Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TENTANG TRIAGE DENGAN

PENERAPAAN TRIAGE DI IGD RSUD “MARDI WALUYO” KOTA BLITAR

Agus Kholiq
Prodi Keperawatan, STIKes Patria Husada Blitar, Indonesia

Abstrak
Perawat IGD merupakan garda terdepan dalam memberikan pelayanan di Rumah Sakit, sehingga harus
mampu memprioritaskan masalah kegawatdaruratan yang dihadapi pasien. Maka dari itu p engetahuan,
sikap dan keterampilan perawat harus ditingkatkan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan
pengetahuan, sikap perawat tentang triage dengan penerapan triage.Desain penelitian menggunakan cross
sectional. Pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan sampel berjumlah 17 responden di IGD
RSUD Mardi Waluyo Blitar. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner dan lembar observasi.
Uji statistik menggunakan spearman rho. Hasil uji statistik antara variabel pengetahuan dengan penerapan
triage didapatkan nilai p = 0,016. Variabel sikap dengan penerapan triage didapatkan nilai p = 0,031 dan
variabel pengetahuan dengan sikap perawat tentang triage didapatkan nilai p = 0,048. Nilai kooefisien
korelasi variabel diatas secara berurutan (r= 0,572; 0,523; 486) yang memiliki arti terdapat hubungan
pengetahuan dengan penerapan, sikap dengan penerapan dan pengetahuan dengan sikap serta memiliki
hubungan yang positif. Faktor yang mempengaruhi penerapan triase diantaranya adalah pengetahuan dan
sikap perawat. Pengetahuan yang baik, akan mempengaruhi sikap perawat dalam melaksanakan triase.
Pengetahuan dan sikap yang baik, pelaksanaan triase juga akan baik. Tanggung jawab perawat dalam
memberikan pelayanan berdampak terhadap ketepatan triase, penanganan pasien dan keselamatan pasien.
Hasil penelitian ini diharapakan perawat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan terutama tentang
kegawatdaruratan dengan mengikuti seminar, worshop ataupun pelatihan. Pelayanan yang berkualitas, lebih
memperhatikan kondisi pasien sehingga pasien akan meras puas terhadap pelayanan.

Kata kunci: pengetahuan, sikap, dan penerapan triage

Abstract
Emergency nurses are the frontline in providing services at the Hospital, so they must be able to prioritize
emergency problems faced by patients. Therefore the knowledge, attitudes and skills of nurses must be
improved. The purpose of this study was to determine the relationship of knowledge, nurse attitudes about
triage with the application of triage.The study design used cross sectional. Sampling uses total sampling with
a sample of 17 respondents in the IGD at Mardi Waluyo Hospital Blitar. The research instruments used were
questionnaires and observation sheets. Statistical test using spearman rho.The results of the statistical test
between the knowledge variables with the application of triage obtained a value of p = 0.016. The attitude
variable with the application of triage obtained a value of p = 0.031 and the knowledge variable with nurses'
attitudes about triage obtained a value of p = 0.048. The variable correlation coefficient value above is in
sequence (r = 0.572; 0.523; 486) which means there is a relationship between knowledge and application,
attitude with application and knowledge with attitudes and positive relationships. Factors that influence the
application of triage include knowledge and attitudes of nurses. Good knowledge will affect the attitude of
nurses in carrying out triage. Good knowledge and attitude, the implementation of triage will also be good.
The responsibility of nurses in providing services has an impact on the accuracy of triage, patient handling
and patient safety.The results of this study are expected to increase the knowledge and skills of nurses,
especially about emergencies by attending seminars, workshops or training. Quality service, paying more
attention to the patient's condition so that the patient will feel satisfied with the service.

Keywords: knowledge, attitude, and the application of triage


PENDAHULUAN pasien bisa lebih optimal dan terarah (Oman,
2008).
Instalasi gawat darurat (IGD) memiliki Penerapan triage di Indonesia dengan
peran sebagai gerbang utama masuknya penderita presentase 68% sampai dengan 72% dari 1.722
gawat darurat. Keadaan gawat darurat merupakan rumah sakit yang ada di Indonesia. Data yang
suatu keadaan klinis dimana pasien membutuhkan didapat pada tahun 2005 sampai 2011 mengalami
tindakan medis segera guna menyelamatkan peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun.
nyawa dan kecacatan lebih lanjut. Rumah sakit Hal ini disebabkan karena sudah banyak perawat
khususnya IGD mempunyai tujuan agar tercapai yang diikutkan dalam pelatihan penanganan
pelayanan kesehatan yang optimal pada pasien kegawat daruratan berdasarkan sistem triage
secara cepat dan tepat serta terpadu dalam (Riskesdas, 2010). Pelaksanaan triage harus
penanganan tingkat kegawatdaruratan sehingga memperhatikan prinsip triage yaitu memahami
mampu mencegah resiko kecacatan dan kematian sistem instalasi gawat darurat menggunakan
(to save life and limb) dengan respon time selama sumber daya untuk mempertahankan standar
5 menit dan waktu definitif ≤ 2 jam. Kematian pelayanan yang memadai. Triage mengutamakan
dan kesakitan pasien sebenarnya dapat dikurangi perawatan pasien berdasarkan gejala dan
atau dicegah dengan berbagai usaha perbaikan kegawatannya yang harus dilaksanakan secara
dalam bidang pelayanan kesehatan, dimana salah cepat dan tepat, petugas triage harus memahami
satunya adalah dengan meningkatkan pelayanan tentang klasifikasi triage.
kegawatdaruratan (Basoeki dkk, 2008). Faktor yang mempengaruhi triage decision
Penelitian Fathoni, (2013) di beberapa making adalah faktor internal dan eksternal.
Instalasi Gawat Darurat (IGD) di Jawa Timur Faktor internal mencerminkan keterampilan
menunjukkan bahwa kemampuan kognitif perawat dan kapasitas pribadi. Faktor eksternal
perawat mengenai triage masih kurang, mencerminkan lingkungan kerja, termasuk beban
khususnya dalam hal menentukan prosedur dan kerja tinggi, pengaturan shift, kondisi klinis
manajemen penyakit pasien. Selain itu, pasien, dan riwayat klinis pasien. Jika faktor-
kemampuan psikomotor perawat mengenai triage faktor tersebut diabaikan, maka pelaksanaan
juga masih berada dalam kategori sedang. triage berjalan tidak optimal sehingga dapat
Menurut Kartikawati (2011), triage merupakan menyebabkan kesalahan dalam pengambilan
salah satu ketrampilan keperawatan yang harus keputusan, serta mengakibatkan ketidakmampuan
dimiliki oleh perawat unit gawat darurat dan hal dan bahkan cacat permanen bagi pasien (Gerdtz &
ini membedakan antara perawat unit gawat Bucknall, 2000).
darurat dengan perawat unit khusus lainnya. Penanganan pasien yang dilakukan tanpa
Pengetahuan dan keterampilan perawat sangat memilah pasien berdasarkan tingkat kegawatan
dibutuhkan, terutama dalam pengambilan atau triage dan berdasarkan urutan kedatangan
keputusan klinis dimana keterampilan penting pasien akan mengakibatkan penundaan
bagi perawat dalam penilaian awal, perawat harus penanganan pada pasien kritis sehingga
mampu memprioritaskan perawatan pasien atas berpotensi mematikan bagi pasien yang kritis.
dasar pengambilan keputusan yang tepat, untuk Petugas kesehatan IGD dalam melakukan triage
mendukung hal tersebut diperlukan pengetahuan harus berdasarkan standar ABCDE (Airway: jalan
dan keterampilan khusus dalam hal pemisahan nafas, breathing: pernapasan, Circulation:
jenis dan kegawatan pasien dalam triase, sehingga sirkulasi, Disability: ketidakmampuan, Exposure:
dalam penanganan pasien bisa lebih optimal dan paparan). Triage dapat dilakukan oleh dokter ahli,
terarah. dokter umum ataupun tenaga keperawatan sesuai
Seorang petugas kesehatan IGD harus dengan kelas atau kebijaksanaan rumah sakit
mampu bekerja di IGD dalam menanggulangi (Kemenkes RI, 2009).
semua kasus gawat darurat, maka dari itu dengan Joint Comission on Acreditation of Health
adanya pelatihan kegawatdaruratan diharapkan Organization (JCAHO) melaporkan pada tahun
setiap petugas kesehatan IGD selalu 2002 bahwa lebih dari 50% pasien yang mendapat
mengupayakan efisiensi dan efektifitas dalam perawatan di Instalasi Gawat Darurat mengalami
memberikan pelayanan. Petugas kesehatan IGD kematian dan cacat permanen akibat
sedapat mungkin berupaya menyelamatkan pasien keterlambatan penanganan. Tingginya kesibukan
sebanyak-banyaknya dalam waktu sesingkat- pelayanan di IGD tersebut membutuhkan suatu
singkatnya bila ada kondisi pasien gawat darurat sistem triase dalam pelayanan gawat darurat
yang datang berobat ke IGD. Pengetahuan, sikap (Gilboy, 2007).
dan keterampilan petugas kesehatan IGD sangat Rumah Sakit Umum Daerah Mardi Waluyo
dibutuhkan dalam pengambilan keputusan klinis Blitar merupakan rumah sakit pemerintah yang
agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan berada di Kota Bitar. Berdasarkan survei
pemilahan saat triage sehingga dalam penanganan pendahuluan dengan melakukan wawancara
dengan beberapa perawat maupun dokter yang
bertugas di Instalasi Gawat Darurat di Rumah signifikan antara variabel dependent dengan
Sakit Umum Daerah Mardi Waluyo Blitar, variabel independent.
diketahui bahwa jumlah pasien yang ditangani di HASIL PENELITIAN
IGD bervariasi antara 10-60 orang setiap hari, Data Umum
apabila dirata-rata jumlah pasien yang ditangani Tabel 1 Karakteristik responden berdasarkan jenis
di IGD sekitar 35 orang setiap harinya. Sekitar kelamin, usia, status kepegawaian,
25% dari seluruh pasien atau sebanyak 12 orang pendidikan dan lama bekerja, pelatihan
pasien yang masuk ke IGD dengan kondisi gawat di IGD RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar
dan darurat. Berdasarkan pengamatan peneliti pada tanggal 10-17 Desember 2018.
ditemukan 5 perawat dalam melakukan triage
tidak sesuai SOP, perawat melakukan No Karakteristik responden Frekuensi Prosentase
pemeriksaan diruang tindakan, tidak pada tempat (f) (%)
triage dan perawat tidak memberikan label pada
1 Jenis Laki-laki
pasien datang dengan kondisi gawat darurat. 10 58.8
kelamin
Penempatan pasien yang dilakukan tidak sesuai
dengan hasil triage. Perempuan 7 41.2
Saat dilakukan wawancara, sebagian 2 Usia 20-25 th 1 5.9
petugas tidak melakukan triage oleh karena 25-30 th 5 29.4
beberapa alasan, antara lain: tempat tidur triage
> 30 th 11 64.7
tidak terpasang tirai sehingga sulit untuk
melakukan triage, sebagian pasien tidak sabar 3 Status PNS
10 58.8
menunggu untuk segera dilakukan pemeriksaan kepegawaian
dan penanganan pada dirinya sementara pada saat Non PNS 7 41.2
yang sama kondisi ruangan IGD sedang ramai 4 Pendidikan D3 10 58.8
oleh pasien lainnya ditambah lagi terdapat pasien
dalam kondisi gawat darurat. Keadaan tersebut D4 1 5.9
yang menyebabkan pasien mengajukan keberatan S1 6 35.3
karena merasa tidak ditangani dan dilayani 5 Lama dinas < 1 th
dengan baik dan segera. Petugas kesehatan IGD 4 23.5
di IGD
juga mengatakan bahwa tidak dilakukannya triage
1-5 th 4 23.5
karena pasien bisa berjalan sehingga disimpulkan
bahwa pasien berada pada kondisi tidak gawat 6-10 th 4 23.5
tidak darurat. > 10 th 5 29.5
Berdasarkan fenomena di atas peneliti 6 Pelatihan Ya 14 82.4
tertarik untuk mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan dan sikap perawat IGD tentang Tidak 3 17.6
triage dengan penerapan triage pada pasien gawat
darurat di IGD RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar. Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa 10
perawat (58,8 %) berjenis kelamin laki-laki, 11
BAHAN DAN METODE perawat (64,7 %) berumur lebih dari 30 tahun, 10
perawat (58,8 %) berstatus sebagai PNS.
Rancangan penelitian menggunakan korelasi Pendidikan perawat dari 17 perawat, 10 perawat
dengan pendekatan cross sectional. Populasi (58,8 %) berpendidikan D3, 5 perawat (29,4 %)
dalam penelitian ini adalah perawat IGD RSUD dinas di IGD lebih dari 10 tahun dan 14 perawat
Mardi Waluyo Blitar. Teknik pengambilan (82,4 %) pernah mengikuti pelatihan.
sampel menggunakan total sampling dengan
jumlah sampel 17 perawat. Variabel independent
dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap Data Khusus
perawat tentang triase sedagkan variabel Tabel 2 Distribusi pengetahuan perawat tentang
dependent adalah penerapan triase. Lokasi triage di IGD RSUD Mardi Waluyo
penelitian adalah di IGD RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar pada 10-17 Desember 2018.
Kota Blitar. Waktu penelitian tanggal 10-17
Desember 2018. Pengolahan data pada kelompok No Pengetahuan Frekuensi Prosentase
penelitian yang telah didapatkan diolah secara (f) (%)
komputerisasi menggunakan SPSS. Uji yang 1 Kurang 2 11.8
digunakan untuk mengetahui hubungan 2 Cukup 13 76.5
pengetahuan dan sikap perawat IGD tentang 3 Baik 2 11.8
triage dengan penerapan triage digunakan uji Total 17 100.0
Spearmen’s rho. Derajat kemaknaan di tentukan
p≤ 0,05 artinya jika hasil uji statistik
menunjukkan p≤ 0,05 maka ada hubungan yang
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui 13 Total 13 76.5 4 23.5 17 100.0
perawat (76,5 %) mempunyai pengatahuan yang Uji spearman p = 0,031 α = 0,05
cukup tentang triage. correlation coefficient = 0,523
Tabel 3 Distribusi sikap perawat tentang triage di Hasil uji statistik terdapat hubungan sikap
IGD RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar perawat tentang triage dengan penerapan triage
pada tanggal 10-17 Desember 2018. pada pasien gawat darurat di IGD RSUD Mardi
No Sikap Frekuensi Prosentase Waluyo Kota Blitar. Nilai koefisien adalah 0,523
(f) (%) (positif) ini menunjukkan arah hubungan yang
1 Cukup 8 47.1 searah dimana dapat diartikan “semakin baik
2 Baik 9 52.9 sikap perawat tentang triage maka penerapan
Total 17 100.0 triage juga semakin baik.
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui 9 Tabel 7 Hubungan pengetahuan dengan sikap
perawat (52,9 %) mempunyai sikap yang baik perawat tentang triage pada pasien
tentang triage. gawat darurat di IGD RSUD Mardi
Tabel 4 Distribusi penerapan triage oleh perawat Waluyo Kota Blitar, tanggal 10-17
di IGD RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar Desember 2018.
pada tanggal 10-17 Desember 2018. Pengeta Sikap perawat Total
N huan tentang triage Responden
No Penerapan Frekuensi Prosentase
o
triage (f) (%) Cukup Baik f %
1 Cukup 13 76.5 f % f %
2 Baik 4 23.5 1. Kurang 2 11.8 0 .0 2 11.8
Total 17 100.0 2. Cukup 6 35.3 7 41.2 13 76.5
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui 13 3. Baik 0 .0 2 11.8 2 11.8
perawat (76,5 %) menerapkan triage dalam Total
kategori cukup. 8 47.1 9 52.9 17 100.0
Responden
Tabel 5 Hubungan pengetahuan perawat tentang Uji spearman p = 0,048 α = 0,05
triage dengan penerapan triage pada correlation coefficient = 0,486
pasien gawat darurat di IGD RSUD Hasil uji statistik terdapat hubungan
Mardi Waluyo Kota Blitar, tanggal 10- pengetahuan dengan sikap perawat tentang triage
17 Desember 2018. pada pasien gawat darurat di IGD RSUD Mardi
Total Waluyo Kota Blitar. Nilai koefisien adalah 0,486
Penerapan triage
Responden (positif) ini menunjukkan arah hubungan yang
N
Pengeta Baik
o Cukup f % searah dimana dapat diartikan berarti “semakin
huan
f % f % baik pengetahuan perawat tentang triage maka
1. Kurang 2 11.8 0 0 2 11.8 sikap perawat tentang triage juga semakin baik
2. Cukup 11 64.7 2 11.8 13 76.5
3. Baik 0 .0 2 11.8 2 11.8 PEMBAHASAN
Total 13 76.5 4 23.5 17 100.0
Uji spearman p = 0,016 α = 0,05 Pengetahuan perawat tentang triage
correlation coefficient = 0,572 Berdasarkan tabel 2 didapatkan data dari
Hasil uji statistik terdapat hubungan 17 perawat, 13 responden (76,5 %) mempunyai
pengetahuan perawat tentang triage dengan pengetahuan yang cukup tentang triage. Indikator
penerapan triage pada pasien gawat darurat di pengetahuan yang diteliti meliputi pengertian
IGD RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar. Nilai triage, fungsi triage, prioritas triage, protap
koefisien adalah 0,572 (positif) ini menunjukkan dalam triage, kode warna dalam triage.
arah hubungan yang searah dimana dapat Berdasarkan jawaban kuesioner, perawat kurang
diartikan “semakin baik pegetahuan perawat maka memahami tentang prioritas dalam triase yaitu
dalam menerapkan triage juga semakin baik. memilah pasien yang mengancam jiwa atau tidak,
Tabel 6 Hubungan sikap perawat tentang triage hal inilah salah satu pengetahuan responden
dengan penerapan triage pada pasien dalam kategori cukup. Faktor lain yang
gawat darurat di IGD RSUD Mardi mempengaruhi pengetahuan perawat antara lain
Waluyo Kota Blitar, tanggal 10-17 usia, dan pelatihan yang pernah diikuti.
Desember 2018. Berdasarkan tabel 1 didiapatkan data bahwa 11
Total responden (64,7 %) berumur lebih dari 30 tahun.
Penerapan triage
No Sikap Responden Menurut Notoatmodjo (2010) usia mempengaruhi
Cukup Baik f % terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang,
f % f % semakin bertambah usia akan semakin
1. Cukup 8 47.1 0 .0 8 47.1 berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya
2. Baik 5 29.4 4 23.5 9 52.9 sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik. Pada usia dewasa awal petugas
kesehatan yang sudah terlatih dapat melakukan korelasi komponen kognitif, afektif, dan konatif
tindakan triage karena usia dewasa adalah waktu yang saling berinterasi dalam memahami,
pada saat seseorang mencapai puncak dari merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek.
kemampuan intelektualnya. Kemampuan berpikir Azwar (2000) mendefinisikan sikap sebagai
kritis pun meningkat secara teratur selama usia keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi),
dewasa (Potter & Perry, 2009). pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan
Faktor pelatihan juga mempengaruhi (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di
pengetahuan perawat. Berdasarkan tabel 1 lingkungan sekitarnya. Sikap perawat sebagian
didapatkan data 14 responden (82,4 %) pernah baik dikarenakan beberapa faktor antara lain
mengikuti pelatihan tentag kegawatdaruratan pengalaman dan pelatihan (Azwar, 2004).
antara lain BLS, PPGD, BTCLS dan ACLS. Tabel 1 diketahui bahwa 5 responden (29,4
Responden yang telah mengikuti pelatihan %) dinas di IGD lebih dari 10 tahun, dan 6-10
tersebut, sebagian besar mempunyai pengetahuan tahun 4 orang (23,5%). Tanggapan akan menjadi
yang cukup bahkan baik. Pelatihan merupakan salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat
salah satu upaya untuk meningkatkan mempunyai tanggapan dan penghayatan
pengetahuan, wawasan dan ketrampilan perawat. seseorang harus mempunyai pengalaman yang
Informasi yang diperoleh akan semakin baik berkaitan dengan suatu objek psikologis. Lama
apabila mengikuti pelatihan. Menurut Wied Hary bekerja seseorang akan menentukan banyak
A. dalam Notoatmodjo (2003) informasi akan pengalaman yang didapatkannya. Sunaryo, (2004)
memberikan pengaruh pada pengetahuan mengemukakan bahwa tingkat kematangan dalam
seseorang. Informasi yang baik maka hal itu akan berpikir dan berperilaku dipengaruhi oleh
dapat meningkatkan pengetahuan seseorang dan pengalaman kehidupan sehari- hari. Hal ini
pengetahuan yang baik akan memunculkan menunjukkan bahwa semakin lama masa kerja
perilaku yang baik pula. Informasi juga didapat akan semakin tinggi tingkat kematangan
dari seminar, workshop ataupun dari proses seseorang dalam berpikir sehingga lebih
membaca baik dari media massa yang nantinya meningkatkan pengetahuan yang dimiliki.
akan mempengaruhi fungsi kognitif Menurut peneliti faktor pengalaman
(Notoatmodjo, 2003). Menurut peneliti bahwa mempengaruhi sikap perawat dalam melakukan
dengan adanya pelatihan terutama yang barkaitan triage. Semakin banyak pengalaman, sikap
dengan kegawat daruratan, responden akan seseorang akan semakin baik. Sikap dapat
mempunyai wawasan dan pengetahuan yang baik diperoleh dari pengalaman yang menyenangkan
juga. Harapannya juga mempunyai skill yang atau menyakitkan dengan objek sikap.
baik. Oleh karena itu, diharapkan perlu Pengalaman pribadi akan membentuk dan
peningkatan pengetahuan dan skillnya melalui mempengaruhi penghayatan seseorang terhadap
pelatihan atau worshop. stimulus sosial.
Dari 17 perawat, hanya 2 responden Berdasarkan hasil penelitian
(11,8%) pengetahuan tentang triage masih dalam memperlihatkan bahwa mayoritas responden telah
kategori kurang. Hasil kuesioner dapat terlihat mengikuti pelatihan ACLS dan PPGD sebanyak
bahwa responden kurang memahami tentang 14 orang responden (82,4%). Pelatihan
bagaimana memprioritaskan pasien yang datang didapatkan seseorang akan menambah
dengan kondisi dan keadaan pasien. Kasus saat pengetahuan dan skill seseorang dalam membantu
pasien datang dengan kondisi yang hampir sama pasien yang dalam keadaan gawat darurat. Hal ini
yaitu mengancam jiwa. Menurut peneliti pada sejalan dengan yang dikemukakan oleh Joeharno
dasarnya perawat secara umum sudah tahu dan (2008) bahwa pelatihan yang diselenggarakan
memahami proses triase di IGD, selain itu kepada petugas kesehatan IGD memberi pengaruh
perawat sudah mengetahui protap tentang triage, terhadap peningkatan pengetahuan dalam
akan tetapi kemungkinan dengan kondisi tertentu memberikan pelayanan kepada pasien di rumah
dengan pasien yang datang secara bersamaan sakit. Petugas kesehatan IGD yang dapat
maka perawat mengalami kebingungan untuk melakukan tindakan triage minimal pernah
memprioritaskan pasien gawat darurat. mengikuti pelatihan kegawatdaruratan. Suatu
pengetahuan akan menimbulkan suatu
Sikap perawat tentang triage kepercayaan yang merupakan dasar terbentuknya
Berdasarkan tabel 3 didapatkan dari 17 suatu ide mengetahui sifat atau karakteristik
perawat, 9 responden (52,9 %) mempunyai sikap umum dari suatu objek sikap. Sekali kepercayaan
yang baik tentang triage. Sikap ini dapat dilihat terbentuk maka akan menjadi dasar pengetahuan
dari faktor kognitif, afektif, konatif perawat seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan
tentang triage. Hasil data menunjukkan bahwa dari objek sikap.
kuesioner tentang penentuan derajat kegawatan
dan penentuan triase yang responden banyak Penerapan perawat tentang triage.
menyikapi dengan tidak setuju. Sikap merupakan
Berdasarkan tabel 4 didapatkan hasil triage.Tindakan triage yang cepat dan akurat
penelitian 13 responden (76,5 %) menerapkan membutuhkan perawat yang mempunyai
triage dalam kategori cukup. Hasil kuesioner pendidikan, pengalaman, dan klasifikasi yang
menunjukkan bahwa perawat tidak baik (Kartikawati, 2012).
memperkenakan diri, tidak menjelaskan maksud Dalam penerapan triage, ada 38% perawat
dan tujun dilakukan triage dan perawat tidak kebanyakan tidak melakukan diantaranya
standby di tempat triage. Hal inilah penerapan memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga.
tentang triage perawat masih dalam kategori Perawat tidak menjelaskan pada pasien dan
cukup. Penerapan triage didapat dari prosedur keluarga tentang dilakukan triage saat pasien
tetap di IGD RSUD Mardi Waluyo Blitar. Tabel 1 datang ke IGD dan Perawat triage tidak standby
menunjukan perawat yang menerapkan triage diruang triage. Hal ini menjadi evaluasi
dalam kategori cukup, usia responden adalah 7 manajemen di ruang IGD untuk lebih
perawat berusia lebih dari 30 tahun dan 4 perawat meningkatkan dalam penerapan triage terutama
berusia lebih dari 30 tahun bahkan menerapkan pada saat pertama kali bertatap muka dengan
triage dengan baik. Usia mempengaruhi terhadap pasien. Pasien mengharapkan adanya perkenalan
daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin dari petugas kesehatan, dan menjelaskan tindakan
bertambah usia akan semakin berkembang pula yang akan dilakukan atau hal-hal yang diperlukan
daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga untuk tindakan selanjutnya. Dengan penjelasan
pengetahuan yang diperolehnya semakin ini, maka pasien akan merasa puas dengan
membaik. Pada usia madya (40-60 tahun), pelayanan yang ada di IGD. Dengan kepuasan
individu akan lebih berperan aktif dalam pasien maka berdampak pada peningkatan mutu
masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih rumah sakit. Menurut peneliti, saat pertama kali
banyak melakukan persiapan demi suksesnya bertemu pasien merupakan fase orientasi dalam
upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain komunikasi terapeutik. Perawat memberi salam,
itu orang usia madya akan lebih banyak senyum, melakukan validasi (kognitif,
menggunakan banyak waktu untuk membaca. psikomotor, afektif), memperkenalkan nama,
Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan menanyakan nama pasien, menjelaskan kegiatan
kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada yang akan dilakukan, menjelaskan waktu yang
penurunan pada usia ini (Erfandi, 2009). Usia dibutuhkan untuk melakukan kegiatan dan
madya umumnya lebih bertanggung jawab dan menjelaskan kerahasiaan. Harapan dalam fase ini
lebih teliti dibanding dengan usia muda, hal ini adalah terbina hubungan saling percaya antara
terjadi kemungkinan usia yang lebih muda kurang perawat dan pasien. Hal ini akan berdapak pada
berpengalaman, sesuai data yang didapatkan dari kecemasan pasien, ketakutan pasien sehingga
lapangan bahwa perawat yang tergolong usia pasien dapat kooperatif dan merasa puas dengan
madya memiliki pemahaman yang baik tentang pelayanan di IGD.
penerapan triage.
Selain usia, faktor yang mempengaruhi Hubungan pengetahuan perawat tentang
penerapan triage adalah pengalaman. Masa kerja triage dengan penerapan triage
(lama bekerja) merupakan pengalaman individu Dalam penelitian ini didapatkan ada
yang akan menentukan pertumbuhan dalam hubungan pengetahuan perawat tentang triage
pekerjaan dan jabatan (Suparyanto, 2010). dengan penerapan triage pada pasien gawat
Berdasarkan tabel 1 didapatkan data bahwa 13 darurat di IGD RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar.
responden bekerja selama lebih dari 1 tahun. Nilai koefisien adalah positif yang menunjukkan
Masa kerja biasanya dikaitkan dengan waktu arah hubungan searah dimana dapat diartikan
mulai bekerja, dimana pengalaman kerja juga ikut “semakin baik pegetahuan perawat maka dalam
menentukan kinerja seseorang. Semakin lama menerapkan triage juga semakin baik.
masa kerja maka kecakapan akan lebih baik Hasil penelitian ini sejalan dengan
karena sudah menyesuaikan diri dengan penelitian Lusiana (2011) tentang pelaksanaan
pekerjaanya. triage di IGD Rumah Sakit Puri Indah Jakarta
Faktor pernah mengikuti pelatihan juga bahwasanya pengetahuan sangat mempengaruhi
dapat mempengaruhi perawat dalamk penerapan dalam pelaksanaan triage. Pengetahuan tentang
triage di IGD. Data menunjukkan bahwa 4 triage yang dimiliki oleh petugas kesehatan IGD
perawat yang mengikuti pelatihan baik PPGD, akan sangat membantu petugas dalam mengenal
ATLS, ACLS dan BLS menerapakan triage kasus-kasus kegawatan dan selain berguna untuk
dengan baik. Begitu pula 10 perawat yang telah kualitas pelayanan juga dapat mencegah kematian
mengikuti pelatihan menerapkan triage dengan dan kecacatan lebih lanjut.
kategori cukup. Triage dilakukan oleh perawat Hasil penelitian ini didukung dengan teori
berpengalaman yang bertugas di ruang triage. dimana pengetahuan atau kognitif merupakan
Pasien segera dilakukan pertolongan cepat oleh domain yang sangat penting untuk terbentuknya
perawat profesional yang berada di ruang suatu tindakan. Perilaku yang didasari
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada yang dengan penelitian Gurning (2012) bahwa terdapat
tidak didasari pengetahuan (Notoatmodjo, 2010). hubungan antara sikap petugas kesehatan IGD
Semakin rendah pengetahuan seseorang tentang terhadap tindakan triage. Sikap itu dapat
triage maka tindakan terhadap triage berdasarkan terbentuk dari beberapa faktor yang
prioritas juga tidak akan sesuai. Pengetahuan mempengaruhi, salah satunya orang lain yang
dapat berkembang setiap saat dimana proses dianggap penting atau orang yang dihormati atau
belajar memegang peranan penting dalam disegani.
perkembangan. Selain itu penelitian Roger (1974)
yang dikutip Notoatmodjo (2005) mengemukakan Hubungan pengetahuan dengan sikap perawat
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru tentang triage
didalam diri orang tersebut terjadi beberapa Dalam penelitian ini didapatkan ada
proses berurutan yaitu: kesadaran, merasa tertarik, hubungan pengetahuan dengan sikap perawat
menimbang-menimbang, mencoba dan tentang triage pada pasien gawat darurat di IGD
beradaptasi dimana subjek berperilaku baru sesuai RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar. Nilai koefisien
dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya adalah positif ini menunjukkan arah hubungan
terhadap stimulus. Pengetahuan merupakan hal yang searah dimana dapat diartikan berarti
yang sangat mempengaruhi perawat dalam “semakin baik pengetahuan perawat tentang
menerapkan triage di IGD. triage maka sikap perawat tentang triage juga
semakin baik. Hasil yang sama dengan penelitian
Hubungan sikap perawat tentang triage Dewi, (2017) bahwa terdapat hubungan antara
dengan penerapan triage pengetahuan dengan sikap perawat tentang triage
Dalam penelitian ini didapatkan ada di UGD RSUD Wonosari.
hubungan sikap perawat tentang triage dengan Adanya korelasi diatas sesuai dengan
penerapan triage pada pasien gawat darurat di pernyataan Notoatmodjo (2007) yaitu dalam
IGD RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar. Nilai penentuan suatu sikap aspek pengetahuan
koefisien positif yang menunjukkan arah memegang peranan penting, karena pengetahuan
hubungan searah dimana dapat diartikan “semakin merupakan salah satu komponen pokok dari suatu
baik sikap perawat tentang triage maka penerapan sikap. Pengetahuan akan menimbulkan suatu
triage juga semakin baik. kepercayaan dalam diri seseorang yang menjadi
Sikap adalah reaksi atau respon yang masih dasar terbentuknya suatu ide mengenai sifat atau
tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau karakteristik umum dari suatu obyek sikap.
objek (Fitriani, 2011). Sikap merupakan Menurut peneliti bahwa seseorang dengan
kecenderungan merespon (secara positif atau mempunyai pengetahuan yang baik maka akan
negatif) terhadadap situasi atau objek tertentu. semakin postif pula sikap dalam melakukan suatu
Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari tindakan atau dalam menyikapi suatu masalah
dan dibentuk berdasarkan pengalaman dan latihan atau hal dalam hal ini berkaitan penerapan triage.
sepanjang perkembangan individu. Azwar (2008),
mengatakan pembentukan sikap dipengaruhi
beberapa faktor, yaitu pengalaman pribadi, SIMPULAN DAN SARAN
kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, Simpulan
media massa, institusi atau lembaga pendidikan Berdasarkan pembahasan dan hasil uji
dan lembaga agama, dan faktor emosi dalam diri statistik antara variabel pengetahuan dengan
individu. Perubahan sikap petugas kesehatan penerapan triage didapatkan nilai p = 0,016.
terhadap tindakan triage dikarenakan petugas Variabel sikap dengan penerapan triage
telah memliki pengetahuan, pengalaman, didapatkan nilai p = 0,031 dan variabel
intelegensi dan bertambahnya umur. Sikap negatif pengetahuan dengan sikap perawat tentang triage
petugas kesehatan terhadap tindakan triage didapatkan nilai p = 0,048. Nilai kooefisien
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu karena korelasi variabel diatas secara berurutan (r=
situasi pasien yang sedang ramai, tempat tidur 0,572; 0,523; 486) yang memiliki arti terdapat
triage yang kurang mencukupi bila pasien yang hubungan pengetahuan dengan penerapan, sikap
datang saat bersamaan dengan penerapan dan pengetahuan dengan sikap
Notoatmodjo (2007), mengemukakan serta memiliki hubungan yang positif.
bahwa sikap yang positif terhadap suatu informasi
yang diterima seseorang dapat mempengaruhi Saran
setiap tindakan yang akan dilakukannya. Hasil dari penelitian ini diharapkan rumah
Seseorang yang bersikap positif akan cenderung sakit Perlu melakukan inhouse trainning
untuk memahami dengan benar setiap informasi kegawatdaruratan dan memberikan update dan
atau pengetahuan yang ada, sebaliknya sikap yang refresh ilmu perawat di IGD secara
negatif terkadang akan memberikan pemahaman berkesinambungan. Selain itu penelitian ini dapat
informasi yang salah. Hasil penelitian ini sejalan dijadikan dasar bagi penelitian selanjutnya dalam
memberikan intervensi untuk meningkatkan Indonesia. (2009). Standar Instalasi
pengetahuan, sikap dan ketrampilan perawat IGD. Gawat (IGD) Rumah Sakit. Jakarta:
. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

DAFTAR RUJUKAN Lusiana, Linda. (2011). Faktor-faktor yang


mempengaruhi perawat dalam
A, Gerungan W. (2004). Psikologi Sosial. pelaksanaan triage di UGD RS Puri
Bandung: Refi ka adi tama. Indah Jakarta.
Arikunto, S. (2012). Prosedur Penelitian Suatu Notoatmodjo, S. ( 2010). Metodologi Penelitian
Pendekatan Praktek Rineka Cipta, Kesehatan. Edisi revisi cetakan
Jakarta. pertama. Jakarta : Rineka Cipta.
Azwar, S. (2011). Sikap Manusia Teori dan _____________ (2010). Promosi Kesehatan
Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka
Pelajar Cipta
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Nursalam. ( 2008). Konsep Dan Penerapan
Kementrian Kesehatan RI. (2010). Riset Metodologi Penelitian Ilmu
Kesehatan Dasar (Riskesdas 2010), keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba
Kementrian Kesehatan Republik Oman, K Koziol J, Scheetz. ( 2008). Panduan
Indonesia, Jakarta. Belajar Emergency. EGC.Jakarta.
Basoeki, A.P., Koeshartono, Rahardjo, E., & Rowles C.J dan Moss,R. (2007). Nursing
Wirjoatmodjo. (2008). Penanggulangan Manajemen : Staff Nurse Job
Penderita Gawatt Darurat Anestesiologi Satisfaction and Managenent style.
& Reanimasi. Surabaya: FK. Unair. WB Saunder Company. Philadelpia
Bimo, Walgito. (2010). Pengantar Psikolog Sari, Dewi Ratna. (2017). Sikap Dan
Umum. Yogyakarta: C.V Andi Offset Pengetahuan Perawat Berhubungan
Brooker. C. (2008). Ensiklopedia Keperawatan: Dengan Pelaksanaan Triage. Jurnal
Churchill Livingstone’s Mini Kebidanan: Penerbit: Stikes Estu Utomo
Carpenito, Lynda Jual- Moyet. (2008). Buku Saku Boyolali Jawa Tengah
Diagnosa Keperawatan. Edisi 10. EGC: Sarwono, Sarlito W. & Eko A. Meinarno.
Jakarta (2009). Psikologi Sosial. Jakarta:
Depkes RI. ( 2004). Rancangan pedoman Penerbit Salemba Humanika
pengembangan sistem profesional Sugiyono. (2009). Metode Peneltian Kuantitatif
perawat. Jakarta: Direktorat Dan Kualitatif. CV Alphabeta. Bandung
Keperawatan da Medik Dirjen Yan Med
Depkes RI.
Fathoni, M., Hathairat S., Praneed S. (2010).
Relationships between Triage Know ledge,
Training, Working Experiences and
Triage Skills among Emergency Nurses in
East Java, Indonesia. Nurse Media Journal
of Nursing, 3, 1, 2013
Fitriani, S. (2011). Promosi kesehatan. Yogyakarta:
Graha Ilmu. Australia: Emergency
Department.
Gilboy, N. (2007). Triase. In L. Newberry & L.
M. Criddle (Eds.), Sheehys Manual of
Emergency Care (Vol. 6, pp. 61-81).
Illnois: Elsevier Mosby
Gurning, Yanty, dkk. 2012. Hubungan Tingkat
Pengetahuan Dan Sikap Petugas
Kesehatan Igd Terhadap Tindakan Triage
Berdasarkan Prioritas. Skripsi. Program
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau
Hidayat, Aziz Alimul. (2008). Metode Penelitian
Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika
Kartikawati, N. D. (2011). Buku Ajar Dasar-
Dasar Keperawatan Gawat Darurat. 55
Jakarta: Salemba Medika
Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Anda mungkin juga menyukai