Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gawat Darurat merupakan keadaan klinis yang membutuhkan
tindakan medis segera untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan
(Permenkes RI No. 47, 2018).Tingkat kegawatdaruratan dapat dilihat
berdasarkan prioritas ABC yaitu Airway, Breathing, dan Circulation
(Demir et al., 2023a). Salah satu unit pelayanan di Rumah Sakit yang
menyediakan pelayanan Gawat darurat, penangganan awal yang dapat
mengancam hidupnya adalah Instalasi gawat darurat merupakan salah satu
unit pelayanan di rumah sakit yang menyediakan penanganan awal (bagi
pasien yang datang langsung ke rumah sakit) atau lanjutan (bagi pasien
rujukan dari fasilitas pelayanan kesehatan lain), menderita sakit ataupun
cedera yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya yaitu Instalasi gawat
darurat (IGD) (Souza et al., 2021).
Di indonesia data menunjukkan jumlah pasien yang berkunjung ke
Instalasi Gawat Darurat mencapai 4.402.205 pasien pada tahun
2017 (Kundiman, Kumaat, & Kiling, 2019). Di Sulawesi tengah data
menunjukan jumlah pasien yang berkunjung ke Instalasi gawat darurat
mencapai 106.160 pasien pada tahun 2020 (Penyusun, n.d.). Di kabupaten
Poso data menunjukan jumlah pasien yang berkunjung ke instalasi gawat
darurat mencapai 8.450 pasien pada tahun 2021, dan pada tahun 2022
mencapai 10.165 pasien. (Rekam Medik RSUD Poso, 2023). Sehingga dapat
disimpulkan terjadi peningkatan hingga 1.715 pasien dari tahun 2021 ke
tahun 2022
Banyaknya pasien yang datang di IGD dan berdasarkan managemen
membuat perawat melakukan yang namanya triase, triase merupakan suatu
sistem yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk memilih atau
mengkategorikan pasien berdasarkan tingkat kegawatdaruratan berdasarkan
prioritas yaitu Airways, Breathing, dan Circulation (Permenkes RI No. 47,
2018).
Diberlakukanya Managemen triase sehingga memprioritaskan pasien
berdasarkan kegawatdaruratan bukan berdasarkan nomor antrian sehingga
menyebabkan dampak adanya waktu tunggu pada keluarga dan
menyebabkan kecemasan. Sebuah studi (Waiting Management At The
Emergency Department – Agounded Theory Study) di rumah sakit Swedia
tahun 2013, menunjukkan 38% dari pasien di Instalasi Gawat Darurat
menghabiskan waktu menunggu lebih dari 4 jam untuk mendapatkan
pemeriksaa (Manado, 2017). Akibat waktu tunggu masih terlihat beberapa
yang pasiennya menunggu lama untuk mendapatkan pelayanan, tidak sedikit
masih dijumpai adanya komplain/keluhan dari beberapa keluarga pasien
karena masalah waktu menunggu yang tidak mendapat pelayanan medis
secepatnya, sehingga kondisi keluarga pasien pun terlihat bosan, gelisah
bahkan cemas akan anggota keluarga yang belum mendapat pelayanan
medis(Laeliyah & Subekti, n.d.)
Kecemasan merupakan suatu perasaan takut akan terjadinya sesuatu
yang ditimbulkan oleh antisipasi bahaya dan merupakan sinyal yang
membantu individu untuk bersiap mengambil tindakan menghadapi
ancaman. Pengaruh tuntutan, persaingan, serta bencana yang terjadi pada
kehidupan bisa membawa dampak terhadap kesehatan fisik dan psikologi
(Pusvitasari & Jayanti, 2021). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
Robi Rizqi Abdi (2019) terkait pengetahuan keluarga tentang prioritas
penangganan dengan tingkat kecemasan keluarga pasien di didapati bahwa
dari 45 responden yang paling banyak adalah responden dengan
kecemasan rsedang yaitu 19 keluarga pasien, kecemasan berat yaitu 16
kelaurga pasien dan yang memiliki kecemasan ringan yaitu 10 keluarga
pasien. Penelitian lainya yang dilakukan oleh Hasil penelitian yang telah
dilakukan di IGD RSUD Lahat menunjukkan bahwa dari 56 responden,
terdapat 23 responden (41,1%) mengalami kecemasan ringan, 27 responden
(48,2%) mengalami kecemasan sedang dan 6 responden (10,7%) mengalami
kecemasan berat. Data tersebut menjelaskan bahwa hampir setengah (48,2%)
responden mengalami kecemasan sedang. Hasil penelitian ( Purwanti, 2019)
Salah satu hal yang dapat meningkatkan atau menguragi kecemasan
yang dialami oleh keluarga bisa disebabkan oleh pengetahuan, Kurangnya
Pengetahuan keluarga tentang Triage prioritas dapat berpengaruh terhadap
kecemasan dan kepanikan pada keluarga pasien (Mustafa et al., 2022).
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu sehingga terjadi penginderaan
terhadap sesuatu objek. Penginderaan terjadi melalui panca indra yaitu
(penglihatan ,pendengaran, penciuman, peraba serta perasa) (Herman, 2018).
Sehingga diharapkan ketika keluarga memiliki pengetahuan triase yang baik
maka dapat menguragi kecemasan yang dialami oleh keluarga.
Berdasarkan studi literatur terkait dengan penelitian terkait
pengetahuan keluarga tentang triase terhadap tingkat kecemasan keluarga
pasien, peneliti baru menemukan beberapa penelitian terkait pengetahuan
keluarga tentang prioritas triase dengan tingkat kecemasan keluarga pasien
pada penelitian Robi Rizqi Abdi (2019) tapi di lakukan hanya pada 45
responden saja, dan peneliti belum sama sekali melihat di Provinsi Sulawesi
Tengah khusunya di Kabupaten Poso belum menemukan penelitian yang
menjelaskan melihat hubungan antara pengetahuan keluarga tentang triase
terhadap tingkat kecemasan keluarga pasien yang ada di IGD RSUD Poso.
padahal informasi dari perawat masih banyak keluarga yang anggota
keluarganya di rawat di IGD masih mengeluhkan penangganan yang lambat
pada pasien. Jika hal ini bisa terselesaikan dengan keluarga memiliki
pengetahuan tentang triase yang baik kompleman atau kecemasan dari
keluarga bisa di minimalisir.
Peneliti juga melakukan studi pendahuluan dengan mengambil
beberapa sampel di RSUD pada tanggal 03 April 2023 diruang IGD RSUD
Poso, peneliti memperoleh data dari Rekam Medik bahwa jumlah kunjungan
pasien instalasi gawat Pada Tahun 2023 diperoleh data kunjungan pasien
IGD pada 3 bulan terakhir( Januari, Februari, Maret ) sebanyak 2.583 pasien
( Rekam Medik RSUD Poso, 2023 . Dan Peneliti melakukan wawancara
pada 3 orang keluarga pasien, mereka mengatakan bahwa mereka tidak
mengetahuai tentang prioritas penangganan pasien di IGD yang mereka tahu
keluarga mereka datang dan harus segera di tanggani dan juga mereka
mengatakan tidak mendapatkan informasi apapun tentang prioritas
penangganan di IGD dan mereka juga mengatakan cemas menunggu hasil
apalagi kalau anggota keluarganya tidak cepat ditanggani oleh perawat
maupun. Berdasrkan latar belakang diatas peneliti tertarik ingin meneliti
apakah ada benar hubungan pengetahuan keluarga tentang triase terhadap
tingkat kecemasan keluarga pasien yang sedang di rawat di ruang IGD
RSUD Poso.

B. Rumusan Masalah
IGD merupakan salah satu pelayanan keperawat yang hacting dengan
jumlah pasien yang banyak/ padat , hal ini menimbulkan pelayanan
keperawatan yang diberikan perawat itu harus di lakukan sesuai dengan
prioritas kegawatdaruratan pasien. Di mana pelayanan di IGD menggunakan
sistem triase terkadang keluarga melakukan komplen terhadap perawat
karena tidak mendapatkan penangana yang cepat sehingga keluarga
mengalami kecemasan, salah satu fakor yang menyebabkan kecemasan yaitu
karena kurangnya pengetahuan kelaurga tentang triase yang diterapkan oleh
manjemen rumah sakit, IGD maupun Perawat. Dan berdasarkan studi
literatur banyak yang melakukan penelitian serupa namun belum ada yang
meneliti tentang hubungan pengetahuan keluarga pasien tentang triase
terhadap tingkat kecemasan keluarga pasien di IGD RSUD Poso, khusunya
di Kabupaten Poso banyak yang komplenan yang di lakukan oleh keluarga
karena lambatnya penangan pasien di IGD padahal peneliti melakukan
wawancara pada beberapa perawat,perawat mengatakan bahwa mereka
sudah menjalankan sesuai dengan triase namun keluarga tidak memahmi,
sehingga peneliti tertarik untuk melakuan peneleitian ini.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan keluarga tentang triase
terhadap tingkat kecemasan keluarga pasien instalasi gawat darurat
RSUD Poso.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi frekuesi karakterikstik keluarga (Usia,
Jenis kelamin, pendapatan, pendidikan, pekerjaan,pengalaman
mengantar anggota keluarga di IGD)
b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan keluarga pasien
tentang Triase
c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tingkat kecemasan keluarga
pasien di IGD

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bemanfaat bagi ilmu Pendidikan
khususnya bagi ilmu keperawatan serta dapat menjadi bahan pelajaran
dan juga bahan referensi terlebih penelitian ini berguna agar teman-
teman memahami tentang triase serta dapat menerapkan triase itu di
Rumah Sakit saat teman-teman melakukan praktek keperawatan.
2. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini jika terbukti diharapkan menjadi masukan perbaikan
manajemen Rumah sakit terkait dengan informasi manajemen triase di
ruangan IGD. Sehinggga diharapkan dapat meminimalisir komplenan
dari keluarga pasien mengenai keluhkan penangganan yang lambat pada
pasien dan dapat menurunkan tingkat kecemsan keluarga pasien di IGD
yang sedang menunggu.
3. Bagi meneliti selanjutnya
Dengan adanya penelitian ini dapat membantu menyediakan informasi
atau referensi bagi peneliti selanjutnya sebagai saran jika ada peneliti
selanjutnya sangat diharapkan untuk mengembangkan variabel yang ada
contoh seperti “sosial ekonomi, atau sikap dan perilaku keluarga dalam
mendampigi anggota keluarga yang sakit .”
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Umum Triase


1. Definisi Triase
Triase merupakan suatu sistem yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan untuk memilih atau mengkategorikan pasien berdasarkan
tingkat kegawatdaruratan berdasarkan prioritas ABC yaitu Airways,
Breathing, dan Circulation(Permenkes RI No. 47, 2018).
Triase dapat dikatakan sebagai suatu tindakan untuk menyeleksi
pasien berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia baik
dilapangan maupun di rumah sakit,yang dimna prioritas penanaganan
triase berdasarkan kebutuhan ABC yaitu Airways, Breathing, dan
Circulation (Purwacaraka et al., 2022)
Triase juga diartikan sebagai suatu tindakan mengolongkan pasien
berdasarkan tingkat keparahan,dimana ttujuan dari tindakan triase yaitu
untuk mengklasifikasikan kondisi pasien dalam empat (4) kategori yaitu,
kondisi pasien gawat dan darurat (merah), kondisi gawat dan tidak
darurat (kuning), kondisi tidak gawat dan tidak darurat (hijau), serta
kondisi meninggal ( hitam). (Demir et al., 2023b)
2. Prinsip Triase
Triase merupakan suatu proses pengkajian yang dilakukan tenaga
medis secara cepat, tepat dan berfokus pada suatu tindakan yang
memungkinkan untuk memenfaatkan sumber daya manusia ,fasilitas
ataupun peralatan yang efisien dengan tujuan agar memudahkan dalam
menggolongkan pasien yang memerlukan pertolongan berdasarkan
prioritas penanggana(Oktober et al., 2019). Dengan sumber daya yang
terbatas, maka kemungkinan semua pasien tidak dapat di tangani secara
cepat dan tuntas. Dalam hal inilah tenaga medis harus berpikir secara
luas, bukan hanya merujuk pada keadaan seseorang atau individu saja.
Pada mass casualties inilah konsep prioritas penangana ada perubahan,
dimana tenaga medis dituntut untuk tidak memulai tindakan berdasarkan
kondisi korban cidera terparah , namun yang harus di utamakan yaitu
kondisi korban dengan survival rate yang tinggi dan menghabiskan
sedikit sumber daya,sehingga dapat disimpulkan bahwa prinsip dari
triase untuk menyelamatkan pasien sebanyak mungkin dengan sumber
daya yang terbatas(Mailita & Rasyid, 2022)
Dalam prinsip triase diberlakukan system prioritas, prioritas
adalah penentuan/penyeleksian mana yang harus didahulukan
mengenai penanganan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang
timbul dengan seleksi pasien (Baeha, 2019) berdasarkan :
a. Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit.
b. Dapat mati dalam hitungan jam.
c. Trauma ringan.
d. Sudah meninggal. Pada umumnya penilaian korban dalam triage
dapat dilakukan dengan:
1) Menilai tanda vital dan kondisi umum korban
2) Menilai kebutuhan medis
3) Menilai kemungkinan bertahan hidup
4) Menilai bantuan yang memungkinkan
5) Memprioritaskan penanganan definitive
6) Tag Warna
Prinsip dalam pelaksanaan triase (Habib et al., 2016)
a. Triage harus cepat dantepat Kemampuan untuk merespon secara
cepat, terhadap keadaan yang menganca nyawa merupakan suatu
yang sangan penting pada bagian kegawatdaruratan
b. Pemeriksaan harus adekuat dan akurat. Akurasi keyakinan dan
ketangkasan merupakan suatu element penting pada proses
pengkajian
c. Keputusan yang diambil berdasarkan pemeriksaan. Keamanan dan
keefektifan perawatan pasien hanya dapat direncanakan jika ada
informasi yang adekuat dan data
3. Tujuan Triase
Tujuan pelaksanan triase Menurut (Purwacaraka et al., 2022)
Diantaranya yaitu:
a. Untuk mengindetifikasi kondisi atau keadaan pasien yang
mengancam nyawa
b. Untuk memprioritaskan pasien menurut kegawatdaruratanya
c. Untuk mendapatkan data yang lengkap tentang kedaaan pasien
d. Memprioritaskan pasien yang mengacam nyawa sehingga dapat
meguragi kejadian Morbiditas, Mortalitas dan Kecacatan.
4. Klasifikasi Prioritas Triase
Klasifikasikan Triase sebagai berikut (Pusponegoro, 2016)
a. Emergency
Pasien dalam kategory emergency merupakan pasien yang harus
mendapatkan penanganan prioritas pertama. Pasien dalam kondisi
emergency harus segera di laukan tindakan yang cepat serta tepat.
Kondisi pasien yang emergency seperti gangguan breathing, syok
hemoragik,syok neurogenik dan infrak miokard
b. Urgent
Pasien dalam kategory urgency merupakan pasien dapat
menunggu beberapa jam untuk mendapat tindakan atau
pengobatan yang tidak akan berpengaru ataupun mengancam
nyawa namun dapat kondisi pasien dapat memburuk bila tidak
ditangani dalam beberapa jam. Kondisi pasien yang urgent seperti
cidera spinal apendisitis
c. Non urgency
Pasien dalam kategori non urgent merupakan pasien dalam
kondisi ringan dan dapat berjalan ,kondisi pasien yang urgent
dapat melaukan perawatan lanjut di rumah .kondisi pasien non
urgent seperti demam, fraktur tulang pendek atau sendi
d. Nonsalvegeable
Pasien dalam kategori sudah tidak bernafas meskipun telah
dilakukan tidakan membebaskan jalan nafas . kondisi pasien
Nonsalvegeable seperti cidera berat perdarahan masif, luka bakar
lebih dari 90% yang tidak dapat bertahan meskipun pasien yang
telah dilakukan resusitasi dan tindakan maksimal

Tabel 2.1 Klasifikasi Berdasarkan Prioritas Kegawatdaruratan


Sumber : Klasifikasi Keterangan
Klasifikasi Gawat darurat (P1) Keadaan yang mengancam nyawa/adanya
tingkat gangguan ABC dan perlu tindakan segera,

kegawatan misalnya cardiac arrest, penurunan


kesadaran, trauma mayor dengan
triage
perdarahan hebat
(Verawati,
Gawat tidak darurat Keadaan mengancam nyawa tetapi tidak
2019) (P2) memerlukan tindakan darurat. Setelah
dilakukan diresusitasi maka ditindak lanjuti
oleh dokter spesialis. Misalnya: pasien
kanker tahap lanjut, fraktur, sickle cell dan
lainnya
Darurat tidak gawat Keadaan yang tidak mengancam nyawa
(P3) tetapi memerlukan tindakan darurat. Pasien
sadar, tidak ada gangguan ABC dan dapat
langsung diberikan terapi definitive. Untuk
tindak lanjut dapat ke poliklinik, misalnya
laserasi, fraktur minor/tertutup, sistitis, otitis
media dan lainnya
Tidak gawat tidak Keadaan tidak mengancam nyawa dan tidak
darurat (P4) memerlukan tindakan gawat. Gejala dan
tanda klinis ringan/asimptomatis. Misalnya
penyakit kulit, batuk, flu, dan sebagainya.

Tabel 2.2 Klasifikasi berdasarkan Tingkat Prioritas Warna/


Labeling
Klasifikasi Keterangan

Prioritas I (merah) Mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu


resusitasi dan tindakan bedah segera,
mempunyai kesempatan hidup yang
besar. Penanganan dan pemindahan
bersifat segera yaitu gangguan pada jalan
nafas, pernafasan dan sirkulasi.
Contohnya sumbatan jalan nafas, tension
pneumothorak, syok hemoragik, luka
terpotong pada tangan dan kaki,
combutio (luka bakar) tingkat II dan III >
25%
Prioritas II (kuning) Potensial mengancam nyawa atau fungsi
vital bila tidak segera ditangani dalam
jangka waktu singkat. Penanganan dan
pemindahan bersifat jangan terlambat.
Contoh: patah tulang besar, combutio
(luka bakar) tingkat II dan III
Perlu penanganan seperti pelayanan
Prioritas III (hijau)
biasa, tidak perlu segera. Penanganan dan
pemindahan bersifat terakhir. Contoh
luka superficial, luka-luka ringan
Prioritas 0 (hitam) Kemungkinan untuk hidup sangat kecil,
luka sangat parah. Hanya perlu terapi
suportif. Contoh henti jantung kritis,
trauma kepala kritis

Sumber : Klasifikasi tingkat kegawatan triage (Verawati,


2019)

Tabel 2.3 Klasifikasi berdasarkan Tingkat Keakutan


Klasifikasi Keterangan
Kelas I Pemeriksaan fisik rutin (misalnya memar
minor); dapat menunggu lama tanpa
bahaya
Kelas II Nonurgen/tidak mendesak (misalnya ruam,
gejala flu); dapat menunggu lama tanpa
bahaya
Kelas III Semi-urge/semi mendesak (misalnya otitis
media); dapat menunggu sampai 2 jam
sebelum pengobatan
Kelas IV Urgen/mendesak (misalnya fraktur
panggul, laserasi berat, asma); dapat
menunggu selama 1 jam
Kleas V Gawat darurat (misalnya henti jantung,
syok); tidak boleh ada keterlambatan
pengobatan; situasi yang mengancam
hidup

Sumber : Klasifikasi triage berdasarkan tingkat keakutan


(Verawati, 2019)
5. Kecepatan pelayanan di Triase
Triage adalah sebuah metode pengelompokan pasien
berdasarkan berat ringannya kasus, harapan hidup dan tingkat
keberhasilan yang akan dicapai sesuai dengan standar pelayanan
IGD yang dimiliki. Triage dilakukan dalam waktu maksimal 60
detik (1 menit) setelah pasien masuk IGD. Pengelompokan pasien
dengan sistem triage diberlakukan untuk memprioritaskan pasien
yang datang sesuai dengan kondisi dan kecepatan waktu yang
dibutuhkan(ANNET & Naranjo, 2014).
a. Merah
Merupakan tanda pasien yang membutuhkan
pertolongan darurat dan cepat, misalnya kejang,
perdarahan otak , henti jantung, cidera kepala berat,
dada, perut. Maksimal waktu tunggu adalah 10
menit.
b. Kuning
Merupakan tanda bagi pasien yang pelayanannya
dapat ditunda bebepa jam dan tidak akan
mengancam nyawa. Misalnya infeksi luka ringan,
usus buntu, patah tulang. Maksimal waktu tunggu
adalah 30 menit.
c. Hijau
Merupakan tanda bagi pasien yang tidak dalam
kondisi gawat darurat dan dapat ditunda serta pasien
dapat melakukan tindakan perawatan lanjutan di
rumah. misalnya benturan memar di permukaan
kulit, luka lecet, tertusuk duri, demam ringan.
Maksimal waktu tunggu adalah 60 menit.
d. Hitam
Merupakan tanda bagi pasien yang sudah tidak
dapat ditolong dan usia
harapan hidup sangat tipis, misalnya pasien dengan
kondisi kerusakan berat dari seluruh organ penting
tubuh
6. Faktor -faktor yang dapat mempengaruhi Sistem Triase
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
proses triase (Lakibu et al., 2019)
a. Kurangnya jumlah tenanga yang profesional serta
pola ketenanggan
b. Jumlah kunjungan pasien yang padat
c. Bangunan atau luas ruang IGD yang sempit

7. Sistem Triase
Sistem triase digunakan untuk pasien yang benar-
benar membutuhkan pertolongan pertama, yakni pasien
yang apabila tidak mendapatkan triase segera, dapat
menimbulkan trauma. Berikut empat sistem triase yang
sering digunakan (Mailita & Rasyid, 2022)
a. Spot Check
Spot Check adalah sistem yang digunakan untuk
mengklasifikasikan dan mengkaji pasien dalam
waktu dua sampai tiga menit. Hampir 25% UGD
menggunakan sistem ini untuk mengidentifikasi
pasien dengan segera
b. Triase Komprehensif
Sistem triase komprehensif adalah standar dasar
yang telah didukung oleh Emeergency Nurse
Association (ENA). Sistem ini 9 menekankan
penanganan dengan konsep ABC ketika menghadapi
pasien gawat darurat. Penanganan pertama triage
bertujuan untuk mencegah berhentinya detak
jantung dan saluran pernapasan. Keadaan darurat
tersebut dapat ditangani dengan memberikan
resusitasi jantung paru.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, triage
komprehensif menekankan pada konsep ABC, A
(airway control: jalan napas), B (breating support:
pernapasan), dan C (circulation support: sirkulasi).
c. Triase Two-Tier
Triase two-tier merupakan tindakan pertolongan
pasien yang melibatkan duaorang petugas, untuk
dilakukan pengkajian lebih rinci. Selain triase
two-tier, ada juga triase bedside. Pasien yang
datang langsung ditangani oleh perawat tanpa
menunggu petugas perawat lainnya
d. Triase Exponded
Perawat melakukan pertolongan pertama dengan
bidai, kompres, atau rawat luka. Penanganan ini
disertai dengan pemeriksaan diagnostik dan
pemberian obat. Jika penyakit atau luka parah,
penanganan bisa dilakukan dengan tes
laboratorium

B. Konsep Umum kecemasan


1. Definisi kecemasan
Kecemasan merupakan suatu perasaan takut
akan terjadinya sesuatu yang ditimbulkan oleh antisipasi
bahaya dan merupakan sinyal yang membantu individu
untuk bersiap mengambil tindakan menghadapi
ancaman. Pengaruh tuntutan, persaingan, serta bencana
yang terjadi pada kehidupan bisa membawa dampak
terhadap kesehatan fisik dan psikologi. Salah satu
dampak psikologis yaitu ansietas) (Pusvitasari &
Jayanti, 2021)
Kecemasan adalah emosi yang ditandai oleh
perasaan tegang, pikiran cemas, dan perubahan fisik
seperti peningkatan tekanan darah. Orang dengan
gangguan kecemasan biasanya memiliki pikiran atau
masalah yang mengganggu berulang. Mereka mungkin
menghindari situasi tertentu karena khawatir. Mereka
mungkin juga memiliki gejala fisik seperti berkeringat,
gemetar, pusing atau detak jantung yang cepat (Mellani
& Kristina, 2021)
2. Tanda Gejala kecemasan
Tanda gejala dari kecemasan dibagi dalam beberapa
aspek (Budiaji, 2016b) diantaranya yaitu:
a. Aspek Psikologis terdiri dari beberapa indikator :

1) Rasa keprihatinan atau kecemasan pada pada


hal- hal yang belum terjadi
2) Merasa ketakutan, keraguan serta kondisi
mengantisipasi hal-hal buruk
3) Memiliki perasaan panik
4) Memiliki reaksi yang berlebihan akan stresor
yang tidak terlalu berat.
5) Mudah marah
6) Mudah lelah
7) Gangguan pola tidur
8) Tidak fokus dalam bekerja sehingga cenderung
mudah mengalami kecelakaan
9) Kurang fokus sehingga sulit dalam mengambil
keputusan
b. Aspek Somatik terdiri dari beberapa inditakor:
1) Keluhan sakit kepala
2) Perasaan berkunang-kunang ( Pusing )
3) Keluhan jantung berdebar-debar serta nyeri
dadah
4) Diare
5) Sering buang air kecil
6) Terjadi pembengkakan di area tenggorokan
7) Terjadi kegelisahan sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan darah
8) Pernapasan pendek
9) Paresthesias atau reaksi kulit seperti gatal-gatal
atau rasa terbakar
c. Aspek fisik terdiri dari beberapa indikator:
1) Keringat yang berlebihan
2) Kulit terasa dingin
3) Nadi cepat
4) Refleks yang berlebihan
5) Ekspresi pucat
6) Mudah terkejut
3. Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan
faktor yang mempengaruhi kecemasan
(Hayaturrahmi & Halimuddin;, 2018)
a. Faktor predisposi
Faktor predisposisi adalah semua ketegangan dalam
kehidupan yang dapat menyebabkan timbulnya
kecemasan, yang berupa;
1) Peristiwa traumatik yang dapat memicu terjadinya
kecemasan berkaitan dengan krisis yang dialami
individu
2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak
terselesaikan dengan baik.
3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan
ketidakmampuan individu berpikir secara realitas
sehingga akan menimbulkan kecemasan.
4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidak
berdayaan untuk mengambil keputusan
5) Gangguan fisik menimbulkan kecemasan karena
merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang
mempengaruhi konsep diri.
b. Factor Presipitasi
Faktor presipitasi adalah ketegangan dalam
kehidupan yang dapat mencetuskan timbulnya
kecemasan, yang dikelompokkan menjadi dua yaitu
faktor internal dan Faktor eksternal
1) Faktor internal
a) Ancaman integritas fisik meliputi
ketidakmampuan fisiologis atau gangguan
terhadap kebutuhan dasar.
b) Ancaman sistem diri diantaranya ancaman
terhadap identitas diri, harga diri, dan
hubungan interpersonal, kehilangan serta
perubahan status atau peran
2) Faktor eksternal
a) Potensi stressor
Stressor psikososial merupakan setiap
keadaan atau peristiwa yang
menyebabkan perubahan dalam kehidupan
seseorang sehingga orang itu terpaksa
mengadakan adaptasi.
b) Maturitas
Individu yang memiliki kematangan
kepribadian lebih sukar mengalami
gangguan akibat kecemasan, karena
individu yang maturitas mempunyai daya
adaptasi yang lebih besar terhadap
kecemasa
c) Pendidikan dan status ekonomi
Tingkat pendidikan dan status ekonomi
yang rendah akan menyebabkan orang
tersebut mudah mengalami kecemasan.
Tingkat pendidikan seseorang atau
individu akan berpengaruh terhadap
kemampuan berfikir, semakin tinggi
tingkat pendidikan akan semakin mudah
berfikir rasional dan menangkap
informasi baru termasuk dalam
menguraikan masalah yang baru.
d) Keadaan Fisik
Seseorang yang akan mengalami
gangguan fisik seperti cidera, operasi
akan mudah mengalami kelelahan fisik
sehingga lebih mudah mengalami
kecemasan, di samping itu orang yang
mengalami kelelahan fisik mudah
mengalami kecemasan.
e) Tipe Kepribadian
Orang yang berkepribadian A lebih
mudah mengalami gangguan akibat
kecemasan daripada orang dengan
kepribadian B. Adapun ciri- ciri orang
dengan kepribadian A adalah tidak sabar,
kompetitif, ambisius, ingin serba
sempurna, merasa diburu waktu, mudah
gelisah, tidak dapat tenang, mudah
tersinggung, otot- otot mudah tegang.
Sedang orang dengan tipe kepribadian
B mempunyai ciri- ciri berlawanan
dengan tipe kepribadian A. Karena tipe
keribadian B adalah orang yang
penyabar, teliti, dan rutinitas.
f) Lingkungan dan Situasi
Seseorang yang berada di lingkungan
asing ternyata lebih mudah mengalami
kecemasan dibanding bila dia berada di
lingkungan yang biasa dia tempati.
g) Umur
Seseorang yang mempunyai umur lebih
muda ternyata lebih mudah mengalami
gangguan akibat kecemasan daripada
seseorang yang lebih tua, tetapi ada juga
yang berpendapat sebaliknya.
h) Jenis kelamin
Gangguan panik merupakan suatu
gangguan cemas yang ditandai oleh
kecemasan yang spontan dan episodik.
Gangguan ini lebih sering dialami oleh
wanita dari pada pria
4. Tingkat Kecemasan
Kecemasan di bagi menjadi beberapa tingkatan
(Rahman, 2020) diantara yaitu:
a. Cemas Ringan
Cemas ringan dapat ditandai dengan gejala
1) Fisiologi :tanda- tanda vital yang
normal ,ketengangan otot normal
2) Kongnitif :persepsi yang luas terehadap
lingkungan dan stimulus internal, pikiran
mungkin terganggu namun dapat terkontrol
3) Emosi dan Perilaku : perasaan dapat terkontrol
dan dapat rileks,penampilan tenang
b. Cemas Sedang
Cemas sedang dapat ditandai dengan gejala
1) Fisiologi : terjadi sedikit peningkatan tanda-
tanda vital, munculnya rasa tegang, ada rasa
kurangnyaman
2) Kongnitif : Munculnya rasa waspada, persepsi
menjadi menyempit optimal dalam
menyelesaikan masalah ,serta penuh perhatian.
(3) Emosi dan Perilaku :menjadi siap siaga serta
merasa tertantang ekspresi wajah maupun suara
terlihat memperhatikan dan tertarik.
c. Cemas Berat
Cemas Berat dapat ditandai dengan gejala
1) Fisiologi: terjadinya sistem saraf autonom yang
bekerja secara berlebihan terjadinya
peningkatan tanda-tanda vital, terjadi
diaoreantasi, frekuensi buang air kecil,
diare ,napsu makan berkurang serta mulut kering
2) Kongnitif : presepsi sangat sempit, tidak fokus
sehingga sulit untuk menyelesaikan
masalah,pikiran hanya berfokus pada sumber
stresor
3) Emosi dan perilaku : adanya perasaan cemas,
rasa terkejut terhadap rangsangan yang baru,
muncul rasa tertekan, merasa geliah serta
menjadi pemarah, terjadi penolakan, menutup
mata terhadap lingkugan sekitar.
d. Panik
Pesaan panik dapat ditandai dengan :
1) Fisiologi :peningkatan gejala kecemasan, ekpresi
wajah tampak pucat ,penurun tekanan darah
2) Kognitif presepsi : presepsi tertutup, tidak dapat
mengatasi rangsangan, tidak dapat berfikir logis
serta tidak dapat menyelesaikan masalah,
memiliki presepsi yang salah tentang
dirinya,orang sekitar dan lingkungan
3) Emosi dan perilaku : adanya perasaan tidak
berdaya, kehilangan kontrol diri,takut marah
bahkan agresif, menangis dan menyendiri.
5. Respon Tubuh Terhadap Kecemasan
a. Respon Fisiologis
Tubuh Secara fisiologis tubuh akan melakukan
adaptasi dengan kondisi anxietas yang dihadapi
dengan peningkatan frekuensi nadi, peningkatan
tekanan darah, peningkatan frekuensi pernafasan
diaphoresis, suara bergetar, atau peningkatan
intonasi suara. Perasaan mual dan ingin muntah,
gemetar, palpitasi. sering berkemih, diare, insomnia,
kemerahan pada wajah mulut kering, kelelahan dan
kelemahan (Budiaji, 2016a)
b. Respon Psikologis
Tubuh Kecemasan dapat mempengaruhi aspek
interpersonal maupun personal. Kecemasan tinggi
akan mempengaruhi koordinasi dan gerak refleks.
Kesulitan mendengarkan akan mengganggu
hubungan dengan orang lain. Kecemasan dapat
membuat individu menarik diri dan menurunkan
keterlibatan dengan orang lain (Budiaji, 2016a)
c. Respon Kognitif
Tubuh Kecemasan dapat mempengaruhi
kemampuan berpikir baik proses pikir maupun isi
pikir, diantaranya adalah tidak mampu
memperhatikan, konsentrasi lupa, menurunnya
lapang persepsi, dan bingung (Budiaji, 2016a)
d. Respon Afektif
Secara afektif klien akan mengekspresikan dalam
bentuk curiga berlebihan sebagai reaksi emosi
kecemasan (Budiaji, 2016a)

C. Konsep Umum Pengetahuan


1. Definisi pengetahuan
Menurut kamus besar Bahasa indonesia pengetahuan berasal
dari kata “tahu” yang memiliki arti mengerti,memahami.
Pengertian merupakan hasil dari tahu sehingga terjadi
penginderaan terhadap sesuatu objek. Penginderaan terjadi melalui
panca indra yaitu (penglihatan ,pendengaran, penciuman, peraba
serta perasa).
Pengetahuan seseorang lebih banyak diperoleh dari indra
pendegaran dan penglihatan.(Herman, 2018)
2. Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan seseorang terdiri dari enam (6)(Jusuf &
Raharja, 2019) tingkat yaitu :
a. Tahu
Yaitu mengingat seuatu materi yang sebelunya sudah di
pelajari. Tahu merupakan tingkat pengetahuan paling rendah.
b. Memahami
Yaitu suatu kemampuan menjelaskan Kembali suatu objek
yang sudah di pelajari
c. Aplikasi
Kemampuan mempraktekan meteri yang sudah dipelajari
sebelumnya dalam kondisi atau situasi yang rill
d. Analisis
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi
yang pelajari
e. Sintesis
Adalah kemampuan dalam menghubungkan bagian-bagian
materi sehingga terbentuk sebuah keseleuruhan yang baru
f. Evaluasi
Adalah kemampuan untuk menilai suatu objek yang sudah di
pelajari.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan
Ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi pengetahuan
(Ar-Rasily & Dewi, 2016) yaitu:
a. Usia
Usia dapat mempengaruhi pola piker serta daya tangkap
seseorang ,dengan bertambahnya umur seseorang maka
bertambah pula pengetahuan yang diperolehnya.
b. Jenis kelamin
Beberapa orang mengatakan pengetahuan dipengaruhi oleh
jenis kelamin. Namun pada zaman sekarang ini apapun jenis
kelamin tidak dapat mempengaruhi pengetahuan,selagi masih
produktif, berpendidikan dan memiliki pengalaman.
c. Tingkat Pendidikan
Semakin tinggi penddidikan seseorang maka akan sangat
mudah untuk memperoleh informasih dan dengan tingginya
Pendidikan seseorang makan pengetahuannya pun akan
semakin luas. Namun tidak menutup kemungkinan seseorang
dengan Pendidikan yang redah tidak memiliki pengetahuan .
d. Tingkat pendapatan
Seseorang yang memiliki pendatan cukup maka akan dapat
menyediakan fasilitas yang dapat mengukung yang digunakan
untuk keperluan maupun kegiatan tertentu yang dapat
menambaha pengetahuan seseorang. Sehingga tingkat
pendapatan dapat mempengaruhi penegtahuan seseorang
e. Paparan informasi
Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi dengan paparan
infomasi, dimana sumber infomasi dapat diperoleh dari
serbagai sumber seperti media cetak maupun media elektronik
(seperti koran, televisi, radio dan lain sebagainya) dengan
berkembangan sumber-sumber informasi tersebut makan akan
sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan masyarakat.
f. Pengalaman
Pengalaman merupakan sumber pengtahuan seseorang, baik
pengalam pribadi maupun pengalaman orang lain. Dengan
adanya pengalaman makan pengetahuan seseorang akan
medingkat.
g. Social budaya
Dengan sosoial budaya seseorang akan mudah berhubungan
dengan orang sehingga dari hubungan tersebut dapat
memperoleh pelajaran serta menambah pengetahuan.
h. Lingkungan
Suatu lingkungan dapat memberikan pengaruh pada
seseorang ,dimna awal seseorang mempelajari hal-hal baru
yaitu dari lingkungan,dimana lingkungan dapat mempengaruhi
cara berpikir seseorang dalam memeperoleh pengetahuan.

D. Konsep Umum Keluarga


1. Devinisi Keluarga
Menurut BKKBN Keluarga merupakan unit terkecil dari
masyarakat yang dimana terdiri dari suami istri dan anak (Ii &
Pustaka, 2015)
Keluarga merupakan kumpulan 2 atau lebih yang terbentuk atas
dasar ikatan pernikahan yang sah, serta dapat memenuhi kebutuhan
dasar manusia yaitu kebutuhan biologis, psikologis, social, spiritual
dan ekonomi. Dan dapat membangun hubungan yang selarang
dengan lingkungan dan masyarakat. (Ii, 2014)
2. Tipe Keluarga
Setiap keluarga memerlukan pelayanan Kesehatan yang mana
pelayanan Kesehatan mampu mengembangkan deraja Kesehatan
keluarga. Ada beberapa tipe keluarga(Ii et al., 2017) diantaranya
yaitu:
a. Keluarga inti
Merupakan keluarga yang terdiri dari ayah ibu dan anak.
b. Keluarga Adopsi
Keluarga adopsi merupakan keluarga yang terdiri dari ayah
ibu ,dan mengambil ahli tanggung jawab orang tua kandung
untuk merawat/ mengadopis secara sah. Keluarga adopsi
dilakukan dengan berbagai macam alasan seperti pasangan
yang belum memiliki anak dan ingin merawat serta menjadi
orang tua sehingga memilih untuk mengadopsi anak.
c. Keluarga Asuh
Merupa keluarga yang dimana tanggung jawab untuk
menarawat/ mengasuh anak Ketika keluarga inti/kandung
sedang sibuk. Dimana keluarga asuh ini biasanya keluarga
terdekat dari kelurga inti/kandung contohnya seperti
kakek/nenek.
d. Keluarga tiri
Merupakan keluarga yang mengalami perceraian dan salah satu
pasangan meikah lagi. Dimana anak harus menyesuaikan
dengan anggota keluarga baru.
3. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga dibagi menjadi 5 (Salamung et al., n.d.) bagian
yaitu:
a. Fungsi Afektif.
Dimana keluarga menjadi dasar kekutan anggota keluarga yang
didalamnya saling mengasih, saling menghargai satu sama lain
dan, saling support
b. Fugsi Sosialisasi.
Dimana keluarga mengajarkan untuk berinteraksi dengan
lingkungan dan masyarakat sejak dini pada individu, karena
keluarga tempat awal individu belajar bersosialisasi.
c. Fungsi Reproduksi.
Dimana fungsi keluarga yaitu untuk memperoleh keturunan
sehingga dapat menambah sumber daya manusia.
d. Fungsi Ekonomi
Dimana keluarga harus mampu memenuhu kebutuhan baik
sandang,pangan dan, papan dari semua anggota keluarga.

e. Fungsi perawatan Kesehatan.


Dimana keluarga mampu mengenali masalah kesehtan ,dapat
mengambil sebuah keputusan dari masalah yang dihadapi,
dapat merawat anggota keluarga yang sedang sakit, dapat
memelihara lingkungan yang lebih sehat serta dapat
memanfaatkan pelayanan Kesehatan yang ada.

E. Keaslian Penelitian
1. Hubungan antara pelaksanaan triage dengan tingkat
kecemasan keluarga pasien di IGD RSUD Lahat (Nilasari,
2021)
Penelitian ini bertujuan menentukan apakah ada hubungan
antara pelaksanaan triase dengan tingkat kecemasan keluarga
pasien. Peneliatian ini mengunakan desain penelitian
observasional korelatif. Rancangan penelitian ini menggunkan
pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di IGD RSUD
lahat pada 166 orang dengan sampel pada penelitian ini berjumlah
56 responden Keluarga pasien yang mengantar pasien di RS.
Sampel dipilih sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik
yang digunakan dalam penggumpulan sampel yaitu purpose
sampling. Data dikumpulkan dengan menggunkan kuisoner State
Anxiety Inventory untuk mengukur tingkat kecemasan.
hasil penelitian didapat nilai p value 0.261 <0,05. Dari hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
atara pelaksanaan triase dengan tingkat kecemasan kelaurga pasien
IGD. Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang
akan dilakukan yaitu variable independent. Sedangkan
perbedaannya adalah kuesioner yang digunakan, jumlah sampel,
Teknik pengumpulan sampel dan lokasi penelitian

2. Hubungan antara pengetahuan prioritas penanganan triase


dengan tingkat kecemasan keluarga di IGD RSU Darmayu
ponorogo. Robbi, Rizqi Abdi (2019)
Penelitian ini bertujuan menentukan apakah ada hubungan
antara pengetahuan tentang prioritas penanganan triase dengan
tingkat kecemasan keluarga pasien . penelitian ini menggunkan
desain penelitian observasional korelatif. Rancagan penelitian ini
menggunkan pendekatan cross sectional.penelitian ini dila kukan di
IGD RSU Darmayu Ponorogo. Populasi yang gunakan yaitu
keluarga pasien di IGD RSU darmayu ponorogo dengan Teknik
pengumpulan sampel yaitu menggunkan purpose sampling.
Sehingga diperoleh sampel sebanyak 45 responden. Dimana yang
menjadi responden yaitu kelaurga pasien yang mengantar di IGD.
Hasil uji Spearman Rank didapatkan hasil 17 responden/ keluarga
pasien atau sebanyak (37,8 %) memiliki pengetahuan yang baik
sedangkan hasil tingkat kecemasan 20 responden/keluarga atau
sebanyak (44%) memiliki tinkat kecemasan yang sedang. Sehingga
hasil uji statistik Spearman Rank diperoleh nilai P value 0,000 <
0,05. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan keeratan tentang pengetahuan triase dengan tingkat
kecemasan keluarga pasien di IGD RSU darmayu ponorogo.
Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang akan
dilakukan yaitu Varibel dependen dan variable independent.
Sedangkan perbedaanya yaitu jumlah saampel, Teknik
pengumpulan sampel dan lokasi penelitian.
3. Hubungan Antara triage pasien dan tingkat kecemasan pasien
di IGD RSUD. Dr. H. Moch. (Wahana, 2020)
Penelitian ini bertujuan menentukan apakah ada hubungan
antara triase pasien dengan tingkat kecemasan. Peneitian ini
menggunkan desain penelitian observasional korelatif .
rangacangan penelitian menggunkan pendekatan cross sectional.
Penelitian ini dilakukan di IGD RSUD.Dr.H.Moch. Teknik yang
digunakan dalam pengumpulan sampel yaitu non probability
sampling dengan pendekatan consecutive. Sehingga diperoleh
sampel sebanyak 107 responden. Responden pada penelitian ini
adalah keluarga pasien yang dirawat di IGD RSUD. Dr. H. Moch
Hasil uji statistik Spearman Rank diperoleh nilai P value 0,012 <
0,05. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan keeratan tentang triase pasien dengan tingkat kecemasan
keluarga pasien pasien di IGD RSUD. Dr. H. Moch. Penelitian ini
memiliki persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu
variable independent. Sedangkan perbedaanya yaitu variebel
dependent, jumlah sampel, Teknik pengumpulan sampel dan lokasi
penelitian.
4. Hubungan Triase dengan tingkat kecemasan,depresin stres
keluarga pasien di UGD RS PKU Muhammadiyah
Gombong (Asti et al., 2020)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada
hubungan antara triase dengan tingkat kecemasan, depresi, stress
keluarga pasien UGD RS PKU Muhammadiyah Gombong.
Penelitian ini mengunakan desain penelitian deskriptif korelatif
dengan metode kuantitatif dan pendekatan non eksperimen .Sampel
dipilih sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik yang
digunakan dalam penggumpulan sampel yaitu purpose sampling.
Data dikumpulkan dengan menggunkan kuisoner DASS
(Depression Anxiety Stress Scale) untuk mengukur tingkat
kecemasan. pada penelitian ini berjumlah 30 responden Keluarga
pasien yang mengantar pasien di RS dan merupakan keluarga inti
pasien.
Data dikumpulkan menjadi data primer kemudian setelah data
terkumpul kemudian data tersebut dianalisi dengan menggunkan
program SPSS . Hasil Uji Chi Square Triase Pasien terhadap
Kecemasan Keluarga Pasien di UGD RS PKU Menunjukkan hasil
p value = 0.00,< 0,05. Hasil Uji Chi Square Triase Pasien terhadap
Stress Keluarga Pasien di UGD RS PKU Muhammadiyah hasil p
value = 0.00 < 0,05. Hasil Uji Chi Square Triase Pasien terhadap
Depresi Keluarga Pasien di UGD RS PKU Muhammadiyah
Gombong Menunjukkan hasil p value = 0.01,< 0,05. ). Hal ini
berarti bahwa triase pasien memiliki hubungan dengan tingkat
kecemasan, depresi, stress keluarga pasien di UGD RS PKU
Muhammadiyah Gombong. Penelitian ini memiliki persamaan
dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu variable independent.
Sedangkan perbedaanya yaitu variebel dependent, kuisoner
penelitian yang digunakan, jumlah sampel, Teknik pengumpulan
sampel dan lokasi penelitian.
F. Kerangka Teori
Pelayanan RS

Manajemen Triase Faktor yang mempengaruhi


triase
IGD 1. Emergency
2. Urgency - Kurangnya tenaga
3. Non Urgency professional
4. nonsalvegeable - Jumlah kunjungan
pasien yang padat
- Bangunan atau luas
Pasien yang
mendapat ruang IGD yang
penangganan sempit

Keluarga pasien yang


menunggu Penegtahuan Keluarga Tentang Triase

Kecemasan

Tanda Gejala Kecemasan

Factor predisposisi
Dampak Kecemasan :
- Factor biologis
- Marah-marah
- Factor psikologis
- Komplen keluarga
Factor Presipitasi - Kekerasan verbal terhadap
perawat
- Factor internal - Kekerasan non verbal terhadap
- Factor eksternal perawat

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Teori disusun berdasarkan (Permenkes RI No. 47, 2018),
(Lakibu et al., 2019), (Pusponegoro 2016) (Budiaji, 2016b).
Telah di olah kembali.

BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangkan Konsep Penelitian


Kerangka konsep adalah justifikasi ilmiah terhadap topik yang di pilih
sesuai dengan identifikasi masalah .kerangka konsep didukung oleh
landasan teori yang kuat serta bersumber pada berbagai laporan ilmiah .
(Iii, 2014)
Berdasarkan tinjauan teori penelitian terdahulu dan landasan teori serta
permasalahan yang dikemukakan, sebagai dasar untuk merumuskan
hipotesis, berikut ini digambarkan model kerangka pemikiran hubungan
pengetahuan keluarga tentang triase terhadap tingkat kecemasan kelaurga
pasien di IGD. Dimana peneliatian ini hendak mencari hubungan antara
variabel independent( bebas) dengan variabel dependent (terikat), dimana
yang menjaadi variabel independent (bebas) adalah pengetahuan keluarga
tentang triase dan yang menjadi variabel dependet (terikat) adalaha tingkat
kecemasan keluarga pasien di IGD. Kerangka pemikiran ini dapat
digambarkan dalam bagan yang tersedia pada gambar dibawah.

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan keluarga Tingkat kecemasan


tentang triase keluarga pasien di
IGD

Keterangan :
: Variabel Indepenen
: Variabel Dependen
: Hubungan

B. Hipotesis
Hipotesis penelitia adalah suatu dugaan dari rumusan suatu penelitian
yang bersifat sementara( Anggeraeni,2022). Uraian ringkas dalam latar
belakang penelitian dapat memberikan dasar bagi peneliti dalam
merumuskan hipotesis kerja sebagia berikut.

H0 : tidak ada hubungan atara factor yang mempengaruhi pengetahuan


keluarga tentang triase dan tingkat kecemasan keluarga pasien di
IGD RSUD Poso
Ha : ada hubungan antara factor yang mempengaruhi pengetahuan
keluarga tentang triase dan tingkat kecemasan keluarga pasien di
IGD RSUD Poso.

C. Devinisi Operasional
Variebel pada ini di jelaskan secara operasional yang bertujuan agar
variebel lebih konkrit nyata dan mudah di ukur( Almasdi,2021). Devinisi
Variebel penelitian harus menjelaskan secara rinci tentang apa yang akan
di ukur, alat/cara mengukurnya serta apasaja kritteria pengukurannya.
Variabel Devinisi Operasional Cara Ukur Hasil ukur Skala

Variabel Independen

Pengetahuan Pengetahuan yang dimiliki Menggunakan Kuisoner B pengetahuan keluarga tentang triase Hasil ukur pengetahuan: Ordinal
Keluarga tentang keluarga yang sedang kuisoner yang sudah di lakukan uji validitas dan reabilitas oleh
- Pengetahuan baik
Triase mengantar anggota (Mustafa et al., 2022) Peneliti. Yang terdiri dari 12 pertanyaa.
jika niali skor ≥
keluarganya di IGD tentang Cara pengisian dengan skla godmen. jika benar diberi nilai 1 jika
nilai mean
informasi triase meliputi: salah diberi nilai 0.
- Pengetahuan
Devini Triase, Katerogi
kurang jika nilai
Triase, Tujuan Triase, factor
skor < nilai mean
yang mempenagruhi system
triase, kecepatan pelayaan
triase.

Variabel Dependen

Tingkat Respons keluarga pasien Menggunakan Kuisoner C mengenai Kecemasan keluarga pasien, Hasil Ukur dari Skala Ordinal
HARS-A:
Kecemasan tentang ketidaknyamanan Peneliti Menggunakan Kuisoner baku yaitu Hamilton Rating
Tidak cemas : <14
Kelaurga emosional yang dirasakanya Scale for Anxiety ( HARS-A) yang telah diterjemahkan kedalam Cemas ringa: 14- 20
Cemas sedang : 21-27
saat menunggu anggota Bahasa dan dilakukan uji Validitas dan Reabilitas oleh Kautsar
Cemas berat: 28-41
keluarganya yang dirawat di (2015, yang terdiri dari 13 pernyataan yang setiap pernyataan
Panik: 42-56
ruangan IGD RSUD Poso. meliputi penilain 0 : tidak ada gejala sama sekali, 1: gejala ringan
terdapat 1 dari gejala yang ada 2: gejala sedang terdapat setegah
dari gejala yang ada 3 : gejala berat lebih dari setegah gejala yang
ada 4 : gejala sangat berat terdapat semua gejala.
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan
desain penelitian Analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional
yang untuk mencari apakah ada hubungan dari Variabel Indepen dengan Variabel
Dependen.( Nursalam,2017). Dimna Variabel Independen yaitu Pengetahuan
Keluarga tentang Triase sedangakan Variabel Dependen yaitu Tingkat
Kecemasan Keluarga Pasien di IGD RSUD Poso

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah seluruh subjek atau obejek yang memenuhi kriteri yang
telah ditetapkan oleh peneliti.(Nursalam,2017). Populasi dalam penelitian ini
yaitu semua anggota keluarga pasien yang mengantar pasien di IGD RSUD
Poso. Berdasarkan studi pendahuluan didapatkan bahwa jumlah kunjungan
IGD RSUD Poso Pada Tahun 2023 diperoleh data kunjungan pasien instalasi
gawat darurat dalam 3 (tiga) bulan terakhir bulan Januari, Februari, Maret
sebanyak 2.583 pasien. Maka jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak
861 pasien keluarga pasien yang menemani pasien di IGD RSUD Poso.
2. Sampel
Sampel adalah Sebagian dari populasi yang terjangkau yang sesuai
dengan kriteria yang di tentukan dan dapat dipergunakan sebagai subjek
penelitian melalui sampling(Nursalam,2017). Besar jumlah sampel dalam
penelitian ini yaitu 58 sampel penelitian,dimna keluarga pasien yang
mengantar di IGD RSUD Poso. Perhitungan sampel menggunakan rumus
rules of thumbs menurut (Tabene,(2004)). Dalam ( Susilo, Aiman,&Suprapti
2014) sebagai berikut

n > 50 + 8 m
Rumus :
Keterangan: n = jumlah sampel
m = jumlah variabel independent dalam penelitian

n > 50 + 8 m
n = 50 + 8 (1)
n = 50 + 8
n = 58
58 responden
Maka berdasarkan rumus di atas didapatkan jumlah sampel sebanyak 58
responden
3. Teknik atau cara pengambilan sampel
Teknik sampling adalah suatu proses seleksi sampel yang digunakan
dalam penelitian dari populasi yang ada, Teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu Teknik
pengambilan sampel dengan cara memilih sampel dengan cara memilih
sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti
berdasarkan tujuan peneliti,melalui kriteria inklusi dan eksklusi. (Sugiyono,
2015).
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh
setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel.
Berikut kriteria adalah :
1) Keluarga pasien yang mengatar dan menunggu anggota keluarga
yang sedang dirawat di IGD RSUD Poso.
2) Dapat berkomunikasi dengan baik.
3) Bersedia menjadi responden
4) Usia > 18 tahun.
5) Telah menunggu di IGD Minimal lebih dari 5 menit
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai penelitian.
Berikut kriteria Eksklusi adalah :
1) Keluarga pasien yang tidak termasuk keluarga besar pasien (orang
tua, suami/istri, anak, saudara kandung,nenek/kakek)

C. Variabel Penelitian
1. Variabel independen
Variabel independen (varaibel bebas) merupakan variabel yang menjadi
sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependent (Sugiyono,2015).
Variabel independent dalam penelitian ini yaitu pengetahuan keluarga
tentang triase.
2. Variabel dependent
Variabel dependent (variabel terikat) merupakan variabel yang
dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas
( Sugiyono,2015). Variabel dependent dalam penelitian ini yaitu tingkat
kecemasan kelaurga.

D. Tempat dan waktu penelitian


Penelitian ini telah dilakukan di IGD RSUD Poso dengan waktu
penelitian mulai bulai Mei-Juni 2023.

E. Etika Penelitian
Etika penelitian yang harus diperhatikan (Aima,Suprapti,and Susilo (2014)
adalah sebagai berikut:
1. Kebebasan (Autonomy)
Autonomi adalah setiap inividu memiliki kebebasan untuk memilih rencana
kehidupanya sendiri. Peneliti dapat menghargai pendapat yang dikemukakan
oleh responden untuk menjawab setiap pertanyaan sesuai dengan kehendak
responden tampa adanya paksaan.
2. Tampa nama (Anonimity)
Anonymity masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek
peneliti dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden
pada lembar alat ukur dan hanya memberikan kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan.
3. Kerahasiaan ( Confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan penelitian, baik berupa identitas responden, hasil penelitian dan
informasi-informasi lainya yang terkait responden. Peneliti telah
mengumpulkan informasi dan terjamin kerahasiaannya dan hanya data
khusus yang akan dilaporkan untuk hasil penelitian. Peneliti hanya
memperlihtakan data-data yang berkorelasi dengan penelitian saja.
Kerahasiaan yang didapat dari responden dengan hanya menuliskan kode
saja pada lemabar instrument pengumpulan data peneliti.
4. Keadilan ( justice)
Keadilan merupakan prinsip moral berlaku adil dan memberikan apa saja
yang menjadi kebutuhan seseorang. Tindakan yang sama tidak selalu identik,
tetapi dalam hal ini persamaan berarti mempunyai kontribusi yang relatife
sama untuk kebaikan kehidupan seseorang. Peneliti harus memperlakukan
setiap responden sama, berdasarkan moral, martabat, hak asasi manusia dan
tidak membeda-bedakan responden.
5. Kemanfaatan (Beneficience)
Memiliki nilai yang bermanfaat bagi responden adalah salah satu sisi positif
dalam penelitian ini. Saran dan motivasi peneliti berikan kepada responden
untuk bisa lebih bersyukur dalam menjalani hidup dan senantiasa
menerapkan pola hidup yang sehat
6. Tidak Berbahaya (Non-maleficience)
Tidak mengandung unsur bahaya atau merugikan responden akibat
penelitian merupakan jenis penelitian yang baik. Penelitian menjamin
keselamatan dan tidak memperburuk kondisi responden selama penelitian
berlangsung. Peneliti meminimalisir kerugian atau dampak yang merugikan
bagi responden yaitu dengan cara peneliti melihat apakah responden dalam
kondisi yang sehat saat dilakukan penelitian.

F. Instrument Penelitian
Peneliti menggunakan 3 Instrumen dalam penelitian ini yaitu
1. Instrumen A
Berisi tentang data demografi dari keluarga pasien di IGD RSUD Poso.
Kuisoner ini dibuat oleh peneliti sendiri. Ada beberapa komponen dan factor
demografi yaitu : Nama (Inisial) ; Umur (dalam tahun) ; jenis kelamin (laki-
laki atau perempuan ) ; Pendidikan ( SD, SMP, SMA, D3/S1) ; Pekerjaan
( Buruh, PNS, Swasta, IRT, Petani, Mahasiswa) ; pernah di rawat di IGD ( ya
atau tidak) ; Pendapatan ; Mendapat informasi tentang penanganan triase ( ya
atau tidak) ; pengalaman mengantar anggota keluarga ( pernah atau tidak
pernah)
2. Instrumen B
Data mengenai pengetahuan keluarga tentang triase menggunakan kuisoner
yang sudah di lakukan uji validitas dan reabilitas oleh peneliti sendiri.
Kuisoner pengetahuan keluarga tentang triase terdiri dari beberapa indicator
pertanyaan yaitu: (Devini triase, katerogi triase, tujuan triase, faktor yang
mempenagruhi system triase, kecepatan pelayaan triase).
Tabel 4.1 Kisi-kisi Kuisoner Pengetahuan keluarga tentang Triase

No Indikator/Aspek Pertanyaan Jumlah


soal
1 Definisi triase 4 1

2 Kategori triase 1, 2, 3, 5, 7,9 6


3 Tujuan triase 6,10 2
4 Factor yang mempengaruhi 12 1
system triase
5 Kecepatan pelayaan di triase 8, 11 2
Kuisoner menggunakan skla godmen yang godmen yang terdiri dari 1=
jawaban benar 0 = jawaban salah

3. Instrument C
Berisi tentang tingkat kecemasan keluarga pasien di IGD RSUD Poso
menggunakan kuisoner yang sudah di lakukan uji validitas dan reabilitas
oleh. Kuisoner tingkat kecemasan keluarga terdiri dari beberapa indicator
pertanyaa yaitu ( perasaan cemas, ketegangan, ketakutan, gangguan
kecerdasan, perasaan depresi ,gejala somatic,gejala kardiovaskuler,
gejala,respiratori, gejala gastrointestinal, gejala urogenital, gejala autonomy,
tangka laku).

Tabel 4.2 Kisi-kisi kuisoner tingkat kecemasan

No Indikator/Aspek Pertanyaan Jumlah soal


1 Perasaan cemas 1 1
2 Ketengangan 2 1
3 Ketakutan 3 1
4 Gangguan kecerdasan 4 1
5 Perasaan depresi (murung) 5 1
6 Gejala somatk /fisik (otot) 6 1
7 Gejala somatic / fisik (sensorik) 7 1
8 Gejala kardiovaskuler (jantung dan 8 1
pembuluh darah)
9 Gejala respiratori(pernapasan) 9 1
10 Gejala gastrointestinal( pencernaan) 10 1
11 Gejala urogenital(perkemihan) 11 1
12 Gejala autonomy 12 1

13 Tangka laku( sikap saat di wawancara) 13 1


Kuisoner menggunakan skla godmen yang godmen yang terdiri dari 1=
jawaban benar 0 = jawaban salah

G. Uji Validitas dan Reabilitas


Uji validitas adalah indeks yang menunjukan alat ukur apa yang diukur
untuk mengukur apa yang diukur. Reabiliti adalah indeks yang menunjukan
sejauh mna suatu alat pengukuran dapat dipercaya dan dapat diandalkan
untuk menguji validitas dan reabilitas alat, peneliti melakukan uji coba
kuisoner. Uji coba di lakukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman
responden terhadap pertanyaan yang telah dibuat (Aima et al, 2014).
Uji Reabilitas merupakan uji kehandalan yang bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana sebuah alat ukur dapat dihandalkan atau di percaya.
Kehandalan berkaitan dengan estimasi sejauh mana suatu alat ukur, apabila
di lihat dari stabilitas atau konsistensi internal dari jawaban atau pertanyaan
jika pengamanatan di lakukan secara berulang. Apabila suatu alat ukur
digunakan berulang dan hasil yang diperoleh relative konsisten maka alat
ukur tersebut di anggap handal ( reabilitas) (Aima et al, 2014). Kuesioner
Pengetahuan keluarga tentang triase telah dilakukan uji validitas dan
reliabilitas dengan r hitung (0,444-0,696) dengan r tabel 0,4438. Sedang
kuisoner tingkat kecemaan menggunaka kuisoner baku HARS-A telah diuji
dengan hasil nilai croncbach’s Alpha sebesar 0.793 dan terbukti reliabel
dengan hasil > 0.6 pada penelitian yang dilakukan oleh Kautsar (2015).
Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran kecemasan dengan
menggunakan skala HARS akan diperoleh hasil yang valid dan reliable

H. Alur Pengumpulan Data.


Pengumpulan Data dalam penelitian ini peneliti lakukan dengan alur:
1. Pertama-tama peneliti melakukan pengajuan judul proposal
2. Judul yang peneliti ajukan diverifikasi oleh dosen pembimbing dan
kemudian disetujui
3. Peneliti mengambil surat untuk pengambilan data awal di prodi
4. Peneliti menhadap kepada bidang tata usaha RSUD Poso mengantar surat
pengambilan data awal
5. Selanjutnya Peneliti memgambil data di Ruang Rekam Medik RSUD Poso
6. Setelah Peneliti mengambil data awal, Peneliti melakukan wawancara pada
beberapa keluarga pasien di IGD RSUD Poso

I. Metode Pengolahan Dan Analisis Data


1. Pengolahan data
Pengolahan data dengan menggunakan program komputerisasi dengan
proses sebagai berikut (Notoatmodjo, 2018). :
a. Editing
Editing atau mengkoreksi merupakan atau Tindakan pengecekan data
Kembali dengan tujuan untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang
terdapat pada pencacatan sebelum data diolah dan di analisis secara
statistic.
b. Coding
Coding merupakan pemberian kode pada setiap data yang termaksud
dalam kategori angka atau huruf dan bertujuan untuk memberi petunjuk
serta pemberian identitas pada suatu informasi atau data yang di analysis.

c. Tabulating
Tabulating merupakan salah satu tahap pembuatan table yang berisi data
yang telah diberi kode yang sesuai dengan analisis untuk menghindari
kesalahan dan dibutuhkan ketelitian untuk menghindari terjadinya
kesalahan dalam Analisa data secara statistik.
d. Entry
Entry yaitu memasukan data menggunakan fasilitas computer yang
menggunakan program SPSS.

2. Analisis Data
Analisis data dilakukan pada setiap variabel. Dalam penelitian hasil pada
umunya hanya menghasilkan distribusi dan frekuensi dari setiap variabel
(Notoatmodjo, 2018). Data yang telah terkumpul kemudian akan di analisis
dengan menggunakan analisis univariat dan bivariat.
a. Analisa Univariat
Analisa univariat digunakan peneliti yang bertujuan untuk mengkaji atau
mendeskripsikan masing-masing karakteristik subjek penelitian. Pada
umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan
persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2018).

Variabel Uji Statistik


Variabel Independen ( bebas)
Pengetahuan keluarga tentang Distribusi frekuensi
triase
Variabel Dependen
Tingkat kecemasan keluarga Distribusi frekuensi
pasien

b. Analisi bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis untuk menjelaskan suatu hubungan
dua variabel yaitu variabel independent dan variabel
dependent( Mawarti,2021). Analisis bivariat dilakukan pada dua variabel
yang di duga berhubungan (Notoatmodjo, 2018). Uji statistic yang
digunakan yaitu uji Kruskal-wallis dengan tinggkat kepercayaan 95%
dan nilai korelasi (α= 0,05) ,jika P< 0,05 makan terdapat hubungan yang
bermakna sedangkan,jika nilai P> 0,05 maka tidak terdapat hubungan.

Variabel Independen Variabel Dependen Analisis Utama


Pengetahuan keluarga Tingkat Kecemasan Kruskal-wallis
tentang triase Keluarga pasien di
IGD
DAFTAR PUSTAKA

ANNET, N., & Naranjo, J. (2014). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者にお


ける 健康関連指標に関する共分散構造分析 Title. Applied Microbiology and
Biotechnology, 85(1), 2071–2079.
Ar-Rasily, O. K., & Dewi, P. K. (2016). Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat
Pengetahuan Orang Tua Mengenai Kelainan Genetik Penyebab Disabilitas
Intelektual Di Kota Semarang. Diponegoro Medical Journal (Jurnal Kedokteran
Diponegoro), 5(4), hal 1428-1430.
Asti, A. D., Jaisyan, N., Sumarsih, T., & Nugroho, I. A. (2020). Hubungan Triase
Pasien Dengan Kondisi Psikologis Keluarga Di Unit Gawat Darurat. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Keperawatan, 16(1), 110. https://doi.org/10.26753/jikk.v16i1.467
Baeha, M. N. (2019). Gambaran Pengetahuan Mahasiswa D3 Keperawatan Tingkat II
Tentang Triage Di Stikes Santa Elizabeth Medan. 29–29.
https://repository.stikeselisabethmedan.ac.id/
Budiaji, W. (2016a). Hubungan Pengetahuan Tentang Triage dengan Tingkat
Kecemasan Pasien Label Kuning di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Dr.
Moewardi Surakarta.
Budiaji, W. (2016b). Tingkat Kecemasan Pasien Label Kuning.
Demir, S., Tunçbilek, Z., & Alinier, G. (2023a). The effectiveness of online Visually
Enhanced Mental Simulation in developing casualty triage and management skills
of paramedic program students: A quasi-experimental research study.
International Emergency Nursing, 67(February), 101262.
https://doi.org/10.1016/j.ienj.2023.101262
Demir, S., Tunçbilek, Z., & Alinier, G. (2023b). The effectiveness of online Visually
Enhanced Mental Simulation in developing casualty triage and management skills
of paramedic program students: A quasi-experimental research study.
International Emergency Nursing, 67(September 2022), 101262.
https://doi.org/10.1016/j.ienj.2023.101262
Habib, H., Sulistio, S., Mulyana, R. M., & Albar, I. A. (2016). Triase Modern Rumah
Sakit dan Aplikasinya di Indonesia. Research Gate, 3(2), 112–115.
https://www.researchgate.net/profile/Hadiki_Habib/publication/311715654_Triase
_Modern_Rumah_Sakit_dan_Aplikasinya_di_Indonesia/links/
58576da608aeff086bfbd53d/Triase-Modern-Rumah-Sakit-dan-Aplikasinya-di-
Indonesia.pdf
Hayaturrahmi, & Halimuddin; (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat
Kecemasan Keluarga Pasien Di Instalasi Gawat Darurat. Jim Fkep, III(3), 231–
240. http://jim.unsyiah.ac.id/FKep/article/view/8437
Herman, Y. (2018). Jurnal Kecemasan. Convention Center Di Kota Tegal, 4(80), 4.
Ii, B. A. B. (2014). Asuhan Keperawatan Keluarga..., Jihan Desinta Ananda Pradini,
Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017. 2010, 86–129.
Ii, B. A. B., Keluarga, A. K., & Keluarga, P. (2017). No Title.
Ii, B. A. B., & Pustaka, T. (2015). No Title. 7–31.
Iii, B. A. B. (2014). Bab iii kerangka konsep. 23–26.
Jusuf, J. B. K., & Raharja, A. T. (2019). Tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa
program studi pendidikan olahraga Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur
terhadap permainan tonnis. Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, 15(2), 70–79.
https://doi.org/10.21831/jpji.v15i2.28301
Laeliyah, N., & Subekti, H. (n.d.). Waktu Tunggu Pelayanan Rawat Jalan dengan
Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan di Rawat Jalan RSUD Kabupaten
Indramayu. 1(2), 102–112.
Lakibu, B. S., Luneto, S. I., & Desiyanti, I. W. (2019). Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Perawat Dalam Pelaksanaan Triage Di Instalasi Gawat Darurat
Uptd. Jurnal Kesehatan Amanah, 3(1).
Mailita, W., & Rasyid, W. (2022). Hubungan pengetahuan dan sikap perawat tentang
triage di IGD Runah Sakit Semen Padang Hospital. Humantech Jurnal Ilmiah
Multi Disiplin Indonesia, 2(2), 200–216.
Manado, P. K. (2017). No Title. 5.
Mellani, & Kristina, N. L. P. (2021). Tingkat Kecemasan Anak Remaja Pada Masa
Pandemi Covid-19 Di Sma Negeri 8 Wilayah Kerja Puskesmas Iii Denpasar Utara
Tahun 2021. NLPK Mellani, 12–34.
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/7453/
Mustafa, I. N., Dewi, W. N., & Elita, V. (2022). Knowledge Of Patient’s Family About
The Implementation of Triage In The Emergency Department. Media
Keperawatan Indonesia, 5(2), 110. https://doi.org/10.26714/mki.5.2.2022.110-116
Nilasari, D. (2021). Hubungan Pelaksanaan Triage Dengan Tingkat Kecemasan
Keluarga Pasien Di Instalasi Gawat Darurat Rsud Lahat Tahun 2021. Jurnal
Kepetawatan, 5p.
Oktober, V. N., Ajim, S., Luneto, S. I., & Djalil, R. H. (2019). Penatalaksanaan
Kegawatdaruratan Di Igd Uptd Tipe C Rsud Manembo-Nembo Bitung. Jurnal
Kesehatan : Amanah Prodi Ners Universitas Muhammadiyah Manado, 3(2).
Penyusun, T. I. M. (n.d.). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah | PENUTUP 220.
Permenkes RI No. 47. (2018). Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 47
tahun 2018 tentang pelayanan kegawatdaruratan. Menteri Kesehatan Republik
Indonesia, 151(2), 1–34.
Purwacaraka, M., Hidayat, S. A., & Kecemasan, T. (2022). KEGAWATDARURATAN
( TRIASE ) DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI
CORRELATION OF EMERGENCY LEVELS ( TRIASE ) WITH PATIENT ’ S
FAMILY ANXIETY LEVEL IN THE EMERGENCY DEPARTMENT IN RSUD
dr . ISKAK. Jurnal Ilmiah Pamenang - JIP, 4(1), 39–47.
Pusvitasari, P., & Jayanti, A. M. (2021). Strategi Coping dan Kecemasan Berbicara di
Depan Umum pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Sosial Universitas Jenderal
Achmad Yani Yogyakarta. Jurnal Ilmiah Psikomuda Connectedness, 1(2), 21–31.
Rahman, A. (2020). Terapi Dzikir Dalam Islam Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Ibu
Hamil. Jurnal Tarbawi, 5(1), 76–91.
https://journal.unismuh.ac.id/index.php/tarbawi/article/download/3346/2475
Salamung, N., Kep, S., Kep, M., Pertiwi, M. R., Kep, S., Kep, M., Ifansyah, M. N.,
Kep, S., Kep, M., Riskika, S., Kep, S., Kep, M., Maurida, N., Kep, S., Kep, M.,
Kep, S., Kep, M., Primasari, N. A., Kep, S., … Kep, S. (n.d.). ( FAMILY
NURSING ).
Souza, D. L., Korzenowski, A. L., Alvarado, M. M., Sperafico, J. H., Eberhard, A.,
Ackermann, F., Mareth, T., & Scavarda, A. J. (2021). A Systematic Review on
Lean Applications ’ in Emergency Departments. 1–19.
Verawati, E. (2019). Gambaran Respon Time dan Lama Triage di IGD Rumah Sakit
Paru Jember. Repository Universitas Jember, 17, 91.
Wahana, H. (2020). Journal of Nursing Invention. Journal of Nursing Invention, 1(2),
41–47.

Anda mungkin juga menyukai