam memberikan

pelayanan pada saat melakukan pemeriksaan?

Baik
166

10. Bagaimana pendapat ibu tentang peralatan yang dimiliki oleh Puskesmas

Bandar Harjo Kota Semarang?

Lengkap sama kayak di bidan

11. Bagaimana menurut ibu tentang fasilitas di ruangan KIA?

masih aman dan ramah

12. Apakah ibu puas terhadap fasilitas yang disediakan di ruangan KIA?

Puas mbak

13. Apa saran ibu untuk pelaksanaan program antenatal terpadu di

Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang?

toiletnya cuma satu, kalau untuk masalah menunggu masih wajar


167

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM


IBU HAMIL
ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL TERPADU DI
PUSKEMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG

A. Lokasi Penelitian

Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang

B. Identitas Responden

1 Hari/Tanggal Wawancara : Kamis, 12 Mei 2016

2 Nama : Sugianti

3 Jenis Kelamin : Perempuan

4 Umur : 28 tahun

5 Jabatan : Ibu hamil

6 Pendidikan Terkahir : SMK

7 Masa Kerja :-

C. Pertanyaan

1. Menurut ibu, apa yang disebut dengan program antenatal terpadu?

Gak tau mbak

2. Menurut ibu, apa manfaat program antenatal terpadu?

ya menurut saya pemeriksaan itu penting yaa, keadaan janin bayinya gimana saya
kan dulu periksanya dibandarharjo sana sekarang disini kan suruh lab, tes darah
biar tau keadaan janin saya gimana, kayak tes darah gitu lho mbak

3. Apakah ibu sering melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar

yaa10T?
sering, satu bulan sekali
168

4. Sudah berapa kali ibu melakukan pemeriksaan kehamilan ke Puskesmas

Bandarharjo Kota Semarang?

rutin mbak

5. Bagaimana menurut ibu tentang jarak Puskesmas dengan rumah ibu?

kalau sini jauh banget mbak, rumah saya jalan cumi-cumi

6. Bagaimana pengalaman ibu selama melakukan pemeriksaan kehamilan

di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang?

yaa waktunya lama yaa, antri yaa, kita kan juga periksa jadi dimaklumi karena
banyak yang sakit

7. Bagaimana menurut ibu proses pelayanan antenatal terpadu selama ibu

melakukan pemeriksaan?

yaa ambil no. antrian trus daftar nanti ditanya tujuan nya apa trus periksa mbak

8. Bagaimana pendapat ibu tentang cara petugas KIA dalam memberikan

pelayanan pada saat anda melakukan pemeriksaan?

Baik, kalau ada keluhan ya ditanya

9. Bagaimana pendapat ibu tentang sikap petugas KIA dalam memberikan

pelayanan pada saat melakukan pemeriksaan?

Biasa saja ramah yaa, biasanya dikasih tau kalau suruh ini itu
169

10. Bagaimana pendapat ibu tentang peralatan yang dimiliki oleh Puskesmas

Bandar Harjo Kota Semarang?

iya lengkap

11. Bagaimana menurut ibu tentang fasilitas di ruangan KIA?

bersih mbak, cukup kok mbak apalagi tempatnya sudah besar yaa mbak, beda sama
bangunan dulu sama yang sekarang mbak, sudah bagus

12. Apakah ibu puas terhadap fasilitas yang disediakan di ruangan KIA?

Sudah puas mbak

13. Apa saran ibu untuk pelaksanaan program antenatal terpadu di

Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang?

kalau untuk saran tidak ada mbak, lagian kita ya maklumi mbak
170

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM


IBU HAMIL
ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL TERPADU DI
PUSKEMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG

A. Lokasi Penelitian

Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang

B. Identitas Responden

1 Hari/Tanggal Wawancara : Kamis, 19 Mei 2016

2 Nama : Dinar Istiana

3 Jenis Kelamin : Perempuan

4 Umur : 31 tahun

5 Jabatan : Ibu hamil

6 Pendidikan Terkahir : SMA

7 Masa Kerja :-

C. Pertanyaan

1. Menurut ibu, apa yang disebut dengan program antenatal terpadu?

tidak tau

2. Menurut ibu, apa manfaat program antenatal terpadu?

biar tau perkembangan janinnya

3. Apakah ibu sering melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar

sudah
10T?sering, ini hamil ke tiga mbak
171

4. Sudah berapa kali ibu melakukan pemeriksaan kehamilan ke Puskesmas

Bandarharjo Kota Semarang?

sudah 3x mbak

5. Bagaimana menurut ibu tentang jarak Puskesmas dengan rumah ibu?

tidak dekat kok

6. Bagaimana pengalaman ibu selama melakukan pemeriksaan kehamilan

di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang?

ya bagus

7. Bagaimana menurut ibu proses pelayanan antenatal terpadu selama ibu

melakukan pemeriksaan?

dimulai antrian sampe pemeriksaan

8. Bagaimana pendapat ibu tentang cara petugas KIA dalam memberikan

pelayanan pada saat anda melakukan pemeriksaan?

ya baik

9. Bagaimana pendapat ibu tentang sikap petugas KIA dalam memberikan

pelayanan pada saat melakukan pemeriksaan?

nyaman aja mbak, enak kali dekat terus kita gak bayar
172

10. Bagaimana pendapat ibu tentang peralatan yang dimiliki oleh Puskesmas

Bandar Harjo Kota Semarang?

peralatannya ya lengkap ya, Cuma kok yo gak ada USG

11. Bagaimana menurut ibu tentang fasilitas di ruangan KIA?

lumayan mbak, sudah ada lab nya juga

12. Apakah ibu puas terhadap fasilitas yang disediakan di ruangan KIA?

Sudah puas eeh, sudah bersih juga

13. Apa saran ibu untuk pelaksanaan program antenatal terpadu di

Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang?

yaa sarannya ya itu, kalau ada alat USG, trus katanya ada ruang untuk persalinan
dilantai atas juga yaa
173

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM


IBU HAMIL
ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL TERPADU DI
PUSKEMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG

A. Lokasi Penelitian

Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang

B. Identitas Responden

1 Hari/Tanggal Wawancara : Kamis, 19 Mei 2016

2 Nama : Emmi Asmirawati

3 Jenis Kelamin : Perempuan

4 Umur : 37 tahun

5 Jabatan : Ibu hamil

6 Pendidikan Terkahir : SMA

7 Masa Kerja :-

C. Pertanyaan

1. Menurut ibu, apa yang disebut dengan program antenatal terpadu?

tidak tau mbak

2. Menurut ibu, apa manfaat program antenatal terpadu?

yaa manfaatnya kan bisa mengetahui kesehatan janin dan kesehatan ibu juga

3. Apakah ibu sering melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar

yaa10T?
kalau hamil, 1 bulan sekali
174

4. Sudah berapa kali ibu melakukan pemeriksaan kehamilan ke Puskesmas

Bandarharjo Kota Semarang?

sudah brapa kali yaa

5. Bagaimana menurut ibu tentang jarak Puskesmas dengan rumah ibu?

gak, dekat kok

6. Bagaimana pengalaman ibu selama melakukan pemeriksaan kehamilan

di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang?

yaa maksdunya keluhan gitu, menyenangkan banyak keuntungannya juga


misalnya kita pusing bisa konsul apa itu karena kecapekan atau apa gitu

7. Bagaimana menurut ibu proses pelayanan antenatal terpadu selama ibu

melakukan pemeriksaan?

yaa kan biasanya dari ngantri, antri nomor panggilan, dipanggil terus diperiksa
terus ngambil obat, kurang lebih 3 jam mbak dari sini tadi setengah delapan

8. Bagaimana pendapat ibu tentang cara petugas KIA dalam memberikan

pelayanan pada saat anda melakukan pemeriksaan?

yaa baik, selalu dikasih solusi juga kan

9. Bagaimana pendapat ibu tentang sikap petugas KIA dalam memberikan

pelayanan pada saat melakukan pemeriksaan?

pelayanannya ramah
175

10. Bagaimana pendapat ibu tentang peralatan yang dimiliki oleh Puskesmas

Bandar Harjo Kota Semarang?

sudah lengkap gitu pemeriksaan dari lingkar lengan tangan, berat badan juga

11. Bagaimana menurut ibu tentang fasilitas di ruangan KIA?

lengkap yaa komplit, ada itu penimbangan bersih juga, laboratnya juga ada, sudah
komplit, yaa fasilitas ini karna baru juga, kalau kita antri disana yaa disana kalau di lab
duduknya disini

12. Apakah ibu puas terhadap fasilitas yang disediakan di ruangan KIA?

Puas, sangat puas yaa

13. Apa saran ibu untuk pelaksanaan program antenatal terpadu di

Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang?

sarannya sih piye yaa bagus kok mbak, gak ada keluhannya, saran saya
pengennya ada tempat persalinan juga mbak, biar dekat dari rumah juga mbak
176

Lampiran 17
PEDOMAN OBSERVASI
ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL TERPADU DI
PUSKESMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG
I. Check list observasi ketersediaan, kecukupan, kelayakan sarana dan
prasarana
Ketersediaan Kecukupan Kelayakan
No Sarana
Ada Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1 Kartu pencatatan hasil
pemeriksaan (register

kohort ibu, kartu ibu dan
KMS)
2 Surat Rujukan
3 Gestogram (Diagram
untuk menghitung usia
kehamilan)
4 Timbang Dewasa
5 Pengukur Tinggi Badan
6 Tensimeter
7 Stetoskop
8 Stetoskop Janin (Doppler)
9 Metlin
10 Alat pemeriksa HB :

Sahli
11 Peralatan suntik

a. Jarum suntik
12 Sarung tangan sekali

pakai
13 Alat cuci tangan
a. Sabun
b. Air mineral
177

Ketersediaan Kecukupan Kelayakan


No Prasarana
Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak
1 Tempat Praktik
a. Dinding tersebut

terbuat dari
tembok

b. Lantai dari
ubin/plaster

c. Atap melindungi

d. Pencahayaan

e. Ventilasi
2 Area tempat tunggu
a. Kursi
b. Meja Pendaftaran
c. Fasilitas cuci
tangan
i. Air
ii. Sabun
iii. Tissue
3 Kamar Kecil
a. Air mengalir
b. Handuk kecil/
tissue
c. Jamban (WC)
d. Tempat sampah
e. Bak air, ember
penampung
4 Tempat Obat
a. Bersih
b. Kering
178

c. Ventilasi udara
5 Ruang Konseling
a. Meja
b. Tempat duduk
i. Pasien
ii. Pengantar
iii. Bidan
6 Ruang Pemeriksaan
a. Meja
b. Tempat duduk
c. Tempat tidur
pasien
179

Lampiran 18
PEDOMAN OBSERVASI
ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL TERPADU DI
PUSKESMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG
II. Observasi proses pelayanan antenatal terpadu

No Proses Pelayanan Antenatal


Dilaksanakan Dilaksanakan Dilaksanakan
Terpadu
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1 Anamnesis
2 Pemeriksaan Fisik
a. Timbang BB dan ukur TB
b. Ukur tekanan darah
c. Ukur Lila
d. Ukur Tinggi Fundus
e. Tekanan DJJ
3 Pemeriksaan penunjang
a. Tes Laboratorium
b. Tata Laksana Kasus
4 Peresepan Obat
a. Skrining status imunisasi
tetanus
b. Pemberian tablet Fe
c. Obat penunjang Ibu
Hamil
5 Penyuluhan kesehatan
6 Tidak lanjut pemeriksaan
180

Lampiran 19
IDENTITAS INFORMAN UTAMA
Jenis Umur Pendidikan
No Nama Informan Pekerjaan
Kelamin (tahun) Terakhir
1. Erna Faulina, Am Perempuan 43 DIII Bidan
Keb
2. Sumarni, Am Keb Perempuan 58 DIII Bidan
3. Endang E, Am Keb Perempuan 34 DIII Bidan
4. Asih Lestari Perempuan 20 SMA Ibu rumah
tangga
5. Dwi Rahayu Perempuan 34 SMA Ibu rumah
tangga
6. Sugianti Perempuan 28 SMK Ibu rumah
tangga
7. Dinar Istiana Perempuan 31 SMA Ibu rumah
tangga
8. Emmi Asmirawati Perempuan 37 SMA Ibu rumah
tangga
181

Lampiran 20
IDENTITAS INFORMAN TRIANGULASI

Jenis Umur Pendidikan


No Nama Informan Pekerjaan
Kelamin (tahun) Terakhir
1. Minasari Perempuan 44 S1 Kepala sie.
Kesehatan Ibu
dan Lansia
Bagian
Kesehatan
Keluarga Kota
Semarang
2. Tri Susilo Hadi, SKM, Laki-laki 51 S2 Kepala
Mkes Puskesmas
Bandarharjo
Kota Semarang
182

Lampiran 21
DOKUMENTASI PENELITIAN

Melakukan wawancara dengan Bidan Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang

Wawancara dengan Kepala Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang


183

Wawancara dengan Ibu Hamil

Wawancara dengan Ibu Hamil


184

Kondisi Depan Puskesmas Bandarharjo Ruang tunggu loket Puskesmas Bandarharjo


Kota Semarang Kota Semarang

Tempat pengambilan No.antrian loket Ruang tunggu saat melakukan pemeriksaan di


Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang
185

Sarana dan prasarana penunjang pelayanan antenatal terpadu di Poli KIA Puskesmas Bandarharjo
Kota Semarang

Sarana dan prasarana penunjang pelayanan antenatal terpadu di Poli KIA Puskesmas Bandarharjo
Kota Semarang
186

Sarana dan prasarana penunjang pelayanan antenatal terpadu di Poli KIA Puskesmas Bandarharjo
Kota Semarang

Kondisi ruang pelayanan di Poli KIA Standar Operasional (SOP) KIA Di Puskesmas
Puskesmas Bandarharjo Bandarharjo Kota Semarang
187

Sarana dan Prasarana Ruangan Laboratorium di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang

Sarana dan Prasarana Ruangan Laboratorium di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang

Anda mungkin juga menyukai