PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
rumah sakit dengan risiko yang tinggi serta menjadi titik masuk yang sangat
diwajibkan untuk melayani pasien 24 jam sehari selama 7 hari secara terus
menerus. Menurut Undang- undang RI No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
pasal 1 menyatakan bahwa kondisi gawat darurat adalah keadaan klinis pasien
pencegahan kecacatan lebih lanjut, sesuai prinsip “time saving is life and limb
saving dengan waktu penanganan paling lama lima menit setelah pasien sampai
pasien IGD sebanyak 19.426 pasien. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
1
2
Provinsi Kalimantan Tengah cakupan kunjungan rawat jalan tahun 2017 adalah
54.7% lebih tinggi dibandingkan tahun 2016 sebesar 50.4% sedangkan cakupan
rawat inap tahun 2017 sebeasr 4.6% lebih tinggi dibandingkan tahun 2016
sebesar 3.6%. Data Medical Record RSUD Jaragah Sasameh tahun 2017 jumlah
pasien yang masuk ke IGD sebanyak 7.401 pasien sedangkan tahun 2018 jumlah
kunjungan pasien yang masuk ke IGD sebanyak 8.171 pasien. Rata-rata jumlah
pasien ke IGD rata-rata sebayak 30 pasien. Dari data tersebut terlihat bahwa
jumlah kunjungan pasien masuk ke IGD terus meningkat. Jumlah yang signifikan
pasien dan mutu pelayanan, maka rumah sakit harus memiliki sistem triase
karena triase merupakan poin kontak awal pasien sebelum dilayani di IGD.
Triase adalah pemeriksaan awal atau skrining secara cepat terhadap semua
tahun 2014). Triase dilakukan secara formal pada setiap pasien yang datang di
IGD sebagai suatu bentuk manajemen risiko klinis, dalam rangka meningkatkan
sumber daya sesuai dengan kondisi penyakit atau cidera. Triase juga memegang
3
kunci penting terkait penggunaan sumber daya IGD yang terbatas agar lebih
dimanfaatkan bagi pasien yang paling membutuhkan, karena tidak semua pasien
yang datang ke IGD dengan kondisi gawat darurat yang mengancam jiwa, tetapi
kritis. Oleh karena itu penanganan pasien harus dilakukan berdasarkan tingkat
penanganan pada pasien kritis sehingga berpotensi mematikan bagi pasien yang
peran dan tanggung jawab utama dalam melakukan triase di IGD. Kemampuan
tugas dan tanggung jawab perawat bukan merupakan hal yang ringan. Pelayanan
yang di haruskan 24 jam secara terus menerus dengan kondisi pasien yang
banyak serta adanya tugas tambahan non keperawatan yang juga harus dilakukan
perawat. Menurut Anderson, Omberg dan Svedlund (2007 dalam Ainiyah et al,
4
menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
kondisi klinis pasien dan riwayat klinis pasien. Beban kerja perawat yang tinggi
Indonesia, memilki beban kerja yang berlebih akibat dibebani tugas-tugas non
keperawatan. Perawat yang diberi beban kerja berlebih dapat berdampak pada
keperawatan. Selain dengan dibebani oleh tugas non keperwatan, kondisi ini juga
(Lumintang, 2015).
tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Berdasarkan junal penelitian
yang bermakna. Artinya semakin berat beban kerja perawat maka semakin
selama 3 hari dari tanggal 20 Maret 2019 sampai tanggal 22 Maret 2019, dari
hasil observasi tampak bahwa sistem triase yang digunakan di IGD Jaraga
Sasameh adalah Emergency Severity Index (ESI) dari Amerika. Konsep pada
triase ESI ini tidak mengharuskan pemeriksaan mendetail termasuk tanda vital
lengkap guna menetapkan level triase sehingga proses triase ini sebenarnya
sangat mudah dilakukan. Di dalam SOP triase menyatakan bahwa setiap pasien
yang datang ke IGD akan dilakukan triase oleh perawat bersama-sama dengan
dokter di area drop zone untuk skrining penyakit menular, kemudian masuk ke
ruang triase dan dilakukan assesmen oleh perawat, setelah itu pasien di
triase dilakukan secara bergantian oleh perawat yang berdinas dan perawat yang
standbay di ruang triase tidak selalu ada, sehingga sebagian pasien yang datang
langsung masuk ke ruang tindakan IGD tanpa melewati proses triase. Dari 32
pasien yang datang ke IGD sebanyak 5 pasien (15,63%) dilakukan triase sesuai
SOP, 17 pasien (53,12%) dilakukan triase tidak sesuai SOP dan 10 pasien
(31,25%) tidak dilakukan triase sama sekali. Berdasarkan hasil observasi yang
diperoleh, hanya 30% perawat yang menerapkan triase sesuai dengan SOP dan
70% perawat yang belum menerapkan triase sesuai dengan SOP, seperti pasien
pada tanggal 21 Maret 2019 di IGD Jaraga Sasameh dengan 10 orang perawat
6
perawat mengatakan bahwa triase tidak selalu dilakukan karena jumlah perawat
yang jaga pada setiap shift sedikit yaitu 4 orang pada shift pagi, 3 orang pada
shift sore dan malam, sedangkan jumlah kunjungan pasien yang masuk ke IGD
setiap hari rata-rata 30 pasien, ditambah lagi dengan adanya pelimpahan tugas
laporan pasien masuk dan keluar, melakukan entri data tagihan pasien, mengurus
pasien, pengaplusan obat dan mengantar alat ke bagian CSSD. Disisi lain
tindakan keperawatan yang harus dilakukan secara cepat dan tepat terhadap
resusitasi pada pasien kritis membuat perawat menjadi lelah dan frustasi. Perawat
lainnya sebanyak 30% mengatakan bahwa selama berdinas di IGD dirinya selalu
merasakan tengkuk tegang, susah tidur, dan emosi tidak stabil sehingga mudah
marah dan sering merasa malas, hal tersebut membuat perawat sering
pasien dan perawat yang tidak imbang dan banyaknya pekerjaan non
melalukan tindakan, banyaknya keluhan dan tuntutan dari keluarga pasien yang
beban kerja perawat sehingga perawat merasa kelelahan dan berpengaruh pada
terutama pada shift sore, sedangkan 3 orang (30%) mengatakan beban kerja yang
22 Maret 2019 menyatakan bahwa jumlah perawat di IGD ada 19 orang , terdiri
dari 17 orang perawat pelaksana, 1 orang perawat penanggung jawab asuhan dan
1 orang kepala ruangan. Menurut kepala ruangan IGD jumlah perawat yang ada
saat ini masih kurang bila dihitung berdasarkan rumus pola ketenagaan Depkes
perawat. Dengan rata-rata jumlah kunjungan pasien perbulan pada tahun 2018
sebanyak 700 pasien dengan kunjungan perhari pasien ke IGD rata-rata sebayak
30 pasien dengan Jumlah bad di IGD sebanyak 11 bad dan kasus terbanyak
adalah pasien penyakit dalam yaitu Dyspepsia. Perawat jaga pada setiap shift
yaitu shift pagi sebanyak 3-4 orang, sore sebanyak 3 orang dan malam sebanyak
3 orang. Masa kerja perawat rata-rata diatas 2 tahun dan sudah memiliki
sertifikat pelatihan seperti BTCLS, PPGD, dan 1 orang perawat sudah memiliki
RSUD Jaraga Sasameh pasien yang masuk ke IGD kebanyakan adalah pasien
8
dengan kasus tidak gawat darurat atau kategori false emergency. Sedangkan
untuk pelaksanaan triase menurut kepala ruangan IGD Jaraga Sasameh masih
belum optimal.
Menurut Manuho (2015) menyatakan bahwa beban kerja yang berlebihan atau
menyebabkan produktivitas kerja yang buruk. Baik atau buruknya suatu kinerja
sangat dipengaruhi oleh beban kerja, semakin tinggi beban kerja maka akan
peningkatan kesalahan (Sahin, 2013). Beban kerja yang tidak sesuai juga dapat
Kondisi beban kerja yang berat atau kelelahan menjadi faktor pemicu
penambahan tenaga perawat, dengan harapan jumlah perawat pada setiap shift
B. Rumusan Masalah
perawat yang dirasa melebihi tugas pokok perawat serta masih kurangnya tenaga
beban kerja perawat dengan pelaksanaan triase di IGD RSUD Jaraga Sasameh?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara beban
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
10
2. Praktis
a. Rumah Sakit
beban kerja perawat di IGD dan bahan evaluasi untuk pelaksanaan triase
b. Perawat
Sasameh.
c. Pasien
d. Peneliti Selanjutnya
dalam.
E. Keaslian Penelitian
Banyak penelitian yang telah dilakukan terkait beban kerja dengan triase
Pelaksanaan Triase di IGD RSUD Jaraga Sasameh masih belum ada. Penelitian
yang mirip dengan topik yang akan peneliti lakukan adalah sebagai berikut:
kerja dan pelaksanaan triase tetapi terdapat perbedaan yaitu penelitian ini
tempat penelitan.
beban kerja (p=0,030) dan motivasi kerja (p=0,011). Sedangkan faktor yang
paling dominan adalah motivasi kerja dengan nilai odd ratio 18,418.