Anda di halaman 1dari 25

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU

HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG PINANG TAHUN 2018


(Untuk memenuhi salah satu tugas Metodologi Penelitian)

Oleh Kelompok 10 Kelas B:


1. Shinta Lestari (F622092)
2. Ika Fitria (F622095)
3. Nining Yuningsih (F522099)
4. Amalia Mustikaningrum (F622100)

FAKULTAS S1 KEBIDANAN ALIH JENJANG


INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2022
TUGAS
Lakukan Review Jurnal
1. Judul Penelitian
Faktor-Faktor yang berhubungan dengan kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung
Pinang Tahun 2018.
2. Variabel Bebas Dan Variabel Tergantung
Variabel merupakan ukuran atau Ciri yabg dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda yang
dimiliki oleh kelompok lain.

ABSTRACT

I .Pendahuluan
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, anemia defisiensi besi
pada wanita hamil merupakan problema kesehatan yang dialami oleh wanita diseluruh dunia
terutama dinegara berkembang. Badan kesehatan dunia (World Health Organization = WHO)
melaporkan bahwa ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75% serta semakin
meningkat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Menurut WHO 40% kematian ibu
dinegara berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi
dan perdarahan akut. Hasil persalinan pada wanita hamil yang menderita anemia defisiensi besi
adalah 12-28% angka kematian Janin. perinatal dan 7-10% angka kematian neonatal
(Proverawati, dkk. 2010).
Berdasarkan data dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI, 2012), angka
kematian ibu (AKI) melonjak drastis 359 per
100.000 kelahiran hidup. Beberapa penyebab langsung kematian ibu di Indonesia masih
didominasi oleh perdarahan (42%), eklampsia (13%), dan infeksi (10%). Anemia dan kekurangan
energi kronik pada ibu hamil menjadi penye-bab utama terjadinya perdarahan dan infeksi. Tujuh
dari sepuluh wanita hamil di Indonesia mengalami anemia. Hasil penelitian Iwan Amiruddin dan
Wahyudin, menunjukkan bahwa 83,6% ibu hamil di Puskesmas Bantimurung mengalami anemia
(Sulistyoningsih, 2011).
Berdasarkan data Riskesdas (2013) menunjukkan angka kejadian anemia pada ibu hamil
adalah 37,1% dengan kadar Hb kurang dari 11,0 gram/dl, dengan proporsi yang hampir sama
antara dikawasan perkotaan (36,4%) dan perdesaan (37,8%). Sedangkan penyebab tidak langsung
kematian ibu karena 4 terlalu (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan dan terlalu dekat
kehamilan) dan 3 terlambat (terlambat mencapai rujukan, terlambat mengambil keputusan dan
terlambat mendapat pertolongan tenaga kesehatan). Ini semua terkait dengan faktor akses, sosial
budaya, pendidikan, dan ekonomi (Kemenkes RI, 2014).
Beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil salah satunya
adalah paritas. Paritas adalah jumlah kehamilan yang meng hasilkan janin yang mampu
hidup
No.15 April 2018 ISSN.2089-7669

diluar rahim. Menurut Husin, (2013) ibu yang melahirkan lebih dari 3 kali dapat menyebabkan anemia
yaitu 8 hingga 9 kali. Hasil penelitian Herry Suswanti Djarot dan Siti Nurjanah menunjukkan bahwa
69,2% ibu hamil yang anemia dengan paritas di Pus- kesmas Bangetayu Kecamatan Genuk Kota
Semarang.

Selain paritas, pemberian tablet Fe juga berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
Umumnya penyebab anemia pada ibu hamil ada- lah kurangnya gizi, kurangnya zat besi dalam
makanan yang dikonsumsi, penyerapan yang kurang baik dan penyakit-penyakit kronik (seperti
TBC, paru-paru, cacing usus, dan malaria). Ibu hamil dikategorikan mengalami anemia jika
kadar haemoglobin pada pemeriksaan laboratorium < 10 gr% dan pada anamnesa didapatkan
keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan muntah yang lebih hebat pada
kehamilan muda (Sulistyoningsih, 2011). Penelitian Juslina dan Abdul Razak Thaha menunjukkan
23,4% ibu hamil anemia dengan defisiensi besi di Kecamatan ujung Tanah dan Kecamatan
Biringkanaya Kota Makassar.
Menurut Laporan Rencana Kerja Pembinaan Gizi Masyarakat (RKPGM, 2013), Program
penanggulangan anemia gizi pada ibu hamil telah dikembangkan melalui distribusi Tablet Tambah
Darah (TTD). TTD merupakan suplementasi gizi mikro khususnya zat besi dan folat yang diberikan
kepada ibu hamil untuk mencegah kejadian anemia gizi besi selama kehamilan. Pemberian zat besi
sebanyak 30 gram per hari akan mening-katkan kadar hemoglobin

34
No.15 April 2018 ISSN.2089-7669

sebesar 0,3 gr/dl per minggu atau dalam 10 hari (Sulistyoningsih, 2011).
Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai
kesejahteraan social ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber
daya manusia. Anemia kehamilan disebut “potential danger to mother and child” (potensi
membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua
pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan (Manuaba, 2010). Anemia dalam kehamilan
memberikan pengaruh yang kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, merupakan suatu
pendekatan, observasi, atau pengum-pulan dan sekaligus pada satu saat, artinya setiap subjek
penelitian hanya diobservasi sekali saja (Notoatmodjo, 2012).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah paritas, jarak kehamilan dan konsumsi tablet
fed an Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Anemia pada ibu hamil.bPopulasi dalam
penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang berkun-jung di Puskesmas Tanjung Pinang yaitu
berjumlah 371 orang ibu hamil.
Data primer adalah data yang diperoleh dengan melihat hasil Hb di Buku KIA dan
wawancara menggunakan kuesioner dengan responden untuk men-dapatkan data tentang paritas,
jarak kehamilan dan konsumsi tablet fe. Data sekunder adalah data yang didapat dari Kohort dan
buku register Puskesmas Tanjung Pinang Tahun 2018. Instrument penelitian yang digunakan pada
saat penelitian yaitu kuesioner. Analisa data analisa univariat dilakukan untuk

35
No.15 April 2018 ISSN.2089-7669

mengetahui gambaran distribusi frekuensi variabel yang diteliti yaitu paritas, jarak kehamilan dan
konsumsi tablet Fe serta analisa bivariat digunakan untuk me-ngetahui hubungan paritas, jarak
kehamilan dan konsumsi tablet fe terhadap status anemia pada ibu hamil dengan menghitung
Prevalensi Rate (PR) dan Chi-Square Test.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Tabel 1
Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi
Tahun 2018

Kategori Hb f %
Anemia (gram%)
Tidak Anemia >11 0 0
Anemia Ringan 9-10 0 0
Anemia Sedang 7-8 17 42,5
Anemia Berat <7 23 57,5
TOTAL 40 100

Tabel .2
Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Berdasarkan Paritas di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung
Pinang
Kota Jambi Tahun 2018
Paritas f %
RisikoRendah 18 45
RisikoTinggi 22 55
Jumlah 40 100

Tabel .3
Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Berdasarkan Jarak Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas
Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun 2018

JarakKehamilan f %
RisikoRendah 17 42,5
RisikoTinggi 23 57,5
Jumlah 40 100

36
No.15 April 2018 ISSN.2089-7669

Tabel 4
Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Berdasarkan Konsumsi Tablet Fe di Wilayah Kerja
Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun 2018
Pernyataan f %
Ibumengkonsumsi tablet besi 40 21,97
(Fe) padakehamilan.
Tablet tambahdarah (TTD) 40 21,97
Mengkonsumsi tablet 40 21,97
tambahdarahdariPuskesmas
Mengkonsumsi tablet 35 19,23
tambahdarah ≤ 90 tablet
Minum tablet 27 14,83
tambahdarahdengan air putih.
Jumlah 182 99,97

Tabel 5
Hubungan Paritas dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Tahun 2018

Paritas Anemia To P-
Se % Be % tal Value
da rat
ng
Risikore 13 76,5 5 21,7 18
ndah
RisikoTi 4 23,5 18 78,3 22 0,002
nggi
Jmlh 17 100 23 100 40 OR =
Hasil uji statistik di peroleh nilai11.70
p- value 0.002. Berarti jika p-value < 0,05 maka Ho ditolak
sehingga dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian
anemia pada ibu hamil. Dari hasil analisis diketahui nilai odds ratio
= 11,700 pada rentang 2,621-52,219, artinya ibu hamil dengan kelompok paritas risiko tinggi
mempunyai risiko 11,700 kali untuk mengalami anemia berat

37
No.15 April 2018 ISSN.2089-7669

Tabel 6
Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang
Tahun 2018

JarakKe Anemia To P-
hamilan Se % Be % tal Value
da rat
ng
Risikore 13 76,4 4 17,3 17
ndah 8 9 0,001
Risiko 4 23,5 19 82,6 23
Tinggi 2 0 OR =
Jmlh 17 100 23 100 40 15,43

Hasil uji statistik di peroleh nilai p-valuenya p-value 0.001. Berarti jika p-value < 0,05 maka
Ho ditolak sehingga dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jarak kehamilan
dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Dari hasil analisis diketahui nilai odds ratio
= 15,483 pada rentang 3,260-73,107 artinya ibu hamil dengan kelompok jarak kehamilan risiko tinggi
mempunyai risiko 15,483 kali untuk mengalami anemia berat.
Jarak kehamilan terlalu dekat yaitu kurang dari 2 tahun. Menjadi resiko karena sistem
reproduksi belum kembali seperti keadaan semula sebelum hamil. Risiko jarak kehamilan terlalu
dekat dapat menyebabkan terjadinya anemia. Hal tersebut karena tubuh seorang ibu belum cukup
untuk mengumpulkan cadangan nutrisi setelah melalui hamil pertama (Husin, 2013).

38
No.15 April 2018 ISSN.2089-7669

Tabel 7
Hubungan Konsumsi Tablet Fe dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Tahun 2018

Konsum Anemia To P-
si Tablet Se % Be % tal Value
Fe da rat
ng
Baik 5 29,4 0 0 17
Kurang 12 70,6 23 100 23 0,022
Baik
Jmlh 17 100 23 100 40 OR =
1,417
Hasil uji statistik di peroleh nilai p-value 0,022. Berarti jika p-value
< 0,05 maka Ho ditolak sehingga dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
konsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Dari hasil analisis diketahui nilai
odds ratio = 1,417 pada rentang 1,042-1,925 artinya ibu hamil dengan kelompok konsumsi tablet
Fe kurang baik mempunyai risiko 1,417 kali untuk mengalami anemia berat.
Kebutuhan Fe meningkat selama hamil untuk memenuhi kebutuhan Fe akibat peningkatan
volume darah, untuk menyediakan Fe bagi janin dan plasenta, dan untuk menggantikan
kehilangan darah saat persalinan. Peningkatan absorbsi Feselama trimester II kehamilan
membantu peningkatan kebutuhan. Untuk ibu hamil, minumlah satu tablet tambah darah setiap
hari paling sedikit selama 90 hari masa kehamilan dan 40 hari setelah melahirkan (Syafiq, 2013).

39
No.15 April 2018 ISSN.2089-7669

KESIMPULAN DAN SARAN


Ada Hubungan yang Bermakna antara Faktor Paritas dengan Kejadian Anemia pada Ibu
Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun 2018 dengan p-value 0,002.
Ada Hubungan yang Bermakna antara Faktor Jarak Kehamilan dengan Kejadian Anemia pada Ibu
Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun 2018 dengan p-value 0,001.
Ada Hubungan yang Bermakna antara Faktor Konsumsi Tablet Fe dengan Kejadian Anemia pada Ibu
Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun 2018 dengan p-value 0,022.
Disarankan kepada pihak Puskesmas Tanjung Pinang khususnya petugas ruang kebidanan
(KIA) dapat meningkatkan penyuluhan kepada remaja, PUS (pasangan usia subur) dan ibu hamil
terutama tentang komplikasi pada anemia pada ibu hamil dengan mengembangkan program KIE
(komunikasi, informasi, edukasi, dan konseling) mengenai penenganan secara dini tentang
komplikasi yang mungkin terjadi sehingga AKI dan AKB dapat menurun.

DAFTAR PUSTAKA

Aristman. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC; 2010.

Asriyah. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Anemia Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Bajeng Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa Tahun 2012.

Febriana. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian

40
No.15 April 2018 ISSN.2089-7669

41
Anemia pada Ibu Hamil di Puskesmas Gandus Palembang Tahun 2010.
No.15 April 2018 ISSN.2089-7669
Hidayat. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta
Salemba Medika; 2010.

Husin. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti Paradigma Baru Dalam Asuhan


Kebidanan . Jakarta: SS; 2014.

Kemenkes RI. Profil Kesehatan Ibu Tahun. Senin 10 maret 2018.


18:15 Wib.

http://kti kartini/Hasil Riskesdas 2013 Terkait Kesehatan Ibu.htm

Manuaba. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: Karisman;


2010.

Margareth. Kehamilan, Persalinan, dan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika;


2013.

Notoatmodjo. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta; 2012.

. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.

Proverawati. Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika; 2011.

Saifuddin. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka; 2010.

Salmariantity, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Anemia Pada Ibu


Hamil di Wilayah Kerja Puskesma Kabupaten

42
No.15 April 2018 ISSN.2089-7669

Ibu hamil di negara berkembang diketahui sangat berisiko mengalami defisiensi multiple
micronutrien seperti zat besi, asam folat, iodium, zink, vitamin A, D, B2, B6 dan B12, yang
akan memberikan dampak buruk pada ibu dan bayinya (Haider et al., 2011). Tingginya
prevalensi defisiensi micronutrien di Malawi dianggap sebagai salah satu penyebab Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) disebabkan karena konsumsi buah dan sayuran menurun
sebagai akibat pendapatan meningkat, sementara konsumsi daging dan sumber karbohidrat
tinggi. Defisiensi micronutrien ditemukan pada populasi umum di Malawi, B12 (84% dari
populasi yang disurvei), vitamin A (65%), Zn (53%), Fe (46%), asam folat
(37%), vitamin C (33%) dan B2 (32%) (IFPRI, 2009). Makanan dengan kwalitas rendah,
ditambah lagi dengan peningkatan kebutuhan gizi untuk pertumbuhan plasenta dan janin
dapat mengakibatkan defisiensi multiple micronutrien pada kehamilan dan berkontribusi
terhadap kejadian BBLR (Zeng et al., 2008).
Data Unicef 2000-2007 diperoleh angka kejadian BBLR tertinggi di Yaman 32%, Sudan 31%,
dan India 28% sedangkan terendah di China 2%, Indonesia 9% (Unicef, 2009). Data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 diperoleh angka kejadian BBLR sebesar 11,1%
tertinggi di Nusa Tenggara Timur 19,2% dan terendah di Sumatra Barat 6,0% sedangkan
Sulawesi Selatan 16,2%. Hasil ini sedikit lebih rendah dari data Riskesdas tahun 2007 sebesar
11,5%, tetapi masih jauh dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan
gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7%, untuk Kabupaten Gowa pada tahun
2009 kejadian BBLR sebanyak
70 bayi (0,49%), tahun 2010 sebanyak
157 bayi (1,22%), dan tahun 2011

sebanyak 203 atau 0,78% bayi (Dinkes Prov Sul-Sel, 2012).


Hasil penelitian yang dilakukan Bhutta ZA et al (2009), pada 2,378 ibu hamil. Mereka
diberikan Fe+asam folat vs MMN. Ibu hamil dalam kedua kelompok mengkonsumsi 75% dari
suplemen yang diberikan. Signifikan pada berat lahir bayi dari ibu yang mengkonsumsi MMN
dibandingkan dengan bayi dari ibu yang mengkonsumsi Fe+asam folat (2,95+/-0,6 vs 2,88+/-
0,5 kg, p =0 .01). Hasil ini menunjukan terjadi pengurangan sebesar 10% (p< 0,17) dari
proporsi BBLR antara bayi dari ibu yang mengkonsumsi MMN.
Eksplorasi pemanfaatan makanan sebagai pilar ketahanan pangan dengan menganalisis
potensi yang ada pada daun kelor, dapat membantu mengurangi kekurangan gizi pada anak-
anak dan perempuan (Oyekale, 2012). Kandungan vitamin dan mineral yang terdapat dalam
tepung daun kelor per 100 gr mengandung ß carotene 16,3 mg, B1 2,6 mg, B2 8,2 mg, vitamin
C 17,3 mg, Ca 2003,0 mg, Fe 28,2 mg, Mg 368,0 mg dan fosfor 204,0 mg (gopalan et al., 2010).
Hasil analisis proksimat menemukan kandungan protein, karbohidrat, serat, lemak, dan asam
lemak esensial pada daun kelor (Ogbe & Affiku, 2012).
Selanjutnya hasil analisis fitokimia dan anti-nutrisi melaporkan, tanin, phytates, tripsin,
saponin, oksalat dan sianida dalam konsentrasi rendah (Ijeomah et al., 2012). Untuk
mengetahui dampak pemberian daun kelor pada ibu hamil dilakukan dengan mengukur
kadargizimikro dalam plasma darah ibu, serta kerusakan DNA yang menjadi marker sensitif
untuk defisiensi gizimikro (Fenech et al., 2005).

43
Hasil uji efek laktagogum pada tikus putih galur Wistar, diperoleh peningkatan berat badan
yang signifikan. Induk tikus yang diberi tepung
No.15 April 2018daun kelor ISSN.2089-7669
melahirkan anak dengan rerata
berat badan 5,6 g pada dosis

42 mg/g berat badan induk tikus, 6,05 g pada dosis 84 mg/g berat badan induk tikus dan 6,5 g
pada dosis 168 mg/g berat badan induk tikus. Sedangkan rerata peningkatan berat badan
anak tikus setelah umur 14 hari tertinggi pada anaktikus dari induk yang diberi tepung daun
kelor adalah 380,74% pada dosis 42; 500,9%
pada dosis 84 dan 871,9% pada dosis 164 mg (Titi dkk., 2013).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek pemberian ekstrak daun kelor pada
ibu hamil anemia terhadap berat badan lahir bayi

2. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah intervensi dengan desain randomized double blind, pretest- postest
controlled. Subjek penelitian ini dibagi dalam dua kelompok yakni; kelompok intervensi
menerima 1 kapsul ekstrak daun kelor 800 mg/hari dan besi+folat 60 mg/hari, sedangkan
kontrol menerima besi+folat 60 mg/hari diberikan selama 90 hari dengan variabel yang dinilai
adalah asupan zat gizi dari makanan yang dikonsumsi dan berat lahir bayi.
Penelitian ini dilaksanakan di kecamatan Bontonompo yang terdiri dari tiga kelurahan dan
sebelas desa dan Bontonompo Selatan dengan sembilan desa

a. Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang terdata oleh petugas kesehatan dan
tenaga lapangan yang telah dilatih untuk memeriksa status kehamilan dan pengantin baru
yang tercatat di Kantor Urusan Agama (KUA) menikah sejak januari 2012. Penentuan sampel
dengan cara purposive sampling yaitu sebanyak 72 ibu hamil yang memenuhi kriteria inklusi
yakni ibu

hamil trimester dua dengan anemia dan tidak KEK, bersedia menerima kapsul ekstrak daun
kelor, dan Fe+asam folat selama sembilan puluh hari, paritas 0-2, umur ibu hamil 18–35
tahun, janin tunggal, tidak mengonsumsi multivitamin dan mineral lain dan bersedia
menandatangani informed consent.

b. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner untuk
mendapatkan data karakteristik ibu hamil mengenai umur, pendidikan, pekerjaan,
pendapatan dan riwayat kehamilan, Food Recall 24 jam untuk melihat asupan, Food
Frekuensi untuk melihat pola makan. Pengukuran kadar Hb menggunakan blood hemoglobin
photometer merek Hemocue, berat badan menggunakan timbangan digital dengan tingkat
ketelitian 0,1 kg, LiLA dengan pita meter LiLA dengan tingkat ketelitian 0,1 cm dan tinggi
badan menggunakan microtoise dengan tingkat ketelitian 0,1 cm. Pengumpulan data
dilakukan dua kali yaitu sebelum dan setelah intervensi.
Daun kelor yang digunakan diambil dari pohon kelor yang tumbuh di Kabupaten Soppeng

44
dan di olah di laboratorium mikronutrien Pusat Kegiatan Penelitian Universitas Hasanuddin.
Analisis kandungan gizi baik tepung
No.15 maupun ekstrak daunISSN.2089-7669
April 2018 kelor dilakukan di dua tempat
yaitu: Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar (BBLKM) dan Kementerian Kesehatan
RI Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan dan Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas
Gadjah Mada Yokyakarta

c. Analisis Data
Data asupan ibu hamil diolah menggunakan

program Nutrisurvey untuk melihat jumlah zat gizi, analisis univariat dilakukan untuk
melihat distribusi frekuensi karakteristik responden mengenai data umur, riwayat obstetrik,
pendidikan terakhir, pola makan dan jumlah konsumsi kapsul Fe dan ekstrak daun kelor.
Analisis bivariat digunakan untuk menilai perbedaan rerata sebelum dan sesudah intervensi
pada kedua kelompok perlakuan menggunakan paired t-test jika distribusi data normal dan
uji wilcoxon jika distribusi data tidak normal. Independent t- test digunakan untuk melihat
perbedaan rerata perubahan kedua kelompok perlakuan jika distribusi data normal dan uji
mann u-whitney bila distribusi data tidak normal. Analisis univariat dan bivariat
menggunakan program SPSS.

3. PEMBAHASAN

Penelitian ini menemukan bahwa pemberian ekstrak daun kelor meningkatkan asupan energi,
vitamin A, tiamin, riboflavin, zink dan serat lebih besar dan signifikan (p<0,05) dibandingkan
dengan kelompok kontrol, namun perbedaan peningkatannya tidak signifikan (p>0,05).
Rerata berat lahir bayi pada ibu yang menerima ekstrak daun kelor sedikit lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok kontrol (3,06±0,36 kg vs 3,01±0,46 kg)
Hasil recall asupan ibu hamil kelompok intervensi maupun kontrol diawal penelitian
menunjukkan angka kecukupan energi, protein, vitamin A, dan vitamin C proporsinya tidak
mencapai 50% dari RDA, sedangkan B1 proporsi yang sesuai RDA hanya mencapai 16,7%.
Asupan B2, Ca, Fe dan Zn hanya mencapai 10% yang sesuai RDA . Asupan B6, yang sesuai
RDA mencapai 50%. Adapun variasi (kelengkapan) makanan hanya 43,1% ibu hamil dengan
pola makan lengkap. Seiring bertambahnya usia kehamilan, kebutuhan

juga gizi mengalami peningkatan. Pertumbuhan dan perkembangan janin semakin cepat pada
kehamilan trimester ketiga sehingga diperlukan nutrien yang cukup (Arkkola T, 2009).
Asupan ibu hamil trimester tiga (post intervensi) masing-masing kelompok perlakuan
khususnya gizi makro (energi mencapai 72,2% dan protein lebih dari 50% sesuai RDA),
sedangkan gizi mikro untuk vitamin A, vitamin C dan B6 lebih dari 50% sesuai RDA. Asupan
kalsium dan B2 yang sesuai dengan RDA kurang dari 30%, sedangkan vitamin B1, pada
kelompok intervensi mencapai 33,3% dan hanya 5,6% pada kelompok kontrol. Tidak satupun
asupan besi dan seng yang memenuhi RDA.
Variasi pola makan responden dengan menu makanan yang terdiri dari nasi, roti, umbi-
umbian atau jagung, sayur-sayuran dan buah-buahan serta sering ada daging, ikan, atau
45
ayam walaupun jumlahnya sedikit (13- 30%) pada masing-masing kelompok perlakuan di
dalam menu sehari-hari mempunyaiNo.15 penyerapan
April 2018 zat besi sedang (10%). Perubahan pola
ISSN.2089-7669
makan ibu dan kadar progesterone plasma dapat mengubah ekspresi gen dalam embrio
praimplantasi sehingga terjadi perubahan pada lintasan pertumbuhan janin, selanjutnya
proses pertumbuhan janin meningkat seiring perbaikan gizi disekitar pembuahan dan
berjalan lebih cepat pada janin laki-laki. Pola konsumsi dan tingkat kecukupan beberapa zat
gizi yang ditunjukkan pada tabel 4 bervariasi dan terjadi ketimpangan. Ketidakcukupan
terlihat pada beberapa gizi mikro diantaranya Fe, Zn, Ca, B2 dan B1 pada kedua kelompok
perlakuan dengan tingkat ketidakcukupan 60%-100%.
Ekstrak daun kelor mengandung sembilan asam amino esensial meliputi Histidine, Isoleucine,
Leucine, Lysine, Methionine, Cysteine, Phinilalanine, Tyrosine, Threonine, Tryptophan dan
Valine. Protein ini diperlukan untuk membentuk jaringan baru dan

mendukung pertumbuhan jaringan pada janin serta plasenta untuk membawa makanan ke
janin, membentuk hormon dan enzim ibu dan janin. Kekurangan energi dan protein
menyebabkan terbentuknya organ yang lebih kecil dengan jumlah sel yang cukup dan ukuran
sel yang kecil sehingga ukuran plasenta menjadi kecil. Volume darah ibu menurun dancardiac
output tidak adekuat. Hal ini mengakibatkan menurunnya aliran darah ke plasenta diikuti
transfer nutrisi berkurang sehingga pertumbuhan janin terganggu dan berdampak pada berat
badan lahirnya (Nelms et al., 2007).
Penelitian observasional pada 57 ibu hamil menunjukkan korelasi yang kuat pada berat
plasenta dengan kejadian BBLR. Berat plasenta kurang dari 400 g, ditemukan 86,0%
mengalami BBLR, sementara plasenta di atas 400 g terdapat 87,7% lahir dengan berat
normal. Dan 14 % BBLR. Hasil analisis OR ditemukan nilai OR sebesar 43,75 yang berarti
bahwa plasenta dengan berat kurang dari 400 g berisiko melahirkan BBLR sebesar 43.75 kali
lebih besar dibanding dengan plasenta yang beratnya lebih dari 400 g (Amiruddin, 2006).
Dengan mengukur kemampuan plasenta mengirim nutrien pada janin, memberikan
gambaran bahwa besar plasenta berkorelasi dengan berat lahir. Eksperimen pada sejumlah
domba betina menunjukkan ukuran plasenta yang lebih besar pada domba yang diberika
pakan dengan asupan nutrien yang lebih tinggi di awal kehamilannya pada domba dengan
asupan pakan yang buruk saat pembuahan. Sebaliknya pemberian pakan dengan asupan
nutrien yang tinggi pada domba betina di awal kehamilannya dengan asupan pakan yang baik
pada saat pembuahan akan menghasilkan ukuran plasenta yang lebih kecil. Eksperimen ini
menunjukan bahwa

keadaan gizi kurang pada janin di awal kehamilan menghasilkan anak yang tubuhnya kecil
tetapi proporsinya normal, sementara keadaan gizi kurang pada kehamilan lanjut
menimbulkan dampak yang serius pada proporsi tubuh, tetapi efeknya pada berat lahir hanya
sedikit. Beragamnya periode kritis yang dilalui berbagai organ dan sistem tubuh untuk
mencapai maturasi menunjukkan bahwa lingungan intrauteri yang merugikan pada berbagai
tahap perkembangan cendrung memberikan efek jangka pendek dan jangka panjang yang
spesifik (Gibney et al., 2008).
Pada penelitian ini ditemukan satu neonatal dengan berat lahir 2,2 kg dengan masa gestasi
37 minggu pada kelompok kontrol dengan jumlah Fe yang dikonsumsi 54 kapsul. Dari hasil
recall %AKG yang dilakukan diketahui tingkat kecukupan asupan protein diawal kehamilan
74,91%, Ca 63,33%, vitamin C 57,65, B6 45,59%, Zn 32,38%,energi hanya 31,05%, vitamin A,
B2, B1 dan Fe (berturut- turut 28,69%, 20,94%, 19,64%, dan 11,52%) sementara diakhir
46
kehamilan asupan protein, B6, dan vitamin C melebihi RDA, energi (74,91%), vitamin A
(62,7%), vitamin B1, B2 (40,63%),
No.15Ca, FeApril
dan2018
Zn semuanyaISSN.2089-7669
berada di bawah RDA (27,06%,
20,9% dan 27%). Masih ditemukan dua neonatal dengan berat lahir 2,3 kg pada kelompok
kontroldengan masa gestasi
30 minggu diawal kehamilan tingkat kecukupan konsumsi sedang untuk asupan protein,
vitamin A,dan B6, sementara energi, B1 dan Zn hanya mencapai 40%, vitamin C (75%), Ca
dan Fe (17% dan 14%). Konsumsi tingkat kecukupan semua zat gizi mengalami penurunan
yang berpariasi antara 5,9%-47% pada kehamilan lanjut dengan jumlah kapsul Fe yang
dikonsumsi 52 kapsul. Masih pada ibu dengan berat neonatal 2,3 kg dengan masa gestasi 35
minggu dan jumlah Fe yang dikonsumsi 30 kapsul dengan asupan nutrien sebagian besar
tidak mengalami peningkatan (kecuali vitamin A dan Ca) rendah diawal kehamilan dan pada
kehamilan lanjut.

Keadaan gizi kurang pada janin yang terjadi dalam kehamilan lanjut lebih sering merupakan
konsekuensi dari ketidakadekuatan kemampuan maternoplasental
dalam memasok nutrien pada kehamilan yang lebih dini. Kegagalan maternoplasenta
memasok kebutuhan nutrien janin mengakibatkan berbagai adaptasi fetal dan perubahan
perkembangan yang dapat menimbulkan perubahan permanen pada struktur serta
metabolisme tubuh. Pertumbuhan janin untuk masa gestasi dikatakan baik bila berat
badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi. Penelitian ini memberikan laporan
masa gestasi ibu hamil yang menerima ekstrak daun kelor berada pada kisaran 37-
39 minggu dengan berat badan bayi baru lahir terendah 2,5 kg sebanyak 11,1% neonatal dan
berat lahir terbanyak 3,0 kg sebanyak 27,8% neonatal. Pada kelompok kontrol ditemukan
4,17% neonatal dengan berat lahir < 2,5 kg dengan masa gestasi 37, 30 dan 35 minggu. Berat
lahir terbanyak 2,6 kg sebanyak 13,9% neonatal.
Suplementasi ekstrak daun kelor dan Fe+asam folat selama 90 hari diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan zat gizi ibu hamil. Adanya kandungan zat besi sebesar 0,08 mg, B2 (20,5
mg), vitamin C (12,12 mg), vitamin A (2,51 mcg), vitamin E (12,40 mg). Ketersediaan Cu, B1,
B2 dan B3 berperan dalam membentuk sel darah merah yang kaya oksigen untuk
memperlancar aliran darah ke plasenta diikuti transfer nutrisi untuk pertumbuhan janin.
Hasil temuan Iskandar (2014), melaporkan bahwa ekstrak daun kelor secara signifikan
(p<0,05) dapat mencegah penurunan kadar Hb akibat hemodilusi sebesar 30,3%
denganpeningkatan kadar Hb 0,73 gr/dL±1,29 gr/dL dengan penurunan laju kadar serum
feritin 45,7±26,6 µg/ml atau 1,7 kali lebih lambat daripada kelompok kontrol. Hasil temuan ini

memberikan gambaran bahwa pemberian suplemen zat besi yang dikombinasikan unsur
vitamin dapat meningkatkan biovailabilitas zat besi dalam meningkatkan kadar Hb ibu. Selain
membentuk sel darah merah vitamin A juga dibutuhkan untuk sintesis protein Rendahnya
kemampuan tubuh menyerap karoten yang berasal dari sayuran hanya 33 – 58% sehingga
dibutuhkan suplementasi. Kecukupan vitamin A dalam penelitian ini hanya 24 (66,7%).
Vitamin B1, B2, B3, dan asam pantotenat juga dibutuhkan untuk membantu proses
metabolisme energi. B2 sebagai koenzim berperan dalam metabolisme energi memecah
senyawa karbohidrat menjadi gula sehingga mudah dicerna. B2 juga mengkonversi protein
dan lemak menjadi energi. Energi inilah yang digunakan untuk pertumbuhan janin,
pembentukan plasenta, pembuluh darah, dan jaringan baru. Zat gizi lain yang dibutuhkan
oleh janin adalah Ca. Janin memenuhi kebutuhan Ca dengan cara mengumpulkan Ca dari
ibunya ±25-30 mg/hari. Sumber Ca dari ekstrak daun kelor hanya 0,08 mg.

47
Berat lahir bayi dipengaruhi oleh pertambahan berat ibu selama kehamilan (Cunningham &
Garry, 2006). Trimester pertama dan kedua
No.15 April kenaikan
2018 beratISSN.2089-7669
badan ibu sebagian besar
disebabkan oleh kenaikan organ pendukung kehamilan sedangkan pada trimester ketiga
kenaikan berat badan disebabkan karena pertumbuhan janin. Hasil penelitian Iskandar
(2014), memperlihatkan peningkatan rata-rata berat badan ibu hamil yang menerima
ekstrak daun kelor 1,3 kali lebih besar dari pada kontrol. Perbedaan peningkatan berat badan
kedua kelompok perlakuan (6,73±0,56 kg vs 5,24±0,63 kg) (p<0,05), pertambahan berat badan
ini menunjukkan berkolerasi yang kuat dengan berat badan lahir bayi (r = 0,99).

4. KESIMPULAN DAN SARAN


Disimpulkan bahwa rerata berat lahir bayi

sedikit lebih tinggi pada kelompok ibu hamil yang menerima ekstrak daun kelor namun
perbedaan berat lahir pada kedua kelompok perlakuan tidak signifikan (p=0,602) sehingga
diperlukan penambahan dosis ekstrak daun kelor untuk meningkatkan status gizi ibu hamil
agar kejadian BBLR dapat dicegah.

DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin R. (2006). Analisis Risiko Asap Rokok Dan Variasi Gen Cyp2a6terhadap Berat
Plasenta Dan Dampaknya Pada Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (Disertasi). Makassar
Universitas Hasanuddin.
Arkkola T. (2009). Diet during pregnancy:dietary pattern and weight gain rate among finnish
pregnant women. Universitasis Ouluensis : D medika 1037.
Bhutta Z.A., Rizvi A., Raza F., et al. (2009). A comparative evaluation of multiple
mocronutrient and iron-folic acid supplementation during pregnancy in Pakistan: impact on
pregnancy outcomes. Food Nutr Bull, 30 suppl 4: 496-505.
Cunningham. & Garry F. (2006). Obstetric Williams. Edisi 21 Vol 2, Alih bahasa Hartono dkk.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Dinas Kesehatan R.I. (2012). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan.
Fenech, et al. (2005). Low Intake of Calsium, Folate, Nicotinic Acid, Vitamin E, Retinol, ß-
Carotene and High Intake of Pantothenic Acid, Biotin and Riboflavin are
SignificantlyAssociated With Increased Genome Instability. Results From a Dietary Intake
and MicronucleusI ndex Survey in South Australia. Vol. 26 no. 5 pp. S991-999
Gopalan W, et al. (2010). Nutional Institute of Nutrition: All Things Moringa,

Bey H. Gibney M.J., Margetts B.M., Kearney J.M & Arab.L. (2008). Public Health Nutrition.
Dalam Barker DJP & Godfrey KM editor. Gizi ibu, programming janin, dan penyakit kronis
dewasa. Jakarta. EGC. h. 372-389.
Haider B.A., Yakoob M.Y. & Butta Z.A. (2011). Effect of multiple micronutrient
supplementation during pregnancy on maternal and birth outcomes. BMC Public Health, 11
(Suppl 3):S19.
IFPRI. (2009). Analyzing the Nutritional Impact of Policies in Malawi. International Food
Policy Research Institute, Washington DC.

48
Ijeomah A. U., Ugwuona F. U. & Abdullahi H. (2012). Phytochemical Composition And
Antioxidant Properties Of Hibiscus
No.15 Sabdariffa And Moringa
April 2018 Oleifera. Nigerian Journal of
ISSN.2089-7669
Agriculture, Food and Environment. 8(1):10-16.
Iskandar M. I. (2014). Efek Pemberian Ekstrak Daun Kelor Terhadap Peningkatan Berat
Badan dan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Kabupaten Gowa (Disertasi). Makassar
Universitas Hasanuddin.
Nelms M., Sucher K.P., Lacey K. & Roth S.L. (2007). Nutrition therapy and pathophysiology.
2nd edition. USA: Wadsworth. p 38-50.
Ogbe A.O. & Affiku J.P. (2012). Proximate study, mineral and anti-nutrient composition of
Moringa oleifera leaves harvested from Lafia, Nigeria: potential benefits in poultry nutrition
and health. J Micro Biotech Food Sci; 1: 296–308.
Oyekale A.S. (2012). Nutritional Outlooks of Moringa Oleifera and African Malnutrition
Challenges: A Case Study of Nigeria. Life Sci J; 9(4):3867-3872. Diakses 23April 2013.
Available from: http://www.lifesciencesite.com.
Titi M.K., Harijono., Estiasih., & Sri E.W. (2013) Effect Lactagogue Moringa

oleifera Lam Powder in Rats White Female Wistar. J. Basic. Appl. Sci. Res, 3(4)430-434.
Diakses17 Pebruari 2014. Available
from.http://www.textroad.com.
Unicef. (2009). The state of the world’s children. Maternal and Newborn Health.
Zeng L, et al. (2008). Impact of micronutrient supplementation during pregnancy birth weight,
duration of gestation, and perinatal mortality in rural western China: double blind cluster
randomized controlled trial. BMJ, 337: A2001.

49
No.15 April 2018 ISSN.2089-7669

TUGAS!

Lakukan review jurnal meliputi :

1. Judul Penelitian :

Hubungan Kebidanan Komprehensif NY.N dengan Anemia di Puskesmas Lembang


Kecamatan Lembang Kab.Majene
2. Variable Bebas dan Variable Tergantung :

Variabel merupakan ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok
yang berbeda yang dimiliki oleh kelompok lain.
Variable bebas:

FAKTOR IBU
Prilaku
Usia ibu
Usia kehamilan
Pekerjaan
Riwayat KPD sebelumnya
Servik Inkompetensia

FAKTOR LINGKUNGAN
Pengaruh Orang Sekitar terhadap Nutrisi
Budaya

Kejadian 50
ANEMIA
Variable terkait :
FAKTOR LAIN
Variabel Infeksi
penelitian ini adalahNo.15
Prilaku, Usia
AprilIbu,
2018Usia Kehamilan, Pekerjaan, Riwayat Nutrisi
ISSN.2089-7669

sebelumnya.

Karakteristik
ibu terhadap
3. Latar Belakang Permasalahan:
Anemia Anemia
1. Prilaku
2. Usia Ibu
Ibu hamil di Usia berkembang diketahui sangat berisiko mengalami defisiensi multiple
3. negara
micronutrien seperti
Kehamilzat besi, asam folat, iodium, zink, vitamin A, D, B2, B6 dan B12, yang
an dampak buruk pada ibu dan bayinya (Haider et al., 2011). Tingginya
akan memberikan
4. Pekerjaan
prevalensi defisiensi micronutrien di Malawi dianggap sebagai salah satu penyebab Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) disebabkan karena konsumsi buah dan sayuran menurun sebagai akibat
pendapatan meningkat, sementara konsumsi daging dan sumber karbohidrat tinggi. Defisiensi
micronutrien ditemukan pada populasi umum di Malawi, B12 (84% dari populasi yang
disurvei), vitamin A (65%), Zn (53%), Fe (46%), asam folat (37%), vitamin C (33%) dan B2
(32%) (IFPRI, 2009). Makanan dengan kwalitas rendah, ditambah lagi dengan peningkatan
kebutuhan gizi untuk pertumbuhan plasenta dan janin dapat mengakibatkan defisiensi multiple
micronutrien pada kehamilan dan berkontribusi terhadap kejadian BBLR (Zeng et al., 2008).
Data Unicef 2000-2007 diperoleh angka kejadian BBLR tertinggi di Yaman 32%, Sudan 31%,
dan India 28% sedangkan terendah di China 2%, Indonesia 9% (Unicef, 2009). Data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 diperoleh angka kejadian BBLR sebesar 11,1%
tertinggi di Nusa Tenggara Timur 19,2% dan terendah di Sumatra Barat 6,0% sedangkan
Sulawesi Selatan 16,2%. Hasil ini sedikit lebih rendah dari data Riskesdas tahun 2007 sebesar
11,5%, tetapi masih jauh dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan
gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7%, untuk Kabupaten Gowa pada tahun
2009 kejadian BBLR sebanyak 70 bayi (0,49%), tahun 2010 sebanyak 157 bayi (1,22%),
dan tahun 2011

51
sebanyak 203 atau 0,78% bayi (Dinkes Prov Sul-Sel, 2012).
Hasil penelitian yang dilakukan Bhutta ZA et al (2009), pada 2,378 ibu hamil. Mereka
No.15 April 2018 ISSN.2089-7669
diberikan Fe+asam folat vs MMN. Ibu hamil dalam kedua kelompok mengkonsumsi 75% dari
suplemen yang diberikan. Signifikan pada berat lahir bayi dari ibu yang mengkonsumsi MMN
dibandingkan dengan bayi dari ibu yang mengkonsumsi Fe+asam folat (2,95+/-0,6 vs 2,88+/-
0,5 kg, p =0 .01). Hasil ini menunjukan terjadi pengurangan sebesar 10% (p< 0,17) dari
proporsi BBLR antara bayi dari ibu yang mengkonsumsi MMN.
Eksplorasi pemanfaatan makanan sebagai pilar ketahanan pangan dengan menganalisis potensi
yang ada pada daun kelor, dapat membantu mengurangi kekurangan gizi pada anak-anak dan
perempuan (Oyekale, 2012). Kandungan vitamin dan mineral yang terdapat dalam tepung daun
kelor per 100 gr mengandung ß carotene 16,3 mg, B1 2,6 mg, B2 8,2 mg, vitamin C 17,3 mg,
Ca 2003,0 mg, Fe 28,2 mg, Mg 368,0 mg dan fosfor 204,0 mg (gopalan et al., 2010). Hasil
analisis proksimat menemukan kandungan protein, karbohidrat, serat, lemak, dan asam lemak
esensial pada daun kelor (Ogbe & Affiku, 2012).
Selanjutnya hasil analisis fitokimia dan anti-nutrisi melaporkan, tanin, phytates, tripsin,
saponin, oksalat dan sianida dalam konsentrasi rendah (Ijeomah et al., 2012). Untuk
mengetahui dampak pemberian daun kelor pada ibu hamil dilakukan dengan mengukur
kadargizimikro dalam plasma darah ibu, serta kerusakan DNA yang menjadi marker sensitif
untuk defisiensi gizimikro (Fenech et al., 2005).

4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu masalah yang dihadapi dan perlu
diuji kebenarannya melalui data yang lebih lengkap dan menunjang. Penelitian ini
dilakukan untuk Mengetahui gambaran kejadian Anemia berdasarkan karakteristik
ibu(Pengetahuan, Usia Ibu, Usia Kehamilan, Pekerjaan, Riwayat Anemia Sebelumnya) di
Puskesmas Lembang.

Ho : Anemia tidak mempengaruhi berdasarkan karakteristik Pengetahuan, usia ibu,


usia kehamilan, pekerjaan dan riwayat Anemia sebelumnya.
H1 : Pada penelitian ini Karakteristik ibu Hamil dengan Anemia meliputi BBLR,KEK, dan
Gizi Kurang

52
No.15 April 2018 ISSN.2089-7669
5. Definisi Oprasional

Definisi oprasional merupakan uraian tentang batasan variabel yang dimaksud


atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmojo,
2010).

Variabel Definisi Alat Hasil Skala Ukur


Operasional Ukur Ukur

Pengetahuan Pengetahuan ibu Rekam 1. Baik (1) Ordinal


terhadap Asupan Medik
2. Cukup
Nutrisi Selama
3. Kurang
Kehamilan

Usia ibu Usia seorang ibu Rekam 1. < 20 tahun Ordinal


berdasarkan Medik
2. 20-35 tahun
perhitungan kartu
3. >35 tahun
identitas yang
dimilikinya.
Usia kehamilan Taksiran usia janin Rekam 1. 37- 41 Ordinal
yang dihitung dari Medik
minggu
pertama masa haid
2. ≥ 42 minggu
normal.

Pekerjaan Sesuatu yang Rekam 1. IRT Nominal


dikerjakan sebagai Medik
2. Buruh
tugas kewajibannya
3. Wiraswasta
sesuai dengan
status rekam medik.
Riwayat Riwayat Anemia Rekam 1. Tidak pernah Nominal
Anemia sebelumnya beresiko Medik
Anemia
Sebelumnya 2-4 kali mengalami
sebelumnya
BBLR

53
kembali.
No.15 April 2018 2. Pernah
ISSN.2089-7669
Anemia
sebelumnya

54
6. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang terdata oleh petugas
No.15 April 2018 ISSN.2089-7669
kesehatan dan tenaga lapangan yang telah dilatih untuk memeriksa status kehamilan dan
pengantin baru yang tercatat di Kantor Urusan Agama (KUA) menikah sejak januari 2012.
Penentuan sampel dengan cara purposive sampling yaitu sebanyak 72 ibu hamil yang
memenuhi kriteria inklusi yakni ibu hamil trimester dua dengan anemia dan tidak KEK,
bersedia menerima kapsul ekstrak daun kelor, dan Fe+asam folat selama sembilan puluh
hari, paritas 0-2, umur ibu hamil 18–35 tahun, janin tunggal, tidak mengonsumsi
multivitamin dan mineral lain dan bersedia menandatangani informed consent.

a. Teknik Sample
Data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data
karakteristik ibu hamil mengenai umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan riwayat
kehamilan, Food Recall 24 jam untuk melihat asupan, Food Frekuensi untuk melihat pola makan.
Pengukuran kadar Hb menggunakan blood hemoglobin photometer merek Hemocue, berat badan
menggunakan timbangan digital dengan tingkat ketelitian 0,1 kg, LiLA dengan pita meter LiLA
dengan tingkat ketelitian 0,1 cm dan tinggi badan menggunakan microtoise dengan tingkat
ketelitian 0,1 cm. Pengumpulan data dilakukan dua kali yaitu sebelum dan setelah intervensi.

55
No.15 April 2018 ISSN.2089-7669

Anda mungkin juga menyukai