Anda di halaman 1dari 33

1

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT


KECEMASAN PASIEN TRIASE KUNING DI IGD RS PKU
MUHAMMADIYAH GOMBONG

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh


Derajat Sarjana Keperawatan

Disusun Oleh :
Galuh Farida Pratiwi
NIM : A11501122

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMAN

STIKES Muhammadiyah Gombong


2

STIKES Muhammadiyah Gombong


13

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KECEMASAN


PASIEN TRIASE KUNING DI IGD RS PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

(FACTORS THAT INFLUENCE THE ANXIETY LEVEL OF YELLOW TRIAGE


PATIENTS IN THE EMERGENCY ROOM AT PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG
HOSPITAL)
Galuh Farida Pratiwi1) Putra Agina Widyaswara Suwaryo2) Endah Setianingsih 3)
123
STIKES Muhammadiyah Gombong
email: pratywigaluh@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang : Kecemasan menurut Dongoes (2010) suatu keadaan individu atau kelompok
mengalami kegelisahan dan meningkatnya aktivitas saraf otonom ketika mengalami ancaman yang
tidak jelas. Triase adalah pengelompokan pasien berdasarkan berat cideranya yang harus
diprioritaskan (Siswo, 2015). Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) adalah instrument
yang digunakan untuk melakukan pengukuran tingkat kecemasan Tobing (2012). Tujuan :
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pasien triase kuning di IGD RS
PKU Muhammadiyah Gombong. Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian non-
eksperimen dengan menggunakan desain kolerasional. menggunakan pendekatan cross-sectional
(pendekatan silang). Dianalisis mengguakan analisis univariat dan bivariate menggunakan rumus
chi squar. Hasil : sebagian besar responden pada hasil analisis menggunakan instrumen Kuesioner
Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) di RS PKU Muhammadiyah Gombong. Tingkat
kecemasan normal 24 (24,7%), Kasus ringan 13 (13,4%), kelas kasus sedang 21 (21,6%), kasus
berat 39 (40,2%). Terdapat pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pasien
triase kuning dengan nilai p-value 0.001 pada setiap variable yang diteliti. Kesimpulan : Terdapat
hubungan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pasien triase kuning
dengan nilai p-value 0.001 pada setiap variable yang diteliti. Yaitu usia, pengalaman, dukungan,
dan pendidikan.

Kata Kunci : Dukungan, Kecemasan, Pengalaman, Pendidikan, Triage, usia

ABSTRACT

Background: Anxiety according to Dongoes (2010) an individual or group situation experienced


anxiety and increased autonomic nerve activity when experiencing an unclear threat. Triage is a
grouping of patients based on injury weight that must be prioritized (Siswo, 2015). Hospital
Anxiety and Depression Scale (HADS) is an instrument used to measure Tobing anxiety levels
(2012). Objective: Know the factors influence the anxiety level of yellow triage patients in the
emergency room at PKU Muhammadiyah Gombong Hospital. Research Method: This research is
a non-experimental research using a collaborative design. using a cross-sectional approach (cross
approach). Analyzed using univariate and bivariate analysis using the chi squar formula. Results:
the majority of respondents in the analysis using the Hospital Anxiety and Depression Scale
(HADS) Questionnaire in PKU Muhammadiyah Gombong Hospital. Anxiety level is normal 24
(24.7%), mild cases 13 (13.4%), moderate class cases 21 (21.6%), severe cases 39 (40.2%). There
is a relationship of factors that influence the anxiety level of yellow triage patients with a p-value
of 0.001 on each variable studied. Conclusion: There is a relationship between the factors that
influence the anxiety level of yellow triahe patients with a p-value of 0.001 on each variable
studied. .I.e. age, experience, support, and education.

Keywords: Age, Anxiety, Education, Experience, Triage, Support

STIKES Muhammadiyah Gombong


2

Pendahuluan
Rumah sakit adalah suatu tunggu untuk pasien dengan
organisasi social dan kesehatan yang kebutuhan perawatan yang kurang
mempunyai fungsi sebagai pelayanan, mendesak (Igede, 2012). Triase
meliputi pelayanan paripurna adalah pengelompokan pasien
(komperhensif) penyembuhan berdasarkan berat cideranya yang
penyakit (kuratif).Dan juga sebagai harus diprioritaskan ada tidaknya
pencegahan penyakit (preventif gangguan airway, breathing,
)kepada masyarakat (Leading circulation sesuai dengan sarana,
Practices in Emergency Departemen, sumberdaya manusia dan apa yang
2010). terjadi pada pasien (Siswo, 2015).
Instalasi Gawat Darurat Sistem triase yang sering digunakan
merupakan salah satu unit pelayanan dan mudah dalam pengaplikasiannya
di rumah sakit yang memberikan adalah START (simple triage and
pertolongan pertama dan sebagai jalan rapuid treatment) yang penilaiannya
pertama masuknya pasien dengan menggunakan warna. Warna merah
kondisi gawat darurat. Keadaan gawat menunjukkan prioritas tinggi yaitu
darurat adalah suatu keadaan klinis korban yang terancam jiwanya jika
dimana pasien membutuhkan tidak segera mendapatkan
pertolongan medis yang cepat untuk pertolongan pertama. Warna kuning
menyelamatkan nyawa dan kecacatan menunjukkan prioritas tinggi yaitu
lebih lanjut (UU RI No 44 tentang korban moderate dan emergent.
Rumah sakit, 2009). Data kunjungan Warna hijau yaitu korban gawat tetapi
Pasien ke IGD di Indonesia sebanyak tidak darurat meskipun kondisinya
4.402.205 pasien (Keputusan Mentri dalam keadaan gawat ia tidak
Kesehatan,2009). Pelayanan gawat memerlukan tindakan segera.
darurat di Provinsi jawa tengah Terakhir adalah warna hitam yaitu
mengalami peningkatan pada tahun korban yang sudah dalam keadaan
2016-2017 dari98,80% menjadi 100% meninggal (Ramsi, ID, ddk, 2014).
dengan berbagai banyak keluhan Label kuning merupakan salah
pasien yang beraneka ragam (Profil satu indicator warna yang digunakan
Kesehatan Provinsi Jateng, ketika mengidentifikasi, memilah dan
2018).Data kunjunganpasien di IGD menempatkan pasien pada kategori
rumahsakit di prioritas untuk mendapatkan
kabupatenKebumenpadatahun 2017 perawatan sesuai dengan tingkat
mencapai 23.645 kunjungan keparahan dalam system triase. Pada
(ProfilKesehatanProvinsiJateng, label kuning, perawatan pasien dapat
2017). ditunda dalam waktu kurang dari 30
Tindakan perawat di Instalasi menit. Warna kuning termasuk
Gawat Darurat dalam melakukan prioritas tinggi yaitu korban gawat
perawatan pasien harus bertindak dan darurat yang tidak dapat
cepat dan memilah pasien diumasukkan prioritas tertinggi (label
sesuaiprioritas, sehingga merah) maupun prioritas sedang
mengutamakan pasien yang lebih (label hijau) (Ramsi,2014). Pasien
prioritas dan memberikan waktu dengan criteria respirasi 10-30

STIKES Muhammadiyah Gombong


3

x/menit, naditeraba, capillary ini tergantung pada struktur


reviltime lebih dari 2 detik dan nilai perkembangan kepribadian dari
GCS kurang dari 13 merupakan seorang tersebut yaitu usia,
criteria pasien label kuning (Kilner T, pendidikan, pengalaman, jenis
2012). kelamin, dukungan sosial dari
Keanekaragaman pasien IGD keluarga.
yang datang dari berbagai latar Dampak bagi pasien sangat
belakang dari sisi social ekonomi, beragam saat menghadapi stressor
kultur, pendidikan, dan pengalaman dari kecemasan. Ada sebagian yang
membuat persepsi pasien oleh menerima keadaanya ada yang tidak
perawat di ruang IGD berpengaruh bias dan merasa was-was. Banyak
terhadap kecemasan pasien (Qureshi, cara untuk mengetahui tingkat
2008). Kecemasan menurut Dongoes kecemasan pasien salah satunya
(2010) suatu keadaan individu atau dengan Hospital Anxiety and
kelompok mengalami kegelisahan dan Depression Scale (HADS) adalah
meningkatnya aktivitas syaraf otonom instrument yang digunakan untuk
ketika mengalami ancaman yang tidak melakukan pengukuran tingkat
jelas. Kecemasan dapat memperburuk kecemasan. Instrumen ini
kondisi kesehatan fisik dan mental dikembangkan oleh Zigmod and Saint
pasien. Respon kecemasan dapat (1983) dalam Campos, Gimares,
umumnya ditandai gejala nafas Remein (2010) dan dimodifikasi oleh
pendek, nasi dan tekanan darah Tobing (2012). Dengan penilaian
meningkat, muka berkerut, terlihat tingkat kecemasan yang akurat maka
tidak tenang, dan susah tidur (Hawari, membantu pasien dan keluarga untuk
2013). Kondisi lingkungan IGD yang mengetahui status kecemasan yang
overcrowded menambah dialami dan membantu tenaga
ketidaknyamanan dan kesehatan dalam pengobatan pasien.
menambahtingkat kecemasanpasien. Hasil studi pendahuluan yang
Stuard&Laria (2015) mengatakan dilakukan di RS PKU
Perubahan status kesehatan individu Muhammadiyah Gombong pada
mengakibatkan terjadinya kecemasan. tanggal 7 Januari 2019 didapatkan
Banyaknya pasien yang dating ke IGD hasil jumlah kunjungan 3 bulan
membuat perawat harus bias memilih terakhir pasien ke IGD sebanyak
pasien dengan cepat dan tepat sesuai 2.856 kunjungan, dan didapatkan data
prioritas bukan berdasarkan nomor 3 bulan terakhir pasien dengan
antrian. penyakit fraktur sebanyak 1.000
Banyak faktor yang pasien, diare 500 pasien, vomitus dan
mempengaruhi kecemasan pasien, asma sebanyak 1.000 pasien, BPH
menurut Prof. Dr. Dadang Hawari 256 pasien. Dari data tersebut dilihat
(2013) mekanisme terjadinya dari catatan medis pasien dengan
kecemasan yaitu psiko-neuro- triasemerah sebanyak 1.000 pasien,
imunologi atau psiko-neuro- pasien dengan triase kuning sebanyak
endokrinologi. Akan tetapi tidak sama 1.000 pasien, pasien dengan triase
yang mengalami stressor psiko social hijau sebanyak 500pasien, dan pasien
akan mengalami gangguan cemas hal

STIKES Muhammadiyah Gombong


4

dengan triase hitam sebanyak 286 Tujuan Penelitian


pasien. Tujuan umum dari Penelitian
Hasil observasi terhadap 5 ini adalah Mengetahui Faktor-faktor
pasien di ruang IGD RS PKU yang mempengaruhi tingkat
Muhammadiyah Gombong dengan kecemasan pasien triase kuning di
pasien triase label kuning didapatkan IGD RS PKU Muhammadiyah
hasil dengan penyakit yang ditemui Gombong.
pada saat melakukan studi
pendahuluan adalah penyakit BPH, Metode Penelitian
Fraktur Femur Dexstra, Diare, Penelitian ini merupakan
Vomitus dan asma menunjuk kan penelitian non-eksperimen dengan
pasien merasa cemas dengan kondisi menggunakan desain kolerasional.
kesehatannya. Hasil pengukuran Menurut Nursalam (2008), penelitian
kecemasan menggunakan Hospital non-eksperimen dilakukan apabila
Anxiety And Depression Scale peneliti tidak memberikan perlakuan
(HADS), 3 pasien memiliki skor 11- kepada subjek penelitian, sedangkan
15 artinya pasien mengalami penelitia kolerasi merupakan
kecemasan sedangdan 2 pasien penelitian yang bertujuan untuk
memiliki skor 8-10 artinya pasien menemukan ada tidaknya hubungan
mengalami kecemasan ringan. Hasil antar variable serta berate tidaknya
wawancara menunjukkan 3 hubungan itu. Penelitian ini
diantaranya pasien kawatir dengan menggunakan pendekatan cross-
kondisinya akibat sakit yang sectional (pendekatan silang), yaitu
dideritanya, ditambah dengan pengukuran variable tidak terbatas
lamanya menunggu proses mendapat harus tepat pada satu waktu
kan ruang perawatan di bangsal. bersamaan, namun mempunyai makna
Sedang 2 pasien lainya mengatakan bahwa setiap subyek hanya dikenai
kurang tahu tata cara penanganan di satu kali pengukuran, tanpa dilakukan
IGD. Sehingga pasien hanya berserah tindak lanjut atau pengulangan
diri dan mengikuti instruksi awal pengukuran (Saryono, 2008).
yang dilakukan perawat triase. Dilihat
dari karakteristik pasien rata-rata Hasil Penelitian
berusia dewasa awal, pendidikan SD Berdasarkan hasil penelitian
dan SMP, dan belum pernah faktor-faktor yang mempengaruhi
menjalani perawatan di IGD tingkat kecemasan pasien triase
sebelumnya. Pasien didampingi kuning di IGD RS PKU
keluarganya. Oleh karena itu Penulis Muhammadiyah Gombongdengan
merasa perlu untuk melakukan menggunakan 97responden yang
penelitian tentang “Faktor-faktor yang sudah dilakukan penilaian kecemasan
berhubungan mempengaruhi tingkat menggunakan instrumen Kuesioner
kecemasan pasien triase kuning di Hospital Anxiety and Depression
IGD RS PKU Muhammadiyah Scale (HADS). Hasil kuisioner telah
Gombong”. diolah dan dianalisa menggunakan
analisa univariat(deskriptif) dan
bivariat (Uji Hipotesis).

STIKES Muhammadiyah Gombong


5

Hasil analisa ditemukan hasil penelitian sebagai berikut:


1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Rentang umur,
Pengalaman perawatan, Dukungan sosial, Tingkat pendidikan di IGD RS
PKU Muhammadiyah Gombong
a. Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin,
Rentang umur, Pengalaman Perawatan, Dukungan sosial, Tingkat
pendidikandi RS PKU Muhammadiyah Gombong (N=97)
Karakteristik Kategori F %
Jenis Kelamin Laki-Laki 50 50
Perempuan 47 48.5
Rentang usia 18-31(dewasa
51 52.6
muda)
32-43 (dewasa) 14 14.4
44-55 (dewasa
32 33.0
lanjut)
Pengalaman Ya
71 73.2
perawatan
Tidak 26 26.8
Dukungan social Ya 75 77.3
Tidak 22 22.7
Tingkat Tidak sekolah
8 8.2
pendidikan
SD 9 9.3
SMP 18 18.6
SMA 32 33.0
Perguruan tinggi 30 30.9
Penyakit Asma 25 25,7
Diare 22 22,6
Fraktur 30 30,9
Vomitus 10 10,3
BPH 10 10,3

Berdasarkan tabel 4.1 Pengalaman


diketahui bahwa sebagian perawatan(73,2%), dukungan
besar responden pada hasil sosial (77,3%), tingkat
analisa sebagian besar pendidikan jenjang
berjenis kelamin laki-laki pendidikan SMA paling
(50%), rentang usia 18-31 banyak sebanyak (33%).
(dewasa muda) (52,6%),
b. Tingkat kecemasan respondendi IGD RS PKU Muhammadiyah
Gombong (N=97)
Tabel 4.2Tingkat kecemasan respondendi RS PKU Muhammadiyah
Gombong (N=97)
Tingkat kecemasan F %
Tidak cemas 24 24.7

STIKES Muhammadiyah Gombong


6

Kasus ringan 13 13.4


Kasus sedang 21 21.6
Kasus berat 39 40.2
Total 97 100.0

Berdasarkan tabel 4.2 kecemasan normal 24


diketahui bahwa sebagian (24,7%), Kasus ringan 13
besar responden pada hasil (13,4%), kelas kasus sedang
analisis tingkat kecemasan di 21 (21,6%), kasus berat
RS PKU Muhammadiyah 39(40,2%).
Gombong. Tingkat
2. Faktor-faktor yang berhubungan mempengaruhi tingkat kecemasan pasien
triase kuning di IGD RS PKU Muhammadiyah Gombong
a. Hubungan usia terhadap tingkat kecemasan pasien triase kuning di
IGD RS PKU Muhammadiyah Gombong
Tabel 4.3Hubungan usia terhadap tingkat kecemasan pasien triase kuning
di IGD RS PKU Muhammadiyah Gombong (N=97)
Rentan Tingkat kecemasan P
g usia Tidak Kasus Kasus Kasus Total
cemas ringan sedang berat
18-31 7 3 10 31 51
32-43 7 2 3 2 14
44-55 10 8 8 6 32 0,001
Total 24 13 21 39 97

Berdasarkan tabel 4.3 3, tidak cemas 7. Sedangkan


diketahui bahwa Hubungan usia tingkat kecemasan pasien berat
terhadap tingkat kecemasan pada usia dewasa muda (32-43
pasien triase kuning di IGD RS tahun) sebanyak 2 responden,
PKU Muhammadiyah sedang 3, ringan 2, tidak cemas
Gombong didapatkan hasil p- 7. Kemudian tingkat kecemasan
value (0.001<0.05) artinya ada pasien berat pada usia dewasa
hubunganusia terhadap tingkat muda (44-55 tahun) sebanyak 6
kecemasan pasien triase kuning responden, sedang 8, ringan 8,
di IGD RS PKU tidak cemas 10.Dari ke 7
Muhammadiyah Gombong. pertanyaan dari format penilaian
Hasil analisis menunjukkan kecemasan menggunakan
bahwa tingkat kecemasan HADS yang sering muncul
pasien berat pada usia dewasa adalah pertanyaan poin 2, 3, dan
muda (18-31 tahun) sebanyak 4 dengan nilai skor tertinngi 3
31 responden, sedang 10, ringan skor dimasing-masing point.
b. Hubungan pengalaman terhadap tingkat kecemasan pasien triase
kuning di IGD RS PKU Muhammadiyah Gombong

STIKES Muhammadiyah Gombong


7

Tabel 4.4 Hubungan pengalaman terhadap tingkat kecemasan pasien


triase kuning di IGD RS PKU Muhammadiyah Gombong Gombong
(N=97)
Pengalaman Tingkat kecemasan P
menjalani Tidak Kasus Kasus Kasus Tota
perawatan di cemas ringan sedan berat l
IGD g 0,001
Ya 21 13 17 20 71
Tidak 3 0 4 19 26
Total 24 13 21 39 97

Berdasarkan tabel sedang 17, ringan 13, tidak


4.4diketahui bahwa Hubungan cemas 21.Kemudian
pengalaman perawatan responden yanang tidak
terhadap tingkat kecemasan mempunyai pengalaman kasus
pasien triase kuning di IGD berat sebanyak 19, sedang 4,
RS PKU Muhammadiyah ringan 0, tidak cemas
Gombong didapatkan hasil p- 3.Tingkat kecemasan yang
value (0.001<0.05) artinya ada tinggi disebabkan oleh faktor
hubungan pengalaman melemahnya kopping pasien
terhadap tingkat kecemasan dan kebanyakan pasien yang
pasien triase kuning di IGD sudah pernah mendapatkan
RS PKU Muhammadiyah perawatan tetap mengalami
Gombong.Hasil analisis kecemasan dengan indikator
ditemukan responden yang pertanyaan poin 2, 3, dan 4
mempunyai pengalaman didapatkan skor tertinggi di
menjalani perawatan di IGD masing-masing poin yautu 3
kasus berat sebanyak 20, skor.
c. Hubungan dukungan sosial terhadap tingkat kecemasan pasien triase
kuning di IGD RS PKU Muhammadiyah Gombong
Tabel 4.4 Hubungan dukungan sosial terhadap tingkat kecemasan pasien
triase kuning di IGD RS PKU Muhammadiyah Gombong Gombong
(N=97)
Dukungan sosial Tingkat kecemasan P
Tidak Kasus Kasus Kasus Tota
cemas ringan sedan berat l
g
Ya 22 13 18 22 75 0,001
Tidak 2 0 3 17 22
Total 24 13 21 39 97

Berdasarkan tabel triase kuning di IGD RS PKU


4.4diketahui bahwa Hubungan Muhammadiyah Gombong
dukungansosial terhadap didapatkan hasil p-value
tingkat kecemasan pasien (0.001<0.05) artinya ada

STIKES Muhammadiyah Gombong


8

hubungan dukungan terhadap di IGD kasus berat sebanyak


tingkat kecemasan pasien 22, sedang 18, ringan 13, tidak
triase kuning di IGD RS PKU cemas 22.Kemudian
Muhammadiyah responden yanang tidak
Gombong.Hasil analisis mempunyai pengalaman kasus
ditemukan responden yang berat sebanyak 17, sedang 3,
mendapat dukungan keluarga ringan 0, tidak cemas 2.
d. Hubungan tingkat pendidikan terhadap tingkat kecemasan pasien
triase kuning di IGD RS PKU Muhammadiyah Gombong
Tabel 4.4 Hubungan tingkat pendidikan terhadap tingkat kecemasan
pasien triase kuning di IGD RS PKU Muhammadiyah Gombong
Gombong (N=97)
Tingkat Tingkat kecemasan P
pendidikan Tidak Kasus Kasus Kasus Total
cemas ringan sedan berat
g
Tidak sekolah 1 0 0 7 8
SD 1 0 0 8 9 0,001
SMP 1 2 4 11 18
SMA 12 5 10 5 32
Peguruan
9 6 7 8 30
tinggi
Total 24 13 21 39 97

Berdasarkan tabel responden yang berpendidikan


4.4diketahui bahwa Hubungan SD kasus berat sebanyak 8,
tingkat pendidikan terhadap sedang 0, ringan 0, tidak
tingkat kecemasan pasien cemas 1.Lalu responden yang
triase kuning di IGD RS PKU berpendidikan SMP kasus
Muhammadiyah Gombong berat sebanyak 11, sedang 4,
didapatkan hasil p-value ringan2, tidak cemas 1.
(0.001<0.05) artinya ada Kemudian responden yang
hubungan tingkat pendidikan berpendidikan SMA kasus
terhadap tingkat kecemasan berat sebanyak 5, sedang 10,
pasien triase kuning di IGD ringan5, tidak cemas12 . Dan
RS PKU Muhammadiyah yang terakhir responden yang
Gombong.Hasil analisis berpendidikan Perguruan
ditemukan responden yang tinggi kasus berat sebanyak 8,
tidak sekolah IGD kasus berat sedang 7, ringan6, tidak
sebanyak 7, sedang 0, ringan cemas 9.
0, tidak cemas 1.Kemudian

STIKES Muhammadiyah Gombong


9

Pembahasan diselesaikan. Kekurangannya


1. Faktor-faktor yang berhubungan adalah seringkali responden
mempengaruhi tingkat kecemasan hanya mengaggap form ini tidak
pasien triase kuning di IGD RS penting dan sama dengan form
PKU Muhammadiyah Gombong. lainya atau kuisioner lainnya.
a. Tingkat kecemasan responden Bagaimanapun juga dalam
menggunakan instrumen megerakan harus berhati-hati
Kuesioner Hospital Anxiety and membaca memahaminya, karena
Depression Scale (HADS). di RS dapat juga beberapa orang tidak
PKU Muhammadiyah Gombong membaca memahaminya dan
Menurut KKBI (2016), berpura-pura untuk menjawab
kecemasan berasal dari kata pertanyaan tersebut dengan
cemas yang artinya tidak tentram sembarangan.Sangat beralasan
hati, merasa gelisah dan takut. untuk mengingatkan responden
Kecemasan atau anxiety berasal membaca dan memahami kalimat
dari bahasa Jerman dari kata demi kalimat untuk mengisi
angst yang artinya ketakutan. kuisioner. Hal ini juga
Secara konseptual, kecemasan memberikan kesempatan untuk
berarti suatu perasaan emosional menjelaskan tujuan dari
seperti rasa takut.Kata cemas kuisioner tersebut dan menjamin
berasal dari bahasa Yunani semua informasi klinis tersebut
“ango” berarti sempit, berkaitan adalah rahasia guna membantu
dengan rasa sesak, tercekik yang proses kesembuhannya
dialami penderita pada saat (Kusumawati, Keliat dan Nurasi,
mendapat serangan berat. 2015).
Kecemasan biasanya Triage berasal dari
disebabkan oleh adanya sebuah bahasa Prancis trier bahasa
ancaman yang dapat Inggris triage dan diturunkan
menimbulkan rasa ketakutan dan dalam bahasa Indonesia triage
menimbulkan perasaan cemas yang berarti sortir, yaitu proses
dan kawatir.Kecemasan atau khusus memilah pasien berdasar
ansietas dapat ditimbulkan oleh beratnya cedera atau penyakit
bahaya dari luar dan dari dalam untuk menentukan jenis
diri seseorang yang sifat perawatan gawat darurat. Kini
ancamanya itu samar- istilah tersebut lazim digunakan
samar.Bahaya dari dalam bisa untuk menggambarkan suatu
timbul bila ada sesuatu hal yang konsep pengkajian yang cepat
tidak dapat diterimanya, dan berfokus dengan suatu cara
misalnya pikiran, perasaan, yang memungkinkan
keinginan, dan dorongan pemanfaatan sumber daya
(Gunarsah, 2008). manusia, peralatan serta fasilitas
Menilai kecemasan yang paling efisien terhadap 100
responden menggunakan form juta orang yang memerlukan
HADS biasanya memerlukan perawatan di UGD setiap
waktu 2 hingga 5 menit untuk tahunnya. Sistem triage mulai

STIKES Muhammadiyah Gombong


10

dikembangkan mulai pada akhir pernapasan dan sirkulasi, serta


tahun 1950-an seiring jumlah warna kulit,kelembaban, suhu,
kunjungan UGD yang melampaui nadi, respirasi, tingkat kesadaran
kemampuan sumber daya yang dan inspeksi visual untuk luka
ada untuk melakukan dalam, deformitas kotor dan
penanganan segera (Oman, memar untuk memprioritaskan
2008). Tujuan dari triage perawatan yang diberikan kepada
dimanapun dilakukan, bukan saja pasien di ruang gawat darurat.
supaya bertindak dengan cepat Perawat memberikan prioritas
danwaktu yang tepat tetapi juga pertama untuk pasien gangguan
melakukan yang terbaik untuk jalan nafas, bernafas atau
pasien. Dimana triage dilakukan sirkulasi terganggu. Pasien-
berdasarkan pada ABCDE, pasien ini mungkin memiliki
beratnya cedera jumlah pasien kesulitan bernapas atau nyeri
yang datang, sarana kesehatan dada karena masalah jantung dan
yang tersedia serta kemungkinan mereka menerima pengobatan
hidup pasien (Pusponegoro, pertama. Pasien yang memiliki
2010). masalah yang sangat mengancam
Menuut Hospital kehidupan diberikan pengobatan
Preparedness for Emergency & langsung bahkan jika mereka
Disasters (2009) Triase kuning diharapkan untuk mati atau
adalah Kuning/delayed artinya membutuhkan banyak sumber
semua pasien yang tidak daya medis (Bagus, 2007).
termasuk golongan merah. Menurut Brooker
Menurut Pusponegoro (2011), (2008), dalam prinsip triage
didalam penanganan pasien triase diberlakukan sistem prioritas,
kuning bisa ditunda kaena prioritas adalah
keadaan pasien non-urgent penentuan/penyeleksian mana
atirnya pasien yang datang yang harus didahulukan
dengan kondisi tidak gawat tidak mengenai penanganan yang
darurat dengan keluhan yang mengacu pada tingkat ancaman
sedang dan ringan, tetapi jiwa yang timbul dengan seleksi
mempunyai kemungkinan atau pasien berdasarkan : 1) Ancaman
dengan riwayat penyakit serius jiwayang dapat mematikan dalam
yang harus mendapat penanganan hitungan menit. 2) Dapat mati
dalam waktu 40 menit. dalam hitungan jam. 3) Trauma
Dimana pesien triase ringan. 4) Sudah meninggal.
kuning adalah pasien yang dating Prioritas Triage dalah
dengan keluhan ringan tetapi ada proses khusus memilah pasien
riwayat penyakit penyerta.Di berdasar beratnya cedera atau
rumah sakit, didalam triage penyakit untuk menentukan
mengutamakan perawatan pasien prioritas perawatan gawat d
berdasarkan gejala. Perawat arurat medik. Artinya memilih
triage menggunakan ABC berdasar prioritas atau penyebab
keperawatan seperti jalan nafas, ancaman hidup.Tindakan ini

STIKES Muhammadiyah Gombong


11

berdasarkan prioritas banyak Hospital Preparedness


ABCDE.Prioritas I (prioritas for Emergency & Disasters
tertinggi) warna merah untuk (2009).
berat dan biru untuk sangat Prioritas II (medium)
berat.Mengancam jiwa atau warna kuning.Potensial
fungsi vital, perlu resusitasi dan mengancam nyawa atau fungsi
tindakan bedah segera, vital bila tidak segera ditangani
mempunyai kesempatan hidup dalam jangka waktu
yang besar. Penanganan dan singkat.Penanganan dan
pemindahan bersifat segera yaitu pemindahan bersifat jangan
gangguan pada jalan nafas, terlambat. Contoh: patah tulang
pernafasan dan besar, combutio (luka bakar)
sirkulasi.Contohnya sumbatan tingkat II dan III < 25 %, trauma
jalan nafas, tension thorak/abdomen, laserasi luas,
pneumothorak, syok hemoragik, trauma bola mata. Tunda-
luka terpotong pada tangan dan Delayed (kuning) Pasien
kaki, combutio (luka bakar) memerlukan tindakan defintif
tingkat II dan III >25%. tetapi tidak ada ancaman jiwa
Triase merah /immediate segera.Misalnya : Perdarahan
(10%-20% dari semua laserasi terkontrol, fraktur
kasus)semua pasien yang ada tertutup pada ekstrimitas
gangguan air way, breathing, denganperdarahan terkontrol,
circulation, disabilityand luka bakar <25% luas permukaan
exposure. Termasuk golongan tubuh, dsb. Penderita dengan
pasien yang bernafas setelah kategori triage kuning yang
jalan nafas memerlukan tindakan medis
dibebaskan,pernafasan> 30 lebih lanjut dapat dipindahkan ke
x/menit, CRT >2 detik dan harus ruang observasi dan menunggu
ditangani dalam 60 detik tidak giliran setelah pasien dengan
boleh lebih dari itu. Dan dengan kategori triage merah selesai
keadaan tesebut pasti pasien dan ditangani.
keluarga memiliki kecemasan Prioritas III (rendah)
dan was-was yang sangat warna hijau.Perlu penanganan
signifikan ditambah pasien seperti pelayanan biasa, tidak
terkadang sendiri tanpa perlu segera.Penanganan dan
didampingi keluaga membuat pemindahan bersifat
pasien merasa tidak mendapat terakhir.Contoh luka superficial,
dukungan keluarrga dan bahkan luka-luka ringan.Prioritas 0
belum pernah mengalami warna Hitam.Kemungkinan
perawatan di IGD dengan untuk hidup sangat kecil, luka
pendidikan yang rendah pasti sangat parah.Hanya perlu terapi
pasien tidak memiliki suportif.Contoh henti jantung
pengetahuan yang cukup kritis, trauma kepala berat
sehingga dimungkinkan untuk (Carpenito, 2010).
mengalami kecemasan lebih

STIKES Muhammadiyah Gombong


12

Berdasarkan hasil Sebagian besar responden pada


penelitian sebelum dilakukan hasil analisis menggunakan
penilaian kecemasan instrumenKuesioner Hospital
menggunakan instrumen Anxiety and Depression Scale
Kuesioner Hospital Anxiety and (HADS)di RS PKU
Depression Scale (HADS). Hasil Muhammadiyah Gombong.
kuisioner telah diolah dan Tingkat kecemasan normal 24
dianalisa menggunakan analisa (24,7%), Kasus ringan 13
univariat (deskriptif) dan (13,4%), kelas kasus sedang 21
bivariat (Uji (21,6%), kasus berat 39
Hipotesis).Didapatkan hasil (40,2%).Kecemasan yang
sebagian besar responden pada dialami pasien berbeda-beda.
hasil analisa sebagian besar Responden dengan tingkat
berjenis kelamin laki-laki (50%), kecemasan berat sebagian besar
rentang usia 18-31 (dewasa dialami olehresponden yang
muda) (52,6%), Pengalaman berusia 18-31 tahun sebanyak 31
perawatan (73,2%), dukungan responden, belum pernah
sosial (77,3%), tingkat menjalani perawatan sebanyak 20
pendidikan jenjang pendidikan responden, tidak didampingi
SMA paling banyak sebanyak keluarga sebanyak 22 responden,
(33%). Kemudian hasil analisa serta tingkat pendidikan yang
kuisioner terhadap tingkatr rendah paling banyak dialami
kecemasan didapatkan hasil oleh responden dengan jenjang
sebagian besar responden pada pendidikan SMP sebanyak 11
hasil analisis menggunakan responden. Faktor lain yang
instrumenKuesioner Hospital mempengaruhi kecemasan adalah
Anxiety and Depression Scale adaptasi lingkungan dan jenis
(HADS)di RS PKU kelamin. Dimana pasien degan
Muhammadiyah Gombong. jenis kelamin perempuan lebih
Tingkat kecemasan normal 24 sensitif dalam perasaan sehingga
(24,7%), Kasus ringan 13 mempegaruhi keberhasilan di
(13,4%), kelas kasus sedang 21 saat wawancara dan menentukan
(21,6%), kasus berat 39 (40,2%). tingkat kecemasan responden.
Diketahui bahwa Dimana masa dewasa
sebagian besar responden datang muda, pengalaman dahulu,
dengan berbagai keluhan diagosa dukungan, dan tingkat pedidikan
medis.Namun kebayakan pasien yang rendah sangat berpengaruh
dengan triase kuning adalah pada fase kecemasan dimana fase
pasien yang dating dengan gangguan kecemasan lebih
keluhan medis fraktur, diare, mudah dialami oleh seseorang
BPH, vomitus dan asma.Tingkat yang mempunyai usia lebih
kecemasan dengan kasus berat muda, pengalaman dahulu,
sebanyak 31 responden berada dukungan, dan tigkat pedidikan
pada usia dewasa muda yaitu yang rendah dibandingkan
antara usia 18-31 tahun. individu dengan usia yang

STIKES Muhammadiyah Gombong


13

lebih tua, pengalaman yang toleransi dan ketergantungan.


cukup, dukungan sosial yang Obat anti ansietas
cukup dan tingkat pendidikan nonbenzodiazepine, seperti
yang tinggi (Kaplan & Sadock, buspiron (Buspar) dan berbagai
2010). Semakin matang usia, antidepresan juga digunakan
pengalaman dahulu, dukungan, (Isaacs, 2010).Yang kedua
dan tingkat pedidikanseseorang Distraksi. Distraksi merupakan
maka krisis dalam psikososial metode untuk menghilangkan
lebih siap untuk menerima ansietas dengan cara
sebuah keadaan baik dalam mengalihkan perhatian pada hal-
keadaan bukuk maupun keadaan hal lain sehingga pasien akan
baik. Perempuan juga lebih lupa terhadap cemas yang
gampang mengalami kecemasan dialami. Stimulus sensori yang
dibandingkan laki-laki karena menyenangkan menyebabkan
diketahui perempuan memiliki pelepasan endorfin yang bisa
hormon esterogen yang tinngi menghambat stimulus cemas
sehingga akan mudah mengalami yang mengakibatkan lebih sedikit
kecemasan dibandingkan laki- stimuli cemas yang
laki dan sukar beradaptasi ditransmisikan ke otak (Potter &
dengan lingkuga baru (Erikson Perry, 2010).
2015). Salah satu distraksi yang
Adapun tahapan efektif adalah dengan
perkembangan Psikososial memberikan dukungan spiritual
menurut Erikson (2015) ada (membacakan doa sesuai agama
delapan tahapan perkembangan dan keyakinannya), sehingga
psikososial. Salah satunya dapat menurunkan hormon-
tahapan usia dewasa muda hormon stressor, mengaktifkan
dimana memiliki yugas pokok hormon endorfin alami,
yaitu Keakraban versus isolasi meningkatkan perasaan rileks,
dengan resolusi positif memiliki dan mengalihkan perhatian dari
hubungan yang intim dengan rasa takut, cemas dan tegang,
orang lain serta memiliki memperbaiki sistem kimia tubuh
komitmen terhadap pekerjaan sehingga menurunkan tekanan
dan hubungan impersonal dan darah serta memperlambat
resolusi negative menghindari pernafasan, detak jantung, denyut
komitmen dalam hubungan, nadi, dan aktivitas gelombang
karir, atau gaya hidup. otak. Laju pernafasan yang lebih
Penatalaksanaan Farmakologi dalam atau lebih lambat tersebut
ada 2 yaitu pengobatan untuk anti sangat baik menimbulkan
ansietas terutama ketenangan, kendali emosi,
benzodiazepine, obat ini pemikiran yang lebih dalam dan
digunakan untuk jangka pendek, metabolisme yang lebih
dan tidak dianjurkan untuk baik(Potter & Perry, 2010).
jangka panjang karena Pengurangan kecemasan
pengobatan ini menyebabkan menggunakan distraksi relaksasi

STIKES Muhammadiyah Gombong


14

nafas dalam lebih disarakan Perawatan Rumah Sakit Imanuel


karena lebih mudah dan murah sebelum diberikan teknik
dari pada menggunakan obat. relaksasi nafas dalam mempunyai
Hal ini diperkuat dengan nilai rata-rata 33,6 (ringan
teori Smeltzer & Bare (2012) sampai sedang) dan tingkat
yang menyatakan bahwa tujuan kecemasan pada pasien pre
teknik relaksasi napas dalam operasi sesudah diberikan teknik
adalah untuk meningkatkan relaksasi nafas dalam mempunyai
ventilasi alveoli, memelihara nilai rata-rata 21,4 (tidak cemas)
pertukaran gas, mencegah dan terjadi penurunan sebesar
atelektasi paru, meningkatkan 12,2. Hal ini dapat disimpulkan
efesiensi batuk, mengurangi bahwa pemberian teknik
stress, baik stress fisik maupun relaksasi nafas dalam
emosional yaitu menurunkan mempengaruhi penurunan tingkat
intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan. Hal ini diperkuat
kecemasan.Hal ini sejalan dengan teori Muttaqin & Sari
dengan penelitian yang dilakukan (2009) yang menyatakan bahwa
oleh Agung (2017) tentang pasien yang akan menjalani
relaksasi nafas dalam menurukan operasi akan mengalami dampak
kecemasan pasien pre-op bedah psikologis. Berbagai dampak
abdomen. Didapatkan hasil psikologis yang dapat muncul
bahwa terapi relaksasi nafas adalah kecemasan yang
dalam mampu menurukan terekspresikan dalam berbagai
kecemasan dengan nilai p=0,000. bentuk seperti marah, menolak,
Hal ini juga didukung penelitian atau apatis terhadap kegiatan
yang dilakukan oleh Hasil ini keperawatan.Semua itu akibat
sesuai dengan penelitian dari adanya ketidaktahuan
Rafsanjani (2015) Kecemasan akanpengalaman pembedahan.
pasien pre operasi kelompok Dari beberapa penjelasan
eksperimen, dari 26 responden dan jurnal diatas dapat
diperoleh hasil kecemasan berat; dsimpulkan bahwa penanganan
dari 27% menjadi 15,3%, kecemasan menggunakan terapi
kecemasan sedang; dari 38,4% relaksasi nafas dalam sangat
menjadi 30,7%, kecemasan efektif.Banyak faktor yang dapat
ringan; dari 11,5% menjadi 27%, menyebabkan kecemasan baik
tidak ada kecemasan; dari 23,1% usia, dukungan, pengalaman, dan
menjadi 27%. Maka dapat pendidikan. Cara penanganan ini
disimpulkan ada perbedaan sangat disarakan utuk diterapkan
antara tingkat kecemasan oleh petugas kesehatan dan bisa
sebelum dan sesudah dilakukan dibantu keluarga sebagai sarana
terapi relaksasi.Penelitian ini dalam melengkapi dukugan
juga terkait dengan penelitian keluarga kepada
Sudarsih (2012) Diperoleh responden.Karena
tingkat kecemasan pada pasien pengaplikasiannya sangat mudah
pre operasi appendicitis di Ruang dan efisie serta murah bisa

STIKES Muhammadiyah Gombong


15

dilakukan kapanpun dan tidak keadaan bukuk maupun keadaan


membutuhkan obat farmaklogi. baik. Tahapan perkembangan
b. Hubungan usia terhadap tingkat Psikososial menurut Erikson
kecemasan pasien triase kuning (2015) ada delapan tahapan
di IGD RS PKU Muhammadiyah perkembangan psikososial. Salah
Gombong satunya tahapan usia dewasa
Hasil penelitian muda dimana memiliki tugas
sebelumnya tentang Hubungan pokok yaitu Keakraban versus
usia terhadap tingkat kecemasan isolasi dengan resolusi positif
pasien triase kuning di IGD RS memiliki hubungan yang intim
PKU Muhammadiyah Gombong. dengan orang lain serta memiliki
Didapatkan hasil sebagian besar komitmen terhadap pekerjaan
responden pada hasil analisa dan hubungan impersonal dan
sebagian besar berjenis kelamin resolusi negatif menghindari
laki-laki (50%), rentang usia 18- komitmen dalam hubungan,
31 (dewasa muda) sebanyak 51 karir, atau gaya hidup.
responden (52,6%). Tingkat Kecemasan biasanya
kecemasan keseluruhan dengan disebabkan oleh adanya sebuah
kasus berat didapatkan hasil 39 ancaman yang dapat
(40,2%). Dengan perician kasus menimbulkan rasa ketakutan dan
berat pada kecemasan dialami menimbulkan perasaan cemas
responden dengan usia dewasa dan kawatir.Kecemasan atau
muda 18-31 sebanyak 31 ansietas dapat ditimbulkan oleh
responden, sedang 10, ringan 3, bahaya dari luar dan dari dalam
tidakcemas 7. Hasil p-value diri seseorang yang sifat
(0.001<0.05) artinya ada ancamanya itu samar-
hubungan usia terhadap tingkat samar.Bahaya dari dalam bisa
kecemasan pasien triase kuning timbul bila ada sesuatu hal yang
di IGD RS PKU Muhammadiyah tidak dapat diterimanya,
Gombong.Sebagian besar misalnya pikiran, perasaan,
responden datang dengan keinginan, dan dorongan
berbagai keluhan diagosa (Gunarsah, 2008).
medis.Namun kebanyakan pasien Menurut Hospital
dengan triase kuning adalah Preparedness for Emergency &
pasien yang dating dengan Disasters (2009) Triase kuning
keluhan medis fraktur, diare, adalah Kuning/delayed artinya
BPH, vomitus dan asma. semua pasien yang tidak
Usia lebih termasuk golongan merah.
mudadibandingkan individu Menurut Pusponegoro (2011),
dengan usia yang lebih tua didalam penanganan pasien triase
(Kaplan & Sadock, 2010). kuning bisa ditunda kaena
Semakin matang usia seseorang keadaan pasien non-urgent
maka krisis dalam psikososial atirnya pasien yang datang
lebih siap untuk menerima dengan kondisi tidak gawat tidak
sebuah keadaan baik dalam darurat dengan keluhan yang

STIKES Muhammadiyah Gombong


16

sedang dan ringan, tetapi rumah, mulai bekerja,


mempunyai kemungkinan atau melanjutkan pendidikan,
dengan riwayat penyakit serius membesarkan anak. Menurut
yang harus mendapat penanganan Long, (1996) dalam Nursalam,
dalam waktu 40 menit. (2012), yaitu semakin tua umur
Dimana triase merah seorang semakin konstruktif
adalah Merah/immediate (10%- dalam menggunakan koping
20% dari semua kasus)semua terhadap masalah.
pasien yang ada gangguan air Umur di pandang
way, breathing, circulation, sebagai suatu keadaan yang
disabilityand exposure. menjadi dasar kematangan dan
Termasuk golongan pasien yang perkembangan seseorang.
bernafas setelah jalan nafas Semakin lanjut usia seseorang
dibebaskan,pernafasan> 30 semakin meningkat pula
x/menit, CRT >2 detik dan harus kedewasaan tehnis dan tingkat
ditangani dalam 60 detik tidak kedewasaan psikologisnya yang
boleh lebih dari itu. Dan dengan menunjukan kematangan jiwa,
keadaan tesebut pasti pasien dan dalam arti semakin bijaksana,
keluarga memiliki kecemasan mampu berpikir secara
dan was-was yang sangat rasional, dapat mengendalikan
signifikan ditambah pasien emosi dan bertoleransi terhadap
terkadang sendiri tanpa orang lain (Siagian, 1995
didampingi keluaga membuat didalam Wibowo, 2012). Umur
pasien merasa tidak mendapat berkorekasi dengan pengalaman,
dukungan keluarrga dan bahkan pengalaman berkorelasi dengan
belum pernah mengalami pengetahuan, pemahaman dan
perawatan di IGD dengan pandangan terhadap suatu
pendidikan yang rendah pasti penyakit atau kejadian sehingga
pasien tidak memiliki akan membentuk sikap dan
pengetahuan yang cukup persepsi.
sehingga dimungkinkan untuk Dewasa tengah lebih
mengalami kecemasan lebih dapat merespon kejadian dan
banyak Hospital Preparedness peristiwa dalam hidupnya
for Emergency & Disasters dengan koping individu yang
(2009). baik di bandingkan kelompok
Menurut Asmidi, umur dibawahnya. Kematangan
(2012) tingkat perkembangan berpikir pada individu yang
pada individu juga berumur dewasa lebih
mempengaruhi respon tubuh memungkinkan untuk
dimana semakin matang dalam menggunakan mekanisme
perkembangannya, maka koping baik dibandingkan
semakin baik pula kemampuan umur anak-anak cenderung lebih
untuk mengatasinya. Pada masa mengalami respon cemas yang
ini proses yang dijalaninya berat dibandingkan kelompok
mulai menikah, meninggalkan umur dewasa (Luckman,

STIKES Muhammadiyah Gombong


17

2010).Hal ini sejalan dengan Wallis menunjukkan nilai


penelitian A‟an (2015) tentang signifikansi sebesar 0,004
Analisisfaktor-faktor yang (p<0,05) yang berarti bahwa
mempengaruhi tingkat terdapat perbedaan yang
kecemasan keluarga pasien yang signifikan antara tingkat
dirawat di ruang intensif care kecemasan pasien dengan usia
didapatkan hasil bahwa Uji Chi- remaja (10-19 tahun), dewasa
Square menunjukkan ada awal (20-39tahun), dewasa
hubungan antara tingkat tengah (40-59 tahun) dan lanjut
kecemasan dengan umur nila usia (>59 tahun) yang dilakukan
p=0,003. pencabutan gigi di RSGM FKG
Penelitian Dini (2016) Universitas Jember.
tentang Faktor-faktor yang Berdasarkan beberapa
berhubungan dengan tingkat penjelasan diatas, dapat
kecemasan pada pasien disimpulkan bahwa usia sangat
preoperative di RS Mitra Husada menentukan kopping seorang
Pringsewufaktor usia sangat individu untuk mengatasi stressor
berhubungan dengan kecemasan atau kecemasan yang dialami dan
pasien dengan hasil uji chi- dampak yang akan dialami
square p=0.036. Penelitian yang seseorang dari kecemasan umur
dilakukan oleh Umi (2012) sangat berpengaruh. Kebanyakan
tentang Faktor-faktor yang responden yang mengalami
mempengaruhi kecemasan pasien tingkat kecemasan berat di derita
dalam tindakan kemoterapi di oleh usia dewasa muda. Faktor
Rumah Sakit Dr. Moewardi yang paling signifikan yang
Surakarta hasilnya kecemasan dialami pasien dengan penderita
pasien korelasi antara usia pasien kecemasan berat yaitu karena
dengan tingkat kecemasan pasien faktor psikis pasien yang tidak
diperoleh koefisien r = -0,592 mampu menghadapi kopping di
dengan nilai p sebesar 0,02. Arah awal pasien dating kebanyakan
korelasi adalah „negatif‟ sehingga berusia dewasa muda dan tidak
uji korelasi bermakna „semakin didampingi keluarga dan takut
bertambah usia pasien maka ada akan kondisinya saat sendirian
kecenderungan kecemasanpasien menghadapi kesakitan dan
semakin menurun‟ dalam bahkan banyak dari responden
menjalani kemoterapi. Hal ini belum pernah mengalami
semakin di perjelas dengan perawatan dan berpendidikan
penelitian yang dilakukan oleh rendah. Sehingga memperparah
Samsul (2016) tentang Perbedaan keadaan kecemasan pasien
tingkat kecemasan pasien menjadoi rasa was-was
berdasarkan usia, jenis kelamin, berlebihan. Diharapkan dengan
tingkat pendidikan dan matangnya usiaseseorang dapat
pengalaman pencabutan gigi di menghadapi stress dari
RSGM FKG Universitas Jember. kecemasannya dan menjadi lebih
didapatkan hasil Uji Kruskall

STIKES Muhammadiyah Gombong


18

tenang dalam menghadapi mengatasi


kecemasan. kecemasannya.Kecemasan
c. Hubungan pengalaman terhadap biasanya disebabkan oleh adanya
tingkat kecemasan pasien triase sebuah ancaman yang dapat
kuning di IGD RS PKU menimbulkan rasa ketakutan dan
Muhammadiyah Gombong menimbulkan perasaan cemas
Berdasarkan hasil dan kawatir.Kecemasan atau
penelitian setelah dilakukan ansietas dapat ditimbulkan oleh
terhadap hubungan dukungan bahaya dari luar dan dari dalam
sosial terhadap tingkat diri seseorang yang sifat
kecemasan pasien triase kuning ancamanya itu samar-
di IGD RS PKU Muhammadiyah samar.Bahaya dari dalam bisa
Gombong. Didapatkan hasil timbul bila ada sesuatu hal yang
sebagian besar responden pada tidak dapat diterimanya,
hasil analisa responden yang misalnya pikiran, perasaan,
pernah menjalani perawatan keinginan, dan dorongan
sebanyak 71 responden (73,2%) (Gunarsah, 2008).
dan tingkat kecemasan dengan Menurut Hospital
kasus berat didapatkan hasil Preparedness for Emergency &
tingkat kecemasan dengan kasus Disasters (2009) Triase kuning
berat didapatkan hasil 39 adalah Kuning/delayed artinya
(40,2%). Dengan perincian kasus semua pasien yang tidak
berat dengan pengalaman termasuk golongan merah.
sebanyak 19 responden, sedang Menurut Pusponegoro (2011),
4, ringan 0, tidak cemas 3.Hasil didalam penanganan pasien triase
p-value (0.001<0.05) artinya ada kuning bisa ditunda kaena
hubungan pengalaman perawatan keadaan pasien non-urgent
terhadap tingkat kecemasan artinya pasien yang datang
pasien triase kuning di IGD RS dengan kondisi tidak gawat tidak
PKU Muhammadiyah darurat dengan keluhan yang
Gombong.Sebagian besar sedang dan ringan, tetapi
responden datang dengan mempunyai kemungkinan atau
berbagai keluhan diagosa dengan riwayat penyakit serius
medis.Namun kebanyakan pasien yang harus mendapat penanganan
dengan triase kuning adalah dalam waktu 40 menit.
pasien yang datang dengan Dimana triase merah
keluhan medis fraktur, diare, adalah Merah/immediate (10%-
BPH, vomitus dan asma. 20% dari semua kasus) semua
Pengalaman merupakan pasien yang ada gangguan air
suatu indikator yang berpengaruh way, breathing, circulation,
dalam mengatasi stressor disabilityand exposure.
seseorang terhadap kecemasan Termasuk golongan pasien yang
hal tersebut dibuktikan bahwa bernafas setelah jalan nafas
responden yang memiliki dibebaskan,pernafasan> 30
pengalaman perawatan mampu x/menit, CRT >2 detik dan harus

STIKES Muhammadiyah Gombong


19

ditangani dalam 60 detik tidak dirawat di ruang intensif care


bleh lebih dari itu. Dan dengan RSUD provinsi NTB dengan
keadaan tesebut pasti pasien dan nilai p 0,048. Penelitian ini juga
keluarga memiliki kecemasan didukung oleh penelitian
dan was-was yang sangat Yuliana,E (2013) yang
signifikan ditambah pasien menunjukkan bahwa nilai dengan
terkadang sendiri tanpa nilai p 0,004 lebih kecil dari 0,05
didampingi keluaga membuat yang bearti terdapat pengaruh
pasien merasa tidak mendapat antara pengalaman terhadap
dukungan keluarrga dan bahkan tingkat kecemasan keluarga di
belum pernah mengalami Ruang High Care Unit (HCU)
perawatan di IGD dengan Rumah Sakit Immanuel Bandung
pendidikan yang rendah pasti Hasil penelitian ini
pasien tidak memiliki didukung oleh teori dari Kaplan
pengetahuan yang cukup dan Sadock (2010) yaitu
sehingga dimungkinkan untuk keluargayang baru pertama kali
mengalami kecemasan lebih anggota keluarganya dirawat
banyak Hospital Preparedness akan berbeda dengan yang
for Emergency & Disasters sudah(mentoleransi,
(2009). menampung, meminimalkan)
Hal ini sejalan dengan lingkungan dan kebutuhan
penelitianHarlina (2018) tentang internal mengenai hal tersebut.
Faktor-faktor yang Keluarga yang mempunyai
mempengaruhi tingkat kemampuan pengalaman dalam
kecemasan keluarga pasien yang menghadapi kecemasan dan
dirawat di unit perawatan kritis. punya cara menghadapinya akan
Hasil penelitian menunjukkan cenderung menganggap stres
nilai p yang diperoleh dari uji berat sebagai masalah yang bisa
spearman rank correlation pada diselesaikan. Tiap pengalaman
tingkat kecemasan adalah 0,001 merupakan sesuatu yang
nilai ini lebih kecil dari 0,05 berharga, karena belajar dari
yang berarti ada pengaruh pengalaman dapat meningkatkan
pengalaman terhadap tingkat ketrampilan menghadapi
kecemasan keluarga pasien yang kecemasan.
dirawat di Unit Perawatan Kritis Hal ini menunjukan
Rumah Sakit Umum Daerah adanya kesesuaian hasil
Meuraxa Banda Aceh. penelitian, dengan pendapat
Hal ini juga didukung Horney dikutip dalam Trismiati
leh penelitan yang dilakukan (2012) yang mengatakanbahwa
Hasil penelitian ini didukung pengalaman masa lalu individu
oleh penelitian Aan D,S (2015) dalam menghadapi kecemasan
yang menunjukkan bahwa dapat mempengaruhi individu
terdapat pengaruh antara ketika menghadapi stressor yang
pengalaman terhadap tingkat sama karena individu memiliki
kecemasan keluarga pasien yang kemampuan beradaptasi atau

STIKES Muhammadiyah Gombong


20

mekanisme koping yang lebih d. Hubungan dukungan sosial


baik, sehingga tingkat kecemasan terhadap tingkat kecemasan
pun akan berbeda dan dapat pasien triase kuning di IGD RS
menunjukkan tingkat kecemasan PKU Muhammadiyah Gombong
yang lebih ringan.beberapa kali Untuk hasil penelitian
menghadapi hal yang sama hubungan dukungan sosial
dirawat di rumah sakit, hal itu terhadap tingkat kecemasan
karena sudah terbentuk koping pasien triase kuning di IGD RS
yaitu upaya berupa aksi PKU Muhammadiyah Gombong
berorientasi dan intra fisik, untuk didapatkan hasil bahwa
mengelola. responden yang mendapat
Berdasarkan beberapa dukungan sosial keluarga
penjelasan diatas, dapat sebanyak 75 responden (77,3%).
disimpulkan bahwa pengalaman Kecemasan dengan kasusu berat
seserang merupakan faktor sebanyak 39 (40,2%).Dengan
sangat berperan di dalam perincian kasus berat responde
menentukan stressor seseorang yang tidak medapat dukuga
dengan respon kecemasan yang adalah sebayak 17 responden,
dialami. Sebagian responden sedang 3, ringan 0, tidak cemas
yang memiliki kecemasan ringan 2.Hasil p-value (0.001<0.05)
yaitu responden yang sebelumnya artinya ada hubungan dukungan
sudah perah menjalani sosial terhadap tingkat
perawatan. Faktor yang paling kecemasan pasien triase kuning
signifikan yang dialami pasien di IGD RS PKU Muhammadiyah
dengan penderita kecemasan Gombong.Sebagian besar
berat yaitu karena faktor psikis responden datang dengan
pasien yang tidak mampu berbagai keluhan diagosa
menghadapi kopping di awal medis.Namun kebanyakan pasien
pasien dating kebanyakan berusia dengan triase kuning adalah
dewasa muda dan tidak pasien yang dating dengan
didampingi keluarga dan takut keluhan medis fraktur, diare,
akan kondisinya saat sendirian BPH, vomitus dan asma.
menghadapi kesakitan dan Hal ini menunjukkan
bahkan banyak dari responden menunjukan bahwa dukungan
belum pernah mengalami sosial sangat berperan terhadap
perawatan dan berpendidikan seseorang untuk mengatasi
rendah. Sehingga memperparah kopping terhadap kecemasan.
keadaan kecemasan pasien Kecemasan biasanya disebabkan
menjadoi rasa was-was oleh adanya sebuah ancaman
berlebihan. Diharapkan dengan yang dapat menimbulkan rasa
adanya pengalaman seseorang ketakutan dan menimbulkan
dapat menghadapi stress dai perasaan cemas dan
kercemasannya dan menjadi kawatir.Kecemasan atau ansietas
lebih tenang dalam menghadapi dapat ditimbulkan oleh bahaya
kecemasan. dari luar dan dari dalam diri

STIKES Muhammadiyah Gombong


21

seseorang yang sifat ancamanya belum pernah mengalami


itu samar-samar.Bahaya dari perawatan di IGD dengan
dalam bisa timbul bila ada pendidikan yang rendah pasti
sesuatu hal yang tidak dapat pasien tidak memiliki
diterimanya, misalnya pikiran, pengetahuan yang cukup
perasaan, keinginan, dan sehingga dimungkinkan untuk
dorongan (Gunarsah, 2008). mengalami kecemasan lebih
Menurut Hospital banyak Hospital Preparedness
Preparedness for Emergency & for Emergency & Disasters
Disasters (2009) Triase kuning (2009).
adalah Kuning/delayed artinya Hal ini sejalan dengan
semua pasien yang tidak penelitian Eka Kartikasarri
termasuk golongan merah. (2015) tentang hubungan
Menurut Pusponegoro (2011), pendampingan keluarga dengan
didalam penanganan pasien triase tingkat kecemasan ibu
kuning bisa ditunda kaena primigravida dalam menghadapi
keadaan pasien non-urgent proses persalinan didapatkan
artinya pasien yang datang nilai ρ-value (0,001) < (0.05)
dengan kondisi tidak gawat tidak artinya sehingga dapat
darurat dengan keluhan yang disimpulkan bahwa ada
sedang dan ringan, tetapi hubungan antara pendampingan
mempunyai kemungkinan atau keluarga dengan tingkat
dengan riwayat penyakit serius kecemasan ibu primigravida
yang harus mendapat penanganan dalam menghadapi proses
dalam waktu 40 menit. persalinan kala I di Rumah
Dimana triase merah Bersalin Kartini Bandar
adalah Merah/immediate (10%- Lampung tahun 2015.
20% dari semua kasus)semua Hal ini juga didukung
pasien yang ada gangguan air oleh penelitian yang dilakukan
way, breathing, circulation, oleh Dini (2012) tentang Konsep
disabilityand exposure. diri, dukungan sosial dan
Termasuk golongan pasien yang kecemasan menghadapi
bernafas setelah jalan nafas keadaansakit pada pasien fraktur
dibebaskan,pernafasan> 30 ditemukan hasil p= 0,001 < 005
x/menit, CRT >2 detik dan harus atinya ada hubungan tentang
ditangani dalam 60 detik tidak dukungan sosial terrhardap
bleh lebih dari itu. Dan dengan kecemasan. Konsep diri pada
keadaan tesebut pasti pasien dan pasien fraktur merupakancara
keluarga memiliki kecemasan pandang pasien fraktur dalam
dan was-was yang sangat melihatpribadinya secara
signifikan ditambah pasien utuh.Kondisi tersebut
terkadang sendiri tanpa dapatmembuat perasaan pasien
didampingi keluaga membuat kurang sempurnadalam
pasien merasa tidak mendapat memandang dirinya dan pasien
dukungan keluarrga dan bahkan akanmerasa cemas sehingga

STIKES Muhammadiyah Gombong


22

memerlukan masalah yang dihadapi


dukungansosial.Penelitian ini (Sjamsuhidajat, 2012).Hasil
didapatkan hasil bahwa semakin penelitian ini sesuai dengan
tinggi konsep diri maka semakin penelitian Siburian (2012) bahwa
rendah kecemasan begitu juga dukungan penilaian merupakan
sebaliknya.Semakin tinggi bantuan yang diberikan untuk
dukungan sosial maka perasaan berharga, memberikan
semakinrendah kecemasan, nilai positif terhadap orang
begitu juga sebaliknya.hubungan tersebut di tengah keadaannya
antara konsep diri dan yang kurang mampu baik secara
dukungansosial dengan mental maupun fisik. Dukungan
kecemasan menghadapi keadaan nyata/instrumental yang
sakit pada pasien fraktur. diberikan keluarga pasien
Hal ini juga di dukung membuat pasien yang menjalani
penelitian yang dilakukan oleh kateterisas jantung merasa
Elyani Sembiring (2019) tentang mendapatkan bantuan yang
hubungan dukungan keluarga sifatnya nyata dan langsung
dengan tingkat kecemasan pasien dalam bentuk finansial, waktu,
yang akan menjalani preoperasi tenaga sehingga bantuan dapat
kateterisasi jantung di rsup adam langsung menyelesaikan masalah
malik medan berdasarkan hasil atau mengurangi beban stress
uji chi square dengan nilai (Sudrajat, 2012). Menurut
signifikansi yaitu 0,016<0,05, pendapat Chandra dalam
maka Ho ditolak dan Ha Siburian (2012) bahwa dengan
diterima. Kesimpulannya ada adanya pendampingan keluarga,
hubungan dukungan keluarga pasienakan merasa nyaman,
dengan tingkat kecemasan pasien tenang dan lebih kuat dalam
yang akanmenjalani preoperasi menerima keadaan fisiknya yang
kateterisasi jantung. memberi dampak baik terhadap
Hal ini semakin diperkuat proses penyembuhan penyakit.
penelitian oleh penelitian yang Berdasarkan beberapa
dilakukanoleh Sudrajat (2012) penjelasan diatas, dapat
yang menyatakan bahwa disimpulkan bahwa dukungan
dukungan keluarga membuat sosial keluaga sangat berperan
penderita kateterisasi jantung dan dibutuhkan dalam
merasa dicintai, diperhatikan, menentukan stressor seseorang
percaya bahwa dirinya dihargai dengan respon kecemasan yang
dan bernilai.Dukungan penilaian dialami. Kebayakan responden
yang baik yang diberikan oleh yag tidak mendapatkan dukungan
keluarga membuat pasien yang yang mengalami kecemasan berat
akanmenjalani preoperasi dan tidak didampingi keluarga
kateterisasi jantung merasa karena kebanyakan keluarga
mampu menghadapi masalah, pasien tidak siap dengan kondisi
merasa berharga dan dapat pasien yang tiba-tiba dilarikan ke
mengambil keputusan terhadap rumah sakit pada kasus

STIKES Muhammadiyah Gombong


23

kecelakaan lalu lintas pasien kecemasan pasien triase kuning


mengalami fraktur dan lainya. di IGD RS PKU Muhammadiyah
Faktor yang paling signifikan Gombong didapatkan hasil p-
yang dialami pasien dengan value (0.001<0.05) artinya ada
penderita kecemasan berat yaitu hubungan tingkat pendidikan
karena faktor psikis pasien yang terhadap tingkat kecemasan
tidak mampu menghadapi pasien triase kuning di IGD RS
kopping di awal pasien dating PKU Muhammadiyah
kebanyakan berusia dewasa Gombong.Sebagian besar
muda dan tidak didampingi responden dating dengan
keluarga dan takut akan berbagai keluhan diagosa
kondisinya saat sendirian medis.Namun kebanyakan pasien
menghadapi kesakitan dan dengan triase kuning adalah
bahkan banyak dari responden pasien yang datang dengan
belum pernah mengalami keluhan medis fraktur, diare,
perawatan dan berpendidikan BPH, vomitus dan asma.
rendah. Sehingga memperparah Hasil penelitian ini
keadaan kecemasan pasien sesuai dengan konsep yang
menjadoi rasa was-was menyatakan bahwa tingkat
berlebihan. Sehingga diharapkan pendidikan individu
dengan adanya dukungan sosial berpengaruh terhadap
maka tingkrat kecemasan pasien kemampuan berfikir. Semakin
akan bekurang dan mendapatkan tinggi tingkat pendidikan maka
kopping yang baik untuk individu semakin mudah
mengatasi kecemasannya. berfikir rasional dan menangkap
e. Hubungan tingkat pendidikan informasi baru, sehingga
terhadap tingkat kecemasan semakin tinggi pendidikan
pasien triase kuning di IGD RS seseorang semakin tinggi pula
PKU Muhammadiyah Gombong pengetahuan seseorang (Stuart
Hasil penelitian G.W & Laraia M.T, 2010).
hubungan tingkat pendidikan Kecemasan biasanya
terhadap tingkat kecemasan disebabkan oleh adanya sebuah
pasien triase kuning di IGD RS ancaman yang dapat
PKU Muhammadiyah Gombong. menimbulkan rasa ketakutan dan
Menunjukkan hasil yang paling menimbulkan perasaan cemas
banyak jenjang pendidikan dan kawatir. Kecemasan atau
SMA32 responden (33%). ansietas dapat ditimbulkan oleh
Kecemasan dengan kasusu berat bahaya dari luar dan dari dalam
sebanyak 39 (40,2%). Dengan diri seseorang yang sifat
perician kasus berat diderita ancamanya itu samar-
responden dengan tigkat samar.Bahaya dari dalam bisa
pedidikan SMP sebanyak 11 timbul bila ada sesuatu hal yang
responden, sedang 4, ringan 2, tidak dapat diterimanya,
tidak cemas 1.Hubungan tingkat misalnya pikiran, perasaan,
pendidikan terhadap tingkat

STIKES Muhammadiyah Gombong


24

keinginan, dan dorongan sehingga dimungkinkan untuk


(Gunarsah, 2008). mengalami kecemasan lebih
Menurut Hospital banyak Hospital Preparedness
Preparedness for Emergency & for Emergency & Disasters
Disasters (2009) Triase kuning (2009).
adalah Kuning/delayed artinya Pendidikan merupakan
semua pasien yang tidak salah satu faktor penentu
termasuk golongan merah. seseorang menghadapi respon
Menurut Pusponegoro (2011), dari stressor kecemasan yang
didalam penanganan pasien triase dialami karena dengan
kuning bisa ditunda kaena pendidikan yang tinggi seseorang
keadaan pasien non-urgent mampu berfikir lebih logis dari
atirnya pasien yang datang pada seseorang yang tidak
dengan kondisi tidak gawat tidak berpendidikan. Dimana
darurat dengan keluhan yang pengetahuan sangat penting
sedang dan ringan, tetapi ditanamkan kepada manusia
mempunyai kemungkinan atau sejak dini untuk bekal wawasan
dengan riwayat penyakit serius pengetahuan.Pengetahuan
yang harus mendapat penanganan seseorang biasanya diperoleh dari
dalam waktu 40 menit. berbagai macam sumber antara
Dimana triase merah lain media masa, buku, petugas
adalah Merah/immediate (10%- kesehatan, kerabat, maupun
20% dari semua kasus)semua teman. Pengetahuan dapat
pasien yang ada gangguan air membentuk keyakinan tertentu
way, breathing, circulation, sehingga seseorang berperilaku
disabilityand exposure. sesuai keyakinan. Hasil
Termasuk golongan pasien yang penelitian Rizky dan Edy (2015),
bernafas setelah jalan nafas pendidikan yang baik adalah
dibebaskan,pernafasan> 30 pendidikan yang kelak dapat
x/menit, CRT >2 detik dan harus berguna diluar sekolah dan untuk
ditangani dalam 60 detik tidak kecakapan diri sendiri terutama
bleh lebih dari itu. Dan dengan dalam membantu seseorang
keadaan tesebut pasti pasien dan untuk mencapai kemandiriannya.
keluarga memiliki kecemasan Hal ini sejalan dengan penelitian
dan was-was yang sangat Hendri dan Putra (2015), bahwa
signifikan ditambah pasien sebagian besar responden yang
terkadang sendiri tanpa pengetahuanya belum baik
didampingi keluaga membuat karena belum pernah
pasien merasa tidak mendapat mmendapatkan informasi
dukungan keluarrga dan bahkan penanganan kegawatdaruratan
belum pernah mengalami secara lengkap dari sumber
perawatan di IGD dengan informasi formal.
pendidikan yang rendah pasti Penelitian ini juga
pasien tidak memiliki didukung oleh penelitian Aan,
pengetahuan yang cukup (2015) yang menunjukkan nilai p

STIKES Muhammadiyah Gombong


25

value 0,024 lebih kecil dari 0,05 kemampuan dalam dan diluar
bahwa terdapap pengaruh antara sekolah dan berlangsung
pendidikan terhadap tingkat sepanjang hidup.Tingkat
kecemasan keluarga pasien pendidikan sangat mempengaruhi
yang dirawat diruang intensif kecemasan, karena tingkat
care RSUD provinsi NTB.Status pendidikan akan mempengaruhi
pendidikan yang rendah penggunaan koping. Hal ini
padaseseorang akan didukung oleh hasil Penelitian
menyebabkan mereka Gallo (1997), yang mendapatkan
lebihmudah mengalami bahwa tingkat pendidikan
kecemasan dibandingkan dengan membuat respon individu lebih
yang berpendidikan tinggi. baik terhadap kecemasan. Dapat
Pendidikan adalah usaha manusia disimpulkan bahwa tingkat
untuk menumbuhkan dan pendidikan rendah akan
mengembangkan potensi potensi cenderung lebih mengalami
rohani sesuai dengan nilai-nilai kecemasan karena pola adaptif
yang ada dalam masyarakat dan yang kurang terhadap hal yang
kebudayaan (Ihsan, 2012). baru dan mengakibatkan pola
Pendidikan merupakan koping yang kurang pula. Maka
salah satu faktor penting untuk semakin rendah tingkat
mendapatkan danmencerna pendidikan maka semakin tinggi
informasi secara lebih tingkat kecemasan, begitu pula
mudah(Videbeck, 2013). Tingkat sebaliknya.
pendidikan yangtinggi pada Hal ini juga didukung
seseorang akan membentuk penelitian yang dilakukan oleh
polayang lebih adaptif terhadap Umi (2012) tentang Faktor-faktor
kecemasan,sedangkan merekan yang mempengaruhi kecemasan
memiliki tingkat pendidikan pasien dalam tindakan
rendah cenderung kemoterapi di rumah sakit dr.
mengalamikecemasan karena moewardi surakarta hasilnya
kurang adaptif terhadaphal- hal kecemasan pasien antara
yang baru. Hal ini didukung pendidikan pasien dengan tingkat
dengan teori Gass dan Curiel kecemasan pasien menjalani
(2011) serta Feist(2009) dimana kemoterapi diperoleh koefisien
tingkat pendidikan yang r=-0,563 dengan nilai p sebesar
lebihtinggi memiliki respon 0,038. Arah korelasi
adaptasi yang lebih baik karena adalah„negatif‟ sehingga uji
respon yang diberikan korelasi bermakna „semakin
lebihrasional dan memengaruhi meningkat tingkat pendidikan
kesadaran dan pemahaman pasien maka ada kecenderungan
terhadap stimulus. tingkat kecemasan pasien
Menurut Tarwoto dan semakin menurun‟ dalam
Wartonah (2013), pendidikan menjalani kemoterapi. Hal ini
adalah salah satu usaha semakin dipekruat oleh
mengembangkan kepribadian dan penelitian yang dilakukan

STIKES Muhammadiyah Gombong


26

Harlina (2018) tentang Faktor- sebanyak-banyaknya dengan


faktor yang mempengaruhi harapan bisa menghadapi suatu
tingkat kecemasan keluarga permasalahan jika sedang terlibat
pasien yang dirawat di unit dalam masalah.
perawatan kritis
Berdasarkan uji statistik KESIMPULAN
Spearman Rank Correlation nilai 1. Sebagian besar responden pada
p yang diperoleh dari uji pada hasil analisa dilihat dari faktor-
tingkat kecemasan adalah 0,009 faktor yang mempengaruhi yaitu
nilaiini lebih kecil dari 0,05 jenis kelamin, rentangusia,
yang berarti ada pengaruh Pengalaman perawatan, dukungan
pendidikan terhadap sosial, tingkat pendidikan sangat
tingkatkecemasan keluarga berhubungan dengan tingkat
pasien yang dirawat diUnit kecemasan responden.
Perawatan Kritis Rumah Sakit 2. Diketahui bahwa sebagian besar
UmumDaerah Meuraxa Banda responden pada hasil analisis
Aceh. menggunakan instrument
Berdasarkan beberapa Kuesioner Hospital Anxiety and
penjelasan diatas, dapat Depression Scale (HADS)di RS
disimpulkan bahwa PKU Muhammadiyah Gombong.
pendidikandengan pengetahuan Tingkat kecemasan kasus berat
yang cukup luas sangat berperan yang paling tinggi sebanyak 39
di dalam menentukan stressor (40,2%).
seseorang dengan respon 3. Diketahui bahwa Hubungan usia
kecemasan yang dialami. Faktor terhadap tingkat kecemasan pasien
yang paling signifikan yang triase kuning di IGD RS PKU
dialami pasien dengan penderita Muhammadiyah Gombong didapat
kecemasan berat yaitu karena kanhasil p-value (0.001<0.05)
faktor psikis pasien yang tidak artinya ada hubungan usia terhadap
mampu menghadapi kopping di tingkat kecemasan pasien triase
awal pasien dating kebanyakan kuning di IGD RS PKU
berusia dewasa muda dan tidak Muhammadiyah Gombong.
didampingi keluarga dan takut 4. Diketahui bahwa Hubungan
akan kondisinya saat sendirian pengalaman perawatan terhadap
menghadapi kesakitan dan tingkat kecemasan pasien triase
bahkan banyak dari responden kuning di IGD RS PKU
belum pernah mengalami Muhammadiyah Gombong
perawatan dan berpendidikan didapatkan hasil p-value
rendah. Sehingga memperparah (0.001<0.05) artinya ada hubungan
keadaan kecemasan pasien pengalaman perawatan terhadap
menjadoi rasa was-was tingkat kecemasan pasien triase
berlebihan. Untuk itu sebagai kuning di IGD RS PKU
manusia yang diberi akal dan hati Muhammadiyah Gombong.
nurani alangkah baiknya jika 5. Diketahui bahwa Hubungan
seseorang mencari pengetahuan dukungan social terhadap tingkat

STIKES Muhammadiyah Gombong


27

kecemasan pasien triase kuning di Diharapkan pasien dan


IGD RS PKU Muhammadiyah keluarga mampu mengetahui
Gombong didapatkan hasil p-value tentang status kecemasan terkini
(0.001<0.05) artinya ada hubungan dan dapat mengatasi dengan
dukungan social terhadap tingkat kopping yang baik guna
kecemasan pasien triase kuning di memperoleh status tingkat
IGD RS PKU Muhammadiyah kecemasan normal dibantu oleh
Gombong. tenaga kesehatan
6. Diketahui bahwa Hubungan tingkat 4. Bagi Rumah Sakit
pendidikan terhadap tingkat Hasil penelitian ini
kecemasan pasien triase kuning di diharapkan dapat bermanfaat bagi
IGD RS PKU Muhammadiyah rumah sakit sebagai bahan
Gombong didapatkan hasil p-value masukan dalam rangka
(0.001<0.05) artinya ada hubungan peningkatan kualitas pelayanan
tingkat pendidikan terhadap tingkat kesehatan pada pasien terlebih
kecemasan pasien triase kuning di yang mengalami kecemasan.
IGD RS PKU Muhammadiyah 5. Penelitian selanjutnya
Gombong. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan
SARAN sebagai data dasar untuk
1. Pendidikan Keperawatan melakukan penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan selanjutnya mengenai gambaran
dapat bermanfaat bagi pendidikan kecemasan pasien di IGD,
keperawatan sebagai bahan diharapkan peneliti selanjutnya
masukan dalam pembelajaran meneliti faktor-faktor lain yang
rangka peningkatan ilmu menyebabkan kecemasan pada
pengetahuan tentang standar pasien.
penilaian pada tingkat kecemasan
dan menambah koleksi referensi di DAFTAR PUSTAKA
perpustakaan STIKES A‟an. (2015). Analisis Faktor-Faktor
Muhammadiyah Gombong. Yang Mempengaruhi Tingkat
2. Bagi Perawat KecemasanKeluargaPasien
Hasil penelitian ini Yang Dirawat Di RuangIntensif
diharapkan dapat dijadikan Care.Mataram:
sebagai bahan masukan atau PoltekkesKemenkesMataram.
pertimbangan bagi perawat dalam
hal menerapkan asuhan Agung.(2017). Tentang relaksasi
keperawatan bukan hanya kepada nafas dalam menurukan
masalah fisik saja, melainkan kecemasan pasien pre-op bedah
mencakup psikososial pasien. abdomen.Tanjungkarang:
Sehingga dapat meminimalkan Politekniktanjungkarang.
pasien yang mengalami
kecemasan. Alimul Aziz. (2009). Metode
3. Bagi Pasien Dan Keluarga Penelitian Keperawatan dan

STIKES Muhammadiyah Gombong


28

Teknik Analisa Data. Jakarta . Kecemasan Menghadapi


Salemba Medika. Keadaan SakitPadaPasien
Fraktur.Jember:
Bagus. (2007). Triase Kuning UniversitasJember.
Keperawatan Gawat Darurat di
Rumah Sakit. Jakarta : Salemba Doenges, M. E (2010). Rencana
Medika. Asuhan Keperawatan :
Pedoman untuk Perencanaan
Broker. (2009). Prinsip-prinsip Triage dan Pendokumentasian
Keperawatan Gawat Darurat di Perawatan Pasien. Jakarta :
Rumah Sakit. Jakarta : Salemba EGC.
Medika.
EkaKatika Sari.(2015). Hubungan
Carpenito. (2010). Triase Kuning Pendampingan Keluarga
Keperawatan Gawat Darurat Dengan Tingkat Kecemasan Ibu
di Rumah Sakit. Jakarta : Citra Primigravida Dalam
Buana. Menghadapi Proses
Persalinan.Tanjung Karang:
Chandra dalam Siburian.(2012). Poltekkes Tanjungkarang.
Hubungan Pendampingan
Keluarga Dengan Tingkat Elyanisembiring. (2019). Hubungan
Kecemasan.Jakata: STIKES Dukungan Keluarga Dengan
Pertamina Medika Jakarta. Tingkat Kecemasan Pasien
Yang Akan
Depks RI. (2011). Standar Pelayanan MenjalaniPreoperasi
Keperawatan Gawat Darurat di Kateterisasi Jantung Di Rsup H
Rumah Sakit. Jakarta : Adam Malik Medan.
perpustakaan Depkes RI. Palembang: Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Sumatera
Dinas Kesehatan Jawa Tengah Utara
(2018). Profil Kesehatan Jawa
Tengah 2018. Semarang : Dinas Furwanti. (2014). Gambar tingkat
Kesehatan Jawa Tengah. kecemasan pasien di instalasi
gawat darurat (IGD) RSUD
Dini.(2016). Tentang Faktor-Faktor Panembahan Senopati Bantul.
Yang Berhubungan Dengan Yogyakarta : Universitas
Tingkat Kecemasan Pada Muhammadiyah Yogyakarta
Pasien Preoperative Di Rs
Mitra Husada Pringsewu. Gass, S. C &Curiel, E.R. (2011). Test
Lampung: STIKes anxiety in relation to measure of
Muhammadiyah Pringsewu cognitive and intellectual
Lampung. Journal Practice and Research
58321-4376.
DiniKurniawati. (2012). Konsep Diri,
Dukungan Sosial Dan

STIKES Muhammadiyah Gombong


29

Gunarsah, S, D. (2008). Psikologi Isaacs, A. (2010). Keperawatan


Keperawatan. Jakarta : Gunung Kesehatan Jiwa dan Psikiari.
Mulia. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Hall, Calvin S, Lindsey, & Gardner.
(2009). Teori-teori Kaplan &Sadock, (1997). Buku ajar
Psikodinamik (Klinis). keperawatan psikatri klinis. Ed
Yogyakarta: Kasinius. ke2. Salembamedika.

Harlina. (2018). Faktor-Faktor Yang KBBI. (2016). Kamus Besar Bahasa


Mempengaruhi Tingkat Indonesia. Diakses 3 Febrarury
Kecemasan Keluarga Pasien 2017 dari
Yang Dirawat Di Unit http://kbbi.web.id/cemas.
Perawatan Kritis. Banda Aceh
:FakultasKeperawatanUniversit Kilner, T (2012). Triage decisions of
asSyiah Kuala Banda Aceh. prehospital emergency health
care providers, using a multiple
Hawari, D. (2013). Manajemen casualy scenario paper exercise.
Stress, Cemas dan Depresi. Emerg Med J. 19 (4):348-53.
Jakarta: FKUI.
Leading Practices in emergency
Hendri Tamara Yuda & Putra Agina Departement Patient Experience
WS, (2015). Pengetahuan (2010). Ontario Hospital
Tentang Penanganan Asociation.
Kegawatdaruratan Pada Siswa
Anggota Hizbul Wathan di SMA Madianingsih. (2017). Gambaran
Muhammadiyah Gombong. Kecemasan Keluarga Pasien Di
Stikes Muhammadiyah InstalasiGawat Darurat (IGD)
Gombong. RSUD Wates Kulon Progo.
Yogyakarta: Stikes Jendral
Igede (2012). Hubungan persepsi Achmad Yani.
pasien tentang perawat IGD
RSUD wates kulon Progo Muttaqin, A., & Sari, K.
Yogyakarta dengan kecemasan (2009).AsuhanKeperawatanPerio
pasien di ruang IGD RSUD peratifKonsep, Proses,
Wates kulon Progo. danAplikasi. Jakarta: EGC.
Yogyakarta: Program Studi S1
keperawatan : Universitas Potter & Perry. (2010). Buku Ajar
Respati Yogyakarta. Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik.
Ihsan. (2012). Dasar-dasar Jakarta: EGC.
pendidikan . Jakarta:Rineka
Cipta Pusponegoro. (2011). Perspektif
Keperawatan Gawat Darurat.
Jakarta: EGC.

STIKES Muhammadiyah Gombong


30

Siregar, Charles. JP., (2014). Farmasi


Qureshi (2008). Triage system:a Rumah Sakit Teori dan
review of the literature with Penerapan. Jakarta: Penerbit
reference to Saudi arabia. Critical EGC.
journal care.
Siswo, Nurhasim (2015).
Rafsanjani, H. (2015). Pengaruh Pengetahuan Perawat Tentang
Terapi Relaksasi terhadap Respon Time Dalam Penanganan
Tingkat KecemasanPasien Pre Gawat Darurat di Ruang Triage
Operasi di RuangBedah RSUD RSUD Karanganyar.
Dr. H.Abdul Moeloek Provinsi
Lampung. Smeltzer, S. C., & Bare, B. G.
(2012).Buku Ajar Keperawatan
Ramsi, IF dkk (2014). Basic life Medikal-Bedah Brunner
support. Jakarta : EGC. &Suddarth.Edisi 8.Vol. 1.
Jakarta: EGC.
Republik Indonesia. (2009). Undang-
undang RI Nomor 44 Tahun 2009 Sudarsih, W. (2012).Perbedaan
tentang Rumah sakit. Tingkat KecemasanPasien Pre
Operasi Appendisitis Sebelum
Rizky Anggraeni Subagio & Edy dan Sesudah Diberikan Teknik
Rianto, (2015). Pengaruh Relaksasi Nafas Dalam di Ruang
Penerapan Metode Simulasi Perawatan Rumah Sakit Imanuel
Terhadap Kecakapan Bandar Lampung.
Pertolongan Pertama Pada
Kedaruratan (P3K) Pada Siswa
Tunagrahita Di SLB/C Taman Sudrajat. (2012). Hubungan
Pendidikan Dan Asuhan Jember. Dukungan Keluarga Dengan
Surabaya: Universitas Negeri Tingkat Kecemasan. Palembang:
Surabaya. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Sumatera Utara .
Samsul. (2016). TentangPerbedaan
Tingkat Kecemasan Pasien Stuart & Laraia. (2015). Priciples and
Berdasarkan Usia, Jenis practice of psychiatric nursing.
Kelamin, Tingkat Pendidikan Elsevier Mosby, alih Bahasa
Dan Pengalaman Pencabutan Budi Santosa. Philadelpia.
Gigi Di RSGM FKG Jakarta: EGC
Universitas Jember. Jember:
Fakultas Kedokteran Gigi Suntandoyo. (2008). Mekanisme
Universitas Jember Kecemasan. Jakarta: EGC

Semiun, Y. (2010). Kesehatan Mental TarwotodanWartonah.(2013).


2. Yogyakarta: Kasinius Kebutuhandasarmanusiadan
Proses Keperawatan. Jakarta:
SalembaMedika.

STIKES Muhammadiyah Gombong


31

Triwibowo, Cecep. (2012). Perizinan


dan Akreditasi Rumah sakit
Sebuah Kajian Hukum
Kesehatan. Yogyakarta: Penerbit
Nuha Medika.

Trismiati (2012), Gejala Kecemasan.


http://www.google.co.id#hl=id
&q=gejala kecemasan diakses 1
Juli 2020 Consulting
Psychology Journal Practice
and Research 8901-11-2.

Umi. (2012). Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Kecemasan
Pasien Dalam Tindakan
Kemoterapi Di Rumah Sakit Dr.
Moewardi Surakarta.
Surakrarta: FIK UMS
Univesitas Muhammadiyah
Suarakarta.

Vadebeck, Sheila L.( 2013). Buku


Ajaran Keperawatan Jiwa.
EGC: Jakarta.

Yuliana e, (2013). faktor-faktor yang


mempengaruhi tingkat
kecemasan keluarga pasien di
HCU, Rumah Sakit Immanuel
Bandung.

STIKES Muhammadiyah Gombong

Anda mungkin juga menyukai