Anda di halaman 1dari 38

RESUME JURNAL TRIAGE

" TRIAGE"

DISUSUN OLEH :

NAMA : TITA JUANI ANDISA

NIM :PO 62.20.1.18 116

PRODI/KELAS : DIII KEPERAWATAN/REG XXIC

POLITEKNIK KESEHATAN

POLTEKKES KEMENKES PALANGKARAYA


2020

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Penggunaan istilah triage ini sudah lama berkembang. Konsep awal triase modern yang
berkembang meniru konsep pada jaman Napoleon dimana Baron Dominique Jean Larrey (1766-
1842), seorang dokter bedah yang merawat tentara Napoleon, mengembangkan dan
melaksanakan sebuah system perawatan dalam kondisi yang paling mendesak pada tentara yang
datang tanpa memperhatikan urutan kedatangan mereka. Sistem tersebut memberikan perawatan
awal pada luka ketika berada di medan perang kemudian tentara diangkut ke rumah sakit/tempat
perawatan yang berlokasi di garis belakang. Sebelum Larrey menuangkan konsepnya, semua
orang yang terluka tetap berada di medan perang hingga perang usai baru kemudian diberikan
perawatan.
Pada tahun 1846, John Wilson memberikan kontribusi lanjutan bagi filosofi triase. Dia
mencatat bahwa, untuk penyelamatan hidup melalui tindakan pembedahan akan efektif bila
dilakukan pada pasien yang lebih memerlukan
Pada perang dunia I pasien akan dipisahkan di pusat pengumpulan korban yang secara
langsung akan dibawa ke tempat dengan fasilitas yang sesuai. Pada perang dunia II
diperkenalkan pendekatan triase dimana korban dirawat pertama kali di lapangan oleh dokter dan
kemudian dikeluarkan dari garis perang untuk perawatan yang lebih baik.Pengelompokan pasien
dengan tujuan untuk membedakan prioritas penanganan dalam medan perang pada perang dunia
I, maksud awalnya adalah untuk menangani luka yang minimal pada tentara sehingga dapat
segera kembali ke medan perang.
Penggunaan awal kata “trier” mengacu pada penampisan screening di medan perang. Kini
istilah tersebut lazim digunakan untuk menggambarkan suatu konsep pengkajian yang cepat dan
terfokus dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan
serta fasilitas yang paling efisien terhadap hampir 100 juta orang yang memerlukan pertolongan
di unit gawat darurat (UGD) setiap tahunnya. Pelbagai system triase mulai dikembangkan pada
akhir tahun 1950-an seiring jumlah kunjungan UGD yang telah melampaui kemampuan sumber
daya yang ada untuk melakukan penanganan segera. Tujuan triage adalah memilih atau
menggolongkan semua pasien yang datang ke UGD dan menetapkan prioritas penanganan.

2. TUJUAN

Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan ketepatan triage pada pasien.

BAB II

RESUME JURNAL

1. Rangkuman Isi Jurnal


ANALISIS FAKTOR PELAKSANAAN TRIAGE DI INSTALASI GAWAT DARURAT

(The Factors Associated with The Triage Implementation in Emergency Department)

ABSTRAK

Pendahuluan: Triage merupakan proses memilah pasien menurut tingkat keparahannya. Namun
fenomena yang terjadi di IGD di beberapa rumah sakit ternyata triage tidak dilaksanakan sehingga tidak
semua kasus pasien yang datang di

IGD merupakan kasus yang mengancam jiwa akan tetapi ada juga yang termasuk pasien dengan false
emergency. Untuk meminimalkan masuknya pasien false emergency tersebut adalah dengan
melaksanakan triage sehingga pelayanan IGD dapat diberikan secara optimal. Tujuan penelitian ini
adalah menganalisis faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan triage di Instalasi Gawat Darurat
Rumah Sakit A dan B. Metode: Desain penelitian ini adalah analitik korelasional dengan pendekatan
cross sectional. Populasi penelitian ini adalah instalasi gawat darurat dengan sampel penelitian yaitu
perawat IGD dan pasien yang datang ke IGD. Penelitian ini menggunakan total sampling untuk perawat
IGD (54 responden) dan accidental sampling untuk pasien (54 responden). Pengambilan data dilakukan
bulan Juli-Agustus 2014. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi dan kuesioner. Data
penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis multivariat regresi logistik dengan metode backward
LR. Hasil: Faktor yang paling berhubungan dengan pelaksanaan triage adalah faktor kinerja (p value =
0,002), faktor pasien (p value = 0,011), faktor ketenagaan (pvalu=0,017). Diskusi: Pihak rumah sakit
dapat meningkatkan motivasi kerja, mengoptimalkan ketenagaan perawat dengan cara memberikan job
description secara jelas dan meningkatkan kualitasnya dengan mengikuti pelatihan Triage Offi cer
Course.

Jurnal Ners Vol. 10 No. 1 April 2015: 147–157

dokter umum (dibantu oleh perawat) dan oleh perawat saja. Penelitian Fathoni, Sangchan, Songwatha
(2013) di beberapa Instalasi Gawat Darurat (IGD) di Jawa Timur menunjukkan bahwa kemampuan
kognitif perawat mengenai triage masih kurang, khususnya dalam hal menentukan prosedur dan
manajemen penyakit pasien. Selain itu, kemampuan psikomotor

perawat mengenai triage juga masih berada dalam kategori sedang.

Berdasarkan observasi di IGD Rumah Sakit A didapatkan gambaran bahwa jumlah perawat yang stand by
di depan pintu IGD sangat terbatas (hanya satu orang) dibantu dengan seorang mahasiswa keperawatan
yang sedang menjalani praktek klinis. Perawat tersebut bertugas untuk menanyakan keluhan pasien,
memilah apakah termasuk trauma atau non trauma, mengantar pasien masuk ruang tindakan, dan
memberikan kode triage. Namun berdasarkan observasi peneliti kode triage ini tidak diberikan oleh
perawat meskipun telah ada sosialisasi penerapan kode triage di dinding.Data observasi lainnya
menunjukkan bahwa perawat IGD Rumah Sakit A juga tidak melakukan pemeriksaan fisik pasien di ruang
triage (meskipun ada ruang khusus triage). Selain itu, peralatan di ruang triagetampak terbatas dan
kurangnya jumlah perawat yang bertugas setiap shift, di mana shift pagi hanya terdapat 9 orang
perawat, padahal jumlah pasien pada shift tersebut sering melebihi kapasitas brankart yang ada (40
buah), sehingga ruangan IGD menjadi sangat penuh (overcrowded). Hasil observasi di atas menunjukkan
bahwa permasalahan lingkungan kerja di instalasi tersebut sangat kompleks.

Pelaksanaan triage dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor kinerja (performance), faktor
pasien, faktor perlengkapan triage, faktor ketenagaan dan faktor model of caring yang digunakan di
instalasi tersebut (Australian Triage Process Review, 2011). Penelitian lain yang dilakukan oleh
Andersson, A.K., M. Omberg, dan M. Svedlund (2007) menyatakan bahwa

faktor yang mempengaruhi triage decision making dibagi menjadi dua faktor yaitu

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal mencerminkan keterampilan perawat dan kapasitas
pribadi. Faktor eksternal mencerminkan lingkungan kerja, termasuk beban kerja tinggi, pengaturan shift,
kondisi klinis pasien, dan riwayat klinis pasien. Jika faktor-faktor tersebut diabaikan, maka pelaksanaan
triage berjalan tidak optimal sehingga dapat menyebabkan kesalahan dalam pengambilan keputusan,
serta mengakibatkan

ketidakmampuan dan bahkan cacat permanen bagi pasien (Gerdtz & Bucknall, 2000).

Pelaksanaan triage sangat penting dilaksanakan dalam kondisi kegawatdaruratan, sehingga faktor yang
berhubungan dengan pelaksanaan triage perlu diidentifikasi serta diperlukan rekomendasi tindak lanjut
untuk memperbaikinya, khususnya masalah peningkatan mutu dan jumlah tenaga perawat, serta
melengkapi dan mengoptimalkan penggunaan perlengkapan triage. Melalui pelaksanaan triage,
kepuasan pasien di rumah sakit akan dapat tercapai serta kematian dan kecacatan pada kasus
kegawatdaruratan dapat diminimalkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor yang
berhubungan dengan pelaksanaan triage oleh tenaga kesehatan di IGD Rumah Sakit A dan B.

e-journal Keperawatan ( e-Kp ) Volume 5 Nomor 1, Mei 2017

1 HUBUNGAN KETEPATAN PELAKSANAAN TRIASE DENGAN TINGKAT KEPUASAN KELUARGA PASIEN DI


INSTALASI GAWAT DARURAT RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

Abstrak : Triase adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang
tersedia. Terapi didasarkan pada keadaan ABC (Airway, dengan cervical spine control, Breathing dan
Circulation dengan control pendarahan). Kepuasan adalah perasaan senang seseorang yang muncul
setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan
harapan-harapannya. Tujuan: Untuk mengetahui Hubungan Ketepatan Pelaksanaan Triase dengan
Tingkat Kepuasan Keluarga Pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
Penelitian ini menggunakan metode Cross Sectional design, pemilihan sampel menggunakan Accidental
Sampling. Jumlah sampel 120 responden. Teknik analisa data menggunakan uji spearmen dengan
tingkat kemaknaan 95% (α ≤ 0,05). Hasil: Ada hubungan yang bermakna antara ketepatan pelaksanaan
triase dengan tingkat kepuasan keluarga pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado. Simpulan: Ketepatan pelaksanaan triase di Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou
Manado menunjukkan bahwa sebagian besar pelaksanaannya sudah tepat dan tingkat kepuasan
keluarga pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado menunjukkan bahwa
sebagian besar responden sudah merasa cukup.

e-journal Keperawatan ( e-Kp ) Volume 5 Nomor 1, Mei 2017

PENDAHULUAN

Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah suatu tempat/unit di rumah sakit yang memiliki tim kerja dengan
kemampuan khusus dan peralatan yang memberikan pelayanan pasien gawat darurat dan merupakan
bagian dari rangkaian upaya penanggulangan pasien gawat darurat yang terorganisir (Kementrian
Kesehatan RI, 2004).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Yanty, Darwin dan Misrawati, 2011 didapatkan petugas kesehatan IGD mayoritas memiliki pengetahuan
yang tinggi terhadap tindakan triase berdasarkan prioritas sebanyak 17 orang responden (53,1%).
Mayoritas petugas kesehatan IGD memiliki sikap yang positif terhadap tindakan triase berdasarkan
prioritas sebanyak 19 orang responden (59,4%dan sebagian besar petugas kesehatan IGD melaksanakan
tindakan triase berdasarkan prioritas sesuai prosedur sebanyak 18 orang responden (56,3%).

Triase adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia.
Terapi didasarkan pada keadaan ABC (Airway, dengan cervical spine control, Breathing dan Circulation
dengan controlpendarahan). Triase berlaku untuk pemilahan penderita baik di lapangan maupun di
rumah sakit (Musliha, 2010). Masyarakat atau pasien melihat pelayanan kesehatan yang bermutu
sebagai suatu pelayanan kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan yang dirasakannya dan
diselenggarakan dengan cara yang sopan dan santun, tepat waktu, tanggap dan mampu menyembuhkan
keluhannya serta mencegah berkembangnya atau meluasnya penyakit. Pandangan pasien ini sangat
penting karena pasien yang merasa puas akan mematuhi pengobatan dan mau datang berobat kembali
(Pohan, 2003).

Dari studi pendahuluan yang dilakukan

peneliti di Instalasi Gawat Darurat RSUP. Dr. R.D. Kandou Manado didapatkan bahwa jumlah pasien di
IGD sejak bulan JanuariFebruari 2016 rata-rata 2.865 pasien. Dengan jumlah perawat di ruangan Triase
Instalasi Gawat Darurat sebanyak 18 orang perawat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan triase dan seorang perawat, diketahui.

2. PEMBAHASAN ISI JURNAL 1 DAN 2

JURNAL 1 ( ANALISIS FAKTOR PELAKSANAAN TRIAGE DI INSTALASI GAWAT DARURAT)

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini menggunakan desain analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi
dalam penelitian ini adalah perawat dan pasien di IGD Rumah Sakit A dan B dengan menggunakan total
sampling untuk perawat (54 perawat) dan accidental samplinguntuk pasien yang didampingi oleh
keluarga (54 pasien). Analisa data penelitian dilakukan dengan teknik univariat (ditampilkan dalam
bentuk distribusi frekuensi), bivariat (uji chisquare) serta multivariat (uji regresi logistik dengan metode
backward).

HASIL

Data penelitian berupa karakteristik responden disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi, sedangkan
data lainnya disajikan dalam bentuk tabel silang.

Faktor kinerja dalam penelitian ini meliputi subvariabel kepemimpinan, perawatan kritis, hubungan
interpersonal atau kolaborasi, pendidikan kesehatan atau teaching dan pengembangan profesi.
Responden yang mempunyai faktor kinerja baik ditunjukkan dari sebagian besar responden sering
menerima kritikan yang diberikan kepada dirinya dan sering bersifat terbuka atas saran yang diberikan
kepada orang lain.

Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa responden memiliki sifat kepemimpinan hampir sama dengan
gaya kepemimpinan partisipatif, seperti yang disampaikan oleh House dalam Agustina (2009) yang
menyatakan bahwa ada beberapa gaya kepemimpinan yang dimiliki seseorang antara lain gaya
kepemimpinan partisipatif, suportif dan beberapa yang lain, sedangkan gaya kepemimpinan partisipatif
adalah seorang pemimpin terbuka dalam menerima kritikan orang lain, memberikan kewenangan dan
tanggung jawab kepada individu atau kelompok untuk mengambil sebuah keputusan. Hal yang sama
juga didapatkan dalam penelitian Doran, Amy Sanchez, Martin Gevans, Kathleen MacMillan (2004)
bahwa gaya kepemimpinan yang baik akan menciptakan lingkungan yang baik dan kinerja yang baik
pula.Kinerja responden yang baik ini kemungkinan disebabkan karena separuh perawat mempunyai
pengalaman yang cukup lama bekerja di IGD (5–10 tahun), dengan pengalaman yang cukup lama, maka
kemampuan menghadapi pasien dan kasus juga akan semakin banyak sehingga ketika melaksanakan
tindakan perawatan dapat optimal. Hal ini sesuai dengan penelitian Fujino, Tanaka M, Yonemitsu Y,
Kawamoto R. (2014) pada 1395 perawat yang bekerja di Rumah Sakit Umum di Jepang menunjukkan
bahwa 1045 perawat (76%) menunjukkan bahwa semakin lama bekerja maka kinerja perawat menjadi
semakin baik. Kinerja responden yang baik juga ditunjukkan dengan responden dapat melakukan
perawatan baik kritis ataupun non kritis dengan baik yaitu sebagian besar mampu menggunakan
perangkat mekanik atau penunjang, sebagian besar sering melakukan perawatan yang dibutuhkan oleh
pasien kritis, hampir separuh perawat sangat sering bekerja dengan kompeten dalam situasi darurat. Hal
ini sesuai dengan penelitian Wahyudi (2010) bahwa terdapat hubungan bermakna antara kemampuan
praktik profesional dengan kinerja

perawat p value = 0,03 (p < 0,05). Kinerja reponden yang kurang baik ditunjukkan dari sebagian kecil
responden masih sedikit yang mendapatkan bimbingan dari anggota tim lainnya dalam perencanaan
asuhan keperawatan jika mengalami kesulitan, sebagian kecil responden memberikan dukungan
emosional pada keluarga pasien yang akan meninggal, dari hal tersebut diketahui bahwa komunikasi
interpersonal dengan pasien atau kolaborasi responden dengan dokter atau teman sejawat kurang baik
sehingga kinerja yang dilaksanakan kurang baik pula.
Hal tersebut di atas sesuai dengan penelitian Tanabe, Motoko & Yoshimi Suzukamo & Ichiro Tsuji & Sin-
Ichi Izumi pada 112 perawat puskesmas yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu salah satunya sebagai
kontrol. Penelitian ini memberikan perlakuan berupa pelatihan keterampilan komunikasi dan hasilnya
menunjukkan bahwa kinerja perawat meningkat secara signifi kan pada reponden yang lebih dahulu
mendapatkan pelatihan daripada yang tidak diberikan pelatihan.

Kinerja responden yang kurang baik juga ditunjukkan dari sebagian kecil responden merasa kurang atau
belum mampu menggunakan kesempatan belajar yang diberikan kepadanya untuk pengembangan diri
dan profesional berkelanjutan. Hal ini bertolak belakang dengan Wilson (2012) bahwa standar
pengembangan profesional kinerja perawat antara lain pelaksanaan tindakan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara faktor kinerja
( performance) dengan pelaksanaan triage oleh tenaga kesehatan, ada hubungan faktor pasien dengan
pelaksanaan triage oleh tenaga kesehatan, ada hubungan faktor ketenagaan dengan pelaksanaan triage
oleh tenaga kesehatan, ada hubungan faktor perlengkapan dengan pelaksanaan triage oleh tenaga
kesehatan di Instalasi Gawat Darurat serta tidak ada hubungan antara faktor model asuhan keperawatan
dengan pelaksanaan triage di Instalasi Gawat Darurat dikarenakan tidak bisa dilakukan uji statistik.
Faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan pelaksanaan triage adalah faktor kinerja, faktor
ketenagaan dan faktor pasien.

Saran

Diharapkan kepada pihak rumah sakit meningkatkan motivasi kerja, mengoptimalkan ketenagaan
perawat dengan cara memberikanjob description secara jelas, memperbaikisistem management yang
terkait dengan beban kerja perawat, serta meningkatkan kualitasnya dengan mengikuti pelatihan Triage
Office Course secara bergantian

PEMBAHASAN JURNAL 2
HUBUNGAN KETEPATAN PELAKSANAAN TRIASE DENGAN TINGKAT KEPUASAN KELUARGA PASIEN DI
INSTALASI GAWAT DARURAT RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

METODE PENELITIAN

Desain penelitian ini adalah dengan rancangan penelitian cross sectional design. Penelitian ini
dilaksanakan di Ruangan Instalasi Gawat Darurat RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado dan telah
dilaksanakan pada bulan Oktober 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah Keluarga dari pasien yang
masuk di Ruangan Triase IGD Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Dengan jumlah populasi yaitu ± 1.200
besar sampel penelitian berjumlah 120 responden. Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan
dengan menggunakan teknik Accidental sampling. Instrumen dalam penelitian ini adalah lembar
observasi dan lembar kuesioner, dan pengolahan data melalui tahap editing, coding, data entry, cleaning
dan analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Spearmen dengan tingkat kemaknaan 95%
atau α ≤ 0.05.

e-journal Keperawatan ( e-Kp ) Volume 5 Nomor 1, Mei 2017

HASIL dan PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Tabel. 1. Distribusi Frekuensi berdasarkan

Kategori Umur Kategori Pasien n %

17-27 tahun 17 14,2

28-38 tahun 47 39,2

39-49 tahun 49 40,8

50-60 tahun 7 5,8

Total 120 100

Sumber: Data Primer 2016

Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 120

responden (100%), yang paling banyak berdasarkan kategori umur 39-49 tahun yaitu 49 responden
(40,8%) dan yang paling sedikit 50-60 tahun yaitu 7 responden (5,8%).

Tabel 2. Distribusi Frekuensi berdasarkan

Jenis Kelamin

Jenis Kelamin n %
Perempuan 74 61,7

Laki-Laki 46 38,3

Total 120 100

Sumber: Data Primer 2016

Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 120

responden (100%) yang memiliki jumlah yang paling banyak berdasarkan jenis kelamin yaitu perempuan
sebanyak 74 responden (61,7%), sedangkan laki-laki hanya sebanyak 46 responden (38,3%).

Analisa Univariat

Tabel 3. Distribusi Frekuensi berdasarkan Ketepatan Pelaksanaan Triase Ketepata Pelaksanaan

Triase n %

Kurang Tepat 6 5,0

Tepat 114 95,0

Total 120 100

Sumber: Data Primer 2016

Tabel 3 menunjukan bahwa dari 120 responden (100%) yang paling banyak adalah pelaksanaan triase
kategori 8-14 (tepat) sebanyak 114 responden (95,0%) dan 1-7 (kurang tepat) sebanyak 6 responden
(5,0%). RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado telah terakreditasi A dan hal itu berarti telah melaksanakan
pelayanan yang baik sesuai dengan penilaian tim akreditasi. Terlebih pelaksanaan pelayanan kesehatan
yang sesuai dengan standar prosedur operasional yang telah dikeluarkan oleh rumah sakit yang
bersangkutan. Pelayanan kesehatan sesuai prosedur merupakan salah satu indikator

menilai tepatnya pelaksanaan pelayanan dari suatu rumah sakit, yang dapat memberikan dampak yang
baik bagi pasien maupun bagi petugas dan rumah sakit jika dilaksanakan sebagaimana mestinya tapi jika
tidak dilakukan sesuai dengan standart prosedur dari rumah sakit tersebut maka akan berdampak tidak
baik bagi pasien, petugas maupun rumah sakit itu sendiri.

Berdasarkan hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang peneliti lakukan dan data awal yang
peneliti dapatkan maka dapat disimpulkan bahwa ketepatan pelaksanaan triase dengan tingkat
kepuasan keluarga pasien memiliki hubungan. Meskipun hanya sebagian kecil yang telah peneliti dapati
tidak melaksanakan pelayanan yang sesuai standart prosedur, karena seiring berjalannya waktu dari
waktu sebelumnya peneliti melakukan pengambilan data awal sampai akhirnya melakukan penelitian,
perawat di ruangan triase pasti sudah lebih dibekali dengan ilmu yang sesuai dengan kompeten mereka
dan ingatkan untuk selalu melakukan tindakan pelayanan sesuai dengan standart prosedur yang sudah
rumah sakit sediakan. Hasil yang peneliti dapatkan ini didukung dengan hasil yang dilakukan dalam uji
spearmen dengan menggunakan bantuan program komputer. Diperoleh nilai significansy 0,016 yang
menunjukkan bahwa korelasi antara ketepatan pelaksanaan triase dengan tingkat kepuasan keluarga
pasien bermakna. Nilai korelasi spearmen sebesar 0,219 menunjukkan bahwa arah korelasi positif
dengan kekuatan korelasi yang lemah. Dikatakan lemah karena hanya sedikit atau hanya 6 dari 120
responden yang mendapat nilai kurang tepat kategori ketepatan pelaksanaan triase, atau bisa dikatakan
bahwa hanya ada 6 responden saat peneliti melakukan observasi yang kedapatan tidak melaksanakan
pelayanan yang sesuai dengan standart prosedur yang sudah ditetapkan rumah sakit. Hasil yang peneliti
dapatkan ini juga menunjukkan bahwa kategori ketepatan pelaksanaan triase tepat dengan jumlah
responden 114 responden yang merasa tidak puas ada 7 responden, sedangkan kategori ketepatan
pelaksanaan triase kurang tepat dengan jumlah 6 responden yang merasa puas ada 32 responden dan
yang merasa cukup puas ada 81 responden. Dengan demikian tingkat kepuasan keluarga pasien tidak
hanya dipengaruhi oleh satu faktor yaitu ketepatan pelaksanaan triase, melainkan ada faktorfaktor
lainnya, seperti menurut Utama (2003).

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Ketepatan pelaksanaan triase di
Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado menunjukkan bahwa sebagian besar
pelaksanaannya sudah tepat. Tingkat kepuasan keluarga pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof. Dr.
R.D. Kandou Manado menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah merasa cukup puas.

Lampiran Jurnal
1. e-journal Keperawatan ( e-Kp ) Volume 5 Nomor 1, Mei 2017

HUBUNGAN KETEPATAN PELAKSANAAN TRIASE DENGAN TINGKAT


KEPUASAN KELUARGA PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUP
PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

Meggy Sukma S. Sumarno


Amatus Yudi Ismanto
Yolanda Bataha

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi
Email : meggy.sumarno@gmail.com

Abstract : Triage is a way of sorting out patients based on therapeutic needs and available resources.
Therapy is based on ABC (Airway, with cervical spine control, Breathing and Circulation with bleeding
control). Satisfaction is the pleasure of someone who emerges after comparing the perception or the
impression to the performance or the outcome of a product and its expectations. Objective: To know the
correlation of Triality Implementation with Patient Family Satisfaction Level at Emergency Installation of
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. This research use Cross Sectional design method, sample
selection using Accidental Sampling. Total sample 120 respondents. Data analysis technique using
spearmen test with significance level 95% (α ≤ 0,05). Results: There is a significant relationship between
the accuracy of triage implementation and the level of patient's family satisfaction at the Emergency
Installation of Prof. RSUP. Dr. R. D. Kandou Manado. Summary: Accuracy of triage implementation in
Emergency Installation of RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado pointed out that most of the
implementation is correct and level of patient's family satisfaction at Emergency Installation of RSUP
Prof. Dr. R.D. Kandou Manado shows that most respondents already feel quite satisfied.
Keywords: Accuracy of Triage Implementation, Patient Family Satisfaction Level

Abstrak : Triase adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber
daya yang tersedia. Terapi didasarkan pada keadaan ABC (Airway, dengan cervical spine
control, Breathing dan Circulation dengan control pendarahan). Kepuasan adalah perasaan
senang seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya
terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan harapan-harapannya. Tujuan: Untuk mengetahui
Hubungan Ketepatan Pelaksanaan Triase dengan Tingkat Kepuasan Keluarga Pasien di
Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Penelitian ini menggunakan
metode Cross Sectional design, pemilihan sampel menggunakan Accidental Sampling. Jumlah
sampel 120 responden. Teknik analisa data menggunakan uji spearmen dengan tingkat
kemaknaan 95% (α ≤ 0,05). Hasil: Ada hubungan yang bermakna antara ketepatan pelaksanaan
triase dengan tingkat kepuasan keluarga pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado. Simpulan: Ketepatan pelaksanaan triase di Instalasi Gawat Darurat RSUP
Prof. Dr. R.D. Kandou Manado menunjukkan bahwa sebagian besar pelaksanaannya sudah
tepat dan tingkat kepuasan keluarga pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof. Dr. R.D.
Kandou Manado menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah merasa cukup puas.
Kata Kunci : Ketepatan Pelaksanaan Triase, Tingkat Kepuasan Keluarga Pasien
1
e-journal Keperawatan ( e-Kp ) Volume 5 Nomor 1, Mei 2017
PENDAHULUAN

Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah suatu tempat/unit di rumah sakit yang memiliki tim kerja
dengan kemampuan khusus dan peralatan yang memberikan pelayanan pasien gawat darurat dan
merupakan bagian dari rangkaian upaya penanggulangan pasien gawat darurat yang terorganisir
(Kementrian Kesehatan RI, 2004).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yanty, Darwin dan Misrawati, 2011 didapatkan petugas
kesehatan IGD mayoritas memiliki pengetahuan yang tinggi terhadap tindakan triase berdasarkan
prioritas sebanyak 17 orang responden (53,1%). Mayoritas petugas kesehatan IGD memiliki sikap
yang positif terhadap tindakan triase berdasarkan prioritas sebanyak 19 orang responden (59,4%) dan
sebagian besar petugas kesehatan IGD melaksanakan tindakan triase berdasarkan prioritas sesuai
prosedur sebanyak 18 orang responden (56,3%).

Triase adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya
yang tersedia. Terapi didasarkan pada keadaan ABC (Airway, dengan cervical spine control,
Breathing dan Circulation dengan control pendarahan). Triase berlaku untuk pemilahan
penderita baik di lapangan maupun di rumah sakit (Musliha, 2010).

Masyarakat atau pasien melihat pelayanan kesehatan yang bermutu sebagai suatu
pelayanan kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan yang dirasakannya dan diselenggarakan
dengan cara yang sopan dan santun, tepat waktu, tanggap dan mampu menyembuhkan
keluhannya serta mencegah berkembangnya atau meluasnya penyakit. Pandangan pasien ini
sangat penting karena pasien yang merasa puas akan mematuhi pengobatan dan mau datang
berobat kembali (Pohan, 2003).

Dari studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Instalasi Gawat Darurat RSUP. Dr. R.D. Kandou
Manado didapatkan bahwa jumlah pasien di IGD sejak bulan Januari-Februari 2016 rata-rata 2.865 pasien.
Dengan jumlah perawat di ruangan Triase Instalasi Gawat Darurat sebanyak 18 orang perawat. Berdasarkan
hasil wawancara dengan kepala ruangan triase dan seorang perawat, diketahui

bahwa saat ini triase di IGD RSUP Prof. dr. R.D. Kandou terhitung mulai 29 Juni 2015 mulai
menerapkan Standar Prosedur Operasional Pelayanan Triase yang membagi pelayanan triase primer
dan triase sekunder. Pada saat itu ada 1 pasien perempuan dan 1 pasien laki-laki yang didampingi
masing-masing 1 orang keluarga mereka berada diruangan triase merasa pelayanan di ruangan triase
IGD RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado sudah baik karena perawat secara cepat langsung
menjemput pasien dan melakukan penanganan awal kepada pasien, tapi ada salah satu anggota
keluarga dari seorang pasien perempuan mengatakan bahwa pelayanan keperawatan masih kurang
baik karena perawat kurang jelas memberikan informasi perawatan kepada pasien,ada perawat yang
kurang ramah, dsb. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk
melaksanakan penelitian tentang “Hubungan Ketepatan Pelaksanaan Triase dengan Tingkat Kepuasan
Keluarga Pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado”.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian ini adalah dengan rancangan penelitian cross sectional design. Penelitian ini
dilaksanakan di Ruangan Instalasi Gawat Darurat RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado dan telah
dilaksanakan pada bulan Oktober 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah Keluarga dari pasien
yang masuk di Ruangan Triase IGD Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Dengan jumlah populasi yaitu ±
1.200 besar sampel penelitian berjumlah 120 responden. Pada penelitian ini pengambilan sampel
dilakukan dengan menggunakan teknik Accidental sampling. Instrumen dalam penelitian ini adalah
lembar observasi dan lembar kuesioner, dan pengolahan data melalui tahap editing, coding, data
entry, cleaning dan analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Spearmen dengan tingkat
kemaknaan 95% atau α ≤ 0.05.
2
e-journal Keperawatan ( e-Kp ) Volume 5 Nomor 1, Mei 2017
HASIL dan PEMBAHASAN Karakteristik Responden

Tabel. 1. Distribusi Frekuensi berdasarkan Kategori Umur

Kategori Pasien n %
17-27 tahun 17 14,2
28-38 tahun 47 39,2
39-49 tahun 49 40,8
50-60 tahun 7 5,8
Total 120 100

Sumber: Data Primer 2016

Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 120 responden (100%), yang paling banyak berdasarkan kategori
umur 39-49 tahun yaitu 49 responden (40,8%) dan yang paling sedikit 50-60 tahun yaitu 7 responden
(5,8%).

Tabel 2. Distribusi Frekuensi berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin n %
Perempuan 74 61,7
Laki-Laki 46 38,3
Total 120 100

Sumber: Data Primer 2016

Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 120 responden (100%) yang memiliki jumlah yang paling
banyak berdasarkan jenis kelamin yaitu perempuan sebanyak 74 responden (61,7%),
sedangkan laki-laki hanya sebanyak 46 responden (38,3%).

Analisa Univariat

Tabel 3. Distribusi Frekuensi berdasarkan Ketepatan Pelaksanaan Triase Ketepatan

Pelaksanaan n %
Triase
Kurang Tepat 6 5,0
Tepat 114 95,0
Total 120 100

Sumber: Data Primer 2016

Tabel 3 menunjukan bahwa dari 120 responden (100%) yang paling banyak adalah pelaksanaan triase
kategori 8-14 (tepat)

sebanyak 114 responden (95,0%) dan 1-7 (kurang tepat) sebanyak 6 responden (5,0%).

RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado telah terakreditasi A dan hal itu berarti telah
melaksanakan pelayanan yang baik sesuai dengan penilaian tim akreditasi. Terlebih pelaksanaan
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar prosedur operasional yang telah dikeluarkan
oleh rumah sakit yang bersangkutan. Pelayanan kesehatan sesuai prosedur merupakan salah
satu indikator menilai tepatnya pelaksanaan pelayanan dari suatu rumah sakit, yang dapat
memberikan dampak yang baik bagi pasien maupun bagi petugas dan rumah sakit jika
dilaksanakan sebagaimana mestinya tapi jika tidak dilakukan sesuai dengan standart prosedur
dari rumah sakit tersebut maka akan berdampak tidak baik bagi pasien, petugas maupun rumah
sakit itu sendiri.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi berdasarkan Kepuasan Keluarga Pasien


Sumber: Data Primer 2016

Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 120

Kepuasan
n %
Keluarga Pasien
Tidak Puas 7 5,8
Cukup Puas 81 67,5
Puas 32 26,7
Total 120 100

responden (100%) yang paling banyak adalah responden dengan kategori 68-88 (cukup puas)
yaitu sebanyak 81 responden (67,5%) dan yang paling sedikit adalah 47-67 (tidak puas) yaitu
sebanyak 7 responden (5,8%).

Kepuasan responden ini dapat mempengaruhi ketepatan suatu pelayanan kesehatan


lebih khusus pelayanan keperawatan yang sesuai dengan standart prosedur pelayanan
triase.

Penelitian terkait yang dilakukan oleh Oroh (2014) mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi tingkat kepuasan responden menurut hasil penelitiannya, yaitu berdasarkan
jenis kelamin dengan tingkat kepuasan ada hubungan yang
3

e-journal Keperawatan ( e-Kp ) Volume 5 Nomor 1, Mei 2017


bermakna, berdasarkan umur dengan tingkat kepuasan tidak ada hubungan yang bermakna.

Analisis Bivariat

Tabel 5. Uji Normalitas Hubungan Ketepatan Pelaksanaan Triase dengan Tingkat


Kepuasan Keluarga Pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado

Variabel Skewness/SE
Ketepatan
5,809
Pelaksanaan Triase
Tingkat Kepuasan 0,859
Keluarga Pasien
Sumber: Data Primer 2016

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa uji normalitas berdasarkan hasil pembagian antara skewness dan
standar error pada ketepatan pelaksanaan triase adalah 5,809 artinya data terdistribusi tidak
normal, sedangkan pada tingkat kepuasan keluarga pasien adalah 0,859 yang artinya data
terdistribusi normal.

Sebelum dilakukan analisis bivariat pada penelitian ini, peneliti melakukan uji normalitas yang
merupakan syarat mutlak sebelum melakukan uji statistic dalam hal ini uji spearmen. Jika didapatkan
distribusi data yang normal, maka syarat untuk dilakukan uji spearmen terpenuhi. Apabila hasil uji
normalitas didapatkan skewness dibagi dengan standar errornya menghasilkan nilai ≤ 2, berarti data
terdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas tersebut, didapatkan hasilnya satu variabel tidak normal
dan satunya lagi normal.

Tabel 6. Hasil Analisis Hubungan Ketepatan Pelaksanaan Triase dengan Tingkat


Kepuasan Keluarga Pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado

Variabel n r p
Ketepatan
Pelaksanaan Triase 120 0,219 0,016

Tingkat Kepuasan
Keluarga Pasien

Sumber: Data Primer 2016

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 6 menggunakan uji spearmen dengan menggunakan
bantuan program komputer diperoleh nilai significansy 0,016 yang menunjukkan bahwa korelasi antara
ketepatan pelaksanaan triase dengan tingkat kepuasan keluarga pasien bermakna. Nilai korelasi spearmen
sebesar 0,219 menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang lemah (Hastono,
2007).

Nilai dari kepuasan responden di instalasi gawat darurat lebih tepatnya di ruangan triase ini sangat
bervariasi dan sulit untuk di prediksi, karena perasaan puas setiap orang itu berbeda-beda sesuai dengan
apa yang mereka dapatkan selama mereka berada di Rumah Sakit. Rumah sakit RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado telah menetapkan standar prosedur pelayanan untuk dilakukan sehingga tetap terjaganya
suatu kualitas pelayanan yang baik. Tapi tidak jarang standar prosedur pelayanan tersebut tidak terlaksana
sebagaimana mestinya akibat faktor-faktor yang mempengaruhinya, salah satunya adalah kepuasan dari
responden tersebut terhadap pelayanan yang didapatkan.

Penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini yang dilakukan oleh Nonutu (2015) mendapatkan hasil
bahwa ada hubungan jumlah kunjungan pasien dengan ketepatan pelaksanaan triase di Instalasi Gawat
Darurat RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado dengan melihat hasil analisa data yaitu p = 0,00 (α=0,05).
Dalam penelitian ini didapatkan sebagian besar jumlah kunjungan tidak banyak yang sebanding dengan
pelaksanaan triase yang tepat. Sehingga dapat dikatakan bahwa ketika jumlah kunjungan tidak banyak,
pelaksanaan triase akan tepat dilaksanakan. Sedangkan pada saat kunjungan sedang banyak, lebih banyak
terjadi ketidaktepatan dalam pelaksanaan triase.

Hasil penelitian yang lainnya yang dilakukan oleh Yanty, Darwin dan Misrawati (2011) didapatkan
petugas kesehatan IGD mayoritas memiliki pengetahuan yang tinggi terhadap tindakan triase berdasarkan
prioritas sebanyak 17 orang responden. Mayoritas petugas kesehatan IGD memiliki sikap yang positif
terhadap tindakan triase berdasarkan prioritas sebanyak 19 orang responden dan sebagian besar petugas
kesehatan IGD
e-journal Keperawatan ( e-Kp ) Volume 5 Nomor 1, Mei 2017

melaksanakan tindakan triase berdasarkan prioritas sesuai prosedur sebanyak


18 orang responden.

Berdasarkan hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang peneliti lakukan dan data
awal yang peneliti dapatkan maka dapat disimpulkan bahwa ketepatan pelaksanaan triase dengan
tingkat kepuasan keluarga pasien memiliki hubungan. Meskipun hanya sebagian kecil yang telah
peneliti dapati tidak melaksanakan pelayanan yang sesuai standart prosedur, karena seiring
berjalannya waktu dari waktu sebelumnya peneliti melakukan pengambilan data awal sampai akhirnya
melakukan penelitian, perawat di ruangan triase pasti sudah lebih dibekali dengan ilmu yang sesuai
dengan kompeten mereka dan ingatkan untuk selalu melakukan tindakan pelayanan sesuai dengan
standart prosedur yang sudah rumah sakit sediakan. Hasil yang peneliti dapatkan ini didukung dengan
hasil yang dilakukan dalam uji spearmen dengan menggunakan bantuan program komputer. Diperoleh
nilai significansy 0,016 yang menunjukkan bahwa korelasi antara ketepatan pelaksanaan triase dengan
tingkat kepuasan keluarga pasien bermakna. Nilai korelasi spearmen sebesar 0,219 menunjukkan
bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang lemah. Dikatakan lemah karena hanya
sedikit atau hanya 6 dari 120 responden yang mendapat nilai kurang tepat kategori ketepatan
pelaksanaan triase, atau bisa dikatakan bahwa hanya ada 6 responden saat peneliti melakukan
observasi yang kedapatan tidak melaksanakan pelayanan yang sesuai dengan standart prosedur yang
sudah ditetapkan rumah sakit.

Hasil yang peneliti dapatkan ini juga menunjukkan bahwa kategori ketepatan pelaksanaan triase
tepat dengan jumlah responden 114 responden yang merasa tidak puas ada 7 responden, sedangkan
kategori ketepatan pelaksanaan triase kurang tepat dengan jumlah 6 responden yang merasa puas ada
32 responden dan yang merasa cukup puas ada 81 responden. Dengan demikian tingkat kepuasan
keluarga pasien tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor yaitu ketepatan pelaksanaan triase,
melainkan ada faktor-faktor lainnya, seperti menurut Utama (2003)

dalam penelitian Oroh (2014), beberapa karakteristik individu yang diduga menjadi determinan
utama atau penentu prioritas indikator kualitas pelayanan kesehatan dan penentu prioritas
tingkat kepuasan seperti umur, jenis kelamin, lama perawatan, sumber biaya, diagnosa penyakit,
pekerjaan, pendapatan, pendidikan, suku bangsa, tempat tinggal, kelas perawatan, status
perkawinan, agama, preferensi.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Ketepatan pelaksanaan
triase di Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado menunjukkan bahwa sebagian
besar pelaksanaannya sudah tepat. Tingkat kepuasan keluarga pasien di Instalasi Gawat Darurat
RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah merasa
cukup puas.

DAFTAR PUSTAKA

Hastono, Sutanto Priyo. (2007). Analisis Data

Kesehatan. Depok: Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia


Kementrian Kesehatan RI. (2004). Pedoman Kerja Perawat Instalasi Gawat Darurat di Rumah
Sakit. Jakarta

Oroh. (2014). Faktor-Faktor Yang


Berhubungan dengan Tingkat
Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan
Keperawatan di Ruang Interna RSUD
Noongan. Manado: Program studi Ilmu
Keperawatan Unsrat Manado.

https://scholar.google.co.id/scholar?q=

faktor-

faktor+yang+berhubungan+dengan+ti

ngkat+kepuasan+pasien+rawat+inap+t

erhadap+pelayanan+keperawatan+di+

ruang+interna+RSUD+Noongan&btn

G=&hl=en&as_sdt=0%2C5.Diakses

tanggal 15 Februari 2016 jam 20.00

WITA

Musliha. (2010). Keperawatan Gawat Darurat

plus contoh askep dengan pendekatan

NANDA, NIC, NOC.Yogyakarta:


Nuha Medika
e-journal Keperawatan ( e-Kp ) Volume 5 Nomor 1, Mei 2017

Notoadmojo, Soekidjo.(2010). Metodologi


Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta

Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan:


Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta: Salemba Medika

Nonutu. (2015). Hubungan Jumlah Kunjungan


dengan Ketepatan Pelaksanaan Triase
di Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado. Manado:
Program studi Ilmu Keperawatan
Universitas Sam Ratulangi Manado.
https://scholar.google.co.id/scholar?hl
=en&q=hubungan+jumlah+kunjungan
+dengan+tingkat+ketepatan+triase&bt
nG= Diakses tanggal 15 Februari 2016
jam 20.15 WITA

Pohan, I.S. (2003). Jaminan mutu pelayanan


kesehatan dasar-dasar pengertian.
Jakarta: Kesaint Blanc.

Yanty G., Darwin K., Misrawati, (2011).


Hubungan Tingkat Pengetahuan dan
Sikap Petugas Kesehatan IGD
Terhadap Tindakan Triage berdasarkan
Prioritas. Riau: Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Riau.
http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMP
SIK/article/viewFile/3530/3425.
Diakses tanggal 15 Februari 2016 jam
01.42 WITA.

Lampiran Jurnal

2.
ANALISIS FAKTOR PELAKSANAAN TRIAGE DI INSTALASI GAWAT DARURAT (The

Factors Associated with The Triage Implementation in Emergency Department)

* ** ***
Nur Ainiyah , Ahsan , Mukhamad Fathoni
* **, ***
Prodi Magister Keperawatan Peminatan Gawat Darurat FK Universitas Brawijaya Staf
Pengajar Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya E-mail:
ainiyahannuri@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan: Triage merupakan proses memilah pasien menurut tingkat keparahannya. Namun fenomena yang terjadi di IGD
di beberapa rumah sakit ternyata triage tidak dilaksanakan sehingga tidak semua kasus pasien yang datang di IGD merupakan
kasus yang mengancam jiwa akan tetapi ada juga yang termasuk pasien dengan false emergency. Untuk meminimalkan
masuknya pasien false emergency tersebut adalah dengan melaksanakan triage sehingga pelayanan IGD dapat diberikan secara
optimal. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan triage di Instalasi Gawat
Darurat Rumah Sakit A dan B. Metode: Desain penelitian ini adalah analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional.
Populasi penelitian ini adalah instalasi gawat darurat dengan sampel penelitian yaitu perawat IGD dan pasien yang datang ke
IGD. Penelitian ini menggunakan total sampling untuk perawat IGD (54 responden) dan accidental sampling untuk pasien (54
responden). Pengambilan data dilakukan bulan Juli-Agustus 2014. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi dan
kuesioner. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis multivariat regresi logistik dengan metode backward LR .
Hasil: Faktor yang paling berhubungan dengan pelaksanaan triage adalah faktor kinerja (p value = 0,002), faktor pasien (p value
= 0,011), faktor ketenagaan (p value = 0,017). Diskusi: Pihak rumah sakit dapat meningkatkan motivasi kerja, mengoptimalkan
ketenagaan perawat dengan cara memberikan job description secara jelas dan meningkatkan kualitasnya dengan mengikuti
pelatihan Triage Offi cer Course.

Kata kunci: triage, faktor kinerja, faktor pasien, faktor ketenagaan

ABSTRACT

Introduction: Triage is defi ned as a process to sort patients based on the severity and emergency situation. In fact, Emergency
Department (ED) in several hospitals in Indonesia do not implement it, so not all patients come to Emergency Department due
to a true emergency case but there are also a false emergency. Implementing triage is important in order to decrease false
emergency case and also increase ED service quality. The research goal was to analyze factors associated with the triage
implementation in Emergency Department in Hospitals (type A and B). Methode: The research design was a cross sectional
with corrrelative analysis. The research population was emergency department nurses and patients. Samples were taken by total
sampling for the nurses (54 respondents) and accidental sampling for patients (54 respondents). The research instruments were
questionnaire and direct observation. The research datas were analized using multivariat logistic regression by backward LR.
Result: The result showed that the dominant factors correlated with the implementation of the triage was the performance factor
(p value. 0,002), the patient factor (p value = 0.011), and the staffi ng factor (p value. 0.017). Discussion: The hospital
management can increase the work motivation,then optimize the nurses by giving a job description clearly and improve nursing
service quality through Triage Offi cer Course.

Keywords: triage, performance factor, patient factor, staffi ng factor


PENDAHULUAN

Triage diartikan sebagai proses memilah pasien menurut tingkat keparahannya. Fenomena yang
terjadi di beberapa IGD rumah sakit ternyata tidak semua kasus pasien yang datang merupakan kasus
dengan kondisi gawat darurat yang mengancam jiwa, namun ada beberapa kasus yang termasuk pasien
dengan kategori false emergency. Salah satu cara untuk pasien false emergency adalah dengan
melaksanakan triage di IGD tersebut.

Andersson, Omberg dan Svedlund (2006) menyatakan bahwa perawat merupakan petugas kesehatan yang
mempunyai peran dan tanggung jawab utama dalam melakukan triage di IGD. Kenyataannya, sistem
triage di Indonesia belum terstandar secara nasional, sehingga pelaksanaan triage antar rumah sakit
menjadi berbeda. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, petugas triage di beberapa rumah sakit di
Jawa Timur dilakukan oleh profesi yang berbeda-beda, antara lain oleh

Jurnal Ners Vol. 10 No. 1 April 2015: 147–157

dokter umum (dibantu oleh perawat) dan oleh perawat saja. Penelitian Fathoni, Sangchan, Songwatha
(2013) di beberapa Instalasi Gawat Darurat (IGD) di Jawa Timur menunjukkan bahwa kemampuan
kognitif perawat mengenai triage masih kurang, khususnya dalam hal menentukan prosedur dan
manajemen penyakit pasien. Selain itu, kemampuan psikomotor perawat mengenai triage juga masih
berada dalam kategori sedang.

Berdasarkan observasi di IGD Rumah Sakit A didapatkan gambaran bahwa jumlah perawat
yang stand by di depan pintu IGD sangat terbatas (hanya satu orang) dibantu dengan seorang
mahasiswa keperawatan yang sedang menjalani praktek klinis. Perawat tersebut bertugas untuk
menanyakan keluhan pasien, memilah apakah termasuk trauma atau non trauma, mengantar pasien
masuk ruang tindakan, dan memberikan kode triage. Namun berdasarkan observasi peneliti kode
triage ini tidak diberikan oleh perawat meskipun telah ada sosialisasi penerapan kode triage di
dinding.

Data observasi lainnya menunjukkan bahwa perawat IGD Rumah Sakit A juga tidak
melakukan pemeriksaan fisik pasien di ruang triage (meskipun ada ruang khusus triage). Selain itu,
peralatan di ruang triage tampak terbatas dan kurangnya jumlah perawat yang bertugas setiap shift,
di mana shift pagi hanya terdapat 9 orang perawat, padahal jumlah pasien pada shift tersebut sering
melebihi kapasitas brankart yang ada (40 buah), sehingga ruangan IGD menjadi sangat penuh
(overcrowded). Hasil observasi di atas menunjukkan bahwa permasalahan lingkungan kerja di
instalasi tersebut sangat kompleks.

Pelaksanaan triage dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor kinerja (performance),
faktor pasien, faktor perlengkapan triage, faktor ketenagaan dan faktor model of caring yang digunakan di
instalasi tersebut (Australian Triage Process Review, 2011). Penelitian lain yang dilakukan oleh
Andersson, A.K., M. Omberg, dan M. Svedlund (2007) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
triage decision making dibagi menjadi dua faktor yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal mencerminkan keterampilan perawat dan kapasitas
pribadi. Faktor eksternal mencerminkan lingkungan kerja, termasuk beban kerja tinggi, pengaturan shift,
kondisi klinis pasien, dan riwayat klinis pasien. Jika faktor-faktor tersebut diabaikan, maka pelaksanaan
triage berjalan tidak optimal sehingga dapat menyebabkan kesalahan dalam pengambilan keputusan, serta
mengakibatkan ketidakmampuan dan bahkan cacat permanen bagi pasien (Gerdtz & Bucknall, 2000).

Pelaksanaan triage sangat penting dilaksanakan dalam kondisi kegawatdaruratan, sehingga faktor
yang berhubungan dengan pelaksanaan triage perlu diidentifikasi serta diperlukan rekomendasi tindak
lanjut untuk memperbaikinya, khususnya masalah peningkatan mutu dan jumlah tenaga perawat, serta
melengkapi dan mengoptimalkan penggunaan perlengkapan triage. Melalui pelaksanaan triage, kepuasan
pasien di rumah sakit akan dapat tercapai serta kematian dan kecacatan pada kasus kegawatdaruratan dapat
diminimalkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan
pelaksanaan triage oleh tenaga kesehatan di IGD Rumah Sakit A dan B.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini menggunakan desain analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah perawat dan pasien di IGD Rumah Sakit A dan B dengan
menggunakan total sampling untuk perawat (54 perawat) dan accidental sampling untuk pasien yang
didampingi oleh keluarga (54 pasien). Analisa data penelitian dilakukan dengan teknik univariat
(ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi), bivariat (uji chi-square) serta multivariat (uji regresi
logistik dengan metode backward).

HASIL

Data penelitian berupa karakteristik responden disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi,
sedangkan data lainnya disajikan dalam bentuk tabulasi silang.

148
Analisis Faktor Pelaksanaan Triage (Nur Ainiyah, dkk.)

Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar perawat IGD adalah laki-laki, sedangkan usia
dominan sekitar 18–34 tahun yang menunjukkan usia dewasa dan usia produktif. Latar belakang
pendidikan perawat IGD sebagian besar merupakan pendidikan tinggi (D3 Keperawatan).

Tabel 2 menunjukkan bahwa sebanyak 35% perawat IGD yang memiliki faktor kinerja

Tabel 1. Karakteristik Perawat IGD

Variabel Frekuensi Prosentase


Faktor Kinerja (f) (%)

Jenis Kelamin
- Laki-laki 34 63
- Perempuan 20 37

Usia
- 18–34 15 18
- 35–49 38 72

Pendidikan

terakhir
- SPK 1 2
- D3 Kep 44 81
- S1 Kep 9 17
- S2 Kep 0 0

Total 54 100

Tabel 2. Tabulasi silang faktor kinerja dan pelaksanaan triage di IGD


Pelaksanaan Triage
Faktor
kurang Total
Kinerja optimal
optimal
f(%) f(%)
Kurang baik 20(37) 1(2) 21(39)
Baik 14(26) 19(35) 33(61)
p value 0.000

Tabel 3. Tabulasi silang faktor pasien dan pelaksanaan triage di IGD

Pelaksanaan Triage

Faktor kurang optimal Total

Pasien optimal

f(%) f(%)
Kurang baik 19(35) 2(4) 21(39)
Baik 15(28) 18(33) 33(61)
p value 0.01

baik melaksanakan triage secara optimal. Di sisi lain, ada perawat yang memiliki faktor kinerja
kurang baik (2%) namun dapat melaksanakan triage secara optimal. Berdasarkan hasil uji Fisher
didapatkan bahwa ρ value = 0,000 (ρ < 0,05), sehingga H1 diterima berarti ada hubungan yang
bermakna antara faktor kinerja dengan pelaksanaan triage oleh tenaga kesehatan.

Tabel 3 menunjukkan sebanyak 33% responden memiliki faktor pasien yang baik dan
mendapatkan pelayanan triage yang optimal, sedangkan 4 % responden memiliki faktor pasien yang
kurang baik namun tetap mendapatkan pelayanan triage yang optimal. Berdasarkan hasil uji Fisher
didapatkan bahwa p value = 0,01 (ρ < 0,05), sehingga H1 diterima berarti ada hubungan yang
bermakna antara faktor pasien dengan pelaksanaan triage oleh tenaga kesehatan.

Tabel 4 menunjukkan 2% responden memiliki faktor ketenagaan yang kurang baik dengan
pelaksanaan triage optimal. Di sisi lain, 35% responden dengan faktor ketenagaan baik menunjukkan
pelaksanaan triage optimal. Uji Fisher didapatkan p value = 0,011 (ρ < 0,05) sehingga H1 diterima
berarti ada hubungan yang bermakna antara faktor ketenagaan dengan pelaksanaan triage oleh tenaga
kesehatan.

Tabel 5 menunjukkan bahwa 8% responden berpendapat faktor perlengkapan kurang baik namun
pelaksanaan triage tetap optimal, 30% responden berpendapat faktor perlengkapan sudah baik dan
pelaksanaan triagenya optimal. Uji Fisher menunjukkan p value = 0,010 (ρ < 0,05) sehingga H1 diterima

Tabel 4. Hubungan faktor ketenagaan dengan pelaksanaan triage di IGD

Pelaksanaan Triage
Faktor
kurang optimal Total
Pelaksanaan Triage

Ketenagaan optimal
f(%) f(%)

Kurang baik 12(22) 1(2) 13(24)


Baik 22(41) 19(35) 33(76)

p value 0.011

149
Jurnal Ners Vol. 10 No. 1 April 2015: 147–157

berarti ada hubungan faktor perlengkapan dengan pelaksanaan triage oleh tenaga kesehatan.

Tabel 6 didapatkan data bahwa faktor model keperawatan yang tidak lengkap 18 responden (37%)
menunjukkan pelaksanaan triage yang dilakukan oleh tenaga kesehatan telah optimal dan 36 responden
(67%) menunjukkan pelaksanaan triage yang dilakukan oleh tenaga kesehatan kurang optimal. Uji chi
square tidak menunjukkan ρ value karena data faktor model keperawatan sama (data yang didapatkan
konstan), sehingga tidak dapat dihitung nilai statistiknya.

Tabel 5. Tabulasi silang faktor perlengkapan dengan pelaksanaan triage di IGD

Pelaksanaan
Triage

Faktor
Perlengkapan Kurang Optimal Total
optimal
f(%) f(%)

Kurang baik 19(35) 4(8) 23(42)


Baik 15(28) 16(30) 31(58)

p value 0,010

Penelitian ini menggunakan analisis multivariat regresi logistik karena variabel dependent
pelaksanaan triage oleh tenaga kesehatan menggunakan skala data berupa kategori dikotomi yaitu optimal
dan kurang optimal. Syarat analisis multivariat adalah nilai p < 0,25 sehingga variabel yang memenuhi
syarat untuk dilakukan analisis multivariat regresi logistik adalah faktor kinerja ( p value = 0.000), faktor
pasien (p value = 0,01), faktor ketenagaan (p value = 0.011) dan faktor perlengkapan (p value = 0.010).

Tabel 7 menunjukkan bahwa faktor yang paling berhubungan dengan pelaksanaan triage oleh
tenaga kesehatan secara berurutan dimulai dari OR yang paling kecil yaitu faktor kinerja (B = -3,803,
p sig. 0,002), faktor ketenagaan (B= -2,986, p sig. 0,017), faktor pasien (B= -2,568, p sig. 0,011),
dengan konstanta 1,747, sehingga didapatkan persamaan regresi, yaitu:

P = 1,747 + -3,803 kinerja pasien + -2,986 tenaga+ -2,568

PEMBAHASAN

Berdasarkan tabel 2 didapatkan data bahwa faktor kinerja yang kurang baik

Tabel 6. Tabulasi silang faktor model keperawatan dengan pelaksanaan triage di IGD

Pelaksanaan Triage

No Faktor Model Keperawatan kurang optimal Optimal Total


f(%) f(%)
Pelaksanaan Triage

1 Lengkap 0 0 0
2 Tidak Lengkap 36(67) 18(37) 0

value

Tabel 7. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik

B Df p OR

a
Langkah 1 F kinerja -3.71 1 .003 0.24
F perlengkapan -.28 1 .776 0.75
F pasien -2.47 1 .019 0.84
F ketenagaan -2.96 .018 0.05
Constant 1.794 1 .006 6.01

F kinerja -3.80 1 .002 0.02


a
Langkah 2 F pasien -2.56 1 .011 0.07
F ketenagaan -2.98 1 .017 0.05
Constant 1.747 .005 5.73

Analisis Faktor Pelaksanaan Triage (Nur Ainiyah, dkk.)


sebanyak 1 responden (2%) melaksanakan triage optimal dan faktor kinerja yang baik 19 responden
(35%) melaksanakan triage optimal. Berdasarkan hasil uji Fisher didapatkan bahwa ρ value = 0,000 (ρ <
0,05), sehingga H1 diterima berarti ada hubungan faktor kinerja dengan pelaksanaan triage oleh tenaga
kesehatan.

Faktor kinerja dalam penelitian ini meliputi subvariabel kepemimpinan, perawatan kritis, hubungan
interpersonal atau kolaborasi, pendidikan kesehatan atau teaching dan pengembangan profesi. Responden
yang mempunyai faktor kinerja baik ditunjukkan dari sebagian besar responden sering menerima kritikan
yang diberikan kepada dirinya dan sering bersifat terbuka atas saran yang diberikan kepada orang lain.

Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa responden memiliki sifat kepemimpinan hampir sama dengan
gaya kepemimpinan partisipatif, seperti yang disampaikan oleh House dalam Agustina (2009) yang menyatakan
bahwa ada beberapa gaya kepemimpinan yang dimiliki seseorang antara lain gaya kepemimpinan partisipatif,
suportif dan beberapa yang lain, sedangkan gaya kepemimpinan partisipatif adalah seorang pemimpin terbuka
dalam menerima kritikan orang lain, memberikan kewenangan dan tanggung jawab kepada individu atau
kelompok untuk mengambil sebuah keputusan. Hal yang sama juga didapatkan dalam penelitian Doran, Amy
Sanchez, Martin Gevans, Kathleen MacMillan (2004) bahwa gaya kepemimpinan yang baik akan menciptakan
lingkungan yang baik dan kinerja yang baik pula.

Kinerja responden yang baik ini kemungkinan disebabkan karena separuh perawat mempunyai
pengalaman yang cukup lama bekerja di IGD (5–10 tahun), dengan pengalaman yang cukup lama,
maka kemampuan menghadapi pasien dan kasus juga akan semakin banyak sehingga ketika
melaksanakan tindakan perawatan dapat optimal. Hal ini sesuai dengan penelitian Fujino, Tanaka M,
Yonemitsu Y, Kawamoto R. (2014) pada 1395 perawat yang bekerja di Rumah Sakit Umum di
Jepang menunjukkan bahwa 1045 perawat (76%) menunjukkan

bahwa semakin lama bekerja maka kinerja perawat menjadi semakin baik.

Kinerja responden yang baik juga ditunjukkan dengan responden dapat melakukan perawatan baik
kritis ataupun non kritis dengan baik yaitu sebagian besar mampu menggunakan perangkat mekanik atau
penunjang, sebagian besar sering melakukan perawatan yang dibutuhkan oleh pasien kritis, hampir separuh
perawat sangat sering bekerja dengan kompeten dalam situasi darurat. Hal ini sesuai dengan penelitian
Wahyudi (2010) bahwa terdapat hubungan bermakna antara kemampuan praktik profesional dengan
kinerja perawat p value = 0,03 (p < 0,05).

Kinerja reponden yang kurang baik ditunjukkan dari sebagian kecil responden masih sedikit
yang mendapatkan bimbingan dari anggota tim lainnya dalam perencanaan asuhan keperawatan jika
mengalami kesulitan, sebagian kecil responden memberikan dukungan emosional pada keluarga
pasien yang akan meninggal, dari hal tersebut diketahui bahwa komunikasi interpersonal dengan
pasien atau kolaborasi responden dengan dokter atau teman sejawat kurang baik sehingga kinerja
yang dilaksanakan kurang baik pula.

Hal tersebut di atas sesuai dengan penelitian Tanabe, Motoko & Yoshimi Suzukamo & Ichiro Tsuji &
Sin-Ichi Izumi pada 112 perawat puskesmas yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu salah satunya sebagai
kontrol. Penelitian ini memberikan perlakuan berupa pelatihan keterampilan komunikasi dan hasilnya
menunjukkan bahwa kinerja perawat meningkat secara signifikan pada reponden yang lebih dahulu
mendapatkan pelatihan daripada yang tidak diberikan pelatihan.

Kinerja responden yang kurang baik juga ditunjukkan dari sebagian kecil responden merasa kurang
atau belum mampu menggunakan kesempatan belajar yang diberikan kepadanya untuk pengembangan diri
dan profesional berkelanjutan. Hal ini bertolak belakang dengan Wilson (2012) bahwa standar
pengembangan profesional kinerja perawat antara lain pelaksanaan tindakan sesuai etika, kepemimpinan
dan standar pengembangan staf.

Analisis Faktor Pelaksanaan Triage (Nur Ainiyah, dkk.)


dan salah satu cara meningkatkan kepuasan pasien adalah dengan menurunkan lama waktu tunggu.
(Walrath, Jo M. Ramona Tomallo-Bowman, Jeanne M. Maguire. 2004), dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa faktor pasien berhubungan dengan pelaksanaan triage oleh tenaga kesehatan.

Berdasarkan tabel 4 didapatkan data bahwa faktor ketenagaan yang kurang baik 1 responden
(2%) menunjukkan pelaksanaan triage optimal sedangkan faktor ketenagaan yang baik 19 responden
(35%) menunjukkan pelaksanaan triage optimal. Berdasarkan hasil uji Fisher didapatkan bahwa p
value = 0,011 (ρ < 0,05) sehingga H1 diterima berarti ada hubungan faktor ketenagaan dengan
pelaksanaan triage oleh tenaga kesehatan

Faktor ketenagaan baik dengan pelaksanaan triage optimal ditunjukkan dengan hasil
perhitungan kebutuhan tenaga perawat berdasarkan rumus formula Instalasi Gawat Darurat
(Raymond, 2011) didapatkan bahwa di IGD tersebut membutuhkan 8 perawat sedangkan pada
kenyataannya tenaga yang dimiliki adalah sejumlah 18 perawat hal ini menunjukkan bahwa
ketenagaan yang dimiliki IGD tersebut lebih dari kebutuhan. Hal ini sesuai dengan penelitian Jansen
(2011) yang menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan triage yaitu salah satunya
adalah jumlah tenaga dan pengaturan shift.

Faktor ketenagaan baik menunjukkan pelaksanaan triagenya optimal, selain dilihat dari segi
kuantitas juga dilihat dari segi kualitas di mana kualitas perawatnya seluruhnya sudah pernah mengikuti
BLS, BTLS dan PPGD selain itu separuh dari tenaga perawat sudah bekerja selama 5–10 tahun di IGD.
Hasil yang demikian ini sejalan dengan dilakukan oleh Russo (2010) yang menunjukkan bahwa
pendidikan dan pengalaman perawat mempengaruhi pengambilan keputusan triage. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara faktor ketenagaan dengan pelaksanaan triage oleh tenaga
kesehatan.

Berdasarkan tabel 5 didapatkan data bahwa pendapat tentang faktor perlengkapan yang kurang
baik didapat dari 4 responden

(8%) menunjukkan pelaksanaan triagenya optimal sedangkan pendapat tentang faktor perlengkapan
yang baik 16 responden (30%) menunjukkan pelaksanaan triagenya optimal. Berdasarkan hasil uji
Fisher didapatkan bahwa p value = 0,010 (ρ < 0,05) sehingga H1 diterima berarti ada hubungan faktor
perlengkapan dengan pelaksanaan triage oleh tenaga kesehatan.

Pendapat tentang faktor perlengkapan baik dan pelaksanaan triagenya optimal, hal ini ditunjukkan
dengan responden menyatakan bahwa sebagian besar setuju pimpinan memonitor semua kegiatan yang
dilakukan oleh staf, sebagian besar setuju pimpinan mudah diajak berkonsultasi, bersifat terbuka dan baik
dalam mendiskusikan pelaksanaan tugas dengan stafnya, separuh responden setuju pimpinan mempunyai
kemampuan penyelesaian masalah yang baik.

Faktor perlengkapan dalam hal ini subvariabel lingkungan kerja (kepemimpinan) menunjukkan
bahwa kepemimpinan merupakan bagian yang sangat penting yang dapat mempengaruhi pelayanan
keperawatan serta dapat memberikan kualitas praktik keperawatan yang baik kepada pasien (Huber,
2006).

Pendapat tentang faktor perlengkapan baik dan pelaksanaan triagenya optimal, juga ditunjukkan
dengan sebagian besar responden menyatakan setuju bahwa ketersediaan sarana dan prasarana dalam
jumlah yang cukup dan nyaman ketika memberikan pelayanan kepada pasien sebagian besar responden
menyatakan sarana dan prasarana yang digunakan telah sesuai dengan perkembangan teknologi kesehatan,
sebagian besar setuju bahwa tersedia kesempatan untuk berkomunikasi antara pasien, perawat dan dokter,
hampir separuh perlengkapan fisik sarana dan prasarana sudah menunjukkan lengkap.
Berdasarkan hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa lingkungan kerja terbagi menjadi dua yaitu
pertama adalah lingkungan kerja fisik (ketersediaan sumber daya atau sarana dan prasarana) dan
lingkungan kerja non fisik yaitu yang berhubungan dengan lingkungan kerja, baik hubungan dengan

153Jurnal Ners Vol. 10 No. 1 April 2015: 147–157

atasan maupun hubungan dengan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan (Sedarmayanti
dalam Ghoffur, 2011).

Ketersediaan sumber daya merupakan salah satu dukungan yang digunakan perawat dalam
memberikan pelayanan terhadap pasien secara optimal, seperti halnya dalam penelitian kualitatif Jansen
(2011) bahwa faktor salah satu faktor yang berpengaruh dalam pelaksanaan pedoman triage adalah
sumber daya. Hal ini didukung oleh penelitian Yoon, Philip, Ivan Steiner, Gilles Reinhardt (2003) bahwa
salah satu faktor yang mempengaruhi lama waktu tunggu di IGD adalah perlengkapan.

Pendapat tentang faktor perlengkapan baik dengan pelaksanaan triagenya optimal juga ditunjukkan
dari sebagian besar setuju komunikasi antar perawat atau perawat dengan dokter berjalan dengan baik
meskipun ketika terjadi kesulitan saat memberikan pelayanan pada pasien, separuh responden setuju
pelayanan keperawatan dilakukan secara bersamaan dan saling membantu antar sesama tim, sebagian
besar responden setuju adanya kesempatan untuk menyampaikan ide antar sesama rekan. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa lingkungan kerja non fisik dapat berupa hubungan komunikasi atau kerja
sama antara staf atau antara perawat dan dokter, dengan kerja sama yang baik maka lingkungan menjadi
kondusif sehingga pelayanan keperawatan dapat diberikan secara optimal, hal ini didukung oleh Marlene
& Claudia (2003) menyatakan bahwa yang menjadi elemen penting dalam hubungan perawat dan dokter
adalah kerja sama dan komunikasi dengan kerja sama yang baik

Berdasarkan observasi dalam penelitian ini didapatkan bahwa ketersediaan peralatan triage di
ruang triage masih ada yang belum lengkap, hal ini disebabkan karena sebenarnya peralatan atau
instrumen triage telah tersedia akan tetapi tidak ditempatkan di ruang triage tetapi ditempatkan di gudang
peralatan dan ada juga yang ditempatkan di ruang tindakan.

Hal ini bertolak belakang dengan penelitian Geraci dalam Gerdtz (2000) yang menunjukkan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan triage antara lain adalah fasilitas fisik yang
disediakan di ruang triage.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebagian kecil responden menyatakan bahwa perawat
masih belum mempunyai kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan. Hal ini didukung oleh
penelitian Chen YM and Johantgen ME (2010), bahwa ada hubungan antara pengembangan
profesional dengan kepuasan kerja, di mana kepuasan kerja merupakan sikap positif terhadap
pekerjaan yang dilakukan, jika sikap positif ini muncul maka kinerja yang dilakukan juga menjadi
optimal, kinerja yang dimaksud disini adalah pelaksanaan triage.

Berdasarkan Australian System Process Review (2011) bahwa faktor perlengkapan


mempengaruhi pelaksanaan triage. Faktor perlengkapan meliputi perlengkapan atau peralatan triage,
dukungan antar staf baik perawat dengan perawat ataupun perawat dengan dokter. Oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa faktor perlengkapan berhubungan dengan pelaksanaan triage oleh tenaga
kesehatan.

Berdasarkan tabel 6 didapatkan data bahwa faktor model asuhan keperawatan yang tidak lengkap 18
responden (37%) menunjukkan pelaksanaan optimal dan 36 responden (67%) menunjukkan pelaksanaan
triage kurang opimal. Berdasarkan hasil uji chi square tidak didapatkan besarnya ρ karena faktor model
asuhan keperawatan di kedua IGD yang sama sehingga data yang didapatkan tidak bervariasi atau konstan,
sehingga tidak dapat dihitung nilai statistiknya.
Faktor model asuhan keperawatan yang tidak lengkap dalam penelitian ini ditunjukkan dengan
IGD mempunyai model asuhan yang dimiliki IGD ini adalah resuscitation, GP Clinic yaitu
ketenagaan yang berada di IGD adalah dokter umum, sedangkan dokter spesialis on call saja,
meskipun sebenarnya IGD ini sudah memilki dokter spesialis emergency yang hanya datang ketika
shift pagi saja. Model lain yang dimiliki oleh IGD ini adalah Maternal Neonatal Emergency Care
(early pregnancy units) serta melayani gawat medik dan gawat bedah (Medical Surgical Assesment
Units).

Hal tersebut di atas kemungkinan disebabkan karena adanya keterbatasan sumber daya yang
ada di masing-masing
154

151

Jurnal Ners Vol. 10 No. 1 April 2015: 147–157

Penelitian lain yang hal ini telah dilakukan oleh Dadashzadeh, Abbas, Farahnaz
Abdolahzadeh, Azad Rahman, Morteza Ghojazadeh (2013) bahwa dalam penelitian kualitatifnya
menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan triage dibagi menjadi 3 kategori yaitu
pertama faktor personil (keterampilan dan pengetahuan perawat), kedua faktor pasien dan ketiga
adalah faktor non personil salah satunya adalah beban kerja.

Hal tersebut di atas dikuatkan pula oleh Australian Triage Process Review (2005) menyatakan
bahwa kinerja mempengaruhi pelaksanaan triage. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa faktor kinerja
berhubungan dengan pelaksanaan triage.

Hasil penelitian menunjuk kan bahwa ada hubungan faktor pasien dengan pelaksanaan triage
oleh tenaga kesehatan. Australian Triage Process Review (2011) yang menyatakan bahwa faktor
yang mempengaruhi pelaksanaan triage adalah faktor pasien yang meliputi kepuasan atau
pengalaman pasien, karakteristik pasien, keamanan dan keselamatan pasien, lama waktu tunggu,
serta antrian (queuing).

Faktor pasien baik dengan mendapatkan pelayanan atau pelaksanaan triage optimal, hal ini
ditunjukkan dengan sebagian besar pasien sangat puas karena perawat segera berdiri dan mendekati
pasien dan membantu berpindah atau menempati bed atau kursi roda, sebagian besar pasien merasa sangat
puas karena perawat menanyakan keluhan yang dirasakan pasien dalam waktu kurang dari 5 menit,
hampir seluruh pasien sangat puas karena perawat melakukan pemeriksaan tekanan darah, nadi dan suhu
tidak lebih dari 5 menit, sebagian besar pasien sangat puas karena dokter melakukan pemeriksaan tidak
lebih dari 10 menit.

Lama waktu tunggu dalam penelitian ini merupakan ketepatan waktu yang diberikan kepada pasien
untuk mendapatkan pengobatan sesuai dengan kondisi pasien (status kegawatan pasien). Hal tersebut di
atas sesuai dengan Parasuraman dalam Yohana (2011) bahwa kemauan untuk memberikan pelayanan
dengan

cepat dan tepat berhubungan dengan kepuasan pasien.

Menurut Tarlier (2004) bahwa hubungan responsiveness ini dibentuk berdasarkan 3 elemen yaitu
respecst (hormat), trust (percaya), dan mutuality (pertolongan). Responsiveness ini ditunjukkan dalam
penelitian ini bahwa lebih dari separuh perawat segera datang dan berespons ketika pasien membutuhkan
sesuatu atau memanggil perawat, sebagian besar responden menyatakan bahwa perawat mampu mengkaji
dengan baik, hal ini sesuai dengan penelitian Toma, G, Wayne Triner, Louise-Ann McNutt (2009) yang
menyatakan bahwa kepuasan pasien berkorelasi kuat dengan keterampilan interpersonal tenaga kesehatan
dalam melakukan pengkajian.

Faktor pasien baik juga ditunjukkan dengan separuh pasien puas karena perawat atau petugas
menerima pasien dengan baik mulai dari pintu IGD, sebagian besar pasien puas karena perawat atau
dokter menjelaskan tentang kondisi dan pengobatan yang akan diterima, sebagian besar pasien juga
sangat puas karena perawat juga mengikutsertakan pasien dalam pengambilan keputusan.

Hal ini menunjukkan bahwa informasi dan komunikasi interpersonal antara perawat atau petugas
kesehatan dengan pasien berjalan dengan baik, dengan berjalannya komunikasi yang baik tersebut maka
kepuasan akan tercapai, hal ini sesuai dengan penelitian Salehi, Lesley Strawderman, Laura Ruff (2012)
pada 722 pasien di Rumah Sakit Australia menunjukkan bahwa ada hubungan yang kuat antara komunikasi
dengan kepuasan pasien, hal yang sama juga dilakukan dalam penelitian Nielsen (2004) bahwa dengan
komunikasi akan dapat meningkatkan kepuasan. Hal yang sama juga ditemukan dalam penelitian Radtke
(2013) yang melakukan observasi kepuasan pasien selama 3 bulan dan hasilnya menunjukkan terjadi
peningkatan dari 75% menjadi 87% setelah perawat melakukan komunikasi interpersonal kepada pasien
selama operan.

Berdasarkan hasil penelitian Chan JN and Chau J. (2005) dan Elder (2004) menunjukkan bahwa
kepuasan pasien berhubungan dengan pelaksanaan triage,
152

154
Analisis Faktor Pelaksanaan Triage (Nur Ainiyah, dkk.)

rumah sakit meliputi sumber daya manusia, fasilitas, kebijakan serta infrastruktur. Australian Triage
Process Review (2011) menyatakan bahwa model asuhan keperawatan mempengaruhi pelaksanaan triage,
seperti fast track, emergency short stay, pediatrics, psyciatrics emergency care centers, aged coordination
and evaluation team, GP clinics, resusciation, medical surgical assesment units, and early pregnancy.

Jika memilki model asuhan keperawatan yang lengkap maka diharapkan setelah perawat atau dokter
melakukan triage kepada pasien maka pasien akan segera dimasukkan sesuai dengan kasus atau kategori
yang terjadi pada pasien tersebut. Hal ini sesuai dengan McHugh, Megan, Kevin Van Dyke, Mark
McClelland, Mass (2011) menyatakan bahwa untuk meningkatkan jumlah pasien dan mengurangi
penuhnya pasien di IGD maka dilakukan dengan menggunakan model keperawatan salah satunya adalah
dengan Fast Track. Oleh karena model asuhan keperawatan yang dimiliki IGD yang tidak bervariasi maka
disimpulkan tidak diketahuinya hubungan antara model asuhan keperawatan dengan pelaksanaan triage.

Hasil penelitian pada Tabel 7 dapat disimpulkan faktor yang paling berhubungan dengan
pelaksanaan triage oleh tenaga kesehatan secara berurutan dimulai dari OR yang paling kecil yaitu
faktor kinerja, faktor ketenagaan dan faktor pasien.

Variabel pertama yang paling berhubungan dengan pelaksanaan triage oleh tenaga kesehatan
adalah faktor kinerja. Kinerja dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor individu, faktor organisasi, dan
faktor psikologi. faktor individu terdiri dari kemampuan keterampilan, pengalaman dan latar belakang
demografi, sedangkan faktor psikologi terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian dan motivasi,
sedangkan faktor organisasi, terdiri dari sumber daya, kepemimpinan/kebijakan, imbalan, struktur,
pembagian pekerjaan ( job description). (Gibson dalam Firmansyah, 2009).

Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja tersebut telah ditemukan dalam penelitian ini yaitu
bahwa sebagian besar mempunyai pengalaman yang cukup

lama bekerja di IGD (5-10 tahun), seluruh responden pernah mengikuti BLS, BTLS dan PPGD
sedangkan sebagian besar juga sudah mengikuti GELS. Hal ini sesuai dengan penelitian Rahmati,
Hashem. Mahboobeh Azmoon, Mohammad Kalantari Meibodi, Najaf Zare (2013) pada perawat IGD
di Iran menunjukkan terjadi peningkatan kinerja setelah diberikan pelatihan tentang triage setelah 6
minggu.

Responden yang mempunyai kinerja baik akan tetapi pelaksanaan triagenya kurang optimal, hal ini
kemungkinan disebabkan karena jumlah pasien yang sangat banyak dalam setiap shiftnya, hal ini
menunjukkan beban kerja perawat yang tinggi, pembagian job description tenaga keperawatan masih
belum terkoordionasi secara maksimal seperti tenaga perawat merangkap sebagai petugas administrasi,
tidak ada perawat yang bertanggung jawab secara khusus pada satu tingkat atau satu level tertentu.

Berdasarkan penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Cone, K.J. and R. Murray, (2002) di temukan
4 tema utama yang mempengaruhi pelaksanaan triage yaitu sifat-sifat pribadi, karakteristik kognitif,
karakteristik perilaku, dan pengalaman. Salah satu bagian dari karakteristik perilaku kinerja perawat.
Penelitian yang juga dilakukan oleh Andersson, A. K., Omberg, M., & Svedlund, M. (2006) yang diikuti
oleh 81 IRD yang ada di Belanda yang terdiri dari manajer,
perawat, dan dokter menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
pedoman triage yaitu kinerja perawat, tingkat pengetahuan, wawasan dan keterampilan, motivasi,
dukungan, informasi dokter, pengaturan shift untuk implementasi, deskripsi tugas dan tanggung jawab,
beban kerja dan sumber daya.

Variabel kedua yang berhubungan dengan pelaksanaan triage yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
adalah faktor ketenagaan. Faktor ketenagaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah perawat di
IGD, jumlah satu shift, pendidikan terakhir yang perawat yang bekerja di IGD, pelatihan lanjutan yang
pernah diikuti. Hal ini didukung oleh penelitian Dadashzadeh, Abbas, Farahnaz Abdolahzadeh, Rahmani,
Morteza Ghojazadeh
155 Jurnal Ners Vol. 10 No. 1 April 2015: 147–157

(2013) yang menunjukkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pelaksanaan triage
adalah faktor personil yang meliputi keterampilan perawat (pengkajian, pendidikan dan
pengalaman).

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara faktor kinerja (
performance) dengan pelaksanaan triage oleh tenaga kesehatan, ada hubungan faktor pasien dengan
pelaksanaan triage oleh tenaga kesehatan, ada hubungan faktor ketenagaan dengan pelaksanaan
triage oleh tenaga kesehatan, ada hubungan faktor perlengkapan dengan pelaksanaan triage oleh
tenaga kesehatan di Instalasi Gawat Darurat serta tidak ada hubungan antara faktor model asuhan
keperawatan dengan pelaksanaan triage di Instalasi Gawat Darurat dikarenakan tidak bisa dilakukan
uji statistik. Faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan pelaksanaan triage adalah
faktor kinerja, faktor ketenagaan dan faktor pasien.

Saran

Diharapkan kepada pihak rumah sakit meningkatkan motivasi kerja, mengoptimalkan


ketenagaan perawat dengan cara memberikan job description secara jelas, memperbaiki sistem
management yang terkait dengan beban kerja perawat, serta meningkatkan kualitasnya dengan
mengikuti pelatihan Triage Office Course secara bergantian.
KEPUSTAKAAN

Andersson, A.K., Omberg, M., & Svedlund, M. 2006. Triage in the emergency department a
qualitative study of the factors which nurses consider when making decisions. British
Association of Critical Care Nurse, 11, 136–145.

Agustina, R. 2009. Hubungan antara Gaya Kepemimpinan dengan Kreativitas Karyawan:


Analisis Pengarh Mediasi Pemikiran Kreatif dan Motivasi Intrinsik pada Karyawan di
Industri

Media. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Chan JN dan Chau J., 2005. Patient Satisfaction with Triage Nursing Care in Hong Kong. J Adv Nurs; 50(5): 498–507.

Chen YM and Johantgen ME., 2010. Magnet Hospital Attributes in European Hospitals: A Multilevel Model
of Job Satisfaction. Int J Nurs Stud. 2010 Aug; 47(8): 1001–12.

Cone, K. J. and R. Mur ray. 2002. Characteristics, Insights, Decision Making, and Preparation of ED Triage
Nurses. Journal of emergency nursing. 28(5): p. 401–406.

Dadashzadeh, A., Farahnaz A., Azad R., Morteza G., 2013. Factors Affecting Triage Decision-Making From
The Viewpoints of Emergency Department Staff in Tabriz Hospitals, Iran J Crit Care Nurs; 6(4):
269–276.

Doran, D., Amy S.M., Martin G. E., Kathleen M., Linda M.H., Dorothy P., Susan S., Antonio V., 2004.
Impact of the Manager’s Span of Control on Leadership and Performance. Canadian Health Services
Research Foundation. Ontario Ministry of Health and Long-Term Care Nursing Effectiveness,
Utilization and Outcomes Research Unit, Faculty of Nursing, University of Toronto.

Fathoni, M., Hathairat S., Praneed S., 2010. Relationships between Triage Knowledge, Training, Working
Experiences and Triage Skills among Emergency Nurses in East Java, Indonesia. Nurse Media
Journal of Nursing, 3, 1, 2013, 511–525.

Firmansyah, M. 2009. Pengaruh Karakteristik Organisasi terhadap Kinerja Perawat d alam mela k sa na k a n Asu
ha n Keperawatan untuk Membantu Promosi Kesehatan di Rumah Sakit Umum Sigli. Tesis. Universitas
Sumatera Utara.

Fujino Y, Tanaka M, Yonemitsu Y, Kawamoto R. 2014. The relationship between characteristics of nursing
performance and years of experience in nurses with high emotional intelligence. Int J Nurs Pract.
2014 Apr 8. doi: 10.1111/ijn. 12311.

156

Anda mungkin juga menyukai