Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN RESPONTIME DENGAN TINGKAT KECEMASAN

PETUGAS AGD DALAM EVAKUASI PASIEN ONCALL


DI AGD DINKES DKI JAKARTA PUSAT
TAHUN 2022

Disusun oleh :
ESAS FIBRI ABRAR
NIM. 42010121B010

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


YAYASAN RISE INDONESIA (RISE)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CIREBON
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis
segera untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan. Pelayanan Gawat Darurat
adalah tindakan medis yang dibutuhkan oleh korban atau pasien Gawat Darurat dalam
waktu segera untuk menyelamatkan nyawa dan pencegahan kecacatan. Korban atau
Pasien Gawat Darurat adalah orang yang berada dalam ancaman kematian dan kecacatan
yang memerlukan tindakan medis segera. Mempercepat waktu penanganan (respon time)
Korban atau Pasien Gawat Darurat dan menurunkan angka kematian serta kecacatan.
Penanganan gawat darurat ada filosofinya yaitu Time Saving it’s Live Saving.
artinya seluruh tindakan yang dilakukan pada saat kondisi gawat darurat haruslah benar-
benar efektif dan efisien. Hal ini mengingatkan pada kondisi tersebut pasien dapat
kehilangan nyawa hanya dalam hitungan menit saja. Berhenti nafas selama dua sampai
tiga menit pada manusia dapat menyebabkan kematian yang fatal. Menurut Kemenkes
Tahun 2009 mengenai Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, waktu tanggap
pelayanan dokter di gawat darurat memiliki dimensi mutu keselamatan dan efektifitas
pelayanan. Kecepatan pelayanan dokter di gawat darurat adalah kecepatan pasien dilayani
sejak pasien datang sampai mendapat pelayanan dokter (dalam waktu hitungan menit).
Dimana waktu tanggap adalah kecepatan dan ketepatan pelayanan yang diterima oleh
pasien di suatu rumah sakit yang dapat memberikan keyakinan kepada pasien agar dapat
selalu menggunakan jasa pelayanan di rumah sakit tersebut. Waktu tanggap tersebut
memiliki standar maksimal lima menit di tiap kasus. Waktu tanggap pelayanan perlu
diperhitungkan agar terselenggaranya pelayanan yang cepat, responsif dan mampu
menyelamatkan pasien gawat darurat.
Tenaga kesehatan inilah yang seharusnya mendapatkan perhatian dan
perlindungan berlebih. Perawat memiliki peran penting dalam melakukan pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Perawat memiliki beban kerja disertai tuntutan kerja yang
tinggi terlebih lagi bagi perawat yang bekerja di Instalasi Rawat Inap. Hal tersebut
disebabkan perawat memiliki peran dan tanggung jawab yang besar. Waktu tanggap dapat
dihitung dengan hitungan menit, namun waktu tanggap dapat dipengaruhi beberapa factor
yaitu : 1) jumlah tenaga yang tersedia di IGD, 2) sarana dan prasarana, 3) pendidikan, dan
faktor lain yang mendukung.5 Dikatakan tepat waktu apabila waktu tanggap yang
diperlukan dalam memberikan respon tidak melebihi waktu rata-rata atau standar yang
sudah di tentukan. Pelaksanaan waktu tanggap yang memadai di Indonesia masih
memerlukan evaluasi lebih lanjut dan yang menjadi indikator keberhasilan waktu tanggap
penderita gawat darurat adalah kecepatan dalam memberikan pertolongan kepada pasien
baik, keadaan rutin sehari-hari maupun sewaktu bencana serta bantuan yang diberikan
untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah cacat. Perawat merupakan profesi atau
tenaga kesehatan yang jumlah dan kebutuhannya paling banyak di antara tenaga
kesehatan lainnya.Tenaga perawat sebagai “The Caring Profession” mempunyai
kedudukan yang penting dalam menghasilkan kualitas layanan kesehatan yang baik,
karena pelayanan kesehatan itu diberikan berdasarkan pendekatan bio-psiko-sosial
spiritual (PPNI, 2012).
Sebagai salah satu bagaian dari pemberi pelayanan kesehatan perawat mempunyai
waktu yang paling panjang di sisi pasien, memungkinkan terjadi kelelahan kerja.6.
Perawat sangat diperlukan dalam sebuah rumah sakit sebagai seseorang yang profesional
dalam upaya memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan tuntutan kerja yang
bervariasi. Peringatan dari tubuh yang mengalami penurunan fisik dan psikis disebut
dengan kelelahan kerja. Data International Labour Organization mengungkapkan bahwa
setiap tahun terdapat 2,5 juta tenaga kerja meninggal akibat kecelakan kerja. Kecelakaan
tersebut timbul dikarenakan adanya kelelahan dalam bekerja. Sebanyak tenaga kerja
dengan persentase sebesar 60% mengunjungi poliklinik dengan melaporkan gejala
kelelahan kerja. Penelitian yang dilakukan di USA menyatakan bahwa tingkat kelelahan
kerja menempati urutan ke tujuh yang paling sering ditemukan dari studi epidemiologi.
Ambulan Gawat Darurat Dinas Keehatan DKI Jakarta terdapat kurang lebih 86
armada ambulan yang terbagi menjadi 6 wilayah penyebarannya diantaranya, wilayah
pusat, wilayah utara, wilayah timur, wilayah barat, wilayah selatan dan wilayah
kepulauan seribu. Jumlah perawat operasionalnya berjumlah 413 perawat. Berdasarkan
hasil wawancara 10 perawat di 6 wilayah tersebut didapatkan, 9 orang perawat
mengatakan dinamika kerja AGD saat ini tidak bisa di prediksi, hampir setiap berdinas
selalu evakuasi pasien minimal kegiatan dalam 8 jam berdinas membawa 3 pasien,
maksimalnya 4 pasien, tuntutan respontime < 20 menit dari mulai medapatkan taruna
telfon cca sampai tiba di kediaman pasien. Hal seperti ini membuat petugas merasa
tertekan dan cemas. Selain itu setiba di kediaman setelah menangani pasien terkadang
harus menunggu konfirmasi RS terkait penuhnya RS rujukan. Dari latar belakang
kejadian dan fenomena-fenomena yang di dapat sehingga menarik minat peneliti untuk
melakukan penelitian dengan judul ‘’Hubungan respontime dengan tingkat kecemasan
petugas AGD dalam evakuasi pasien oncall di AGD Dinkes DKI Jakarta Pusat tahun
2022’’.

1.2. Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut: “Hubungan respontime dengan tingkat kecemasan petugas AGD dalam evakuasi
pasien di AGD Dinkes DKI Jakarta Pusat Tahun 2022”.

1.3. Tujuan penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan respon time dengan tingkat kecemasan petugas AGD
dalam evakuasi pasien oncall di AGD Dinkes DKI Jakarta Pusat Tahun 2022.
1.3.2. Tujuan Kusus
1. Mengetahui gambaran karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin,
pendidikan, dan lama kerja di AGD Dinkes DKI Jakarta Pusat.
2. Mengetahui gambaran respon time perawat AGD Dinkes DKI Jakarta Pusat.
3. Mengetahui gambaran tingkat kecemasan perawat AGD Dinkes DKI Jakarta
Pusat.
4. Mengetahui Hubungan respon time dengan tingkat kecemasan petugas AGD
dalam evakuasi pasien oncall di Agd Dinkes DKI Jakarta Pusat Tahun 2022.

1.4. Ruang lingkup penelitian


Penelitian ini tentang Hubungan respon time dengan tingkat kecemasan petugas AGD
dalam evakuasi pasien oncall. Penelitian ini akan dilakukan di AGD Dinkes DKI Jakarta
Pusat Tahun 2022. Peneilitian dilakukan bulan Oktober 2022. Alasan kenapa perlu
dilakukan penelitian ini karena masih banyaknya petugas yang merasa cemas dan gugup
saat menangani pasien oncall, sehingga mempengaruhi respon time. Analisa data
penelitian ini dengan menggunakan statistic univariate dan bivariate dengan
menggunakan uji Rank spearman.

1.5. Manfaat penelitian


1.5.1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan khususnya
tentang perawatan gawat darurat terutama pada respon time penanganan pasien.

1.5.2. Manfaat praktis


1. Manfaat bagi tenaga kesehatan.
Sebagai masukan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan sebagai bahan
informasi dalam memberikan pelayanan secara prima di AGD Dinkes DKI
Jakarta.
2. Manfaat bagi institusi pendidikan.
Hasil penelitian ini sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pengetahuan dan
wawasan pada perawat terutama pada pelayanan dalam menangani pasien gawat
darurat
3. Manfaat bagi peneliti.
Untuk penerapan ilmu pengetahuan dalam membuat skripsi dan sebagai salah satu
pengalaman belajar di Prodi S1 Keperawatan STIKes Cirebon.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ambulan Gawat Darurat


2.1.1. Definisi
Ambulans adalah suatu kendaraan untuk memindahkan orang sakit atau cedera
ke suatu tempat untuk mendapatkan pengobatan. Kendaraan tersebut dilengkapi
dengan lampu tanda darurat dan sirine. Ambulans merupakan alat transportasi yang
digunakan untuk mengangkut pasien yang dilengkapi dengan peralatan medis sesuai
dengan standar.1 Ambulans adalah salah satu sarana evakuasi medik yang merupakan
bagian dari pelayanan kesehatan dan Sistem Penanggulan Gawat Darurat Terpadu
(SPGDT). 2
2.1.2. Fungsi Ambulan Gawat Darurat
a. Pertolongan Penderita Gawat Darurat Pra Rumah Sakit dan antar Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
b. Pengangkutan penderita gawat darurat dari lokasi kejadian ke tempat tindakan
definitive atau ke Rumah Sakit
c. Sebagai kendaraan transport rujukan. 2

2.1.3. Macam-macam Ambulan Gawat Darurat


Ambulance gawat darurat terbagi menjadi : ambulance gawat darurat darat,
laut, udara. Ambulace gawat darurat darat terbagi menjadi : ambulance basic,
ambulance advance. Ambulance basic ialah digunakan untuk pasien yang tidak
memerlukan perawatan khusus atau tindakan darurat untuk menyelamatkan nyawa
dan diperkirakan tidak akan timbul kegawatan selama dalam perjalanan. Berisi tabung
oksigen dan peralatannya, pengukur tekanan darah, obat-obatan sederhana, dan cairan
infus secukupnya.3
Ambulans Advance adalah ambulans yang dilengkapi dengan peralatan medis
khusus, dari mulai Air Way Set, Breathing Set, Circulation Set, Extrication Set,
Ventilator, Infus Pump, Syringe Pump, AED, dan Pasien Monitor. 4
2.2. Respon time
2.2.1. Definisi
Menurut suharteti (2019) Respon time adalah kecepatan dalam menangani klien.
Response time sangat berhubungan dengan triage dimana standar triage yang paling
banyak digunakan di Rumah Sakit untuk penanganan pasien di negara Australia
dengan menggunakan lima kategori diantaranya, sangat mengancam hidup maka
waktu tanggapnya langsung (0 menit), sedikit mengancam hidup (10 menit), beresiko
mengancam hidup (30 menit), darurat (60 menit) dan kategori biasa dengan waktu
perawatan (120 menit). Di negara Kanada juga terdapat lima tingkatan triage yaitu
Resusitasi (0 menit), gawat darurat (0 menit).19
Response time juga dapat berarti waktu emas terhadap kehidupan seorang pasien
dimana dalam banyak kasus menggambarkan semakin cepat mendapatkan
pertolongan definitif maka kemungkinan kesembuhan dan keberlangsungan hidup
seseorang akan semakin besar, sebaliknya kegagalan response time di IGD dapat
diamati dari yang berakibat fatal berupa kematian atau cacat permanen dengan kasus
kegawatan organ vital pada pasien sampai hari rawat di ruang perawatan yang panjang
setelah pertolongan di IGD sehingga berakibat ketidakpuasan pasien dan complain
sampai dengan biaya perawatan yang tinggi. Respon time dipengaruhi oleh beberapa
hal diantaranya, jumlah tenaga, sarana dan prasarana, pengetahuan atau pengalaman
perawat. Respon time perawat dikatakan tepat waktu jika tidak melebihi rata-rata
waktu yang telah ditetapkan.19

2.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi respontime


Kecepatan dan ketepatan pertolongan yang diberikan pada pasien yang datang
ke IGD memerlukan standar sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya Hal
ini dapat dicapai dengan meningkatkan sarana, prasarana, sumber daya manusia dan
manajemen IGD rumah sakit sesuai dengan standar.5
Faktor Internal yang memperngaruhi Response Time Perawat :
1. Pelatihan Gawat Darurat.
2. Masa Kerja.
3. Pendidikan.
4. Kondisi Pasien
Faktor Eksternal yang memperngaruhi Response Time Perawat:
1. Sarana Prasarana dan Fasilitas.
2. Ketersediaan Alat dan Obat.
3. Kehadiran Petugas.
4. Beban Kerja.

2.2.3. Klasifikasi respon time berdasarkan kegawatan.


Salah satu indikator keberhasilan tenaga kesehatan adalah kecepatan dalam
memberikan pertolongan kepada klien. Baik dalam keadaan darurat ataupun tidak
darurat. Keberhasilan respon time tergantung pada kecepatan dan ketepatan perawat
dalam memberikan pertolongan kepada klien,atau mencegah cacat klien. 19 Menurut
pusponegoro, mengatakan bahwa penanggulangan penderita gawat
darurat dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :
1. Kecepatan dalam menemukan pasien.
2. Kecepatan dalam meminta pertolongan
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan kepada klien untuk
menyelamatkan klien.

2.3. Tingkat kecemasan


2.3.1. Definisi
Kecemasan merupakan takut yang tidakjelas objeknya dan tidak jelas pula
alasannya.(1) Kecemasan merupakan suatu keadaan perasaan gelisah, ketidaktentuan,
ada rasa takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang tidak
diketahui masalahnya.6 Kecemasan merupakan suatu respon psikologis maupun
fisiologis individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan, atau reaksi atas
situasi yang dianggap mengancam. (2)
2.3.2. Jenis-jenis kecemasan
Kecemasan terbagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Kecemasan Neurosis (neurotic anxiety), adalah perasaan cemas akibat bahaya
yang belum diketahui. Perasaan itu sendiri berada pada ego, tetapi muncul dari
dorongan.
2. Kecemasan Realistis (realistic anxiety), adalah perasaaan yang tidak
menyenangkan dan tidak spesifik yang mencakup kemungkinan bahaya itu
sendiri.
3. Kecemasan Moral (moral anxiety), bermula dari konflik antara ego dan uperego.
Ketika anak membangun superego biasanya di usia lima atau enam tahun mereka
mengalami kecemasan yang tumbuh dari konflik antara kebutuhan realistis dan
perintah superego. 7

2.3.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan


1. Usia dan tingkat perkembangan, semakin tua usia seseorang atau semakin tinggi
tingkat perkembangan seseorang maka semakin banyak pengalaman hidup yang
dimilikinya. Pengalaman hidup yang banyak dapat mengurangi kecemasan.
2. Jenis kelamin, kecemasan dapat dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin. bahwa
cemas banyak didapat dilingkungan hidup dengan ketegangan jiwa yang lebih
banyak pada jenis kelamin perempuan daripada laki-laki. Hal ini disebabkan
karena perempuan dipresentasikan sebagai mahluk yang lemah lembut, keibuan
dan emosional.
3. Pendidikan, seseorang yang berpendidikan tinggi akan menggunakan koping lebih
baik sehingga memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah dibandingkan
dengan yang berpendidikan rendah.
4. Sistem pendukung, sistem pendukung merupakan kesatuan antara individu,
keluarga, lingkungan dan masyarakat sekitar yang memberikan pengaruh individu
dalam melakukan sesuatu. Sistem pendukung tersebut akan mempengaruhi
mekanisme koping individu sehingga mampu memberi gambaran kecemasan yang
berbeda.
5. Pengalaman, Pengalaman ini sebagai bagian penting dan bahkan sangat
menentukan bagi kondisi mental individu di kemudian hari.8

2.3.4. Pengukuran kecemasan menurut teori DAAS 42 (Depressio Anxiety Stress


Scales).9
Tingkat kecemasan merupakan hasil penilaian terhadap berat ringannya
perasaan cemas yang dialami seseorang. Tingkat ini bisa diukur dengan banyak skala,
salah satunya dengan dengan menggunakan Psychometric Properties of The
Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS 42). DASS 42 merupakan skala subjektif
yang digunakan untuk mengukur status emosional negatif dari depresi, kecemasan
dan stres. DASS 42 tidak hanya untuk mengukur status emosional tetapi bisa
digunakan untuk proses yang lebih lanjut yaitu untuk pemahaman, pengertian dan
pengukuran yang digambarkan sebagai stres. DASS dapat digunakan baik itu oleh
individu atau kelompok untuk tujuan penelitian.
Pada instrument ini tingkatan kecemasan akan dibedakan menjadi normal,
ringan, sedang, berat dan sangat berat . DASS 42 terdiri dari 42 item, mencakup 3
subvariabel, yaitu fisik, psikologis dan perilaku. Pertanyaan dalam DASS 42 dibagi
menjadi tiga skala yang didesain untuk mengukur tiga jenis keadaan emosional, yaitu
depresi, kecemasan, dan stres pada seseorang. Setiap skala terdiri dari 14 pertanyaan.
Skala untuk depresi dinilai dari nomor 3, 5, 10, 13, 16, 17, 21, 24, 26, 31, 34, 37, 38,
42. Skala untuk kecemasan dinilai dari nomor 2, 4, 7, 9, 15, 19, 20, 23, 25, 28, 30, 36,
40, 41. Skala untuk stres dinilai dari nomor 1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33,
35, 39. Subjek menjawab setiap pertanyaan yang ada. Setiap pertanyaan dinilai
dengan skor antara 0-3.
Jumlah skor secara keseluhan dari pertanyaan tersebut memiliki makna 0- 29
(normal); 30-59 (ringan); 60-89 (sedang); 90-119 (berat); >120 (Sangat berat)
(Lovibond & Lovibond, 1995). Skor untuk menentukan tingkat kecemasan
digolongkan menjadi normal (skor 0-7), ringan (skor 8-9), sedang (skor 10-14), berat
(skor 15-19) dan sangat berat (>20).
2.4. Kerangka Teori

Bagan 2.1
Kerangka teori

Karakteristik Responden :
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Pendidikan
4. Lama kerja

RESPON TIME KECEMASAN


1. Sangat
mengancam Faktor –faktor yang
1. Tuntutan mempengaruhi respontime
hidup (0 menit)
Tugas 1. Factor internal
2. Sedikit
- Pelatihan gawat
2. Tuntutan mengancam darurat
peran hidup (10 menit) - Masa kerja 1. Kecemasan
3. Tuntutan 3. Beresiko - Pendidikan Neurosis
antar-pribadi mengancam - Kondisi pasien
(neurotic anxiety
4. Struktur hidup (30menit) 2. Factor eksternal
- Sarana 2. Kecemasan
Organisasi 4. Darurat (60
prasarana dan Realistis
5. Kepemimpin menit) fasilitas (realistic anxiety)
an 5. Kondisi biasa - Ketersediaan 3. Kecemasan
Organisasi dengan indikasi alat dan obat Moral (moral
rawat (120 - Kehadiran
petugas anxiety)
menit)
- Beban kerja

Sumber : (DAAS 42 (Depression Anxiety Stress Scale), Janggawah, 2010, Otolora, 2017)

Keterangan :

= diteliti

= tidak diteliti
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.unimedika.com/articledetail/ini-tujuan-dan-fungsi-layanan-ambulans-
gawat-darurat. No Title.
2. Https://upk.kemkes.go.id/new/layanan/ambulans. No Title.
3. Https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4722989/jangan-salah-angkut-kenali-
jenis-jenis-armada-ambulans-sesuai-fungsinya. No Title.
4. Https://agddinkes.jakarta.go.id/PelayananAmbulans/detail_ambulans/1. No Title.
5. Jenggawah N, Pada S, Berpikir K, Dan K, Belajar M. Digital Digital Repository
Repository Universitas Universitas Jember Jember Digital Jember Digital Repository
Repository Universitas Universitas Jember. 2010;68–74.
6. Pardede JA. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Kecemasan. J Ilm
Kesehat. 2020;
7. Hanifah M, Yusuf Hasan B, Nanda Noor F, Tatang Agus P, Muhammad R. Kajian
jenis kecemasan masyarakat cilacap dalam menghadapi pandemi covid 19. Kaji Jenis
Kecemasan Masy Cilacap dalam menghadapi Pandemi Covid 19. 2020;
8. Rukmanawati F, Sulistyani H, Almujadi A. GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR
YANG MENYEBABKAN KECEMASAN ANAK PADA TINDAKAN
PENCABUTAN GIGI DI PUSKESMAS GODEAN 1. Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta; 2019.
9. Kusumadewi S, Wahyuningsih H. Model Sistem Pendukung Keputusan Kelompok
untuk Penilaian Gangguan Depresii, Kecemasan dan Stress Berdasarkan DASS-42. J
Teknol Inf dan Ilmu Komput. 2020;7(2):219.

Anda mungkin juga menyukai