Anda di halaman 1dari 7

IDENTIFIKASI PENGETAHUAN PERAWAT GAWAT DARURAT

TENTANG TRIAGE

Vicky Setiarini1, Wan Nishfa Dewi2, Darwin Karim3


Fakultas Keperawatan
Universitas Riau
Email: vickysetiarini321@gmail.com

Abstract

The Emergency Room (IGD) in handling the emergency patient has triage system for doing emergency action. Triage is
the process which choose the patient according the turbulence level and in the handling the patient become priority.
One of the successful factor in handling the emergency case is triage knowledge. This study aims to determine for doing
identification of nurses emergency knowledge about triage. This study was doing in the IGD RSUD Arifin Achmad
room. This study was used the descriptive research. The sample of this study is nurse in IGD with 31 people thourgh
total sampling teachnique. The data was collected with using questionnaire that has been validity and reliability test.
This study used descriptive analysis. The result of the study showed that the nurse has a good knowledge as much
51,6%. Based on the result of the research, the researcher give the suggestion to the nurse to improve the quality of
emergence services.

Keywords: Emergency, IGD, knowledge, nurses, triage

PENDAHULUAN dan tepat untuk mencegah kematian dan


Rumah sakit adalah sebuah institusi kecacatan, karena waktu adalah nyawa. Dalam
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan penanganan pasien gawat darurat, IGD
pelayanan kesehatan perorangan secara memiliki sistem triage dalam melakukan
paripurna (komprehensif), penyembuhan tindakan kegawatdaruratan (Sabrianyanti,
penyakit (kuratif), dan pencegahan penyakit Islam, & Gaus, 2012). Termasuk pelayanan di
(preventif) kepada masyarakat, dimana rumah IGD RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.
sakit akan menyediakan pelayanan seperti Dalam pelaksanaan triage di IGD RSUD
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat Arifin Achmad Provinsi Riau menggunakan
(Depkes RI, 2009). Instalasi gawat darurat standar penilaian Australian Triage Scale
(IGD) berperan sebagai pintu utama masuknya (ATS) sesuai dengan standar dari akreditas
pasien gawat darurat. Keadaan gawat darurat RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Triage
adalah suatu keadaan dimana pasien di IGD RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
membutuhkan tindakan medis segera guna dilakukan oleh perawat dan tenaga medis yang
menyelamatkan nyawa dan kecacatan lebih telah mendapat pelatihan Pertolongan Pertama
lanjut (Depkes RI, 2009). pada Gawat Darurat (PPGD) atau Basic
IGD mempunyai tujuan agar tercapai Trauma Cardiac Life Support (BTCLS) (Profil
pelayanan kesehatan yang optimal pada pasien RSUD Arifin Achmad, 2017).
secara cepat dan tepat serta terpadu dalam Triage adalah suatu proses memilih
penanganan tingkat kegawatdaruratan pasien menurut tingkat kegawatan dan
sehingga mampu mencegah resiko kecacatan prioritas dalam penanganan pasien
dan kematian (to save life and limb) dengan (Kartikawati, 2013). Penentuan prioritas
respons time selama 5 menit dan waktu penanganan akan dipengaruhi oleh tingkat
definitif ≤ 2 jam (Basoeki dkk, 2008). kegawatan pasien, jumlah pasien yang datang,
Kematian dan kesakitan pasien dapat kemampuan staf IGD, ketersediaan alat
diminimalkan atau dicegah dengan berbagai pendukung serta ruangan (Kristiani, Ani, &
usaha perbaikan dalam bidang pelayanan Ardhiyani, 2015). Triage juga merupakan
kesehatan, salah satunya dengan meningkatkan salah satu keterampilan keperawatan yang
pelayanan kegawatdaruratan (Gurning, Karim, harus dimiliki oleh perawat unit gawat darurat,
& Misrawati, 2014). hal ini yang membedakan perawat unit gawat
Pelayanan kegawatdaruratan adalah darurat dengan perawat di ruangan lainnya.
pelayanan yang memerlukan pelayanan cepat Triage harus dilakukan dengan cepat dan

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 730


tepat, maka diperlukan perawat yang prioritas dapat berubah dikarenakan perawat
berpengalaman dan berkompeten dalam memiliki pengetahuan, pengalaman,
melakukan triage (Hosnaniah, 2014). Proses intelegensi dan bertambahnya umur.
triage juga akan berpengaruh pada waktu Pengetahuan dan keterampilan perawat
tanggap atau respons time yang akan diberikan dalam penanganan pasien menjadi salah satu
oleh tim medis. Tim medis juga perlu faktor keberhasilan dalam penanganan kasus
memperhatikan jarak waktu tunggu atau kegawatdaruratan (Nurhasim, 2014).
waiting time dalam penanganan pasien Pengetahuan, sikap, dan keterampilan perawat
(Ardiyani, Andri, & Eko, 2015). IGD sangat dibutuhkan dalam pengambilan
Penelitian terkait triage telah dilakukan keputusan klinik agar tidak terjadi kesalahan
oleh beberapa peneliti sebelumnya. Penelitian dalam melakukan penilaian saat triage
yang dilakukan oleh Hosnaniah (2014) tentang sehingga dalam penanganan pasien bisa lebih
Pelaksanaan triage di unit gawat darurat RS optimal dan terarah. Pengetahuan tentang
Raksa Waluyo Kota Mojokerto menyatakan triage yang dimiliki oleh perawat IGD akan
bahwa perawat IGD yang melakukan triage sangat membantu perawat dalam menangani
masih sangat minim, dari 7 orang responden kasus-kasus kegawatan dan juga dapat
hanya 4 responden yang melakukan triage mencegah kecacatan maupun kematian pasien
sesuai dengan Standar Operational Prosedur (Gurning, Karim, & Misrawati, 2014).
(SOP) Rumah sakit. Penelitian yang dilakukan Studi pendahuluan dilakukan di ruang
Ardiyani, Andri, & Eko (2015) tentang IGD RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
analisis peran perawat tentang triage terhadap dengan melakukan wawancara tidak
waiting time dan length of stay di IGD RS dr. terstruktur terhadap 9 orang perawat IGD
Saiful Anwar Malang menyatakan bahwa, didapatkan 5 dari 9 orang perawat yang telah
perawat sangat berpengaruh dalam memahami dengan baik tentang triage namun
pelaksanaan triage terhadap waiting time. 4 dari 9 orang perawat masih belum paham
Kesesuaian waiting time berdasarkan standar dalam penggolongan pasien menurut tingkat
terlihat terutama pada perawat yang kegawatan dan prioritas dalam penanganan
menjalankan peran dengan baik. Firdaus pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk
(2017) dalam penelitiannya membuktikan mengidentifikasi pengetahuan perawat di
bahwa penerapan metode Australian Triage ruang gawat darurat tentang triage. Hasil
Scale atau (ATS) berpengaruh terhadap penelitian ini dapat digunakan sebagai suatu
waiting time yang diberikan. Penerapan ATS informasi dan masukan terkait pengetauan
memudahkan perawat IGD dalam memberikan perawat gawat darurat tentang triage sebagai
intervensi secara tepat dan meminimalkan bahan acuan untuk perkembangan ilmu
waiting time pasien. keperawatan khususnya pada
Seorang perawat IGD harus mampu kegawatdaruratan.
bekerja di IGD dalam menanggulangi semua
kasus gawat darurat, maka dari itu dengan METODE PENELITIAN
adanya pelatihan kegawatdaruratan setiap Jenis penelitian ini adalah penelitian
perawat IGD dapat mengupayakan efisiensi kuantitatif dengan menggunakan desain
dan efektifitas dalam memberikan pelayanan. penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian
Pengetahuan, sikap, dan keterampilan petugas ini adalahperawat ruang IGD RSUD Arifin
kesehatan IGD sangat dibutuhkan dalam Achmad Provinsi Riau dengan jumlah
pengambilan keputusan klinis agar tidak populasi 31 orang. Pengambilan sampel pada
terjadi kesalahan dalam melakukan pemilahan penelitian ini menggunakan teknik total
saat triage sehingga dalam penanganan pasien sampling.Alat pengumpulan data
bisa lebih optimal dan terarah. Gurning, menggunakan kuesioner yang terdiri dari5
Karim, dan Misrawati (2014) dalam indikator yaitupengertian triage, tujuan triage,
penelitiannya tentang hubungan pengetahuan prinsip triage, dokumentasi triagedan metode
dan sikap perawat IGD terhadap tindakan ATS dengan total sebanyak 38
triage membuktikan bahwa sikap perawat pernyataan.Analisis data yang digunakan yaitu
IGD terhadap tindakan triage berdasarkan analisis univariat menggunakan distribusi
frekuensi.
JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 731
HASIL PENELITIAN perawat tentang triagesebagian besar
A. Analisis Univariat berpengetahuan baik yaitu berjumlah 16 orang
1. Karakteristik Responden (51,6%).
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Respondenberdasarkan Tabel.3
Data Demografi (N=31) Tabulasi silang karakteristik responden
No Karakteristik Frekuensi Persentase dengan tingkat pengetahuan
responden (%)
Karakteristik Kategori Pengetahuan Total
1 Umur
19 61,3 responden
21-34 tahun Baik Kurang
(dewasa awal) Baik
12 38,7
35-64 tahun N % n % %
(dewasa tengah)
Umur
2 Jenis kelamin
13 41,9 25-34 tahun 10 32.3 9 29.0 61.3%
Laki-laki
(dewasa
18 58,1
Perempuan awal)
3 Tingkat
pendidikan 20 64,5 35-64 tahun
(dewasa
DIII 6 19.4 6 19.4 38.7%
11 35,5 tengah)
S1 Jenis kelamin
4 Lama bekerja
10 32,3 Laki-laki 7 22.6 6 19.4 41.9%
≤5 tahun
21 67,7 perempuan 9 29.0 9 29.0 58.1%
>5 tahun
Pendidikan
Tabel.1 menunjukkan bahwa sebagian
besar responden berada pada usia lebih dari DIII 10 32.3 9 29.0 61.3%
21-34 tahun (dewasa awal)sebanyak 19 orang Keperawatan
(61,3%).Responden sebagian besar berjenis 6 19.4 6 19.4 38.7%
kelamin perempuan yang berjumlah 18 orang S1 Ners
(58,1%). Tingkat pendidikan responden yang Lama bekerja
terbanyak adalah DIII Keperawatan yang
berjumlah 20 orang (64,5%). Lama bekerja ≤5 tahun 7 22.6 6 19.4 41.9%
responden yang terbanyak adalah diatas 5
tahun berjumlah 21 orang (67,7%). >5 tahun 9 29.0 9 29.0 58.1%

2. Tingkat pengetahuan perawat gawat


darurat tentang triage Tabel 3 menunjukkan bahwa responden
yang berpengetahuan baik sebagian besar
Tabel 2 berusia 25-34 tahun (dewasa awal) sebanyak
Distribusi frekuensi pengetahuan perawat 32,2%. Responden berpengetahuan baik
gawat darurat tentang triage (n=31) sebagian besar berjenis kelamin perempuan
No Karakteristik Frekuensi Persentase yakni sebanyak 29%. Tingkat pendidikan
(%) responden yang berpengetahuan baik memiliki
1 Baik 16 51,6
2 Kurang baik 15 48,6 kesamaan antara DIII Keperawatan dengan S1
Ners yakni 25.8%. responden yang memiliki
pengetahuan baik berdasarkan lama bekerja
Tabel.2 menunjukkan bahwa tingkat sebagian besar terdapat pada responden yang
pengetahuan responden tentang pengetahuan telah bekerja lebih dari 5 tahun yakni sebanyak
32.4%.
JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 732
PEMBAHASAN pengetahuan dan mampu memanfaatkan
A. Karakteristik Responden teknologi keperawatan dalam melakukan
1. Umur asuhan keperawatan yang profesional.
Umur responden dikategorikan 4. Lama Bekerja
berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
Wong, dkk (2008) yang digolongkan bahwa lebih banyak responden bekerja
kedalam usia dewasa awal (21-34 tahun), diatas lima tahun berjumlah 21 orang
dewasa tengah (35-64 tahun), dan dewasa (67,7%). Mubarak (2009) menjelaskan
akhir (>65 tahun). Berdasarkan hasil bahwa lama bekerja dapat menjadikan
penelitian ini menunjukkan sebagian besar seseorang memperoleh pengetahuan baik
responden berusia 21-34 tahun (dewasa secara langsung maupun tidak langsung,
awal) sebanyak 19 orang (61,3%). pengetahuan dapat diperoleh dari
Syahrizal, Karim, dan Nauli (2015) pengalaman selama bekerja. Peneliti
menyebutkan bahwa usia dewasa awal berpendapat pengalaman kerja dapat
merupakan tingkat usia produktif dalam mempengaruhi pengetahuan seseorang.
bekerja sehingga dapat melakukan Pengalaman bekerja merupakan salah satu
berbagai tindakan keperawatan. Usia sumber pengetahuan atau suatu cara untuk
mempengaruhi terhadap daya tangkap dan membuktikan pengetahuan yang telah
pola pikirnya sehingga pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang. Pengalaman juga
diperolehnya semakin membaik merupakan hal yang dialami sendiri oleh
(Notoatmodjo 2014). seseorang secara langsung. Seseorang
2. Jenis Kelamin melalui pengalamannya memperoleh
Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak hal-hal baru. Hal-hal baru yang
sebagian besar berjenis kelamin didapati saat bekerja dapat menambah
perempuan yaitu berjumlah 18 orang pengetahuannya dalam mengerjakan
(58,1%). Dunia keperawatan jumlah pekerjaan tersebut.
perawat perempuan lebih banyak B. Tingkat pengetahuan perawat gawat
ditemukan daripada laki-laki, juga lulusan darurat tentang triage
perawat dari perguruan tinggi lebih banyak Hasil penelitian tentang pengetahuan
dari perempuan dari pada laki-laki menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
(Wicaksono, 2015). Priharjo (2008) perawat gawat darurat tentang triage sebagian
menyebutkan bahwa sebagian besar besar berpengetahuan baik yaitu 16 responden
perawat adalah perempuan karena dalah (51,6%). Usia responden pada penelitian ini
dunia keperawatan mencerminkan figur sebagian besar berusia 21-34 tahun yakni 19
seorang wanita dalam memberikan asuhan responden (61,3%) hal ini mempengaruhi hasil
keperawatan, kasih sayang, dan bantuan dari tingkat pengetahuan responden dan
kepada pasiennya. dibuktikan pada tabel tabulasi silang bahwa
3. Tingkat Pendidikan ada 10 responden (32.3%) dari usia dewasa
Hasil penelitian menunjukkan sebagian awal yang memiliki pengetahuan baik.
besar responden memiliki tingkat Notoatmodjo (2010) menyebutkan usia
pendidikan DIII Keperawatan yang mempengaruhi terhadap daya tangkap dan
berjumlah 20 orang (67,7%). Potter dan pola pikir seseorang, semakin bertambah usia
Perry (2012) menyebutkan bahwa lulusan akan semakin berkembang pula daya tangkap
diploma dan sarjana muda merupakan dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang
sumber daya yang paling signifikan dalam diperolehnya semakin membaik. Pada usia
dunia kerja. Mardalena (2017) dewasa awal petugas kesehatan yang sudah
menyebutkan bahwa seseorang yang dapat memahami tentang triage karena usia dewasa
melakukan tindakan triage minimal adalah waktu pada saat seseorang mencapai
berpendidikan DIII. DIII Keperawatan atau puncak dari kemampuan intelektualnya (King,
Pendidikan vokasional menghasilkan 2010).
keperawatan generalis sebagai perawat Hasil tabulasi silang pada tingkat
vokasional yang diharapkan memiliki pengetahuan berdasarkan jenis kelamin,

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 733


responden perempuan memiliki tingkat 11 responden (35.5%) memiliki pengetahuan
pengetahuan lebih tinggi yakni 9 responden yang kurang baik tentang triage. Hal ini
(29%) dibandingkan laki laki yang hanya 7 menunjukkan bahwa tidak semua yang
responden (22.6%), namun pada responden pengalaman bekerja lebih dari lima tahun
perempuan juga didapatkan ada 9 responden memiliki pengetahuan yang baik tentang
(29%) yang memiliki pengetahuan kurang triage, hal ini dapat disebabkan karena
baik, artinya pada responden perempuan seseorang yang sudah berpengalaman tidak
memiliki jumlah yang seimbang antara tingkat mudah dalam menerima informasi baru seperti
pengetahuan baik dan kurang baik. Hal ini halnya triage yang digunakan pada tempat
mungkin disebabkan karena jumlah responden penelitian ini baru diterapkan selama dua
perempuan lebih banyak dibandingkan tahun terakhir. Pengetahuan diperoleh karena
responden laki-laki. Hasil tersebut adanya kemauan dari seseorang untuk
menunjukkah bahwa tidak ada perbedaan yang menerima informasi dan memiliki motivasi
signifikan antara tingkat pengetahuan dalam menerima hal baru sehingga
responden yang berjenis kelamin perempuan pengetahuan seseorang dapat bertambah,
ataupun laki-laki, karena antara keduanya namun jika individu itu sendiri tidak memiliki
mendapatkan informasi dari sumber yang kemauan untuk menerima informasi tersebut
sama, misalnya dari buku, internet ataupun maka dapat dipastikan bahwa tidak akan
pelatihan kegawatdaruratan yang pernah bertambah pengetahuannya.
diikuti. Pengetahuan adalah suatu pemikiran yang
Pendidikan responden juga mempengaruhi dapat diperoleh dari pengalaman seseorang
terhadap tingkat pengetahuan, dilihat dari 13 dalam mengenal atau memahami sesuatu.
responden (35.5%) yang berpendidikan S1 Pengetahuan tidak hanya diperoleh dari
Ners memiliki 25.8% responden yang bangku pendidikan namun juga dapat di
memiliki pengetahuan baik tentang triage. peroleh dari informasi langsung seperti
Responden yang memiliki pendidikan DIII berdiskusi dan informasi tidak langsung
Keperawatan berjumlah 20 responden (64.5%) seperti membaca informasi dari artikel.
hanya 25.8% yang memiliki pengetahuan baik. Pengetahuan merupakan hasil tahu yang
Ayuningtiyas (2013) menyebutkan bahwa diperoleh dari panca indra. Beberapa hal yang
tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan dapat menjadi faktor yang mempengaruhi
berpengaruh pada perubahan yang lebih baik, pengetahuan menurut Budiman dan Rianto
seseorang yang memiliki tingkat pendidikan (2014) antara lain pendidikan, informasi/media
yang lebih tinggi akan berfikir lebih obyektif massa, sosial, budaya dan ekonomi,
dan terbuka wawasan dalam mengambil lingkungan, pengalaman dan usia. Pendidikan
keputusan. Pendidikan memerikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi
pengetahuan bukan hanya dengan pelaksanaan pendidikan seseorang maka makin mudah
tugas, namun juga dapat diberikan dengan orang tersebut untuk menerima informasi.
memberikan landasan untuk mengembangkan Semakin banyak informasi yang masuk maka
diri serta kemampuan untuk memanfaatkan semakin banyak pula pengetahuan yang
sarana yang ada (Faizin, 2008). Seseorang didapat.
yang memiliki pendidikan yang tinggi maka Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan
akan semakin bagus tingkat pengetahuan dan pendidikan dimana diharapkan seseorang
produktivitas dalam bekerja. dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut
Hasil dari tingkat pengetahuan ini juga akan makin luas pengetahuannya. Seseorang
berkaitan dengan pengalaman yang dimiliki yang berpendidikan rendah tidak berarti
responden, dimana ada 21 responden (67,7%) berpengetahuan rendah pula. Peneliti
yang memiliki pengalaman bekerja di IGD berpendapat bahwa pengetahuan merupakan
lebih dari 5 tahun. Hasil tabulasi silang dari hasil seseorang dalam mengenali dan
lama bekerja dengan tingkat pengetahuan mengingat mengenai suatu proses.
membuktikan bahwa 10 responden (32.4%) Pengetahuan menjadi salah satu hal yang
memiliki pengetahuan baik tentang triage, mendukung seorang dalam bekerja dan dapat
namun hasil ini juga menunjukkan bahwa ada membantu meningkatkan kinerja dalam

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 734


bekerja, termasuk perawat dalam memahami UCAPAN TERIMA KASIH
tentang triage. Semua hal yang telah dibahas Terima kasih yang tak terhingga atas bantuan
seperti umur, tingkat pendidikan, dan dan bimbingan dari berbagai pihak dalam
pengalaman bekerja dapat memberikan penyelesaian laporan penelitian ini
1
kontribusi terhadap pengetahuan responden, Vicky Setiarini: Fakultas Keperawatan
sehingga responden memiliki pengetahuan Universitas Riau, Indonesia.
yang baik tentang triage.
2
Hasil penelitian ini juga didapatkan masih Wan Nishfa Dewi: Dosen Bidang
terdapat 15 responden (48,4%) dari 31 Keilmuan Keperawatan Medikal
responden yang memiliki pengetahuan yang BedahFakultas Keperawatan Universitas
kurang baik tentang triage, ini artinya masih
Riau, Indonesia.
harus meningkatkan pengetahuan tentang
triage. Hal ini mungkin disebabkan karena 3
Darwin Karim: Dosen Bidang Keilmuan
jenis triage yang digunakan yakni Australian
Keperawatan Medikal BedahFakultas
Triage Scale (ATS) baru diterapkan pada
tahun 2016 di IGD RSUD Arifin Achmad Keperawatan Universitas Riau, Indonesia.
Provonsi Riau. Faktor lain yang dapat
menyebabkan kurangnya pengetahuan adalah
rendahnya motivasi dan kesadaran diri untuk DAFTAR PUSTAKA
mencari informasi terkait triage. Ardiyani, V. M., Andri, M. T., & Eko, R.
(2015). Analisis peran perawat triage
terhadap waiting time dan length of stay
SIMPULAN
Triage adalah suatu proses memilih pada ruangan triage di instansi gawat
pasien menurut tingkat kegawatan dan darurat rumah sakit dr Saiful Anwar
prioritas dalam penanganan pasien. Malang. Jurnal Care, 3(1), 39–50.
Pengetahuan perawat IGD sangat dibutuhkan Diperoleh pada 6 Januari 2018 dari:
dalam pengambilan keputusan klinik agar https://jurnal.unitri.ac.id
tidak terjadi kesalahan dalam melakukan Basoeki, A. P., Koeshartono, Rahardjo, E., &
penilaian saat triage sehingga dalam Wirjoatmojo. (2008) Penanggulangan
penanganan pasien bisa lebih optimal dan penderita gawat darurat anestesiologi &
terarah. Hasil penelitian yang didapat bahwa reanimasi. Jurnal Care. Diperoleh pada 6
perawat IGD RSUD Arifin Achamd sebagian Janiari 2018 dari: https//
besar memiliki pengetahuan baik tentangtriage joernal.unair.ac.id
sebanyak 16 responden (51,6%). Hasil Budiman, & Rianto, A. (2014). Kapita selekta
penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat kuesioner pengetahuan dan sikap dalam
15 responden (48,4%) yang harus penelitian kesehatan. Jakarta: Salemba
meningkatkan lagi pengetahuan tentang triage. Medika.
Donsu, J. D. T. (2017). Metodologi penelitian
SARAN keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat Firdaus, M. N. (2017). Penerapan ats terhadap
menjadi data dasar untuk mengidentifikasi waiting time klien. Prosiding Seminar
pengetahuan perawat gawat darurat tentang Nasional, 34–37. Diperoleh tanggal 16
triage, sehingga pihak rumah sakit dapat Januari 2018 dari:
merencanakan peningkatan pengetahuan http://ejurnalp2m.stikesmajapahitmojoker
perawat dengan memberikan program to.ac.id
pelatihan kegawatdaruratan.Hasil penelitian ini Gurning, Y., Karim, D., & Misrawati. (2014).
juga diharapkan dapat memotivasi agar Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap
meningkatkan pengetahuan tentang triage petugas kesehatan igd terhadap tindakan
serta mengikuti semua pelatihan yang triage berdasarkan prioritas. Jurnal online
berkaitan dengan kegawatdaruratan untuk mahasiswa, 1–9. Diperoleh tanggal 4
meningkatkan pengetahuan tentang triage. Januari 2018 dari: http://jom.unri.ac.id
Hosnaniah, J. (2014). Pelaksanaan triage di
unit gawat darurat,. Diperoleh tanggal 4

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 735


Januari 2018 dari: Profil RSUD Arifin Achmad. (2017).
http://repository.poltekkesmajapahit.ac.id Diperoleh tanggal 16 Januari 2018 dari:
Kristiani, Y., Ani, S., & Ardhiyani, V. . http://rsudarifinachmad.riau.go.id
(2015). Hubungan waiting time dengan Pusponegoro, A. (2011). The silent disaster
kepuasan pasien prioritas 3 di instalasi bencana dan korban massal. Jakarta:
gawat darurat RS Waluya Sawahan Sagung Seto.
Malang. Jurnal Care, 3(1), 33–38. Sabri, L., & Hastono, S. P. (2014). Statistik
Diperoleh tanggal 8 Februari 2018 dari: kesehatan. Jakarta: Rajawali Pres.
https://jurnal.unitri.ac.id Sabrianyanti, W. O. N. I., Islam, A. A., &
Lapau, B. (2013). Metode penelitian Gaus, S. (2012). Waktu tanggap
kesehatan. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor penanganan kasus pada response time di
Indonesia. ruangan bedah dan non-bedah igd RS dr.
Martono, N. (2016). Metode penelitian Wahidin Sudirohusodo. Tesis Universitas
kuantitatif: Analisis isi dann analisis data Hasanuddin, (3), 1–13. Diperoleh tanggal
sekunder. Jakarta: Rajagrofindo Persada. 16 Januari 2018 dari:
Mubarak, W. I. (2012). Promosi kesehatan http//pasca.unhas.ac.id
kebidanan. Jakarta: Salemba Media. Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2014). Dasar
Musliha. (2010). Keperawatan gawat darurat. dasar metodologi penelitian klinis edisi
Yogyakakrta: Nusa Media. ke-5. Jakarta: Sagung Seto.
Notoatmodjo, S. (2014). Promosi kesehatan Setiadi. (2013). Konsep dan praktik penulisan
dan prilaku kesehatan. Jakarta: Rineka riset keperawatan. Yogyakarta: Graha
Cipta. Ilmu.
Nurhasim, S. (2014). Pengetahuan perawat Siregar, S. (2015). Metode penelitian
tentang response time dalam penanganan kuantitatif. Jakarta: Fajar Interpratama
gawat darurat di ruang triage rsud Mandiri.
karanganyar. Jurnal Care. Diperoleh Siswanto, Susila, & Suyanto. (2016).
tanggal 4 Januari 2018 dari: Metodologi penelitian kesehatan dan
digilib.stikeskusumahusada.ac.id kedokteran. Yogyakarta: Bursa Ilmu.
Nursalam. (2008). Konsep penerapan Surajiyo. (2016). Filsafat ilmu dan
metodologi penelitian ilmu keperawatan. pengembangannya di Indonesia. Jakarta:
Jakarta: Salemba Medika Bumi Aksara.
Pamungkas, R. A., & Usman, A. (2017). Departemen Kesehatan RI. (2009). Undang
Metodologi riset keperawatan. Jakarta: undang Republik Indonesia No. 44 Tahun
Trans Info Medika. 2009 tentang rumah sakit. Diperoleh
Powers, R., & Daily, E. (2010). International tanggal 6 Januari 2018 dari:
disaster nursing. New York: World http://www.depkes.go.id
Association. Wong. (2008). Buku ajar keperawatan
pediatrik. Jakarta: EGC

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 736

Anda mungkin juga menyukai