OLEH:
KODAR
NIM. 12025
AKADEMI KEPERAWATAN
NAZHATUT THULLAB
SAMPANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Gambaran Pelaksanaan Triase Di Ruang IGD RSUD Sampang
Kabupaten Sampang?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan
Untuk Mengetahui Gambaran Pelaksanaan Triase Di Ruang IGD RSUD
Sampang Kabupaten Sampang
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Instansi Terkait (RSUD Sampang)
Penelitian menjadi bahan referensi tentang triase
2. Bagi Responden (Perawat)
Untuk memperdalam ilmu pengetahuan tentang keperatan gawat darut dan menambah
pengalaman dalam pelaksanaan triase
3. Bagi profesi
Untuk meningkatkan ilmu pengetahuan tentang pelaksanaan triase
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Triase
1. Pengertian
Triase berasal dari bahasa
prancis trier bahasa inggris triage dan diturunkan dalam bahasa Indonesia triase yan
g berarti sortir. Yaitu proses khusus
memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit untuk menentukan jenis per
awatan gawat darurat Penggunaan istilah triage ini sudah lama berkembang. Konsep
awal triase modern yang berkembang meniru konsep pada jaman Napoleon dimana Baron
Dominique Jean Larrey (1766-1842), seorang dokter bedah yang merawat tentara
Napoleon, mengembangkan dan melaksanakan sebuah system perawatan dalam kondisi
yang paling mendesak pada tentara yang datang tanpa memperhatikan urutan kedatangan
mereka. Sistem tersebut memberikan perawatan awal pada luka ketika berada di medan
perang kemudian tentara diangkut ke rumah sakit/tempat perawatan yang berlokasi di
garis belakang. Sebelum Larrey menuangkan konsepnya, semua orang yang terluka tetap
berada di medan perang hingga perang usai baru kemudian diberikan perawatan. Pada
tahun 1846, John Wilson memberikan kontribusi lanjutan bagi filosofi triase. Dia mencatat
bahwa, untuk penyelamatan hidup melalui tindakan pembedahan akan efektif bila
dilakukan pada pasien yang lebih memerlukan, Pada perang dunia I pasien akan
dipisahkan di pusat pengumpulan korban yang secara langsung akan dibawa ke tempat
dengan fasilitas yang sesuai. Pada perang dunia II diperkenalkan pendekatan triase
dimana korban dirawat pertama kali di lapangan oleh dokter dan kemudian dikeluarkan
dari garis perang untuk perawatan yang lebih baik.Pengelompokan pasien dengan tujuan
untuk membedakan prioritas penanganan dalam medan perang pada perang dunia I,
maksud awalnya adalah untuk menangani luka yang minimal pada tentara sehingga dapat
segera kembali ke medan perang. Triase adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan
terfokus dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia,
peralatan serta fasilitas yang paling efisien dengan tujuan untuk memilih atau
menggolongkan semua pasien yang memerlukan pertolongan dan menetapkan prioritas
penanganannya (Kathleen dkk, 2008). Triase adalah usaha pemilahan korban sebelum
ditangani, berdasarkan tingkat kegawatdaruratan trauma atau penyakit dengan
mempertimbangkan prioritas penanganan dan sumber daya yang ada. Triase adalah suatu
sistem pembagian/klasifikasi prioritas klien berdasarkan berat ringannya kondisi
klien/kegawatannya yang memerlukan tindakan segera. Dalam triage, perawat dan dokter
mempunyai batasan waktu (respon time) untuk mengkaji keadaan dan memberikan
intervensi secepatnya yaitu 10 menit.
2. Prinsip Triase.
Di rumah sakit, didalam triase mengutamakan perawatan pasien berdas
arkan gejala. Perawat triase menggunakan ABC keperawatan
seperti jalan nafas, pernapasan dan sirkulasi, serta warna kulit,
kelembaban, su hu, nadi, respirasi, tingkat kesadaran dan inspeksi visual
untuk luka dalam, deformitas kotor dan memar untuk memprioritaskan
perawatan yang diberikan kepada pasien di ruang gawat darurat. Perawat
memberikan prioritas pertama untuk pasien gangguan jalan nafas,
bernafas atau sirkulasi terganggu. Pasien-pasien ini mungkin memiliki
kesulitan bernapas atau nyeri dada karena masalah jantung dan mereka
menerima pengobatan pertama. Pasien yang memiliki masalah yang
sangat mengancamkehidupan diberikan pengobatan langsung bahkan
jika mereka diharapkan untuk mati atau membutuhkan banyak sumber daya
medis. (Bagus,2007). Menurut Brooker, 2008. Dalam prinsip triase diberlakukan
sistem prioritas, prioritas adalah penentuan/penyeleksian mana yang harus
didahulukan mengenai penanganan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa
yang timbul dengan seleksi pasien berdasarkan : 1) Ancaman jiwa
yang dapat mematikan dalam hitungan menit. 2) Dapat mati dalam hitungan
jam . 3) Trauma ringan. 4) Sudah meninggal. 6. Pengetahuan Prioritas
Triase.Triase adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera
atau penyakit untuk menentukan prioritas perawatan gawat darurat medik.
Artinya memilih berdasar prioritas atau penyebab ancaman hidup.
Tindakan ini berdasarkan prioritas ABCDE. Prioritas I (prioritas
tertinggi) warna merah untuk berat dan biru untuk sangat berat.
Mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu resusitasi dan tindakan bedah
segera, mempunyai kesempatan hidup yang besar. Penanganan dan
pemindahan bersifat segera yaitu gangguan pada jalan nafas, pernafasan
dan sirkulasi.
3. Tipe Triase Di Rumah Sakit
Tipe 1 : Traffic Director or Non Nurse
a. Hampir sebagian besar berdasarkan system triage
b. Dilakukan oleh petugas yang tak berijasah
c. Pengkajian minimal terbatas pada keluhan utama dan seberapa sakitnya
d. Tidak ada dokumentasi
e. Tidak menggunakan protocol
f. Perawat hanya mengidentifikasi keluhan utama dan memilih antara status mendesak
atau tidak mendesak. Tidak ada tes diagnostik permulaan yang diintruksikan dan tidak
ada evaluasi yang dilakukan sampai tiba waktu pemeriksaan.
Tipe 2 : Cek Triase Cepat (spot check)
a. Pengkajian cepat dengan melihat yang dilakukan perawat beregristrasi atau dokter
b. Termasuk riwayat kesehatan yang berhubungan dengan keluhan utama
c. Evaluasi terbatas
d. Tujuan untuk meyakinkan bahwa pasien yang lebih serius atau cedera mendapat
perawatan pertama.
e. Perawat mendapatkan keluhan utama bersama dengan data subjektif dan objektif yang
terbatas, dan pasien dikategorikan ke dalam salah satu dari 3 prioritas pengobatan yaitu
gawat darurat, mendesak, atau ditunda. Dapat dilakukan beberapa tes diagnostik
pendahuluan, dan pasien ditempatkan di area perawatan tertentu atau di ruang
tunggu.Tidak ada evaluasi ulang yang direncanakan sampai dilakukan pengobatan.
Tipe 3 : Comprehensive Triage
a. Dilakukan oleh perawat dengan pendidikan yang sesuai dan berpengalaman
b. 4 sampai 5 sistem katagori
c. Sesuai protocol
d. Sistem ini merupakan sistem yang paling maju dengan melibatkan dokter dan perawat
dalam menjalankan peran triage.Data dasar yang diperoleh meliputi pendidikan dan
kebutuhan pelayanan kesehatan primer, keluhan utama, serta informasi subjektif dan
objektif. Tes diagnostik pendahuluan dilakukan dan pasien ditempatkan di ruang
perawatan akut atau ruang tunggu, pasien harus dikaji ulang setiap 15 sampai 60 menit
(Iyer, 2004).
4. Prinsip-prinsip Triase dan Tata cara melakukan Triase
1. Pernafasan ( respiratory)
2. Sirkulasi (perfusion)
3. Status Mental (Mental State)
Dalam pelaksanaannya biasanya dilakukan Tag label Triase (Label Berwarna) yang
dipakai oleh petugas triase untuk mengidentifikasi dan mencatat kondisi untuk tindakan
medis terhadap korban.
5. Pengelompokan Triase berdasarkan Tag label
1. Prioritas Nol (Hitam)
Pasien meninggal atau cedera Parah yang jelas tidak mungkin untuk
diselamatkan. pengelompokan label triase
2. Prioritas Pertama (Merah)
Penderita Cedera berat dan memerlukan penilaian cepat dan tindakan medik atau
transport segera untuk menyelamatkan hidupnya. Misalnya penderita gagal nafas,
henti jantung, Luka bakar berat, pendarahan parah dan cedera kepala berat.
b. Darurat, adalah suatu keadaan yang tidak mengancam nyawa tapi memerlukan
penanganan cepat dan tepat seperti kegawatan
c. Gawat darurat, adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa disebabkan oleh gangguan
ABC (Airway / jalan nafas, Breathing / pernafasan, Circulation / sirkulasi), jika tidak
ditolong segera maka dapat meninggal / cacat (Wijaya, 2010).Berdasarkan prioritas
perawatan dapat dibagi menjadi 4 klasifikasi :
Klasifikasi Keterangan
Gawat Keadaan yang mengancam nyawa / adanya gangguan ABC dan
darurat (P1) perlu tindakan segera, misalnya cardiac arrest, penurunan
kesadaran, trauma mayor dengan perdarahan hebat
Gawat tidak Keadaan mengancam nyawa tetapi tidak memerlukan tindakan
darurat (P2) darurat. Setelah dilakukan diresusitasi maka ditindaklanjuti oleh
dokter spesialis. Misalnya ; pasien kanker tahap lanjut, fraktur,
sickle cell dan lainnya
Darurat tidak Keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi memerlukan
gawat (P3) tindakan darurat. Pasien sadar, tidak ada gangguan ABC dan dapat
langsung diberikan terapi definitive. Untuk tindak lanjut dapat ke
poliklinik, misalnya laserasi, fraktur minor / tertutup, sistitis, otitis
media dan lainnya
Tidak gawat Keadaan tidak mengancam nyawa dan tidak memerlukan tindakan
tidak darurat gawat. Gejala dan tanda klinis ringan / asimptomatis. Misalnya
(P4) penyakit kulit, batuk, flu, dan sebagainya
Tabel. 2. Klasifikasi triase labeling
Makna Konsekuensi Contoh
Kategori
Penanganan dan Lesi yang
Prioritas (I) Mengancam jiwa
transportasi melibatkan arteri,
sesegera mungkin pendarahan organ
dalam, trauma
amputasi mayor
Observasi ketat, Trauma amputasi
Prioritas (II) Cedera berat
penanganan minor, cedera
secepatnya, jaringan lunak,
transport sedapat fraktur dan dislokasi
mungkin
Prioritas (III) Cedera minor atau Ditangani bila Laserasi minor,
tidak cedera memungkinkan, abrasi jaringan
transport dan lunak, cedera otot
evakuasi bila
memungkinkan
Harapan hidup Observasi dan bila Cedera berat,
Prioritas (IV)
kecil atau tidak memungkinkan pendarahan berat,
ada pemberian pemeriksaan
analgetik neurologis negatif
7. Fungsi Triase
1. Menilai tanda-tanda dan kondisi vital dari korban.
2. menetukan kebutuhan media
3. menilai kemungkinan keselamatan terhadap korban.
4. menentukan prioritas penanganan korban.
5. memberikan pasien label warna sesuai dengan skala priorita
8. Alur dalam proses triase.
1) Pasien datang diterima petugas / paramedis UGD.
2) Diruang triase dilakukan anamnese dan pemeriksaan singkat dan cepat (selintas)
untuk menentukan derajat kegawatannya oleh perawat.
3) Bila jumlah penderita/korban yang ada lebih dari 50 orang, maka triase dapat
dilakukan di luar ruang triase (di depan gedung IGD).
4) Penderita dibedakan menurut kegawatnnya dengan memberi kodewarna:
a) Segera-Immediate (merah). Pasien mengalami cedera mengancam jiwa yang
kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong segera. Misalnya:Tension
pneumothorax, distress pernafasan (RR< 30x/mnt), perdarahan internal, dsb.
b) Tunda-Delayed (kuning) Pasien memerlukan tindakan defintif tetapi tidak ada
ancaman jiwa segera. Misalnya : Perdarahan laserasi terkontrol, fraktur tertutup pada
ekstrimitas dengan perdarahan terkontrol, luka bakar <25% luas permukaan tubuh, dsb.
c) Minimal (hijau). Pasien mendapat cedera minimal, dapat berjalan dan menolong diri
sendiri atau mencari pertolongan. Misalnya : Laserasi minor, memar dan lecet, luka bakar
superfisial.
d) Expextant (hitam) Pasien mengalami cedera mematikan dan akan meninggal meski
mendapat pertolongan. Misalnya : Luka bakar derajat 3 hampir diseluruh tubuh,
kerusakan organ vital, dsb.
e) Penderita/korban mendapatkan prioritas pelayanan dengan urutan warna : merah,
kuning, hijau, hitam.
f) Penderita/korban kategori triase merah dapat langsung diberikan pengobatan diruang
tindakan UGD. Tetapi bila memerlukan tindakan medis lebih lanjut, penderita/korban
dapat dipindahkan ke ruang operasi atau dirujuk ke rumah sakit lain.
g) Penderita dengan kategori triase kuning yang memerlukan tindakan medis lebih lanjut
dapat dipindahkan ke ruang observasi dan menunggu giliran setelah pasien dengan
kategori triase merah selesai ditangani.
h) Penderita dengan kategori triase hijau dapat dipindahkan ke rawat jalan, atau bila
sudah memungkinkan untuk dipulangkan, maka penderita/korban dapat diperbolehkan
untuk pulang.
i) Penderita kategori triase hitam dapat langsung dipindahkan ke kamar jenazah.
(Rowles, 2007).
B . Konsep Ruangan
1. Perawat Unit Kritikal
Menurut Musliha, (2010) perawat unit kritikal yaitu semua perawat yang bekerja di
unit dimana dalam kegiatannya tidak hanya menangani keperawatan pada lingkungan
yang khusus atau peralatan khusus namun lebih pada proses pengambilan keputusan dan
kemauan untuk mengambil keputusan oleh perawat.
Untuk mencapai hal tersebut maka seorang perawat yang bertugas di bagian kekritisan
haruslah memiliki kemampuan:
a. Pengetahuan mengenai fisiologi dan patofisiologi tubuh.
Proses keperawatan. Dasar pengetahuan untuk dapat menginterpretasikan dan .dapat
berespon terhadap masalah-masalah klinis dengan ketrampilan yang tinggi.
Keperawatan gawat darurat adalah pelayanan keperawatan yang diberikan kepada
individu, keluarga/orang terdekat dan masyarakat yang diperkirakan atau sedang
mengalami keadaan yang mengancam kehidupan dan terjadi secara mendadak dalam
suatu lingkungan yang tidak dapat dikendalikan. Dalam keperawatan kegawatan ada 2
istilah yang biasa digunakan yaitu :
1). Intensive nursing/perawatan intensif merupakan proseskeperawatan yang memerlukan
pemantauan terus menerus.
2). Critical care/perawatan kritis dimana pasien berada dalam keadaan gawat.
Kedua jenis perawatan ini memerlukan ,Ruangan yang khusus .Alat / fasilitas khusus
a. Tenaga yang terlatih
Cakupan keperawatan gawat darurat meliputi penetapan diagnosis keperawatan
dan manajemen respon pasien / keluarganya terhadap kondisi kesehatan yang
terjadi mendadak. Pelayanan keperawatan gawat darurat tidak terjadwal dan biasanya
dilaksanakan diruang gawat darurat (emergency) dan ruang keperawatan kritikal ( ICU
).Tujuan utama dari penanganan keadaan darurat adalah :
1) Mempertahankan kehidupan
2) Mencegah kerusakan sebelum tindakan / perawatan selanjutnya.
3) Menyembuhkan pasien pada kondisi yang berguna bagi kehidupan.
Peran dan Fungsi Perawat Dalam Pelayanan Gawat Darurat Menurut Gartinah, adalah :
a) Melakukan triage
b) Memberikan asuhan keperawatan kepada semua pasien gawat darurat dengan berbagai
kondisi dan berbagai usia
c) Mengatur waktu secara efisien
d) Memberikan dukungan emosional kepada pasien dan keluarganya
e) Memfasilitasi dukungan spiritual
f) Mengkoordinasikan berbagai pemeriksaan diagnostic dan memberikan pelayanan
secara multidisiplin
g) Mendokumentasikan dan mengkomunikasikan informasi tentang pelayanan yang telah
diberikan dan kebutuhan tindak lanjut
h) Memfasilitasi rujukan dalam rangka menyelesaikan masalah kegawat daruratan
i) Membantu individu beradaptasi terhadap kegiatan hidup sehari-hari
j) Memfasilitasi tindaklanjut perawatan
k) Menyiapkan pemulangan pasien (discharge planning) secara aman
l) Mengkoordinasikan dan melaporkan setiap terdapat KLB
Kondisi Kegawat Daruratan Suatu kondisi dimana terjadi gangguan integritas
fisiologis/psikologis secara mendadak yang dapat menimbulkan proses mengancam
nyawa.
Karakteristik pelayanan keperawatan gawat darurat seringkali tidak terprediksi
,kecemasan tinggi / panic keterbatasan sumber daya dan waktu Untuk seluruh usia,
dengan data dasar yang sangat terbatas tindakan memerlukan kecepatan dan ketepatan
yang tinggi. Adanya saling ketergantungan yang tinggi antara profesi kesehatan yang
lain. Kegawatdaruratan merupakan suatu keadaan yang mengancam jiwa, untuk itu
diperlukan perawat yang kompeten sebagai praktisi, juga harus meningkatkan
kemampuan yang terkait berbagai peran, serta perawat harus mengerti karakteristik
pelayanan keperawatan : tepat, cermat dan cepat, serta mengerti tugas, cara bersikap
dan cara berkomunikasi dengan baik dalam kondisi emergency. Makin luas lingkup
tanggung jawab yang diemban perawat pada pelayanan gawat darurat, makin banyak
peran yang harus dilakukan.
C . Kerangka Konseptual
Keterangan
Ditelit
i
Tidak
diteliti
Arah
hubungan
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian suatu cara untuk memproleh kebenaran ilmu pengetahuan atau
pemecahan masalah, pada dasarnya menggunakan metode ilmiah (Soekidjo Notoatmojo,
2005) . Pada Bab Ini Akan Dijelaskan Mengenai: Desain Penelitian, Kerangka Kerja,
Identifikasi Variabel, Definisi Oprasional, Desain Samling, Tehnik Pengumpulan Data,
Masalah Etika Dan Keterbatasan .
A. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam melakukan
prosedur penelitian (Hidayat Alimul Aziz,2005). Pada penelitian ini desain yang digunakan
adalah deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendiskripsikan ( memaparkan )
peristwa-peristiwa umum terjadi pada masa kini, dimana dilakukan secara sistematik dan
lebih menekankan pada faktatual daripada penyimpulan, peneliti tidak mencoba
menganalisa mengapa dan bagaimana fenomena tersebut terjadi (Nursalam,
2005). Deskriptif cross sectional hanya sekedar mendesripsikan distribusi penyakit
dihubungkan dengan variabel penelitian, sedangkan analitik crossectional: diketahui
dengan jelas mana yang jadi pemajan dan outcome, serta jelas kaitannya hubungan sebab
akibatnya.
B. Kerangka kerja
Desain penelitian
Deskriptif
Kerangka kerja adalah langkah-langkah yang akan dilakukan dalalm penelitian yang
ditulis dalam bentuk kerangka atau alur penelitian (Hidayat Alimul Aziz,2003).
Gambar . 2. Kerangka Kerja Gambaran Pelaksanaan Triase Di IGD RSUD Sampang Kabupaten
Sampang Tahun 2015.
C. Desain Sampling
1. Populasi
Populasi adalah seluruh subjek objek penelitian atau objek yang akan di teliti
(Notoadmojo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang ada di
ruang IGD RSUD Sampang Kabupaten Sampang, sebanyak 17 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang diambil dari keseluruhan obyek yang di teliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatdmojo, 2010). Pada penelitian ini sampel
yang diambil adalah perawat yang ada di ruang IGD RSUD Sampang Kabupaten
Sampang, yaitu sebanyak 17 orang.
3. Sampling
Sampling adalah proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk mewakili
populasi (Nursalam Alimul Aziz, 2005). Penelitian ini menggunakan
tehniknonprobapolity dengan menggunakan metode total sampling, yaitu suatu cara
pengambilan sampel dengan mengambil keseluruhan dari jumlah populasi yang ada
(Notoatmojo, 2010).
D. Identifikasi Variabel
Variabel adalah ukuran ciri yang dimiliki anggota-anggota suatu kelompok yang
dimilik kelompok lain (Notoadmojo, 2010). Variabel adalah objek penelitian, atau apa
yang menjadi titik atau penelitian ( Suharsini Arikunto, 2005 ). Variabel pada penelitian
adalah Gambaran pelaksanaan triase di ruang IGD RSUD Sampang Kabupaten Sampang.
E. Definasi Operasional
Definasi operasional adalah definisi berdasarkan karekteristik yang diamati dari
suatu yang didefinisikan (Nursalam, 2008 ). Karekteristik yang dapat di ukur atau diamati
itulah yang merupakan kunci operasional. Dapat diamati artinya memungkinkan peneliti
untuk melakukan obsevasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
penomena yang kemudian dapat diulangi lagi oleh orang lain.
Tabel. 3 Definisi Operasional Gambaran Pelaksanaan Triase Di Ruang IGD RSUD Sampang
Kabupaten Sampang.
Definisi Operasional
Variabel Indikator Alat Ukur Skala krite
ria
Hijau : penyakit darurat semua dengan penaganan poli klinik (pulang), yang mendapat
pertama yaitu yang bertanda merah.
c. Tempat penelitian
Penelitian diruang IGD RSUD Sampang Kabupaten Sampang.
2. Analisa Data
Data yang telah terkumpul tidak akan bisa untuk menjawab pertanyaan penelitian
(Riset Question). Data tersebut perlu di proses dan analisa secara sistematis (Nursalam,
2005).
a. Editing
Editing adalah memeriksa dan menyesuaikan dengan rencana semulaseperti yang di
inginkan. Jawaban yang di diedit untuk mengetahui soal-soal yang belum dijawab seta
pengisian soal-soal yang tidak sesuai dengan petunjuk soal.
b. Coding
adalah memeriksa kode pada data dengan merubah data menjadi angka.
c. Scoring
Rikan adalah membesrikan skor terhadap item-item yang perlu diberi skor. Nilai tertinggi
dari semua item pertanyaan adalah 100% dan nilai rendah adalah 0%.
d. Tabulating
Tabulating adalah mentabulasi dari data yang diperoleh sesuai item pertanyaan. Data
umum dan data khusus dilakukan tabulasi untuk mengetahui jmlah responden
berdasarkan karakteristik data umum dan data khusus. Data untuk informasi diberi skor
nilai rincian, jika sesuai=1, tidak sesuai=0.
Hasil jawaban responden diberi pembobotan dijumlahkan dan dibandingkan dengan
jumlah pertanyaan kemudian dikalikan 100, hasilnya berupa presentase.
Rumus yang diguakan adalah :
P = Presentase
F = jumlah nilai jawaban responden
N = nilai skor maksimal
Kemudian hasil presentase dari pemberian skor dan penelitian untuk variabel di
interpretasikan dengan menggukan kriteria.
Sesuai :100%
Tidak sesuai : < 100%
Hasil pengelolahan data yang disajikan secara kulitatif dikelompokkan menurun
kelompok sbagai berikut:
a) 100% = seluruhnya
b) 75%-99% = hampir seluruhnya
c) 51%-75% = sebagian besar
d) 50% = setengahnya
e) 25%-49% = hampir setengahnya
f) 1%-24% = sebagian kecil
g) 0% = tidak satupun
G. Etika penelitian
Apabila manusia dijadikan subjek suatu penelitian, hak sebagai manusia harus di
lindungi (Nursalam,2005). Sebelum dilakukan pengumpulan data, peneliti terlebh dahulu
mengajukan permohonan ijin yang disetai proposal penelitian. Setelah dapat persetujuan,
peneliti memulai obsevasi. Peneliti ini menekankan masalah etika sebagai berikut:
1. Lembar Persetujuan Responden (Informed Consent)
Sebelum menjadi respoden, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.
Setelah responden maksud dan tujuan penelitian, responesponden atau keluarga yang
bertanggun jawab menandatangani lembar persetujuan. Jika responden menolak untuk
diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati klien.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. S. (2005). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Pendekatan Praktek Jakarta, Ranika
Cipta
Alimul. Aziz. (2007). Riset Keperwatan Dan Tehnik Penulisan Ilmiah, Jakarta: Salemba Medika
Nursalam, (2013) . Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 3. jakarta salemba medika.
Notoadmojo, S.(2005) . Metodelogi Penelitian Ilmu kesehatan, revisi, jakarta: PT.Renika cipta.
Kemenkes RI. (2007). Profil Kesehatan Indonesia 2009. Available At ,Depkes Scribd. KLL Forensik.
Kristanty P, Manurung S, Suratun, Wartonah, Mamah Sumartini, Ernawati Dalami, Rohimah,
Santun Setiawati. (2009). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat.jakarta : Trans info Media.
Dina, (2005). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Dr wibowono soesanto, SKM,M.KES.(2012) Biostatistik Penelitian Kesehatan, Pec. Duatujuh
Surabaya.
Metodelogi Penelitian Kesehatan /Soekidjo.(2012) Ed.Rev, Jakarta: Rinika cipta.
Pearce E. C. (2012). Anatomi Fisiologi Untuk Pramedis. Jakarta : PT. Gramedia.
Mahadewi, T.G.B. dan Maliawan, S. (2009). Buku Ajar Cedera Syaraf Tulang Belakang. Udayana
University Press. Meliono Dan Irmayanti. (2007). Modul I : MPKT. Lembaga Penerbitan
FEUI. Dikutip dari http://id. Wiki.
Lampiran 1
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, mahasiswa Akademi Keperawatan
Nazhatut Thullab Sampang. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam
menyelesaikan tugas akhir di Akademi Keperawatan Nazhatut Thullab Sampang.
Peneliti memohon kepada bapak/ibu untuk berseda menjadi responden dan membantu
untuk pengisian format mengumpulkan data. Partisipasi responden merupakan
sumbangan yang sangat berharga bagi kelangsungan penelitian ini. Peneliti menjamin
kerahasiannya dan tidak akan berakibat apapun pada responden.
Atas kesedian responden dalam membantu kelancaran penelitian ini, saya ucapkan
terima kasih.
Lampiran 2
Kodar
Lampiran 3
LEMBAR OBSERVASI
No Responden.............
A. DATA UMUM
Petunjuk Pengisian :
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda pada salah satu pilihan
jawaban yang menurut saudara benar dan menuliskan jawaban singkat pada tempat
yang disediakan
Lampiran 4
LEMBAR OBSERVASI
B.
No Responden...........
DATA KHUSUS