Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Permenkes RI Nomor 4
Tahun 2018). Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
maka rumah sakit sebagai salah satu institusi pelayanan masyarakat yang
berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
terjangkau oleh masyarakat. Dalam pelayanan kesehatan baik di klinikmaupun
komunitas, perawat merupakan garda terdepan pelayanan melalui pemberian
asuhan keperawatan. Peran perawat dalam pelayanan kesehatan menjadi
sangat penting, mengingat kualitas pelayanan keperawatan berpengaruh
terhadap totalitas layanan yang diberikan. Keperawatan adalah suatu bentuk
pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang berdasarkan pada ilmu keperawatan, meliputi pelayanan bio-
psiko-sosio-spiritual yang komprehensif ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat, baik dalam keadaan sehat maupun dalam keadaan
sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia (Achmad, 2015).
Hasil penelitian World Health Organization (WHO), (2016) menyatakan
bahwa perawat yang bekerja di rumah sakit di Asia Tenggara termasuk
Indonesia memiliki beban kerja berlebih akibat dibebani dengan tugas-tugas
non keperawatan. Perawat yang diberi beban kerja berlebih dapat berdampak
kepada penurunan tingkat kesehatan, motivasi kerja, kualitas pelayanan
keperawatan, dan kegagalan melakukan tindakan pertolongan terhadap pasien
(Alhasanah, 2016).
Beban kerja merupakan gambaran dari volume pekerjaan. Di rumah sakit
beban
kerja perawat meliputi banyak aspek, beberapa aspek yang berhubungan
dengan beban kerja tersebut adalah jumlah pasien yang harus dirawatnya,
kapasitas kerjanya sesuai dengan pendidikan yang diperoleh, shift yang
digunakan untuk bekerja yang sesuai dengan jam kerja yang telah di tentukan
setiap hari, serta kelengkapan fasilitas yang dapat membantu perawat
menyelesaikan pekerjaannya dengan baik (Anggraeni dkk, 2014).

Kusmiati (2017), menyatakan bahwa yang mempengaruhi beban kerja


perawat adalah kondisi pasien yang selalu berubah, jumlah rata-rata jam
perawatan yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan langsung pada
pasien, serta banyaknya tugas tambahan yang harus dikerjakan oleh seorang
perawat sehingga dapat menganggu penampilan kerja dari perawat tersebut.
Disamping tugas tambahan, beban kerja seorang perawat juga sangat
dipengaruhi oleh waktu kerjanya. Apabila waktu kerja yang harus ditanggung
oleh perawat melebihi dari kapasitasnya, seperti banyaknya waktu lembur,
akan berdampak buruk bagi produktifitas perawat tersebut (Angraeni, 2014).
Beban kerja perawat akan dipengaruhi oleh unit tempat bekerja. Perawat yang
bekerja di Instalasi Gawat Darurat (IGD) akan mempunyai beban kerja yang
lebih berat dibanding dengan perawat di ruang rawat inap biasa. IGD
merupakan salah satu unit rumah sakit yang memberikan pelayanan gawat
darurat untuk mencegah terjadinya morbiditas dan meminimalkan terjadinya
mortalitas pada semua pasien (Jadmiko, 2017).
Pada instalasi gawat darurat untuk melihat beban kerja perawat juga dapat
dinilai dari menilai tingkat Length Of Stay (LOS) yang juga dapat digunakan
untuk melihat tingkat kepadatan dan kinerja klinis. LOS merupakan suatu
rentang waktu kedatangan pasien yang gawat darurat di ukur mulai dari pasien
datang sampai di transfer atau di pindahkan ke unit lain. LOS juga tidak hanya
untuk melihat lama hari perawatan pada pasien diruang rawat inap namun
juga di Instalasi Gawat Darurat (IGD) suatu rumah sakit (Ardiyani, 2015).
Di Indonesia standar pelayanan IGD diatur dalam Kepmenkes No. 856 tahun
2009 tentang standar pelayanan minimal bahwa pelayanan IGD dilakukan
selama 24 jam penuh, 7 hari terhadap kasus gawat durat, resusitasi dan
stabilisasi (life saving). Pada kondisi kepadatan pasien manajemen IGD dapat
menerapkan lama rawat di IGD < 6-8 jam (Depkes, 2011). Length Of Stay
(LOS) yang memanjang berpotensi menimbulkan kondisi crowding
(penumpukan pasien) di IGD sehingga dapat meningkatnya kejadian tidak
diharapkan (KTD), penundaan pelayanan, meningkatnya angka kematian dan
lama hari perawatan (Yarmohammadian, 2017). IGD crowding adalah suatu
kondisi dimana permintaan layanan darurat melebihi kemampuan IGD dalam
memberikan perawatan berkualitas dalam kerangka waktu yang tepat.
Penyebab terjadinya kondisi crowding di IGD dibagi menjadi 3 faktor yaitu:
faktor input, faktor throughtput dan faktot output (Yarmohammadian, 2017).
Ketiga faktor akan sangat berdampak pada layanan pasien (LOS) selama
berada di IGD.
Beberapa faktor yang berhubungan dengan terjadinya Length Of Stay
(LOS) pasien di Unit Gawat Darurat (UGD) berdasarkan penelitian
sebelumnya (IGD) oleh Ismail (2017) mengemukakan bahwa Waktu
review/konsultasi pada time frame 2 paling memanjang dan dominan
mempengaruhi LOS di IGD, karena adanya prosedur konsultasi bertingkat,
koreksi dan evaluasi berulang atas hasil assessmen yang dilakukan di IGD.
Sedangkan penelitian Harahap (2022) menyebutkan factor yang dapat
mempengaruhi LOS di IGD adalah waktu pemeriksaan penunjang, waktu
review, waktu konsultasi, waktu tunggu transfer pasien keruangan.
Studi pendahuluan dilakukan di…
Achmad , F. Analisa Beban Kerja Mental Untuk Menentukan Jumlah Perawat Optimal Pada
IGD RSPAU Dr. S Harjolukito. Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negri Sunan
Kalijaga Yogyakarta. 2015.

Alhasanah, N. H. Gambaran kinerja perawat berdasarkan beban kerja di


instalasi rawat inap penyakit dalam rumah sakit umum (rsu) kota Tangerang selatan tahun
2016. Universitas Islam Negri Syarifhidayatullah. 2016

Anggraeni, Dewi., Lukman Hakim , Cecilia Widjiati I. Evaluasi Pelaksanaan Sistem Identifikasi
Pasien di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit. Jurnal Kedokteran Brawijaya. Vol. 28, No. 1,
2014. 99-104.
Ernawati, Ni Luh Ade Kusuma, dkk Kebutuhan Riil Tenaga Perawat Dengan Metode
Workload Indicator Staff Need (WISN), Jurnal Ners, 6(1). 2011, pp. 85-92.

Anda mungkin juga menyukai