REMEDIAL KEGAWATDARURATAN I
Oleh :
NIKE NOFFALIA
1410105010
ALIFAH PADANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
a. Mencegah kematian dan cacat (to save life and limb) pada periderita gawat darurat,
hingga dapat hidup dan berfungs kembali dalarn masyarakat sebagaimana mestinya.
Berpikir kritis dalam keperawatan menurut studi riset tahun 1997 & 1998 adalah
komponen esensial dalam tanggung gugat profesional dan asuhan keperawatan yang bermutu
seperti : kreatifitas, fleksibelitas, rasa ingin tahu, intuisi, pikiran terbuka (Rubenfeld, Barbara
K. 2006).
2.4 Model Berpikir Kritis Dalam Keperawatan
a. Bersikap tenang tapi cekatan dan berpikir sebelum bertindak (jangan panik).
b. Sadar peran perawat dalam menghadapi korban dan wali ataupun saksi.
c. Melakukan pengkajian yang cepat dan cermat terhadap masalah yang mengancam
jiwa (henti napas, nadi tidak teraba, perdarahan hebat, keracunan).
e. Jika korban sadar, jelaskan apa yang terjadi, berikan bantuan untuk menenangkan dan
yakinkan akan ditolong.
g. Jangan diberi minum jika ada trauma abdomen atau perkiraan kemungkinan tindakan
anastesi umum dalam waktu dekat.
Ketepatan resusitasi efektif dan stabilisasi klien gawat dan yang mengalami
perlukaan
Cemas
Histeris
Mudah marah
2.10 Triage
Tujuan triage adalah untuk menetapkan tingkat atau derajat kegawatan yang
memerlukan pertolongan kedaruratan Dengan triage tenaga kesehatan akan mampu :
Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat kepada pasien.
Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan pengobatan lanjutan.
1. Pengertian
Prehospital care adalah pelayanan sebelum masuk rumah sakit. Prehospital care sering
kali menjadi aspek yang terabaikan dalam sistem pelayananan kesehatan rumah sakit.
Padahal berdasarkan laporan tahunan WHO (World Healh Organization), sekitar 100 juta
jiwa mengalami cedera serius dan 5 juta jiwa meninggal akibat kasus kecelakaan (kasus
kegawatdaruratan traumatis) di jalan raya. Pelayanan prehospitalyang baik akan
mengurangiangka kematian sampai 50%. Kegagalan pelayanan prehospital seringkali terjadi
karena koordinasi yang buruk antara rumah sakit sebagai penyedia utama pelayanan
kegawatdaruratan dengan masyarakat di lapangan. Prehospital dapat dilakukan oleh tim
safetydi unit kerja yang bekerjasama dengan tim medis. Banyaknya korban akibat kecelakaan
transportasi (lalu lintas) yang menimbulkan kondisi gawat darurat, membutuhkan pertolongan
secara cepat pada lokasi kejadian untuk mencegah morbiditasdan mortalitaskorban.
Pertolongan yang diberikan di lokasi kejadian merupakan bagian dari prehospital care.
Prehospital careini diberikan kepada korban sebelum korban kecelakaan lalu lintas sampai di
rumah sakit. Pemberian pertolongan prehospital care secara tepat dapat menurunkan resiko
kematian akibat trauma (Basri.2015).
c. Hentikan perdarahan.
d. Jika korban meninggal beritahu kepolisian atau bawa korban ke rumah sakit terdekat
(Susilowati. 2015).
2. Tujuan
b. Gunakan cara pertolongan yang cepat, mudah dan efisien. Pergunakan sumberdaya
yang ada baik alat, manusia maupun sarana pendukung lainnya.
c. Buat catatan tentang pertolongan yang telah dilakukan, identitas korban dan tempat
serta waktu kejadian(Susilowati. 2015).
4. Tekhnik P3K
Hal –hal yang diprioritaskan dalam memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan
adalah :
d. Segera lakukan pertolongan yang lebih lanjut dengan sarana yang tersedia
(Susilowati. 2015).
Menurut JMS 119 (2013) cara yang dilakukan untuk mempertahankan kehidupan
pada saat penderita mengalami keadaan yang mengancam nyawa dikenal sebagai
“Bantuan Hidup” (Life Support). Bantuan hidup yang dilakukan tanpa memakai cairan
intra-vena, obat-obatan ataupun kejutan listrik maka dikenal sebagai Bantuan Hidup
Dasar (Basic Life Support).
A. D untuk Danger
Saat seorang penolong tiba di tempat kejadian maka penilaian pertama yang harus
dilakukan adalah menilai potensi bahaya pada lokasi yang mungkin mengancam pasien,
penolong ataupun orang lain di sekitar tempat kejadian.
B. R untuk Response
1) Tinggalkan pada posisi yang diperkirakan aman, atau amankan lokasi penderita dari
ancaman bahaya lain. Minimalkan untuk mengubah posisi pasien bila diperkirakan
ada cedera leher dan tulang belakang.
a) Tempat: lokasi, potensi bahaya pada lokasi, cuaca, kondisi kerumunan orang dan
potensi adanya bahan beracun berbahaya.
b) Pasien: umur, jenis kelamin, derajat respon, kemungkinan penyebab
kegawatdaruratan.
d) Mekanisme cedera: trauma tajam, tumpul, panas, api, ataupun bahan kimia.
e) Deformitas atau cedera tampak: posisi yang tidak wajar, lebam, lepuh.
f) Tanda: sesuatu yang mudah dilihat, dicium dan didengar, seperti darah, muntah,
dan hangus serta ledakan.
b) Bila ada denyut nadi, namun tidak ada nafas spontan berikan bantuan nafas 10
kali/menit.
c) Bila tidak ada denyut nadi atau ada keraguan maka mulailah kompresi dada:
2) Letakkan telapak salah satu tangan tepat di tengah dada penderita (untuk
bayi letakkan jari telunjuk dan jari tengah atau satukan dua ibu jari)
3) Letakkan telapak tangan lainnya diatas telapak tangan pertama (untuk anak-
anak cukup dengan satu telapak tangan)
4) Saling tautkan jari-jari tangan dan pastikan posisi tangan tidak menyamping
di atas iga. Jangan meletakkan kedua tangan di perut atas atau tepi bawah
tulang dada
5) Posisikan bahu penolong tegak lurus dada pasiendan dengan tumpuan pada
telapak tangan tekan dengan menggunakan berat badan penolong kearah
dada hingga dada tertekan sedalam 2 –2,4 inci atau 5 -6 cm
1) Setelah 30 kompresi, kembali buka jalan nafas dengan head-tiltdan chin-liftbila ada
trauma leher/cervical hanya boleh jawtrush
2) Tekan bagian lunak hidung hingga tertutup dengan menggunakan ibu jari dan
telunjuk telapak tangan yang menegadahkan dahi.
4) Ambil nafas normal dan rapatkan bibir penolong menutupi seluruh bibir pasien,
pastikan seluruhnya tertutup dengan baik (untuk bayi mulut penolong menutupi bibir
dan hidung pasien)
7) Ulangi sekali lagi, dan kembalikan posisi tangan di tengahdada penderita untuk
melakukan 30 kompresi dada
8) Lanjutkan dengan rasio kompresi dada dan bantuan nafas 30:2 (untuk neonates rasio
3:1)
9) Cek pulsasi karotis setelah 5 siklus, cek nadi 10 detik bila nadi ada lanjutkan dengan
E. Mempertahankan terbukanya jalan nafas dan lakukan evaluasi look, listendan feel (B
untuk Breathing)
3) Penolong kelelahan
DAFTAR PUSTAKA