Anda di halaman 1dari 100

i

PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES DINGIN TERHADAP SKALA


NYERI PADA PASIEN DENGAN CLOSED FRACTURE EXTRERMITAS
ATAS DI IGD RS KARIMA UTAMA

SKRIPSI

Oleh :
Agus Sriyono
22021118

PRODI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ESTU UTOMO BOYOLALI
FEBRUARI 2023
ii

HALAMAN PERSETUJUAN

SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES DINGIN TERHADAP


SKALA NYERI PADA PASIEN DENGAN CLOSED FRACTURE
EXTRERMITAS ATAS DI IGD RS KARIMA UTAMA

Disusun Oleh :
AGUS SRIYONO
22021118

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing dan telah diperkenankan untuk di
ujikan

Boyolali, Februari 2023

Pembimbing I Pembimbing II

Bambang Sudono, DS,S.Kep.,Ns.,M.Kep Vina Asna Afifah, S.Kep.,Ns., M.Kep


NIDN. 0618087604 NIDN. 0609079201
iii

HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES DINGIN TERHADAP


SKALA NYERI PADA PASIEN DENGAN CLOSED FRACTURE
EXTRERMITAS ATAS DI IGD RS KARIMA UTAMA
Disusun Oleh :

AGUS SRIYONO
22021118

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Program Studi Sarjana


Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Estu Utomo pada :

Hari :
Tanggal :

Penguji 1 Penguji II Penguji III

Habid Al H, S.Kep.Ns.,M.Kep Bambang Sudono,DS, S.Kep.,Ns.,M.Kep Vina Asna A.,S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIDN. 0617049202) NIDN. 0618087604 NIDN. 0609079201

Mengetahui,

Ketua Stikes Estu Utomo Kaprodi Sarjana Keperawatan


Stikes Estu Utomo

Sarwoko, S.Ag.,S.Kep., M.Kes Bambang SDS S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIDN. 0621037401 NIDN. 0618087604
iv

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini saya,

Nama : Agus Sriyono


NIM : 22021118
Mahasiswa : Program Studi Ilmu Keperawatan

1. Skripsi berjudul “ PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES DINGIN


TERHADAP SKALA NYERI PADA PASIEN DENGAN CLOSED
FRACTURE EXTRERMITAS ATAS DI IGD RS KARIMA UTAMA” adalah
karya ilmiah asli dan belum pernah di ajukan untuk mendapatkan gelar
akademik apapun di perguruan tinggi manapun.
2. Skripsi ini merupakan ide dan hasil karya murni saya yang dibimbing dan di
bantu oleh team pembimbing
3. Skripsi ini tidak memuat karya atau pendapat orang lain yang telah di
publikasikan kecuali tertulis dicantumkan dalam naskah sebagai acuan
dengan menyebut nama pengarang dan judul aslinya dicantumkan dalam
daftar pustaka
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesunggguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran di dalam pernyataan ini, saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya
peroleh dan sanksi lain dengan norma yang berlaku di STIKES ESTU
TOMO.

Surakarta, februari 2023


Yang menyatakan

AGUS SRIYONO
v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
berkat rahmat dan hidayahnya sehingga penulisan skripsi dengan judul “pengaruh
pemberian kompres dingin terhadap skala nyeri pada pasien dengan Closed
Fracture extrermitas atas di IGD Rs Karima Utama” dapat diselesaikan.
Penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Keperawatan (S.Kep) di Stikes Estu Utomo Boyolali.
Penulis menyadari sangatlah sulit untuk menyelesaikan skripsi ini tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sejak penyusunan proposal sampai
dengan terselesaikannya laporan skripsi ini. Bersama ini penulis menyampaikan
terimakasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan kehidupan, keslamatan dan keehatan baik
jasmani dan rohani.
2. Kedua orang tua dan istri serta seluruh keluarga yang menjadi semangat
dalam menyelesaikan studi ini
3. Bapak Sarwoko, S.Ag.,S.Kep., M.Kes selaku ketua stikes Estu Utomo
Boyolali yang telah memberikan kesempatan peneliti untuk melakukan
penelitian
4. Bapak Bambang SDS S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku ketua program studi sarjana
keperawatan Stikes Estu Utomo sekaligus sebagai pembimbing I Yang telah
memberikan saran dan motivasi dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.
5. Ibu Vina Asna Afifah,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing II yang
senantiasa bersabar dalam menuntun peneliti dalam proses penelitian ini.
6. Direktur RSKB Karima Utama berserta Staff yang telah memberikan
dukungan dan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di
RSKB Karima Utama Surakarta.
7. Staff IGD RSKB Karima Utama yang telah membantu dan memberikan
dukungan kepada penulis dalam penelitian ini.
8. Istri, anak dan keluarga saya yang telah memberikan dukungan dan doa
kepada saya untuk dapat menyelesaikan studi ini
9. Semua pihak yang penulis tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan
skripsi skripsi ini.
Akhir kata kami berharap Allah SWT berkenan membalas kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca. Penulis juga berharap semoga skripsi skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak terutama dalam bidang Keperawatan.

Surakarta, …… Februari 2023


Penulis
vi

Agus Sriyono

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................i
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI........................ii
LEMBAR PERSETUJUAN......................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................iv
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS.............................................v
KATA PENGANTAR...............................................................................vi
DAFTAR ISI.............................................................................................vii
DAFTAR TABEL.....................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................ix
ABSTRAK ................................................................................................x
BAB I. PEDAHULUAN
A. Latar belakang..................................................................................1
B. Perumusan masalah..........................................................................4
C. Tujuan .............................................................................................5
1. Tujuan Umum...........................................................................5
2. Tujuan Khusus..........................................................................5
D. Manfaat ...........................................................................................5
E. Keaslian penelitian...........................................................................6
BAB II TINJAUAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Fraktur.......................................................................................8
2. Konsep Nyeri............................................................................16
3. Kompres dingin.........................................................................24
B. Kerangka teori..................................................................................27
C. Kerangka Konsep.............................................................................28
D. Hipotesis...........................................................................................28
BAB III METODE PENELITIAN
vii

A. Desain Penelitian...........................................................................29
B. Waktu dan Tempat Penelitian........................................................29
C. Populasi dan Sampel Penelitian.....................................................30
D. Variabel Penelitian.........................................................................31
E. Definisi Operasional......................................................................32
F. Instrumen Penelitian......................................................................32
G. Uji validitas dan reliabilitas...........................................................34
H. Analisa Data...................................................................................35
I. Etika Penelitian..............................................................................36
J. Jalannya Penelitian........................................................................36
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Distribusi frekuensi responden......................................................37
B. Analisa univariat............................................................................39
C. Analisa bivariat..............................................................................40
BAB V PEMBAHASAN
A. Analisa univariat............................................................................42
B. Analisa bivariat..............................................................................45
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN........................................................49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Dokumentasi
Lampiran 2 : Hasil SPSS
Lampiran 3 : Data Penelitian
Lampiran 4 : Permohonan responden :
Lampiran 5 : Persetujuan responden
Lampiran 6 : SOP pengukuran nyeri
Lampiran 7 : dokumentasi Pengukuran tingkat nyeri
Lampiran 8 :Jadwal Penelitian
Lampiran 9 : SOP Kompres dingin
ix

DAFTAR GAMBAR

2.1 Gambar Kerangka Teori..................................................................................28


2.2 Gambar Kerangka Konsep...............................................................................29
x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian penelitian..................................................................................5


Tabel 3.1 Definisi Operasional..............................................................................30
Table 4.1 Frekuensi umur responden....................................................................37
Table 4.2 Distribusi frekuensi jenis kelamin responden.......................................38
Table 4.3 Distribusi frekuensi Pendidikan responden..........................................38
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi pekerjaan responden.............................................38
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi skala nyeri kelompok intervensi..........................39
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi skala nyeri kelompok kontrol...............................39
Tabel 4.7 Hasil uji normalitas...............................................................................39
Tabel 4.8 Hasil Analisis Uji Wilcoxon.................................................................40
Tabel 4.9 Hasil Analisis Uji Wilcoxon Pada Kelompok Kontrol.........................40
Tabel 4.10 Hasil Analisis Uji Mann-Whitney .....................................................40
xi

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES DINGIN TERHADAP SKALA


NYERI PADA PASIEN DENGAN CLOSED FRACTURE EXTRERMITAS
ATAS DI IGD RS KARIMA UTAMA

Agus Sriyono, Bambang Sudono, Vina Asna Afifah

Pendahuluan: Fraktur merupakan gangguan penuh atau sebagian pada


kontinuitas struktur tulang. Intervensi bedah merupakan pilihan utama untuk
mengobati fraktur sehingga pasien mengalami nyeri yang hebat setelah operasi
meliputi tingkat nyeri mulai dari intensitas sedang hingga berat. Penatalaksanaan
Secara farmakologi dilakukan dengan penggunaan obat-obatan sedangkan secara
non farmakologi salah satunya dapat dilakukan dengan memberikan Kompres
dingin. Suhu dingin bermanfaat untuk menghilangkan panas dari dalam tubuh
sehingga menyebabkan vasokontriksi, penurunan metabolisme, mengurangi
peradangan dan mengurangi nyeri. Tindakan kompres dingin belum dilakukan
sehingga hal tersebut mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang
pengaruh pemberian kompres dingin terhadap tingkat nyeri pada pasien dengan
Closed Fractureextrermitas atas di IGD RS Karima Utama. Tujuan : untuk
mengetahui pengaruh pemberian kompres dingin terhadap penurunan skala nyeri
pada pasien dengan Closed Fracture extrermitas atas di IGD RS Karima Utama.
Design : Metode penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif dengan rancangan
quasi eksperimental dengan bentuk desain Non equivalent control group design.
Adapun teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan teknik acindental sampling. Penelitian di ikuti oleh
40 respoden. Hasil : (1) Hasil penelitian diketahui sebelum intervensi terdapat
rata-rata nyeri pasien kelompok intervensi 7,5. Sedangkan sesudah intervensi rata-
rata skala nyeri responden 4,15. (2) Hasil penelitian pengukuran pre terdapat rata-
rata nyeri pasien kelompok kontrol 7,5. Sedangkan pengukuran post rata-rata
skala nyeri responden 7,45. (3) Hasil uji beda antara kelompok intervesi dengan
kelompok kontrol menggunakan uji mann whitney di dapatkan nilai p value 0.000.
kesimpulan: terdapat perbedaan pengaruh antara kelompok intervensi dengan
kelompok kontrol pada pasien Closed Fracture extrermitas atas di IGD RS
Karima Utama.

Kata kunci : Cold Pack, Nyeri, fraktur


xii

ABSTRACT

THE EFFECT OF COLD COMPRESS ON PAIN SCALE IN PATIENTS


WITH CLOSED UPPER EXTERMITY FRACTURE IN THE ED OF
KARIMA UTAMA HOSPITAL

Agus Sriyono, Bambang Sudono, Vina Asna Afifah

Introduction: Fracture is a complete or partial disruption of the continuity of


bone structure. Surgical intervention is the main option for treating fractures so
that patients experience severe pain after surgery covering pain levels ranging
from moderate to severe intensity. Management Pharmacologically it is carried
out by using drugs while non-pharmacologically one of them can be done by
giving cold compresses. Cold temperatures are beneficial for removing heat from
the body, causing vasoconstriction, decreasing metabolism, reducing
inflammation and reducing pain. Cold compresses have not been carried out, so
this prompted researchers to conduct research on the effect of cold compresses on
pain levels in patients with upper extremity closed fractures at the Karima Utama
Hospital Emergency Room. Objective: to determine the effect of giving cold
compresses to reducing pain scale in patients with upper extremity closed
fractures in the Emergency Room of Karima Utama Hospital. Design: The
research method used is quantitative with a quasi-experimental design with a non-
equivalent control group design. The technique used in sampling in this study is
by using the accidental sampling technique. The study was followed by 40
respondents. Results: (1) The results of the study found that before the
intervention there was an average patient pain in the intervention group of 7.5.
Meanwhile, after the intervention, the average respondent's pain scale was 4.15.
(2) The results of the pre-measurement study found that the average pain in the
control group patients was 7.5. Meanwhile, the average post measurement of the
respondent's pain scale was 7.45. (3) The results of the different test between the
intervention group and the control group using the Mann Whitney test obtained a
p value of 0.000. Conclusion: there is a difference in the effect between the
intervention group and the control group in patients with upper extremity fractures
in the Emergency Room of Karima Utama Hospital.

Keywords: Cold Pack, Pain, fracture


xiii
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latarbelakang
Tulang merupakan jaringan ikat yang bersifat kaku dan membentuk

bagian terbesar kerangka, serta merupakan jaringan penunjang tubuh utama.

Tulang juga merupakan organ hidup yang terasa nyeri apabila mengalami

cidera, berdarah apabila patah dan tumbuh seiring dengan usia (Moore, 2015).

Tulang berfungsi untuk melindungi struktur vital, menopang tubuh,

mendasari gerak secara mekanis, membentuk beberapa sel darah, serta

menimbun berbagai mineral. Jika terjadi kerusakan pada tulang, tentu saja

menimbulkan akibat yang fatal bagi tubuh. Salah satu kerusakan tulang yang

umum terjadi adalah patah tulang atau fraktur (Faradisi, 2012).

Fraktur merupakan gangguan penuh atau sebagian pada kontinuitas

struktur tulang. Fraktur terjadi dikarenakan hantaman langsung sehingga

sumber tekanan lebih besar daripada yang diserap, ketika tulang mengalami

fraktur maka struktur sekitarnya akan ikut terganggu (Smeltzer, 2013).

Fraktur dapat diklasifikasikan sebagai fraktur terbuka, fraktur tertutup dan

fraktur dengan komplikasi (Prof. Chairuddin Rasjad, 2012). Berdasarkan data

World Health Organization (WHO) mencatat pada tahun 2017-2018 terdapat

5,6 juta orang meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita fraktur akibat

kecelakaan lalu lintas (WHO, 2018). Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada

tahun 2014-2018 jumlah angka kecelakaan di Indonesia mengalami kenaikan

setiap tahunnya, data terakhir pada tahun 2018 jumlah kecelakaan yang

terjadi di Indonesia sebanyak 109.215 (BPS, 2019). Kementerian Kesehatan

1
2

RI tahun 2018 didapatkan kasus fraktur di Indonesia mencapai prevalensi

sebesar 5,5% dengan jenis fraktur yang paling banyak terjadi yaitu fraktur

pada bagian ekstremitas bawah sebesar 65,2% dan ekstremitas atas sebesar

36,9%, sedangkan 2 menurut jenisnya 5,8% diantaranya mengalami kasus

fraktur tertutup (Riskesdas, 2018).

Menurut Pierik (2015) pasien fraktur datang ke rumah sakit dengan

keluhan utama nyeri yang berat. Meskipun prevalensi nyeri berat, namun

hanya 35,7% dari pasien yang menerima analgesik dan hanya 12,5% dari

pasien yang mendapatkan manajemen nyeri analgesik yang memadai

sehingga lebih dari dua pertiga dari pasien fraktur masih memiliki nyeri

sedang sampai berat. Intensitas nyeri pada pasien fraktur berkisar dari nyeri

sedang hingga nyeri berat (skala nyeri >5) yang terjadi pada saat minggu

pertama setelah terjadinya fraktur sehingga dapat menyebabkan komplikasi

dan sulit untuk diobati (Moseley, 2014).

Intervensi bedah merupakan pilihan utama untuk mengobati fraktur

sehingga pasien mengalami nyeri yang hebat setelah operasi meliputi tingkat

nyeri mulai dari intensitas sedang hingga berat. Manajemen nyeri pasca

operasi yang tidak memadai dapat menyebabkan komplikasi psikologis. Hal

ini juga dapat mengakibatkan pasien lama dirawat dirumah sakit sehingga

harus membayar biaya perawatan kesehatan yang lebih besar dan kualitas

hidup juga berkurang serta dapat menyebabkan kematian (Thurayya, 2013).

Pascaoperasi juga menghambat rehabilitas dan mengurangi mobilisasi pada

pasien dikarenakan adanya rasa nyeri. Analgesik dapat mengendalikan nyeri


3

pascaoperasi namun juga memberikan efek samping seperti mual, muntah,

gangguan pernafasan sehingga dapat membatasi aktivitas pasien (Bech,

2015).

Triyani & Eugenie (2018) mengatakan nyeri pada kasus fraktur

disebabkan oleh spasme otot, berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan

struktur di daerah yang berdekatan. Fraktur dapat menimbulkan

pembengkakan, hilangnya fungsi normal, deformitas, kemerahan, krepitasi

dan rasa nyeri (Ghassani et al., 2016). Nyeri yang dirasakan oleh penderita

fraktur memiliki sifat yang tajam serta menusuk, dikarenakan adanya infeksi

tulang akibatspasme otot maupun penekanan pada saraf sensoris (Helmi ZN,

2012). Adapun beberapa cara pengukuran skala nyeri yaitu dengan

menggunakan skala numerik, skala deskriptif, visual analog scale (VAS),

FLACC scale, WongBaker Faces, Comport Scale (Zakiyah, 2015)

Penatalaksanaan nyeri yang efektif adalah aspek penting dalam asuhan

keperawatan yang dapat dilakukan secara farmakologi dan nonfarmakologi.

Secara farmakologi dilakukan dengan penggunaan obat-obatan sedangkan

secara non farmakologi salah satunya dapat dilakukan dengan memberikan

stimulasi kutaneus. Stimulasi kutaneus adalah memberikan kompres dingin

pada tubuh yang bertujuan untuk meredakan nyeri dengan memperlambat

kecepatan konduksi saraf dan menghambat impuls saraf (Kozier & Erb,

2016). American College of Sports Medicine juga menyarankan pasien untuk

menggunakan kompres dingin untuk pengobatan awal cedera muskuloskeletal

akut pada ekstremitas (Millar, 2011).


4

Kompres dingin merupakan salah satu perawatan non farmakologi

untuk mengurangi nyeri akut karena injuri. Suhu dingin bermanfaat untuk

menghilangkan panas dari dalam tubuh sehingga menyebabkan vasokontriksi,

penurunan metabolisme, mengurangi peradangan dan mengurangi nyeri

(Tilak, 2016). Kompres dingin juga dapat menekan tingkat metabolisme

jaringan lunak terkait dengan penurunan aktivitas enzimatik dan juga dapat

mencegah kerusakan jaringan yang disebabkan oleh hipoksia. Hipotermia

lokal menginduksi vasokonstriksi dan menurunkan sirkulasi mikro lebih dari

60%, sehingga vasokonstriksi menyebabkan berkurangnya ekstravasasi darah

ke dalam lingkungan jaringan sehingga rasa nyeri berkurang. Efek kompres

dingin dapat bertahan sampai 30 menit setelah kompres dingin dihentikan

(Blok, 2014). Penelitian Suryani dan Soesanto (2020) menunjukan bahwa

terjadi penurunan nilai skala nyeri setelah dilakukan terapi kompres dingin.

Rata-rata nilai skala nyeri pada pengukuran sebelum terapi adalah 3,7 dan

mengalami penurunan setelah terapi kompres dingin menjadi 2,9.

Menurut Andarmoyo (2013) dampak fisiologis penggunaan cold pack

memberikan dampak fisiologis yaitu vasokontriksi pada bagian pembuluh

darah, menurunkan aktivitas ujung saraf otot, memperkuat reseptor nyeri,

merangsang pelepasan endorfin sehingga menurunkan transmisi nyeri melalui

diameter serabut C yang menyecil serta mengaktivasi transmisi serabut saraf

sensorik A-beta yang lebih cepat dan besar. Arovah (2017) mengatakan

secara fisiologis es mengurangi aktivitas metabolisme dalam jaringan

sehingga mencegah kerusakan jaringan sekunder dan mengurangi nyeri ke


5

sistem saraf pusat.

Studi pendahuluan dilakukan di ruang IGD RS Karima Utama pada

bulan Juli 2022 terhadap pasien fraktur extrermitas atas sejumlah 20 pasien.

Dari studi pendahuluan tersebut di dapatkan 15 pasien mengalami nyeri skala

8, dan 5 pasien mengalami skala nyeri skala 9. Penanganan pertama di IGD

RS Karima Utama dilakukan pembidaian pada tulang yang menggalami

fraktur. Tindakan kompres dingin belum dilakukan sehingga hal tersebut

mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian

kompres dingin terhadap tingkat nyeri pada pasien dengan Closed Fracture

extrermitas atas di IGD RS Karima Utama.

B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada pengaruh pemberian

kompres dingin terhadap penurunan skala nyeri pada pasien dengan Closed

Fracture extrermitas atas di IGD RS Karima Utama.?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pemberian kompres dingin terhadap penurunan

skala nyeri pada pasien dengan Closed Fracture extrermitas atas di IGD

RS Karima Utama..

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui skala nyeri sebelum dan sesudah pemberian

kompres dingin pada kelompok intervensi pasien dengan Closed

Fracture extrermitas atas di IGD RS Karima Utama.


6

b. Untuk mengetahui skala nyeri pre dan post pada kelompok kontrol

pasien dengan Closed Fracture extrermitas atas di igd rs karima

utama

c. Untuk menganalisa perbedaan skala nyeri kelompok intervensi dan

kelompok kontrol pada pasien dengan Closed Fracture extrermitas

atas di IGD RS Karima Utama.karima utama

D. Manfaat
Setelah penelitian selesai peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat

baik secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat teoritis

a. Hasil penelitian diharapkan turut berkontribusi dalam peningkatan

mutu pelayanan pasien dirumah sakit Karima Utama Surakarta.

b. Sebagai bahan masukan atau pertimbangan untuk peneliti lain yang

ingin meneliti tentang penurunan tingkat nyeri pasien fraktur.

2. Manfaat praktis

a. Bagi responden

Diharapkan responden dapat mentoleransi nyeri yang dirasakan

sehingga tingkat nyeri dapat menurun

b. Bagi tenaga kesehatan

Sebagai masukan bagi team perawat dan team kesehatan lainnya

dalam pemenuhan kebutuhan pasien.

c. Bagi RS Karima Utama

Hasil penelitian dapat memberikan gambaran kepada managemen

keperawatan dan pelayanan tentang manfaat dari pemberian kompres


7

dingin terhadap keluhan nyeri pada kasus pasien close fraktur.

d. Bagi penelitian selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi literature tambahan dalam

mendukung dan memperkuat hasil penelitian selanjutnya.

E. Keaslian penelitian
Tabel 1.1 keaslian penelitian
Judul Peneliti dan Deskripsi penelitian Perbedaan Persamaan
tahun
Pengaruh Anggraini Penelitian ini bertujuan untuk 1. Penelitian terkait 1. Sama-sama
pemberian tahun 2020 mencari pengaruh pemberian meneliti nyeri meneliti
kompres kompres dingin terhadap skala post op tentang nyeri
dingin nyeri pasien. Peneitian di sedangkan pasien fraktur
terhadap terdiri dari variabel kompres peneliti akan 2. Sama-sama
penurunan dingin dan variabel skala meneliti nyeri menggunakan
skala nyeri nyeri. Penelitian ini merupakan sebelum operasi variable
pada pasien penelitian kuantitaif dengan 2. Tekhnik kompres
post operasi menggunakan uji statistik pengambilan dingin
fraktur di rs paired t-test . sampel yang
siloam Populasi dari penelitian ini igunakan peneliti
sriwijaya adalah seluruh pasien di RS adalah randoms
palembang Siloam Sriwijaya palembang sampling
tahun 2020 dan untuk tehknik sedangkan
pengambilan sampel penelitian terkait
menggunakan purposive menggunakan
sampling. purposive
Hasil penelitian ini sampling
menunjukkan bahwa terdapat 3. Design penelitian
pengaruh pemberian kompres berbeda, dimana
dingin terhadap penurunan peneliti
skala nyeri pada pasien post menggunakan
operasi fraktur dengan nilai p quasy
value 0,000. Selain itu hasil eksperimen
penelitian ini juga diperoleh (menggunakan
skala nyeri sebelum pemberian kelompok
kompres dingin dengan kontrol)
kategori sedang sebanyak 9 sedangkan
responden (60%) dan dengan penelitian terkait
kategori berat sebanyak 6 menggunakan
responden (40%), skala nyeri pre eksperimen
setelah kompres dingin dengan (tidak ada
kategori ringan sebanyak 10 kelompok
responden (66,7 %) dan kontrol)
dengan kategori sedang
sebanyak 5 responden
(33,3%).
Pengaruh Penelitian tersebut bertujuan 1. Menggunakan Sama-sama
kombinasi Mujahidin, untuk mengetahui pengaruh kombinasi meneliti tentang
8

kompres Palasa dan Pengaruh kombinasi kompres kompres nyeri fraktur dan
dingin dan Utami tahun dingin dan relaksasi nafas dingin dan variabel kompres
relaksasi 2017 dalam terhadap penurunan nafas dalam dingin
nafas dalam intensitas nyeri fraktur. 2. Tempat
terhadap Peneltian terdiri dari variabel penelitian
penurunan kompres, variabel relaksasi berbeda
intensitas dan skala nyeri. Metode sehingga dapat
nyeri fraktur penelitian adalah quasy mempengaruhi
di wilayah eksperimen one group pre test karakteristik
kabupaten post test design . untuk tekhnik responden
provinsi pengambilan sampel 3. Dalam
Sumatera menggunakan acidental pengambilan
Selatan sampling,\. hasil penelitian sampling,
diperoleh hasil bahwa penelitian
kombinasi kompres dingin dan terkait
relaksasi nafas dalam menggunakan
memberikan pengaruh yang acidental
cukup significan terhadap sampling
penurunan intensitas nyeri sedagkan
fraktur dengan nilai p = 0,000 penelitin akan
< 0.05 menggunakan
random
sampling.
Pengaruh Laksmil, Tujuan dari penelitian ini 1. Variable Sama-sama
kompres Suryati dan adalah untuk mengetahui penelitian meneliti variable
dinginterhad Yanti tahun pengaruh kompres dingin berbeda, kompres dingin
ap tingkat 2018 terhadap tingkat nyeri saat peneliti dan sama-sama
nyeri saat pemasangan infus. Penelitian meneliti nyeri penelitainnya
pemasangan terdiri dari variabel kompres pasien fraktur merupakan
infus pada dingin dan variabel nyeri saat sedangkan penelitian
anak usia pemasangan infus. Tekhnik penelitian eksperimen
sekolah pengambilan sample terkait meneliti
menggunakan consecutive nyeri pada saat
sampling. Desaign penelitian pemasangan
menggunakan true infus
eksperimental, dengan 2. Tekhnik
rancangan posttest-only sampling yang
control designHasil penelitian digunakan
menunjukkan rata-rata tingkat berbeda,
nyeri anak pada kelompok dimana
kontrol 6,4 termasuk nyeri peneliti
sedang. Rata-rata tingkat nyeri mengggunakan
pada kelompok perlakuan 2,7 randoms
termasuk nyeri ringan. Beda sampling
rata-rata tingkat nyeri pada sedangkan
kelompok perlakuan dan penelitian
kelompok kontrol sebesar 3,7. terkait
Hasil berikutnya Hasil uji menggunakan
Independent T Test didapatkan consecutive
p value 0,000, menunjukkan sampling.
ada pengaruh kompres
dinginterhadap tingkat nyeri
saat pemasangan infus pada
anak usia sekolah di RSUD
Sanjiwani Gianyar
9

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Fraktur

a. Pengertian Fraktur

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma

atau tenaga fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan

tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan arah

fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap (Nurarif,

2015).

Fraktur adalah kondisi dimana penderita mengalami

diskontinuitas

atau terganggunya keseimbangan jaringan tulang atau tulang

rawan karena adanya suatu trauma. Fraktur dapat terjadi apabila

daya traumanya lebih besar dari daya lentur yang dapat diterima

tulang. Fraktur dapat terjadi karena peristiwa trauma tunggal,

tekanan berulang-ulang, atau kelemahan abnormal pada fraktur

patologis (Hardisman, 2014).

Fraktur adalah kondisi hilangnya kontinuitas pada tulang,

yang dapat bersifat lengkap maupun sebagian atau cedera


10

traumatik dengan presentase kejadian tinggi, cedera tersebut dapat

menimbulkan perubahan yang signifikan pada kualitas hidup

yang dapat disebabkan oleh trauma fisik (Joyce, 2014).

b. Etiologi Fraktur

Menurut Joyce (2014) ada beberapa penyebab dari fraktur yaitu:

1) Kecelakaan dijalan raya.


9
2) Cedera saat melakukan olah raga.

3) Menyelam pada air yang dangkal.

4) Luka tembak atau luka tikam.

5) Gangguan metabolik seperti osteoporosis yang disebabkan

oleh fraktur kompresi pada vertebra, dapat mengalami fraktur

dari trauma minor karena kerapuhan tulang akibat gangguan

yang telah ada sebelumnya.

6) Gangguan lain yang dapat menyebabkan cedera medulla

spinalis seperti spondiliosis servikal dengan meilopati, mielitis

akibat proses inflamasi infeksi maupun non infeksi, tumor

infiltrasi maupun kompresi.

7) Terhantam benda langsung ke tubuh.

8) Kontraksi otot yang menekan pada tulang serta kelelahan dapat

menyebabkan fraktur karena penurunan kemampuan tulang

dalam menahan gaya mekanikal.

c. Manifestasi klinis fraktur

Menurut Black dan Hawks (2017) beberapa fraktur sering


11

tampak jelas, berikut manifestasi klinisnya.

1) Deformitas.

Kelainan struktur bentuk anatomi yang disebabkan tulang tidak

sesuai anatominya.

2) Pembengkakan.

Akibat akumulasi dari cairan serosa pada lokasi fraktur serta

ektrafasasi darah ke jaringan sekitar.

3) Ekimosis.

Memar terjadi karena perdarahan subkutan pada lokasi fraktur.

4) Spasme otot.

Sering mengiringi fraktur, spasme otot involuntary sebenarnya

berfungsi sebagai bidai alami untuk mengurangi gerakan-

gerakan lebih lanjut dari fragmen fraktur.

5) Nyeri.

Jika klien secara neurologis masih baik, nyeri akan selalu

mengiringi fraktur, intensitas dan keparahan dari nyeri akan

berbeda pada tiap klien. Nyeri akan terus-menerus jika fraktur

tidak di imobilisasi. Hal ini terjadi karena spasme otot,

fragmen fraktur yang bertindih atau cedera pada sekitarnya.

6) Ketegangan.

Ketegangan di atas lokasi fraktur disebabkan oleh cedera yang

terjadi.
12

7) Kehilangan fungsi.

Hilangnya fungsi terjadi karena nyeri yang disebabkan fraktur

atau karena hilangnya fungsi pengungkit lengan pada tungkai

yang terkena.

8) Gerakan abnormal atau krepitasi.

Gerakan dari bagian tengah tulang atau gesekan antar fragmen

fraktur yang menciptakan sensasi dan suara derita.

9) Syok.

Fragmen tulang dapat merobek pembuluh darah. Pendarahan

besar atau tersembunyi dapat menyebabkan syok.

10) Perubahan neurovascular.

Cedera terjadi akibat kerusakan saraf perifer atau struktur

vaskular yang terkait. Klien akan mengeluhkan kebas atau

kesemutan atau tidak teraba nadi pada daerah distal fraktur.

d. Klasifikasi Fraktur

Menurut Sholihah (2018) ada 3 bagian klasifikasi fraktur yaitu:

1) Fraktur traumatik

Terjadi dikarenakan adanya trauma mendadak pada tulang

dengan kekuatan yang besar, sehingga tulang tidak mampu

menahan dan terjadi fraktur.

2) Fraktur patologis

Keadaan tulang yang lemah, yang disebabkan oleh


13

osteoporosis, tumor tulang, dan sebagainya.

3) Fraktur stres

Terjadi apabila individu melakukan latihan fisik scara keras,

dengan melakukan latihan keras maka kekuatan otot akan

meningkat, namun kondisi tersebut tidak diimbangi dengan

peningkatan kekuatan tulang sehingga membuat individu

merasa mampu melakukan aktivitas yang lebih berat dari

sebelumnya.

e. Jenis Fraktur

Menurut Purwanto (2016) ada 10 jenis fraktur yaitu:

1) Fraktur komplet yaitu patah pada seluruh garis tengah tulang

dan biasanya mengalami pergeseran.

2) Fraktur tidak komplet yaitu patah hanya sebagian dari garis

tengah tulang.

3) Fraktur tertutup yaitu fraktur tidak menyebabkan robeknya

kulit.

4) Fraktur terbuka yaitu fraktur dengan luka pada kulit atrau

membrane mukosa sampai kepatah tulang.

5) Greenstick yaitu fraktur dimana salah satu sisi tulang patah,

sedang sisi lainnya membengkak.

6) Transversal yaitu fraktur sepanjang garis tengah tulang.

7) Kominutif yaitu fraktur dengan tulang pecah menjadi

beberapa fragment.
14

8) Depresi yaitu fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke

dalam.

9) Kompresi yaitu fraktur dimana tulang mengalami kompresi

(terjadi pada tulang belakang).

10) Patologik yaitu fraktur yang terjadi didaerah tulang oleh

ligamen atau tendon pada daerah perlekatannya.

f. Penatalaksan fraktur

Menurut Mutaqim (2013) terdapat penatalaksanaan fraktur yang

meliputi:

1) Fraktur tebuka

Merupakan kasus emergency karena dapat terjadi kontaminasi

oleh bakteri dan disertai perdarahan yang hebat dalam waktu

6-8 jam (golden period). Kuman belum terlalu jauh meresap

dilakukan pembersihan luka, eksisi jaringan mati atau

debridement, hecting situasional dan pemberian antibiotik.

2) Seluruh fraktur

a) Reduksi terbuka dengan fiksasi internal Open Reduction

Internal Fixation (ORIF).

Merupakan upaya untuk memanipulasi fragment tulang

sehingga kembali seperti semula secara optimal.

b) Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal Open Reductin

Internal Fixation (ORIF).

Digunakan untuk mengobati patah tulang terbuka yang


15

merupakan keruskan jaringna lunak. Ekstremitas

dipertahahankan sementara dengan gips, bidai, atau alat

lain. Alat imobilisasi ini akan menjaga reduksi dan

menstabilkan ekstremitas untuk penyembuhan tulang. Alat

ini akan memberikan dukungan yang stabil bagi fraktur

comminuted (hancur dan remuk) sementara jaringan yang

dapat hancur dapat ditangani dengan aktif.

c) Retensi (Immobilisasi).

Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang

sehingga kembali seperti semula scara optimal. Setelah

fraktur direduksi, fragmen tuang harus dimobilisasi, atau

dipertahankan dalam posisi kesejajaran yang benar sampai

terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan

fiksasi ekternal meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi

kontinu, pin, dan teknik gips, atau fiksasi eksternal.

Implant logam dapat digunakan untuk fiksasi internal yang

berperan sebagai bidai internal untuk mengimobiliasi

fraktur.

d) Graft tulang

Merupakan pengganti jaringan tulang untuk menstabilkan

sendi, mengisi defek atau perangsangan dalam proses

penyembuhan. Tipe graft yang dapat digunakan

tergantung pada lokasi yang terkena, kondisi tulang, dan


16

jumlah tulang yang hilang akibat cedera. Graft tulang

dapat berasal dari tulang pasien sendiri (autograft) atau

tulang dari tissue bank (allograft).

e) Rehabilitasi

Merupakan upaya menghindari atropi dan kontraktur

dengan fisioterapi. Reduksi dan immobilisasi harus

dipertahankan sesuai kebutuhan. Status neurovaskular

misal pengkajian peredaran darah, nyeri, perabaan,

gerakan, dipantau oleh ahli bedah orthopaedi diberi tahu

segera bila ada tanda gangguan neurovaskular.

Kegelisahan ansietas dan ketidaknyamanan dikontrol

dengan berbagai pendekatan misal dengan meyakinkan,

perubahan posisi, peredaan nyeri, termasuk analgetik.

g. Komplikasi fraktur

Menurut (Wahid, 2012) komplikasi fraktur dibedakan menjadi

komplikais awal dan lama yaitu :

1) Komplikasi awal

a) Kerusakan arteri

Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan

tidak

adanya nadi, CRT menurun, sianosis bagian distal,

hematoma yang lebar, dan dingin pada extrermitas yang

disebabkan oleh tindakan emergency spilinting,


17

perubahan

posisi pada yang sakit, tindakan reduksi dan

pembedahan.

b) Kompartemen syndrom

Kompartement sindrom merupakan komplikasi serius

yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf dan

pembulu darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan

oleh

edema atau peredaran darah yang menekan otot, tulang,

saraf dan pembulu darah. Selain itu karena tekanan dari

luar seperti gips dan pembebatan yang terlalu kuat.

c) Fat embolism syndrom

Komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus

fraktur

tulang panjang. FES terjadi karean sel-sel lemak yang

dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah

dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah yang

ditandai dengan gangguan pernafasan, takikardi,

hipertensi, takipneu dan demam.

d) Infeksi

Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada

jaringan. Pada trauma orthopedik infeksi dimulai pada

kulit (superficial) dan masuk kedalam. Ini biasanya


18

terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena

penggunaan bhan lain dalam pembedahan seperti pin

dan plat.

e) Avaskuler nekrosis

Avaskuler nekrosis (AV) terjadi karena aliran darah ke

tulang rusak atau terganggu yang isa menyebabkan

nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkman

Ischemia.

f) Shock

Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan

meningkatkan permeabilitas kapiler yang bisa

menyebabkan menurunnya oksigenasi.

2) Komplikasi Lanjut

Biasanya terjadi beberapa bulan atau tahun setelah

terjadinya fraktur pada pasien yang telah menjalani proses

pembedahan. Menurut kutipan dari (Smelterzer, 2013),

komplikasi ini dapat berupa:

a) Komplikasi pada sendi seperti kekakuan sendi yang

menetap dan penyakit degeneratif sendi pasca

trauma.

b) Komplikasi pada tulang seperti penyembuhan fraktur

yang tidak normal (delayed union, mal union, non

union).
19

c) Komplikasi pada otot seperti atrofi otot dan rupture

tendon lanjut.

d) Komplikasi pada saraf seperti tardy nerve palsy yaitu

saraf menebal akibat adanya fibrosis intraneural

2. Konsep teori nyeri

a. Pengertian Nyeri

Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yan

g tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat

subjektif. Keluhan nyeri yang dinyatakan seperti pegal, linu, ngilu,

keju, kemeng,dan seterusnya dapat dianggap sebagai modalitas nye

ri. Nyeri adalah sensasi ketidaknyamanan yang dimanifestasikan

sebagai penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang

nyata, aman dan fantasi luka (Sulistyo, 2013).

Nyeri merupakan salah satu gejala yang paling sering

ditemukan pada masalah sistem muskuloskeletal. Kebanyakan

pasien dengan penyekit atau kondisi traumatis (otot, tulang, dan

sendi) biasanya mengalami nyeri. Nyeri tulang biasanya

digambarkan sebagai nyeri dalam tumpul yang bersifat menusuk,

sedangkan nyeri pada otot biasanya digambarkan sebagai rasa

pegal. Nyeri fraktur bersifat tajam dan menusuk. Nyeri ini dapat

dihilangkan dengan imobilisasi. Nyeri tajam juga ditimbulkan oleh

infeksi nyeri tulang akibat spasme otot atau penekanan pada saraf

sensori (Rudi & Maria, 2019).


20

b. Klasifikasi nyeri

The International Association for the Study of Pain dalam (Black &

Hawks, 2014) telah mengidiskripsikan beberapa kategori nyeri

antara lain adalah:

1) Menurut Timbulnya Nyeri:

a) Nyeri Akut

Nyeri akut adalah impresi yang terjadi secara tiba-tiba atau

sebagai respons terhadap beberapa macam cedera.

Penyebab

nyeri akut biasanya adalah cedera karena infeksi,

kecelakaan,

serta pembedahan. Nyeri akut berlangsung pada rentan

waktu yang sangat pendek yaitu dalam waktu 6 bulan atau

kurang dan umumnya bersifat intermiten (sesekali), tidak

konstan. Jika penyebab mendasar diterapi secara rutin nyeri

akut cepat berkurang atau menghilang.

b) Nyeri Kronis

Nyeri kronis yang biasanya disebut dengan nyeri neuropatik

merupakan suatu ketidaknyamanan yang terjadi dalam

jangka waktu yang panjang yaitu 6 bulan atau lebih serta

terkadang bersifat selamanya. Pemicu nyeri kronis sering

kali tidak ditemukan penyebabnya. Nyeri kronis


21

berlangsung karena kesalahan sistem saraf dalam

memproses input (konsumsi) sensori. Nyeri kronis

memerlukan waktu yang lama dalam jangka waktu

pemulihan normal dari pada nyeri akut. Seseorang yang

merasakan nyeri kronis umumnya akan

melaporkan rasa yang kesemutan, sensasi terbakar, dan

nyeri

tertembak.

c) Nyeri Alih

Nyeri alih merupakan nyeri yang berawal dari salah satu

anggota tubuh, namun dirasakan pada anggota tubuh lain.

Nyeri alih biasanya berawal dari dalam visera (organ

internal) serta bisa dirasakan di kulit, walau sesungguhnya

mampu dirasakan dalam organ internal lainnya.

d) Nyeri Kanker

Nyeri kanker ialah biasa dikatakan sebagai hasil dari

beberapa jenis keganasan. Nyeri yang menyerang sangat

hebat dan mampu dianggap intractable (tidak bisa diatasi)

serta bersifat kronis .

2) Nyeri Berdasarkan Etiologinya :

a) Nyeri somatik bisa di artikan sebagian nyeri panas, tajam,

menyengat, yang mampu ditunjukkan tempatnya dan

diasosiasikan dengan nyeri tekan lokal di sekelilingnya.


22

b) Nyeri visera dapat diartikan sebagai nyeri tumpul, kram

atau

kolik yang terlokalisir yang mampu disertai dengan nyeri

tekan lokal, mual, nyeri alih, berkeringat dan perubahan

pada

kardiovaskular.

c) Nyeri kutaneus bisa diartikan sebagai onset yang seketika

dengan kualitas yang menusuk/ tajam ataupun onset yang

terjadi secara perlahan dengan rasa menyerupai sensasi

terbakar, tergantung dari model serat saraf yang ikut serta.

Reseptor nyeri kutaneus berakhir di bawah kulit

c. Respon Tubuh Terhadap Nyeri

Menurut Sulistyo (2013), respon tubuh terhadap nyeri adalah

sebagai berikut :

1) Respon Fisik

Respon fisik timbul karena pada saat impuls nyeri

ditransmisikan oleh medulla spinalis menuju batang otak dan

thalamus, sistem saraf otonom terstimulasi, sehingga

menimbulkan respon yang serupa dengan respon tubuh

terhadap stress. Respon ini mencakup takikardia, takipnea,

meningkatkan aliran darah perifer, meningkatnya tekanan

darah.

2) Respon Psikologis
23

Respon psikologis sangat berkaitan dengan pemahaman klien

terhadap nyeri yang terjadi atau arti nyeri bagi klien, klien

yang mengartikan nyeri sebagai sesuatu yang negatif

cenderung memiliki suasana hati sedih, tidak berdaya, marah

dan frustasi. Sebaliknya pada klien yang memiliki persepsi

nyeri sebagai pengalaman yang positif akan menerima nyeri

yang dialaminya.

d. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Nyeri

Menurut Sulistyo (2013) faktor yang mempengaruhi nyeri adalah

sebagai berikut :

a. Faktor- Faktor yang Menurunkan Nyeri

1) Obat- Obatan

2) Hipnosis

3) Gesekan / Garukan

4) Panas

5) Distraksi

6) Latihan teratur

b. Faktor – Faktor yang dapat Meningkatkan nyeri

1) Sakit atau Penderitaan

2) Rasa Bosan dan depresi

3) Marah

4) Kelelahan

5) Ansietas
24

e. Penatalaksanaan Nyeri

Penatalaksanaan nyeri menurut Sulistyo (2013) adalah sebagai

berikut :

a. Penetalaksanaan Farmakologis

Analgesik adalah obat yang digunakan untuk mewakili

sekelompok obat yang digunakan sebagai penahan sakit post

sirkumsisi meliputi (antalgin / paracetamol / asmef) (Sulistyo,

2013).

b. Penatalaksanaan Nonfarmakologis

1) Relaksasi

Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan

mental dan fisik dari ketegangan dan stres sehingga dapat

meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Teknik relaksasi

yang sederhana terdiri atas nafas abdomen dengan

frekuensi lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan

matanya dan bernafas dengan perlahan dan nyaman.

2) Imajinasi terbimbing

Imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasi

seseorang dalam suatu cara yang dirancang secara khusus

untuk mencapai efek positif tertentu. Tindakan ini

membutuhkan konsentrasi yang cukup. Upayakan kondisi

lingkungan klien mendukung tindakan ini. Kegaduhan,

kebisingan, bau menyengat, atau cahaya yang sangat


25

terang perlu dipertimbangkan agar tidak mengganggu

klien untuk berkonsentrasi. Beberapa klien lebih rileks

dengan cara menutup matanya.

3) Akupuntur

Akupuntur adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan proses memasukan jarum - jarum tajam

pada titik - titik strategis pada tubuh untuk mencapai efek

terapeutik.

4) Kompres panas dan dingin

Pilihan alternatif dalam meredakan nyeri adalah terapi es

(dingin) dan panas. Namun begitu, perlu adanya studi

lebih lanjut untuk melihat keefektifannya dan bagaimana

mekanisme kerjanya. Terapi es (dingin) dan panas diduga

bekerja dengan menstimulisasi reseptor tidak nyeri (non

nosiseptor) dalam bidang reseptor yang sama pada cidera.

5) Hipnosis

Hipnosis adalah sebuah teknik yang menghasilkan suatu

keadaan yang tidak sadarkan diri, yang dicapai melalui

gagasan-gagasan yang disampaikan oleh orang yang

menghipnotisnya. Hipnosis dapat membantu mengubah

persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif. Suatu

pendekatan kesehatan holistik, hipnosis diri menggunakan

sugesti diri dan kesan tentang perasaan yang relaks dan


26

damai. Konsentrasi yang insetif mengurangi ketakutan dan

stres.

6) Masase

Masase adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan

lunak, biasanya otot, tendon, atau ligamentum, tanpa

menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendi untuk

meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi atau

memperbaiki sirkulasi.

7) Distraksi

Tehnik distraksi adalah pengalihan dari focus perhatian

terhadap nyeri ke stimulus yang lain. Tehnik distraksi

dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori bahwa aktivasi

retikuler menghambat stimulus nyeri. Jika seseorang

menerima input sensori yang berlebihan dapat

menyebabkan terhambatnya impuls nyeri ke otak (nyeri

berkurang atau tidak dirasakan oleh klien). Distraksi

efektif untuk nyeri ringan sampai nyeri sedang.

Keefektifan distraksi tergantung pada kemampuan pasien

untuk menerima dan membangkitkan input sensori selain

nyeri. Perbedaan nyeri secara umum meningkat dalam

hubungan langsung dengan partisipasi aktif individu, dan

minat individu dalam stimuli.

8) Latian (olahraga)
27

Latian pergerakan kaki dengan meregangkan otot untuk

meningkatkan fleksibilitas otot dan jangkauan gerakan

persendian. Dengan latian (olahraga) ketegangan otot

menjadi berkurang, tubuh terasa lebih relaks, memperluas

rentang gerak, menambah rasa nyaman, mengurangi nyeri

dan membantu mencegah cedera.

f. Pengukuran Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah

nyeri dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri bersifat

sangat sabjektif dan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan

berbeda oleh dua orang yang berbeda (Andarmoyo, 2013).

Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling

mugkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap

nyeri itu sendiri, namun pengukuran dengan pendekatan objektif

juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu

sendiri (Andarmoyo, 2013). Beberapa skala intensitas nyeri :

Gambar 2.1 pengukuran nyeri VDS

1) Skala Intensitas Nyeri Deskriftif Sederhana


28

Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor scale, VDS)

merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih

objekti. Pendeskripsian VDS diranking dari ” tidak nyeri”

sampai ”nyeri yang tidak tertahankan” (Andarmoyo, 2013).

Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien

untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Alat ini

memungkinkan klien memilih sebuah ketegori untuk

mendeskripsikan nyeri.

2) Skala Intensitas Nyeri Numerik

Gambar 2.2 Pengukuran nyeri numerik


Skala penilaian numerik (Numerical rating scale, NRS)

lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian kata.

Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala

0-10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas

nyeri sebelum dan setelah intervensi.

3) Skala Intensitas Nyeri Visual Analog Scale

Visual analog visual ( Visual Analog Scale) merupakan

suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus


29

menerus dan memiliki alat pendeskripsian verbal pada setiap

ujungnya.

Gambaran 2.3 pengukuran nyeri Visual Analog Scale

4) Wong baker scale

Wong baker scale Merupakan skala bergambar ekspresi wajah

dari ekspresi senyum atau gembira sampai ekspresi menangis

yang menunjukkan nyeri yang sangat hebat. Pasien dapat

menentukan sendiri gambaran ekspresi dari skala untuk

menggambarkan intensitas nyeri yang dialami (Judha, 2012).

3. Kompres dingin

a. Pengertian

Ramdhanie dan Nugraha (2018) menyatakan kompres dingin

adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk memberikan sensasi


30

dingin pada kulit baik basah maupun kering.

Menurut Arovah (2010), kompres dingin merupakan salah satu

metode cryotherapy yang bisa megatasi masalah nyeri. Kompres

dingin dapat mengatasi proses penyembuhan jaringan, mengurangi

rasa sakit, dan mengontrol terjadinya pembekakan.

b. Tujuan kompres dingin

Menurut Kozier (2013) tujuan pemberian kompres dingin adalah

sebagai berikut :

1) Membantu penyembuhan luka

2) Mengurangi nyeri local

3) Memberikan rasa nyaman

4) Meningkatkan aliran darah

c. Indikasi kompres dingin

Menurut Tamsuri (2012) penggunaan kompres dingin di

indikasikan pada :

1) Trauma pada 12-24 jam pertama

2) Fraktur

3) Gigitan serangga

4) Perdarahan

5) Spasme otot

6) Atritis rheumatoid

7) Pruritus

8) Sakit kepala
31

d. Metode kompres dingin

Metode pemberian kompres dingin menurut Potter & Perry (2014)

yaitu :

1) Ke dalam sebuah kirbat es kita masukkan air es atau air dingin

2) Kompres menggunakan air dingin dilakukan di dekat lokasi

nyeri, di sisi tubuh yang berlawanan tetapi berhubungan

dengan lokasi nyeri atau dilokasi yang terletak antara otak dan

lokasi nyeri

3) Pemberian kompres air dingin dilakukan dalam kurun waktu 5-

10 menit (Kozier, 2010).

4) Suhu yang di anjurkan menurut Tamsuri (2012) sebaiknya

tidak terlalu dingin kisaran 18-27oc

e. Langkah kerja

Prosedur pelaksanaan kompres dingin menurut Johnson et al.,

(2014) adalah sebagai berikut :

1) Jelaskan prosedur pada klien

2) Cuci tangan dan atur peralatan (Handuk kecil atau waslap atau

dapat juga menggunakan buli-buli, baskom berisi air dingin,

thermometer air dan pengalas)

3) Rendam handuk kecil atau waslap ke dalam baskom berisi air

(dapat menggunakan cold pack)

4) Bantu klien pada posisi yang ditentukan

5) Tempatkan pengalas di bawah area yang akan dikompres


32

6) Tempatkan cold pack atau handuk yang sudah direndam

dengan air dingin pada bagian tubuh yang akan di kompres

7) Lihat respon kulit disekitar area kompres

8) Setelah 5-10 menit, angkat coldpack atau handuk kompres

9) Bereskan alat dan rapikan pasien

10) Cuci tangan

11) Dokumentasi tindakan

B. KERANGKA TEORI

FRAKTUR

TANDA GEJALA
FRAKTUR
1. Deformitas
2. Pembengkakan
3. Ekimosis
4. Spasme otot
5. Ketegangan
6. Kehilangan fungsi
7. Gerakan abnormal atau
krepitasi
33

PENATALAKSANAAN
NYERI
1. Farmakologi
2. Non farmakologi
a. Relaksasi
b. Imajinasi terbimbing
c. Akupuntur
d. hipnosis
10. NYERI e. Kompres dingin

MENURUN Tidak
menurun

Keterangan :
: diteliti

: tidak diteliti

GAMBAR 2.1 Kerangka teori


Sumber : Black dan Hawks (2017) , Sulistyo (2013)

C. KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel Bebas Variabel Terkait

KOMPRES DINGIN NYERI

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

D. HIPOTESIS

Tanjung (2013) menyatakan hipotesis adalah kesimpulan atau jawaban

sementara dari permasalahan penelitian yang akan dibuktikan dengan data

empiris . hipotesis dalam penelitian ini adalah


34

Ha : ada pengaruh pemberian kompres dingin terhadap tingkat nyeri pada

pasien dengan Closed Fracture extrermitas atas di IGD RS Karima Utama.

Ho :tidak ada pengaruh pemberian kompres dingin terhadap tingkat nyeri

pada pasien dengan Closed Fracture extrermitas atas di IGD RS Karima

Utama

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode penelitian secara umum adalah sebagai cara ilmiah untuk


35

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2019).

Metode penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif dengan rancangan quasi

eksperimental dengan bentuk desain Non equivalent control group design.

Rancangan ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian

diberi pre-test untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara

kelompok yang diberikan perlakuan atau eksperimen dan kelompok yang

tidak diberikan perlakuan atau kontrol. Hasil pre-test yang baik jika nilai

kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan. Setelah penelitian

kedua kelompok diberikan post-test untuk mengatuhi perbedaan pada

kelompok yang diberikan perlakuan dengan yang tidak (Sugiyono, 2019).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana peneliti memperoleh

informasi mengenai data yang diperlukan. Pemilihan lokasi harus didasarkan

pada pertimbangan-pertimbangan kemenarikan, keunikan, dan kesesuaian

dengan topik yang dipilih. Dengan pemilihan lokasi ini, peneliti diharapkan

menemukan hal-hal yang bermakna daan baru (Muchtar, 2015). Tempat

penelitian dilakukan di Ruang IGD Rumah Sakit Karima Utama. Adapun

waktu penelitian dilakukan di bulan November 2022.

C. Populasi dan Sampel Penelitian 34

1. Populasi

Sugiyono (2016) menjelaskan populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian


36

ditarik kesimpulannya. Sedangkan Ridwan (2015) menyebutkan populasi

adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang

menjadi objek penelitian. Melihat pendapat diatas, dapat ditarik

kesimpulan bahwa populasi merupakan objek atau subjek yang berada

pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan masalah

penelitian yang akan diangkat. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien

IGD RS Karima Utama dengan diagnose fraktur extrermitas atas selama

satu bulan dengan perkiraan 82 pasien.

2. Sampel

Sugiyono (2016) menyatakan sampel adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Adapun teknik

yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan teknik acindental sampling. Menurut Sugiyono

(2016) accidental sampling merupakan metode penentuan sampel dengan

mengambil responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat

sesuai dengan konteks penelitian. Dengan tekhnik ini, setiap pasien yang

masuk di IGD RS karima Utama dengan kasus extrermitas atas memiliki

kesempatan yang sama untuk menjadi responden penelitian. Sampel pada

penelitian ini adalah sejumlah 40 responden. Pemilihan berdasarkan pada

kriteria inklusi dan ekslusi sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi yaitu kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh

setiap anggota populasi yang dapat di ambil sebagai sampel

(Notoadmojo, 2012) antara lain :


37

1) Pasien yang bersedia menjadi responden

2) Terdiagnosis fraktur extrermitas atas

b. Kriteria ekslusi, yaitu ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat

diambil sebagai sampel (Notoadmojo, 2012). Kriteria ekslusi dalam

penelitian yang akan dilakukan adalah pasien yang mengalami

fraktur extrermitas atas namun mengalami penurunan kesadaran

D. Variabel penelitian

Variabel penelitian merupakan konsep dari berbagai level abstrak yang

didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran dan atau manipulasi

suatu penelitian. Konsep yang dituju dalam suatu penelitian bersifat konkret

sebagai suatu variabel dalam penelitian (Nursalam, 2020):

1. Variabel independen (bebas)

Variable ini juga dikenal dengan nama variable bebas artinya bebas

dalam mempengaruhi variable lain. Variabel independen pada penelitian

ini adalah kompres dingin .

2. Variabel Dependent (tergantung/terikat)

Variabel dependen adalah variable yang juga disebut kejadian, manfaat,

efek atau dampak. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah skala

nyeri .

E. Definisi operasional
Tabel 3.2 Definisi Operasional
38

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Ukur
Independent: Tindakan kompres SOP Hasil ukur Nominal
Kompres dingin diberikan dikategorikan :
dingin selama 5-10 menit 1. Diberikan
dengan suhu 18-27oc diberi kode 1
sesuai dengan SOP 2. Tidak
yang sudah diberikan
ditetapkan. Kompres diberi kode 2
dingin dilakukan
menggunakan cold
pack dan dilakukan
sendiri oleh peneliti.
Dependent: keluhan rasa nyeri dari NRS Skala nyeri di ukur Rasio
Skala nyeri tidak sakit sampai dari skala 0-10
sangat sakit yang
terbagi menjadi
beberapa angka sesuai
dengan instrument
pengukuran nyeri
yang dirasakan.

F. Pengumpulan data dan instrument penelitian

1. Pengumpulan data

Metode pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan dalam

pengumpulan data penelitian (Hidayat, 2017). Adapun metode

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

a. Data primer

Pengumpulan data primer adalah data yang diperoleh dari

responden melalui lembar observasi, kuesioner, kelompok fokus,

dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan

narasumber (Sujarweni, 2014). Data primer dalam penelitian ini

adalah data hasil penelitian berupa tingkat nyeri dan pemberian

kompres dingin.
39

b. Data sekunder

Pengumpulan data sekunder adalah data yang didapat dari catatan,

buku, majalah berupa laporan keuangan publikasi perusahaan,

laporan pemerintah, artikel, buku-buku sebagai teori, majalah, dan

lain sebagainya. Data yang diperoleh dari data sekunder ini tidsk

perlu diolah lagi (Sujarweni, 2014). Data sekunder dari penelitian

ini adalah data laporan pemerintah, data dari buku refrensi dan

dokumen rekam medik pasien.

2. Instrument penelitian

Instrumen merupakan suatu alat ukur penelitian, instrumen digunakan

dalam penelitian ini adalah

a. Skala nyeri

Skala nyeri pasien di ukur menggunakan tekhnik pengukuran nyeri

NRS yang merupakan cara yang paling banyak digunakan untuk

menilai nyeri. Skala linier ini menggambarkan secara visual gradasi

tingkat nyeri yang mungkin dialami seorang pasien.

b. SOP kompres dingin

Kompres dingin di ukur menggunakan Satuan Operasional Prosedure

yang sudah digunakan oleh penelitian sebelumnya.

G. Uji validitas dan reliabilitas

Menurut Sugiyono (2017) uji validitas menunjukkan derajat ketepatan antara

data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dikumpulkan

oleh peneliti. Dalam penelitian yang akan dilakukan, instrumen penelitian


40

sudah di uji validitas oleh Pratidya, Rehatta dan Susila (2020) dengan nilai

reliabilitas 0,754.

H. Analisis data

1. Tekhnik pengolahan data

Data yang sudah terkumpul (data mentah) selanjutnya akan

diolah. Pengolahan data dimaksudkan sebagai proses untuk

memperoleh data ringkasan dari data mentah dengan menggunakan cara

atau rumus tertentu. Data tersebut bisa berupa jumlah (total), rata-rata

(average), persentasi (percentage) dan sebagainya (Sugiyono, 2019).

Dalam melaksanakan pengolahan data ada beberapa langkah

sebagai berikut :

a. Memeriksa (editing)

Ditahap ini dimaksudkan sebagai penyunting data yang

terkumpul dengan cara mengecek kelengkapan, kesalahan

dipengisian dan konsentrasi dalam setiap jawaban pertanyaan.

Editingdilakukan peneliti pada tempat pengumpulan data, dari

hasil pemeriksaan kuesioner tidak didapatkan kuesioner yang

rusak dan kesalahan dalam pengisian.

b. Memberi kode (coding)

Coding harus melakuakan secara konsisten karna hal

tersebut sangat menentukan reliabiltas. Memberi kode pada setiap

variabel dipergunakan agar mempermudah peneliti dalam


41

melaksanakan tabulasi dan analisis data.tahap ini penting untuk

dilakukan karena alat yang digunakan untuk analisis data adalah

komputer melalui program SPSS yang memerlukan kode tertentu.

c. Tabulasi data (tabulating)

Kegiatan memasukkan data hasil penelitian didalam tabel-

tabel sesuai dengan kriterianya. Lalu Peneliti membuat tabel-tabel

bantu untuk mengelompokkan data agar dapat dibaca dan

dipahami. Memasukan data (data entry)

Kegiatan ini adalah proses memasukkan data kedalam

kategori tertentu untuk kemudian dilakukan analisis data dengan

menggunakan komputerasisasi

d. Pembahasan hasil penelitian

Membahas hasil penelitian dan mengkonsultasikannya kepada

pembimbing (Sugiyono, 2019)

2. Analisa data

a. Analisa Univariat

Hidayat (2017) menyatakan analisa univariate merupakan analisis

yang dilakukan terhadap masing-masing dan hasil penelitian untuk

mengetahui distribusi dan presentase dari tiap variable.

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisa yang digunakan untuk mengetahui

hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan


42

menggunakan uji statistic. Analisa bivariat dalam penelitian ini

terdiri dari:

1) Uji normalitas

Uji normalitas data adalah pengujian yang harus dilakukan

sebelum melakukan pengujian hipotesis yang bertujuan untuk

data yang telah dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil

dari populasi normal. Dari hasil uji normalitas menggunakan uji

shapiro wilk diketahui nilai p value nyeri pre kelompok

intervensi 0,00, nyeri post kelompok intervensi dengan nilai p

value 0,01, nyeri pre kelompok kontrol dengan nilai p value 0,00

dan nyeri post kelompok kontrol dengan nilai p value 0,00. Dari

data tersebut dapat disimpulkan bahwa semua data nilai p value

dibawah nilai derajat alpha 0.05 sehingga dapat di simpulkan

semua data berdistribusi tidak normal. Sehingga dalam

melakukan uji berpasangan digunakan uji wilcaxon test.

2) Uji tidak berpasangan

Setelah dilakukan uji normalitas, selanjutnya adalah

menganalisa uji hipotesis. Hasil uji tidak berpasangan

menggunakan uji mann whitney diketahui nilai p value 0,000

yang artinya dibawah nilai derajat alpha 0,05 sehingga dapat

disimpulkan ada pengaruh kompres dingin terhadap nyeri pada

pasien fraktur extrermitas atas di IGD RS Karima Utama.

Kemudian hasil uji hipotesis dari kelompok kontrol diketahui


43

nilai p value 0,763 yang artinya diatas nilai derajat alpha 0,05

sehingga dapat disimpulkan tidak ada perbedaan skala nyeri pre

dan post pasien fraktur extrermitas atas di IGD RS Karima

Utama. Uji perbandingan kelompok intervensi dengan kelompok

kontrol diketahui nilai p value 0.000 sehingga dapat di artikan

terdapat perbedaan pengaruh antara kelompok intervensi dengan

kelompok control pada pasien Closed Fracture extrermitas atas

di IGD RS Karima Utama

I. Etika penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti perlu mendapatkan

rekomendasi dari Stikes Estu Utomo untuk dapat melakaukan penelitian

sesuai dengan judul penelitian. Menurut Hidayat (2017), etika penelitian

diperlukan untuk menghindari terjadinya tindakan yang tidak etis dalam

melakukan penelitian, maka dilakukan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Lembar Persetujuan (Informed consent)

Lembar persetujuan berisi penjelasan mengenai penelitian yang

dilakukan, tujuan penelitian, tata cara penelitian, manfaat yang diperoleh

responden, dan resiko yang mungkin terjadi. Pernyataan dalam lembar

persetujuan jelas dan mudah dipahami sehingga responden tahu

bagaimana penelitian ini dijalankan. Untuk responden yang bersedia

maka mengisi dan menandatangani lembar persetujuan secara sukarela.


44

2. Anonimitas

Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak mencantumkan nama

responden, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode.

3. Confidentiality ( Kerahasiaan )

Confidentiality yaitu tidak akan menginformasikan data dan hasil

penelitian berdasarkan data individual, namun data dilaporkan

berdasarkan kelompok.

4. Sukarela

Peneliti bersifat sukarela dan tidak ada unsur paksaan atau tekanan

secara langsung maupun tidak langsung dari peneliti kepada calon

responden atau sampel yang akan diteliti

J. Alur penelitian

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah

sebagai berikut:

a. Mengajukan ijin penelitian setelah proposal disetujui.

b. Menyiapkan kelengkapan data.

2. Tahap Pelaksanaan

Di bawah ini adalah prosedur teknis secara rinci yang telah akan dlalaui

oleh peneliti dalam memperoleh data peneltian:

a. Peneliti berkoordinasi dengan staff IGD RS Karima Utama.

b. Peneliti memperkenalkan diri kepada calon responden, kemudian

menjelaskan tujuan penelitian kepada calon responden kemudian


45

menjelaskan tujuan penelitian kepeda calon responden. Setelah calon

responden mendapatkan penjelasan dan bersedia menjadi responden

lalu responden mengisi persetujuan ikut berpartisipasi dalam

penelitian.

c. Pemilihan responden dilakukan dengan mengambil pasien yang

disesuaikan dengan tujuan peneltiian. Untuk pasien yang ditemui akan

di sesuaikan dengan kriteria inklusi setelah itu akan diberikan undian

apakah masuk di kelompok intervensi atau kelompok kontrol.

d. Peneliti mengukur skala nyeri pengukuran pertama (pre) pada

kelompok intervensi dan kelompok kontrol

e. Peneliti melakukan intervensi pemberian kompres dingin pada

kelompok intervensi

f. Memberikan waktu 15 menit untuk tindakan kompres dingin

g. Peneliti melakukan pengukuran tingkat nyeri post pada kelompok

intervensi dan kelompok kontrol setelah 15 menit pemberian

intervensi.

h. Dalam proses penelitian, responden di dampingi oleh 1 keluarga.

i. Data yang di dapatkan kemudian di analisa menggunakan program

SPSS

3. Tahap Pelaporan

a. Setelah pengolahan data dilakukan penelitian, peneliti akan

melaporkan hasil penelitian kepada pembimbing.


46

b. Setelah disetujui hasil penelitian akan di presentasikan kepada dosen

pembimbing
47

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran umum lokasi penelitian


RS Karima Utama merupakan Rumah Sakit dengan penanganan khusus

orthopedic dengan visi menjadi rumah sakit bedah terbaik. Untuk

mewujudkan visi tersebut RS Karima Utama memiliki misi memberikan

pelayanan bedah dengan menggutamakan keselamatan pasien dan menjaga

mutu terbaik. Mayoritas pasien di RS Karima Utama merupakan pasien

gangguan patah tulang. IGD RS Karima Utama terdapat 7 tempat tidur yang

sesuai dengan kriteria TRIASE IGD dan mempunyai staff perawat yang

memiliki pelatihan BTCLS/ACLS aktif. Karena RS Karima Utama

merupakan RS khusus orthopedi sehingga sebagian besar pasien merupakan

pasien dengan gangguna orthopedi sehingga peneliti sangat tepat untuk

melakukan penelitian di RS Karima Utama.

B. Hasil penelitian
1. Distribusi frekuensi karakteristik responden
a. Distribusi frekuensi umur responden
Table 4.1
Frekuensi umur responden
Kelompok
Umur
Intervensi Kontrol
Responden
Frekuensi % Frekuensi %
< 20 tahun 2 10% 0 0%
21-30 tahun 9 45% 7 35%
31-40 tahun 6 30% 10 50%
41-50 tahun 2 10% 2 10%
>50tahun 1 5% 1 5%
Total 20 100% 20 100%
Table 4.1 merupakan table distribusi frekuensi umur

responden. Dari table tersebut diketahui mayoritas responden

45
48

kelompok intervensi berumur 21-30 tahun dengan frekuensi 9

responden (45%) sedangkan kelompok control berumur 31-40 tahun

dengan frekuensi 10 responden (50%).

b. Distribusi frekuensi jenis kelamin responden


Table 4.2
Distribusi frekuensi jenis kelamin responden
Kelompok
Jenis kelamin
Intervensi Kontrol
Responden
Frekuensi % Frekuensi %
Laki-laki 11 55% 13 65%
Perempuan 9 45% 7 35%
Total 20 100% 20 100%
Table 4.2 merupakan table distribusi frekuensi jenis kelamin

responden. Dari table tersebut diketahui mayoritas responden berjenis

kelamin laki-laki dengan frekuensi kelompok intervensi 11 responden

(55%) dan kelompok control dengan frekuensi 13 responden (65%).

c. Distribusi frekuensi Pendidikan responden


Table 4.3
Distribusi frekuensi Pendidikan responden
Kelompok
Pendidikan
Intervensi Kontrol
responden
Frekuensi % Frekuensi %
SD 0 0% 2 10%
SMP 3 15% 1 5%
SMA 15 75% 14 70%
D3/S1 2 10% 3 15%
Total 20 100% 20 100%
Tabel 4.3 merupakan tabel distribusi frekuensi Pendidikan

responden. Dari hasil tersebut diketahui mayoritas responden

berpendidikan SMA dengan frekuensi dikelompok intervensi 15

responden (75%) dan frekuensi di kelompok control 14 responden

(70%).
49

d. Distribusi frekuensi pekerjaan responden


Tabel 4.4
Distribusi frekuensi pekerjaan responden
Kelompok
Pekerjaan
Intervensi Kontrol
Responden
Frekuensi % Frekuensi %
Tidak Bekerja 0 0% 1 5%
IRT 5 25% 1 5%
Petani 5 25% 0 0%
Pedagang 2 10% 6 30%
Pns 0 0% 2 10%
Kary Swasta 8 40% 10 50%
Total 20 100% 20 100%
Tabel 4.4 merupakan tabel distribusi frekuensi pekerjaan

responden. Dari hasil tersebut diketahui mayoritas responden bekerja

sebagai karyawan swasta dengan frekuensi dikelompok intervensi 8

responden (40%) dan frekuensi di kelompok control 10 responden

(50%).

2. Analisa univariat
a. Nyeri kelompok intervensi
Tabel 4.5
Distribusi frekuensi skala nyeri kelompok intervensi

Mean SD Median Min Max


Pre 7,50 0,513 7,50 7 8
Post 4,15 0,813 4,00 3 5
Tabel 4.5 merupakan tabel sebaran data skala nyeri kelompok

intervensi. Dari tabel tersebut diketahui sebelum intervensi terdapat

rata-rata nyeri pasien kelompok intervensi 7,5. Sedangkan sesudah

intervensi rata-rata skala nyeri responden 4,15. Dari hasil tersebut juga

diketahui skala nyeri minimal kelompok intervensi sebelum intervensi

adalah 7 dan maksimal 8. Sedangkan sesudah intervensi skala nyeri


50

minimal adalah 3 dan maxsimal adalah 5.

b. Nyeri kelompok kontrol

Tabel 4.6
Distribusi frekuensi skala nyeri kelompok kontrol
Mean SD Median Min Max
Pre 7,50 0,606 8,00 6 8
Post 7,45 0,825 8,00 5 8
Tabel 4.6 merupakan tabel sebaran data skala nyeri kelompok

kontrol. Dari tabel tersebut diketahui pengukuran pre terdapat rata-rata

nyeri pasien kelompok kontrol 7,5. Sedangkan pengukuran post rata-

rata skala nyeri responden 7,45. Dari hasil tersebut juga diketahui

skala nyeri minimal kelompok kontrol pre adalah 6 dan maksimal 8.

Sedangkan penggukuran post skala nyeri minimal adalah 8 dan

maxsimal adalah 8.

3. Analisa bivariat
a. Uji normalitas
Tabel 4.7
Hasil uji normalitas
n P value
Nyeri Pre kel intervensi 20 0,000
Nyeri Post kel intervensi 20 0,01
Nyeri pre kel control 20 0,000
Nyeri post kel control 20 0,000
Tabel 4.7 merupakan tabel hasil uji normalitas menggunakan

uji shapiro wilk. Dari tabel tersebut diketahui semua data mempunyai

nilai p value dibawah nilai derajat alpha 0.05 sehingga dapat di

simpulkan semua data berdistribusi tidak normal. Sehingga dalam

melakukan uji berpasangan digunakan uji wilcaxon test.


51

b. Hasil uji kelompok intervensi

Tabel 4.8 Hasil Analisis Uji Wilcoxon Pengaruh Pemberian Kompres


Dingin Terhadap Nyeri Pasien Fraktur Ekstremitas pada
Kelompok Intervensi
Median
Mean±SD p
(Min-Maks)
Nyeri sebelum pemberian 7,5 7,5±0,513 0,001
kompres dingin (7-8)
Nyeri sesudah pemberian 4 4,15±0,813
kompres dingin (3-5)

Tabel 4.8 merupakan tabel hasil uji wilcaxon untuk kelompok

intervensi. Dari tabel tersebut diketahui nilai p value 0,000 yang

artinya dibawah nilai derajat alpha 0,05 sehingga dapat disimpulkan

ada pengaruh kompres dingin terhadap nyeri pada pasien fraktur

extrermitas atas di IGD Rs Karima Utama.

c. Hasil uji kelompok kelompok kontrol


Tabel 4.9 Hasil Analisis Uji Wilcoxon Pada Kelompok Kontrol
Median
Mean±SD p
(Min-Maks)
Nyeri Pre Kelompok Kontrol 8 7,5±0,606 0,763
(6-8)
Nyeri Post Kelompok 8 7,45±0,825
Kontrol (5-8)

Tabel 4.8 merupakan tabel hasil uji wilcaxon untuk kelompok

kontrol. Dari tabel tersebut diketahui nilai p value 0,763 yang artinya

diatas nilai derajat alpha 0,05 sehingga dapat disimpulkan tidak ada

perbedaan skala nyeri pre dan post pasien fraktur extrermitas atas di

IGD Rs Karima Utama.


52

d. Uji Mannwhitney antara kelompok intervensi dengan kelompok


kontrol

Tabel 4.9 Hasil Analisis Uji Mann-Whitney Perbandingan Perubahan


Nyeri pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
Median
Mean±SD p
(Min-Maks)
Nyeri Kelompok Intervensi 3 3,35±0,813 0,001
(2-5)
Nyeri Kelompok Kontrol 0 0,05±0,759
(-1-2)

Tabel 4.10 merupakan tabel hasil uji mann whitney antara

kelompok intervensi dengan kelompok control. Dari uji tersebut

diketahui nilai p value 0.001 sehingga dapat di artikan terdapat

perbedaan pengaruh antara kelompok intervensi dengan kelompok

control pada pasien Closed Fracture extrermitas atas di IGD RS

Karima Utama.
53

BAB V
PEMBAHASAN
A. Analisa univariat

1. Nyeri kelompok intervensi

Hasil penelitian diketahui sebelum intervensi terdapat rata-rata

nyeri pasien kelompok intervensi 7.5. Sedangkan sesudah intervensi

rata-rata skala nyeri responden 4.15. Dari hasil tersebut juga diketahui

skala nyeri minimal kelompok intervensi sebelum intervensi adalah 7

dan maksimal 8. Sedangkan sesudah intervensi skala nyeri minimal

adalah 3 dan maxsimal adalah 5. Hasil penelitian tersebut di dukung

oleh penelitian Mediarti (2015) yang dalam penelitiannya menyatakan

nyeri terendah adalah 5 dan nyeri tertinggi adalah 8. Dan hasil

estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-

rata nyeri sebelum dilakukan kompres dingin adalah diantara 5,85

sampai dengan 6,95.

Hasil penelitian oleh Maulidia (2022) menyebutkan bahwa

dalam penelitiannya terdapat 28 responden (84,8%) merasakan nyeri

sedang sebelum diberikan intervensi Sedangkan tingkat nyeri sesudah

dilakukan intervensi yaitu sebanyak 22 responden (66,7%) nyeri

ringan.

Menurut pendapat peneliti, nyeri yang timbul pada pasien

fraktur disebabkan karena adanya kerusakan jaringan tubuh yang

disebabkan karena fraktur dan karena spasme otot sebagai salah satu

respon tubuh adanya kerusakan jaringan tubuh itu juga, persepsi setiap
54

individu dalam menanggapi nyeri itu berbeda-beda, tergantung

bagaimana individu itu mengartikan nyeri, apakah sebagai sesuatu

yang positif atau negatif serta banyak sekali faktor-faktor yang

mempengaruhi persepsi seseorang terhadap nyeri misalnya usia, jenis

kelamin, pengalaman nyeri sebelumnya dan Pendidikan responden.

Beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri tersebut sejalan

dengan hasil penelitian dari karakteristik responden berdasarkan usia,

tingkat pendidikan dan pekerjaan. Dari hasil penelitian diketahui

mayoritas responden kelompok intervensi berumur 21-30 tahun

dengan frekuensi 9 responden (45%) sedangkan kelompok control

berumur 31-40 tahun dengan frekuensi 10 responden (50%). Hal

tersebut menunjukan bahwa mayoritas responden adalah dewasa. Di

dukung oleh penelitian

Menurut teori dari Potter (2013) Timbulnya nyeri berkaitan

erat dengan reseptor dan adanya rangsangan Reseptor nyeri yang

dimaksud adalah nociceptor. Reseptor nyeri dapat memberikan

Respons akibat adanya rangsangan. Rangsangan tersebut dapat berupa

kimiawi, termal, atau mekanis. Stimulasi oleh zat kimiawi misalnya

histamin dan prostaglandin, atau stimulasi yang dilepas apabila

terdapat kerusakan pada jaringan.

Perubahan nyeri pada responden tersebut disebabkan oleh

pemberian kompres dingin. Sesuai dengan teori Kozier (2010),

kompres dingin dapat menurunkan nyeri dan merelaksasi otot serta


55

menurunkan kontraktilitas otot dengan cara menurunkan

prostaglandin, yang memperkuat sensitivitas reseptor nyeri dan

subkutan lain pada tempat cedera dengan menghambat proses

inflamasi. Efek fisiologis terapi dingin dapat menurunkan suhu pada

kulit dan jaringan yang berada dibawahnya serta dapat menyebabkan

vasokontriksi. Vasokontriksi menurunkan aliran darah ke area yang

terkena kemudian dapat mengurangi suplai oksigen serta metabolik,

menurunkan kecepatan pembuangan zat sisa, dan menyebabkan pucat

dan dingin pada kulit.

2. Nyeri kelompok kontrol

Hasil penelitian diketahui pengukuran pre terdapat rata-rata

nyeri pasien kelompok kontrol 7.5. Sedangkan pengukuran post rata-

rata skala nyeri responden 7.45. Dari hasil tersebut juga diketahui

skala nyeri minimal kelompok kontrol pre adalah 6 dan maksimal 8.

Sedangkan penggukuran post skala nyeri minimal adalah 8 dan

maxsimal adalah 8.Menurut peneliti hasil penelitian pada kelompok

control tersebut menyatakan tidak terdapat perubahan nyeri. Pada

kelompok control tidak diberikan kompres dingin pada responden,

hanya dilakukan pengukuran nyeri pertama dan kedua. Namun untuk

tetap melakukan SOP penanganan nyeri pertama di IGD RS karima

utama, diberikan bidai dan pasien di anjurkan untuk melakukan nafas

dalam agar nyeri dapat terkontrol.

Andarmoyo (2013) menjelaskan bahwa Intensitas nyeri adalah


56

gambaran tentang seberapa parah nyeri yang dirasakan oleh individu.

Pengukuran intensitas nyeri bersifat sangat subjektif dan nyeri dalam

intensitas yang sama dirasakan berbeda oleh dua orang yang berbeda.

Nyeri dinilai berdasarkan tingkah laku manusia, yang secara kultur

berpengaruh, sehingga latar belakang mempengaruhi ekspresi dan

pemahaman terhadap nyeri. Nyeri juga diartikan sebagai kondisi

berupa perasaan tidak nyaman yang sifatnya sangat subjektif karena

perasaan nyeri yang dirasakan setiap individu berbeda dalam hal skala

maupun tingkatannya, dengan demikian yang dapat menjelaskan dan

mengevaluasi rasa nyeri tersebut hanyalah pasien.

Pada penelitian ini, nyeri yang dirasakan responden disebabkan

oleh fraktur. Sirait (2019) menjelaskan faktur adalah terputusnya

kontinuitas jaringan tulang baik total, partial yang dapat mengenai

tulang panjang dan sendi jaringan otot dan pembuluh darah trauma

yang disebabkan oleh stress pada tulang, terjatuh dari ketinggian,

kecelakaan kerja, cedera saat olah raga, fraktur degeneratif

(osteoporosis, kanker, tumor tulang) dan ditandai dengan Look: tanda

yang yang terlihat, adanya deformitas berupa tonjolan yang abnormal,

lebam, kulit memerah, adanya ekimosis, angulasi, rotasi serta

pemendekan, feel: nyeri, move: krepitasi dan terasa nyeri saat

digerakkan, gangguan fungsi pergerakan.

B. Analisa bivariat
57

1. Hasil uji kelompok berpasangan kelompok intervensi

Hasil penelitian uji hipotesis menggunakan uji wilcoxon test

diketahui nilai p value 0.000 yang artinya dibawah nilai derajat alpha

0.05 sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh kompres dingin

terhadap nyeri pada pasien Closed Fracture extrermitas atas di IGD

Rs Karima Utama. Hasil tersebut menunjukan bahwa kompres dingin

dapat merubah skala nyeri pasien. Kompres dingin bekerja dengan

menstimulasi permukaan kulit untuk mengontrol nyeri Terapi dingin

yang diberikan akan mempengaruhi impuls yang dibawa oleh serabut

taktil A-Beta untuk lebih mendominasi sehingga “gerbang” akan

menutup dan impuls nyeri akan terhalangi. Nyeri yang dirasakan akan

berkurang atau hilang untuk sementara waktu (Prasetyo, 2010).

Dalam bidang keperawatan kompres dingin banyak digunakan

untuk mengurangi rasa nyeri. Pada aplikasi dingin memberikan efek

fisiologis yakni menurunkan respon inflamasi, menurunkan aliran

darah dan mengurangi edema, mengurangi rasa nyeri lokal (Tamsuri,

2015). Teknik ini berkaitan dengan teori gate control dimana stimulasi

kulit berupa kompres dingin dapat mengaktivasi transmisi serabut

saraf sensorik A-Beta yang lebih besar dan lebih cepat. Hal ini

menutup “gerbang” sehingga menurunkan transmisi nyeri melalui

serabut C dengan diameter yang kecil (Potter & Perry, 2014).

Sesuai dengan teori dari Price dan Wilson (2016) yang

menjelaskan bahwa pada umumnya dingin lebih mudah menembus


58

jaringan dibandingkan dengan panas. Ketika otot sudah mengalami

penurunan suhu akibat aplikasi dingin, efek dingin dapat bertahan

lebih lama dibandingkan dengan panas karena adanya lemak subkutan

yang bertindak sebagai insulator.

Hasil penelitian ini di dukung oleh penelitian sebelumnya yang

dilakukan Mujahidin (2018) yang dalam penelitannya menunjukan

nilai p value 0.000 < 0.05 yang artinya terdapat pengaruh yang cukup

signifikan kompres dingin terhadap penurunan nyeri fraktur pada

pasien di Wilayah Kabupaten Provinsi Sumatera Selatan.

Penelitian lain oleh Sirait (2019) yang dalam penelitiannya

menunjukan terdapat perbedaan intensitas nyeri sebelum dan setelah

dilakukan kompres dingin dengan nilai p value 0.046 pada pasien

fraktur femur di RSU Gunung Jati Cirebon.

2. Hasil uji kelompok berpasangan kelompok kontrol

Hasil penelitian uji hipotesis kelompok kontrol menggunakan

uji wilcoxon test diketahui diketahui nilai p value 0.763 yang artinya

diatas nilai derajat alpha 0.05 sehingga dapat disimpulkan tidak ada

pengaruh perbedaan nyeri pre dan post pada kelompok kontrol. Pada

proses penelitian, kelompok kontrol tidak diberikan pemberian

kompres dingin. Namun dalam setelah pengukuran nyeri pertama,

responden tetap diberi tindakan berupa pemasangan bidai dan edukasi

untuk mengontrol nyeri, hal tersebut dikarenakan peneliti harus teteap

melakukan tindakan di IGD sesuai dengan SOP penerimaan pasien di


59

IGD RS Karima Utama.

Tidak adanya perubahan yang signifikan pada kelompok

kontrol menunjukan bahwa pemberian terapi kompres dingin sebagai

tindakan sementara sebelum pemberian analgesik memang perlu

dilakukan. Nyeri yang dirasakan oleh responden bersifat tajam dan

menusuk. Hal ini di dukung oleh teori dari (Helmi (2012) yang

menjelaskan bahwa salahsatu manifestasi klinik pada penderita fraktur

dalah nyeri yang merupakan gejala paling sering dirasakan pada

gangguan muskoloskeletal. Nyeri pada kasus fraktur tulang bersifat

tajam dan menusuk sehingga dapat menimbuklkan infeksi tulang

akibat spasme otot atau penekanan saraf sensoris.

3. Perbandingan antara kelompok intervensi dengan kelompok

kontrol

Untuk melihat perbedaan pada kelompok intervensi dan

kelompok kontrol, dilakukan uji mann whitney karena kedua data

memiliki sebaran data tidak normal. Dari uji tersebut diketahui nilai p

value 0.000 sehingga dapat di artikan terdapat perbedaan pengaruh

antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol pada pasien

Closed Fracture extrermitas atas di IGD RS Karima Utama. Dari uji

tersebut menunjukan bahwa penurunan nyeri pada kelompok

intervensi lebih signifikan karena diberikan kompres dingin. Menurut

peneliti, kompres dingin ini akan menimbulkan efek analgesik lokal


60

yang dapat menghambat kecepatan hantaran saraf sehingga impuls

nyeri yang dikirim ke otak berkurang. Peneliti juga berasumsi bahwa

semua terapi relaksasi sebagai terapi nonfarmakologi dapat digunakan

untuk menurunkan nyeri pada pasien fraktur. Terlebih untuk

penanganan sementara sebelum pemberian terapi farmakologi. Proses

administrasi di IGD membutuhkan waktu yang cukup lama, dan

karena pemberian analgesik bisa diberikan apabila keluarga sudah

menyelesaikan proses administrasi, maka pemberian terapi non

farmakologi seperti kompres dingin ini menjadi sangat bermanfaat

bagi pasien.

Kompres dingin dapat menurunkan kecepatan konduksi saraf

atau nerve conduction velocity (NCV) dan penghambatan nosiseptor.

Perubahan NCV, terkait dengan peningkatan ambang nyeriatau Pain

Threshold (PTH) dan toleransi nyeri atau Pain Tolerance (PTO).

Nerve Conduction Velocity secara signifikan semakin berkurang

bersamaan dengan penurunan suhu kulit selama kompres dingin.

Terjadi pengurangan yang setara dengan 0,4 m/s penurunan NCV

untuk setiap 1°C penurunan suhu kulit. Menurunnya kecepatan

hantaran syaraf dan penghambatan nosiseptor menyebabkan nyeri

tidak segera sampai ke Medula Spinalis sehingga sensasi akan

diterjemahkan lebih lambat. Didukung dengan peningkatan ambang

nyeri yang mengakibatkan toleransi terhadap nyeri akan meningkat,

sehingga nyeri akan dirasa lebih ringan (Pranowo, Prasetyo and


61

Handayani, 2016).

Hasil penelitian ini di dukung oleh penelitian dari Kristanto

dan Arofiati (2016) tentang efektifitas penggunaan cold pack

dibandingkan relaksasi nafas dalam untuk mengatasi nyeri pasca

ORIF. Dalam penelitian tersebut menunjukan bahwa pemberian cold

pack memiliki efektifitas lebih besar dibandingkan pemberian

relaksasi nafas dalam.

Hasil penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang

dilakukan oleh Evvendi (2017) yang dalam penelitiannya menunjukan

tidak ada perbedaan efektivitas dalam pemberian kompres dingin dan

Slow Deep Breathing terhadap intensitas nyeri pada pasien fraktur

extrermitas bawah.

Hasil penelitian ini juga di dukung oleh teori dari Black and

Hawks (2014) yang menjelaskan bahwa Keefektifan kompres dingin

tidak bergantung pada stimulasi serabut A-delta, namun es

menurunkan konduksi velositas dari serabut saraf nosiseptif, membuat

serabut tersebut tidak mampu mentransmisikan sinyal nyeri ke

Medula Spinalis. Impuls dingin secara khusus mempengaruhi

polymodal Dikasus lain, penelitian yang dilakukan oleh Irawan (2018)

menunjukan bahwa kompres dingin lebih efektif dalam menurunkan

nyeri dibanding dengan tekhnik relaksasi nafas dalam. Kemudian

penelitian Marsia (2018) lebih menguatkan penggunaan cold pack

untuk menurunkan nyeri. Dalam penelitian tersebut meneliti


62

efektifitas cold pack modifikasi terhadap penurunan skala nyeri pada

pasien post operasi di ruang Bedah RSUD DR Abdul Aziz tahun

2018. Dalam penelitian tersebut menunjukan bahwa pemberian cold

pack modifikasi lebih efektif menurunkan nyeri dan memberikan

kenyamanan lebih signifikan dibandingkan pemberian cold pack

original. Nociceptive reseptor serabut syaraf tipe C yang bekerja

lambat < 3 detik sampai dengan disadari oleh seseorang.

C. Keterbatasan penelitian

1. Terdapat beberapa calon responden yang alergi dingin, sehingga tidak

dapat dijadikan sampel penelitian

2. Terdapat beberapa calon responden yang sudah mendapatkan terapi

farmakologi dari RS sebelumnya. Sehingga tidak dapat dijadikan sampel

penelitian

3. Keluhan nyeri bersifat subjektif, sehinggi dapat dipengaruhi oleh banyak

faktor.
63

BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan

Setelah dilakukan penelitian, kemudian di olahdata dan dibandingkan dengan

jurnal penelitian sebelumnya, maka simpulan dalam penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitian diketahui sebelum intervensi terdapat rata-rata nyeri

pasien kelompok intervensi 7,5. Sedangkan sesudah intervensi rata-rata

skala nyeri responden 4,15. Dari hasil tersebut juga diketahui skala nyeri

minimal kelompok intervensi sebelum intervensi adalah 7 dan maksimal

8. Sedangkan sesudah intervensi skala nyeri minimal adalah 3 dan

maxsimal adalah 5.

2. Hasil penelitian pengukuran pre terdapat rata-rata nyeri pasien kelompok

kontrol 7,5. Sedangkan pengukuran post rata-rata skala nyeri responden

7,45. Dari hasil penelitian juga diketahui skala nyeri minimal kelompok

kontrol pre adalah 6 dan maksimal 8. Sedangkan penggukuran post skala

nyeri minimal adalah 8 dan maxsimal adalah 8.


64

3. Hasil uji beda antara kelompok intervesi dengan kelompok kontrol

menggunakan uji mann whitney di dapatkan nilai p value 0.000 sehingga

dapat di artikan terdapat perbedaan pengaruh antara kelompok intervensi

dengan kelompok kontrol pada pasien Closed Fracture extrermitas atas

di IGD RS Karima Utama

B. Saran

1. Bagi responden

Hasil penelitian ini di harapakan dapat mengajarkan dan memberikan

gambaran bagi pasien maupun keluarga bahwa kompres dingin dapat

menurun nyeri

2. Bagi penelitian selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi jurnal penunjang bagi

penelitian selanjutnya yang akan meneliti nyeri fraktur pada pasien.

3. Bagi RS Karima Utama

Hasil penelitian ini diiharapkan dapat menjadi dasar dalam menyususn

SOP pemberian kompres dingin bagi pasien di IGD RS Karima Utama

4. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan diperpustakaan offline

maupun online sehingga dapat ikut serta dalam meningkatkan

pengetahuan siswa.
65

DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: A-Ruzz


Media
Arovah (2017). “Fisioterapi Olahraga”. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Black dan Hawks, (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta:
Salemba

Faradisi (2012).Perbedaan Efektifitas Pemberian Terapi Murottal dengan Terapi


Musik Klasik terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre
Operasi Fraktur Ekstremitas di Rumah Sakit dr.Moewardi Surakarta.
Skripsi, tidak dipublikasikan Surakarta. Universitas Muhammadiyah
Surakarta, Indonesia.
Ghassani et al., (2016).Pengaruh pemberian aromaterapi lavender dan teknik
relaksasi nafas dalam terhadap skala nyeri pada pasien post operasi
fraktur ekstremitas di rs pku muhammadiyah gamping. Universitas
Muhammadyah Yogyakarta
Helmi ZN, (2012). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba
Medika;
Joyce, (2014).Medical Surgical Nursing vol 2. Jakarta: Salemba Medika
Kozier & Erb. (2016). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses &
Praktik. Jakarta : EGC
Moore, (2015).technical aspects and their effects on outcome, in patients with
fractures of the neck of femur. Injury, Int. J. Care Injured
Millar, (2011). Medical- Surgical Nursing Critical Thinking for Person-Centred
Care
Moseley. (2014). Trigger Finger. American Academy of Orthopaedic Surgeons
Mutaqim (2013).Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika..
66

Nurarif, 2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis dan


Nanda NIc-NOC. (3, Ed.). Jogjakarta: Mediaction publiser
Purwanto (2016). Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: Kemenkes R
Potter & Perry (2014) . Buku Ajar Fudamental Keperawatan. Jakarta: EGC

Ramdhanie dan Nugraha (2018). Kompres dingin menggunakan cool


pack efektif menurunkan nyeri saat tindakan pungsi vena pada anak
usia
sekolah
Riskesdas, 2018. Laporan nasional 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan. Kementerian RI.
Smeltzer, 2013.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth,
edisi 8. Jakarta : EGC.
Suryani dan Soesanto.2020.Penurunan intensitas nyeri pada pasien fraktur tertutup
dengan pemberian terapi kompres dingin. Sarjana / Sarjana Terapan
(S1/D4) thesis, Universitas Muhammadiyah Semarang.
Sulistyo, 2013. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media
Tamsuri (2012) Konsep Dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: Penerbit Buku.
Kedokteran EGC
Thurayya. 2013. Hubungan Antara Keseimbangan Dinamis Tubuh Terhadap
Risiko Cedera Ankle Pada Pemain Sepakbola. Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Triyani & Eugenie. 2018.Efektifitas manajemen nyeri dengan kompres dan
relaksasiterhadap nyeri saat persalinan kala ifase aktif. Poltekes
kemenkes jakarta
Tilak, 2016.Comparative effect of crushed ice and cold wrap elastogel on ankle
sprain.internationaljournal of Medical and Exercise Science, Vol 2,
150-157.
Wahid, 2012. Dokumentasi Proses Keperawatan (1st ed.). Yogyakarta: Nuha
Medika
67

LAMPIRAN I DOKUMENTASI
68
69

LAMPIRAN II Data output pengolahan spss

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kategori umur responden * 40 100,0% 0 0,0% 40 100,0%


KELOMPOK
Jenis Kelamin Responden * 40 100,0% 0 0,0% 40 100,0%
KELOMPOK

kategori umur responden * KELOMPOK Crosstabulation

KELOMPOK Total

intervensi kontrol

Count 2 0 2
<20 tahun
% within KELOMPOK 10,0% 0,0% 5,0%

Count 9 7 16
21-30
% within KELOMPOK 45,0% 35,0% 40,0%

Count 6 10 16
kategori umur responden 31-40
% within KELOMPOK 30,0% 50,0% 40,0%

Count 2 2 4
41-50
% within KELOMPOK 10,0% 10,0% 10,0%

Count 1 1 2
>50tahun
% within KELOMPOK 5,0% 5,0% 5,0%
Count 20 20 40
Total
% within KELOMPOK 100,0% 100,0% 100,0%
70

Jenis Kelamin Responden * KELOMPOK Crosstabulation

KELOMPOK Total

intervensi kontrol

Count 11 13 24
Laki-laki
% within KELOMPOK 55,0% 65,0% 60,0%
Jenis Kelamin Responden
Count 9 7 16
Perempuan
% within KELOMPOK 45,0% 35,0% 40,0%
Count 20 20 40
Total
% within KELOMPOK 100,0% 100,0% 100,0%
71

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pendidikan responden * 40 100,0% 0 0,0% 40 100,0%


KELOMPOK
Pekerjaan Responden * 40 100,0% 0 0,0% 40 100,0%
KELOMPOK

Pendidikan responden * KELOMPOK Crosstabulation

KELOMPOK Total

intervensi kontrol

Count 0 2 2
SD
% within KELOMPOK 0,0% 10,0% 5,0%

Count 3 1 4
SMP
% within KELOMPOK 15,0% 5,0% 10,0%
Pendidikan responden
Count 15 14 29
SMA
% within KELOMPOK 75,0% 70,0% 72,5%

Count 2 3 5
D3/S1
% within KELOMPOK 10,0% 15,0% 12,5%
Count 20 20 40
Total
% within KELOMPOK 100,0% 100,0% 100,0%
72

Pekerjaan Responden * KELOMPOK Crosstabulation

KELOMPOK Total

Intervensi kontrol

Count 0 1 1
TIDAK BEKERJA
% within KELOMPOK 0,0% 5,0% 2,5%

Count 5 1 6
Ibu rumah tanga
% within KELOMPOK 25,0% 5,0% 15,0%

Count 5 0 5
PETANI
% within KELOMPOK 25,0% 0,0% 12,5%
Pekerjaan Responden
Count 2 6 8
PEDAGANG
% within KELOMPOK 10,0% 30,0% 20,0%

Count 0 2 2
PNS
% within KELOMPOK 0,0% 10,0% 5,0%

Count 8 10 18
KAR SWASTA
% within KELOMPOK 40,0% 50,0% 45,0%
Count 20 20 40
Total
% within KELOMPOK 100,0% 100,0% 100,0%
73

NYERI PRE * KELOMPOK Crosstabulation

KELOMPOK Total

intervensi kontrol

Count 0 1 1
6
% within KELOMPOK 0,0% 5,0% 2,5%

Count 10 8 18
NYERI PRE 7
% within KELOMPOK 50,0% 40,0% 45,0%

Count 10 11 21
8
% within KELOMPOK 50,0% 55,0% 52,5%
Count 20 20 40
Total
% within KELOMPOK 100,0% 100,0% 100,0%
74

NYERI POST * KELOMPOK Crosstabulation

KELOMPOK Total

intervensi kontrol

Count 5 0 5
3
% within KELOMPOK 25,0% 0,0% 12,5%

Count 7 0 7
4
% within KELOMPOK 35,0% 0,0% 17,5%

Count 8 1 9
5
% within KELOMPOK 40,0% 5,0% 22,5%
NYERI POST
Count 0 1 1
6
% within KELOMPOK 0,0% 5,0% 2,5%

Count 0 6 6
7
% within KELOMPOK 0,0% 30,0% 15,0%

Count 0 12 12
8
% within KELOMPOK 0,0% 60,0% 30,0%
Count 20 20 40
Total
% within KELOMPOK 100,0% 100,0% 100,0%
75

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

NYERI PRE KEL 20 100,0% 0 0,0% 20 100,0%


INTERVENSI
NYERI POST KEL 20 100,0% 0 0,0% 20 100,0%
INTERVENSI
NYERI PRE KONTROL 20 100,0% 0 0,0% 20 100,0%
NYERI POST KONTROL 20 100,0% 0 0,0% 20 100,0%

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

NYERI PRE KEL ,335 20 ,000 ,641 20 ,000


INTERVENSI
NYERI POST KEL ,252 20 ,002 ,797 20 ,001
INTERVENSI
NYERI PRE KONTROL ,345 20 ,000 ,723 20 ,000
NYERI POST KONTROL ,347 20 ,000 ,696 20 ,000

a. Lilliefors Significance Correction


76

Statistics

NYERI PRE NYERI POST NYERI PRE NYERI POST


KEL KEL KONTROL KONTROL
INTERVENSI INTERVENSI

Valid 20 20 20 20
N Missin 0 0 0 0
g
Mean 7,50 4,15 7,5000 7,4500
Median 7,50 4,00 8,0000 8,0000
Mode 7a
5 8,00 8,00
Std. Deviation ,513 ,813 ,60698 ,82558
Minimum 7 3 6,00 5,00
Maximum 8 5 8,00 8,00

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Negative Ranks 20a


10,50 210,00
NYERI POST KEL
Positive Ranks 0b ,00 ,00
INTERVENSI - NYERI PRE KEL
Ties 0 c

INTERVENSI
Total 20
Negative Ranks 4d 5,00 20,00

NYERI POST KONTROL - Positive Ranks 4e


4,00 16,00
NYERI PRE KONTROL Ties 12f

Total 20

a. NYERI POST KEL INTERVENSI < NYERI PRE KEL INTERVENSI


b. NYERI POST KEL INTERVENSI > NYERI PRE KEL INTERVENSI
c. NYERI POST KEL INTERVENSI = NYERI PRE KEL INTERVENSI
d. NYERI POST KONTROL < NYERI PRE KONTROL
e. NYERI POST KONTROL > NYERI PRE KONTROL
f. NYERI POST KONTROL = NYERI PRE KONTROL
77

Test Statisticsa

NYERI POST KEL NYERI POST


INTERVENSI - KONTROL -
NYERI PRE KEL NYERI PRE
INTERVENSI KONTROL

Z -4,005b -,302b
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000 ,763

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on positive ranks.

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

PERUBAHAN_NYE 40 100,0% 0 0,0% 40 100,0%


RI * KELOMPOK

PERUBAHAN_NYERI * KELOMPOK Crosstabulation

KELOMPOK Total

intervensi kontrol

Count 20 4 24
TURUN
% within KELOMPOK 100,0% 20,0% 60,0%

PERUBAHAN_NY Count 0 12 12
TETAP
ERI % within KELOMPOK 0,0% 60,0% 30,0%

Count 0 4 4
NAIK
% within KELOMPOK 0,0% 20,0% 10,0%
Count 20 20 40
Total
% within KELOMPOK 100,0% 100,0% 100,0%
78

Mann-Whitney Test
Ranks

KELOMPOK N Mean Rank Sum of Ranks

intervensi 20 12,50 250,00

PERUBAHAN_NYERI kontrol 20 28,50 570,00

Total 40

Test Statisticsa

PERUBAHAN_NY
ERI

Mann-Whitney U 40,000
Wilcoxon W 250,000
Z -4,976
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,000b

a. Grouping Variable: KELOMPOK


b. Not corrected for ties.
79

LAMPIRAN III DATA PENELITIAN

Data penelitian
NYERI
Jenis PENDI Kat Perubahan
Nama KELOMPOK UMUR Pekerjaan Nyeri Nyeri
Kelamin DIKAN Umur Nyeri
Pre Post
resp_1 intervensi 34 Laki-laki SMA KAR SWASTA 8 5 31-40 TURUN
resp_2 intervensi 25 Laki-laki SMA KAR SWASTA 8 5 21-30 TURUN
resp_3 intervensi 30 Laki-laki SMA KAR SWASTA 8 4 21-30 TURUN
<20
resp_4 intervensi 18 Laki-laki SMA KAR SWASTA 8 4 tahun TURUN
<20
resp_5 intervensi 15 Perempuan D3/S1 KAR SWASTA 7 4 tahun TURUN
resp_6 intervensi 23 Perempuan SMP Ibu rumah tanga 8 5 21-30 TURUN
resp_7 intervensi 30 Laki-laki SMA PETANI 7 4 21-30 TURUN
resp_8 intervensi 35 Laki-laki SMA PETANI 8 5 31-40 TURUN
resp_9 intervensi 35 Perempuan SMP Ibu rumah tanga 8 5 31-40 TURUN
resp_10 intervensi 35 Perempuan SMA Ibu rumah tanga 8 5 31-40 TURUN
resp_11 intervensi 28 Perempuan SMA PETANI 7 5 21-30 TURUN
resp_12 intervensi 34 Laki-laki SMA PEDAGANG 7 3 31-40 TURUN
resp_13 intervensi 22 Laki-laki D3/S1 KAR SWASTA 7 3 21-30 TURUN
resp_14 intervensi 25 Laki-laki SMA KAR SWASTA 7 4 21-30 TURUN
resp_15 intervensi 29 Laki-laki SMA KAR SWASTA 7 3 21-30 TURUN
resp_16 intervensi 35 Laki-laki SMA PEDAGANG 7 5 31-40 TURUN
resp_17 intervensi 25 Perempuan SMP Ibu rumah tanga 8 3 21-30 TURUN
resp_18 intervensi 44 Perempuan SMA PETANI 8 3 41-50 TURUN
>50tahu
resp_19 intervensi 52 Perempuan SMA PETANI 7 4 n TURUN
resp_20 intervensi 45 Perempuan SMA Ibu rumah tanga 7 4 41-50 TURUN
resp_21 kontrol 21 Laki-laki SMA KAR SWASTA 7 8 21-30 NAIK
resp_22 kontrol 26 Perempuan SMA KAR SWASTA 8 8 21-30 TETAP
resp_23 kontrol 34 Perempuan SMA KAR SWASTA 7 7 31-40 TETAP
resp_24 kontrol 29 Laki-laki SMA PEDAGANG 7 7 21-30 TETAP
resp_25 kontrol 32 Laki-laki D3/S1 PNS 6 5 31-40 TURUN
resp_26 kontrol 36 Laki-laki SMA KAR SWASTA 7 7 31-40 TETAP
TIDAK >50tahu
resp_27 kontrol 52 Laki-laki SD BEKERJA 7 8 n NAIK
resp_28 kontrol 45 Laki-laki SD PEDAGANG 7 8 41-50 NAIK
resp_29 kontrol 25 Perempuan SMP Ibu rumah tanga 8 8 21-30 TETAP
resp_30 kontrol 24 Perempuan SMA KAR SWASTA 8 8 21-30 TETAP
resp_31 kontrol 34 Perempuan SMA KAR SWASTA 8 7 31-40 TURUN
resp_32 kontrol 32 Laki-laki D3/S1 PNS 8 8 31-40 TETAP
resp_33 kontrol 40 Laki-laki SMA PEDAGANG 8 8 31-40 TETAP
resp_34 kontrol 36 Laki-laki SMA PEDAGANG 7 7 31-40 TETAP
80

resp_35 kontrol 29 Laki-laki SMA PEDAGANG 8 7 21-30 TURUN


resp_36 kontrol 33 Laki-laki D3/S1 PEDAGANG 8 8 31-40 TETAP
resp_37 kontrol 27 Perempuan SMA KAR SWASTA 8 8 21-30 TETAP
resp_38 kontrol 42 Laki-laki SMA KAR SWASTA 7 8 41-50 NAIK
resp_39 Control 31 Laki-laki SMA KAR SWASTA 8 8 31-40 TETAP
resp_40 Control 35 Perempuan SMA KAR SWASTA 8 6 31-40 TURUN
81

Lampiran 1V
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada,
Yth. Calon Responden Penelitian
Di Rumah Sakit Karima Utama

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Agus Sriyono
Nim : 22021118

Merupakan mahasiswa stikes estu utomo boyolali yang bermaksud akan


mengadakan penelitian dengan judul “pengaruh pemberian kompres dingin
terhadap skala nyeri pada pasien dengan Closed Fractureextrermitas atas di igd
rs karima utama” sebagai syarat kelulusan.
Peneliti yang akan dilakukan tidak akan menimbulkan akibat yang
merugikan bagi saudara. Penelitian ini akan menerapkan etika penelitian yang
salah satunya akan menerapkan kerahasiaan. Jika saudara tidak bersedia
menjadi responden, maka saudara diperbolehkan menolak menjadi responden
penelitian.Apabila saudara menyetujui, maka saya mohon untuk dapat
menandatangani lembar persetujuan menjadi responden.

Hormat saya,

Agus Sriyono
82

Lampiran V

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


(INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Alamat :
Umur :
Kamar / Kelas :
Menyatakan bersedia menjadi informan penelitian dari :
Nama : Agus Sriyono
Nim : 22021118
Judul : pengaruh pemberian kompres dingin terhadap skala nyeri pada pasien
dengan Closed Fractureextrermitas atas di igd rs karima utama
Persetujuan ini saya berikan secara sukarela dan tanpa paksaan dari pihak
manapun. Saya telah diberikan penjelasan mengenai penelitian dan saya telah
diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dimengerti.
Dengan ini saya menyatakan bahwa saya akan menjawab semua pertanyaan
dengan sejujur - jujurnya.
Surakarta, ……………….2021

Responden

(…………………………………)
83

Lampiran VI
SKALA PENGUKURAN NYERI
Numerik rating scale (NRS)
(Diisi responden)

No. Responden :
Petunjuk :
Berilah tanda lingkaran pada angka yang menunjukkan tingkat
nyeri yang di alami saudara.
84

LAMPIRAN VII Lembar observasi nyeri

Karakteristik responden

Nama :

Jenis Kelamin :

Pekerjaan :

Pendidikan :

Diagnosis :

No Nama Skala nyeri Skala Nyeri Kelompok


responden Pre Post
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
85

LAMPIRAN VIII JADWAL PENELITIAN

JADWAL PENELITIAN

NO Tahap kegiatan Juni 2022 Julli Agustus Septemb Oktober Novemb Des 2022
2022 2022 er 2022 2022 er 2022

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Judul
2 Studi Literatur
3 Studi
pendahuluan
4 Penyusunan
proposal
5 Ujian proposal
6 Perbaikan
7 Perijinan
penelitian
8 Pengambilan
data dan
penyusunan
laporan hasil
9 Ujian hasil
86

LAMPIRAN IX
Standar Operasional Prosedure
Terapi Kompres Dingin
Pengertian Merupakan salah satu metode cryotherapy yang bisa
megatasi masalah nyeri. Kompres dingin dapat mengatasi
proses penyembuhan jaringan, mengurangi rasa sakit, dan
mengontrol terjadinya pembekakan
Tujuan 1. mengatasi proses penyembuhan jaringan,
2. mengurangi rasa sakit,
3. Mengontrol terjadinya pembekakan
Instrument 1. Lembar penguykuran nyeri
2. Cold pack
3. Handuk kecil
Langkah kerja A. Tahap pra interaksi
1. Menyiapkan lembar penilaian skala nyeri NRS
2. Menyiapkan peralatan
B. Tahap orientasi
1. Memberikan salam dan memperkenalkan diri
2. Mengkonfirmasi identitas pasien
3. Menjelaskan tujuan dan procedure
4. Menanyakan kesiapan dan persetujuan pasien
C. Tahap kerja
1. Jelaskan prosedur pada klien
2. Cuci tangan dan atur peralatan (Handuk kecil atau
waslap atau dapat juga menggunakan buli-buli,
baskom berisi air dingin, thermometer air dan
pengalas)
3. Rendam handuk kecil atau waslap ke dalam
baskom berisi air (dapat menggunakan cold pack)
4. Bantu klien pada posisi yang ditentukan
5. Tempatkan pengalas di bawah area yang akan
dikompres
6. Tempatkan cold pack atau handuk yang sudah
direndam dengan air dingin pada bagian tubuh
yang akan di kompres
7. Lihat respon kulit disekitar area kompres
8. Setelah 5-10 menit, angkat coldpack atau handuk
kompres
9. Bereskan alat dan rapikan pasien
10. Cuci tangan
D. Tahap terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan dan mengkaji skala
nyeri
2. Dokumentasi
87

Anda mungkin juga menyukai