Anda di halaman 1dari 6

Al-Insyirah Midwifery

Jurnal Ilmu Kebidanan (Journal of Midwifery Sciences)


http://jurnal.alinsyirah.ac.id/index.php/kebidanan
Volume 8, Nomor 1, Tahun 2019
p-ISSN: 2338-2139
e-ISSN: 2622-3457

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN MP ASI DINI DENGAN


KEJADIAN STUNTING PADA BALITA

Lidia Fitri(1), Ernita(2)


(1)
Akademi Kebidanan Helvetia Pekanbaru, Pekanbaru 28294, Indonesia.
email: lidiafitri@helvetia.ac.id
(2)
Akademi Kebidanan Helvetia Pekanbaru, Pekanbaru 28294, Indonesia.
email: ernitanaima@gmail.com

ABSTRAK
Stunting adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (-2 SD). Keadaan ini diakibatkan
karena kekurangan gizi kronis di masa lalu. Data WHO 2014 menempatkan Indonesia kedalam 5
besar negara dengan jumlah anak di bawah 5 tahun yang mengalami stunting tinggi. Prevalensi
stunting di Indonesia pada balita berdasarkan hasil Riskesdas 2013 sebesar 37,2%. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian ASI Eksklusif dan MP-ASI Dini
dengan kejadian stunting pada anak balita 2-5 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat
Inap Sidomulyo tahun 2018. Jenis penelitian analitik kuantitatif dengan desain case control
menggunakan pendekatan retrospektif . Populasi seluruh balita usia 2-5 tahun berjumlah 8835.
Sampel pada penelitian yaitu 30 orang, 15 orang stunting sebagai kasus dan 15 orang tidak
stunting sebagai kontrol. Analisis data secara univariat dan bivariat dengan uji chi-square.
Hasil penelitian didapatkan mayoritas responden sebanyak 13 orang (86,7%) kelompok kasus
tidak ASI ekslusif, mayoritas responden yaitu 12 orang (80%) kelompok kasus memberikan MP-
ASI dini. Hasil uji diketahui ada hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian stunting
dengan p-value ≤ α 0,000 dan ada hubungan pemberian MP-ASI dengan kejadian stunting
dengan p-value ≤ α yaitu 0,001. Ha diterima. Kesimpulan : ada hubungan signifikan antara ASI
ekslusif, pemberian MP ASI dini dengan kejadian stunting.

Kata kunci: Stunting, ASI Eksklusif, MP-ASI Dini

PENDAHULUAN pada kematian (Oktarina & Sudiarti,


Stunting adalah tinggi badan yang 2014). Menurut Kementerian Kesehatan
kurang menurut umur (<-2 SD), ditandai beberapa penyebab stunting ini adalah
dengan terlambatnya pertumbuhan anak seperti kemiskinan, perilaku pola asuh
yang mengakibatkan kegagalan dalam yang tidak tepat, dan sering menderita
mencapai tinggi badan yang normal penyakit infeksi secara berulang karena
dan sehat sesuai usia anak hygiene dan sanitasi yang kurang baik
(Crookston et al., 1996). (Purnawati & Muwakhidah, 2010)
Stunting ketika usia balita pada Data yang dilansir WHO
umumnya sering tidak disadari oleh menyebutkan bahwa 178 juta anak
keluarga dan setelah 2 tahun baru dibawah 5 tahun mengalami stunting
terlihat dan berdampak pada dan menempatkan Indonesia masuk
kemampuan kognitif dan produktivitas kedalam 5 besar Negara dengan jumlah
jangka panjang, bahkan bisa berdampak anak dibawah 5 tahun yang mengalami
Al-Insyirah Midwifery / Vol. 8, No. 1, Tahun 2019

stunting tinggi (Alrahmad, Miko, & terendah yaitu 30,56% dan merupakan
Hadi, 2010). urutan ke 5 jumlah balita stunting
Riset Kesehatan Dasar 2013 tertinggi tahun 2017.
mencatat prevalensi stunting nasional Survey pendahuluan di wilayah
mencapai 37,2%. Tingginya prevalensi kerja Puskesmas Rawat Inap
stunting diakibatkan oleh berbagai Sidomulyo tahun 2017 didapatkan 6
faktor risiko diantaranya riwayat orang balita yang memiliki tinggi
kebiasaan ibu saat hamil, berat badan badan dibawah normal. Hasil
lahir, penyakit infeksi, pendidikan orang wawancara dengan ke 6 ibu balita
tua, ASI eksklusif dan MP-ASI dini. tersebut diketahui bahwa seluruh balita
Selain itu pantangan makan-makanan tersebut tidak diberikan ASI secara
tertentu juga termasuk di dalamnya. Hal eksklusif dan diberikan makanan
ini dapat menjadi kendala dalam pendamping ASI pada usia kurang dari
memperbaiki pola pemberian makanan usia 6 bulan.
(pola asuh makan) dan nutrisi terhadap Berdasarkan uraian diatas, peneliti
anggota keluarga dengan makanan yang tertarik melakukan penelitian mengenai
bergizi (Kemenkes RI, 2013). hubungan pemberian ASI eksklusif
Pola asuh yang meliputi aspek dan MP-ASI dini dengan kejadian
praktek pemberian ASI ekslusif dan stunting pada balita usia 2- 5 tahun di
pemberian makan, persiapan makan dan wilayah kerja Puskemas Rawat Inap
sanitasi makanan juga memengaruhi Sidomulyo Pekanbaru tahun 2018.
kejadian stunting. Hal ini disebabkan
pemberian makanan atau minuman METODE
dengan tidak memerhatikan frekuensi Penelitian ini merupakan jenis
pemberian, kualitas gizi dan cara penelitian analitik kuantitatif dengan
pemberian makanan yang kurang tepat rancangan case control dan
akan mengakibatkan terjadinya pendekatan retrospektif. Waktu
kegagalan pertumbuhan (Masithah, penelitian ini dari Januari-Mei 2018.
Soekirman, & Martianto, 2005). Lokasi penelitiaan dilakukan di
Data profil Provinsi Riau tahun wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap
2012 memperlihatkan bahwa masalah Sidomulyo. Populasi dari penelitian ini
kurang gizi di Riau sebesar 1,09% dan adalah seluruh ibu yang memiliki
mengalami kenaikan tahun 2013 balita usia 2-5 tahun dengan
sebesar 1,3%. Pekanbaru sebagai salah karakteristik sesuai dengan tujuan dari
satu kota yang dikenal kaya dengan penelitian. Jumlah sampel penelitian 30
sumber daya alam nya, ternyata masih orang balita, 15 orang balita stunting
menghadapi permasalahan yang sebagai kasus dan 15 orang balita
berkaitan dengan gizi. Data yang tidak stunting sebagai kontrol.
didapat dari pengukuran dan
penimbangan massal yang dilakukan HASIL
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru pada Karakteristik Responden
bulan Agustus 2014 terhadap 318.536 Berdasarkan hasil penelitian untuk
balita, didapatkan sekitar 4,4% tinggi karakteristik responden dapat dilihat
badannya kurang ideal. Data yang di pada gambar 1 berikut :
dapat dari Dinas Kesehatan Kota
tahun 2016 bahwa Puskesmas Rawat
Inap Sidomulyo merupakan Puskesmas
dengan cakupan ASI eksklusif

20 | S T I K e s A l - I n s y i r a h P e k a n b a r u
Al-Insyirah Midwifery / Vol. 8, No. 1, Tahun 2019

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat


bahwa pada kelompok kasus hanya 2
orang (13,3%) yang memberikan ASI
ekslusif kepada anaknya, sementara
mayoritas pada kelompok kontrol
memberikan ASI eksklusif sebanyak 13
orang (86,7%).

Tabel 2 Distribusi Frekuensi MP-ASI


Kelompok Kasus dan
Kelompok Kontrol.
Gambar 1. Karakteristik Umur Kelompok Case MP-ASI Kasus (%) Kontrol (%)
Dini (N) (F)
Gambar 1 memperlihatkan bahwa Ya 12 80 2 13,3
sebaran umur responden, terlihat rata- Tidak 3 20 13 86,7
rata umur adalah 33,3 + 6,02 dengan Total 15 100 15 100
umur terendah 23 tahun dan umur Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat
tertinggi 43 tahun. Responden yang bahwa distribusi frekuensi MP-ASI
terbanyak adalah berusia 36 tahun. dini pada kelompok kasus sebesar 12
Berdasarkan jenis kelamin balita orang (80%), sementara pada
yang mengalami stunting maka dapat kelompok control hanya 2 orang
(13,3%) yang memberikan MP-ASI
dilihat berdasarkan diagram 1 berikut : dini.

Analisis Bivariat
Tabel 3 Hubungan Pemberian ASI
Eksklusif dengan Kejadian
Stunting.
ASI Kasus Kontrol Total P
Eksklusif N % N % N % Value
Ya 2 13,3 13 86,7 15 50
Laki-Laki Perempuan 0,000
Tidak 13 86,7 2 13,3 15 50
Diagram 1. Jenis Kelamin Kelompok Case Total 15 100 15 100 30 100

Diagram 1 memperlihatkan bahwa Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat


yang mengalami stunting lebih banyak dari 15 orang balita yang tidak ASI
eksklusif pada kelompok kasus 13
pada jenis kelamin perempuan yaitu orang diantaranya (86,7%) mengalami
sebanyak 86,67%. stunting. Sedangkan pada kelompok
kontrol dapat dilihat dari 15 orang
Analisis Univariat yang mendapatkan ASI eksklusif
terdapat 13 orang (86,7%) yang tidak
Tabel 1 Distribusi Frekuensi ASI
mengalami stunting. Berdasarkan uji
Eksklusif Kelompok Kasus
chi square diperoleh nilai p value
dan Kelompok Kontrol.
=0,000 <  0,05 maka dapat
ASI Kasus (%) Kontrol (%) disimpulkan bahwa terdapat hubungan
Ekslusif (N) (F) bermakna antara pemberian ASI
Ya 2 13,3 13 86,7 eksklusif dengan kejadian stunting
Tidak 13 86,7 2 13,3 pada balita.
Total 15 100 15 100

21 | S T I K e s A l - I n s y i r a h P e k a n b a r u
Al-Insyirah Midwifery / Vol. 8, No. 1, Tahun 2019

Tabel 4 Hubungan Pemberian MP Hubungan Pemberian ASI Eksklusif


ASI Dini dengan Kejadian dengan Kejadian Stunting
Stunting. Berdasarkan hasil penelitian
MP- Kasus Kontrol Total P didapatkan bahwa persentase kelompok
ASI N % N % N % Value kasus yang tidak memberikan ASI
Dini eksklusif sebesar 15 orang dan 13 orang
Ya 12 80 2 13,3 14 46,7 diantaranya (86,7%) mengalami
0,001
Tidak 3 20 13 86,7 16 53,3 stunting. Sedangkan pada kelompok
Total 15 100 15 100 30 100
kontrol didapatkan data bahwa dari 15
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat orang yang ASI eksklusif sebanyak 13
bahwa dari 14 orang balita kelompok orang diantaranya (86,7%) tidak
kasus yang MP-ASI dini terdapat 12 mengalami stunting. Secara statistik
orang (80%) balita yang mengalami didapatkan nilai p value =0,000 < 
stunting, sedangkan dari 16 orang yang 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
tidak MP-ASI dini terdapat 13 orang
balita (86,7%) yang tidak mengalami terdapat hubungan bermakna antara
stunting. Berdasarkan uji chi square pemberian ASI eksklusif dengan
diperoleh nilai p value =0,001 <  0,05 kejadian stunting pada balita di wilayah
maka dapat disimpulkan bahwa kerja Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo
terdapat hubungan bermakna antara Pekanbaru.
pemberian MP-ASI dini dengan ASI merupakan makanan yang
kejadian stunting pada balita di wilayah paling baik bagi bayi setelah lahir. ASI
kerja Puskesmas Rawat Inap mempunyai keunggulan baik ditinjau
Sidomulyo Pekanbaru tahun 2018.
dari segi gizi, daya kekebalan tubuh,
psikologi, ekonomi dan sebagainya
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian (Anggorowati & Nuzulia, 2013). ASI
didapatkan bahwa 13 orang balita pertama yang diberikan kepada bayi
(86,7%) pada kelompok kasus tidak disebut colostrum dimana mengandung
diberikan ASI eksklusif dan pada lemak, protein dan bisa menjaga system
kelompok kontrol sebanyak 13 orang kekebalan tubuh sehingga anak
balita (86,7%) diberikan ASI eksklusif. mempunyai daya tahan terhadap
Sedangkan pada pemberian MP-ASI penyakit (Siregar, 2010). Rendahnya
dini didapatkan bahwa 12 orang balita pemberian ASI eksklusif menjadi salah
(80%) pada kelompok kasus sudah
diberikan MP-ASI dini sementara pada satu pemicu terjadinya stunting pada
kelompok kontrol sebesar 13 orang anak balita, yang disebabkan oleh
balita (86,7%) tidak diberikan MP-ASI kejadian masa lalu dan akan
dini. berdampak terhadap masa depan
Adapun alasan anak tidak balita, sebaliknya pemberian ASI yang
diberikan ASI eksklusif pada baik akan membantu menjaga
kelompok kasus sebanyak 10 orang keseimbangan gizi anak sehingga
(66%) mengatakan ASI tidak lancer
tercapai pertumbuhan anak yang
dan 3 orang (20%) mengatakan anak
rewel dan sakit. Sedangkan alasan normal dan optimal (Alrahmad et al.,
pemberian MP-ASI dini pada 2010).
kelompok kasus yaitu 10 orang (66%) Hasil penelitian yang peneliti
mengatakan bahwa anak rewel, dengan dapatkan sejalan dengan penelitian
diberikan MP-ASI dini orangtua Ni’mah (2015) di Surabaya yang
beranggapan anak menjadi tenang dan menunjukkan bahwa terdapat hubungan
bisa tidur dengan nyenyak. antara pemberian ASI eksklusif dengan
kejadian stunting dengan OR sebesar

22 | S T I K e s A l - I n s y i r a h P e k a n b a r u
Al-Insyirah Midwifery / Vol. 8, No. 1, Tahun 2019

4,643 berarti balita yang tidak ASI 16 orang balita yang tidak MP-ASI
eksklusif mempunyai resiko 4 kali lebih dini terdapat 3 (20,0%) orang untuk
besar terkena stunting dibanding balita kelompok kasus yang mengalami
yang ASI eksklusif. Sama halnya stunting dan 13 (86,7%) orang balita
dengan hasil penelitian dilakukan di dari kelompok kontrol yang tidak MP-
Banten, bayi stunting yang tidak ASI dini tidak mengalami stunting.
diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai
mempunyai resiko 3,7 kali tetap p- value = 0,001≤ α 0,05 maka
stunting pada usia 3-4 tahun. Pengaruh dapat disimpulkan bahwa terdapat
ASI eksklusif terhadap perubahan status hubungan bermakna antara pemberian
stunting disebabkan oleh fungsi ASI MP-ASI dini dengan kejadian stunting
sebagai anti infeksi (Saputri et al., pada balita di Wilayah Kerja
2014). Besarnya pengaruh ASI Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo
eksklusif terhadap status gizi anak Pekanbaru.
membuat WHO merekomendasikan Penelitian ini sejalan dengan
agar menerapkan intervensi peningkatan penelitian Khasanah (2016) ada
pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan hubungan antara waktu memulai
pertama sebagai salah satu langkah pemberian MP-ASI dengan status gizi
untuk mencapai WHO Global Nutrition anak usia 6-23 bulan berdasarkan
Targets 2025 mengenai penurunan panjang badan menurut umur (PB/U)
jumlah stunting pada anak dibawah lima (OR=2,867, 95% CI:1,453-5,656).
tahun (WHO, 2016). Anak yang mendapatkan MP-ASI
Oleh karena itu, agar dapat tercapai yang tidak sesuai dengan waktu
target ini maka dari hasil penelitian ini memulai pemberian MP-ASI memiliki
bisa direncanakan penatalaksanaan risiko 2,8 kali untuk menjadi stunting
pencapaian ASI eksklusif dari tenaga (z score <-2). Hal ini berarti waktu
kesehatan dengan cara melibatkan orang memulai pemberian MP-ASI
terdekat ibu dalam hal pemberian ASI berhubungan secara signifikan dengan
dalam bentuk dukungan atau motivasi kejadian stunting (Khasanah, Hadi, &
sehingga ibu bisa dengan semangat Paramashanti, 2016).
memberikan ASI kepada anaknya. Menurut peneliti, pemberian MP-ASI
Karena tidak tercapainya pemberian terlalu dini yang dilakukan oleh ibu-ibu
ASI eksklusif ini dikarenakan balita dikarenakan terhentinya
kurangnya pemahaman ibu tentang pemberian ASI eksklusif dan persepsi
keunggulan dari ASI sehingga dalam yang muncul dari ibu bahwa ASI tidak
pelaksanaannya ibu tidak bisa cukup dan ASI tidak lancar keluar
memberikan ASI secara eksklusif. sehingga anak rewel. Akhirnya ibu
memberikan makanan tambahan ke
Hubungan Pemberian MP-ASI Dini anak. Pemberian MP-ASI yang terlalu
dengan Kejadian Stunting dini ini akan berdampak terhadap
Hasil penelitian memperlihatkan kejadian infeksi yang tinggi seperti
bahwa dari 14 orang balita yang MP- diare, infeksi saluran nafas, alergi
ASI dini terdapat 12 (80,0%) orang hingga gangguan pertumbuhan karena
balita kelompok kasus yang system pencernaan bayi masih belum
mengalami stunting dan 2 (13,3%) berfungsi dengan sempurna.
orang balita untuk kelompok kontrol
yang tidak MP-ASI dini tidak
mengalami stunting. Sedangkan dari

23 | S T I K e s A l - I n s y i r a h P e k a n b a r u
Al-Insyirah Midwifery / Vol. 8, No. 1, Tahun 2019

SIMPULAN makanan pendamping ASI (MP-ASI)


Berdasarkan penelitian dan berhubungan dengan kejadian stunting
pembahasan tentang hubungan anak usia 6-23 bulan di Kecamatan
Sedayu. Jurnal Gizi Dan Dietetik
pemberian ASI eksklusif dan MP-ASI
Indonesia (Indonesian Journal of
dini dengan kejadian stunting pada Nutrition and Dietetics).
balita usia 2-5 tahun di Puskesmas https://doi.org/10.21927/ijnd.2016.4(2
Rawat Inap Sidomulyo Kota ).105-111
Pekanbaru dapat disimpulkan bahwa Marmi. 2013. Gizi dalam Kesehatan
terdapat hubungan yang bermakna Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka
antara pemberian ASI eksklusif Pelajar.
dengan kejadian stunting di Wilayah Maryunani A. 2012. Ilmu Kesehatan Anak
Kerja Puskesmas Rawat Inap Dalam Kebidanan. Jakarta: Trans Info
Sidomulyo Pekanbaru tahun 2018 Medika.
dimana p value 0,000 dan terdapat Masithah, T., Soekirman, I., & Martianto,
D. (2005). Hubungan pola asuh
hubungan yang bermakna antara
makan dan kesehatan dengan status
pemberian ASI eksklusif dengan gizi anak batita di Desa Mulya Harja.
kejadian stunting di Wilayah Kerja Media Gizi & Keluarga.
Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo Notoatmodjo S. 2012. Metodologi
Pekanbaru tahun 2018 dimana p value Penelitian Kesehatan. Jakarta:
0,001. Rineka Cipta.
Oktarina, Z., & Sudiarti, T. (2014). Faktor
DAFTAR PUSTAKA Risiko Stunting Pada Balita (24—59
Alrahmad, A. H., Miko, A., & Hadi, A. Bulan) Di Sumatera. Jurnal Gizi Dan
(2010). Kajian Stunting pada anak Pangan, 8(3), 175–180. Retrieved
balita ditinjau dari pemberian ASI from
ekslusif, MP-ASI, status imunisasi http://jesl.journal.ipb.ac.id/index.php/j
dan karakteristik keluarga di kota gizipangan/article/view/7977
Banda Aceh. Jurusan Gizi Poltekkes Purnawati, R., & Muwakhidah. (2010).
Kemenkes RI Aceh, 1–13. Pola pemberian ASI dan pengetahuan
https://doi.org/10.1103/PhysRevB.69. ibu (Analisis perbedaan balita stunted
161303 dan non stunted, 141–149.
Anggorowati, & Nuzulia, F. (2013). Saputri, E. L., Syauqy, A., Studi, P., Gizi,
Hubungan antara dukungan keluarga I., Kedokteran, F., & Diponegoro, U.
dengan pemberian ASI eksklusif pada (2014). FAktor Resiko Kejadian
bayi di Desa Bebengan Kecamatan Stunting Pada Anak Usia 12-36 Bulan
Boja Kabupaten Kendal. Jurnal Di Kecamatan Pati, Kabupaten Pati.
Keperawatan Maternitas. Journal of Nutrition College.
Crookston, B. T., Penny, M. E., Alder, S. Siregar, M. A. (2010). Hubungan Antara
C., Dickerson, T. T., Merrill, R. M., Pemberian ASI Eksklusif fengan
Stanford, J. B., … Dearden, K. A. Kejadian Diare dan Faktor-Faktor Di
(1996). Children Who Recover from Kelurahan Bendungan Kecamatan
Early Stunting and Children Who Are Cilegon Pada Bulan Agustus 2010.
Not Stunted Demonstrate Similar FKIK UIN Syarif Hidayatullah.
Levels of Cognition 1,2. J. Nutr, 140. WHO. (2016). Guideline: Daily Iron
https://doi.org/10.3945/jn.109.118927 Supplementation in Adult Women and
Kemenkes RI. (2013). Riskesdas Dalam Adolescent Girls.
Angka 2013. Program. https://doi.org/10.1007/BF02109779
https://doi.org/10.3406/arch.1977.132
2
Khasanah, D. P., Hadi, H., & Paramashanti,
B. A. (2016). Waktu pemberian

24 | S T I K e s A l - I n s y i r a h P e k a n b a r u

Anda mungkin juga menyukai