ABSTRAK
Restrain/ pengikatan fisik (dalam psikiatri) secara umum mengacu pada suatu bentuk tindakan
menggunakan tali untuk mengekang atau membatasi gerakan ekstremitas individu yang berperilaku
diluar kendali. Indikasi restrain meliputi perilaku amuk yang membahayakan diri sendiri, orang lain
dan lingkungan. Restrain adalah bagian dari implementasi patient safety, karena bertujuan untuk
memberikan keamanan fisik, psikologis dan kenyamanan pasien. Restrain yang dilakukan pada pasien
di rumah sakit jiwa juga dapat menimbulkan dampak negatif berupa cedera / luka pada ekstremitas
yang dilakukan restrain. Tujuan dari systematic review ini untuk mengetahui tindakan restrain yang
aman dan efektif di rumah sakit jiwa, systematic review dilakukan dengan mencari artikel melalui
Ebscho, Science direct, Portal Garuda dan Google Scholar. Jurnal yang telah terkumpul selanjutnya
dilakukan critical appraisal. Restrain efektif untuk mengatasi pasien agresif, tetapi dapat menimbulkan
efek samping berupa luka / cedera, untuk mencegah terjadinya luka / cedera, restrain dilakukan
dengan menggunakan alat yang bermanset, area restrain diberikan lotion, durasi restrain paling lama 4
jam, selama di lakukan restrain perawat mengobservasi kondisi dan memenuhi kebutuhan pasien,
restrain dilakukan oleh staf yang terlatih.
INJURIES ABSTRACT
Physical restraint (in psychiatry) generally refers to a form of action using a strap to curb or limit
the movement of an individual's extremity that behaves out of control. Restrained indications include
self-harm behavior, others and the environment. Restrain is part of the implementation of patient
safety, as it aims to provide physical, psychological and patient comfort. Restrain performed in
patients in psychiatric hospitals can also have a negative impact of injury / injury to the extremity of
the restrain. The purpose of this systematic review to find safe and effective restrain actions in
psychiatric hospitals, systematic review is done by searching articles through Ebscho, Science direct,
Garuda Portal and Google Scholar. The collected journals are then performed critical appraisal.
Restrain effective to overcome aggressive patient, but can cause side effect in the form of wound /
injury, to prevent injury, restrain is done by using tool bermanset, restrain area given lotion, restrain
duration of 4 hours long, during restrained nurse observe conditions and meet patient needs,
restrained by trained staff.
1
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 19 - 27, Maret 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Hasil penelusuran 12 15 18 40
Full-text pdf, 2007-2017 8 10 10 12
Judul yang sama - - 4 8
Eligible sesuai dengan - - 2 5
kriteria inklusi dan eksklusi
result 7
HASIL lecet akibat dari pemasangan restrain yang
Restrain Efektif untuk Mengatasi Pasien telalu kencang, 72,7% atau sebanyak 8
Perilaku Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa. pasien mengalami peningkatan inkontinensia
Penelitian Dwi Ariani Sulistyowati, E. yang disebabkan oleh terbatasnya
Prihantini (2013) meneliti keefektifan mobilitas fisik klien yang berakibat pada
penggunaan restrain terhadap penurunan ketidakmampuan klien untuk memenuhi
perilaku kekerasan pada pasien skizofrenia, kebutuhan eliminasinya, 54,5% atau sebanyak
desain penelitian dilakukan dengan rancangan 6 pasien mengalami ketidakefektifan sirkulasi
quasy experiment dengan control group yang ditandai dengan terjadinya oedema pada
pretest-post test design. Pengambilan sampel area pemasangan restrain, sebanyak 36,6%
menggunakan cara purposive sampling dengan atau sebanyak 4 pasien mengalami
jumlah sampel sebanyak 30 klien. Berdasarkan peningkatan terjadinya kontraktur, 27,3% atau
hasil uji statistic menunjukkan nilai rata- sebanyak 3 pasien mengalami iritasi kulit
rata perilaku kekerasan sebelum intervensi akibat terbatasnya mobilitas fisik karena
restrain sebesar 14,73 dan sesudah tindakan restrain.
mendapat intervensi restrain sebesar 6,27
dengan nilai t hitung 10,16 dan nilai P Sujarwo, Livana (2017), meneliti gambaran
sebesar 0,000. t hitung lebih besar dari t tabel dampak tindakan restrain pasien gangguan
yaitu 10,116 > 2,05, maka Ho ditolak artinya jiwa, menggunakan metode deskriptif
ada perbedaan nilai sebelum dan sesudah eksploratif dengan pendekatan secara cross
perlakuan. Dengan demikian dapat sectional. Populasi dalam penelitian ini
disimpulkan bahwa restrain efektif terhadap adalah pasien gangguan jiwa di ruang X
penurunan perilaku kekerasan pada pasien RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang
Skizofrenia di RSJD Surakarta tahun 2013. yang berjumlah 32 orang. Sampel diambil
secara purposive sampling dengan kriteria
Restrain dapat Menimbulkan Efek Samping inklusi pasien dalan tingkat kesadaran
Cedera pada Pasien. composmetis dan pasien restrain. Hasil
Penelitian Kandar Prabawati Setyo Pambudi penelitian menunjukkan bahwa dari 30 pasien
(2014) mengukur efektifitas tindakan restrain yang dilakukan restrain sebagian besar
pada pasien perilaku kekerasan yang menjalani mempunyai dampak psikologis negatif
perawatan di unit perawatan intensif psikiatri sebanyak 18 responden (60,0%), dan
RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang. menimbulkan dampak fisik negatif
Penelitian ini menggunakan konsep deskriptif sebanyak 20 responden (66,7%), dampak fisik
analitik dengan pendekatan cross sectional, negatif yang terjadi adalah pasien mengalami
yang bertujuan untuk memperoleh gambaran oedema dan lesi pada ekstremitasnya
mengenai pelaksanaan tindakan restrain di incontinensia dan gangguan personal hygiene
unit perawatan intensif psikiatri RSJD dr. berupa penampilan pasien yang terlihat
Amino Gondohutomo Semarang. Hasil kurang rapi.
penelitian menunjukkan bahwa dari 30 kali
tindakan restrain, sebanyak 19 kali atau Restrain yang Aman Menggunakan Alat
63,3% tidak menimbulkan efek samping, dan yang Bermanset.
11 kali atau 36,7% tindakan restrain Penelitian Saseno, Pramono Giri Kriswoyo
memberikan efek samping bagi pasien. Dari (2013) meneliti pengaruh tindakan restrain
11 kali prosedur restrain, sebesar 68,75% fisik dengan manset terhadap penurunan
pasien mengalami cedera secara fisik dan perilaku kekerasan pada pasien skizofrenia,
31,25% pasien mengalami cedera secara dengan uji wilcoxon menunjukkan nilai mean
psikologis. Cedera fisik yang mereka alami 19,50 dengan nilai Z sebesar -5,386 dan nilai
berupa ketidaknyamanan fisik, lecet pada p= 0,000. Artinya ada pengaruh tindakan
area pemasangan restrain, peningkatan restrain fisik dengan manset terhadap
inkontinensia, ketidakefektifan sirkulasi, penurunan perilaku kekerasan.
peningkatan risiko kontraktur, dan terjadinya
iritasi kulit. Dari 11 pasien, 81,8% atau Area yang dilakukan Restrain diolesi
sebanyak 9 pasien mengalami ketidak- dengan Lotion.
nyamanan fisik akibat pemasangan restrain, Dwi Saputra dan Arum Pratiwi (2017)
72,7% atau sebanyak 8 pasien mengalami melakukan penelitian kualitatif tentang
Pengalaman pasien Gangguan Jiwa selama restrain dan seklusi bukan merupakan sebuah
mengalami restrain ekstremitas, hasil hukuman, durasi restrain dan seklusi yang
penelitian mengatakan secara teknis sesingkat-singkatnya, memberikan pakaian
seharusnya perawat memberikan lotion untuk pada pasien, staff dan pasien mempunyai
mengantisipasi timbulnya gangguan fisik jenis kelamin yang sama. Persamaan yang di
pada pasien serta menjaga kenyamanan dapatkan dalam analisis dokumen di
pasien. dapatkan bahwa Indonesia telah memiliki 6
kategori yaitu memberikan kebutuhan pasien
Durasi Tindakan Restrain dibatasi. (makan, minum dan toilet), tidak membeda-
Abdul muhits, Nurul Hidayah, MH. Saputra, bedakan pasien, adanyanya fasilitas untuk di
Icha Suryani (2017) meneliti hubungan durasi restrain dan seklusi, perlindungan kepada
pemberian restrain dengan resiko perilaku pasien, memonitor dan mengobservasi
marah berulang pada pasien skizofrenia. keselamatan pasien, staf harus dilatih
Penelitian ini adalah penelitian korelasional sebelum ditugaskan dalam ruangan restrain.
dengan menggunakan pendekatan cross
Sectional. Pengambilan sampel Restrain dilakukan oleh Petugas yang
menggunakan simple random sampling Terlatih.
dengan jumlah sampel sebanyak 32 klien. Kandar, Prabawati Setyo Pambudi (2014)
Hasil uji statistik menggunakan uji Fisher's Terdapat beberapa prosedur yang paling
Exact Test menunjukkan tingkat signifikasi sering untuk tidak dilakukan. Prosedur yang
0,002 <0,05 maka Ho di tolak yang artinya sering tidak dilakukan oleh perawat di
ada hubungan durasi pemberian restrain ruangan dalam pelaksanaan intervensi
dengan risiko perilaku marah berulang pada restrain adalah 80% pengikatan dilakukan
pasien skizofrenia di RSJ Dr. Radjiman tanpa instruksi dokter, 73,3% perawat
Wediodiningrat Lawang, Malang. melakukan restrain tanpa melakukan
pengkajian fisik terlebih dahulu, belum
Selama dilakukan Restrain Pasien efektifnya pendokumentasian tindakan
Dilakukan Monitoring dan Pemenuhan restrain di rekam medis pasien, dan perawat
Kebutuhan Dasar. belum menerapkan prosedur membantu /
Penelitian Eka Malfasari, Budi Anna Keliat, melatih anggota gerak untuk mencegah
Novy Helena (2015) dalam analisis legal luka dan kekakuan. Ketidakpatuhan
aspek dan kebijakan restrain, seklusi dan perawat dalam melakukan prosedur dalam
pasung pada pasien gangguan jiwa, standar prosedur operasional disebabkan
Penelitian ini menggunakan dokumen karena kurang kompeten.
sebagai data. Dokumen yang digunakan
adalah legal aspek, kebijakan dan peraturan
PEMBAHASAN
restrain, seklusi dan pasung yang ada di
Semua artikel yang didapat menunjukkan
seluruh dunia dan di Indonesia. Jenis
bahwa tindakan restrain berhubungan dan
dokumen yang di dapat adalah jenis
berpengaruh terhadap keselamatan pasien :
dokumen yang telah di publikasikan dan bisa
1. Restrain Efektif untuk Mengatasi
diakses oleh siapa saja, pengambilan jumlah
Pasien Perilaku Kekerasan di Rumah
sampel menggunakan tehnik purposive
Sakit Jiwa
sampling. Jumlah dokumen legal aspek dan
Penelitian Dwi Ariani Sulistyowati, E.
kebijakan restrain, seklusi dan pasung di luar
Prihantini (2013) tentang keefektifan
negeri adalah 8 dokumen sedangkan dari
penggunaan restrain terhadap penurunan
dalam negeri 7 dokumen. Hasil penelitian
perilaku kekerasan pada pasien skizofrenia,
menunjukkan perbandingan hasil analisis di
menunjukkan nilai rata-rata perilaku
Indonesia dan luar negeri, bahwa Indonesia
kekerasan sebelum intervensi restrain
belum memiliki beberapa komponen penting
sebesar 14,73 dan sesudah mendapat
dalam pelaksanaan restrain dan seklusi di
intervensi restrain sebesar 6,27 dengan nilai
rumah sakit jiwa. Komponen yang belum
t hitung 10,16 dan nilai P sebesar 0,000. t
tersurat dalam kebijakan dan legal aspek
hitung lebih besar dari t tabel yaitu 10,116 >
retrain dan seklusi yang ada di Indonesia
2,05, maka Ho ditolak artinya ada
adalah pelaksanaan restrain dan seklusi
perbedaan nilai sebelum dan sesudah
sebagai altenatif terakhir, pelaksanaan
perlakuan. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa restrain efektif terhadap pemasangan restrain, sebanyak 36,6% atau
penurunan perilaku kekerasan. sebanyak 4 pasien mengalami peningkatan
terjadinya kontraktur, 27,3% atau sebanyak
Hal ini sesuai dengan Gale springer (2015) 3 pasien mengalami iritasi kulit akibat
restrain adalah perangkat atau intervensi terbatasnya mobilitas fisik karena tindakan
untuk pasien yang melakukan kekerasan restrain
atau agresif, mengancam, menyerang staf,
atau menyakiti diri sendiri, yang perlu Hasil penelitian Sujarwo, Livana (2017),
dihentikan agar tidak menyebabkan luka tentang gambaran dampak tindakan restrain
lebih lanjut pada diri mereka sendiri atau pasien gangguan jiwa, menunjukkan bahwa
orang lain. Tujuan penggunaan restrain dari 30 pasien yang dilakukan restrain
tersebut adalah menjaga pasien dan staf sebagian besar mempunyai dampak
tetap aman dalam situasi darurat. Stuart and psikologis negatif sebanyak 18 responden
Laraia (2005) mengatakan, dengan (60,0%), dan menimbulkan dampak fisik
pemberian restrain yang sistematis klien negatif sebanyak 20 responden (66,7%),
akan melakukan kontrol terhadap emosi dampak fisik negatif yang terjadi adalah
yang mempengaruhi proses fikir serta pasien mengalami oedema dan lesi pada
ketegangan otot. Dengan demikian restrain ekstremitasnya incontinensia dan gangguan
efektif menurunkan perilaku kekerasan pada personal hygiene berupa penampilan pasien
pasien Skizofrenia (Videbecck, 2008). yang terlihat kurang rapi.
2. Restrain dapat Menimbulkan Efek Terjadinya cedera pada kulit saat dilakukan
Samping Cedera pada Pasien restrain dijelaskan oleh Braden dan
Hasil penelitian Kandar, Prabawati Setyo Bergstrom (1987) dalam Bryant (2007)
Pambudi (2014) tentang efektifitas tindakan menyatakan ada dua hal utama yang
restrain pada pasien perilaku kekerasan yang berhubungan dengan risiko terjadinya luka
menjalani perawatan di unit perawatan tekan yaitu faktor tekanan dan faktor
intensif psikiatri menunjukkan bahwa dari toleransi jaringan. Faktor tekanan
30 kali tindakan restrain, sebanyak 19 kali dipengaruhi oleh intensitas dan durasi
atau 63,3% tidak menimbulkan efek tekanan (tali restrain), sedangkan faktor
samping, dan 11 kali atau 36,7% tindakan toleransi jaringan dipengaruhi oleh shear,
restrain memberikan efek samping bagi gesekan (antara kulit dengan permukaan
pasien. Dari 11 kali prosedur restrain, tali), kelembaban, gangguan nutrisi, usia
sebesar 68,75% pasien mengalami cedera lanjut, tekanan darah rendah (hypotensi),
secara fisik dan 31,25% pasien mengalami status psikososial, merokok dan peningkatan
cedera secara psikologis. Cedera fisik suhu tubuh. Potter dan Perry (2005)
yang mereka alami berupa menyatakan faktor-faktor yang berkontribusi
ketidaknyamanan fisik, lecet pada area terhadap kejadian luka tekan (cedera lesi
pemasangan restrain, peningkatan karena restrain) terdiri dari faktor internal
inkontinensia, ketidakefektifan sirkulasi, yaitu nutrisi, infeksi dan usia dan faktor
peningkatan risiko kontraktur, dan eksternal yaitu shear, gesekan dan
terjadinya iritasi kulit. Dari 11 pasien, kelembaban. Timbulnya dampak karena
81,8% atau sebanyak 9 pasien mengalami tindakan restrain sesuai dengan Haimowits,
ketidak-nyamanan fisik akibat pemasangan Urff & Huckshorn, 2006, bahwa Restrain
restrain, 72,7% atau sebanyak 8 pasien pada pasien bisa menyebabkan trauma,
mengalami lecet akibat dari pemasangan termasuk trauma secara fisik dan psikologis.
restrain yang telalu kencang, 72,7% atau pengekangan fisik / manual digunakan di
sebanyak 8 pasien mengalami peningkatan beberapa unit rawat inap kesehatan mental
inkontinensia yang disebabkan oleh sebagai alat untuk mengelola perilaku
terbatasnya mobilitas fisik klien yang agresif, walaupun secara paradoks
berakibat pada ketidakmampuan klien penggunaannya membawa beberapa risiko
untuk memenuhi kebutuhan eliminasinya, bahaya fisik dan mental bagi petugas
54,5% atau sebanyak 6 pasien mengalami kesehatan dan pasien (Happell & Harrow,
ketidakefektifan sirkulasi yang ditandai 2010; Stubbs et al , 2009)
dengan terjadinya oedema pada area
3. Restrain yang Aman Menggunakan mengalami gesekan akan mengalami luka
Alat yang Bermanset abrasi atau laserasi superfisial (Potter $
Hasil penelitian Saseno, Pramono Giri Perry, 2005). Lotion dapat mencegah
Kriswoyo (2013) tentang pengaruh tindakan terjadinya luka karena gesekan kulit pasien
restrain fisik dengan manset terhadap dengan tali restrain.
penurunan perilaku kekerasan pada pasien
skizofrenia, menyimpulkan bahwa ada 5. Durasi Tindakan Restrain dibatasi
pengaruh tindakan restrain fisik dengan Penelitian Abdul muhits, Nurul Hidayah,
manset terhadap penurunan perilaku MH. Saputra, Icha Suryani (2017) tentang
kekerasan. Untuk menjamin patient safety hubungan durasi pemberian restrain dengan
dalam tindakan restrain perlu dipilih alat resiko perilaku marah berulang pada pasien
restrain yang aman dan tidak melukai, tali skizofrenia. Menyimpulkan bahwa ada
restrain dibuat dari kain yang diberi manset hubungan durasi pemberian restrain dengan
sehingga lembut tetapi tetap kuat, dan risiko perilaku marah berulang. Durasi
penampang manset yang lebar yang aman berdasarkan beberapa sumber
menghindarkan cedera lecet pada bagian literatur, baik menurut CMS Psychiatric
kulit ekstremitas yang dilakukan restrain. Residential Treatment Facilities. COA, dan
JCAHO, jangka waktu tindakan restrain
Penelitian yang berjudul Staff perceptions pada pasien dengan gangguan jiwa usia
and organizational factors as predictors of lebih dari 18 tahun adalah tidak lebih dari
seclusion and restraint on psychiatric wards 4 jam. Hal ini dilakukan untuk
menulis alasan yang membuat perawat di meminimalisir efek samping prosedur
ruangan jiwa merasa tidak nyaman restrain, akan tetapi pada dasarnya belum
melakukan restrain dan seklusi, alasan ada standar waktu lama pengikatan yang
ketidaknyamanan dalam melaksanakan baik. Setiap lembaga atau departemen
restrain dan seklusi adalah peralatan yang yang menangani penyusunan SOP
kurang memadai, peraturan yang tidak jelas memiliki kebijakan yang berbeda-beda
hingga staff ikut merasa emosi ketika ada dalam penetapan lama durasi pengikatan
pasien yang mengamuk dan di berikan ini. Meskipun demikian, literature lain
restrain dan seklusi (De Benedictis et al., menambahkan, seperti yang diungkapkan
2011). Pengurangan dampak negatif pada oleh Idaho Department of Correction
pasien dan perawat sebagai pelaksana (2010) dalam SOP tindakan restrain, awal
restrain dapat dilakukan dengan adanya durasi intervensi restrain maksimal adalah
aspek legal dalam bentuk peraturan dan 8 jam. Setelah masa waktu 8 jam berakhir,
kebijakan dalam pelaksanaan restrain yang dilakukan evaluasi kembali terkait
meliputi spesifikasi alat yang di gunakan perilaku agresif klien, apabila perilaku
serta tehnik cara melakukan restrain yang ditampilkan klien masih sama dan
belum menunjukkan perbaikan maka
4. Area yang dilakukan Restrain diolesi prosedur restrain dapat diterapkan
dengan Lotion. kembali apabila langkah-langkah alternatif
Penelitian Dwi Saputra dan Arum Pratiwi lain untuk pengendalian perilaku hasilnya
(2017) tentang Pengalaman pasien tidak efektif.
Gangguan Jiwa selama mengalami restrain
ekstremitas, hasil penelitian mengatakan 6. Selama dilakukan Restrain Pasien
secara teknis seharusnya perawat Dilakukan Monitoring dan
memberikan lotion untuk mengantisipasi Pemenuhan Kebutuhan Dasar
timbulnya gangguan fisik pada pasien serta Penelitian Malfasari, Keliat, Helena (2015)
menjaga kenyamanan pasien. Gangguan dalam analisis legal aspek dan kebijakan
fisik (luka karena restrain) di pengaruhi restrain, seklusi dan pasung pada pasien
adanya tekanan dan gesekan (Ririn SH, gangguan jiwa, Hasil penelitian
2010). Gesekan adalah kemampuan untuk menunjukkan perbandingan hasil analisis di
menyebabkan kerusakan kulit terutama Indonesia dan luar negeri, bahwa Indonesia
lapisan epidermis dan dermis bagian atas belum memiliki beberapa komponen penting
(Bryant, 2007). Hasil dari gesekan adalah dalam pelaksanaan restrain dan seklusi di
abrasi epidermis dan atau dermis. Kulit yang rumah sakit jiwa. Komponen yang belum
tersurat dalam kebijakan dan legal aspek setiap perawat Indonesia pada semua jenjang
retrain dan seklusi yang ada di Indonesia diantaranya adalah mewujudkan dan
adalah pelaksanaan restrain dan seklusi memelihara lingkungan keperawatan yang
sebagai altenatif terakhir, pelaksanaan aman melalui jaminan kualitas dan
restrain dan seklusi bukan merupakan manajemen risiko (patient safety),
sebuah hukuman, durasi restrain dan seklusi melakukan tindakan-tindakan untuk
yang sesingkat-singkatnya, memberikan mencegah cedera pada pasien (PPNI,
pakaian pada pasien, staff dan pasien 2005) Kompetensi perawat dapat
mempunyai jenis kelamin yang sama. ditingkatkan dengan pelatihan. Keselamatan
Persamaan yang di dapatkan dalam analisis pasien dapat di tingkatkan dengan adanya
dokumen di dapatkan bahwa Indonesia telah pelatihan pada staff. Staff yang berkompeten
memiliki 6 kategori yaitu memberikan yang juga termasuk perawat dapat
kebutuhan pasien (makan, minum dan mengurangi resiko adanya kecelakaan ketika
toilet), tidak membeda-bedakan pasien, terjadinya restrain dan seklusi (Bowers &
adanyanya fasilitas untuk di restrain dan Crowder, 2012).
seklusi, perlindungan kepada pasien,
memonitor dan mengobservasi keselamatan
pasien, staf harus dilatih sebelum ditugaskan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
dalam ruangan restrain.
Restrain adalah bagian dari implementasi
keselamatan pasien, tujuan dari restrain adalah
Untuk menghindari terjadinya efek samping
untuk memberikan keamanan fisik dan
selama pengekangan fisik / manual, perawat
psikologis bagi individu tersebut dan
atau dokter harus diberi tanggung jawab
meningkatkan keamanan dan kenyamanan
untuk merawat kesehatan fisik pasien selama
pasien. Restrain efektif untuk menurunkan
intervensi. Perawat juga harus memberikan
perilaku kekerasan pasien gangguan jiwa,
asuhan untuk memastikan keamanan,
tetapi dapat menimbulkan efek samping cedera
kenyamanan dan perlakuan manusiawi
fisik berupa oedema dan lesi pada ekstremitas
terhadap pasien yang dilakukan restrain. Jika
yang dilakukan restrain.
pasien berada dalam pengendalian mekanis,
staf yang bekerja dalam tim akan mencoba
Saran
melepaskan hambatan setiap jam selama
Untuk mencegah terjadinya insiden
minimal 10 menit untuk memungkinkan
keselamatan pasien ketika dilakukan restrain
rentang latihan gerak dan pemeriksaan
perlu di buat regulasi / SPO sesuai dengan
integritas kulit (NSW, 2012).
hasil evidence based, alat restrain dibuat dari
bahan yang aman dengan penampang yang
7. Restrain dilakukan oleh Petugas yang
cukup lebar, permukaan kulit pada area
Terlatih
restrain diberikan lotion, waktu restrain untuk
Kandar dan Pambudi (2014) Terdapat
pasien dewasa dibatasi maksimal 4 jam,
beberapa prosedur yang paling sering
perawat memenuhi kebutuhan pasien,
untuk tidak dilakukan. Prosedur yang sering
memberikan perlindungan, memonitor dan
tidak dilakukan oleh perawat di ruangan
mengobservasi keselamatan pasien selama
dalam pelaksanaan intervensi restrain
dilakukan restrain dan perawat diberikan
adalah 80% pengikatan dilakukan tanpa
pelatihan khusus agar kompeten dalam
instruksi dokter, 73,3% perawat melakukan
melakukan restrain.
restrain tanpa melakukan pengkajian
fisik terlebih dahulu, belum efektifnya
pendokumentasian tindakan restrain di DAFTAR PUSTAKA
rekam medis pasien, dan perawat belum Abdul muhits, Nurul Hidayah, MH. Saputra,
menerapkan prosedur membantu / Icha Suryani (2017) Hubungan Durasi
melatih anggota gerak untuk mencegah Pemberian Restrain Dengan Resiko
luka dan kekakuan. Ketidakpatuhan Perilaku Marah Berulang Pada Pasien
perawat dalam melakukan prosedur dalam Skizofrenia, Medica Majapahit, Vol.9
standar prosedur operasional disebabkan No.2 Sept 2017.
karena kurang kompeten. Cakupan Chan, F. Mak, N. ( 2008) Aggressive
kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh behaviour an acute psychiatric
wards: prevalence, severity and Sujarwo, Livana (2017), Dampak Tindakan
management. Journal of Advance Restrain Pasien Gangguan Jiwa, Jurnal
Nursing. 58, 140-149, 2008 Ilmiah STIKES Kendal volume 7 No.2
Cristy Rose. (2010). Choosing the right Oktober 2017.
restraint. American Nurse today vol 10 Sulistyowati, Dwi Ariani. E Prihantini. (2013),
no 1. Keefektifan Penggunaan Restrain
Dwi Setyowati (2013), Kepemimpinan Efektif Terhadap Penurunan Perilaku
Head Nurse Meningkatkan Penerapan Kekerasanpada Pasien Skizofrenia,
Budaya Keselamatan Pasien oleh Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan Volume
Perawat Pelaksana di RSUPN Dr. Cipto 3, No.2, November 2014.
Mangunkusumo Jakarta, Makara Seri Wes Ogilve, MPA, JD, NREMt-LP. (2013).
Kesehatan, 17(2): 55-60, 2013. Patient Rrstraint: With Safety For All.
Gale Springer. (2010). When and how to use Texas: EMS Magazine.
restraints. American Nurse today vol
10 no 1.
Kandar, Prabawati setyo Pambudi. (2014).
Efektifitas Tindakan Restrain Pada
Pasien Perilaku Kekerasan Yang
Menjalani Perawatan Di Unit
Perawatan Intensif Psikiatri RSJD Dr.
Amino Gondohutomo Semarang,
Prosiding Konferensi Nasional Ikatan
Perawat Kesehatan Jiwa Indonesia.
Malfasari, Eka. Keliat, Budi Anna. Daulima,
Novy Helena. (2014). Analisis Legal
Aspek Dan Kebijakan Restrain, Seklusi
Dan Pasung Pada Pasien Gangguan
Jiwa. Tesis. Depok: Universitas
Indonesia. tidak dipublikasikan
Ningsih NA,(2017) Analisis Kepemimpinan
Kepala Ruangan Dalam Penerapan
Budaya Keselamatan Pasien Di Rumah
Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino
Gondohutomo Semarang, Jurnal
Kesehatan Masyarakat (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Tahun 2017.
NSW (2012), Agression, Seklution &Restraint
: Preventing, Minimising and Managing
disturbed Behaviour In Mental Health .
Ririn SH (2010) Efektifitas Penggunaan
Virgin Coconut Oil (VCO) Dengan
Massage untuk Pencegahan Luka Tekan
Grade I Pada Pasien Yang Berisiko
Mengalami Luka Tekan Di RSUD dr.
Hj. Abdoel Moeloek Provinsi Lampungj.
Saseno, Pramono Giri Kriswoyo. (2013).
Pengaruh Tindakan Restrain Fisik
Dengan Manset Terhadap Penurunan
Perilaku Kekerasan Pada Pasien
Skizofrenia, Jurnal Keperawatan Mersi
Vol.4 No.2, Oktober 2013