Anda di halaman 1dari 9

e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 7 Nomor 1, Februari 2019

HUBUNGAN KETEPATAN TRIASE DENGAN RESPONSE TIME


PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT
RUMAH SAKIT TIPE C

Patricia Glory Tuwo


Jimmy F. Rumampuk
Mario E. Katuuk

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi Manado
Email : pglorytuwo@gmail.com

Abstract : The most important thing when the nurse does triage is to do response time. A
decrease in the triage scale assessment will extend the handling time that the patients should
receive according to their clinical conditions so that it will risk reducing the patient safety rate
and the quality of health services. The purpose of this study was to identify the relationship of
the accuracy of triage with the response time of nurses in hospital type C Emergency Unit.
Samples totaling 36 respondents were taken using total sampling technique. Method used
observational analytic research design with a cross sectional approach. The result of study
using fisher's exact test at a significance level of 95%, obtained a significant value p = 0.003
or smaller than 0.05 (0.003 <0.05). The conclusion of the results of this study indicate that
there is a relationship between the accuracy of triage with the response time of nurses in the
emergency room type C hospital.
Keywords: Triage, Accuracy, Response Time, IGD

Abstrak : Hal terpenting ketika perawat melakukan triase adalah melakukan response time.
Penurunan penilaian skala triase akan memperpanjang waktu penanganan yang seharusnya di
terima oleh pasien sesuai dengan kondisi klinisnya sehingga akan beresiko menurunkan angka
keselamatan pasien dan kualitas dari layanan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi hubungan ketepatan triase dengan response time perawat di IGD rumah sakit
tipe C. Sampel berjumlah 36 responden yang diambil menggunakan teknik total sampling.
Desain Penelitian yang di gunakan adalah observasional yang bersifat analitik dengan
pendekatan Cross Sectional. Hasil Penelitian uji fisher’s exact test pada tingkat kemaknaan
95%, diperoleh nilai signifikan p = 0,003 atau lebih kecil dari 0,05 (0,003 <0,05). Kesimpulan
hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan antara ketepatan triase dengan
response time perawat di IGD rumah sakit tipe C.
Kata Kunci : Triase, Ketepatan, Response Time, IGD

1
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 7 Nomor 1, Februari 2019

PENDAHULUAN dilakukan oleh Asmara dan Handayani


Instalasi Gawat Darurat (IGD) (2017) tentang gambaran penyebab
merupakan titik masuk yang sangat penting kematian di IGD terdapat 51 pasien (44,3%)
untuk pelayanan kesehatan bagi pasien pasien meninggal di IGD dalam waktu < 24
yang membutuhkan penanganan dan jam dari total 115 pasien.
perawatan mendesak (Sunyoto dkk, 2014). Penelitian oleh Putri dan Fitria (2018)
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan mengenai hubungan kecepatan dan
Tahun 2009, Jumlah kunjungan ke RSU di ketepatan terhadap life saving pasien
Indonesia pada tahun 2007 sebanyak trauma kepala menunjukan adanya
33.094.000 dengan pasien yang melakukan hubungan yang signifikan antara response
kunjungan ke IGD sebanyak 4.402.205 atau time dengan life saving pasien trauma
13,3% dari total seluruh kunjungan di RSU kepala dimana semakin cepat response time
(Keputusan Menteri Kesehatan, 2009). maka semakin naik life saving pasien
Triase merupakan hal penting dalam cedera kepala. Penelitian yang dilakukan
merawat dan melakukan penilaian awal oleh Tumbuan (2015) hasil response time
pasien di IGD (Khairina, dkk. 2018). perawat dalam menangani kasus gawat
Tujuan utama dari triase adalah untuk darurat di IGD RSU GMIM Kolooran
menurunkan angka morbiditas dan Amurang yang adalah rumah sakit tipe C
mortalitas semua pasien gawat darurat kebanyakan (57,1%) lambat.
(Garbez, et all. 2011). Penelitian Evie, dkk. Hasil penelitian dari Apriani dan
(2016) didapatkan IGD rumah sakit tipe C Febriani (2017) di IGD RSI Siti Khadijah
Malang ada 27 orang (77,1%) dari 35 Palembang yang merupakan rumah sakit
responden yang tidak tepat melakukan tipe C di dapatkan hasil ada hubungan yang
pelaksanaan triase. Penelitian oleh Gustia signifikan antara kegawatdaruratan dengan
dan Manurung (2018) tentang hubungan waktu tanggap (response time). Fenomena
ketepatan penilaian triase dengan tingkat yang terjadi di Instalasi Gawat Darurat
keberhasilan penanganan pasien cedera (IGD) yakni penerapan triase belum
kepala di IGD RSU HKBP Balige dilakukan dengan maksimal sehingga
Kabupaten Toba Samosir yang merupakan masih banyak pasien yang tidak
rumah sakit tipe C di Sumatra Utara memperoleh penanganan yang cepat dan
didapatkan hasil keberhasilan penilaian tepat sesuai dengan kondisinya.
triase sebesar 14 orang (82.36%) dan di Ketidaktepatan triase tersebut akhirnya
dapatkan adanya hubungan antara menyebabkan memanjangnya response
ketepatan penilaian triase dengan tingkat time dalam melaksanakan tindakan
keberhasilan penanganan pasien cedera pelayanan awal di IGD.
kepala. Data awal yang diperoleh peneliti pada
Penurunan penilaian skala triase atau bulan Oktober 2018 di instalasi gawat
ketidaktepatan triase akan memperpanjang darurat RSU GMIM Pancaran Kasih
waktu penanganan yang seharusnya di Manado, rumah sakit tipe C dengan jumlah
terima oleh pasien sesuai dengan kondisi perawat di IGD berjumlah 24 orang yang
klinisnya dan kemudian akan beresiko semuanya telah mengikuti pelatihan dasar
menurunkan angka keselamatan pasien dan kegawatdaruratan, total jumlah kunjungan
kualitas dari layanan kesehatan (Khairina, pasien harian berkisar 50-60 orang dalam 3
Marini & Huriani, 2018). Pasien gawat bulan yakni bulan Mei 1.501 pasien, Juni
darurat harus ditangani dengan waktu < 5 1.641 pasien, Juli 1547 jadi rata-rata pasien
menit (Keputusan Menteri Kesehatan, yang berkunjung ke IGD mencapai> 1.500
2009). Response time yang memanjang orang pasien, kemudian pada bulan
dalam penanganan pasien gawat darurat Desember 2018 data awal yang di peroleh
dapat menurunkan usaha penyelamatan peneliti di RSU GMIM Bethesda Tomohon,
pasien (Maatilu, 2014). Penelitian yang rumah sakit tipe C dengan jumlah

2
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 7 Nomor 1, Februari 2019

kunjungan pasien rata-rata per bulan sekitar yang sedang cuti, perawat yang memegang
1500 pasien dan jumlah perawat IGD 16 jabatan organisasi (kepala ruangan).
orang perawat yang semuanya juga telah Instrumen dalam penelitian ini
mengikuti pelatihan dasar menggunakan check list lembar observasi
kegawatdaruratan. dengan pengukuran data yang digunakan
Hasil observasi di IGD kedua rumah yaitu skala Guttman. Lembar observasi
sakit tersebut terdapat ruang triase, ruang ketepatan triase berisi tentang standar
resusitasi dan ruang tindakan dan ruang operasional trise yang di gunakan di
ponek dengan lajur warna triase pada lantai. instalasi gawat darurat (IGD) RSU GMIM
Peneliti telelakukan wawancara dengan Pancaran Kasih Manado dan RSU GMIM
kepala ruangan di tempat mengenai Bethesda Tomohon. Penilaian dalam
penerapan triase di IGD kedua rumah sakit lembar observasi ini yaitu “Sesuai” dan
tersebut belum sepenuhnya melakukan tidak sesuai”. Selanjutnya ketepatan triase
triase dengan baik, sehingga terjadi dikatakan tepat jika pada akhir observasi
perpanjangan response time dalam semua prosedur dilakukan sesuai kategori
penanganan awal pasien. Kedua rumah triase dan tidak tepat jika satu atau lebih
sakit ini memiliki standar yang sama yakni perosedur tidak dilakukan. Kemudian
< 5 menit. Berdasarkan fenomena di atas menggunakan lembar observasi dan
maka peneliti tertarik untuk melakukan stopwatch. Lembar observasi response time
penelitian mengenai “Hubungan Ketepatan berisi tentang waktu tanggap (response
Triase dengan Response Time Perawat di time) yang di terima setiap pasien yang
Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah diukur dengan menggunakan
Sakit Tipe C.” stopwatch.Standar waktu yang digunakan
yakni ≤ 5 menit sesuai dengan Keputusan
METODE PENELITIAN Kementerian Kesehatan Republik
Jenis penelitian ini adalah penelitian Indonesia tahun 2009. Penilaian dalam
observasional yang bersifat analitik dengan lembar observasi ini yaitu “cepat (≤ 5
menggunakan desain Cross Sectional yaitu menit)” dan “lambat (> 5 menit)”.
data penelitian dikumpulkan sesuai kondisi Pengolahan data yang diperoleh dari
pada saat suatu penelitian berlangsung, hasil penelitian ini diolah secara manual
sehingga pengumpulan data hanya di dengan mengelompokan hasil dari lembar
lakukan sekali dengan tidak melihat obsevasi kemudian dilakukan analisis
kejadian masa lalu atau kejadian yang akan menggunakan uji statistik setelah itu diolah
datang (Siswanto dkk, 2016). Penelitian ini menggunakan sistem komputerisasi, tahap-
telah dilakukan di IGD RSU GMIM tahap tersebut yaitu editing, coding,
Pancaran Kasih Manado dan IGD RSU processing, dan cleaning. (Setiadi, 2013)
GMIM Bethesda Tomohon pada bulan Data dianalisis melalui analisis univariat
Oktober - Desember 2018. Populasi dalam dan bivariat dengan menggunakan uji
penelitian ini adalah perawat yang bekerja Fisher’s Exact Test dengan tingkat
di IGD RSU GMIM Pancaran Kasih kepercayaan 95% derajat kemaknaan α =
Manado berjumlah 24 orang dan RSU 0,05. untuk melihat hubungan antara
GMIM Bethesda Tomohon berjumlah 16 masing-masing variabel independen dengan
orang dengan total 40 orang. Pengambilan variabel dependen.
sampel pada penelitian ini menggunakan
teknik total sampling. Sampel pada
penelitian ini berjumlah 36 orang yang
memenuhi kriteria inklusi : perawat yang
bekerja di IGD, perawat yang bersedia
menjadi responden dan menandatangani
surat persetujuan. Kriteria Ekslusi : Perawat

3
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 7 Nomor 1, Februari 2019

HASIL dan PEMBAHASAN Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden


Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Tingkat
n %
Menurut Jenis Kelamin Pendidikan
Jenis Kelamin n % S1 Ners 9 25,0
Laki-laki 9 25 D4 Keperawatan 1 2,8
Perempuan 27 75 D3 Keperawatan 26 72,2
Total 36 100 Total 36 100
Sumber : Data Primer, 2018 Sumber : Data Primer, 2018
Berdasarkan jenis kelamin Hasil penelitian pada tabel 3
menunujukan bahwa dari total 36 karakteristik tingkat pendidikan, hasil
responden (100%) jenis kelamin perempuan penelitian menunjukan bahwa dari total 36
merupakan jenis kelamin yang terbanyak responden (100%) dengan tingkat
dengan jumlah 27 orang (75%) sementara pendidikan D3 Keperawatan merupakan
untuk responden yang berjenis kelamin yang terbanyak yakni 26 orang (72,2%)
laki-laki berjumlah 9 orang (25%). kemudian dengan tingkat pendidikan S1
Pekerjaan perawat masih banyak diminati Ners sebanyak 9 orang (25%) dan 1 orang
oleh perempuan dibandingkan laki-laki dengan tingkat pendidikan D4
karena keperawatan masih diidentikkan Keperawatan. pendidikan yang tinggi dapat
dengan pekerjaan yang cocok dan sesuai meningkatkan keterampilan perawat, juga
dengan sifat perempuan yang lebih sabar, semakin tinggi pendidikan seseorang maka
lemah lembut, dan peduli (Yanti & Warsito, semakin kritis, logis dan sistematis cara
2013). berpikirnya, serta semakin tinggi kualitas
kerjanya (Fitrianty & Suryati 2016).
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden
Menurut Usia Analisis Univariat
Umur n % Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden
21 – 31 tahun 31 86,1 Menurut Ketepatan Pelaksanaan Triase
32 – 42 tahun 5 13,9 Ketepatan n %
Total 36 100,0 Triase
Sumber : Data Primer, 2018 Tepat 22 61,1
Tidak Tepat 14 38,9
Distribusi frekuensi responden dilihat
dari karakteristik usia, hasil menunjukan Total 36 100,0
bahwa dari total 36 responden (100%) yang Sumber : Data Primer, 2018
memiliki usia 21-31 tahun sebanyak 31
orang (86,1%) dan yang memiliki usia 32- Tabel 4 menunjukan bahwa dari total
42 tahun sebanyak 5 orang (13,9%). 36 responden (100%) terdapat sebanyak 22
penelitian yang dilakukan oleh Fitriyanti orang (61,1 %) yang melakukan triase
dan Suryati (2016) menenai hubungan dengan tepat dan sebanyak 14 orang
karakteristik perawat dengan kinerja (38,9%) yang tidak tepat melakukan triase.
perawat di RSKD Duren Sawit Jakarta Tujuan utama triase adalah untuk
Timur didapatkan sebanyak 24 perawat meminimalisasi terjadinya cedera dan
(52,2%) ada pada usia 20-33 tahun dan 22 kegagalan selama proses penyelamatan
perawat (47,8%) ada pada usia 34-44 tahun pasien. Hasil penelitian oleh Gustia dan
dengan hasil ada hubungan usia dengan Manurung (2018) tentang hubungan
kinerja perawat. ketepatan penilaian triase dengan tingkat
keberhasilan penanganan pasien cedera
kepala di IGD RSU HKBP Balige
Kabupaten Toba Samosir yang merupakan
4
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 7 Nomor 1, Februari 2019

rumah sakit tipe C di Sumatra didapatkan Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden


hasil keberhasilan penilaian triase sebesar Menurut Response Time perawat
14 orang (82.36%) dan di dapatkan adanya Response n %
hubungan antara ketepatan penilaian triase Time
dengan tingkat keberhasilan penanganan Cepat 10 27,8
pasien cedera kepala. Namun berbeda Lambat 26 72,2
dengan hasil penelitian Evie, dkk. (2016) Total 36 100,0
didapatkan IGD rumah sakit tipe C malang Sumber : Data Primer, 2018
ada 27 orang (77,1%) dari 35 responden
yang tidak tepat pelaksanaan triase Disitribusi responden pada tabel 5
dikarenakan faktor yang berhubungan menunjukan bahwa dari total 36 responden
dengan penelitian ini yakni pelatihan (100%) paling banyak memiliki response
kegawatdaruratan oleh perawat. time yang lambat yakni sebanyak 26 orang
Ketepatan pelaksanaan triase perawat (72,2%) dan yang memiliki response time
baik di dukung oleh hasil observasi peneliti cepat hanya ada sebanyak 10 orang
di rumah sakit dimana pelaksanaan triase di (27,8%). Waktu tanggap (response time)
kedua rumah sakit tersebut berjalan baik pelayanan merupakan gabungan antara
karena perawat memiliki pengetahuan yang waktu tanggap saat pasien tiba di depan
luas dilihat dari tingkat pendidikan perawat pintu rumah sakit sampai pasien
pada kedua rumah sakit tersebut sebagian mendapatkan penanganan awal atau respon
besar D3 Keperawatan 26 orang (72,2%) dari petugas instalasi gawat darurat dengan
kemudian dengan tingkat pendidikan S1 waktu yang digunakan sampai selesai
Ners sebanyak 9 orang (25%) dan 1 orang pasien diberi pertolongan (Sutriningsih,
dengan tingkat pendidikan D4 Keperawatan 2016). Penelitian yang dilakukan oleh
juga semua responden telah mengikuti Tumbuan (2015) hasil response time
pelatihan dasar kegawatdaruratan serta perawat dalam menangani kasus gawat
adanya penilaian akreditasi rumah sakit darurat di IGD RSU GMIM Kolooran
yang membuat seluruh pelayanan rumah Amurang yang juga rumah sakit tipe C
sakit harus sesuai dengan standar kebanyakan (57,1%) lambat. Hal ini tidak
oprasional. Sumarno (2017) menyatakan sesuai dengan Keputusan Menteri
bahwa pelayanan kesehatan sesuai prosedur Kesehatan (2009) yang menyatakan bahwa
merupakan salah satu indikator menilai pasien gawat darurat harus ditangani dalam
tepatnya pelaksanaan pelayanan dari suatu waktu < 5 menit.
rumah sakit, yang dapat memberikan Hasil observasi peneliti di kedua rumah
dampak yang baik bagi pasien maupun bagi sakit, didapatkan banyak pasien yang
petugas dan rumah sakit jika dilaksanakan datang namun kurangnya petugas kesehatan
sebagaimana mestinya tapi jika tidak khususnya perawat di IGD lebih khusus di
dilakukan sesuai dengan standart prosedur ruang triase sehingga menyebabkan proses
dari rumah sakit tersebut maka akan dari awal triase sampai pasien mendapatkan
berdampak tidak baik bagi pasien, petugas penanganan awal mengalami keterlambatan
maupun rumah sakit itu sendiri. waktu. Selanjutnya tidak meratanya tingkat
kegawatan yang datang kebanyakan adalah
kategori triase kuning dan hijau sesuai
dengan Fadhilah, dkk. (2013) menyatakan
bahwa tidak meratanya penyebaran tingkat
kegawatan, keberadaan petugas yang ada di
triase, ketersediaan sarana dan cara bayar
pasien merupakan beberapa faktor yang
menyebabkan waktu tanggap (Response
time) melebihi dari standar yang telah di

5
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 7 Nomor 1, Februari 2019

tetapkan. Selanjutnya penelitian yang ketepatan triase dengan response time


dilakukan oleh Mahyawati (2015) tentang perawat di IGD Rumah Sakit tipe C.
hubungan kegawatdaruratan pasien dengan Hasil penelitian ini didukung oleh
waktu tanggap perawat di IGD RS PKU Mardalena (2017) yang menyatakan bahwa
Muhammadyah Yogyakarta di simpulkan Response Time sangat berhubungan dengan
bahwa terdapat hubungan antara kegawat triase di mana hal terpenting ketika perawat
daruratan dengan waktu tanggap dimana melakukan triase adalah melakukan
semakin tinggi tingkat kegawatan pasien response time. Mahyawati (2015) tentang
maka waktu tanggap akan semakin cepat. hubungan kegawatdaruratan pasien dengan
Minimnya tempat tidur dan kursi roda waktu tanggap perawat di IGD RS PKU
di ruang triase serta persediaan obat-obatan Muhammadyah Yogyakarta di simpulkan
dan stratcher di IGD. Keterlambatan bahwa terdapat hubungan antara kegawat
response time perawat akan berdampak daruratan dengan waktu tanggap dimana
buruk bagi pasien serta pelayanan rumah semakin tinggi tingkat kegawatan pasien
sakit banyak faktor namun yang paling maka waktu tanggap akan semakin cepat.
penting diantaranya ialah pelaksanaan Penelitian ini menunjukan bahwa dari total
triase, kesediaan sarana prasarana rumah responden 36 orang (100%) terdapat 22
sakit dan layanan kesehatan penunjang orang (61%) yang melakukan triase dengan
lainnya. tepat memiliki response time yang cepat
sebanyak 10 orang (27,8%) sementara
Analisis Bivariat dengan response time lambat sebanyak 12
Tabel 6. Analisis Hubungan Ketepatan orang (33,3%). Hal ini terjadi karena
Triase dengan Response Time adanya faktor lain yang menyebabkan
Ketepatan
Response Time Total response time lambat seperti karakteristik
Cepat Lambat Pv
Triase jenis kelamin dan umur.
n % n % n %
1 33, 2 61, Berdasarkan hasil penelitian responden
Tepat 1 27,
Tidak 0 8
2 3 2 1 yang berjenis kelamin perempuan lebih
1 38, 1 38, banyak yakni 27 orang (75%) dibanding
Tepat 0 0
4 9 4 9 0,003
1 27, 2 72, 3 laki-laki yang hanya berjumlah 9 orang
Total 100
0 8 6 2 6 (25%) dengan usia terbanyak ada pada
Sumber : Data Primer, 2018 rentang dewasa muda yakni 21-31 tahun
(86,1%). Menurut penelitian Rahil (2012)
Analisis hubungan antara ketepatan jenis kelamin laki-laki memiliki response
triase dan response time pada tabel 6 time yang cepat dibanding perempuan
menunjukan bahwa dari total responden 36 dikarenakan laki-laki memiliki keunggulan
orang (100%) terdapat 22 orang (61%) yang fisik dan faktor usia berhubungan dengan
melakukan triase dengan tepat memiliki response time perawat dimana perawat usia
response time yang cepat sebanyak 10 40-60 tahun memiliki response time yang
orang (27,8%) sementara dengan response lebih cepat dari perawat 20-40 tahun
time lambat sebanyak 12 orang (33,3%) dikarenakan semakin bertambah usia maka
sementara untuk responden yang semakin bertambah kedewasaannya.
melakukan triase dengan tidak tepat Hasil observasi peneliti di kedua
memiliki response time yang lambat rumah sakit faktor yang lain di dapatkan
sebanyak 14 orang (38,9%) dan dengan kurangnya tenaga kesehatan khususnya
tidak ada yang memiliki response time yang perawat di ruangan IGD dimana hanya ada
cepat (0%). Hasil uji hipotesis yang 21 orang perawat diluar kepala ruangan di
dilakukan menggunakan uji fisher’s exact IGD RSU GMIM Pancaran Kasih Manado
test menunjukan nilai p = 0,003 < α = 0,05. dan 15 orang perawat diluar kepala ruangan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa di IGD RSU GMIM Bethesda Tomohon
terdapat hubungan yang signifikan antara sementara kunjungan pasien di setiap bulan

6
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 7 Nomor 1, Februari 2019

mencapai 1500 orang dan kunjungan harian sesuai prioritas. Paling banyak responden
sebanyak 50-60 orang dan tidak merata baik dalam pelaksanaan triase yaitu pada
pada setiap shiftnya sehingga perawat poin 1 dan 5 yaitu pasien datang diterima
terlihat kewalahan dalam menangani petugas/paramedis dan pasien diberikan
pasien. Sesuai dengan Dadashzadeh, et all. penanganan sesuai dengan prioritasnya
(2013) menjelaskan bahwa salah satu faktor kemudian diikuti poin 3 penentuan derajat
yang berhubungan dengan pelaksanaan kegawatan pasien dimana setiap pasien
triase adalah rasio jumlah perawat dan yang datang langsung di berikan penilaian /
pasien. Tidak berimbangnya antara kode warna sesuai dengan tingkat
ketersediaan sumber daya manusia dengan kegawatan kemudian.
jumlah kunjungan pasien yang banyak akan Responden yang tidak tepat pada
berpotensi pada penundaan penanganan pelaksanaan triase ada pada poin 2 dan poin
pasien sehingga akan berdampak fatal 4 yaitu pemeriksaan / anamnesa seringkali
bahkan mematikan bagi pasien dengan tidak dilakukan di ruangan triase tetapi di
kondisi emergency ( Evie, dkk. 2016). ruang lainnya seperti ruang observasi dan
Faktor lainnya adalah lamanya waktu yang resusitasi. Kemudian pembagian pelayanan
di butuhkan saat mekukan pengkajian awal prioritas dimana untuk pelayanan pada
di ruang triase kebanyakan responden tidak prioritas hijau dan kuning sering kali tidak
memperhatikan waktu pengkajian, sesuai. Penelitian Sulistyawati dan
kemudian kurangnya sarana prasarana Handayani (2017) di dapatkan hasil
seperti tempat tidur dan kursi roda sehingga kesimpulan ada hubungan antara tingkat
tertunda di beri tindakan maka dari itu kegawatan pasien dengan waktu tanggap
terjadi perpanjangan waktu response time. perawat di Instalasi Gawat Darurat RS X
Hasil crosstab penelitian untuk kediri di mana pasien dengan tingkat
responden yang melakukan triase dengan kegawatan gawat darurat (triase merah)
tidak tepat memiliki response time yang sebanyak 9 orang (39,1%) dengan waktu
lambat sebanyak 14 orang (38,9%) dan tanggap cepat dan 0% untuk waktu tanggap
dengan tidak ada yang memiliki response lambat, kemudian dengan tingkat darurat
time yang cepat (0%). Hal ini terjadi karena tidak gawat (triase kuning) sebanyak 6
menurunnya penilaian skala triase dapat orang (26,1%) dengan waktu tanggap cepat
memperpanjang waktu penanganan yang dan 4 orang (17,4%) lambat, serta tingkat
seharusnya di terima oleh pasien sesuai tidak gawat tidak darurat sebanyak 1 orang
dengan kondisi klinisnya dan kemudian (4,3%) dengan waktu tanggap cepat dan 3
akan beresiko menurunkan angka orang (13%) lambat.
keselamatan pasien dan kualitas dari Pelaksanaan triase sangat
layanan kesehatan (Khairina, Marini & mempengaruhi response time, jika triase
Huriani, 2018). tidak dilakukan dengan tepat maka akan
Berdasarkan hasil observasi peneliti di memperlambat waktu tanggap (response
kedua rumah sakit ruang IGD telah time) yang akan diterima pasien sehingga
memiliki alur triase dan ruangan-ruang akan meningkatkan resiko kerusakan organ
seperti ruang triase, resusitasi, observasi, atau kecacatan, dan bahkan sampai pada
ponek, tindakan bedah serta lajur warna kematian pasien. Selain itu juga akan
triase di lantai IGD nya. Sebagian besar berpengaruh pada kualitas pelayanan
responden telah melakukan triase dengan kesehatan rumah sakit dan akan menambah
baik sesuai dengan 5 poin yang dilihat pada biaya perawatan pasien tersebut.
lembar observasi ketepatan triase yakni 1.
Pasien datang diterima petugas/paramedis,
2. Di ruang triase dilakukan anamnesis, 3.
Penetuan derajat kegawatan, 4. Pembagian
pelayanan prioritas , 5. Penaganan pasien

7
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 7 Nomor 1, Februari 2019

SIMPULAN Kesehatan Vol. 8 No.1 Fakultas


1. Pelaksanaan triase di IGD rumah sakit Kesehatan MH Thamrin
Tipe C dilakukan dengan tepat.
2. Response Time di IGD rumah sakit Garbez, R., Carrieri-Kohlman, V., Stotts,
Tipe C termasuk kategori lambat. N., Chan, G., & Neighbor, M. (2011).
3. Terdapat hubungan yang signifikan Factors Influencing Patient
antara ketepatan triase dengan Assignment to Level 2 and Level 3
response time di IGD rumah sakit tipe Within the 5-Level ESI Triage
C. System. Journal of Emergency
Nursing, 37(6), 526–532.
DAFTAR PUSTAKA Gustia, M., Manurung, M. (2018).
Asmara, K., Handayani, T., N. (2017).
Hubungan Ketepatan Penilaian Triase
Gambaran Kematian di Instalasi
dengan Tingkat Keberhasilan
Gawat Darurat. Program Studi Ilmu
Penanganan Pasien Cedera Kepala di
Keperawatan Fakultas Keperawatan
RSU HKBP Balige Kabupaten Toba
Universitas Syiyah Kuala Banda
Simosir. Jurnal JUMANTIK Vol. 3
Aceh
No.2
Dadashzadeh, A., Abdolahzadeh, F.,
Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Rahmani, A., Gojazadeh, M. (2013)
Indonesia. (2009). Standar Instalasi
Factors Effecting triage decision
Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit.
making from the viewpoints of
Jakarta : Menteri Kesehatan Republik
emergency department staff in Tabriz
Indonesia
hospital. Iran Critical Care Nursing
Journal, 6 (4) 269-276 Khairina, I., Malini, H., Huriani, E. (2018).
Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Evie, S., Wihastuti, T, A., Suharsono, T.
Dengan Pengambilan Keputusan
(2016) Analisis Faktor yang
Perawat Dalam Ketepatan Triase Di
Berhubungan dengan Pelaksanaan
Kota Padang. Fakultas Keperawatan
Triase Perawat Pelaksana di Ruang
Universitas Andalas Indonesia.
IGD Rumah Sakit Tipe C
Indonesian Journal For Health
Malang.Program Studi Magister
Science Vol.02, No.01
Keperawatan Universitas Briwijaya.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Maatilu, V., Mulyadi., Malara, R. T. (2014).
Keperawatan, Volume 12, No.3 Faktor-Faktor Yang Berhubungan
dengan respon time perawat pada
Fadhilah, N., Harahap, W. A., Lestari, Y.
penanganan pasien gawat darurat di
(2013). Faktor-Faktor yang
IGD RSUP Prof Dr. R. D. Kandou
Berhubungan dengan Waktu Tanggap
Manado. Fakultas Kedokteran
pada Pelayanan Kasus Kecelakaan
Program Studi Ilmu Keperawatan
Lalu Lintas di Instalasi Gawat
Universitas Sam Ratulangi Manado.
Darurat Rumah Sakit Umum Pusat
E-jurnal Keperawatan (e-Kep)
Dr. M. Djamil Padang. Fakultas
Kedokteran Universitas Mahyawati, Widaryati. (2015). Hubungan
kegawatdaruratan pasien dengan
Fitriyanti,L., Suryati, S. (2016) Hubungan
waktu tanggap perawat di IGD RS
Karakterisik Perawat dengan
PKU Muhamadyah Yogyakarta.
Motivasi Kerja dalam Pelaksanaan
Naskah Publikasi. Program Studi
Terapi Aktifitas Kelompok di Rumah
Ilmu Keperawatan STIKES 'Aisyiyah
Sakit Khusus Daerah Duren Sawit
Yogyakarta.
Jakarta Timur. Jurnal Artikel Ilmu

8
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 7 Nomor 1, Februari 2019

Mardalena, Ida. (2017) Asuhan Ilmu Kesehatan Universitas


Keperawatan Gawat Darurat. Muhammadiyah Jember, Vol.6 No.2
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Tumbuan, A. N. (2015). Hubungan
Putri,D., Fitria, C., N. (2018). Ketepatan Response Time Perawat dengan
dan Kecepatan Terhadap Life Tingkat Kecemasan Pasien Kategori
Saving Pasien Trauma Kepala. Triase Kuning di IGD RSU GMIM
Jurnal The 7 th University Kalooran Amurang. Fakultas
Research Colloqium 2018 Kedokteran Program Studi Ilmu
STIKES PKU Muhammadiyah Keperawatan Universitas Sam
Surakarta Ratulangi Manado. E-Journal
Keperawatan (e-Kp) Volume 3 No.2
Rahil, N, H. (2012). Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Lama Waktu Yanti, Warsito. (2013) . Hubungan
Tanggap Perawat pada Penanganan Karakteristik Perawat, Motivasi
Asma di Instalasi GAwat Darurat Dengan Kualitas Dokumentasi Proses
RSUD Panembahan Senopati Bantul. Asuhan Keperawatan. Jurnal
Jurnal Respati Yogyakarta Keperawatan
Setiadi, I. (2013). Konsep dan Praktik
Penulisan Riset Keperawatan.
Yogyakarta : Graha Ilmu
Siswanto, Susila, Suyanto.
(2016).Metodologi Penelitian
Kesehatan dan Kedokteran.
Yogyakarta: Bursa Ilmu
Sulistyawati, W., Handayani, O.V. (2017).
Hubungan Tingkat KegawatanPasien
Dan Beban Kerja Perawat Dengan
Waktu Tanggap Perawat Di Instalasi
Gawat Darurat. Jurnal Universitas
Kediri Vol.01 No.1
Sumarno, M. S. S. (2017). Hubungan
Ketepatan Pelaksanaan Triase dengan
Tingkat Kepuasan Keluarga Pasien di
Instalasi Gawat Darurat RSUP Praf.
Dr. R. D. Kandou Manado. Fakultas
Kedokteran Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Sam
Ratulangi Manado. E-Journal
Keperawatan (e-Kp) Volume 5 No.1
Sutriningsih D, S., Susilo, C., Hamid M, A.
(2016). Penerapan Response Time
Dalam Pelaksanaan Penentuan
Prioritas Penanganan Kegawat
daruratan Pada Pasien Kecelakaan Di
IGD RSD Balung. Jurnal Fakultas

Anda mungkin juga menyukai