Anda di halaman 1dari 8

Implementasi Program SToPS di Desa Sembung Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro

IMPLEMENTASI PROGRAM SANITASI TOTAL DAN PEMASARAN SANITASI (SToPS) DI DESA


SEMBUNG KECAMATAN KAPAS KABUPATEN BOJONEGORO

Nina Sulistiani
12040674007 (Prodi S1 Ilmu Administrasi Negara, FIS, UNESA) Nina_Prikitiw@yahoo.com

Indah Parabawati
0029077404 (Prodi S1 Ilmu Administrasi Negara, FIS, UNESA Prabawatiindah@yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi Program SToPS di Desa Sembung
Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro. Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data
dikumpulkan dengan menggunakan teknik pengumpulan wawancara, pengamatan dan dokumentasi.
Teknik pengumpulan data tersebut digunakan untuk memperoleh data yang mendalam dari para informan
yang meliputi pelaksana maupun sasaran program SToPS di Desa Sembung. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa implementasi program SToPS di Desa Sembung masih mengalami kendala didalam
pelaksanaannya. Dari hasil penelitian dengan menggunakan analisis teori model implementasi menurut
Daniel Van Metter dan Van Horn yang terdapat enam variabel didalamnya, hasil tersebut menunjukkan
bahwa implementasi program SToPS di Desa Sembung masih mengalami beberapa kendala khususnya
pada rendahnya pemahaman masyarakat terhadap program, sumberdaya anggaran yang terbatas, kondisi
sosial ekonomi yang kurang mendukung, kurangnya komunikasi antara pelaksana dengan kelompok
sasaran, standar sanksi buang air besar sembarangan dan standar mekanisme aturan pemantauan program
SToPS yang belum dilaksanakan secara menyeluruh. Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu
memperbaiki kekurangan-kekurangan didalam implementasi program SToPS di Desa Sembung
Kecamatan Kapas kabupaten Bojonegoro, selain itu dengan adanya penelitian ini diharapkan pelaksana
maupun masyarakat dapat lebih serius untuk mencapai tujuan dari program SToPS yang telah ditetapkan
sebelumnya.

Kata Kunci: Implementasi, Program Sanitasi Total dan Pemasaran Sanitasi (SToPS).

Abstract

The purpose of this research to describe the Program Implementation Total Sanitation and Sanitation
Marketing in the village Sembung Sub District Kapas Bojonegoro. This research method is descriptive
qualitative. Data were collected using the techniques of collecting interviews, observation and
documentation. The data collection techniques used to obtain in-depth data from informants that include
implementers and the target Total Sanitation and Sanitation Marketing program at the Village Sembung.
The results showed that the implementation of the Total Sanitation and Sanitation Marketing Program at
the Village Sembung still experiencing problems in its implementation. From the results of research by
using analysis of theoretical models of implementation by Daniel Van Metter and Van Horn that there are
six variables in it, where the results showed that the implementation of the Total Sanitation and Sanitation
Marketing Program at the Village Sembung still having some problems, especially in low public
awareness of the program, budget resources are limited, socio-economic conditions are unfavorable, lack
of communication between the executive with the target group, standard sanctions defecation and
standard rules monitoring mechanism has not been implemented thoroughly. Given this research is
expected to rectify the shortcomings in the implementation of the Total Sanitation and Sanitation
Marketing Program at the Village Sembung Cotton District of Bojonegoro, besides the presence of this
study are expected to implementers and the public can more seriously to achieve the objectives of the
Total Sanitation and Sanitation Marketing Program predetermined.

Keywords: Implementation, Program Total Sanitation and Sanitation Marketing.

PENDAHULUAN

1
Kajian Kebijakan Publik. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2016, 0-216

Masalah kesehatan merupakan masalah yang dikembangkan dengan pembelajaran dari Bangladesh
saat ini membutuhkan perhatian dan penanganan dan India, kemudian dikembangkan oleh Water
khusus. Dalam menangani masalah kesehatan Sanitation Program (WSP) pada tahun 2007 menjadi
pemerintah berupaya menerapkan berbagai peraturan Program Sanitasi Total dan Pemasaran Sanitasi
terkait kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan (SToPS) dan mendapat hibah dari Provinsi Jawa Timur
masyarakat. Hal tersebut tertuang dalam Undang- untuk dilaksanakan di Jawa Timur. Mengingat
Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang pentingnya penerapan Program SToPS di Indonesia,
Nomor 23/1992 tentang Kesehatan, menetapkan bahwa maka pemerintah memutuskan untuk mengeluarkan
setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan kebijakan dan strategi nasional Sanitasi Total Berbasis
karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat Masyarakat (STBM) sesuai dengan Kepmenkes Nomor
berhak memperoleh perlindungan terhadap 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional
kesehatannya, dan Negara bertanggung jawab Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Program STBM
mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi merupakan salah satu program pemberdayaan
penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan masyarakat dimana kegiatannya diarahkan agar
tidak mampu (Andika, 2010:3). masyarakat tidak buang air besar sembarangan
Salah satu masalah kesehatan yang menjadi (sholikhah, 2012:84).
perhatian pemerintah Indonesia adalah rendahnya Pada tahun 2009 STBM ditetapkan sebagai
kesadaran masyarakat akan pentingnya Buang Air program nasional dimana kebijakan STBM ini
Besar (BAB) pada tempatnya. Masalah Sanitasi mempunyai terobosan dalam bidang kesehatan
menjadi kajian penting Karena diseluruh dunia lingkungan yang terkait masalah jamban adalah
sekurang-kurangnya lima juta anak meninggal akibat program Sanitasi Total dan Pemasaran Sanitasi
sulitnya mendapatkan fasilitas mandi, cuci, kaskus (SToPS). Dimana Program SToPS merupakan salah
(MCK) yang memadai dan higienis. Water Sanitation satu perwujudan dari kebijakan STBM yang saat ini
Program (WSP) mengungkapkan 1,8 juta anak masuk pada pilar pertama STBM yaitu stop buang air
meninggal dunia setiap tahunnya akibat penyakit diare besar sembarangan. Salah satu daerah yang sampai saat
(Juniar, 2013:120). Menurut Kepala Badan Penelitian ini menerapkan Program SToPS di Jawa Timur adalah
dan Pengembangan Kesehatan pada tahun 2013 Kabupaten Bojonegoro. Pelaksanaan Program SToPS
menunjukkan perilaku benar BAB di jamban yaitu 82,6 di Bojonegoro di tetapkan oleh Kabupaten Bojonegoro
% dan mengalami peningkatan pada tahun 2014 melalui Surat Kepala Dinas Kesehatan
mencapai 19.100. Tetapi meski data sanitasi di No.440/1332/412.43/2010 tanggal 30 Maret 2010
Indonesia mulai membaik namun ternyata masih tentang Pembentukan Tim Kelompok Kerja Program
banyak masyarakat yang masih buang air besar di SToPS Tingkat Kecamatan. Program SToPS adalah
sembarang tempat. sebuah program kemitraan antara pemerintah
http://m.liputan6.com/read/2136392/perilaku-bab- Indonesia, Water and Sanitation Program (WSP), dan
sembarangan-diindonesia-menurun). Bill and Melinda Gates Foundation. Tujuan dari
Mengingat fasilitas sanitasi sangat penting, Program SToPS adalah untuk meningkatkan kualitas
pemerintah mengembangkan suatu pendekatan dalam lingkungan air bersih dan sehat sebagai salah satu
pembangunan sanitasi pedesaan untuk menganalisa faktor penentu dalam meningkatkan derajat kesehatan
keadaan dan resiko pencemaran lingkungan yang masyarakat melalui upaya tidak buang air besar di
disebabkan Buang Air Besar (BAB) sembarangan yang sembarang tempat. Di Kabupaten Bojonegoro aktor-
di sebut Community Lead Total Sanitation (CLTS), aktor yang terlibat dalam Program SToPS pada tingkat
dimana Indonesia dimulai sejak tahun 2005. Selain desa antara lain kepala Desa, Perangkat Desa, Bidan
Negara Indonesia, Negara India juga menciptakan Desa, dan kader Posyandu. Sasaran dari program
sebuah program untuk mengatasi masalah sanitasi. SToPS adalah diberikan kepada masyarakat miskin
Melalui Program Total Sanitation Campaign (TSC) yang belum memiliki jamban ataupun masyarakat yang
Negara India melakukan kegiatan pada pembangunan dinyatakan masih menumpang BAB di tempat lain.
jamban agar masyarakat tidak BAB sembarangan Program Sanitasi Total dan Pemasaran Sanitasi
(Bernard dkk, 2013:1). (SToPS) di Bojonegoro di ikuti oleh 16 kecamatan di
Belajar dari pengalaman CLTS maupun Kabupaten Bojonegoro, dimana anggaran guna
pemasaran sanitasi, pemerintah Indonesia telah mendukung pelaksanaan program SToPS pada tahun
mengembangkan program sanitasi melalui pendekatan 2015 sebesar Rp 40.403.000,-. Dari 16 kecamatan yang
pemberdayaan dengan metode CLTS. Program ini telah menjadi fokus pelaksanaan program SToPS di

2
Implementasi Program SToPS di Desa Sembung Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro

Kabupaten Bojonegoro, salah satu kecamatan yang jiwa, masyarakat yang Buang Air Besar (BAB) di
saat ini juga menerapkan Program SToPS adalah tempatnya berjumlah 265 kepala keluarga yang terdiri
Kecamatan Kapas. Peneliti tertarik untuk meneliti di dari 880 jiwa, masyarakat yang masih dinyatakan
wilayah Kecamatan Kapas karena di daerah tersebut numpang Buang Air Besar (BAB) Sembarangan
menerapkan inovasi yang cukup unik yaitu adanya berjumlah 81 Kepala keluarga yang terdiri dari 237
inovasi shodaqoh closet, pernyataan tersebut di perkuat jiwa, sedangkan yang Buang Air Besar (BAB)
oleh Rozi selaku penanggungjawab Program SToPS sembarangan berjumlah 95 kepala keluarga yang terdiri
dari Dinas Kesehatan, beliau mengungkapkan: dari 336 jiwa (Data Penanggungjawab Bidang
“Di Kecamatan kapas menerapkan inovasi Kesehatan Desa Sembung).
yang berbeda daripada yang lain, yaitu
membuat inovasi shodaqoh closet. Dimana Berdasarkan permasalahan diatas, dalam
inovasi tersebut dilakukan oleh pegawai penelitian ini peneliti menggunakan teori dengan
bidang kesehatan di Kecamatan Kapas. model implementasi kebijakan yang di kemukakan
Setiap pegawai khususnya bidang oleh Donald Van Meter dan Carl Van Horn (Subarsono,
kesehatan memberikan iuran uang tunai 2008:99) yang tedapat enam variabel di dalamnya yaitu
sejumlah Rp. 85.000,00 yang di berikan standar, tujuan dan sasaran kebijakan, sumberdaya,
kepada masyarakat untuk di berikan karakteristik agen pelaksana, disposisi implementor,
barang berupa closet.” (Wawancara pada komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas,
hari Jumat, 27 November 2015 pukul kondisi sosial politik dan ekonomi.
08.00 WIB di Dinas Kesehatan Berdasarkan latar belakang pemaparan di atas,
Bojonegoro) maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah
bagaimana implementasi Program Sanitasi Total dan
Melihat keunikan inovasi tersebut, hal itulah Pemasaran Sanitasi (SToPS) di Desa Sembung
yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro. Adapun
terkait Program SToPS di Kecamatan Kapas. Program tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
SToPS dilaksanakan di Kecamatan Kapas pada tahun Implementasi Program Sanitasi Total dan Pemasaran
2010. Di Kecamatan Kapas, desa yang belum Sanitasi (SToPS) di Desa Sembung Kecamatan Kapas
memenuhi kriteria Open Defecation free (ODF) terdiri Kabupaten Bojonegoro. Selanjutnya manfaat secara
dari 12 desa. Dimana salah satu desa yang saat ini teoritis dari penelitian ini adalah: (1) Dapat
menerapkan Program SToPS adalah Desa Sembung. Di memperkaya kajian mengenai kebijakan publik yang
Desa Sembung, Program SToPS ini dimulai pada merupakan fokus ilmu administrasi negara, (2) Dapat
tanggal 23 juli 2010. Peneliti tertarik untuk mengambil digunakan bahan pertimbangan serta rujukan bagi
Desa Sembung sebagai tempat penelitian karena penelitian-penelitian selanjutya khususnya penelitian
Dengan jumlah penduduk yang sedikit yaitu sebesar terkait implementasi kebijakan. Sedangkan manfaat
1.435 jiwa, di Desa sembung yang sudah Buang Air secara praktis dari penelitian ini adalah: (1) bagi
Besar pada tempatnya hanya berjumlah 880 jiwa. mahasiswa, Penelitian ini diharapkan mampu
Meskipun program SToPS sudah di rancang memberikan manfaat yaitu dapat digunakan mahasiswa
sedemikian rupa, dalam implementasi program SToPS sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya khususnya
di Desa Sembung masih mengalami berbagai kendala tentang implementasi kebijakan, (2) bagi universitas,
terutama pada dukungan masyarakat. Kendala tersebut Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat
muncul pada kurangnya komunikasi antara pelaksana yaitu dapat digunakan sebagai bahan tambahan
dan masyarakat, rendahnya pemahaman masyarakat referensi dalam rangka menambah dan melengkapi
terhadap program, standar sanksi BAB sembarangan kajian mengenai kebijakan publik khususnya tentang
dan standar mekanisme aturan pemantauan program implementasi kebijakan dan menambah pengetahuan
SToPS yang belum dilaksanakan secara menyeluruh, tentang program pemerintah yang berorientasi pada
terbatasnya sumberdaya anggaran dan kondisi sosial pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan, (3) bagi
ekonomi yang tidak mendukung, dimana hal tersebut petugas pelaksana kebijakan, Penelitian ini diharapkan
memicu masyarakat untuk kurang berpartisipasi dalam mampu memberikan kontribusi berupa poin-poin
mencapai keberhasilan program. Rendahnya dukungan implementasi yang mungkin perlu adanya langkah
masyarakat terhadap program dapat di lihat dari jumlah perbaikan untuk kebaikan Program Sanitasi Total dan
kepemilikan dan pengguna jamban di Desa Sembung Pemasaran Sanitasi (SToPS) ini.
yaitu dari 441 kepala keluarga yang terdiri dari 1.435 .

3
Kajian Kebijakan Publik. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2016, 0-216

METODE Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini


Penelitian yang berjudul implementasi Program adalah peneliti sendiri. Penggunaan alat bantu
Sanitasi Total dan Pemasaran Sanitasi di Desa instrumen dalam proses pengumpulan data juga berupa
Sembung Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro kamera, tape recorder dan lembar catatan atau
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pedoman wawancara sebagai panduan peneliti. Adapun
deskriptif. Lokasi dalam penelitian ini di Desa teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian
Sembung Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro. ini adalah teknis analisis data deskriptif kualitatif.
Subjek penelitian didalam penelitian ini adalah Staf Dimana langkah-langkahnya adalah pengumpulan data,
Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro, Kepala Desa reduksi data atau pengolahan data, penyajian data,
Sembung, Bidan Desa, Perangkat Desa, Kader pemaparan dan penarikan kesimpulan.
Posyandu, masyarakat yang sudah menerima bantuan
dan masyarakat yang belum menerima bantuan. Dalam
hal ini, subjek penelitian di tentukan dengan teknik HASIL DAN PEMBAHASAN
purposive sampling. Teknik purposive sampling yaitu Untuk mengupas permasalahan yang muncul
teknik pengambilan sampel sumber data dengan dalam pelaksanaan Program SToPS di Desa Sembung
pertimbangan tertentu, misalkan orang tersebut di Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro, didalam
anggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan implementasi Program Sanitasi Total dan Pemasaran
(Sugiyono, 2010:219). Sanitasi (SToPS) di Desa Sembung Kecamatan Kapas
Fokus dari penelitian ini adalah Kabupaten Bojonegoro, peneliti menggunakan teori
mendepkripsikan Implementasi Program Sanitasi Total menurut Donald Van Meter dan Carl Van Horn yang
dan Pemasaran Sanitasi (SToPS) di Desa Sembung terdapat enam variabel didalamnya, yaitu terdiri dari:
Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro dengan 1. Standar, Tujuan dan Sasaran Kebijakan.
menggunakan Teori Implementasi Kebijakan Publik Didalam implementasi Program SToPS di Desa
menurut Donald Van Meter dan Carl Van Horn Sembung Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro
(Subarsono, 2008:99) yang tedapat enam variabel di terkait variabel standar, tujuan dan sasaran
dalamnya, yaitu standar, tujuan dan sasaran kebijakan, kebijakan pelaksana sudah memahaminya, namun
sumberdaya, karakteristik agen pelaksana, disposisi kendala muncul pada masyarakatnya yaitu
implementor, komunikasi antar organisasi dan masyarakat kurang memahami standar, tujuan dan
penguatan aktivitas, kondisi sosial ekonomi dan politik. sasaran dari Program SToPS. Didalam pelaksanaan
Teknik pengumpulan data yang digunakan program SToPS di Desa Sembung, tujuan dari
untuk memperoleh data didalam penelitian ini adalah program SToPS belum sepenuhnya tercapai
melalui wawancara, obervasi dan dokumentasi. dikarenakan masyarakat masih menggantungkan
Wawancara digunakan untuk menggali informasi lebih bantuan dari pemerintah, selain itu masyarakat yang
banyak mengenai implementasi Program Sanitasi Total memiliki jamban juga masih buang air besar
dan Pemasaran Sanitasi (SToPS) di Desa Sembung ini. sembarangan, dimana hal tersebut menghambat
Baik mengenai pelaksanaan yang dikehendaki maupun tercapainya tujuan dari program. Terkait standar
dampak yang tidak dikehendaki. Dalam pelaksanaan sanksi bagi masyarakat yang buang air besar
wawancara ini membutuhkan pedoman wawancara sembarangan menurut pelaksana tidak dilaksanakan
untuk memberikan arahan pertanyaan kepada informan dikarenakan takut terjadi hal yang tidak diinginkan,
supaya peneliti dapat memiliki data yang detail dan namun terkait standar mekanisme aturan pemantuan
lengkap. Selanjutnya, Observasi dilakukan oleh Program SToPS menurut pelaksana sudah
peneliti dengan pengamatan langsung dilapangan untuk dilaksanakan sesuai dengan standar yang ada.
mengetahui bagaimana sikap dan perilaku dari Didalam penelitian ini peneliti tidak hanya
pelaksana dan kelompok sasaran Program Sanitasi melakukan wawancara dengan pelaksana saja,
Total dan Pemasaran Sanitasi (SToPS) serta fenomena- melainkan peneliti juga melakukan wawancara
fenomena yang terjadi yang berkaitan dengan Program dengan masyarakat yang menjadi kelompok sasaran
Sanitasi Total dan Pemasaran Sanitasi (SToPS). agar memperoleh data yang lebih valid. Setelah
Sedangkan dokumentasi digunakan Peneliti untuk dilakukan wawancara dengan masyarakat, ternyata
mengumpulkan data dokumen dalam bentuk laporan pelaksana tidak melakukan standar mekanisme
maupun catatan pelaksanaan kegiatan Program Sanitasi aturan pemantauan program SToPS sesuai dengan
Total dan Pemasaran Sanitasi (SToPS) di Desa standar yang ada. Terkait dengan standar
Sembung yang kredibel sehingga mampu mendukung mekanisme yang kedua yaitu melakukan evaluasi
hasil penelitian. selama seminggu sekali untuk mengetahui

4
Implementasi Program SToPS di Desa Sembung Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro

perkembangan program SToPS pelaksnaa tidak ternyata masyarakat masih kurang memahami
melakukannya selama seminggu sekali, menurut program.
masyarakat kegiatan tersebut hanya dilakukan 2-3 4. Karakteristik Agen Pelaksana.
bulan sekali. Didalam implementasi program SToPS di Desa
2. Sumber Daya. Sembung, menurut pelaksana karakteristik ideal
Untuk mencapai keberhasilan didalam yang harus dimiliki pelaksana agar tujuan program
implementasi kebijakan tentunya dibutuhkan berhasil adalah pelaksana harus memiliki sikap
sumberdaya yang memadai agar tujuan dari yang tegas, kompeten dan memahami isi dari
program dapat berhasil. Sumberdaya dibagi program. Namun menurut masyarakat, pelaksana
menjadi 3 yaitu sumberdaya manusia, sumberdaya dari program masih kurang tegas didalam
finansial dan sumberdaya waktu. Agar tujuan dari mengimplentasikan program, misalnya saja ketika
program SToPS ini berhasil tentunya ketiga bantuan itu sudah sampai pada tangan masyarakat,
sumberdaya tersebut harus saling mendukung. ternyata bantuan tersebut tidak dipasang oleh
Terkait sumberdaya manusia didalam pelaksanaan masyarakat dengan berbagai macam alasan. melihat
program SToPS di Kabupaten Bojonegoro sendiri fenomena tersebut, tentunya pelaksana dari
adalah Dinas Kesehatan, Dinas pekerjaan Umum, program masih kurang tegas pada masyarakatnya,
Badan Lingkungan Hidup, Bappeda, Dinas dimana hal tersebut dapat menghambat pencapaian
Pendidikan dan Departemen Agama. Sedangkan tujuan dari program SToPS.
pelaksana program SToPS dari tingkat desa adalah 5. Kondisi Sosial, Ekonomi dan Politik.
Kepala Desa, Bidan Desa, Perangkat Desa dan Didalam pelaksanaan program SToPS di Desa
Kader Posyandu. Menurut pelaksana jumlah Sembung masih terdapat hambatan didalam kondisi
sumberdaya yang menjadi pelaksana program sosial ekonomi masyarakat yang kurang
sudah cukup memadai karena sudah sesuai pada mendukung. Dari kondisi sosial ekonomi yaitu
keahlian bidang masing-masing. Namun terkait masyarakat kurang merespon adanya program,
sumber daya finansial, didalam pelaksanaan mereka cenderung menggantungkan bantuan dari
program SToPS masih terkendala oleh terbatasnya pemerintah saja. Adanya bantuan ini justru
anggaran yang tersedia dikarenakan jumlah membuat masyarakat tidak mau berusaha sendiri
anggaran yang tersedia dengan jumlah masyarakat untuk ikut serta mendukung program. Rendahnya
yang belum memiliki jamban tidak seimbang. respon masyarakat dalam pelaksanaan program
Terkait dengan sumberdaya waktu, didalam SToPS salah satunya adalah dipicu oleh kondisi
pelaksanaan program SToPS terkendala oleh waktu ekonomi masyarakat itu sendiri yang secara tidak
sosialisasi. Ketika sosialisasi diadakan oleh langsung memicu rendahnya partisipasi masyarakat
pemerintah desa, tidak semua masyarakat terhadap program. Jika dilihat dari segi sosial
menghadiri sosialisasi tersebut dikarenakan ekonomi, sebagian besar mata pencaharian di Desa
terkendala oleh musim yang tidak mendukung dan Sembung adalah seorang buruh tani, jadi tidak
ada pekerjaan lain yang lebih penting. Menurut menutup kemungkinan bahwa faktor ekonomi
masyarakat, durasi sosialisasi yang dilakukan oleh menjadi alasan dari akar permasalahan rendahnya
pelaksana berkisar 1-2 jam, ketika pelaksana partisipasi masyarakat terhadap program. Jumlah
melakukan sosialisasi menurut masyarakat pemberi mata pencaharian buruh tani tani di Desa Sembung
materi didalam sosialisasi susah benar-benar yang paling mendominasi adalah berjumlah 368
memahami isi program. jiwa, sedangkan profesi yang lain tidak terlalu
3. Komunikasi Antar Organisasi dan Penguatan mendominasi. Selain itu, tingkat pendidikan juga
Aktivitas. menjadi penyebab dari rendahnya pemahaman dan
Sebelum program SToPS dilaksanakan, respon masyarakat terhadap program. Tingkat
pelaksana sudah mendapatkan sosialisasi terkait pendidikan di Desa Sembung berdasarkan data
standar, tujuan dan sasaran dari pemerintah demografi yang paling mendominasi adalah lulusan
Kabupaten Bojonegoro, jadi komunikasi antar SD/MI dengan jumlah 538 jiwa, sedangkan jumlah
pelaksana sampai saat ini masih terjalin dengan tingkat pendidikan yang lain tidak terlalu
baik sehingga tidak pernah terjadi misskomunikasi mendominasi. Terkait dengan kondisi politik
antar dinas yang terlibat dalam program. Namun menurut pelaksana tidak terjadi masalah karena
meski sosialisasi sudah disampaikan kepada kondisi politik di kabupaten Bojonegoro masih
masyarakat berulang kali baik itu dibalai desa, terbilang kondusif. Hal itu disebabkan karena dari
rumah ketua RT, masjid dan acara-acara posyandu awal pelaksanaan program SToPS pada tahun 2010

5
Kajian Kebijakan Publik. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2016, 0-216

sampai sekarang Bupati Bojonegoro belum Pada variabel sumberdaya, sumberdaya manusia
berganti, jadi Program SToPS sampai saat ini masih yang menjadi pelaksana program SToPS sudah
menjadi fokus utama pemerintah Kabupaten memadai, namun terkait sumberdaya anggaran masih
Bojonegoro untuk segera dituntaskan. Berkaitan mengalami hambatan karena jumlah anggaran dan
dengan tujuan dari program SToPS, menurut jumlah kepemiilikan jamban tidak seimbang. Terkait
pelaksana adanya program ini justru malah dengan sumberdaya waktu, didalam pelaksananaan
membantu masyarakat yang belum memiliki program SToPS terkendala oleh waktu sosialisasi.
jamban, namun pernyataan yang berbeda Dimana ketika kegiatan sosialisasi dilakukan tidak
diungkapkan oleh masyarakat. Menurut masyarakat semua masyarakat bisa hadir dikarenakan kendala
adanya program ini sangat bertentangan dengan musim dan ada pekerjaan lain yang lebih penting.
kondisi ekonomi masyarakat dikarenakan ada Sehingga didalam variabel sumberdaya, didalam
kebutuhan lain yang lebih penting daripada harus pelaksanaan program SToPS belum sepenuhnya
membangun sebuah jamban. mendukung.
6. Disposisi Implementor. Pada variabel komunikasi antar organisasi dan
Dalam variabel disposisi yang berkaitan penguatan aktivitas, komunikasi yang terajadi antar
dengan respon implementor terhadap kebijakan, pelaksana sudah berjalan dengan baik, namun kendala
implementor didalam Program SToPS sangat terdapat pada masyarakatnya. Jadi pada variabel
mendukung adanya program ini. Terkait insentif komunikasi belum berjalan dengan baik, dikarenakan
berupa uang menurut pelaksana tidak pernah ada, hanya pelaksana saja yang memahami program.
adapun hanya berupa reward sertifikat bagi desa Pada variabel karakteristik agen pelaksana,
yang sudah dinyatakan Open Defecation Free terkait sikap yang kompeten dan tegas yang harus
(ODF). dimiliki oleh seorang pelaksnana ternyata didalam
pelaksanaan program SToPS belum sesuai dengan apa
yang diharapkan. Pelaksana program SToPs masih
PEMBAHASAN kurang tegas didalam mengimplementasikan program.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa pada variabel ini
dilakukan pada pelaksana program SToPS dan masih belum mencapai hasil yang diinginkan.
kelompok sasaran dari program SToPS, didalam Pada variabel kondisi sosial ekonomi dan politik
implementasi program SToPS di Desa Sembung masih terdapat hambatan pada kondisi sosial ekonomi
Kecamatan Kapas kabupaten Bojonegoro masih didalam pelaksanaan program SToPs di Desa
mengalami kendala didalam pelaksanaannya. Hal itu Sembung. Dimana dukungan masyarakat terhadap
dapat dilihat dari beberapa kendala yang muncul pada program masih rendah dikarenakan faktor ekonomi
tiap variabel. Dimana dalam penelitian ini peneliti yang kurang mendukung, terkait kondisi politik tidak
menggunakan teori model implementasi kebijakan terjadi masalah, Sehingga didalam variabel kondisi
menurut Donald Van Meter dan Carl Van Horn yang sosial ekonomi dan politik belum berjalan dengan baik.
terdapat enam variabel didalam menentukan Dan yang terakhir adalah Variabel Disposisi. Pada
keberhasilan impelemntasi kebijakan. Variabel diposisi respon implementor terhadap
Pada Variabel pertama yaitu Standar, tujuan dan program sangat mendukung. namun terkait insentif
sasaran kebijakan pelaksana sudah pelaksana sudah tidak pernah ada.
benar-benar memahami dan sudah melaksanakan Dari penjelasan keenam variabel diatas dapat
standar pelaksanaan program sesuai dengan standar dilihat bahwa pelaksanaan program SToPS masih
yang ada, namun dari masyarakat kurang memahami belum berjalan dengan baik dikarenakan masih
standar, tujuan dan sasaran dari program dikarenakan terdapat kendala-kendala yang muncul pada tiap
kualitas dari sumberdaya manusia dari kelompok variabel.
sasaran kurang memadai sehinggal hal tersebut
berpengaruh pada pemahaman masyarakat terhadap
program. Terkait Standar sanksi bagi masyarakat yang PENUTUP
buang air besar sembarangan dan standar mekanisme Simpulan
aturan pemantauan program SToPS menurut Berdasarkan hasil penelitian terkait
masyarakat belum dilaksanakan secara menyeluruh. implementasi Program Sanitasi Total dan Pemasaran
Jadi didalam variabel standar, tujuan dan sasaran belum Sanitasi (SToPS) di Desa Sembung Kecamatan Kapas
terlaksana dengan baik. Kabupaten Bojonegoro dapat disimpulkan bahwa
implementasi program SToPS di Desa Sembung masih

6
Implementasi Program SToPS di Desa Sembung Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro

mengalami kendala didalam pelaksanaannya. Dari hasil agar masyarakat yang menjadi kelompok sasaran
penelitian dengan menggunakan analisis teori model bersedia bekerjasama mencapai tujuan program.
implementasi menurut Daniel Van Metter dan Van Hal ini dikarenakan kepala desa beserta
Horn yang terdapat enam variabel didalamnya, hasil perangkatnya mempunyai hubungan langsung
tersebut menunjukkan bahwa implementasi program dengan masyarakat, sehingga hal tersebut menjadi
SToPS di Desa Sembung masih mengalami beberapa kewajiban kepala desa dan perangkatnya untuk
kendala khususnya pada rendahnya pemahaman memecahkan permasalahan terkait dukungan.
masyarakat terhadap program, sumberdaya anggaran
yang terbatas, kondisi sosial ekonomi yang kurang DAFTAR PUSTAKA
mendukung, kurangnya komunikasi antara pelaksana Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar kebijakan Publik.
dengan kelompok sasaran, standar sanksi buang air Bandung: Alfabeta.
besar sembarangan dan standar mekanisme aturan Agustino, Leo. 2012. Dasar-Dasar kebijakan Publik.
pemantauan program SToPS yang belum dilaksanakan Bandung: Alfabeta.
secara menyeluruh.
Andika, Norman. 2010. Implementasi program
jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas)
Saran di puskesmas jagir
Didalam penelitian ini, ada beberapa saran yang Surabaya.http://eprints.upnjatim.ac.id/333/1
direkomendasikan peneliti, yaitu: /file_1.pdf. Diakses pada tanggal 15
1. Seharusnya aktor pelaksana Desa Sembung September 2015, pukul 22.15 WIB
memiliki sikap yang tegas, sanksi-sanksi yang telah Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu
di buat terkait buang air besar sembarangan Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka
seharusnya benar-benar diterapkan agar masyarakat Cipta.
jera dan tidak buang air besar sembarangan. Barnard, Sharmani dkk. 2013. Impact of Indian Total
2. Sebaiknya pemerintah juga memberikan insentif Sanitation Campaign on Latrine Coverage
berupa dana kepada pelaksana program agar and Use: A Cross-Sectional Study in Orissa
pelaksana dapat bekerja lebih baik sehingga mereka Three Years following Programme
dapat menjalankan tugasnya sesuai dengan standar Implementation: e71438.http://e-
yang ada. resources.perpusnas.go.id/library.php?
3. Seharusnya pemerintah Desa Sembung harus id=00001. Diakses pada tanggal 4 Oktober
2015, pukul 21.47 WIB
benar-benar bisa mengatur anggaran yang tersedia
agar semua masyarakat bisa merasakan anggaran Hamdi, Muchlas. 2014. Kebijakan Publik: Proses,
tersebut secara merata. Membangun jamban umum Analisis, dan partisipasi. Bogor: Ghalia
lebih efektif daripada harus memberikan bantuan Indonesia.
berupa septy tank dan deker kepada masyarakat Juniar, Midia. 2013. Studi tentang Implementasi
yang belum memiliki jamban yang jumlahnya tidak Program sanitasi dan Pemasaran Sanitasi
seimbang dengan jumlah anggaran yang tersedia. (SToPS) dalam perspektif Delibertaif di
4. Pelaksana perlu meningkatkan peran masyarakat Desa Ngampungan Kecamatan Bareng
Kabupaten Jombang. Volume 1 Nomer 1.
dalam implementasi program SToPS sehingga
http://journal.unair.ac.id/download-
masyarakat dapat berperan aktif tidak hanya saat fullpapers-15%20Midia_KMP
kegiatan melainkan saat formulasi kebijakanpun %20V1%20N1%20Jan-April
ikut dilibatkan. Sosialisasi kebijakan seharusnya %202013.doc.pdf.html. Diakses pada
dilaksanakan lebih luas dan jauh hari sebelum tanggal 15 September 2015, pukul 23.03
pelaksanaan program SToPS agar masyarakat WIB
benar-benar memahami berbagai hal tentang Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif
kebijakan SToPS. (Edisi Revisi). Bandung: PT Remaja
5. Melihat kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Rosdakarya.
Sembung yang kurang mendukung, seharusnya Panitia penyusun RPJMDes Desa Sembung. Rencana
pemerintah harus bisa mensiasati agar kondisi Pembangunan Jangka Menengah Desa
tersebut dapat segera diatasi. Sebaiknya kepala desa (RPJMDes) Tahun 2011-2015.
beserta perangkat desa berperan dalam
Purwanto, Erwan Agus dan Dyah Ratih Sulistyastuti.
menanggulangi permasalahan mengenai kurangnya 2012. Implementasi Kebijakan Publik :
dukungan masyarakat terhadap program, sebagai Konsep dan Aplikasi di Indonesia.
misal dengan cara pendekatan kerumah sasaran Yogjakarta: Gava Media.

7
Kajian Kebijakan Publik. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2016, 0-216

Sholikhah, Siti. 2012. Hubungan pelaksanaan program


odf (open defecation free) dengan
perubahan perilaku masyarakat dalam
buang air besar di luar jamban di Desa
Kemiri Kecamatan Malo Kabupaten
Bojonegoro. Vol.02, No.XVIII.
http://stikesmuhla.ac.id/wpcontent/uploads/j
urnalsurya/noXVIII/84-90-Jurnal-Siti.pdf.
Diakses pada tanggal 15 September 2015,
pukul 22.02 WIB
Soebarsono. 2008. Analisis Kebijakan Publik.
Yogakarta: Pustaka Belajar.
Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif.
Bandung: Alfabeta.
________. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
________. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tajhsan. 2006. Implementasi kebijakan Publik.
Bandung: AIPI.
Wahab, Solichin Abdul. 2014. Analisis Kebijakan:
Dari Formasi ke Penyusunan Model-
Model Implementasi Kebijakan Publik.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Widodo, Joko. 2007. Analisis Kebijakan Publik:
Konsep dan Aplikasi Analisis Proses
Kebijakan Publik. Malang: Bayumedia
Publishing.
Widodo, Joko. 2011. Analisis Kebijakan Publik.
Malang: Bayu Media Publishing.

http://data.go.id/dataset/430f1155-6db4-40a0-9fc9
f0cf7e83967b/resource/72295c88-383f-41ac-b8c4-
56771fcfa937/download/desaodf.csv. Diakses pada
tanggal 6 Oktober 2015, pukul 21.33 WIB

http://m.liputan6.com/read/2136392/perilaku-bab-
sembarangan-diindonesia-menurun). Diakses pada
tanggal 14 Maret 2015, pukul 21.45 WIB

(www.wsp.org-featuresevents/feaatures/total-
sanitation-and-sanitation-marketing-project). Diakses
pada tanggal 28 Oktober 2015, pukul 13.15 WIB

Anda mungkin juga menyukai