PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gawat Darurat merupakan keadaan klinis yang membutuhkan
tindakan medis segera untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan
(Permenkes RI No. 47, 2018).Tingkat kegawatdaruratan dapat dilihat
berdasarkan prioritas ABC yaitu Airway, Breathing, dan Circulation
(Demir et al., 2023a). Salah satu unit pelayanan di Rumah Sakit yang
menyediakan pelayanan Gawat darurat, penangganan awal yang dapat
mengancam hidupnya adalah Instalasi gawat darurat merupakan salah satu
unit pelayanan di rumah sakit yang menyediakan penanganan awal (bagi
pasien yang datang langsung ke rumah sakit) atau lanjutan (bagi pasien
rujukan dari fasilitas pelayanan kesehatan lain), menderita sakit ataupun
cedera yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya yaitu Instalasi gawat
darurat (IGD) (Souza et al., 2021).
Di indonesia data menunjukkan jumlah pasien yang berkunjung ke
Instalasi Gawat Darurat mencapai 4.402.205 pasien pada tahun
2017 (Kundiman, Kumaat, & Kiling, 2019). Di Sulawesi tengah data
menunjukan jumlah pasien yang berkunjung ke Instalasi gawat darurat
mencapai 106.160 pasien pada tahun 2020 (Penyusun, n.d.). Di kabupaten
Poso data menunjukan jumlah pasien yang berkunjung ke instalasi gawat
darurat mencapai 8.450 pasien pada tahun 2021, dan pada tahun 2022
mencapai 10.165 pasien. (Rekam Medik RSUD Poso, 2023). Sehingga dapat
disimpulkan terjadi peningkatan hingga 1.715 pasien dari tahun 2021 ke
tahun 2022
Banyaknya pasien yang datang di IGD dan berdasarkan managemen
membuat perawat melakukan yang namanya triase, triase merupakan suatu
sistem yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk memilih atau
mengkategorikan pasien berdasarkan tingkat kegawatdaruratan berdasarkan
prioritas yaitu Airways, Breathing, dan Circulation (Permenkes RI No. 47,
2018).
Diberlakukanya Managemen triase sehingga memprioritaskan pasien
berdasarkan kegawatdaruratan bukan berdasarkan nomor antrian sehingga
menyebabkan dampak adanya waktu tunggu pada keluarga dan
menyebabkan kecemasan. Sebuah studi (Waiting Management At The
Emergency Department – Agounded Theory Study) di rumah sakit Swedia
tahun 2013, menunjukkan 38% dari pasien di Instalasi Gawat Darurat
menghabiskan waktu menunggu lebih dari 4 jam untuk mendapatkan
pemeriksaa (Manado, 2017). Akibat waktu tunggu masih terlihat beberapa
yang pasiennya menunggu lama untuk mendapatkan pelayanan, tidak sedikit
masih dijumpai adanya komplain/keluhan dari beberapa keluarga pasien
karena masalah waktu menunggu yang tidak mendapat pelayanan medis
secepatnya, sehingga kondisi keluarga pasien pun terlihat bosan, gelisah
bahkan cemas akan anggota keluarga yang belum mendapat pelayanan
medis(Laeliyah & Subekti, n.d.)
Kecemasan merupakan suatu perasaan takut akan terjadinya sesuatu
yang ditimbulkan oleh antisipasi bahaya dan merupakan sinyal yang
membantu individu untuk bersiap mengambil tindakan menghadapi
ancaman. Pengaruh tuntutan, persaingan, serta bencana yang terjadi pada
kehidupan bisa membawa dampak terhadap kesehatan fisik dan psikologi
(Pusvitasari & Jayanti, 2021). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
Robi Rizqi Abdi (2019) terkait pengetahuan keluarga tentang prioritas
penangganan dengan tingkat kecemasan keluarga pasien di didapati bahwa
dari 45 responden yang paling banyak adalah responden dengan
kecemasan rsedang yaitu 19 keluarga pasien, kecemasan berat yaitu 16
kelaurga pasien dan yang memiliki kecemasan ringan yaitu 10 keluarga
pasien. Penelitian lainya yang dilakukan oleh Hasil penelitian yang telah
dilakukan di IGD RSUD Lahat menunjukkan bahwa dari 56 responden,
terdapat 23 responden (41,1%) mengalami kecemasan ringan, 27 responden
(48,2%) mengalami kecemasan sedang dan 6 responden (10,7%) mengalami
kecemasan berat. Data tersebut menjelaskan bahwa hampir setengah (48,2%)
responden mengalami kecemasan sedang. Hasil penelitian ( Purwanti, 2019)
Salah satu hal yang dapat meningkatkan atau menguragi kecemasan
yang dialami oleh keluarga bisa disebabkan oleh pengetahuan, Kurangnya
Pengetahuan keluarga tentang Triage prioritas dapat berpengaruh terhadap
kecemasan dan kepanikan pada keluarga pasien (Mustafa et al., 2022).
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu sehingga terjadi penginderaan
terhadap sesuatu objek. Penginderaan terjadi melalui panca indra yaitu
(penglihatan ,pendengaran, penciuman, peraba serta perasa) (Herman, 2018).
Sehingga diharapkan ketika keluarga memiliki pengetahuan triase yang baik
maka dapat menguragi kecemasan yang dialami oleh keluarga.
Berdasarkan studi literatur terkait dengan penelitian terkait
pengetahuan keluarga tentang triase terhadap tingkat kecemasan keluarga
pasien, peneliti baru menemukan beberapa penelitian terkait pengetahuan
keluarga tentang prioritas triase dengan tingkat kecemasan keluarga pasien
pada penelitian Robi Rizqi Abdi (2019) tapi di lakukan hanya pada 45
responden saja, dan peneliti belum sama sekali melihat di Provinsi Sulawesi
Tengah khusunya di Kabupaten Poso belum menemukan penelitian yang
menjelaskan melihat hubungan antara pengetahuan keluarga tentang triase
terhadap tingkat kecemasan keluarga pasien yang ada di IGD RSUD Poso.
padahal informasi dari perawat masih banyak keluarga yang anggota
keluarganya di rawat di IGD masih mengeluhkan penangganan yang lambat
pada pasien. Jika hal ini bisa terselesaikan dengan keluarga memiliki
pengetahuan tentang triase yang baik kompleman atau kecemasan dari
keluarga bisa di minimalisir.
Peneliti juga melakukan studi pendahuluan dengan mengambil
beberapa sampel di RSUD pada tanggal 03 April 2023 diruang IGD RSUD
Poso, peneliti memperoleh data dari Rekam Medik bahwa jumlah kunjungan
pasien instalasi gawat Pada Tahun 2023 diperoleh data kunjungan pasien
IGD pada 3 bulan terakhir( Januari, Februari, Maret ) sebanyak 2.583 pasien
( Rekam Medik RSUD Poso, 2023 . Dan Peneliti melakukan wawancara
pada 3 orang keluarga pasien, mereka mengatakan bahwa mereka tidak
mengetahuai tentang prioritas penangganan pasien di IGD yang mereka tahu
keluarga mereka datang dan harus segera di tanggani dan juga mereka
mengatakan tidak mendapatkan informasi apapun tentang prioritas
penangganan di IGD dan mereka juga mengatakan cemas menunggu hasil
apalagi kalau anggota keluarganya tidak cepat ditanggani oleh perawat
maupun. Berdasrkan latar belakang diatas peneliti tertarik ingin meneliti
apakah ada benar hubungan pengetahuan keluarga tentang triase terhadap
tingkat kecemasan keluarga pasien yang sedang di rawat di ruang IGD
RSUD Poso.
B. Rumusan Masalah
IGD merupakan salah satu pelayanan keperawat yang hacting dengan
jumlah pasien yang banyak/ padat , hal ini menimbulkan pelayanan
keperawatan yang diberikan perawat itu harus di lakukan sesuai dengan
prioritas kegawatdaruratan pasien. Di mana pelayanan di IGD menggunakan
sistem triase terkadang keluarga melakukan komplen terhadap perawat
karena tidak mendapatkan penangana yang cepat sehingga keluarga
mengalami kecemasan, salah satu fakor yang menyebabkan kecemasan yaitu
karena kurangnya pengetahuan kelaurga tentang triase yang diterapkan oleh
manjemen rumah sakit, IGD maupun Perawat. Dan berdasarkan studi
literatur banyak yang melakukan penelitian serupa namun belum ada yang
meneliti tentang hubungan pengetahuan keluarga pasien tentang triase
terhadap tingkat kecemasan keluarga pasien di IGD RSUD Poso, khusunya
di Kabupaten Poso banyak yang komplenan yang di lakukan oleh keluarga
karena lambatnya penangan pasien di IGD padahal peneliti melakukan
wawancara pada beberapa perawat,perawat mengatakan bahwa mereka
sudah menjalankan sesuai dengan triase namun keluarga tidak memahmi,
sehingga peneliti tertarik untuk melakuan peneleitian ini.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan keluarga tentang triase
terhadap tingkat kecemasan keluarga pasien instalasi gawat darurat
RSUD Poso.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi frekuesi karakterikstik keluarga (Usia,
Jenis kelamin, pendapatan, pendidikan, pekerjaan,pengalaman
mengantar anggota keluarga di IGD)
b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan keluarga pasien
tentang Triase
c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tingkat kecemasan keluarga
pasien di IGD
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bemanfaat bagi ilmu Pendidikan
khususnya bagi ilmu keperawatan serta dapat menjadi bahan pelajaran
dan juga bahan referensi terlebih penelitian ini berguna agar teman-
teman memahami tentang triase serta dapat menerapkan triase itu di
Rumah Sakit saat teman-teman melakukan praktek keperawatan.
2. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini jika terbukti diharapkan menjadi masukan perbaikan
manajemen Rumah sakit terkait dengan informasi manajemen triase di
ruangan IGD. Sehinggga diharapkan dapat meminimalisir komplenan
dari keluarga pasien mengenai keluhkan penangganan yang lambat pada
pasien dan dapat menurunkan tingkat kecemsan keluarga pasien di IGD
yang sedang menunggu.
3. Bagi meneliti selanjutnya
Dengan adanya penelitian ini dapat membantu menyediakan informasi
atau referensi bagi peneliti selanjutnya sebagai saran jika ada peneliti
selanjutnya sangat diharapkan untuk mengembangkan variabel yang ada
contoh seperti “sosial ekonomi, atau sikap dan perilaku keluarga dalam
mendampigi anggota keluarga yang sakit .”
BAB II
TINJAUAN TEORI
7. Sistem Triase
Sistem triase digunakan untuk pasien yang benar-
benar membutuhkan pertolongan pertama, yakni pasien
yang apabila tidak mendapatkan triase segera, dapat
menimbulkan trauma. Berikut empat sistem triase yang
sering digunakan (Mailita & Rasyid, 2022)
a. Spot Check
Spot Check adalah sistem yang digunakan untuk
mengklasifikasikan dan mengkaji pasien dalam
waktu dua sampai tiga menit. Hampir 25% UGD
menggunakan sistem ini untuk mengidentifikasi
pasien dengan segera
b. Triase Komprehensif
Sistem triase komprehensif adalah standar dasar
yang telah didukung oleh Emeergency Nurse
Association (ENA). Sistem ini 9 menekankan
penanganan dengan konsep ABC ketika menghadapi
pasien gawat darurat. Penanganan pertama triage
bertujuan untuk mencegah berhentinya detak
jantung dan saluran pernapasan. Keadaan darurat
tersebut dapat ditangani dengan memberikan
resusitasi jantung paru.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, triage
komprehensif menekankan pada konsep ABC, A
(airway control: jalan napas), B (breating support:
pernapasan), dan C (circulation support: sirkulasi).
c. Triase Two-Tier
Triase two-tier merupakan tindakan pertolongan
pasien yang melibatkan duaorang petugas, untuk
dilakukan pengkajian lebih rinci. Selain triase
two-tier, ada juga triase bedside. Pasien yang
datang langsung ditangani oleh perawat tanpa
menunggu petugas perawat lainnya
d. Triase Exponded
Perawat melakukan pertolongan pertama dengan
bidai, kompres, atau rawat luka. Penanganan ini
disertai dengan pemeriksaan diagnostik dan
pemberian obat. Jika penyakit atau luka parah,
penanganan bisa dilakukan dengan tes
laboratorium
E. Keaslian Penelitian
1. Hubungan antara pelaksanaan triage dengan tingkat
kecemasan keluarga pasien di IGD RSUD Lahat (Nilasari,
2021)
Penelitian ini bertujuan menentukan apakah ada hubungan
antara pelaksanaan triase dengan tingkat kecemasan keluarga
pasien. Peneliatian ini mengunakan desain penelitian
observasional korelatif. Rancangan penelitian ini menggunkan
pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di IGD RSUD
lahat pada 166 orang dengan sampel pada penelitian ini berjumlah
56 responden Keluarga pasien yang mengantar pasien di RS.
Sampel dipilih sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik
yang digunakan dalam penggumpulan sampel yaitu purpose
sampling. Data dikumpulkan dengan menggunkan kuisoner State
Anxiety Inventory untuk mengukur tingkat kecemasan.
hasil penelitian didapat nilai p value 0.261 <0,05. Dari hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
atara pelaksanaan triase dengan tingkat kecemasan kelaurga pasien
IGD. Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang
akan dilakukan yaitu variable independent. Sedangkan
perbedaannya adalah kuesioner yang digunakan, jumlah sampel,
Teknik pengumpulan sampel dan lokasi penelitian
Kecemasan
Factor predisposisi
Dampak Kecemasan :
- Factor biologis
- Marah-marah
- Factor psikologis
- Komplen keluarga
Factor Presipitasi - Kekerasan verbal terhadap
perawat
- Factor internal - Kekerasan non verbal terhadap
- Factor eksternal perawat
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL
Keterangan :
: Variabel Indepenen
: Variabel Dependen
: Hubungan
B. Hipotesis
Hipotesis penelitia adalah suatu dugaan dari rumusan suatu penelitian
yang bersifat sementara( Anggeraeni,2022). Uraian ringkas dalam latar
belakang penelitian dapat memberikan dasar bagi peneliti dalam
merumuskan hipotesis kerja sebagia berikut.
C. Devinisi Operasional
Variebel pada ini di jelaskan secara operasional yang bertujuan agar
variebel lebih konkrit nyata dan mudah di ukur( Almasdi,2021). Devinisi
Variebel penelitian harus menjelaskan secara rinci tentang apa yang akan
di ukur, alat/cara mengukurnya serta apasaja kritteria pengukurannya.
Variabel Devinisi Operasional Cara Ukur Hasil ukur Skala
Variabel Independen
Pengetahuan Pengetahuan yang dimiliki Menggunakan Kuisoner B pengetahuan keluarga tentang triase Hasil ukur pengetahuan: Ordinal
Keluarga tentang keluarga yang sedang kuisoner yang sudah di lakukan uji validitas dan reabilitas oleh
- Pengetahuan baik
Triase mengantar anggota (Mustafa et al., 2022) Peneliti. Yang terdiri dari 12 pertanyaa.
jika niali skor ≥
keluarganya di IGD tentang Cara pengisian dengan skla godmen. jika benar diberi nilai 1 jika
nilai mean
informasi triase meliputi: salah diberi nilai 0.
- Pengetahuan
Devini Triase, Katerogi
kurang jika nilai
Triase, Tujuan Triase, factor
skor < nilai mean
yang mempenagruhi system
triase, kecepatan pelayaan
triase.
Variabel Dependen
Tingkat Respons keluarga pasien Menggunakan Kuisoner C mengenai Kecemasan keluarga pasien, Hasil Ukur dari Skala Ordinal
HARS-A:
Kecemasan tentang ketidaknyamanan Peneliti Menggunakan Kuisoner baku yaitu Hamilton Rating
Tidak cemas : <14
Kelaurga emosional yang dirasakanya Scale for Anxiety ( HARS-A) yang telah diterjemahkan kedalam Cemas ringa: 14- 20
Cemas sedang : 21-27
saat menunggu anggota Bahasa dan dilakukan uji Validitas dan Reabilitas oleh Kautsar
Cemas berat: 28-41
keluarganya yang dirawat di (2015, yang terdiri dari 13 pernyataan yang setiap pernyataan
Panik: 42-56
ruangan IGD RSUD Poso. meliputi penilain 0 : tidak ada gejala sama sekali, 1: gejala ringan
terdapat 1 dari gejala yang ada 2: gejala sedang terdapat setegah
dari gejala yang ada 3 : gejala berat lebih dari setegah gejala yang
ada 4 : gejala sangat berat terdapat semua gejala.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan
desain penelitian Analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional
yang untuk mencari apakah ada hubungan dari Variabel Indepen dengan Variabel
Dependen.( Nursalam,2017). Dimna Variabel Independen yaitu Pengetahuan
Keluarga tentang Triase sedangakan Variabel Dependen yaitu Tingkat
Kecemasan Keluarga Pasien di IGD RSUD Poso
n > 50 + 8 m
Rumus :
Keterangan: n = jumlah sampel
m = jumlah variabel independent dalam penelitian
n > 50 + 8 m
n = 50 + 8 (1)
n = 50 + 8
n = 58
58 responden
Maka berdasarkan rumus di atas didapatkan jumlah sampel sebanyak 58
responden
3. Teknik atau cara pengambilan sampel
Teknik sampling adalah suatu proses seleksi sampel yang digunakan
dalam penelitian dari populasi yang ada, Teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu Teknik
pengambilan sampel dengan cara memilih sampel dengan cara memilih
sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti
berdasarkan tujuan peneliti,melalui kriteria inklusi dan eksklusi. (Sugiyono,
2015).
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh
setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel.
Berikut kriteria adalah :
1) Keluarga pasien yang mengatar dan menunggu anggota keluarga
yang sedang dirawat di IGD RSUD Poso.
2) Dapat berkomunikasi dengan baik.
3) Bersedia menjadi responden
4) Usia > 18 tahun.
5) Telah menunggu di IGD Minimal lebih dari 5 menit
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai penelitian.
Berikut kriteria Eksklusi adalah :
1) Keluarga pasien yang tidak termasuk keluarga besar pasien (orang
tua, suami/istri, anak, saudara kandung,nenek/kakek)
C. Variabel Penelitian
1. Variabel independen
Variabel independen (varaibel bebas) merupakan variabel yang menjadi
sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependent (Sugiyono,2015).
Variabel independent dalam penelitian ini yaitu pengetahuan keluarga
tentang triase.
2. Variabel dependent
Variabel dependent (variabel terikat) merupakan variabel yang
dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas
( Sugiyono,2015). Variabel dependent dalam penelitian ini yaitu tingkat
kecemasan kelaurga.
E. Etika Penelitian
Etika penelitian yang harus diperhatikan (Aima,Suprapti,and Susilo (2014)
adalah sebagai berikut:
1. Kebebasan (Autonomy)
Autonomi adalah setiap inividu memiliki kebebasan untuk memilih rencana
kehidupanya sendiri. Peneliti dapat menghargai pendapat yang dikemukakan
oleh responden untuk menjawab setiap pertanyaan sesuai dengan kehendak
responden tampa adanya paksaan.
2. Tampa nama (Anonimity)
Anonymity masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek
peneliti dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden
pada lembar alat ukur dan hanya memberikan kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan.
3. Kerahasiaan ( Confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan penelitian, baik berupa identitas responden, hasil penelitian dan
informasi-informasi lainya yang terkait responden. Peneliti telah
mengumpulkan informasi dan terjamin kerahasiaannya dan hanya data
khusus yang akan dilaporkan untuk hasil penelitian. Peneliti hanya
memperlihtakan data-data yang berkorelasi dengan penelitian saja.
Kerahasiaan yang didapat dari responden dengan hanya menuliskan kode
saja pada lemabar instrument pengumpulan data peneliti.
4. Keadilan ( justice)
Keadilan merupakan prinsip moral berlaku adil dan memberikan apa saja
yang menjadi kebutuhan seseorang. Tindakan yang sama tidak selalu identik,
tetapi dalam hal ini persamaan berarti mempunyai kontribusi yang relatife
sama untuk kebaikan kehidupan seseorang. Peneliti harus memperlakukan
setiap responden sama, berdasarkan moral, martabat, hak asasi manusia dan
tidak membeda-bedakan responden.
5. Kemanfaatan (Beneficience)
Memiliki nilai yang bermanfaat bagi responden adalah salah satu sisi positif
dalam penelitian ini. Saran dan motivasi peneliti berikan kepada responden
untuk bisa lebih bersyukur dalam menjalani hidup dan senantiasa
menerapkan pola hidup yang sehat
6. Tidak Berbahaya (Non-maleficience)
Tidak mengandung unsur bahaya atau merugikan responden akibat
penelitian merupakan jenis penelitian yang baik. Penelitian menjamin
keselamatan dan tidak memperburuk kondisi responden selama penelitian
berlangsung. Peneliti meminimalisir kerugian atau dampak yang merugikan
bagi responden yaitu dengan cara peneliti melihat apakah responden dalam
kondisi yang sehat saat dilakukan penelitian.
F. Instrument Penelitian
Peneliti menggunakan 3 Instrumen dalam penelitian ini yaitu
1. Instrumen A
Berisi tentang data demografi dari keluarga pasien di IGD RSUD Poso.
Kuisoner ini dibuat oleh peneliti sendiri. Ada beberapa komponen dan factor
demografi yaitu : Nama (Inisial) ; Umur (dalam tahun) ; jenis kelamin (laki-
laki atau perempuan ) ; Pendidikan ( SD, SMP, SMA, D3/S1) ; Pekerjaan
( Buruh, PNS, Swasta, IRT, Petani, Mahasiswa) ; pernah di rawat di IGD ( ya
atau tidak) ; Pendapatan ; Mendapat informasi tentang penanganan triase ( ya
atau tidak) ; pengalaman mengantar anggota keluarga ( pernah atau tidak
pernah)
2. Instrumen B
Data mengenai pengetahuan keluarga tentang triase menggunakan kuisoner
yang sudah di lakukan uji validitas dan reabilitas oleh peneliti sendiri.
Kuisoner pengetahuan keluarga tentang triase terdiri dari beberapa indicator
pertanyaan yaitu: (Devini triase, katerogi triase, tujuan triase, faktor yang
mempenagruhi system triase, kecepatan pelayaan triase).
Tabel 4.1 Kisi-kisi Kuisoner Pengetahuan keluarga tentang Triase
3. Instrument C
Berisi tentang tingkat kecemasan keluarga pasien di IGD RSUD Poso
menggunakan kuisoner yang sudah di lakukan uji validitas dan reabilitas
oleh. Kuisoner tingkat kecemasan keluarga terdiri dari beberapa indicator
pertanyaa yaitu ( perasaan cemas, ketegangan, ketakutan, gangguan
kecerdasan, perasaan depresi ,gejala somatic,gejala kardiovaskuler,
gejala,respiratori, gejala gastrointestinal, gejala urogenital, gejala autonomy,
tangka laku).
c. Tabulating
Tabulating merupakan salah satu tahap pembuatan table yang berisi data
yang telah diberi kode yang sesuai dengan analisis untuk menghindari
kesalahan dan dibutuhkan ketelitian untuk menghindari terjadinya
kesalahan dalam Analisa data secara statistik.
d. Entry
Entry yaitu memasukan data menggunakan fasilitas computer yang
menggunakan program SPSS.
2. Analisis Data
Analisis data dilakukan pada setiap variabel. Dalam penelitian hasil pada
umunya hanya menghasilkan distribusi dan frekuensi dari setiap variabel
(Notoatmodjo, 2018). Data yang telah terkumpul kemudian akan di analisis
dengan menggunakan analisis univariat dan bivariat.
a. Analisa Univariat
Analisa univariat digunakan peneliti yang bertujuan untuk mengkaji atau
mendeskripsikan masing-masing karakteristik subjek penelitian. Pada
umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan
persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2018).
b. Analisi bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis untuk menjelaskan suatu hubungan
dua variabel yaitu variabel independent dan variabel
dependent( Mawarti,2021). Analisis bivariat dilakukan pada dua variabel
yang di duga berhubungan (Notoatmodjo, 2018). Uji statistic yang
digunakan yaitu uji Kruskal-wallis dengan tinggkat kepercayaan 95%
dan nilai korelasi (α= 0,05) ,jika P< 0,05 makan terdapat hubungan yang
bermakna sedangkan,jika nilai P> 0,05 maka tidak terdapat hubungan.