Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Medika Karya Ilmiah Kesehatan

Vol 3, No.1. 2018 : 18-26


ISSN : 2654-945X (Online), 2541-4615 (Print)
DOI : 10.35728/ jmkik.v4i1.81
Journal homepage : http://jurnal.stikeswhs.ac.id/index.php/medika

HUBUNGAN PENERAPAN TRIAGE DENGAN RESPONSE TIME PERAWAT DIRUANG


INSTALASI GAWAT DARURAT

Chrisyen Damanik¹, Amin Huda², Andy Dharma pramudya³


Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Wiyata Husada Samarinda
Email : chrisyendamanik@stikeswhs.ac.id, aminhuda@stikeswhs.ac.id

ABSTRAK

Latar Belakang: Meningkatnya jumlah pengunjung rumah sakit setiap tahun sangat dipengaruhi oleh
kualitas perawatan perawat yang komprehensif dan baik. Dengan menerapkan manajemen triase, pasien
dengan tingkat darurat yang mengancam jiwa dapat segera ditangani. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi hubungan antara penerapan triase dan waktu respons perawat di Instalasi Gawat
Darurat Rumah Sakit Pertamina Balikpapan.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross sectional. Sampel diambil
dengan menggunakan teknik total sampling dengan jumlah total 20 responden. Data dikumpulkan
dengan menggunakan lembar observasi dan dianalisis dengan menggunakan uji Pearson.
Temuan Penelitian: Temuan penelitian menunjukkan bahwa nilai p adalah 0,01 (p <0,05) yang
menunjukkan bahwa ada korelasi antara penerapan triase merah dan waktu respons. Nilai p triase
kuning pada waktu respons adalah 0,75 (p> 0,05), yang menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara
penerapan triase kuning dan waktu respons.
Kesimpulan: Temuan penelitian menunjukkan bahwa dalam penerapan triase merah, Ha diterima,
menunjukkan bahwa ada korelasi antara penerapan triase merah dan waktu respons. Sebaliknya, dalam
penerapan triase kuning, H0 diterima, menunjukkan bahwa tidak ada korelasi yang signifikan antara
penerapan triase kuning dan waktu respon perawat. Disarankan untuk menerapkan triase berdasarkan
kategori kondisi pasien sehingga risiko kematian dapat dicegah.

Kata kunci: Triage dan Waktu Respons

PENDAHULUAN sakit bertujuan untuk memberikan perawatan


dengan kualitas yang baik dan tepat waktu
Rumah sakit menurut WHO (2010) adalah (leading practice in emergency department
sebuah organisasi kesehatan yang berfungsi
2010). Pasien yang masuk ke rumah sakit
dalam bidang pelayanan yang ditujukan kepada
sebagian besar melalui pintu instalasi gawat
masyarakat meliputi pelayanan paripurna darurat baik yang dirawat jalan atau yang akan
(komperhensif), penyembuhan penyakit
dirawat inap.
(kuratif), dan juga sebagai tempat mencegah
penularan penyakit (preventif), pengertian
Instalasi gawat darurat merupakan sebuah unit
tersebut sejalan dengan Undang-undang Nomor
pelayanan di rumah sakit yang memiliki peran
44 tahun 2009 tentang rumah sakit. Rumah dalam memberikan pertolongan pertama dan
*Corresponding Author :
Chrisyen Damanik
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
STIKES Wiyata Husada Samarinda, Indonesia
Email : chrsiyendamanik@stikeswhs.ac.id
sebagai jalan masuknya pasien saat dalam gawat darurat sangat bergantung pada
kondisi gawat darurat. Keadaan gawat darurat pendidikan yang didapat melalui
adalah suatu keadaan klinis dimana pasien pelatihan ataupun latar belakang
membutuhkan pertolongan medis yang cepat sertifikasi dan juga pengalaman
dan tepat untuk menyelamatkan nyawa dan perawat tersebut. Dalam wawancara
mengurangi ataupun mencegah tingkat dan observasi singkat oleh peneliti di
kecacatan lebih lanjut (DepKes RI, 2009). instalasi gawat darurat rumah sakit
Kecepatan dan ketepatan merupakan prinsip pertamina masih didapatkan tidak
dasar instalasi gawat darurat sebagai pintu semua perawat diberikan pembekalan
terdepan dalam sebuah rumah sakit. materi ataupun pelatihan tentang
Penggunaan triage di unit gawat darurat triage. Kesenjangan ini menarik untuk
disebabkan oleh peningkatan jumlah pasien di diteliti karena berbagai penelitian masih
unit gawat darurat yang dapat mengarah pada mengkaitkan adanya penerapan triage
lamanya waktu tunggu penderita dan dengan response time perawat itu
keterlambatan didalam penanganan kasus- sendiri.
kasus kegawatan. Untuk memberikan layanan Penerapan triage memegang
yang baik terkait dengan pemberian tindakan peranan penting dalam response time
triage terhadap pasien yang memiliki kondisi perawat. Berdasarkan uraian tersebut
gawatdarurat dibutuhkan sumber daya perawat peneliti tertarik mengambil penelitian
yang memadai. Dengan sumber daya perawat bagaimana hubungan penerapan
yang memadai akan sangat berkontribusi dalam triage dengan response time perawat
meningkatkan mutu layanan dan tingkat dalam penanganan gawat darurat di
kepuasan pasien di instalasi gawat darurat. ruang Instalasi gawat darurat Rumah
Ketepatan dan kecepatan dalam mengelola Sakit Pertamina Balikpapan.
pasien sesuai tingkat kegawatannya akan METODELOGI PENELITIAN
berdampak pada mutu layanan rumah sakit. Rancangan penelitian adalah
Oleh karena itu Wilde (2009) telah membuktikan keseluruhan dari perencanaan untuk
secara jelas tentang pentingnya waktu tanggap menjawab pertanyaan penelitian dan
(response time) bahkan pada pasien selain mengantisipasi beberapa kesulitan
penderita penyakit jantung. Mekanisme yang mungkin timbul selama proses
response time, disamping menentukan keluasan penelitian (Arikunto, 2010). Penelitian
rusaknya organ-organ dalam, juga dapat ini menggunakan desain penelitian
mengurangi beban pembiayaan. Kecepatan dan potong lintang/cross sectional. Arikunto
ketepatan pertolongan yang diberikan pada (2010), mendefinisikan cross sectional
pasien yang datang ke instalasi gawat darurat (pendekatan silang) sebagai
memerlukan standar sesuai dengan kompetensi pengambilan data yang dilakukan
dan kemampuannya sehingga dapat menjamin dalam waktu yang bersamaan.
suatu penanganan gawat darurat dengan Penelitian potong lintang/cross
response time yang cepat dan penanganan sectional dalam penelitian ini
yang tepat. Hal ini dapat dicapai dengan dimaksudkan untuk mendapatkan
meningkatkan sarana, prasarana, sumber daya gambaran dan keterangan-keterangan
manusia dan manajemen instalasi gawat mengenai penerapan triage dengan
darurat Rumah Sakit sesuai standar.
(Kepmenkes, 2009). response time perawat di ruang
Penanganan yang baik menurut, instalasi gawat darurat rumah sakit
Oman, 2008, dalam melakukan pertamina Balikpapan tahun 2017.
prosedur triage yang tepat di instalasi
HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini berdasarkan tujuan
untuk mengidentifikasi skor rata-rata

*Corresponding Author :
Chrisyen Damanik
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
STIKES Wiyata Husada Samarinda, Indonesia
Email : chrsiyendamanik@stikeswhs.ac.id
penerapan triage diruang Instalasi Pertamina Balikpapan 2017
Gawat Darurat Rumah Sakit

Tabel 1 :Skor rata-rata penerapan triage merah diruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
Pertamina Balikpapan 2017
Skor Penerapan N Mean Median SD Min-Max
Triage merah
11-15 7 11.26 11.81 1.51 8.75-13.13

0-10 1 1.61 1.68 0.22 1.25-1.875

Ʃn 8 12.87 13.50 1.73 10-15

Diperoleh gambaran bahwa dari 8 perawat di penerapan tindakan triage merah dengan baik
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit yaitu berjumlah 7 responden (87.5%),
Pertamina Balikpapan yang terlibat dalam sedangkan penerapan tindakan triage merah
penelitian ini paling banyak melakukan yang tidak baik adalah 1 responden (12.5%).

Tabel 4.4 :Skor rata-rata penerapan triage kuning diruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
Pertamina Balikpapan 2017
Skor Penerapan Triage N Mean Median SD Min-Max
kuning
11-15 10 10.56 10.42 1.34 8.3-12.5

0-10 2 2.11 2.08 0.27 1.67-2.5

Ʃn 12 12.67 12.50 1.61 10-15

Diperoleh gambaran bahwa dari 12 perawat di tindakan triage kuning yang tidak baik adalah 2
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Pertamina responden (16.7%). Hal ini menunjukkan baik
Balikpapan yang terlibat dalam penelitian ini pada penerapan triage merah dan triage kuning
paling banyak melakukan penerapan tindakan perawat diruang instalasi gawat darurat rumah
triage kuning dengan baik yaitu berjumlah 10 sakit pertamina Balikpapan telah menerapkan
responden (83.3%), sedangkan penerapan triage dengan baik dan sesuai SPO yang ada.

Tabel 2 :Waktu rata-rata response time Triage merah diruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
Pertamina Balikpapan 2017

Skor response time Triage Frekunsi Mean Median SD Min-Max


merah
0-5 menit 6 2.2 1.42 1.73 1.05-5.63

6-10 menit 2 0.73 0.48 0.58 0.35-1.88

Ʃn 8 2.93 1.89 2.30 1.4-7.5

Diperoleh gambaran bahwa dari 8 perawat di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Pertamina
Balikpapan yang terlibat dalam penelitian ini pada triage merah paling cepat response time nya yaitu
berjumlah 6 responden (75%), sedangkan yang tidak cepat response time nya yaitu berjumlah 2
responden (25%).
Tabel 3 : Waktu rata-rata response time Triage kuning diruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
Pertamina Balikpapan 2017

*Corresponding Author :
Chrisyen Damanik
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
STIKES Wiyata Husada Samarinda, Indonesia
Email : chrsiyendamanik@stikeswhs.ac.id
Waktu Response Time Frekunsi Mean Median SD Min-Max
kuning
0-10 menit 12 5.2 5.5 1.09 3.1-6.4

11-30 menit 0 0 0 0 0

Ʃn 12 5.2 5.5 1.09 3.1-6.4

Diperoleh gambaran bahwa dari 12 perawat di waktu tanggap yang baik dimana kedatangan
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit pasien yang membutuhkan penanganan
Pertamina Balikpapan yang terlibat dalam segera dapat dilayani atau diberi pertolongan
penelitian ini semua respondennya memiliki sesuai indikasi dengan rentang waktu 3 hingga
waktu rata-rata response time yang cepat. Hal 6 menit.
ini menunjukkan bahwa perawat yang bekerja
dirumah sakit pertamina rata-rata memiliki
Tabel 4 : Hasil Analisis Hubungan penerapan triage merah dengan response time perawat Di
Instalasi Gawat Darurat Rumah sakit pertamina Balikpapan Tahun 2017

Variabel
n P value r <0.05

Penerapan triage merah response


time 8 0.01 -0.83

kearah negatif yang menandakan bahwa


Hasil uji korelasi Pearson yang ditunjukkan korelasi sangat lemah. maka Ha diterima,
oleh tabel 4.7 di atas dengan nilai p = 0.01 hal artinya ada hubungan penerapan triage
ini menunjukkan korelasi antara penerapan kategori merah dengan response time perawat
triage kategori merah dan response time di ruang instalasi gawat darurat rumah sakit
terdapat hubungan, arah korelasi menunjukkan pertamina Balikpapan.
Tabel 5 : Hasil Analisis Hubungan penerapan triage kuning dengan response time perawat Di Instalasi
Gawat Darurat Rumah sakit pertamina Balikpapan Tahun 2017

Variabel
n P value r
Penerapan triage kuning response
time 12 0.75 -0.1

negatif yang menandakan bahwa korelasi


Hasil uji korelasi Pearson yang ditunjukkan sangat lemah. maka H0 diterima, artinya tidak
oleh tabel 4.8 di atas dengan nilai p = 0.75 hal ada hubungan penerapan triage kategori
ini menunjukkan korelasi antara penerapan kuning dengan response time perawat di ruang
triage kuning dan response time tidak instalasi gawat darurat rumah sakit pertamina
bermakna, arah korelasi menunjukkan kearah Balikpapan.
(87.5%) dengan skor rata-rata 13,
PEMBAHASAN dikategorikan baik sesuai acuan SPO
1. Mengidentifikasi skor rata-rata rumah sakit yang berlaku sedangkan
Penerapan Triage penerapan triage dengan kategori
Diperoleh gambaran bahwa dari merah yang kurang baik yaitu
20 perawat di ruang instalasi gawat berjumlah 1 perawat (12.5%) dengan
darurat rumah sakit pertamina skor rata-rata 10, hal ini menunjukkan
Balikpapan yang terlibat dalam bahwa perawat diruang instalasi
penelitian ini paling banyak gawat darurat rumah sakit pertamina
memberikan penerapan triage dengan balikpapan sudah menerapkan triage
kategori merah sebanyak 7 responden

*Corresponding Author :
Chrisyen Damanik
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
STIKES Wiyata Husada Samarinda, Indonesia
Email : chrsiyendamanik@stikeswhs.ac.id
kategori merah dengan baik sesuai di terima dan dilaksanakan dengan
SPO yang berlaku. baik. Peneliti tidak menemukan
Dan Diperoleh gambaran bahwa perbedaan yang berarti diantara
dari 20 perawat di ruang instalasi penerapan triage baik dikategori
gawat darurat rumah sakit pertamina kuning maupun kategori merah. Hal ini
Balikpapan yang terlibat dalam pula menunjukkan bahwa perawat
penelitian ini paling banyak diruang instalasi gawat darurat rumah
memberikan penerapan triage dengan sakit pertamina Balikpapan tidak
kategori kuning sebanyak 10 membedakan pasien baik yang
responden (83.3%) dengan skor rata- bersifat emergency ataupu yang
rata 13, dikategorikan baik sesuai bersifat urgent.
acuan SPO rumah sakit yang berlaku
sedangkan penerapan triage dengan 2. Mengidentifikasi Response Time
kategori kuning yang kurang baik yaitu Diperoleh gambaran bahwa
berjumlah 2 perawat (16.7%) dengan dari 20 perawat di ruang instalasi
skor rata-rata 10, hal ini menunjukkan gawat darurat rumah sakit
bahwa perawat diruang instalasi pertamina Balikpapan yang terlibat
gawat darurat rumah sakit pertamina dalam penelitian ini paling banyak
balikpapan sudah menerapkan triage memberikan response time yang
kategori kuning dengan baik sesuai baik dengan kategori triage merah
SPO yang berlaku. sebanyak 6 responden (75%)
Salah satu manfaat yang didapat dengan waktu rata-rata 1-4 menit,
dalam melakukan penerapan triage di dikategorikan baik sesuai acuan
ruang instalasi gawat darurat adalah SPO rumah sakit yang berlaku
pasien dalam kategori merah atau sedangkan response time dengan
emergency dapat segera mendapat kategori merah yang kurang baik
pelayanan dan pertolongan tidak yaitu berjumlah 2 perawat (25%)
berdasar pada waktu kedatangan dengan waktu rata-rata 5-6 menit ,
mereka. Maanfaat lainnya adalah hal ini menunjukkan bahwa
efisiensi waktu yang sangat perawat diruang instalasi gawat
memegang peran dalam angka darurat rumah sakit pertamina
kehidupan pasien. Oleh karena itu Balikpapan response time pada
peran perawat sangat penting karena triage kategori merah baik sesuai
sebagai ujung tombak di instalasi SPO yang berlaku namun terdapat
gawat darurat, peran perawat sangat 2 perawat yang belum cukup baik
menetukan tingkat kelangsungan dalam memberikan waktu response
hidup pasien. Pelatihan dan time yang baik dimana standart
pengalaman memegang kunci dalam akreditasi pada pasien dengan
penerapan triage di rumah sakit kategori merah haruslah dibawah 5
pertamina Balikpapan. menit.
Penerapan triage dirumah sakit
pertamina balikapapan sudah sesuai Dan Diperoleh gambaran
dengan standart akreditasi yang bahwa dari 20 perawat di ruang
berlaku dan dari penelitian ini dapat instalasi gawat darurat rumah sakit
disimpulkan 80% perawat yang pertamina Balikpapan yang terlibat
bekerja diruang instalasi gawat dalam penelitian ini paling banyak
darurat rumah sakit pertamina memberikan waktu tanggap atau
Balikpapan telah menunjukkan hasil response time dengan kategori
yang baik dimana SPO yang berlaku kuning kesemuanya sudah sangat

*Corresponding Author :
Chrisyen Damanik
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
STIKES Wiyata Husada Samarinda, Indonesia
Email : chrsiyendamanik@stikeswhs.ac.id
baik karena waktu yang diberikan korelasi sangat lemah. maka Ha
pada pasien dengan kondisi triage diterima, artinya ada hubungan
kuning dibawah 10 menit, hal ini penerapan triage kategori merah
menunjukkan bahwa perawat dengan response time perawat di
diruang instalasi gawat darurat ruang instalasi gawat darurat
rumah sakit pertamina Balikpapan rumah sakit pertamina Balikpapan.
pencapaian response time pada Hasil uji korelasi Pearson
triage kategori kuning sangat baik yang ditunjukkan oleh tabel 4.8 di
dan sesuai SPO yang berlaku. atas dengan nilai p = 0.75 hal ini
menunjukkan korelasi antara
Peneliti berasumsi bahwa penerapan triage kuning dan
tercapainya response time di response time tidak bermakna,
Instalasi gawat Darurat Rumah arah korelasi menunjukkan kearah
Sakit Pertamina Balikpapan karena negatif yang menandakan bahwa
sumber daya perawat yang bekerja korelasi sangat lemah. maka H0
diruangan tersebut sudah diterima, artinya tidak ada
menerapkan prinsip triage dengan hubungan penerapan triage
baik guna mempercepat tindakan kategori kuning dengan response
dalam pertolongan gawat darurat. time perawat di ruang instalasi
Waktu menjadi sangat penting gawat darurat rumah sakit
dalam penatalaksanaan keadaan pertamina Balikpapan.
gawat darurat, penting agar dapat Pada hasil penelitian diatas
mengikuti urutan yang sesuai masing-masing kategori baik merah
dengan mendesaknya keadaan maupun kuning memiliki kebutuhan
yang ada. Pada hasil penelitian ini yang berbeda dalam memberikan
peneliti juga berasumsi bahwa asuhan keperawatan yang
surat saran yang diberikan oleh diperlukan. Namun demikian
pasien untuk ruang instalasi gawat terdapat kesamaan tujuan dimana
darurat akan lambatnya meningkatkan derajat kesehatan
penanganan pada korban yang dan mengurangi dampak kematian
memerlukan tindakan sudah tidak atau kecacatan adalah dasar dari
terbukti. Namun demikian rumah tindakan tersebut. Response time
sakit pertamina Balikpapan tetap dikatakan tepat waktu atau tidak
akan mempertahankan kualitas terlambat apabila waktu yang
pelayanan dan juga membenahi diperlukan tidak melebihi waktu
bebarapa fasilitas yang menunjang rata-rata satandart yang ada
kecepatan pelayanan. menurut mulyaningsih (2013).
Salah satu indicator keberhasilan
3. Mengidentifikasi hubungan penanggulangan medic penderita
penerapan triage dengan gawat darurat adalah kecepatan
response time perawat memberikan pertolongan yang
Hasil uji korelasi Pearson memadai kepada penderita gawat
yang ditunjukkan oleh tabel 4.7 di darurat baik pada keadaan rutin
atas dengan nilai p = 0.01 hal ini maupun dalam keadaan bencana.
menunjukkan korelasi antara Keberhasilan response time sangat
penerapan triage kategori merah bergantung pada kecepatan yang
dan response time bermakna, arah tersedia serta kualitas pemberian
korelasi menunjukkan kearah pertolongan untuk menyelamatkan
negatif yang menandakan bahwa nyawa atau mencegah cacat sejak

*Corresponding Author :
Chrisyen Damanik
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
STIKES Wiyata Husada Samarinda, Indonesia
Email : chrsiyendamanik@stikeswhs.ac.id
ditempat kejadian, dalam instalasi gawat darurat juga perlu
perjalanan hingga pertolongan ditingkatkan melalui upaya
rumah sakit. Factor internal dan perbaikan yang menyangkut
eksternal yang mempengaruhi masalah sumberdaya manusia,
keterlambatan penanganan kasus fasilitas, prosedur, pelayanan, dan
gawat darurat antara lain karakter aspek tekhnil lainnya.
pasien, penempatan staf,
ketersediaan stretcher dan petugas SIMPULAN
kesehatan, waktu ketibaan pasien, 1. Penerapan triage kategori
pelaksanaan manajemen, strategi merah di ruang instalasi
pemeriksaan dan penanganan gawat darurat rumah sakit
yang dipilih. Hal ini bisa menjadi pertamina balikapapan,
pertimbangan dalam menentukan mayoritas baik yaitu
konsep tentang response time berjumlah 7 responden
penanganan kasus di instalasi memiliki skor penerapan baik
gawat darurat rumah sakit (11-15) dan 1 responden skor
(Haryatun dan Sudaryanto,2008) kurang baik yakni (0-10)
Menurut Long (2008) sedangkan pada triage
intervensi keperawatan yang kategori kuning skor
diberikan di ruang instalasi gawat penerapan triage mayoritas
darurat dalam menyelamatkan jiwa baik yakni 10 responden
dilakukan ketika keadaan fisiologis dengan skor penerapan baik
pasien terancam, tindakan seperti (11-15) dan 2 responden
ini termasuk memnberikan dengan skor kurang baik (0-
medikasi darurat, melakukan 10). Dari kedua data tersebut
resusitasi kardiopulmonal. Maka peneliti menyimpulkan bahwa
response time sangat penting penerapan triage baik
dalam menangani pasien gawat kategori merah dan kuning
darurat khususnya pasien dengan sudah baik dan sesuai SPO.
kategori triage merah karena dapat 2. Response time kategori
mengurangi keluasan rusaknya merah di ruang instalasi
organ-organ dalam, dimana gawat darurat rumah sakit
response time dipengaruhi oleh pertamina balikapapan,
kecepatan dan kualitas pemberi mayoritas baik yaitu
pertolongan untuk menyelamatkan berjumlah 6 responden
nyawa atau mencegah cacat sejak memiliki waktu rata-rata (0-5)
ditempat kejadian dalam perjalanan menit dan 2 responden
hingga ketempat kejadian. kurang baik dengan waktu
Oleh karena itu peran rata-ratanya yakni (6-10)
perawat sangat penting karena sedangkan pada response
selain sebagai ujung tombak di time kategori kuning skor
instalasi gawat darurat, peran penerapan triage mayoritas
perawat sangat menetukan untuk semua baik yakni 12
menurunkan tingkat kecacatan responden dengan waktu
yang bisa saja terjadi apabila rata-rata baik (0-10) dan 0
keterlambatan penanganan pasien responden dengan wakturata-
yang membutuhkan pertolongan rata kurang baik. Dari kedua
segara bahkan dapat menimbulkan data tersebut peneliti
kematian. Kualitas pelayanan di menyimpulkan bahwa

*Corresponding Author :
Chrisyen Damanik
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
STIKES Wiyata Husada Samarinda, Indonesia
Email : chrsiyendamanik@stikeswhs.ac.id
response time baik kategori kuning dan response time tidak
merah dan kuning sudah baik bermakna, arah korelasi
dan sesuai SPO menunjukkan kearah negatif
3. Hasil uji korelasi Pearson yang menandakan bahwa
menunjukkan nilai p = 0.01 korelasi sangat lemah. maka
artinya korelasi antara H0 diterima, artinya tidak ada
penerapan triage kategori hubungan penerapan triage
merah dan response time kategori kuning dengan
bermakna, arah korelasi response time perawat di
menunjukkan kearah negatif ruang instalasi gawat darurat
yang menandakan bahwa rumah sakit pertamina
korelasi sangat lemah. maka Balikpapan. Hasil tersebut oleh
Ha diterima, artinya ada peneliti tidak digenaralisir
hubungan penerapan triage karena triage merah maupun
kategori merah dengan kuning memiliki perbedaan
response time perawat di dalam berbagai aspek
ruang instalasi gawat darurat pelayanan maupun tingkat
rumah sakit pertamina kebutuhan pertolongan.
Balikpapan.
Hasil uji korelasi Pearson
menunjukkan nilai p = 0.75 hal
ini menunjukkan korelasi
antara penerapan triage
DAFTAR PUSTAKA Dahlan, M. Sopiyudin. 2014. Langkah-
Ace, Sudrajat 2014. Hubungan langkah Membuat Proposal
pengetahuan dan pengalaman Penelitian Bidang Kedokteran
perawat dengan keterampilan dan Kesehatan. Jakarta: CV
triase pasien di IGD RSCM. Sagung Seto.
Jurnal Fakultas Poltekes
kemenkes Jakarta III. Depkes RI. 2003 Pedoman
penyelenggaraan Pelayanan
Agung, A. 2010. Kepuasan Pasien. di Rumah Sakit. Dirjen Bina
http://eprints.undip.ac.id/%28jur Pelayanan MEdik
nalpdf. Diakses pada tanggal 2 Departemen Kesehatan RI.
februari 2017. Jakarta.

Ahmad, Baequni 2016. Gambaran Depkes RI. 2006. Standart


pengetahuan dan penerapan Pelayanan Minimal Rumah
triage oleh perawat di instalasi Sakit. Dirjen Bina Pelayanan
gawat darurat di RSUD dr. MEdik Departemen
Soedirman Kebumen. Jurnal Kesehatan RI. Jakarta.
Fakultas STIKES Muhammadiyah
Gombong. Depkes RI. 2009. Pedoman Kerja
Perawat Instalasi Gawat
Basoeki, dkk. 2008. Panduan Darurat di Rumah Sakit.
Belajar Keperawatan Departemen Kesehatan RI.
Emergency. EGC. Jakarta Jakarta.

*Corresponding Author :
Chrisyen Damanik
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
STIKES Wiyata Husada Samarinda, Indonesia
Email : chrsiyendamanik@stikeswhs.ac.id
Depkes RI. 2011. Rilis Berita Kompas. 2017. Laporan penduduk
Kementrian Kesehatan 2009. WNI berdasarkan jenis
Kementrian Kesehatan Republik kelamin. Database SIAK Dinas
Indonesia. Jakarta. Kependudukan dan Catatan Sipil
Kota Balikpapan.
Gartinah, T. 2008 Handout
Keperawatan Medikal Bedah : Kushayati, N 2013. Analisis metode
Emergency Care. FIK-UI. triase prehospital pada korban
Jakarta masal (Mas Casualty Insidens)

Haryatun, Nunuk dan Sudaryanto. NurHasim, S 2015. Pengetahuan


2008. Perbedaan Waktu perawat tentang respone time
TAnggap Tindakan dalam penanganan gawat
Keperawatan Pasien Cidera darurat diruang triase RSUD
KepalaKategori I-V di Instalasi karanganyar. Skripsi pada S1
Gawat Darurat RSUD dr. Keperawatan Stikes Kusuma
Moewardi. Jurnal Berita Ilmu Husada Surakarta
Keperawatan.
Prasetyantoro, I 2013. Hubungan
Heru, Setyawan 2015. Gambaran ketepatan penilaian triase
pengetahuan peran perawat dengan tingkat keberhasilan
dalam ketepatan waktu tanggap penanganan pasien cidera
penanganan kasus gawat kepala di IGD RSU PKU
darurat di instalasi gawat darurat Muhammadiyah Bantul, skripsi
di rumah sakit umum daerah pada S1 Keperawatan Stikes
karanganyar. Jurnal Fakultas Aisyiah Yogyakarta
STIKES kusuma Husada
Surakarta. Purba, Dewi. 2015. Hubungan
Response Time dengan
Hosnaniah, J 2014. Pelaksanaan Kepuasan KEluarga Pasien
Triase di unit gawat darurat Gawat Darurat Pada Triase
rumah sakit reksa waluya kota Merah di IGD RSUP
Mojokerto, skripsi pada S1 Prof.DR.R.D.Kandao Manado.
Keperawatan Stikes Jurnal Keperawatan Volume 2
Muhamadiyah Mojokerto nomor 2.

Indra, Prasetyantoro 2013. Hubungan


penilaian Triasedengan tingkat
keberhasilan penanganan
pasien cidera kepala di IGD RSU
PKU Muhammadiyah Bantul.
Naskah publikasi Fakultas
STIKES Aisyiah Yogyakarta.

Kamsi. 2009. Peran Dan Funsi Dan


Tugas Perawat di Unit Gawat
Darurat. Depkes RI. Jakarta.

*Corresponding Author :
Chrisyen Damanik
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
STIKES Wiyata Husada Samarinda, Indonesia
Email : chrsiyendamanik@stikeswhs.ac.id

Anda mungkin juga menyukai