PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Instalasi Gawat darurat (IGD) merupakan pelayanan pasien gawat darurat yang
sangat penting dalam memberikan pertolongan yang cepat dan tepat untuk keselamatan
pasien. Wilde (2009) telah membuktikan secara jelas tentang pentingnya waktu tanggap
organ-organ dalam, juga dapat mengurangi beban pembiayaan. Kecepatan dan ketepatan
pertolongan yang diberikan pada pasien yang datang ke IGD memerlukan standar sesuai
gawat darurat dengan response time yang cepat dan penanganan yang tepat. Waktu
tunggu yang lama menyebabkan antrian dan menghambat alur/proses pelayanan pasien.
Antrian pasien yang tidak normal menyebabkan proses kerja menjadi sangat sibuk,
kesehatan lainnya serta bagian administrasi mengeluhkan kondisi ini. Antrian yang tidak
efisien akan berdampak pada proses pelayanan RS secara luas, kualitas dan keselamatan
layanan serta pendapatan RS. Dengan demikian, pemimpin harus menyadari dan
melakukan mitigasi untuk meningkatkan efisiensi antrian di rumah sakit (Rivai, 2016)
pelaksanaan merupakan hal yang sangat penting diperhatikan, karena dalam tahap
darurat yaitu time saving is life saving (waktu adalah nyawa), dengan ukuran
keberhasilan adalah response time (waktu tanggap) selama 5 menit dan waktu definitif
≤ 2 jam (Basoeki dkk, 2008). Pelayanan pasien gawat darurat memerlukan pertolongan
segera yaitu cepat, tepat dan cermat untuk mencegah kematian dan kecacatan. Salah
satu indikator mutu pelayanan berupa respon time atau waktu tanggap yang
merupakan indikator proses untuk mencapai indikator hasil, yaitu kelangsungan hidup.
Menurut Adriliananda (2011), korban kecelakaan lalu lintas yang mengalami luka
ringan biasanya langsung ditangani secara medis sesuai dengan perlukaan yang diderita.
nomor 856 tahun 2009 mengenai Standar IGD di Rumah Sakit yakni pasien gawat
darurat harus ditangani paling lama 5 (lima) menit setelah sampai di IGD. Pelayanan
gawat darurat harus sesuai dengan waktu tanggap yang cepat dan penanganan yang tepat.
Semua itu dapat dicapai antara lain dengan meningkatkan sarana, prasarana,
sumber daya manusia dan manajemen Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit sesuai
dengan standar. Waktu tanggap tersebut memiliki standar maksimal 5 menit di tiap
yang cepat, responsif dan mampu menyelamatkan pasien gawat darurat (Kemenkes,
2017).
Penelitian yang dilaukan oleh Firdausi, D (2016), tentang analisis waktu tunggu
pasien yang dirujuk ke rawat inap melalui Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Dr.
Moewardi diperoleh hasil bahwa faktor dominan yang mempengaruhi waktu tunggu
pasien adalah pendidikan (p value 0,004), dan pelatihan gawat darurat (p value 0,001).
Begitu juga penelitian yang dilaukan oleh Sabriyanti (2012) tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan ketepatan waktu tanggap penanganan kasus pada response time di
instalasi gawat darurat bedah dan non-bedah RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
adalah ketersediaan stretcher dan ketersediaan petugas triase. Dari observasi penelitian
tersebut tercatat waktu tanggap penanganan kasus IGD bedah yang tepat sebanyak
67,9% dan tidak tepat sebanyak 32,1%.11. Meskipun penelitian tentang waktu tanggap
dengan waktu tanggap belum sepenuhnya dapat dimengerti. Hal ini disebabkan oleh
memiliki jumlah perawat sebanyak 20 orang, dengan klasifikasi pendidikan, lama kerja,
dan pelatihan perawat gawat darurat yang berbeda-beda. Data kunjungan pasien di IGD
bulan Januari sampai Juli 2022 rata-rata 35 pasien dan presentasi pasien gawat darurat
yang masuk adalah 10% dari jumlah pasien yang masuk ke IGD. Dari wawancara
dengan kepala ruangan Triase IGD, beliau mengatakan bahwa penempatan staf belum
sesuai dengan yang diharapkan karena adanya rotasi pegawai akhirnya ada kompetensi
yang tidak merata yang berpengaruh pada skill dari perawat pelaksana dalam menjaga
reponse time. Berdasarkan wawancara dengan keluarga pasien di IGD, yang masing-
masing ditanyakan tentang pelayanan di IGD saat ini cepat atau lambat. Empat dari lima
keluarga pasien menyatakan bahwa saat tiba di IGD tidak langsung dilayani dan dibiarkan
menunggu..
Berdasarkan studi pendahuluan dan data di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang Hubungan Lama Kerja dan Pelatihan Gawat Darurat
B. Rumusan Masalah
Belum optimalnya layanan petugas saat di ruang Intalasi Gawat Darurat akan
Jumlah kunjungan pasien yang banyak dan kasus yang ditemukan bervariasi, semakin
membutuhkan layanan tanggap daruat yang sesuai standar pelayanan minimal yang
ditetapkan setiap rumah sakit. Berdasarkan masalah ini, maka rumusan masalah yang
ditetapakan oleh peneliti adalah apakah Hubungan Lama Kerja dan Pelatihan Gawat
Darurat terhadap Waktu Tanggap (Response Time) Penanganan Pasien Gawat Darurat di
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
terhadap Waktu Tanggap (Response Time) Penanganan Pasien Gawat Darurat di IGD
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden
Kerja dan Pelatihan Gawat Darurat terhadap Waktu Tanggap (Response Time)
2. Bagi RS Dumai
Penelitian ini diharapakan dapat menjadi bahan masukan bagi rumah sakit dalam
menjamin pengendalian mutu layanan rumah sakit bagi pasien gawat darurat.
Memberikan informasi dan pengetahuan serta dapat dijadikan sebagai bahan dasar
untuk penelitian yang lebih lanjut tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
response time perawat pada penanganan pasien gawat darurat di IGD RSUD Dumai