Anda di halaman 1dari 16

ROLE PLAY TIMBANG TERIMA DAN ALOKASI KLIEN

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok Mata Ajar Perilaku Organisasi dan
Manajemen Pelayanan Keperawatan

Dosen: Dr. Hanny Handiyani, S.Kp.,M.Kep

Disusun Oleh: Kelompok 1

Ade Herawati 1906337633

Elisabet H. B. Koten 1906337803

Siti Indriani 1906338182

Tomy Suganda 1906338251

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA

TAHUN 2019
TINJAUAN TEORI

Timbang Terima
Timbang terima (handover) adalah salah satu bentuk komunikasi perawat
dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Timbang terima pasien
dirancang sebagai salah satu metode komunikasi yang relevan pada tim perawat
setiap pergantian shift, sebagai petunjuk praktik memberikan informasi mengenai
kondisi terkini pasien, tujuan pengobatan, rencana perawatan serta menentukan
prioritas pelayanan (Marquis, 2013). Timbang terima adalah proses pengalihan
wewenang dan tanggung jawab utama untuk memberikan perawatan klinis kepada
pasien dari satu pengasuh ke salah satu pengasuh yang lain. Pengasuh termasuk
dokter jaga, dokter tetap ruang rawat, asisten dokter, praktisi perawat, perawat
terdaftar, dan perawat praktisi berlisensi (International, 2010).
Timbang terima dilakukan setiap pergantian perawat (shift). Perawat yang
diganti akan menyampaikan hasil kegiatannya pada perawat pengganti saat
melakukan pertukaran informasi terkait kondisi klien (Sumijatun, 2009). Menurut
(Nursalam, 2011) definisi timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan
dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang
terima merupakan kegiatan yang harus dilakukan sebelum pergantian dinas.
Selain laporan antar dinas, dapat disampaikan juga informasi yang berkaitan
dengan rencana kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan.
Dari pemaparan pengertian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
timbang terima adalah suatu proses penyampaian status kesehatan klien kepada
tim shift berikutnya guna peningkatan perawatan dan kondisi kesehatan klien.

Tujuan Timbang Terima


Timbang terima antar shift bertujuan untuk memberikan informasi klinik
dan asuhan yang telah diberikan kepada pasien agar diperoleh informasi yang
akurat dan terbaru sehingga mutu pelayanan keperawatan meningkat dan berfokus
pada keselamatan pasien. Berdasarkan penelitian (Javad Malekzadeh, 2013) ada
beberapa kejadian yang timbul karena timbang terima yang tidak efektif yaitu
meningkatkan resiko “medication error” dan kejadian yang membahayakan,
memperpanjang proses perawatan, menurunkan kepuasan pasien, serta
memperpanjang hari rawat pasien di rumah sakit. Serah terima klinis yang tidak
efektif telah menjadi isu mendunia terkait dengan rangkaian perawatan klinis yang
mengancam keamanan pasien. Sekitar 44.000 - 98.000 orang meninggal setiap
tahun karena kesalahan medis (medical error). Kesalahan komunikasi dilaporkan
sebagai faktor penyumbang utama lebih dari 70% dari semua kejadian kesalahan
medis tersebut (Vinu M, 2016)

Komponen Timbang Terima


Menurut (Athanasakis, 2013), komponen timbang terima terdiri dari enam
komponen yaitu:
1) Lokasi timbang terima; lokasi kegiatan timbang terima beragam tergantung
kebutuhan dan dampak pada informasi yang akan ditransfer. Pada ruang rawat
medical, timbang terima lebih baik dilakukan di samping pasien, namun di
ruang jiwa atau ruang gawat darurat proses timbang terima sebaiknya di dalam
ruangan untuk meminimalkan interupsi. Tahapan dalam proses timbang terima
ada dua macam yaitu timbang terima dilakukan di ruang tertutup, kemudian
yang kedua di samping pasien atau dikoridor bersama tim
2) Partisipasi; partisipan timbang terima adalah seluruh perawat yang berdinas
baik yang berdinas dan akan berdinas. Liu et al (2012) dalam Athanasakis
(2013) dalam bedside timbang terima dipimpin oleh perawat penanggung
jawab sebelumnya ke perawat primer bersama timnya yang akan berdinas.
Kepala ruangan berperan sebagai mediator dan koordinator dalam timbang
terima khususnya pada pasien dengan kasus kompleks;
3) Struktur, terdapat empat tipe dari timbang terima terkait dengan fungsinya
yaitu timbang terima sebagai fungsi informasi, sosial, organisasi, dan edukasi.
Memiliki tiga fase yaitu pre timbang terima (fase pra interaksi), fase
pertemuan antar perawat shift (fase orientasi dan kerja), dan post timbang
terima (fase terminasi).
4) Isi (content) dari timbang terima dapat disampaikan baik melalui komunikasi
verbal dan non verbal meliputi identifikasi pasien, riwayat penyakit, status
klinis, rencana keperawatan dan tujuan perawatan maupun discharge
planning;
5) Waktu timbang terima, lama waktu timbang terima sangat bervariasi
tergantung kondisi pasien, jenis ruangan, dan kondisi ruangan. Timbang
terima di ruang intensif meningkat 3,7 – 4,4 menit daripada di ruang rawat
kurang lebih 1,5 menit per pasien. Proses timbang terima menurut Randel
(2011) dalam Athanasakis 2013) cukup cepat sekitar 20 menit untuk 20-30
pasien di ruang rawat, waktu timbang terima yang dilakukan di samping
pasien lebih cepat daripada di ruang staf. Timbang terima antar perawat shift
dilakukan setiap pergantian dinas, yaitu shift pagi, sore, dan shift malam.,
dokumen keperawatan berupa laporan timbang terima dapat didokumetasikan
dalam catatan pribadi perawat, catatan terintegrasi pada rekam medik, maupun
catatan pengobatan.
6) Dokumentasi rencana keperawatan menurut Johnson et al (2012) dalam
Athanasakis 2013) terdiri dari perubahan kondisi, riwayat klinis, status klinik,
observasi tanda-tanda vital, kebutuhan cairan, dan prosedur yang akan
dilakukan.

Efektifitas Timbang Terima


Beberapa hal yang harus diperhatikan agar proses timbang terima dapat
efektif menurut (Runy, 2010), diantaranya; 1) memungkinkan saat proses timbang
terima untuk langsung bertatap muka atau komunikasi langsung, 2) memastikan
komunikasi dua arah selama proses serah terima, 3) menyediakan waktu sebanyak
yang diperlukan untuk serah terima, 4) menggunakan komunikasi verbal dan
tertulis saat serah terima, 5) melakukan serah terima pasien di samping tempat
tidur pasien, bila memungkinkan melibatkan pasien dan keluarga dalam proses
serah terima, 6) memasukkan teknik komunikasi dalam proses dan memerlukan
verifikasi, memastikan informasi yang disampaikan diterima dengan baik dan
dipahami, 7) menggunakan teknologi yang tersedia (misalnya, rekam medis
elektronik) untuk mempercepat pertukaran tepat waktu dan informasi yang akurat.
Harapannya dengan bertatap muka dan berkomunikasi dua arah, perawat dapat
mengambil tanggung jawab bersama untuk memastikan komunikasi yang akurat,
menggunakan komunikasi verbal dan tertulis, memberikan waktu sebanyak yang
diperlukan untuk memastikan komunikasi yang akurat.
Proses Timbang Terima
Menurut (Wendy Chaboyer, 2008), proses timban terima dapat digambarkan
sebagai berikut

Tahap persiapan Menghindari kesalahan informasi


Membaca dokumentasi pasien yang diberikan

Tahap pelaksanaan :Pertukaran shift


Perawat mengetahui informasi
Strategi komunikasi, Metoda komunikasi, Isi terkini kondisi pasien dan
informasi, Kerjasama tim perubahannya, dalam melakukan
asuhan keperawatan termasuk
safety concern

Mengunjungi pasien (kontrol Keterlibatan pasien dan keluarga dalam


pasien/walk round) kesinambungan pelayanan, Perawat
yang akan bertugas pada shift
Melihat langsung kondisi pasien berikutnya mengetahui pasiennya dan
Melibatkan pasien untuk bertanya, pasien mengetahui perawat yang
Mengkonfirmasikan atau merawatnyaerawat mengetahui
Mengklarifikasi kondisinya informasi terkini kondisi pasien dan
perubahannya, dalam melakukan
asuhan keperawatan termasuk safety
concern

Pemeriksaan keselamatan
(safety scan) Menghindari/mencegah
- Formulir keselamatan terjadinya kejadian yang tidak
- Pemeriksaan lingkungan diharapkan dalam meningkatkan
- Review Pasien keselamatan pasien

Pasien Berikutnya
Dampak Timbang Terima
Timbang terima yang efektif yaitu memberikan asuhan keperawatan pada
pasien menjadi komprehensif, dan berkesinambungan. Hal tersebut didukung oleh
penelitian (Halm, 2013) bahwa timbang terima yang efektif akan memberikan
dampak kepuasan kerja dan akan berakibat kinerja perawat meningkat, kepuasan
pasien meningkat yang berujung pada outcome bagi instansi pelayanan.
Sedangkan dampak timbang terima yang tidak efektif akan mengakibatkan
pemberian asuhan keperawatan tidak optimal, kejadian yang merugikan sampai
dengan tuntutan hukum karena malpraktek. Akibat dari timbang terima pasien
yang tidak efektif yaitu pengobatan yang tidak tepat, keterlambatan diagnosis dan
pengobatan, efek samping, peningkatan pengeluaran, tes yang tidak perlu,
perawatan dan komunikasi, keluhan pasien, serta klaim malpraktek (Australia,
2013; Wong M, 2008).
ROLEPLAY

Skenario Timbang Terima

Nama dan pembagian peran :

1. Kepala Ruang Medikal Surgical RS X : Ns. Tomy Suganda.,M.Kep (PK IV)


2. Ketua Tim Dinas Malam : Ns. Siti Indriani.,S.Kep (PK III)
3. Ketua Tim Dinas Pagi : Ns. Ade Herawati.,S.Kep (PK III)
4. Perawat pelaksana (PP) Dinas Pagi : Ns.Elisabet Koten, S.Kep (PK III)
5. Perawat pelaksana (PP) Dinas malam : Ns. Silvy (PK III),Ns.Novy (PK II)
6. Perawat pelaksana (PP) Dinas : Ns.Widya (PK II)

Pada tanggal 30 Oktober 2019 pukul 06.45 WIB disalah satu ruangan
medical bedah lt.3 rumah sakit X, sedang dilakukan timbang terima dan
alokasi pasien dari dinas malam ke dinas pagi.

Pada fase pre interaksi, perawat dinas malam dan dinas pagi menyiapkan
diri secara pribadi serta menyiapkan medical record pasien yang akan
dilakukan timban terima.

Fase Orientasi

KARU : Assalammualaikum wr.wb. Selamat Pagi, marilah sebelum kita


melakukan timbang terima pasien antar shift malam ke pagi pada
hari Senin, 28 Oktober 2019 kita awali kegiatan hari ini dengan
berdoa bersama, agar semua kegiatan kita pada hari ini
mendapatkan perlindungan, tuntunan dan berkah dari Allah SWT
dan semua klien diberikan kesembuhan. Berdoa dimulai…. Berdoa
selesai…

Kemudian saya akan mendata staf perawat yang bertugas pada shift
malam dan pagi ini. Untuk dinas malam : Katim adalah Ns. Inong,
PP adalah Ns. Silvy, Ns. Novi. Untuk dinas pagi Katim adalah Ns.
Ade, PP adalah Ns. Elisabeth dan Ns. Widya. Apakah semua
perawat sudah lengkap dan tidak ada yang berhalangan?

Semua staf : Hadir.

KARU : Sebelumnya saya ingin menyampaikan beberapa hal. Salah satu


tujuan atau target ruangan kita adalah tidak ada kejadian infeksi
daerah operasi (IDO). Kemudian saya menyampaikan untuk
diperhatikan dalam hal kelengkapan dokumentasi. Ada informasi
dari manajemen terkait proses penilaian kinerja tahunan perawat,
dilakukan pada bulan November dan Desember sehingga awal
Januari data sudah lengkap dan diolah oleh bagian HRD.
Kemudian saya menyampaikan pesan dari direktur juga terkait
“Hari Sumpah Pemuda” agar kita sebagai generasi penerus bangsa
dapat mampu menjadi penerus untuk maju bersatu dan bersama-
sama memajukan Indonesia melalui peranan kita masing-masing.
Baiklah mari kita mulai timbang terima pasien hari ini. Untuk itu
saya persilahkan kepada PN dinas malam untuk menyampaikan
dan menjelaskan kondisi serta rencana perawatan masing-masing
pasien kepada perawat yang dinas pagi.
Fase Kerja:
Perawat dinas malam menyampaikan data-data pasien sesuai dengan catatan
dan keadaan pasien, lalu perawat dinas pagi mencatat apa yang
disampaikan.

Katim Malam : Assalammualaikum wr.wb. Terima kasih untuk kesempatan yang


diberikan kepada kami untuk menjelaskan kondisi pasien saat ini.

Jumlah pasien saat ini ada 4 orang dengan tingkat ketergantungan


total care 2 orang, partial care 1 orang dan minimal care 1 orang.
Untuk alokasi tenaga dinas malam yang kami lakukan adalah :

1. Katim (Ns. Inong) : dengan tanggung jawab 1 pasien, yaitu


pasien total care Tn. A dengan masalah keperawatan hipertermi
(diagnose medis post laparatomie H1)
2. PP (Ns. Silvy) : dengan tanggung jawab 1 pasien, yaitu
total care Tn. B dengan masalah keperawatan nyeri akut
(diagnose medis close fraktur humerus dextra).
3. PP (Ns. Novi) : dengan tanggung jawab 2 pasien, yaitu 1
pasien partial care Tn. F dengan masalah keperawatan
kelebihan volume cairan tubuh (diagnose medis CHF/Chronic
Heart Failure + Electrolit imbalance), dan 1 pasien minimal
care Tn. L dengan masalah keperawatan bersihan jalan napas
tidak efektif (diagnose medis Bronchitis).
Selanjutnya saya akan melaporkan kondisi pasien:

I Saya Ns.Inong Katim yang bertanggung jawab pada shift


malam. Ada merawat 4 pasien yaitu Tn.A, Tn.B, Tn.F dan
Tn.L.

S Tn.A umur 55 tahun No.MR 001234 kamar 301 bed 1,


MRS 29 Oktober 2019 dari OK, DPJP dr.Yandih,SpB pada
observasi jam 23.40 WIB pasien demam. Diagnose medis
post op laparatomi H1.

Tn.B umur 45 tahun No.MR 001235 kamar 301 bed 2,


MRS 29 Oktober 2019 dari IGD, DPJP dr.Welsy,SpOT
pasien nyeri di lengan kanan yang mengalami fraktur.
Diagnose medis close fraktur humerus dextra.

Tn.F umur 65 tahun No.MR 001236 kamar 301 bed 3,


MRS 28 Oktober 2019 dari IGD, DPJP dr.Eva,SpJP pasien
bengkak di kedua tungkai bawah dan di kelopak mata kiri
dan kanan. Dignose medis CHF+elektrolit imbalance.

Tn.L umur 35 tahun No.MR 001237 kamar 301 bed 4,


MRS 27 Oktober 2019 dari IGD, DPJP dr.Nasri,SpPD
pasien batuk berdahak, psoduksi sputum banyak dan sulit
dikeluarkan. Diagnose medis Bronchitis.
B Tn.A, pasien baru demam malam ini sebelumnya tidak
demam, pasien masih dipuasakan post operasi hari I.
Dengan intake cairan NaCl 1500 ml/24 jam, RL 500 ml/24
jam.

Tn.B, riwayat 1 hari yang lalu jatuh karena terpeleset di


kamar mandi, pasien persiapan operasi nanti sore jam 16:00
WIB.

Tn.F, riwayat sakit jantung sejak 10 tahun yang lalu, tidak


rutin dalam pengobatan dan kontrol. Riwayat orang tua
penderita hipertensi. TD:150/90mmHg, HR:65x/mnt
regular, N:62x/mnt teratur, Rr:20x/mnt pernapasan dada
teratur, Suhu 36.5 0C. MRS karena bengkak kedua tungkai
dan kelopak mata kiri kanan sudah 3 hari tidak turun turun,
BAK sedikit dan pekat.

Tn.L, riwayat batuk sejak 1 minggu yang lalu, sputum


kental dan sulit dikeluarkan.

A Hasil Assesment pasien Tn.A: masalah hipertermi


ditandai dengan: suhu 38.5◦C, TD 130/90 mmHg, HR 98
kali/menit teratur, RR 14 kali/menit pernapasan dada
teratur, Skor nyeri 3 dengan therapy analgetik Tramadol IV
3x80 mg. Pasien total care aktifitas mika miki dengan
bantuan. Masih terpasang CVC line di subclavia kiri, NGT
tube dilubang hidung kiri dan kateter urin terpasang 27
Oktober 2019. Luka vertical dengan drain vacuum produksi
serosa 50ml/18 jam, dengan stepler kulit tidak tampak
rembesan. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan :
mengganti pakaian dan selimut tipis, kompres air hangat,
dan tindakan kolaborasi diberikan extra Paracetamol 1000
mg IV sudah diberikan jam 23.45. Paska pemberian
Paracetamol suhu 37.5◦C.
Hasil Assesment pasien Tn. B: masalah keperawatan
nyeri akut ditandai dengan skala nyeri saat masuk 7-8,
TD:140/90mmHg, HR:104x/mnt teratur, Rr:22x/mnt teratur
pernapasan dada. Pasien tampak menyeringai menahan
nyeri. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan:
pertahankan posisi imobilisasi pada humerus dextra,
memberikan posisi yang nyaman bagi pasien: supine, sudah
diajarkan teknik relaksasi dengan menarik nafas dalam dan
distraksi, therapy yang sudah diberikan AB Ceftriaxone
injeksi 2x1gr IV, analgetik injeksi Tramadol 3x80mg IV,
sudah terpasang infus NaCl 0.9% 500ml/12 jam dan
pemeriksaan diagnostic yang sudah dilakukan
(laboratorium darah,radiology, EKG).

Hasil Assesment pasien Tn.F: masalah keperawatan


kelebihan volume cairan tubuh ditandai dengan masih
edema di kedua tungkai dan kelopak mata kiri kanan,
produksi urine sedikit. (BB pasien 70kg). Tindakan
keperawatan yang sudah dilakukan: memantau pengeluaran
urine 1000ml/24 jam (seharunya 1680 ml urine/24 jam),
warna urine pekat, diuresis pasien dimana pasien sedikit
berkeringat; menghitung balance cairan pasien +1000ml per
24 jam; TTV TD:150/90mmHg, HR:65x/mnt regular,
Rr:20x/mnt pernapasan dada teratur; menimbang BB pasien
70 kg naik 2 kg dari 68kg selama 3 hari, memberikan posisi
tidur pasien yang nyaman semifowler, memberikan obat
diuretic Spironolactone inj 1x25 mg IV. Sudah ada hasil
pemeriksaan diagnostic EKG, thorax PA, Echocardiogram,
laboratorium darah.

Hasil Assesment pasien Tn.L, masalah keperawatan


bersihan jalan napas tidak efektif, ditandai dengan batuk
berdahak, sputum kental sulit dikeluarkan, suara napas
vesicular disemua lapang paru, ada suara napas tambahan
ronchi di basal paru kanan kiri,observasi TTV: TD:
110/70mmHg, HR: 96x/mnt teratur, Rr: 24 x/mnt tratur
menggunakan pernapasan dada. Tindakan keperawatan
yang sudah dilakukan observasi TTV, memberikan posisi
semi fowler, mengajarkan Tarik napas dalam dan batuk
efektif, menganjurkan minum air putih hangat 8-10 gelas
per hari, melakukan claping dan fibrasi, tindakan kolaborasi
yang sudah dilakukan memberikan therapy inhalasi, dan
therapy oral bronchodilator. Pemeriksaan penunjang yang
sudah dilakukan Thorax foto, pemeriksaan lab darah.

R Tn. A: Hasil observasi balance cairan 24 jam sampai


dengan jam 07.00 = -1000 (minus seribu) ml dan suhu
diantara 37–37.5◦C. Mohon dikolaborasikan dengan dokter
jaga apakah perlu peningkatan intake cairan dan pemberian
rutin antipiretik.

Tn.B: Kaji skala nyeri tiap 8 jam, pantau tanda syok


neurogenic,dan tanyakan untuk therapy analgetiknya
apakah dosisnya mau dinaikan? karena pasien masih
mengeluh nyeri hebat skala 7-8, pastikan persiapan operasi
sudah lengkap: informed concent,persiapan transfusi, sudah
sudah dilakukan pengkajian pre operasi dan anasthesi oleh
tim dokter yang melakukan operasi,papan puasa
dipasang,petugas gizi diingatkan untuk mulai puasa jam
08:00 WIB, mandi pre operasi dan cukur area operasi.

Tn.F: Pantau ketat balance cairan pasien, timbang BB tiap


hari, kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan darah
elektrolit pasien karena pasien dapat therapy diuretic juga
dan periksa urin lengkap.

Tn.L: Kolaborasi dengan dokter rehab medik.


Demikian laporan pasien. Apakah ada yang akan ditanyakan?

KARU : Terima kasih untuk tim perawat dinas malam yang telah
menyampaikan kondisi pasien saat ini. Apakah ada yang perlu
ditambahkan? Jika tidak, akan dilanjutkan pembagian penugasan
tanggung jawab pasien oleh Ns. Ade sebagai Katim pagi ini.

Katim (Pagi) : Terima kasih untuk kesempatan yang diberikan bapak Tomy.
Selanjutnya berikut adalah pembagian tugas perawat pagi ini :

1. Saya sendiri akan bertugas merawat pasien Tn.A dengan


masalah keperawatan hipertermi (pasien post laparatomie H1).
2. Ns. Elisabeth (PP) : bertugas merawat 2 pasien, yaitu 1 pasien
total care Tn.B dengan masalah keperawatan nyeri akut karena
fraktur tertutup humerus dx dan 1 pasien minimal care Tn.L
dengan masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif
(pasien Bronchitis)
3. Ns. Widya (PA): dengan tanggung jawab 1 pasien, yaitu partial
care Tn.F dengan masalah keperawatan kelebihan volume cairan
tubuh (diagnose medis CHF+ Electrolit imbalance).
Untuk PP yang dinas pagi mohon jangan lupa menandatangani
formulir serah terima pasien antar shift sebagai bukti pelaksanaan
serah terima pasien.

Selanjutnya KARU, Katim dan PP menuju ke ruang pasien.


Semua perawat melakukan kebersihan tangan dengan handrub/air mengalir
sebelum masuk kamar pasien.

KARU : Selamat pagi pak, boleh dibantu sebutkan Nama dan tanggal lahir
bapak…? (Pasien menjawab, KARU mengecek gelang pasien). Tn. A,
kami disini akan melakukan kegiatan timbang terima yang rutin dilakukan
setiap pergantian shift. Tujuannya adalah untuk mengkomunikasikan
keadaaan pasien sekarang dan menyampaikan informasi penting antar shift
jaga. Perkenalkan saya Tomy sebagai Kepala Ruang Medikal Surgical
Lantai 3, sedangkan perawat yang akan bertugas di shift pagi ini, Katim
pagi ini adalah Ns.Ade, Perawat Pelaksana (PP) adalah Ns.Elisabeth, dan
Ns.Widya. Mereka yang akan bertugas menggantikan perawat dinas
malam. Sedangkan perawat yang merawat bapak shift pagi adalah Ns.
Ade.

Ns.Elisabeth : Mohon maaf Ns.Inong apakah sudah dilakukan pengkajian lanjutan


pasien jatuh?

Ns.Inong : Iya sudah. Scorenya 35, sign jatuh sudah dipasang, edukasi pasien dan
keluarga sudah diberikan

Ns.Elisabeth : saya lihat gelang resiko jatuh belum terpasang, saya pasang ya…
(Bapak A, tujuan ini dipasang supaya semua petugas kami tahu saat ini
bapak berisiko jatuh, sehingga akan kami perhatikan dan
memfasilitasi/mendampingi aktivitas bapak).

Setelah pertemuan dengan seluruh pasien, KARU mempersilahkan masing-


masing perawat melakukan validasi terhadap pasien sesuai pembagian tugasnya.

Contoh validasi pasien Tn. A oleh Ns. Ade

Ns. Ade : Selamat pagi Tn. A, saya Ns Ade yang bertugas merawat
bapak shift pagi ini dari jam 07.00 s.d jam 14.00. Apakah bapak masih merasa
demam?
Pasien : Sudah berkurang Ns.
Ns. Ade : Baik bapak, tidak perlu khawatir apa yang dirasakan
bapak, suhu bapak saat ini sudah 37.5◦C, kami sudah lakukan kompres air hangat
dan memakaikan bapak pakaian tipis untuk membantu rasa nyaman akibat
demam. Dan juga sudah ada terapi obat yang sudah diberikan dokter. Program
puasa pasca operasi masih dilakukan ya pak, nanti bila ada perubahan program
akan diberitahukan kembali. Saya akan memantau kondisi bapak, apabila
membutuhkan bantuan saya dan perawat dinas pagi lainnya ada di Nurse Station,
silahkan bapak bisa pencet tombol Nurse call tersedia disebelah tangan kanan
bapak ya. Sebelum saya meninggalkan kamar bapak, ada yang perlu saya bantu?
Apakah posisi tidur saat ini sudah nyaman? Baiklah, saya akan kembali nanti saat
melakukan observasi tanda vital jam 08.00 ya pak. Terima kasih bapak.
Pasien : Terima kasih Ns..
Ns. Ade : Melakukan kebersihan tangan setelah keluar dari kamar pasien.

Fase Terminasi

Kemudian, KARU dan tim kembali ke nurse station.

KARU : Baik, terima kasih kita sudah melaksanakan kegiatan timbang terima.
Mohon teman-teman perhatikan kembali khususnya kelengkapan dokumentasi,
SPO pencegahan resiko jatuh dimana Bp.A belum dipakaikan gelang resiko jatuh.
Saya harap dengan adanya kegiatan ini proses pendelegasian tugas bisa jelas dan
terstruktur. Demikian, semoga apa yang telah kita lakukan ini memberi banyak
kebermanfaatan dan kita diberikan kelancaran dalam melakukan tugas masing-
masing. Demikian saya akhiri, wassalammualaikum wr.wb.
Daftar Pustaka

Athanasakis, E. (2013). Synthesizing knowledge about nursing shift handover:


Overview and reflection from evidence based literature. International
Journal of Caring Sciences, 6(3), 300-307.
Australia, D. o. H. W. (2013). WA health clinical handover policy. Retrieved
from https://ww2.health.wa.gov.au/
Halm, M. A. (2013). Nursing handoffs: ensuring safe passage for patients.
American journal of critical care : an official publication, American
Association of Critical-Care Nurses, 22(2), 158-162.
doi:10.4037/ajcc2013454
International, J. C. (2010). Understanding and Improving Patient Handoff. The
Joint Commission Journal on Quality and Patient Safety, 36(2).
Javad Malekzadeh, S. R. M., Toktam Etezadi, Alireza Tasseri (2013). A
Standardized shift handover protocol: Improving nurses” safe practice in
intensive care unit. Journal of Caring Science, 2(3), 177-185.
Marquis, B. L. (2013). Kepemimpinan dan manajemen keperawatan : teori dan
aplikasi. Jakarta: EGC.
Nursalam. (2011). Proses dan dokumentasi keperawatan: konsep dan
praktek. Jakarta: Salmeba Medika.
Runy, L. A. (2010). Patient Handoffs. Hospitals and Health Networks. Retrieved
from
https://pdfs.semanticscholar.org/5beb/7fc335dbd998ed939af2f19799be65a
fcf61.pdf
Sumijatun. (2009). Manajemen Keperawatan Konsep Dasar dan Aplikasi
Pengambilan Keputusan Klinis. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Vinu M, K. B. (2016). The use of a digital structured format for nursing shift
handover to improve communication. Paper presented at the IEEE 29th
International symposium on computerbased medical systems.
Wendy Chaboyer, A. M., Mariane wallis. (2008). Standard Operating Protocol for
Implementing Bedside Handover in Nursing Jurnal of nursing
management, 7, 29-36.
A structured evidence-based literature review regarding the effectiveness of
improvement intervention in clinical handover, (2008).

Anda mungkin juga menyukai