Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Globalisasi memberikan dampak positif bagi setiap profesi kesehatan

untuk selalu berupaya meningkatkan kinerja profesionalismenya dalam

kontribusi pada pemenuhan kebutuhan kesehatan masyarakat. Tenaga

profesional kesehatan termasuk didalamnya tenaga keperawatan yang

dituntut untuk memberikan kesehatan yang berkualitas. Pelayanan kesehatan

yang berkualitas hanya dapat diwujudkan dengan pemberian layanan

kesehatan yang profesional, demikian juga dengan pemberian asuhan

keperawatan harus dilaksanakan dengan praktik keperawatan yang

profesionalisme (Mulyaningsih, 2013).

Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan bentuk pelayanan yang

diberikan kepada pasien oleh suatu tim keperawatan. Tim keperawatan

merupakan anggota tim kesehatan di garis terdepan yang menghadapi

masalah kesehatan pasien selama 24 jam secara terus menerus. Swanburg

dalam Mulyani 2008 bahwa lebih dari 80% waktu yang digunakan perawat

adalah untuk berkomunikasi yaitu mendengar dan berbicara, 16% untuk

membaca dan 4% untuk menulis. Tim pelayanan keperawatan memberikan

pelayanan kepada pasien sesuai dengan keyakinan profesi dan sesuai standar

yang ditetapkan. Hal ini ditujukan agar pelayanan yang diberikan senantiasa

merupakan pelayanan yang aman serta dapat memenuhi kebutuhan dan

1
harapan (Suwardi, 2008).

Upaya peningkatan pelayanan kesehatan tidak lepas dari peranan

pelayanan keperawatan yang berkesinambungan dengan mempromosikan

perawatan yang lebih baik sesuai dengan standar profesional dan hukum

(College Registered Nurses Brithis Colombia, 2007). Salah satu bentuk

pelayanan yang diberikan kepada pasien adalah pemberian asuhan

keperawatan, pengobatan dan rasa aman bagi pasien, keluarga serta

masyarakat (Aditama, 2010).

Pemberian asuhan keperawatan merupakan kebutuhan dasar yang

diperlukan oleh pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap. Salah satu

yang terkait dalam pemberian asuhan keperawatan adalah prosedur serah

terima disetiap penggantian shift yang merupakan kegiatan sehari-hari yang

harus dilakukan oleh perawat karena perawat yang bertugas selalu berbeda

disetiap shifnya. Pelaksanaan serah terima pasien merupakan tindakan

keperawatan yang secara langsung, selain itu juga serah terima pasien

dibangun sebagai sarana untuk menyampaikan tanggung jawab serta

penyerahan legalitas yang berkaitan dengan pelayanan keperawatan pada

pasien (Safitri dalam Kesrianti, 2014).

Hampir setiap tindakan medik menyimpan resiko. Banyaknya jenis

obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf rumah

sakit yang cukup besar, merupakan hal potensial bagi terjadinya kesalahan

medis (medical error). Kesalahan yang terjadi pada proses asuhan medis ini

akan mengakibatkan cedera pada pasien bisa berupa kejadian yang tidak

2
diharapkan (KTD). Pada tahun 2000 Institude of Medicene Amerika

menngemukakan penelitian di rumah sakit Utah dan Colorado ditemukan

KTD sebesar 2,9% dari 6,6% diantaranya meninggal dunia. Sedangkan di

New York KTD sebesar 3,7% dari angka kematian 13,6%. Angka kematian

akibat KTD pada pasien rawat inap di seluruh Amerika yang berjumlah 33,6

juta pertahun berkisar 44.000-98.000 pertahun. ( Depkes RI dalam

Setiyajati, 2014).

Masalah yang berkaitan dengan serah terima pasien merupakan

keprihatinan internasional, sebagaimana dilaporkan Cohen & Hilliggos

(2009) dalam suatu studinya dari 889 kejadian malpraktek ditemukan 32%

akibat kesalahan komunikasi dalam serah terima pasien yang dapat

menimbulkan kesalahan dalam pemberian obat, kesalahpahaman tentang

rencana keperawatan, kehilangan informasi serta kesalahan dalam tes

penunjang. Dilaporkan juga oleh World Health Organization (WHO) tahun

2007 bahwa terdapat 11% dari 25.000-30.000 kasus pada tahun 1995-2006

terdapat kesalahan pada serah terima pasien (Winani, 2012).

Timbang terima pasien dirancang sebagai salah satu metode untuk

memberikan informasi yang relevan pada tim perawat setiap pergantian

shift, sebagai petunjuk praktik memberikan informasi mengenai kondisi

terkini pasien, tujuan pengobatan, rencana perawatan serta menentukan

prioritas pelayanan. Keakuratan data yang diberikan saat timbang terima

sangat penting, karena dengan timbang terima ini maka pelayanan asuhan

keperawatan yang diberikan akan bisa dilaksanakan secara berkelanjutan,

3
dan mewujudkan tanggung jawab dan tanggung gugat dari seorang perawat.

Bila timbang terima tidak dilakukan dengan baik, maka akan muncul

kerancuan dari tindakan keperawatan yang diberikan karena tidak adanya

informasi yang bisa digunakan sebagai dasar pemberian tindakan

keperawatan. Hal ini akan dapat mengakibatkan terjadinya kesalahan akibat

melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak melakukan tindakan

yang seharusnya diambil (Wijaya, dkk, 2014).

Pelaksanaan serah terima pasien juga dipengaruhi oleh kepemimpinan

kepala ruangan, sikap dan motivasi dari perawat itu sendiri dalam

melaksanakan serah terima. Sikap yang terbentuk dalam diri sesorang dapat

memperngaruhi seseorang dalam menjalankan tugasnya sehari-hari dengan

positif. Menurut Kesrianti (2014) mengemukakan bahwa sikap berpengaruh

terhadap pelaksanaan serah terima, apabila perawat memiliki sikap positif

maka proses pelaksanaan serah terima akan berjalan dengan baik. Proses

pelaksanaan serah terima yang baik meningkatkan asuhan keperawatan pada

pasien secara berkesinambungan, jika pelaksanaan asuhan keperawatan tidak

disertai kepemimpinan kepala ruangan, sikap dan motivasi yang baik dari

perawat maka akan mengakibatkan kesalahan dalam pelayanan dan

pengobatan yang tidak tepat serta menimbulkan potensi kerugian bagi pasien

dan rumah sakit (Setianti, 2007).

Ada berbagai macam model operan, yaitu model tradisional dan operan

di sisi tempat tidur yang penerapannya disesuaikan dengan kondisi masing-

masing ruangan. Implementasi operan di ruang MPKP berupa proses

4
komunikasi dan proses serah terima antara shift pagi, sore, dan malam.

Operan dari dinas malam ke dinas pagi dan dinas pagi ke dinas sore

dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan operan dari dinas sore ke dinas

malam dipimpin oleh penanggung jawab shift sore (Kelliat, 2012).

Rumah sakit umum daerah dr.M. Zein Painan yang didirikan pada 8

Maret 2005 adalah rumah sakit tipe C milik pemerintah Kota Painan dan

merupakan rumah sakit rujukan dari puskesmas. Rumah sakit umum daerah

dr. M. Zein Painan memiliki 13 instalansi dan terus berusaha meningkatkan

mutu rumah sakit dengan meningkatkan pelayanan baik di bidang medis

maupun keperawatan. Jumlah tenaga keperawatan yang ditetapkan disetiap

instalansi yaitu bagian keperawatan sebanyak 4 orang, IGD sebanyak 13

orang, Rawat jalan sebanyak 13 orang, OK sebanyak 18 orang, Anestesi/ RR

sebanyak 10 orang, Obsgyn sebanyak 1 orang, Perinatologi sebanyak 22

orang, Bedah sebanyak 22 orang, VIP sebanyak 13 orang, Interne sabanyak

16 orang, Anak sebanyak 17 orang, Neurologi sebanyak 17 orang, dan Klas

sebanyak 17 orang. Dengan total keseluruhan jumlah perawat 172 orang

(Kasi Kepererawatan RSUD dr. M. Zein Painan, 2016).

Dari studi pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui observasi di

RSUD dr. M. Zein Painan tanggal 26 Februari 2016 serah terima pasien

dilakukan dengan frekuensi tiga kali dalam sehari. Yaitu pergantian shift dari

malam-pagi, pagi-sore, dan sore-malam yang dilakukan kurang efektif oleh

perawat. Antara shift pagi dan siang dari 7 orang perawat pelaksana di ruang

rawat inap RSUD dr. M. Zein Painan didapatkan 5 orang perawat tidak

5
melaksanakan serah terima pasien yang dilakukan setiap pergantian shift,

sedangkan 2 orang perawat melaksanakan serah terima pasien. Berdasarkan

wawancara yang dilakukan terhadap keluarga pasien, terkadang perawat

tidak melaksanakan overan pada pergantian shift. Hal ini akan berdampak

buruk terhadap keselamatan pasien, karena overan berguna untuk

memberikan informasi yang penting kepada tim keperawatan agar tidak

terjadinya kesalahan dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien.

Berdasarkan data dan latar belakang di atas maka peneliti tertarik

meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan handover

pasien di ruang rawat inap RSUD dr. M. Zein Painan tahun 2016.

B. Rumusan masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah faktor-faktor

yang mempengaruhi pelaksanaan handover pasien di ruang rawat inap

RSUD dr. M. Zein Painan tahun 2016?

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor

yang mempengaruhi pelaksanaan handover pasien di ruang rawat inap

RSUD dr. M. Zein Painan tahun 2016.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi sikap perawat pelaksana ruang rawat

inap di RSUD dr. M. Zein Painan tahun 2016.

b. Mengetahui distribusi motivasi perawat pelaksana ruang rawat inap di

6
RSUD dr. M. Zein Painan tahun 2016.

c. Mengetahui distribusi frekuensi kepemimpinan kepala ruangan di ruang

rawat inap RSUD dr. M. Zein Painan tahun 2016.

d. Mengetahui distribusi frekuensi pelaksanaan handover pasien oleh

perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD dr. M. Zein Painan tahun

2016.

e. Mengetahui hubungan sikap perawat pelaksana dengan pelaksanaan

handover pasien di ruang rawat inap RSUD dr. M. Zein Painan tahun

2016.

f. Mengetahui hubungan motivasi perawat pelaksana dengan pelaksanaan

handover pasien di ruang rawat inap RSUD dr. M. Zein Painan tahun

2016.

g. Untuk mengetahui hubungan kepemimpinan kepala ruangan dengan

pelaksanaan handover di ruang rawat inap RSUD dr. M. Zein Painan

tahun 2016.

D. Manfaat penelitian

a. Bagi peneliti

Hasil dari penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengalaman

peneliti dalam mengembangkan dalam melakukan penelitian terhadap

mengenai proses serah terima dalam pemberian asuhan keperawatan

pada pasien.

b. Bagi rumah sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan mengenai

7
sejauh mana pelaksanaan serah terima di ruang rawat inap RSUD dr. M.

Zein Painan karena hal ini sangat berpengaruh kepala proses asuhan

keperawatan pada pasien.

c. Bagi perawat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

pelaksanaan serah terima pasien yang akan mempengaruhi proses

berjalannya asuhan keperawatan pada pasien secara berkesinambungan.

d. Bagi peneliti selanjutnya

Dapat melanjutkan penelitian dengan mengetahui faktor-faktor lain

yang bersangkutan dengan pelaksanaan handover pasien. Dan

menambahkan penelitian dan dapat mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi pelaksanaan serah handover pasien pada perawat yang

melakukan pelayanan terhadap pasien.

E. Ruang lingkup penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi pelaksanaan handover pasien di ruang rawat inap RSUD dr.

M. Zein Painan tahun 2016. Variabel independennya adalah kepemimpinan

kepala ruangan, sikap dan motivasi perawat pelaksana, sedangkan variabel

dependennya adalah pelaksanaan handover pasien di ruang rawat inap

RSUD dr. M. Zein Painan tahun 2016. Teknik sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah total sampling, yaitu mengambil seluruh populasi

penelitian.

Anda mungkin juga menyukai