Di susun oleh :
Kelas/tingkat : 1A/1
UNIVERSITAS BENGKULU
1. Keperawatan Gawat Darurat
Keperawatan gawat darurat bersifat cepat dan perlu tindakan yang tepat, serta
memerlukan pemikiran kritis tingkat tinggi. Perawat gawat darurat harus mengkaji pasien
meraka dengan cepat dan merencanakan intervensi sambil berkolaborasi dengan dokter gawat
darurat. Dan harus mengimplementasikan rencana pengobatan, mengevaluasi evektivitas
pengobatan, dan merevisi perencanaan dalam parameter waktu yang sangat sempit. Hal
tersebut merupakan tantangan besar bagi perawat, yang juga harus membuat catatan
perawatan yang akurat melalui pendokumentasian.
Di lingkungan gawat darurat, hidup dan mati seseorang ditentukan dalam hitungan
menit. Sifat gawat darurat kasus memfokuskan kontribusi keperawatan pada hasil yang
dicapai pasien, dan menekankan perlunya perawat mencatat kontribusi profesional mereka.
2. Standar keperawatan
Standar keperawatan merupakan tingkat pelaksanaan yang perawatnya memegang
tanggung jawab, dan didevinisikan sebagai cara seorang perawat yang bijaksana akan
memberikan peratawan lingkungan yang sama atau serupa. Pada tahun 1983, emergency
nurses association (ENA) membuat standar keperawatan untuk semua perawat profesional
yang bekerja di lingkungan gawat darurat. Selanjutnya standar tersebut berfungsi sebagai
rujukan untuk menentukan apakah kelalaian perawat gawat darurat menyebabkan atau
berperan terhadap hasil pasien yang merugikan.
3. Rekam Medik
Catatan rekam medik memiliki 3 manfaat utama:
1). Rekam medis gawat darurat adlah catatan penting informasi pasien yang berguna untuk
diagnosis dan pengobatan
2). Rekam medis digunakan untuk mempermudah pengantian biaya untuk intitusi
3). Rekam medis merupakan catatan legal tentang pasien. Beberapa informasi mungkin saja
diperlukan tidak dalam kaitannya dengan perjalan klinis, seperti untuk investigasi forensik
yang melibatkan pernyataan korban, mekanisme cedera, pola luka dan sebagainya.
4. Pentingnya Dokumentasi
Melakukan dokumentasi secara akurat dalam rekam medis adalah salah satu cara
terbaik bagi perawat klinis untuk membela diri dari tuntutan hukum karena kelalaian dalam
pemberian perawatan
Pemahaman perawat dalam tanggung jawab profesionalnya yang dicapai dengan
pembelajaran standar spesialis nasional, akan meningkatkan apresiasi mereka terhadap nilai
dokumentasi sebagai alat pembuktian bahwa perawat telah memenuhi tugas-tugasnya
8. Implementasi
Standar praktik ENA yang berkaitan dengan implementasi menyatakan,perawat gawat
darurat harus mengimplementasikan rencana perawatan berdasarkan data pengkajian,
diagnosis keperawatan dan diagnosis medis (ENA 1995)
Berikut ini beberapa contoh tindakan perawat gawat darurat dalam pendokumentasian:
1). pemberian obat
Perawat harus mencatat lokasi injeksi IM, jumlah dan jenis obat.
2). selang nasogastrik
Harus di dokumentasikan pemasangan dan pemeriksaan termasuk warna dan jumlah
haluaran.
3). akses IV
Ketika pemasangan IV perawat harus mendokumentasikan bahwa teknik aseptik sudah di
gunakan,darah belum di ambil, tidak ada pembengkakan atau kemerahan yang terjadi pada
daerah penusukan jarum.
Identitas Klien
Keluhan Utama :
Pengkajian Primer
Airway
Breathing
Circulation
Disability
Eksposure
Pengkajian Sekunder
Kepala
Leher
Thorak
Abdomen
Ekstremitas
Integumen
Pemeriksaan Penunjang & Terapi Medis
Radiologi Laboratorium Darah Pemeriksaan Lain Terapi Medis
KRITIS
Lembar alur merupakan dasar dokumentasi keperawatan kritis. Lembar alur yang
dibuat dengan baik dan komprehensif mengkomunikasikan dan mencerminkan standar
perawatan populasi pasien utama yang dilayani oleh unit. Data harus diatur sedemikian rupa
sehingga pengkajian dan intervensi rutin dapat ditentukan sebelumnya dan perawat diminta
untuk memastikan bahwa dokumentasinya lengkap dan mencakup semua area penting
intervensi keperawatan. Tergantung dari populasi pasien yang dilayani, petunjuk tersebut bisa
bervariasi; misalnya, lembar alur unit perawatan intensif kardiovaskular (cardiovascular
intensif care unit, CVICU) memiliki berbagai parameter pengkajian khusus yang
mengarahkan perawat untuk mendokumentasikan kualitas dan jumlah drainase selang dada
pada setiap jam, sedangkan catatan unit perawatan koroner (coronary care unit, CCU) tidak
menspesifikkan hal ini karena pasien dengan infark miokard akut tidak secara rutin memakai
selang dada. Proses aktual untuk merancang lembar alur tidak dibahas dalam diskusi ini,
tetapi kotak di bawah ini dapat mencantumkan sumber-sumber informasi yang dapat
membantu pembuatan lembar alur.
Rancangan lembar alur dapat bervariasi sesuai dengan organisasi yang membuatnya.
Beberapa organisasi membuat format terbuka seperti peta jalan; misalnya, sebuah lembar alur
berukuran empat kali lembar kertas ukuran 21,59 x 27,94 cm yang dilipat keluar menjadi
81,28 x 27,94 cm, tetapi terdiri dari 8 sisi. Bentuk landscape menampilkan informasi yang
mengisi ruang lembaran sehingga semua parametr yang signifikan dapat dilihat pada catatan
intervensi. Organisasi lain lebih memilih untuk menyimpan halaman informasinya dalam
bentuk potrait. Halaman tersebut juga dapat dilipat untuk mendapatkan dokumen yang padat.
Tanpa memikirkan bentuk format, informasi seperti tanda vital, pemberian obat, data
laboratorium, dan pengkajian kontinu lainnya serta informasi intervensi, umumnya
ditempatkan dengan sangat jelas. Rutinitas lainnya atau informasi ‘skenario’, seperti
intervensi keperawatan atau pengkajian seluruh tubuh, akan tersimpan lebih strategis dalam
format tersebut. Kolom waktu umumnya dikosongkan, yang memungkinkan perawat untuk
merancang sendiri frekunsi pengukuran tanda vital atau kejadian lainnya berdasarkan status
pasien. Hasilnya, satu format atau kumpulan banyak format dapat mewakili dokumentasi
periode 24 jam. selama periode waktu tertentu.
Tujuan lembar alur adalah memberikan catatan status pasien yang berkelanjutan dan
kontinu. Hal ini berarti terjadi peningkatan rentang dari beberapa menit sampai sekali setiap
jam. Tetapi, perawat harus ingat bahwa lembar alur hanya selembar gambaran total
dokumentasi proses keperawatan, yang digunakan untuk membantu catatan perkembangan
dan lembaran dokumentasi lain untuk menggambarkan secara lengkap pemberian pelayanan
keperawaan kepada klien. Dokumentasi harus mencakup perhatian semua aspek proses
keperawatan, yaitu: pengkajian, diagnosis, perencanaan, intervensi, dan evaluasi.
Dokumentasi respons, perkembangan atau perburukan pasien serta hasil yang sudah dicapai
pasien juga merupakan bagian yang diperlukan dari dokumentasi.
SUMBER-SUMBER LIABILITAS
Vieira (1997) mencatat bahwa dalam tinjauan liabilitas profesional suatu dasar
perusahaan asuransi, tuntutan yang banyak diidentifikasi selalu melibatkan masalah
dokumentasi (tentang tidak cukupnya atau kurangnya dokumentasi). Ia menjelaskan kasus
berikut sebagai contoh kurangnya pendokumentasian:
Bagian ini mendiskusikan masalah dokumentasi yang sering memengaruhi pembelaan
diri perawat ICU dalam kasusu tuntutan hukum. Sumber liabilitas meliputi hal-hal berikut:
Pengabaian pemikiran kritis
Evaluasi status pasien yang tidak adekuat
Hilangnya atau tidak lengkapnya dokumentasi perubahan kondisi pasien sebelum henti
napas/henti jantung dan resusitasi
Dokumentasi tentang pemberitahuan kepada dokter berkaitan dengan perubahan kondisi
pasien.
Dokumentasi henti napas/jantung dan upaya resusitasi dibuat pada lembar kode dan
strip irama jantung. Lembar alur dan catatan perkembangan perawat harus mencerminkan
data pengkajian sebelum dan sesudah kode. Lembar kode, catatan perkembangan, strip irama
jantung, dan lembar alur harus mencerminkan pencatatan yang konsisten tentang peristiwa
sehingga mencerminkan pemberian perawatan secara akurat. Evaluasi terdiri dari
perbandingan data yang didokumentasikan dengan standar perawatan ACLS terbaru.