Anda di halaman 1dari 5

Vol 4 No 2 Tahun 2020 ISSN 2580-3123

HUBUNGAN ANEMIA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA


BALITA DI UPTD PUSKESMAS KAMPAR TAHUN 2018

Milda Hastuty1)
Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai
Email : melda.obie@gmail.com

ABSTRAK
Secara global, sekitar 1 (satu) dari 4 (empat) atau sekitar 26% anak di bawah 5 tahun
mengalami stunting. Di provinsi Riau angka kejadian stunting juga mengalami penurunan
menjadi 27%. Pada wilayah kerja Puskesmas Kampar terdapat 2 lokus stunting yaitu desa
Ranah Singkuang dan Pulau Jambu. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan
anemia ibu hamil dengan kejadian stunting pada balita di UPTD Puskesmas Kampar tahun
2018. Jenis penelitian yang digunakan yaitu analitik kuantitatif dengan pendekatan case
control menggunak data sekunder. Populasinya seluruh balita yang mengalami stunting.
Sampel kasus diambil menggunakan teknik total sampling dan sampel kontrol menggunakan
teknik systematic random sampling dengan jumlah 53 responden kasus dan 53 responden
kontrol. Analisa data penelitian ini adalah univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi
square. Hasil penelitian ini yaitu variabel anemia dengan nilai P-value = 0,017. Berdasarkan
hasil penelitian bahwa anemia ibu hamil memiliki hubungan dengan kejadian stunting pada
balita. Diharapkan kepada petugas kesehatan Puskesmas Kampar lebih mengoptimalkan
sosialisasi terhadap ibu hamil dan balita agar bisa mencegah anemia dan stunting serta
bekerjasama dengan keluarga, Katoma dan Katoga yang ada di Desa tersebut.

Kata Kunci : Anemia Ibu Hamil. Kejadian Stunting

PENDAHULUAN
Stunting didefinisikan sebagai dengan penyebarannya 56 % hidup di Asia
keadaan tubuh yang pendek atau sangat dan sisanya di Afrika (UNICEF, 2013),
pendek yang didasarkan pada indeks sedangkan untuk tingkat Asia, Indonesia
Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau menduduki peringkat kelima dengan
Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) prevalensi stunting bayi berusia di bawah
dengan ambang batas (Z-Score) antara -3 lima tahun (balita) Indonesia pada 2015
SD sampai dengan < -2 SD. Stunting sebesar (36,4%), lebih tinggi dibandingkan
terjadi sebagai akibat dari asupan gizi yang Myanmar (35%), Vietnam (23%),
buruk dalam jangka waktu yang lama atau Malaysia (17%), Thailand (16%) dan
berulang. Stunting menyebabkan anak Singapura (4%) (WHO, 2015).
cenderung mudah terinfeksi penyakit Mengikuti Angka kejadian stunting
hingga menyebabkan kematian (WHO, di Indonesia, di provinsi Riau angka
2012). Stunting juga merupakan pertanda kejadian stunting juga mengalami
telah terjadi gangguan kekurangan gizi penurunan dari 29,7 % pada Riskesdas
kronik (waktu lama) yang berpengaruh 2013 menjadi sekitar 27 % pada Riskesdas
buruk terhadap pertumbuhan dan tahun 2018. Meskipun demikian angka
perkembangan anak (Setiawan Budi, kejadian stunting masih menjadi
2018). permasalahan kesehatan masyarakat yang
Secara global, sekitar 1 (satu) dari 4 harus ditindak lanjuti.
(empat) atau sekitar 26% anak di bawah 5 Provinsi Riau merupakan salah satu
tahun mengalami stunting, dimana 80% daerah yang diprioritaskan dalam rencana
atau 165 juta anak berada di 14 negara aksi penanganan stunting. Kabupaten

Jurnal Doppler Page 112


Vol 4 No 2 Tahun 2020 ISSN 2580-3123

Rohul dengan prevalensi 59,1% ditetapkan tidak menempati urutan tertinggi kasus
sebagai daerah lokus penanganan stunting anemia, tetapi jumlah kasus yang
tahap I yaitu pada tahun 2018 dan pada ditemukan cukup terbilang tinggi,
Kabupaten Kampar dengan prevalensi mengingat anemia berhubungan dengan
31,99% ditetapkan sebagai daerah lokus kejadian stunting.
penanganan stunting tahap II yaitu tahun Akibat dari stunting itu sendiri yaitu
2019. bisa mengganggu pertumbuhan tinggi dan
Dampak yang ditimbulkan stunting berat anak, tumbuh kembang anak kurang
dapat dibagi menjadi dampak jangka optimal, memengaruhi kecerdasan dan
pendek dan dampak jangka panjang. kemampuan belajar anak serta mudah
Dampak jangka pendek yaitu peningkatan terserang penyakit. Hal ini disebabkan
kejadia kesakitan dan kematian, karena faktor ekonomi dan Perilaku Hidup
perkembangan kognitif, motorik dan Bersih dan Sehat (Dokter Sehat, 2018). Di
verbal pada anak tidak normal serta desa lokus stunting yaitu desa Ranah
peningkatan biaya kesehatan. Dampak dari Singkuang dan Pulau Jambu, kebanyakan
jangka panjang yaitu postur tubuh yang balita yang mengalami stunting faktor
tidak optimal saat dewasa (lebih pendek ekonomi keluarganya menengah kebawah,
dibandingkan pada umumnya), karena faktor ekonomi orangtua tidak
meningkatnya risiko obesitas dan penyakit sanggup memberikan asupan gizi yang
lainnya, menurunnya kesehatan cukup untuk anaknya. Perilaku hidup sehat
reproduksi, kapasitas belajar dan perfoma dan kebersihan lingkungan juga
yang kurang optimal saat masa sekolah merupakan faktor utama penyebab stunting
serta produktivitas dan kapasitas kerja di desa tersebut, kontamisasi ketika anak
yang tidak optimal (Kemenkes RI, 2018). menyentuh lantai atau benda yang ada
Salah satu faktor risiko yang dirumah sehingga membuat tangan anak
mempengaruhi kejadian stunting pada kotor dan tanpa sengaja memasukkan
anak balita adalah status gizi ibu saat kedalam mulut, hal ini bisa memacu
hamil. Tingginya angka kurang gizi pada bakteri atau kuman bisa mengganggu
ibu hamil mempunyai kontribusi terhadap pencernaan dan membuat nafsu makan
tingginya angka stunting di Indonesia yang menurun (Buletin stunting.2018).
diperkirakan mencapai 350.000 bayi setiap Kesenjangan prevalensi stunting
tahunnya (Hadi, 2005). Ibu hamil dengan masih tinggi di wilayah kerja Puskesmas
status gizi kurang akan lebih mudah Kampar. Untuk data K1/K4 di desa Ranah
merasa lemah, letih, lesu, lunglai dan nafsu Singkuang dan Pulau Jambu sudah baik
makan berkurang sehingga asupan gizi dan hampir mencapai target sasaran, tetapi
yang dibutuhkan tidak terpenuhi, karena setelah ditelusuri masih ada orangtua yang
ketika nafsu makan menurunkan ibu hamil anaknya mengalami stunting masih enggan
akan mudah mengalami anemia. Ibu hamil datang ke Posyandu disebabkan oleh
yang mengalami anemia mengakibatkan faktor pekerjaan dan merasa malas untuk
berkurangnya suplai oksigen ke sel tubuh menimbang anaknya ke Posyandu. Untuk
maupun otak. Bila hal ini terjadi pada saat pemberian tablet Fe kepada ibu hamil yang
trimester III, maka risiko melahirkan melakukan kunjungan ANC ke bidan desa
prematur ataupun BBLR 3,7 kali lebih maupun ke Puskesmas sudah cukup baik
besar dibandingkan ibu hamil trimester III dengan memberikan 90 tablet Fe pada
tidak anemia (Hidayati et al, 2005). setiap ibu hamil, tetapi setelah dilakukan
Dari data Dinas Kesehatan pemeriksaan Hb masih banyak ibu hamil
Kabupaten Kampar (2018), didapatkan yang mengalami anemia, hal ini
jumlah kejadian anemia yang ada di disebabkan kerena banyak ibu hamil yang
Puskesmas Kampar sebanyak 248 orang tidak mengkonsumsi tablet Fe dengan
(21,95%). Meskipun Puskesmas Kampar alasan selalu merasa mual ketika diminum.

Jurnal Doppler Page 113


Vol 4 No 2 Tahun 2020 ISSN 2580-3123

Berdasarkan hasil survei awal yang berupa analisa univariat dan bivariate
dilakukan di Posyandu Desa Ranah sebagai berikut :
Singkuang dan Pulau Jambu, dengan Tabel 4.1 : Distribusi Frekuensi
jumlah 15 orang ibu yang mempunyai Responden Berdasarkan Anemia Ibu
balita usia 0-5 tahun, terdapat 5 balita yang Hamil dan Kejadian Stunting di UPTD
mengalami stunting, dan 10 balita tidak Puskesmas Kampar Tahun 2018
stunting. Dari uraian diatas maka peneliti
tertarik untuk mengetahui lebih lanjut No
Variabel
Frekuensi Persentas
tentang “Hubungan Anemia Ibu Hamil (n) e (%)
1 Anemia Ibu
dengan Kejadian Stunting pada Balita di
Hamil
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kampar 65 61,3
0. Anemia
Tahun 2018”. 41 38,7
1. Tidak Anemia
Total 106 100,0
METODE PENELITIAN 2 Kejadian
Jenis penelitian ini menggunakan Stunting
metode penelitian analitik kuantitatif 0. Stunting
1. Tidak 53 50,0
dengan rancangan penelitian case control
Stunting 53 50,0
study. Studi ini bersifat retrospektif, yaitu Total 106 100,0
menelusuri kebelakang penyebab-
penyebab yang dapat menimbulkan suatu Pada tabel 4.1 dapat dilihat dari 106
penyakit dimasyarakat. responden didapatkan 65 (61,3%)
Penelitian ini dilakukan di UPTD responden mengalami anemia saat hamil
Puskesmas Kampar. Waktu penelitian dan 41 (38,7%) responden tidak
dilakukan pada tanggal 22 – 29 Juli 2019. mengalami anemia saat hamil. Pada
Populasi penelitian ini terbagi atas 2 yaitu kejadian stunting didapatkan 53 (50,0%)
pada kasus populasinya seluruh balita yang balita yang mengalami stunting dan 53
mengalami stunting yang ada di Desa (50,0%) balita yang tidak mengalami
Ranah Singkuang dan Pulau Jambu stunting.
sebanyak 53 orang dan pada kontrol Tabel 4.2 : Hubungan Anemia Ibu
populasinya yaitu seluruh balita yang tidak Hamil dengan Kejadian Stunting pada
mengalami stunting di Desa Ranah Balita di UPTD Puskesmas Kampar
Singkuang dan Pulau Jambu sebanyak 269 Tahun 2018
orang.
Alat bantu dalam pengumpulan data
ini menggunakan lembar cheklist yaitu
suatu daftar pengecek berisi daftar nama
subjek dan beberapa gejala serta identitas
lainnya dari sasaran pengamatan
(Notoatmodjo, 2010). Pengolahan data
dilakukan dengan teknik pengolahan data
kumulatif secara manual. Analisa data
yang digunakan dalam penelitian ini
adalan analisa univariat dan analisa Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa
bivariat. dari 53 anak stunting, terdapat 14
responden (34,1%) tidak mengalami
HASIL & PEMBAHASAN anemia pada saat hamil, sedangkan 53
Penelitian ini dilakukan pada tanggal anak tidak stunting terdapat 26 responden
22 – 29 Juli 2019 di UPTD Puskesmas (40,0%) yang mengalami anemia pada
Kampar. Responden yang diambil telah saat hamil.
memenuhi kriteria inklusi. Analisa data Dari hasil uji statistik Chi Square
yang diambil dalam penelitian ini adalah diperoleh P Value 0,017 (P < 0,05),

Jurnal Doppler Page 114


Vol 4 No 2 Tahun 2020 ISSN 2580-3123

artinya terdapat hubungan anemia ibu Kulon Progo D.I Yogyakarta bahwa
hamil dengan kejadian stunting pada hasil penelitiannya dapat diketahui
balita di UPTD Puskesmas Kampar tahun bahwa ibu hamil yang mengalami
2018. Kemudian hasil analisis diperoleh anemia di Puskesmas Sentolo 1 ada
nilai signifikasi dari nilai OR yaitu 0,011 sebanyak 30% atau ada 96 ibu hamil.
(< 0,05) maka OR dikatakan bermakna Sedangkan yang ibu yang tidak anemia
yang berarti dapat mewakili keseluruhan berjumlah 219 (70%) ibu hamil.
populasi, sedangkan nilai Confidence Menurut asumsi peneliti dari 53
Interval yaitu 2,893 (1,282 – 6,530), anak stunting terdapat 14 responden yang
artinya ibu hamil yang mengalami tidak mengalami anemia pada saat hamil,
anemia berisiko 3 kali lipat mengalami hal ini dikarenakan meskipun pada saat
kejadian stunting pada balita hamil gizi Ibu terpenuhi dan kadar Hb
dibandingkan dengan ibu hamil yang selalu normal tidak menutup
tidak mengalami anemia. kemungkinan pada saat anak lahir
Dari hasil uji statistik Chi Square apabila Ibu tidak memperhatikan gizi
diperoleh P Value 0,017 (P < 0,05), anak dan kurangnya memantau tumbuh
artinya terdapat hubungan anemia ibu kembang anak di Posyandu bisa
hamil dengan kejadian stunting pada menyebabkan anak akan mengalami
balita di UPTD Puskesmas Kampar tahun stunting. Kebanyakan alasan Ibu tidak
2018. Kemudian hasil analisis diperoleh memperhatikan gizi anaknya dikarenakan
nilai signifikasi dari nilai OR yaitu 0,011 oleh fakor ekonomi kebawah, orangtua
(< 0,05) maka OR dikatakan bermakna tidak sepenuhnya mampu membeli
yang berarti dapat mewakili keseluruhan makanan yang bergizi tinggi, padahal
populasi, sedangkan nilai Confidence orangtua bisa saja memberikan anaknya
Interval yaitu 2,893 (1,282 – 6,530), makanan bergizi dari hasil kebun atau
artinya ibu hamil yang mengalami bahan makanan yang tidak terlalu mahal
anemia berisiko 3 kali lipat mengalami tetapi memiliki gizi yang cukup seperti
kejadian stunting pada balita tempe, sayur bayam atau bisa saja ikan
dibandingkan dengan ibu hamil yang hasil tangkapan sendiri. Orangtua juga
tidak mengalami anemia. bisa datang ke faskes terdekat untuk
Pada umumnya penyebab anemia mendapatkan PMT (Pemberian Makanan
pada ibu hamil adalah kurangnya gizi, Tambahan) ke ahli gizi faskes setempat.
kurangnya zat besi dalam makanan yang Menurut Istiany (2013) beberapa
dikonsumsi, penyerapan yang kurang penyebab utama stunting diantaranya
baik dan penyakit-penyakit kronik adalah hambatan pertumbuhan dalam
(seperti TBC, paru-paru, cacing usus, dan kandungan, asupan zat gizi yang tidak
malaria). Ibu hamil dikategorikan mencukupi untuk mendukung
mengalami anemia jika kadar pertumbuhan dan perkembangan yang
haemoglobin pada pemeriksaan cepat pada masa bayi dan anak-anak,
laboratorium < 11 gr% dan pada serta seringnya terkena penyakit infeksi
anamnesa didapatkan keluhan cepat selama awal masa kehidupan.
lelah, sering pusing, mata berkunang- Dari 53 anak yang tidak stunting
kunang dan muntah yang lebih hebat terdapat 26 responden yang mengalami
pada kehamilan muda (Sulistyoningsih, anemia pada saat hamil, hal ini
2011). dikarenakan masih banyak Ibu hamil
Menurut penelitian yang dilakukan yang enggan mengkonsumsi tablet Fe
oleh Rolla Destarina (2017) yang secara rutin, alasannya karena efek
berjudul Faktor Resiko Status Anemia samping dari tablet Fe tersebut membuat
Ibu Hamil Terdapat Panjang Badan Lahir Ibu merasa kurang nyaman. Disamping
Pendek Di Puskesmas Sentolo 1 itu gizi Ibu juga tidak terpenuhi dengan

Jurnal Doppler Page 115


Vol 4 No 2 Tahun 2020 ISSN 2580-3123

baik, hal ini disebabkan karena Kampar tahun 2018 dengan P value 0,017
menurunnya nafsu makan pada saat < α 0,05.
terjadi emesis dan karena faktor ekonomi
kebawah. Upaya yang harus dilakukan DAFTAR PUSTAKA
tenaga kesehatan khususnya bidan dalam Hadi, H., Julia, M., & Herman, S.
rangka pencegahan anemia terhadap ibu (2005).Defisiensi Vitamin A dan
hamil adalah dengan meningkatkan Zinc Sebagai Faktor Risiko
konsumsi zat besi yang bersumber dari Terjadinya Stunting pada Balita di
makanan seperti sayuran, buah-buahan, Nusa Tenggara Barat, Media
kacang-kacangan dan padi-padian, serta Penelitian dan Pengenbangan
pemberian suplemen zat besi. Menurut Kesehatan.
Finawati (2014) kekurangan gizi pada Hidayati et al. (2005). Kekurangan
Ibu saat hamil dapat mempengaruhi dan Energi dan Zat Gizi Merupakan
menghambat pertumbuhan janin, selain Kejadain Stunted pada Anak Usia
juga dapat menyebabkan adanya 1-3 Tahun yang Tinggal di
gangguan pada fetus, plasenta, dan Wilayah Perkotaan Surakarta,
kesehatan ibu. Beberapa hal ini terutama Jurnal.
terjadi di lingkungan masyarakat Istiany. A. (2013). Penilaian Status Gizi
miskin di mana tidak cukup dalam Gizi Terapan. Bandung :
ketersediaan makanan yang bergizi serta PT Remaja Rosdakarya
pelayanan kesehatan yang tidak memadai Kemenkes RI. Profil Kesehatan
untuk Ibu Hamil. Fakto umur, paritas, Indonesia tahun 2013. Jakarta:
pekerjaan dan pendidikan Ibu juga bisa Kemenkes RI; 2014.
mempengaruhi anemia Ibu pada saat
hamil. Sulistyoningsih. (2011). Gizi Untuk
Kesehatan Ibu dan Anak.
KESIMPULAN Yogyakarta : Graha Ilmu
Berdasarkan hasil dan pembahasan
WHO. (2013). Prevalensi, Faktor Risiko,
laporan penelitian mengenai hubungan
dan Dampak Stunting pada Anak Usia
anemia ibu hamil dengan kejadian
Sekolah, Jurnal. Fakultas Teknologi
stunting pada balita di UPTD Puskesmas
dan Industri Pangan, Universitas
Kampar Tahun 2018, dapat disimpulkan
bahwa :
Terdapat hubungan yang signifikan antara
anemia ibu hamil dengan kejadian
stunting pada balita di UPTD Puskesmas

Jurnal Doppler Page 116

Anda mungkin juga menyukai