Anda di halaman 1dari 9

e-journal Keperawatan ( e-Kp ) Volume 5, nomor 1, Februari 2017

HUBUNGAN WAKTU TUNGGU DENGAN KECEMASAN


PASIEN DI UNIT GAWAT DARURAT RSU GMIM
PANCARAN KASIH MANADO

Henny Tambengi
Mulyadi
Vandri Kallo

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi Manado
Email : htambengi@yahoo.com

ABSTRACT: One form of service quality often complained of patients is the waiting time.
The waiting time is the time the patient arrives at the emergency room starting from
registration to the administration or from the triage process to completion of service in the
ER. Waiting can provide an emotional reaction to the patient, such as anxiety. The purpose
of this study was to determine the relationship with the patient's anxiety waiting time at IGD
RSU GMIM Pancaran Kasih Manado. Samples are 40 respondents in the can by using the
technique of accidential sampling. Design of descriptive analytic research with cross
sectional approach and the data collected from respondents using STAI anxiety questionnaire
and observation sheet. Chi square test research results obtained by the significant value of p
= 0.011 <0.05. These results indicate that there is a relationship between the waiting time
with the anxiety of patients in the Emergency Department RSU GMIM Pancaran Kasih
Manado. Recommendations for further research are expected to investigate more about the
influence of the first visit in the ER with a patient's anxiety level.
Keywords: Waiting time, anxiety

ABSTRAK: Salah satu bentuk mutu pelayanan yang sering dikeluhkan pasien adalah waktu
tunggu. Waktu tunggu adalah waktu pasien tiba di IGD yang dimulai dari pendaftaran sampai
administrasi atau dari proses triase sampai selesai pelayanan di IGD. Menunggu dapat
memberikan suatu reaksi emosional bagi pasien, seperti kecemasan. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan waktu tunggu dengan kecemasan pasien di IGD RSU
GMIM Pancaran Kasih Manado. Sampel berjumlah 40 responden yang di dapat dengan
menggunakan teknik accidential sampling. Desain penelitian deskriptif analitik dengan
pendekatan Cross Sectional dan data dikumpulkan dari responden dengan menggunakan
kusioner kecemasan STAI dan lembar observasi. Hasil penelitian uji chi square diperoleh
nilai signifikan p = 0,011 < 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
waktu tunggu dengan kecemasan pasien di Unit Gawat Darurat RSU GMIM Pancaran Kasih
Manado. Rekomendasi untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti lebih lanjut
tentang pengaruh kunjungan pertama di UGD dengan tingkat kecemasan pasien.

Kata Kunci : Waktu tunggu, kecemasan


e-journal Keperawatan ( e-Kp ) Volume 5, nomor 1, Februari 2017

PENDAHULUAN
Instalasi Gawat Darurat adalah unit untuk mendapat perawatan medis bedah,
sebuah rumah sakit di mana penyakit akut, ortopedi, atau lainnya. Pasien prioritas
parah, mendesak atau cedera diperlakukan yang lebih rendah tidak diberikan
(Farlex and Partners, 2009). Instalasi perhatian yang oleh perawat. Tujuan dari
gawat darurat adalah pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan seharusnya untuk
yang harus diberikan secepatnya untuk meminimalkan dan mencegah penderitaan,
mengurangi risiko kematian atau cacat perasaan, dan menciptakan kesejahteraan
(Peraturan Menteri Kesehatan, 2011). pada pasien.
Pasien yang datang ke IGD akan Hasil penelitian Sutriningsih 2015
mengalami proses triage/pemilihan. Pasien tentang Hubungan Waiting Time Dengan
akan mendapatkan pelayanan sesuai Kepuasan Pasien Prioritas 3 Di Instalasi
kondisinya (hijau, kuning, merah atau Gawat Darurat RS Waluya Sawahan
hitam). Pada saat proses atau setelah Malang, waktu tunggu pasien untuk
proses triage, maka keluarga mendapatkan tindakan medis sebagian
pasien/pengantar secara bersamaan besar sesuai dengan standar yaitu 77.5 %
diarahkan untuk mendaftar identitas sedangkan waktu tunggu pasien yang tidak
pasien. Di IGD pasien akan dilayani oleh sesuai standart yaitu 22.5%.
dokter jaga dan perawat. Untuk diagnosa Sebuah studi (Waiting Management At
dan terapi, dokter jaga akan melengkapi The Emergency Department – Agounded
pemeriksaan fisik dan penunjang Theory Study) di rumah sakit Swedia tahun
(laboratorium, radiologi). Dokter jaga IGD 2013, menunjukkan 38% dari pasien di
juga didukung oleh dokter spesialis yang Instalasi Gawat Darurat menghabiskan
lengkap dan siap on call 24 jam. Setelah waktu menunggu lebih dari 4 jam untuk
mendapat pelayanan di IGD, pasien dapat mendapatkan pemeriksaan dari perawat
dirawat, pulang atau bahkan ada yang atau dokter. Pasien harusnya dirawat
meninggal. Diakhiri proses pelayanan, dengan cepat, memastikan diagnosa dan
pasien dan keluarga akan menyelesaikan pengobatan. Jika tidak, keselamatan pasien
administrasi, sedangkan untuk pasien tidak bisa dikompromikan. Baik kondisi
dirawat, maka penyelesaian administrasi kesehatan pasien dapat memburuk, pasien
pada saat pasien pulang dirawat juga akan merasa cemas atau kuatir
(Keputusan Menteri Kesehatan, 2009). (Burstorm et al, 2013).
Salah satu bentuk mutu pelayanan Menurut Tirto, Jiwo (2012) yang
yang sering dikeluhkan pasien adalah dikutip oleh Tumbuan (2015) dalam
waktu tunggu. Waktu tunggu adalah waktu beberapa kasus, kecemasan disebabkan
yang digunakan oleh petugas kesehatan di oleh kondisi medis yang memerlukan
rumah sakit untuk memberikan pelayanan perawatan. Kecemasan atau ansietas
pada pasien. Lama waktu tunggu pasien adalah perasaan kuatir yang berlebihan dan
mencerminkan bagaimana rumah sakit tidak jelas, juga merupakan suatu respons
mengelola komponen pelayanan yang terhadap stimuli eksternal maupun internal
disesuaikan dengan situasi dan harapan yang menimbulkan gejala emosional,
pasien (Depkes, 2007). kognitif fisik, dan tingkah laku (Baradero,
Berdasarkan hasil penelitian Dahlen, I. Dayrit & Maratning, 2015).
Westin, L & Adolfsson, A. 2012 Menurut penelitian Furwanti, 2014
(Experience of being a low priority patient tentang Gambaran Tingkat Kecemasan
during waiting time at an emergency Pasien Di Instalasi Gawat Darurat (IGD)
department) di Swedia dengan RSUD Panembahan Senopati Bantul, hasil
pengumpulan data dari hasil wawancara menunjukan bahwa pasien di IGD paling
naratif diperoleh 14 pasien yang telah banyak mengalami kecemasan berat
menunggu lebih dari tiga jam di IGD (41,2%), dan sisanya mengalami
e-journal Keperawatan ( e-Kp ) Volume 5, nomor 1, Februari 2017

kecemasan ringan (20,6%), sedang menekankan pada waktu pengukuran atau


(29,4%), kecemasan berat sekali (2,9%) observasi data variabel independen dan
dan tidak cemas (5,9%). dependen hanya satu kali, pada satu saat
Rumah Sakit GMIM Pancaran Kasih (Setiadi, 2013). Dalam hal ini adalah untuk
Manado dengan tipe C melayani berbagai mengetahui hubungan waktu tunggu
jaminan pelayanan kesehatan lebih dengan kecemasan pasien di UGD Rumah
khususnya BPJS. Demikian pula dengan Sakit GMIM Pancaran Kasih
lokasi yang berada dipusat kota serta Manado.Populasi pasien 3 bulan terakhir
mudah dijangkau mempengaruhi tingkat rata – rata ± 1,210. Penelitian ini dilakukan
kunjungan pasien di UGD. Maka dapat bulan November - Desember 2016.
dilihat dari data yang diperoleh, jumlah Teknik pengambilan sampel yang
kunjungan pasien di UGD RSU GMIM digunakan peneliti adalah non probability
Pancaran Kasih Manado tiap tahunnya sampling yaitu accidential sampling yang
terus meningkat. Pada tahun 2013 (9.698) merupakan cara pengambilan sampel
pasien, tahun 2014 (15.954) pasien, dan dengan mengambil responden atau kasus
tahun 2015 (17.979) pasien. Meningkatnya yang kebetulan ada atau tersedia. Total
jumlah kunjungan pasien di UGD sampel yang digunakan 40 responden.
menyebabkan banyak pasien yang Penelitian ini menggunakan instrumen
menunggu. Berdasarkan hasil wawancara berupa lembar observasi untuk waktu
dengan kepala unit gawat darurat rumah tunggu dan kusioner kecemasan State
sakit GMIM Pancaran Kasih Manado, Anxiety Inventory.
rawat inap di UGD yang hanya difasilitasi Sebelum kusioner disebarkan kepada
7 bed (tempat tidur) tidak sebanding responden, peneliti terlebih dahulu
dengan jumlah pasien yang datang, menjelaskan maksud dan tujuan dari
sehingga pasien yang lain harus penelitian, dan menanyakan apakah
menunggu, bahkan terpaksa sebagian responden bersedia atau tidak. Jika
pasien yang menunggu dirujuk ke rumah bersedia, peneliti membagikan kusioner
sakit yang lain. Waktu tunggu pasien juga dan menjelaskan cara mengisi kusioner
dipengaruhi kurangnya tenaga medis. Di tersebut dan memberikan lembar
UGD terdapat 18 perawat tetapi hanya 3 persetujuan menjadi responden (Informed
perawat per shift tidak sebanding pula Concent) untuk ditanda tangani.
dengan jumlah pasien yang datang maka Pengolahan data melalui tahap editing,
dari itu pelayanan kesehatan terhadap coding, processing, tabulating dan analisa
pasien berlangsung lama. Ditambah datayang terdiri dari analisis univariat dan
dengan Skill perawat yang kurang terhadap bivariat menggunakan uji Chi-Square
perawatan luka, menyebabkan pasien yang dengan tingkat kepercayaan 95% atau
luka atau pasien kecelakaan harus tingkat kemaknaan α ≤ 0,05.
menunggu petugas kesehatan yang
berkompeten terhadap perawatan luka. HASIL dan PEMBAHASAN
Hasil studi pendahuluan terhadap 4 pasien Karakteristik Responden
di UGD didapatkan data mengenai waktu Tabel 1. Distribusi Frekuensi berdasarkan
tunggu yang melebihi standar 3 pasien. Umur di UGD RSU GMIM Pancaran
Dengan kecemasan sedang 1 pasien, Kasih Manado.
kecemasan ringan 1 pasien, dan 2 pasien Umur n %
tidak mengalami kecemasan. 18-25 11 27,5
25-60 28 70,0
METODE PENELITIAN > 65 1 2,5
Penelitian ini menggunakan desain Total 40 100,0
deskriptif, analitik dengan pendekatan Sumber : Data Primer 2016
cross sectional yaitu jenis penelitian yang
e-journal Keperawatan ( e-Kp ) Volume 5, nomor 1, Februari 2017

Berdasarkan tabel diatas menjelaskan Analisis Univariat


bahwa distribusi data usia dari responden
dan yang paling banyak adalah rentang Tabel 4. Distribusi Frekuensi berdasarkan
usia 25-60 tahun yaitu 28 responden ( Waktu Tunggu di UGD RSU GMIM
70%). Pancaran Kasih Manado.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi berdasarkan Waktu n %
Jenis Kelamin di UGD RSU GMIM Tunggu
Pancaran Kasih Manado. Baik 18 45,0
Kurang 22 55,0
Jenis n % Baik
Kelamin Total 40 100
Laki-laki 10 25 Sumber : Data Primer, 2016
Perempuan 30 75 Berdasarkan tabel 5.4 menjelaskan
Total 40 100 bahwa paling banyak responden yang
Sumber : Data Primer 2016 waktu tunggu kurang baik 22 responden
(55,0%).
Berdasarkan tabel 5.2 menjelaskan
bahwa responden memiliki jumlah yang Tabel 5. Distribusi Frekuensi berdasarkan
paling banyak adalah perempuan 30 Kecemasan di UGD RSU GMIM Pancaran
responden (75%) dan laki-laki 10 Kasih Manado.
responden (25%).
Kecemasan n %
Tabel 3. Distribusi Frekuensi berdasarkan Tidak Cemas 0 0
Pendidikan Terakhir di UGD RSU GMIM Ringan 8 20,0
Pancaran Kasih Manado. Sedang 18 45,0
Berat 13 32,5
Pendidikan n % Panik 1 2,5
Terakhir Total 40 100
SMP 9 22,5
Sumber : Data Primer, 2016
SMA 26 65,0 Berdasarkan tabel 5.5 menjelaskan
Perguruan 5 12,5 bahwa dari 40 responden (100%) yang
Tinggi paling banyak adalah responden dengan
Total 40 100 kecemasan sedang yaitu 18 responden
Sumber : Data Primer, 2016 (45,0%) dan yang memiliki kecemasan
berat yaitu 13 responden (32,5%).
Berdasarkan tabel 5.3 menjelaskan
bahwa responden dengan kategori tingkat
Analisis Bivariat
pendidikan sebagian besar berlatar
belakang Sekolah Menengah Atas (SMA)
Untuk mengetahui hubungan waktu
yaitu sebanyak 26 responden (65,0%).
tunggu dengan kecemasan pasien di UGD
RSU Pancaran Kasih Manado, maka
dilakukan analisis dengan menggunakan
uji chi-square dengan nilai α = 0,05.
Dalam pengujian hasil penelitian ini
dengan tabel 2x4, didapati nilai harapan
kurang dari 5 sebanyak 4 cell (50%).
Menurut Sutanto (2007), jika didapati nilai
harapan kurang dari 5 lebih dari (20%)
maka harus dilakukan pengabungan cell
e-journal Keperawatan ( e-Kp ) Volume 5, nomor 1, Februari 2017

dalam rangka memperbesar frekuensi umur seseorang dalam menghadapi


harapan. Sehingga pengujian ini dilakukan masalah maka akan sangat mempengaruhi
pengabungan cell menjadi 2x3 dan konsep dirinya. Umur dipandang sebagai
didapati nilai harapan kurang dari 5 suatu keadaan yang menjadi dasar
sebanyak 2 cell (33,3%). Karena nilai kematangan dan perkembangan seseorang.
harapan kurang dari 5 sebanyak 2 cell Hasil penelitian juga yang dilakukan
(33,3%) maka dilakukan pengabungan cell Furwanti (2014) menunjukkan kecemasan
kembali untuk memperbesar harapan. berat banyak dialami pada usia < 30 tahun
Pengabungan cell kemudian menjadi 2x2 (56,0%), sedangkan >50 tahun cenderung
cell dan didapati hasil sebagai berikut : mengalami kecemasan ringan (69,2%).
Tabel 6. Hubungan Waktu Tunggu dengan Umur yang jauh lebih tua, akan cenderung
Kecemasan Pasien di UGD RSU GMIM memiliki pengalaman yang lebih dalam
Pancaran Kasih Manado 2016 menghadapi masalah kecemasan. Menurut
peneliti hal tersebut sesuai dengan fakta
yang ada dilapangan.
Kecemasan Jenis kelamin responden terbanyak
Waktu p
tunggu Value pada penelitian ini adalah perempuan yaitu
Sedang Berat Total
30 responden (75%) dan laki-laki 10
N % n % n %
responden (25%). Penelitian lain juga yang
dilakukan oleh Kuraesin (2009)
Baik 16 88,9 2 11,1 18 100 menyatakan perempuan lebih banyak
0,011 mengalami kecemasan dibandingkan laki-
Kurang
10 45,5 12 54,5 22 100 laki. Terdapat 31 responden mengalami
baik
Jumlah 26 65,0 14 35,0 40 100 kecemasan ringan diantaranya perempuan
Sumber : Data Primer, 2016 (37,0%) dan laki-laki (30,4%). Hal ini
disebabkan perempuan lebih cemas akan
Dari hasil yang didapat dijumpai nilai ketidakmampuannya dibanding dengan
Expected kurang dari 5 sebanyak 0 cell laki-laki, laki-laki lebih aktif, eksploratif,
(0,0%), maka ini telah memenuhi syarat. sedangkan perempuan lebih sensitif.
Menurut Sutanto (2007), bila dijumpai Menurut peneliti perbedaan jenis kelamin
nilai Expected kurang dari 5 lebih dari ini dipengaruhi oleh banyaknya pasien
20% pada tabel 2x2, maka hasil uji dibaca yang datang di UGD adalah perempuan.
pada Uji Fisher Excat. Sedangkan hasil Distribusi frekuensi menurut tingkat
yang didapat pada uji ini adalah pendidikan menunjukkan bahwa
sebaliknya, maka hasil uji dibaca pada Uji Responden dengan tingkat pendidikan
Continuity Correction. Sehingga Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu
didapatkan nilai p = 0,011. Hal ini berarti sebanyak 26 responden (65,0%), Sekolah
nilai p lebih kecil dari α (0,05) maka Menengah Pertama 9 responden (22,5%)
dengan demikian dapat dikatakan bahwa dan Perguruan tinggi 5 responden (12,5%).
Ho ditolak atau ada Hubungan Waktu Menurut Lestari (2015) Tingkat
Tunggu dengan Kecemasan Pasien di pendidikan seseorang akan berpengaruh
UGD RSU GMIM Pancaran Kasih dalam memberikan respon terhadap
Manado. sesuatu yang datang baik dari dalam
maupun dari luar. Orang yang akan
PEMBAHASAN mempunyai pendidikan tinggi akan
Rata – rata umur responden dalam memberikan respon yang lebih rasional
penelitian ini 70% dengan rentang usia 25- dibandingkan mereka yang tidak
60 tahun. Menurut Lestari (2015) umur berpendidikan. Kecemasan adalah respon
yang lebih mudah, lebih muda menderita yang dapat dipelajari. Dengan demikian
stres dari pada umur tua. Semakin muda
pendidikan yang rendah menjadi faktor
e-journal Keperawatan ( e-Kp ) Volume 5, nomor 1, Februari 2017

penunjang terjadinya kecemasan. timbul karena kondisi pasien (penyakit),


Penelitian terkait yang dilakukan Astutik tidak terbiasa dengan lingkungan yang
(2011) menyatakan adanya hubungan tidak nyaman, serta menunggu yang terlalu
antara pendidikan dengan tingkat lama.
kecemasan. Semakin tinggi tingkat Berdasarkan tabel 2x2 didapati waktu
pendidikan semakin rendah tingkat tunggu baik 2 responden dengan
kecemasannya. kecemasan berat dan didapati juga waktu
Berdasarkan penelitian yang telah tunggu kurang baik 10 responden dengan
dilakukan didapati bahwa dari 40 kecemasan sedang. Hal ini mungkin
responden, ada 18 responden (45,0%) yang dipengaruhi karena pengalaman pertama
menunjukkan waktu tunggu baik dan 22 pasien dalam pengobatan merupakan
responden (55,0%) menunjukkan waktu pengalaman-pengalaman yang sangat
kurang baik. Hal ini menjelaskan bahwa berharga yang terjadi pada individu
waktu tunggu pasien di UGD RSU terutama untuk masa-masa yang akan
Pancaran Kasih Manado cenderung kurang datang. Pengalaman awal ini sebagai
baik. Sesuai dengan penelitian yang bagian penting dan bahkan sangat
dilakukan oleh Timporok (2015) didapati menentukan bagi kondisi mental individu
waktu tunggu di Instalasi Gawat Darurat di kemudian hari. Jadi, dapat disimpulkan
Medik RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou bahwa kecemasan juga dapat dipengaruhi
Manado dengan 50 responden (100%), 23 juga oleh pengalaman pasien masuk di
responden (46%) baik dan 27 responden Instalasi Gawat Darurat. Didukung dengan
(54%) kurang baik. Menurut peneliti hasil penelitian menunjukkan sebagian
waktu tunggu tidak baik disebabkan besar responden baru pertama kali masuk
karena penuhnya tempat untuk rawat inap IGD mengalami kecemasan berat (48,1%)
dan keterbatasan tenaga medis. Diimbangi (Furwanti, 2014). Menurut peneliti
dengan keberadaan rumah sakit yang pengalaman pertama masuk UGD sangat
masih dalam tahap perkembangan menuju berpengaruh. Beberapa responden
akreditasi rumah sakit yang lebih baik. mengatakan merasa takut dan cemas
Menurut peneliti waktu tunggu pasien karena baru pertama kali masuk UGD dan
disebabkan jumlah kunjungan pasien di ada juga beberapa responden terlihat santai
UGD tidak seimbang dengan jumlah karena mengatakan sudah pernah bahkan
tenaga medis dan bed (tempat tidur) untuk sering masuk UGD. Hal lain juga yang
pasien yang penuh serta menunggu hasil mempengaruhi kecemasan pasien yaitu
pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan keadaan fisik. Menurut Lestari (2015)
penunjang lainnya yang lama. seseorang yang sedang menderita penyakit
Berdasarkan penelitian yang telah
akan lebih muda mengalami kecemasan.
dilakukan di UGD RSU GMIM Pancaran Hasil analisa data dengan uji statistik
Kasih Manado didapati bahwa dari 40 Chi-Square menunjukkan nilai p : 0,011
responden (100%) yang paling banyak (<α = 0,05). Sehingga dapat disimpulkan
adalah responden dengan kecemasan bahwa ada hubungan waktu tunggu dengan
sedang yaitu 18 responden (45,0%) dan kecemasan pasien di Unit Gawat Darurat
yang memiliki kecemasan berat yaitu 13 RSU GMIM Pancaran Kasih Manado.
responden (32,5%). Penelitian lainya yang Dalam penelitian ini didapatkan sebagian
dilakukan oleh Budiaji (2016), mendapati besar waktu tunggu dengan kategori tidak
tingkat kecemasan pasien di IGD rumah baik memiliki kecemasan berat.
sakit dr. Moewardi Surakarta yang Sedangkan waktu tunggu baik dengan
mengalami kecemasan sedang 31 kecemasan sedang. Sehingga dapat
responden (31%) dan sebanyak 11 dikatakan bahwa waktu tunggu baik
responden (12%) mengalami kecemasan tingkat kecemasan pasien berkurang,
berat. Menurut peneliti kecemasan pasien
e-journal Keperawatan ( e-Kp ) Volume 5, nomor 1, Februari 2017

sedangkan waktu tunggu tidak baik Budiaji, W. 2016. “Hubungan pengetahuan


kecemasan pasien akan meningkat. tentang triase dengan tingkat
Menurut Febriani (2012) waktu tunggu kecemasan pasien label kuning di
identik dengan kebosanan, kecemasan, instalasi gawat darurat rumah sakit
stres dan penderitaan bahkan dapat dr. Moewardi surakarta.
menurunkan kualitas hidup serta harapan
hidup. Berdasarkan hasil penelitian yang Budikasi, F 2015. Dalam Skripsi
dilakukan peneliti, kecemasan pasien “Hubungan Pemberian Informed
timbul karena menunggu dilingkungan Consent dengan Tingkat
yang tidak nyaman dan sebagian Kecemasan Pasien Preoperasi
responden mengatakan hal yang sama Kategori Status Fisik I-II
terhadap peneliti. Ini pun didukung dengan Emergency American Society Of
teori yang dikatakan Ramaiah (2003), anesthesiologists (ASA) di Instalasi
kecemasan timbul jika merasa tidak aman Gawat Darurat RSUP Prof. Dr. R.
terhadap lingkungan. D. Kandou Manado.
Burstorm et al 2013. Waiting management
SIMPULAN at the emergency department - a
grounded theory study.
Waktu tunggu di UGD RSU GMIM (terjemahan).
Pancaran Kasih Manado sebagian besar (http://www.biomedcentral.com/14
dalam kategori kurang baik. Kecemasan 72-6963/13/95). Diakses 28
pasien di UGD RSU GMIM Pancaran September 2016.
Kasih Manado sebagian besar memiliki
kecemasan sedang. Terdapat hubungan Dahlen, I., Westin, L., & Adolfsson, A.
yang signifikan antara waktu tunggu 2012. Experience of being a low
dengan kecemasan pasien di UGD RSU priority patient during waiting time
GMIM Pancaran Kasih Manado. at an emergency department.
(terjemahan).
DAFTAR PUSTAKA (https://www.dovepress.com/experi
ence-of-being-a-low-priorit).
Australian Institute of Health and Welfare, Diakses 28 September 2016.
2016. Waiting times for care
Emergency department services. Depkes RI. 2007.
(Terjemahan). (http:www.pusattesis.com).
(http://www.myhospitals.gov.au/ab Diakses 7 November 2016.
out-the-data/emergency-
department-services). Diakses 2 Elesevier, 2009. Emergency Department.
November 2016. (Terjemahan). (http://medical-
dictionary.thefreedictionary.com/e
Astutik, W. 2011. “Hubungan Tingkat mergency+department). Diakses 2
Pendidikan dengan Kecemasan November 2016.
Keluarga Pasien dalam
Menghadapi Perawatan di Ruang Farlex and Partners, 2009. Emergency
ICU Rumah Sakit Umum Daerah Department. (Terjemahan).
UNIT SWADANA Pare. (http://medical-
dictionary.thefreedictionary.com/e
Badero. M, Dayrit. W, & Maratning. A. mergency+department). Diakses 2
2015. Kesehatan Mental Psikiatri. November 2016.
Jakarta : EGC.
Febriani, N 2012. Pemanfaatan Waktu
Tunggu Dengan edukasi kesehatan
melalui Smart Phones.
e-journal Keperawatan ( e-Kp ) Volume 5, nomor 1, Februari 2017

(http://www.kompasiana.com/nelly Setiadi (2013). Konsep dan praktik


febriani/pemanfaatan-waktu- penulisan riset keperawatan.
tunggu-dengan-edukasi-kesehatan- Yogyakarta : Graha Ilmu.
melalui-smart-
phones_551ae52ea33311ea21b65b Sharon, T. 2015. Standards of Care in the
13). Diakses 12 oktober 2016. Emergency Room : The
Emergency Waiting Game.
Furwanti, E 2014 dalam thesis “Gambaran (Terjemahan).
Tingkat Kecemasan Pasien Di (https://www.linkedin.com/pulse/st
Instalasi Gawat Darurat (IGD) andards-care-emergency-room-
RSUD Panembahan Senopati waiting-game-sharon-r-n-m-p-h-).
Bantul. Diakses 2 November 2016.
Haliman, A & Wulandari, A. 2012. Cerdas Standart Pelayanan Keperawatan Gawat
Memilih Rumah Sakit. Yogyakarta Darurat di Rumah Sakit, 2011.
: ANDI.
Stuart, G. W. (2006). Buku Saku
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta
Indonesia Nomor 856 Tahun 2009 : EGC
Mengenai Standar Instalasi Gawat
Darurat ( IGD ) Rumah Sakit. Sutanto, Priyo Hastono. (2007). Analisis
Data Kesehatan. Jakarta : FKMUI
Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 129 Tahun 2008 Sutriningsih, Y. 2015. Hubungan Waiting
tentang Standar Pelayanan Minimal Time Dengan Kepuasan Pasien
Rumah Sakit. Prioritas 3 Di Instalasi Gawat
Darurat RS Waluya Sawahan
Kuraesin, N. D (2009). Faktor-faktor yang Malang.
mempengaruhi tingkat kecemasan (jurnal.unitri.ac.id/index.php/care/
pasien yang akan menghadapi article/download/301/302).
operasi di RSUP Fatmawati. Diakses 28 September 2016.
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. 61-88 Timporok, O 2015. Dalam skripsi “Faktor-
faktor yang mempengaruhi waktu
Kusuma, H & Nurarif, A (2015). Aplikasi tunggu pasien di instalasi gawat
Asuhan Keperawatan Berdasarkan darurat medik rsup prof. Dr. R. D.
Diagnosa Medis & NANDA. Kandou manado.
Jogjakarta : Mediaction.
Tumbuan, A 2015. Hubungan Response
Lestari, T (2015). Kumpulan Teori Untuk Time Perawat Dengan Tingkat
Kajian Pustaka Penelitian Kecemasan Pasien Kategori Triase
Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Kuning Di IGD RSU Gmim
Medika. Kalooran Amurang.
Notoatmodjo (2012). Metodologi (ejournal.unsrat.ac.id/ind
penelitian kesehatan. Jakarta : ex.php/jkp/article/viewFile/8085/76
Rineka Cipta. 46). Diakses 28 September 2016.

Ramaiah, S (2003). Kecemasan. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Bagaimana Mengatasi Indonesia Nomor 426 Tahun 2011
Penyebabnya. Jakarta : Pustaka tentang Pelayanan Kesehatan Bagi
Populer Obor. Peserta PT Askes (Persero).
e-journal Keperawatan ( e-Kp ) Volume 5, nomor 1, Februari 2017

Videback, S. L. (2008). Buku Ajar


Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai