Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Rumah sakit dituntut untuk berespon cepat dan aman terhadap pasien,

salah satunya pada pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD). IGD merupakan

salah satu unit rumah sakit yang memberikan pelayanan gawat darurat untuk

mencegah terjadinya morbiditas dan meminimalkan terjadinya mortalitas

pada semua pasien (Jadmiko, 2017).

Instalasi gawat darurat (IGD) merupakan unit krusial dari satu rumah

sakit yang berfungsi sebagai pintu utama dalam penanganan kasus kegawat

daruratan. Kondisi gawat darurat merupakan keadaan klinis yang

membutuhkan tindakan medis segera untuk penyelamatan nyawa serta

pencegahan kecacatan lebih lanjut (Permenkes RI No.47 Tahun 2018).

Petugas tim kesehatan IGD di rumah sakit terdiri dari dokter, dokter gigi,

perawat, tenaga kesehatan lain dan tenaga non kesehatan yang telah mendapat

pelatihan penanganan kegawatdaruratan (Peraturan Menteri Kesehatan RI,

2018)

Overcrowded atau kepadatan adalah suatu keadaan dimana terjadinya

peningkatan jumlah kunjungan pasien dalam satu waktu. Meningkatnya

jumlah pasien di Instalasi Gawat Darurat dapat menyebabkan tertundanya

waktu perawatan dan penanganan, keterlambatan perawatan pasien kritis,

penurunan kapasitas tempat tidur (Andi subadi & Dwi Noerjoedianto 2021).
Pada umumnya penyebab terjadinya Overcrwded atau kepadatan

disebabkan karena ketidak seimbangan antara ketersediaan dan permintaan

dalam suatu instalasi gawat darurat. Hal tersebut meliputi kurangnya tempat

tidur yang dimiliki rumah sakit. Selain itu, faktor lainnya yang mempengaruhi

penilaian Overcrowded adalah karena tingginya angka populasi yang ada

pada daerah dirumah sakit yang diteliti sehingga hal tersebut akan berdampak

dengan tingginya angka kunjungan pasien disuatu rumah sakit tersebut (Andi

subadi & Dwi Noerjoedianto 2021).

Stres adalah kondisi fisik dan psikologis yang disebabkan karna

adaptasi pada lingkungan. Selain itu, stress adalah “ persiapan yang tidak di

sadari” oleh seseorang untuk menghindar atau menghadapi tuntutan- tuntutan

lingkungannya ( Kesmas,volume1,Nomor2,Tahun2012 hal767-776).

Dampak dari overcrowded juga bisa dialami oleh perawat.

Peningkatan pasien tanpa diimbangi dengan tenaga kesehatan atau sarana

prasarana dapat menjadi permasalahan stres kerja yang dirasakan oleh

perawat (Nurazizah, 2017).

Stres kerja didefinisikan sebagai respon emosional dan fisik yang

bersifat negatif mengganggu atau merugikan yang terjadi pada saat tuntutan

tugas tidak sesuai dengan kapabilitas, sumber daya, atau keinginan pekerja.

Seseorang dapat dikategorikan mengalami stres kerja, apabila stres yang

dialami melibatkan juga pihak organisasi perusahaan atau tempat orang yang

bersangkutan bekerja (Kasmarani 2012)


Beberapa tahun terakhir IGD di United Stated telah melihat

peningkatan volume kunjungan pasien sekitar 30 juta pasien per tahun

(Depertement of Health,2012). Berdasarkan data statistic NHS England

(2018) di United Kingdom pada tahun 2017, jumlah kunjungan pasien di

Instalasi Gawat Darurat diperkirakan lebih dari 23,7 juta.

Setiap tahun, lebih dari dua juta orang /tahun datang mengunjungi

IGD, tidak jarang terjadi penumpukan pasien (overcrowded) di IGD. Hal ini

berdampak pada waktu tunggu dan ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan

di IGD (Kudiman dkk, 2019). Menurut CDC, sekitar 50% dari ED mengalami

kepadatan berlebih. Menurut Salway et al (2017) Sembilan puluh persen

direktur ED melaporkan kepadatan berlebih sebagai masalah berulang dan

peneliti lain telah melaporkan pengalihan hingga 50% di bagian gawat

darurat.

Data kunjungan masuk pasien ke IGD di Indonesia mencapai 4.401

pasien (13,3%) dari total keseluruhan kunjungan di rumah sakit umum

(Menteri Kesehatan RI, 2014). Sedangkan data kunjungan pasien IGD di

Sulawesi Selatan pada tahun 2014 berjumlah 64.094 pasien dan pada tahun

2015 di Makassar kunjungan pasien IGD mencapai 2.081.075 pasien

American College of Emergency Physicians (2013) dalam Emergency

Nurses Association (2017) mengemukakan bagian Instalasi Gawat Darurat

yang penuh sesak atau Overcrowded ketika kebutuhan akan layanan melebihi

sumber daya yang tersedia di departemen untuk perawatan pasien yang tepat

waktu. Peningkatan juga berimplikasi pada peningkatan beban kerja perawat,


kelelahan dan pergantian staf. Kondisi overcrowded disebabkan karena tidak

seimbangnya jumlah kunjungan pasien yang datang ke IGD dengan jumlah

perawat sehingga yang menyebabkan terhambatnya pelayanan di IGD bahkan

menurunkan kualitas pelayanan (Jadmiko, 2017)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah Hubungan

Overcrowded dengan Stress Perawat di Instalasi Gawat Darurat RSUD Syekh

Yusuf Kab. Gowa ?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya Hubungan Overcrowded dengan Stres Perawat di Instalasi

Gawat Darurat RSUD Syekh Yusuf Kab. Gowa

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi tingkat Overcrowded pasien di Instalasi Gawat

Darurat di RSUD Syekh Yusuf Kab. Gowa

b. Mengidentifikasi stress kerja pada perawat di Instalasi Gawat Darurat

RSUD Syekh Yusuf Kab. Gowa

c. Mengidentifikasi Hubungan Overcrowded dengan Stress kerja perawat

di Instalasi Gawat Darurat RSUD Syekh Yusuf Kab. Gowa


D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang

Hubungan Overcrowded dengan Stress kerja perawat di Instalasi Gawat

Darurat

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Mahasiswa

Memberikan tambahan pengetahuan mengenai Hubungan

Overcrowded Dengan Stress perawat Di Instalasi Gawat Darurat,

sehingga nantinya perawat dapat lebih memaksimalkan kemampuan

dalam tindakan kegawatdaruratan

b. Bagi Institusi

Sebagai bahan referensi tambahan pemikiran dalam perkembangan

pengetahuan sehingga dapat mengembangkan penelitian tentang

Hubungan Overcrowded Dengan Stress Kerja Di Instalasi Gawat

Darurat.

c. Bagi Peneliti

Diharapkan dapat bermanfaat sehingga bisa menambah kepustakaan

tentang Hubungan Overcrowded Dengan Stress Perawat Di Instalasai

Gawat Darurat
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Instalasi Gawat Darurat (IGD)

1. Pengertian

Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah unit pelayanan di Rumah

Sakit yang memberi penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit

dan cidera, yang membutuhkan perawatan gawat darurat (Queensland

Helth ED, 2012). IGD memiliki tujuan utama diantaranya adalah

menerima, melakukan triage, menstabilisasi, dan memberikan pelayanan

kesehatan akut untuk pasien, termasuk pasien yang membutuhkan

resusitasi dan pasien dengan tingkat kegawatan tertentu (Australasian

Collage for Emergency Medicine, 2014).

Beberapa tipe pasien khusus yang biasa ditemui di IGD yang

membutuhkan pemeriksaan dan tindakan yang khusus, antara lain: pasien

dengan traumamayor, pasien lansia, anak-anak dan remaja, pasien dengan

gangguan jiwa, pasien dengan penyakit infeksius, dan pasien yang

terpapar bahan kimia, biologi atau kontaminasi radiologi (Australasian

Collage for Emergency Medicine, 2014).

2. Prinsip pelayanan IGD

Prinsip umum pelayanan IGD Rumah Sakit dari Depkes (2010):


a. Rumah sakit harus memiliki pelayanan emergency yang memiliki

kemampuan dan pengetahuan untuk melakukan pemeriksaan awal

kasus-kasus emergency dan resusitasi serta stabilisasi (live saving).

b. Instalasi Gawat Darurat rumah sakit diwajibkan untuk memberikan

pelayanan 24 jam dalam sehari selama satu minggu.

c. Nama untuk instalasi atau unit gawat darurat di Rumah Sakit harus

sama atau diseragamkan menjadi Instalasi Gawat Darurat.

d. Rumah sakit tidak diperkenankan meminta uang pembayaran awal

pada saat menangani kasus gawat darurat.

e. Pasien gawat darurat wajib ditangani maksimal dalam waktu 5 menit

setelah sampai di IGD.

f. Organisasi IGD didasarkan pada organisasi fungsional, dimana

terdapat unsur pimpinan dan unsur pelaksanaan

g. Semua Rumah sakit harus berusaha dalam penyesuaian pelayanan

gawat darurat minimal sesuai dengan standar yang ada.

B. Overcrowded

1. Pengertian

Overcrowded dalam bahasa Indonesia dapat diartikan penuh sesak

atau terlalu penuh. Belum ada definisi universal mengenai overcrowded di

IGD (Weiss et al., 2004). Overcrowded dalam layanan kegawat daruratan

dapat diartikan kondisi ketika semua bed dalam IGD penuh, pasien

ditempatkan di koridor IGD karena instalasi rawat inap penuh, IGD tidak

menerima pasien baru atau mengalihkan ambulan yang akan datang, ruang
tunggu IGD penuh, tenaga kesehatan di IGD merasa sibuk sekali dan

waktu tunggu diperiksa dokter lebih dari satu jam (Hwang et al, 2011).

Dampak yang terjadi apabila kejadian overcrowded dibiarkan terus

menerus adalah meningkatnya mortalitas di rumah sakit, menurunkan

perawatan klinis pada pasien, meningkatnya medical error, meningkatnya

Length Of Stay (LOS), efek negatif pada bidang pendidikan dan

penelitian, ketidakmampuan melakukan evakuasi pada keadaan gawat

darurat seperti kebakaran, waktu tunggu pasien yang lama, serta

berkurangnya tingkat kepuasan pasien (Schull et al., 2003; Affleck et al.,

2013; Salway et al., 2017). Kepadatan IGD menjadi perhatian dalam dunia

internasional karena dikaitkan dengan dampak negatif yang signifikan

termasuk kematian (American College of Emergency Physicians, 2016;

Clark, 2009; Bernstein, 2009; Hoot, N. and Aronsky, D, 2008). Di

Australia terjadi kepadatan IGD dan membuat waktu tunggu pasien untuk

mendapatkan bed rawat inap lebih dari 8 jam, sehingga kepadatan yang

terjadi menyumbangkan angka mortalitas sebesar 20% - 30% (Australian

College of Emergency Medicine in Morris, 2011).

2. Faktor- faktor yang mempengaruhi Overcrowded di IGD

Beberapa penyebab kepadatan di IGD adalah kurangnya

staf/tenaga, tempat tidur pasien rawat inap belum memadai dan permintaan

jumlah pasien pengguna IGD yang meningkat (Chang et al., 2018,

Higginson & Boyle, 2018). Faktor lain adalah meningkatnya kompleksitas

kasus pasien yang datang ke IGD, meningkatnya volume pasien secara


menyeluruh, meningkatnya kunjungan pasien tidak gawat darurat di IGD,

kurangnya staf perawatan, kurangnya spesialis sebagai konsulen,

kurangnya dukungan administratif (Clark, 2009).

3. Dampak Overcrowded

Dampak yang terjadi apabila kejadian overcrowded dibiarkan terus

menerus adalah meningkatnya mortalitas di rumah sakit, menurunkan

perawatan klinis pada pasien, meningkatnya medical error, meningkatnya

Length Of Stay (LOS), efek negatif pada bidang pendidikan dan

penelitian, ketidakmampuan melakukan evakuasi pada keadaan gawat

darurat seperti kebakaran, waktu tunggu pasien yang lama, serta

berkurangnya tingkat kepuasan pasien (Schull et al., 2003; Affleck et al.,

2013; Salway et al., 2017). Kepadatan IGD menjadi perhatian dalam dunia

internasional karena dikaitkan dengan dampak negatif yang signifikan

termasuk kematian (American College of Emergency Physicians, 2016;

Clark, 2009; Bernstein, 2009; Hoot, N. and Aronsky, D, 2008). Di

Australia terjadi kepadatan IGD dan membuat waktu tunggu pasien untuk

mendapatkan bed rawat inap lebih dari 8 jam, sehingga kepadatan yang

terjadi menyumbangkan angka mortalitas sebesar 20% - 30% (Australian

College of Emergency Medicine in Morris, 2011).

C. Stress

1. Pengertian

Stres merupakan suatu kondisi yang negatif dan mengarah ke

timbulnya penyakit fisik ataupun mental serta perilaku yang tidak wajar
(Munandar, 2008). Menurut Mangkunegara (2015), stres kerja adalah

perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan.

Stres kerja ini terlihat dari gejala-gejala seperti emosi tidak stabil, perasaan

tidak tenang, suka menyendiri, sulit tidur, merokok yang berlebihan, tidak

bisa rileks, cemas, gugup, tegang, tekanan darah meningkat, dan

mengalami gangguan pencernaan.

Definisi stres menurut National Safety Council (2004) adalah

ketidakmampuan seseorang dalam mengatasi ancaman yang dihadapi oleh

mental, fisik, emosional, dan spiritual seseorang yang suatu saat dapat

mempengaruhi kesehatan fisik orang tersebut. Stres kerja timbul akibat

kepuasan kerja yang tidak terwujud dari pekerjaannya. Stres adalah suatu

kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan

kondisi seseorang (Hasibuan, 2017).

Berdasarkan beberapa definisi mengenai stres kerja diatas, dapat

disimpulkan bahwa stres kerja merupakan suatu kondisi yang negatif yang

berpengaruh pada emosi, akal pikiran, dan kondisi fisik seseorang yang

diakibatkan oleh pekerjaan seseorang tersebut.

4. Penyebab Stress Kerja

Menurut Mangkunegara (2015), Penyebab Stres kerja adalah

sebagai berikut :

a. Beban kerja yang dirasakan terlalu berat.

b. Waktu kerja yang mendesak

c. Kualitas pengawasan kerja yang rendah


d. Iklim kerja yang tidak sehat

e. Otoritas kerja yang tidak memadai yang berhubungan dengan

tanggung jawab

f. Konflik kerja

g. Perbedaan nilai antara karyawan dengan pemimpin yang frustasi

dalam kerja

Sedangkan menurut Hasibuan (2017), penyebab stress kerja yaitu:

a. Beban kerja yang sulit dan berlebihan

b. Tekanan dan sikap pimpinan yang kurang adil dan wajar

c. Waktu dan peralatan kerja yang kurang memadai

d. Konflik antara pribadi dengan pimpinan atau kelompok kerja

e. Balas jasa yang terlalu rendah

f. Masalah-masalah keluarga seperti anak, istri, mertua, dan lain-lain.

D. Perawat

1. Pengertian

Perawat atau nurse berasal dari bahasa latin nutrix yang berarti

merawat atau memelihara. Pengertian ini pertama dikemukakan oleh Ellis

dan Hartly (dalam Gaffar, 1999). Perawat merupakan seorang yang

berperan dalam memberi pelayanan keperawatan, membantu memelihara,

serta melindungi pasiennya karena keadaan pasien yang mengalami

penurunan dan proses penuaan (Taylor et al, dalam Gaffar, 1999).

Menurut UU Kesehatan No.23, 1992 menjelaskan bahwasannya

perawat adalah orang yang mempunyai kemampuan dan wewenangan


dalam melakukan tindakan berdasarkan ilmu yang dimilikinya, yang

diperoleh dari pendidikan keperawatan

2. Peran Perawat

Peran perawat sendiri menurut Doheny (1982) di dalam buku

pengantar profesi dan praktik keperawatan profesional (Kusnanto, 2004)

menjelaskan beberapa pokok peran perawat profesional, meliputi:

a. Pemberi asuhan keperawatan (Care Giver)

Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan dimana perawat melakukan

tindakan dan memberikan pelayanan kepada pasienya sesuai dengan

apa yang telah dianjurkan dokter dan tenaga medis lain. Dalam hal ini

perawat langsung berhubungan dengan klien guna melakukan

identifikasi, intervensi, implementasi serta evaluasi terkait penangannan

yang sudah diberikan.

b. Sebagai pembela klien (Client Advocate)

Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam

menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau

informasi lain khusunya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan

keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan

mempertahankan dan melindungi hakhak pasien yang meliputi hak atas

pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak

atas privasi, hak untuk menntukan nasibnya sendiri dan hak untuk

menerima ganti rugi akibat kelalaian.


c. Sebagai pendidik ( Educator)

Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan

tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang

diberikankan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah

dilakukan pendidikan kesehatan.

d. Sebagai collabolator

Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim

kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain- lain

dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang

diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan

bentuk pelayanan selanjutnya.

e. Sebagai coordinator

peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta

mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga

pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan

kebutuan klien.

f. Sebagai pembaharu ( Change Agent)

Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan

perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai

dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.

g. Sebagai umber informasi yang dapat membantu klient (consultant).

Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau

tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan


atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan

keperawatan yang diberikan.

h. Sebagai pengelola prioritas pasien

Dalam hal ini perawat melakukan tindakan berupa penilaian dari tingkat

kegawatan pasien. Tindakan ini dilakukan pertamakali saat pasien

masuk di ruang IGD. Tindakan ini bertujuan untuk menentukan

tindakan apa yang akan diberikan selanjutnya.

E. Hubungan Overcrowded dengan stress kerja perawat

Overcrowded dalam bahasa Indonesia dapat diartikan penuh sesak atau

terlalu penuh. Belum ada definisi universal mengenai overcrowded di IGD

(Weiss et al., 2004). Overcrowded dalam layanan kegawat daruratan dapat

diartikan kondisi ketika semua bed dalam IGD penuh, pasien ditempatkan di

koridor IGD karena instalasi rawat inap penuh, IGD tidak menerima pasien

baru atau mengalihkan ambulan yang akan datang, ruang tunggu IGD penuh,

tenaga kesehatan di IGD merasa sibuk sekali dan waktu tunggu diperiksa

dokter lebih dari satu jam (Hwang et al, 2011).

Faktor penyebab dari kepadatan IGD paling sering adalah kurangnya

tempat tidur untuk pasien yang di rawat inap. Faktor lain adalah meningkatnya

kompleksitas kasus pasien yang datang ke IGD, meningkatnya volume pasien

secara menyeluruh, meningkatnya kunjungan pasien tidak gawat darurat di

IGD, kurangnya staf perawatan, kurangnya spesialis sebagai konsulen,

kurangnya dukungan administratif (Clark, 2009)


Dampak dari overcrowded juga bisa dialami oleh perawat. Peningkatan

pasien tanpa diimbangi dengan tenaga kesehatan atau sarana prasarana dapat

menjadi permasalahan stres kerja yang dirasakan oleh perawat (Nurazizah,

2017). Stres kerja didefinisikan sebagai respon emosional dan fisik yang

bersifat negatif mengganggu atau merugikan yang terjadi pada saat tuntutan

tugas tidak sesuai dengan kapabilitas, sumber daya, atau keinginan pekerja.

Faktor utama yang mempengaruhi stres kerja perawat IGD adalah beban

kerja dan kelelahan bekerja (Kasmarani, 2012). Stres dapat menimbulkan

bermacam-macam dampak yang merugikan mulai dari menurunnya kesehatan

sampai pada dideritanya suatu penyakit. Dampak buruk yang dapat

ditimbulkan jika seorang perawat mengalami stres ialah dapat mengganggu

interaksi sosialnya, baik itu dengan rekan kerja, dokter maupun pasien.
BAB III

KERANGKA KONSEP & HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu realitas agar dapat di

komunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan ketertarikan

antara variabel (baik variabel yang di teliti maupun yang tidak di teliti).

Kerangka konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil penelitian

dengan teori. Nursalam, (2017). Dalam penelitian ini , variabel independen

mempengaruhi variabel dependen yaitu Overcrowded di IGD. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :

Variable Independen Variable Dependen

Overcrowded Stress Kerja

Keterangan :

Variable Independen

Variable Dependen

Garis Penghubung variable yang di teliti


B. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pertanyaan penelitian. Menurut La Biondo-Wood dan Haber (2002) Hipotesis

adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua atau lebih variabel

yang diharapkan untuk menjawab suatu pertanyaan dalam penelitian. (Nursalam,

2017)

Anda mungkin juga menyukai