Anda di halaman 1dari 16

“ KONSEP KEPERAWATAN KRITIS“

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Kritis

Disusun oleh:

KELOMPOK 1 Kelas 3A Kep

ADIZHA ABRILLA 18.156.01.11.003

AFIF IBNU ROSYID 18.156.01.11.005

ELFRIDA RYAMA BR HUTABARAT 18.156.01.11.009

MELISA 18.156.01.11.022

OCTAVIANI ELPA RESI 18.156.01.11.027

RISMA AYU GURNING 18.156.01.11.029

ROSDIANA MANALU 18.156.01.11.030

WILYSA MANIA 18.156.01.11.035

YANA APRIYANI RINDIANTIKA 18.156.01.11.036

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA

TAHUN 2020/2021
A. KONSEP KEPERAWATAN KRITIS

1) DEFINISI KEPERAWATAN KRITIS

Keperawatan kritis adalah keahlian khusus dalam ilmu perawatan yang menghadapi
secara rinci dengan manusia yang bertanggung jawab atau masalah yang mengancam jiwa
(American Association of Critical-Care Nurses).

Ilmu perawatan kritis adalah bidang keperawtan dengan suatu focus pada penyakit yang
kritis atau pasien yang tidak stabil. Perawat kritis dapat ditrmukan bekerja pada lingkungan yang
luas dan khusus, seperti Departemen Keadaan darurat dan Unit Gawat Darurat (Wikipedia, 2014)

Keperawatan Kritis adalah penilaian dan evaluasi secara cermat dan hati-hati terhadap
suatu kondisi krusial dalam rangka mencari penyelesaian/jalan keluar. Keperawatan kritis
merupakan salah satu spesialisasi di bidang keperawatan yang secara khusus menangani respon
manusia terhadap masalah yang mengancam hidup.

Keperawatan kritis adalah suatu bidang yang memerlukan perawatan pasien yang
berkualitas tinggi dan konperhensif. Untuk pasien yang kritis, waktu adalah vital. Proses
keperawatan memberikan suatu pendekatan yang sistematis, dimana perawat keperawatan kritis
dapat mengevaluasi masalah pasien dengan cepat. Proses keperawatan adalah susunan metode
pemecahan masalah yang meliputi pengkajian, analisa, perencanaan ,implementasi, dan evaluasi.
The American Asosiation of Critical care Nurses (AACN) menyusun standar proses keperawatan
sebagai asuhan keperawatan kritikal.

2) RUANG LINGKUP KEPERAWATAN KRITIS

American Association of Critical Care Nurses (AACN) menyatakan bahwa asuhan


keperawatan kritis mencakup diagnosis dan penatalaksanaan respon http://esaunggul.ac.id 3 / 11
manusia terhadap penyakit yang aktual atau potensial yang mengancam kehidupan
(AACN,1989).
Lingkup praktik asuhan keperawatan kritis didefinisikan dengan interaksi perawat kritis,
pasien dengan penyakit kritis, dan lingkungan yang memberikan sumbersumber adekuat untuk
pemberian perawatan. Pasien yang masuk ke lingkungan keperawatan kritis menerima asuhan
keperawatan intensif untuk berbagai masalah kesehatan.

Serangkaian gejala memiliki rentang dari pasien yang memerlukan pemantauan yang sering
dan membutuhkan sedikit intervensi sampai pasien dengan kegagalan fungsi multisistem yang
memerlukan intervensi untuk mendukung fungsi hidup yang mendasar. Pada umumnya
lingkungan yang mendukung rasio perbandingan perawat – pasien yaitu 1:2 (tergantung dari
kebutuhan pasien), satu perawat dapat merawat tiga pasien dan, terkadang seorang pasien
memerlukan bantuan lebih dari satu orang perawat untuk dapat bertahan hidup. Dukungan dan
pengobatan terhadap pasien-pasien tersebut membutuhkan suatu lingkungan yang informasinya
siap tersedia dari berbagai sumber dan diatur sedemikian rupa sehingga keputusan dapat diambil
dengan cepat dan akurat.

3) PRINSIP KEPERAWATAN KRITIS

Pasien kritis adalah pasien dengan perburukan patofisiologi yang cepat dapat menyebabkan
kematian. Ruang untuk mengatasi pasien kritis dirumah sakit terdiri dari : Unit Gawat Darurat
(UGD) dimana pasirn diatasi untuk pertama kali, Unit Perawatan Intensif (ICU) adalah bagian
untuk mengatasi keadaan kritis sedangkan bagian yang lebih memusatkan perhatian kepada
penyumbatan dan penyempitan pembuluh darah koroner yang disebut unit perawatan intensif
Koroner Intensif Care Coronary Unit (ICCU). Baik UGD, ICU, maupun ICCU adalah unit
perawatan pasien kritis dimana perburukan patofisoiologi dapat terjadi secara cepat yang dapat
berakhir dengan kematian.

Prioritas dari gawat darurat tiap pasien gawat darurat mempunyai tingkat kegawatan yang
berbeda, dengan demikian mempunyai prioritas pelayanan prioritas yang berbeda. Oleh karena
itu diklasifikasikan pasien kritis atas:

a. Exigent :
Pasien yang tergolong dalam keadaan gawat darurat 1 dan memerlukan pertolongan
segera. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah pasien dengan obstruksi jalan nafas,
fibrilasi ventrikel, ventrikel takikardi dan cardiac arest.
b. Emergent :
Yang disebut juga dengan gawat darurat 2 yang memerlukan pertolongan secepat
mungkin dalam beberapa menit. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah miocard
infark, aritmia yang tidak stabil dan pneumothoraks.
c. Urgent :
Yang termasuk kedalam gawat darurat 3. Dimana waktu pertolongan yang dilakukan
lebih panjang dari gawat darurat 2 akan tetapi tetap memerlukan pertolongan yang cepat
oleh karena dapat mengancam kehidupan, yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah
ekstraserbasi asma, perdarahan gastrointestinal dan keracunan.
d. Minora tau non urgent :
Yang termasuk ke dalam gawat darurat 4, semua penyakit yang tergolong kedalam yang
tidak mengancam kehidupan.
B. PROSES KEPERAWATAN PADA AREA KEPERAWATAN KRITIS

Proses Keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan terorganisasi dalam
pemberian asuhan keperawatan, yang difokuskan pada reaksi dan respons unik individu
pada suatu kelompok atau perorangan terhadap gangguan kesehatan yang dialami, baik
actual maupun potensial (Deswani, 2011).
Menurut Setiadi (2011), pada dasarnya proses keperawatan adalah suatu metode
ilmiah yang sistematis dan terorganisir untuk memberikan asuhan keperawatan kepada
klien. Proses keperawatan adalah satu pendekatan untuk pemecahan masalah yang
memampukan perawat untuk mengatur dan memberikan asuhan keperawatan ( Potter &
Perry, 2005 ).
1) Tujuan Proses Keperawatan
Potter & Perry (2005) menjelaskan tujuan dari proses keperawatan adalah
mengidentifikasi kebutuhan perawatan kesehatan klien, menentukan prioritas,
memberikan intervensi keperawatan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan klien,
dan mengevaluasi keefektifan asuhan keperawatan dalam mencapai hasil dan tujuan klien
yang diharapkan. Muhlisin ( 2011 ) menjelaskan bahwa penerapan proses keperawatan
dalam pemberian asuhan keperawatan mempunyai beberapa tujuan, yaitu :
1. Sebagai standar pemberian asuhan keperawatan.
2. Mempraktekkan metode pemecahan masalah dalam praktek keperawatan.
3. Memperoleh metode yang baku, sistematis, dan rasional.
4. Memperoleh metode yang dapat digunakan dalam berbagai macam situasi.
5. Memperoleh hasil asuhan keperawatan dengan kualitas tinggi.
2) Standar asuhan keperawatan intensif
Standar asuhan keperawatan intensif adalah acuan minimal asuhan keperawatan
yang harus diberikan oleh perawat di unit/intalasi perawatan intensif. Asuhan
keperawatan intensif adalah kegiatan praktek keperawatan intensif yang diberikan pada
pasien/keluarga. Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan yang merupakan metode ilmiah dan panduan dalam memeberikan asuhan
keperawatan yang berkualitas guna mengatasi masalah pasien. Langkah-langkah yang
harus dilakukan meliputi pengkajian, masalah/diagnose keperawatan, rencana tindakan
dan evaluasi (kemenkes, 2006)
3) Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada pasien kritis merupakan tahap awal yang sangat
penting untuk menentukan rencana keperawatan berikutnya mengingat kondisi pasien
yang belum stabil. Ada beberapa model pengkajian yang telah dikembangkan, antara lain
model pengkajian dari the Nort Coast Area Health Service yang mengelompokkan
menurut sistim tubuh, Functional Health Pattern yang dikembangkan oleh Lewis (2000),
Pengkajian kritis yang dikembangkan oleh Bemis (2001) dan model pengkajian lainnya.
Pengakajian awal di dalam keperawatan intensif sama dengan pengkajian umumnya
yaitu dengan pendekatan sistem yang meliputi aspek bio-psiko-sosio kultural-spiritual,
namun ketika klien yang dirawat telah menggunakan alat-alat bantu mekanik seperti alat
bantu napas, hemodialisa, pengkajian juga diarahkan ke hal-hal yang lebih khusus yakni
terkait dengan terapi dan dampak dari penggunaan alat-alat tersebut. (Kemenkes, 2006)
Pengkajian di ICCU meliputi pengkajian sebelum pasien datang, segera setelah
datang, segera setelah pasien datang, pengkajian lengkap dan pengkajian berkelanjutan.
(modul pelatihan intensif, 2015)
 Pengkajian sebelum pasien datang (pre arrival)
o Sebelum pasien akan dikirim, dilakukan pengkajian meliputi identitas pasien,
diagnose, tanda vital, alat bantu infasive yang dipakai, modus ventilasi mekanik
yang sedang dipakai bila pasienmengunakan ventilator.
o Tujuan pengkajian :
 Untuk persiapan penerimaan pasien saat datang di ICCU.
 Agar saat pasien datang di icu, semua peralatan yang dibutuhkan tersedia
dan siap digunakan.
 Persiapan dokter spesialis terkait yang harus dihubungi.
 Untuk dokumentasi dan data rumah sakit.
 Pengkajian ICCU
o Pengkajian segera (quick assessment)
 Pengkajian segera setelah pasien tiba di ICCU meliputi ABCDE yaitu
Airway, breathing, circulation, drugs (obat-obatan yang saat ini dipakai
termasuk apakah alergi terhadap obat atau makanan tertentu) dan
equipment (adakah alat yang terpasang pada pasien.
 Perawat penerima pasien segera menilai dan melakukan kajian kondisi
pasien saat itu kemudian perawat melakukan serah terima, hal-hal yang
terkait dengan pasien dan mencatat pada lembar observasi.
 Ada beberapa model pengkajian keperawatan yang dapat digunakan untuk
mengkaji pasien. Barrett, Gretton dan Quinn (2006) menjelaskan
pengkajian primer pada pasien penyakit jantung secara umum adalah
sebagai berikut:
 Airway
o Apakah jalan nafas paten?
o Apakah pasien diam, apakah suara nafas pasien bersih atau
tidak jernih?
o Apakah ada darah atau muntahan di sekitar mulut yang
berpotensi terjadi sumbatan jalan nafas?
o Apakah ada injuri pada hidung, mulut atau tenggorokan
yang berdampak pada cidera jalan nafas?
o Apakah wajah atau tenggorokan pasien kemerahan dan
bengkak yang mengindikasikan adanya infeksi atau
peradangan jalan nafas? Jika tanda-tanda tersbut positif
maka harus segera dilakukan upaya proteksi jalan nafas.
o Apakah mulut dapat dibukan dengan aman? Jika ya apakah
ada sumbatan benda asing dan apakah dapat dikeluarkan?
o Jika ada cairan pada jalan nafas apakah bisa disuction?
o Jika tidak apakah pasien dapat dimiringkan untuk
membantu mengeluarkan cairan pada mulut dan hidung?
o Apakah jalan nafas dapat dibuka dengan manuver headtilt,
chin-lift atau jaw thrust?Saat terbuka apakah jalan nafas
dapat diamankan dengan oropharyngeal atau
nasopharyngeal airway atau laryngeal mask airway?
 Breathing
o Dengan Look, Listen dan Feel selama 10 detik, apakah
pasien bernafas? Jika tidak bernafas segera cari bantuan
dan mulai RJP
o Jika pasien bernafas, bagaimana rata-rata kecepatannya
disbanding sebelumnya?
o Jika anda tidak tahu, apakah pasien takipnea ekstrim (≥ 40
kali / menit) atau bradipnea ≤ 6 kali / menit?
o Apakah suara nafas pasien gemuruh atau kasar?
o Apakah kulit pasien pucat?
o Apakah oksigen aliran tinggi perlu segera diberikan?
 Circulation
o Apakah nadi teraba dengan palpasi nandi karotis 10 detik?
o Jika teraba bagaimana karakternya?
o Jika anda tidak tahu, apakan pasien takikasre ekstrim (≥140
kali / menit atau bradikardia (≤40 kali / menit). Apakah
nadi teratur?
o Apakah tekanan darah pasien turun dengan signifkan?
o Jika tekanan darah tidak terukur apakah pasien punya tanda
yang

o Pengakajian lengkap (comprehensive assessment)

Pengkajian riwayat kesehatan lalu, riwayat social, riwayat psikososial dan spiritual
serta pengkajian fisik dari sistem tubuh (sistem neurologi, respirasi, kardiovaskuler, renal,
gartrointestinal, endokrin, hematologic dan immunologi serta integument) dan pengkajian
resiko jatuh menggunakan humty dumty pada anak, skala morse pada dewasa dan
geriatric pada lansia. Pengkajian nyeri juga dapat dilakukan pada area kritis. Hasil
penelitian Prawesti, Ibrahim, Nursiswati (2016) menyebutkan bahwa Behavioural pain
scales (BPS) dan Critical pain observation tools (CPOT) adalah alat penilaian nyeri yang
dapat digunakan dalam menilai rasa sakit dan meningkatkan manajemen nyeri pada
pasien kritis. CPOT lebih mudah digunakan dan aplikatif karena memiliki defnisi
operasional yang jelas

o Pengkajian berkelanjutan (on going assessment)

Kontinuitas monitoring kondisi pasien setiap 1-2 jam pada saat kritis, selanjutnya
sesuai kondisi pasien. Hal-hal yang dikaji meliputi hemodinamik, balance cairan dan alat-
alat yang dipakai pada saat masuk icu .

4) Penetapan masalah/diagnose keperawatan

Setelah melakukan pengkajian data dikumpulkan dan diintrepretasikan kemudian


dinanalisa lalu ditetapkan masalah/diagnose keperawatan berdasarkan data yang
menyimpang dari keadaan fisiologis. Kriteria hasil ditetapkan untuk mencapai tujuan dari
tindakan keperawatan yang diformulasikan berdasarkan pada kebutuhan klien yang dapat
diukur dan realistis (craven & himle, 2000).
Contoh diagnose keperawatan yang sering muncul pada intensif care adalah :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif (RC : Sepsis)
b. Gangguan pertukaran gas : Airway-Obstruction (RC : Acidosis
(metabolic Respiratory)
c. Pola nafas tidak efektif (RC : Hypoxemia)
d. Gangguan perfusi jaringan (RC : Hypoxemia)
e. Nyeri Akut (RC : Syok Neurogenik)
f. gangguan intergritas kulit/jaringan (RC : Sepsis)
g. Resiko jatuh
5) Perencanaan
Perencanaan tindakan keperawatan dibuat apabila diagnose telah diproritaskan.
Langkah awal adalah :
 Merumuskan tujuan :
 berfokus pada pasien
 jelas dan singkat
 dapat diukur dan diobservasi
 realistis
 ada target waktu
 melibatkan peran serta masyarakat
 Rencana tindakan :
 tetapkan tehnik dan prosedur yang akan digunakan
 mengarah pada tujuan yang akan dicapai
 realistis
 disusun berurutan da nada rasionalnya
 kriteria hasil :
 menggunakan kata kerja yang tepat
 dapat dimodifikasi
 spesifik
6) Implementasi Keperawatan
Semua kegiatan yang dilakukan dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
klien sesuai dengan rencana tindakan. Hal ini penting untuk mendukung pencapaian
tujuan. Tindakan keperawatan dapat dalam bentuk observasi, tindakan prosedur tertentu,
tindakan kolaboratif dan pendidikan kesehatan dala tindakan perlu ada pengawasan terus
menerus terhadap kondisi klien termasuk evaluasi perilaku.
7) Evaluasi
Evaluasi adalah langkah kelima dalam proses keperawatan dan merupakan dasar
pertimbangan yang sistematis untuk menilai keberhasilan tindakan keperawatan dan
sekaligus merupakan alat untuk melakukan pengkajian ulang dalam upaya melakukan
modifikasi/revisi diagnose dan tindakan. Evaluasi dapat dilakukan setiap akhir tindakan
peberian asuhan yang disebut sebagai evaluasi proses dan evaluasi hasil yang dilakukan
untuk menilai keadaan kesehatan klien selama dan pada akhir perawatan. Evaluasi dicatat
pada catatan perkembangan klien.
C. PERAN DAN FUNGSI KEPERAWATAN KRITIS

1) TEAM LAPANGAN

Merekomendasikan pembentukan tim lapangan pada semua trust akut. Tim ini
terbentuk sesuai dengan filosofi perawatan intensiftanpa batas sebagai salah satu aspek
dari pelayanan perawatanm kritis (Gwinnutt 2006).

Tujuan dari team lapangan ini adalah :

o Berupaya agar pasien tidak perlu ke ICU dengan mengidentifikasi


pasien yang mengalami perburukan dan juga membantu untuk
mencegah agar pasien tidak perlu masuk ke ICU atau memastikan
hasil akhir yang terbaik.
o Memungkinkan pengeluaran pasien dari ICU dengan memberikan
dukungan, baik saat pasien keluar dari ICU dan berada dalam ruang
perawatan yang secara kontinu menunjukkan kesembuhan maupun
setelah pasien keluar dari rumah sakit.
o Memberikan keterampilan perawatan kritis kepada staf di ruang
perawatan dan komunitas, memastikan bertambahnya kesempatan
pelatihan dan praktik keterampilan , serta menggunakan informasi
http://esaunggul.ac.id 5 / 11 yang diperoleh dari ruang perawatan dan
komunitas untuk memperbaiki pelayanan perawatan kritis bagi pasien
dan keluarganya.

2) PERAN PERAWAT KRITIS SEBAGAI ADVOKAT

Pengembangan fungsi adaptif berarti perawat bernegosiasi untuk pasien. Karena


pasien dengan penyakit kritis sering kali tidak dapat secara efektif mengatasi masalah
fisiologis dan lingkungan. Sehingga perlu bagi perawat mengerjakannya untuk pasien apa
yang tak mampu mereka kerjakan untuk diri mereka sehingga energy disimpan.
Sebagai advokat pasien, perawat harus mengindari penambahanbeban yang
meningkatkan kebutuhan pasien untuk berinteraksi bila interaksi tidak mengembangkan
adaptasi. Sebagai contoh, energy pasien terpakai untuk rasa takut terhadap peralatan
didekatnya tidak membantu memakai energy dengan menanyakan hal tersebut dan
mendengarkan pengulangan. Demikian juga, energy bertambah pada kebutuhan untuk
secara tetap mendapatkan cinta seseorang tetap ada, tak sebanding dalam penggunaan
energy untuk berhubungan dengan orang tersebut.

Pengembangan keamanan pada pasien penyakit kritis meliputi penurunan


kerentanan fisiologik dan emosional. Perasaan aman hilang atau sedikitnya menurun
secara bermakna kapan pun ada penurunan fungsi pengendalian tubuh. Hilangnya
pengendalian bervariasi mulai dari kelelahan dan kelemahan sampai paralisi. Hal ini
dapat diakibatkan oleh patologi, lingkungan (contoh, pembatasan oleh selang IV atau
mesin), atau keduanya dari kelelahan dan kurang tidur karena ketidaknyaman fisik, atau
dari kelelahan fisiologis (contoh, dyspnea dan kelebihan beban sensori).

Sehubungan dengan penurunan atau hilangnya pengendalian, perawat melakukan


intervensi untuk meningkatkan rasa aman pasien. Hal ini diselesaikan dengan
menggunakan keterampilan, alat-alat, obatobatan, dan interaksi, memberikan bantuan
pernapasan dengan respirator, dengan mendorong latihan pernapasan , atau dengan
tinggal bersama pasien saat pasien ansietas dan kesepian. Pengenalan kebutuhan rasa
aman pasien merupakan elemen penting dalam pendekatan holistic asuhan keperawatan.
Selain itu, hal ini sangat mempertimbangkan “keseluruhan” pasien yang memungkinkan
perawat untuk menetapkan prioritas sebagai negosiator pasien.

3) PERAWAT CRITICAL CARE

Mempunyai Berbagai Peran Formal yaitu :

 Bedsite nurse :
o Peran dasar dari perawatan kritis. Hanya mereka yang selalu bersama 24 jam
dari 7 hari seminggu
 Pendidik critical care :
o Mengedukasi pasien
 Care manajer :
o Mempromosikan perawat yang sesuai dan tepat waktu
 Manager unit atau departemen (kepala bagian) :
o Menjadi pengarah

 Perawat klionis spesialis :


o Dapat membantu membuat rencana asuahan keperawatan
 Perawat praktisi : mengelola terapi dan pengobatan
o Pada akhirnya perawat critical care mengkoordinasikan dengan tim
mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan :
o Menyediakan pendidikan dan dukungan untuk membantu pasien atau
mengganti pasien yang ditunjuk membuat keputusan.
o Mewakili pasien sesuai dengan pilihan pasien.
o Mendukung keputusan dari pasien atau menganti yang di tunjuk, atau
perawatan transfer pasien kritis sama-samaberkualitas.
o Berdoa bagi pasien yang tidak dapat berbicara untuk mereka sendiri.
o Memantau dan menjaga kualitas perawatan pasien.
o Bertindak sebagai penghubung antara pasien, keluarga, dan
professional kesehatan lainya.
D. ISU END OF LIFE DI KEPERAWATAN KRITIS

End of life end merupakan salah satu tindakan yang membantu meningkatkan
kenyamanan seseorang yang mendekati akhir hidup . end of life akan membantu pasien
meninggal dengan bermartabat. Pasien yang berada dalam fase tersebut biasanya
menginginkan perawatan yang maksimal dan dapat meningkatkan kenyamanan pasien
tersebut.
End of life merupakan bagian penting dari keperawatan paliatif yang diperuntukkan bagi
pasien yang mendekati akhir kehidupan. End of life care bertujuan untuk membantu
orang hidup dengan sebaik baiknya dan meninggal dengan bermartabat . dan salah satu
kegiatan membantu memberikan dukungan psikososial dan spiritual. Jadi dapat
disimpulkan bahwa merupakan salah satu tindakan keperawatan yang difokuskan pada
orang yang telah berada di akhir kehidupan.
Prinsip – prinsip End of life menurut NSW healty ( 2005 ) antara lain :
 Menghargai kehidupan dan perawatan dalam kematian tujuan utama dari
perawatan adalah mempertahankan kehidupan, namun ketika hidup tidak dapat
dipertahankan, tugas perawatan adalah untuk memberikan kenyamanan dan
martabat kepada pasien yang sekarat dan mendukung orang lain melakukannya.
 Hak untuk mengetahui dan memilih semua orang yang menerima keperawatan
kesehatan memiliki hak untuk diberitahu tentang kondisi mereka dan pilihan
pengobatan mereka . mereka memilih hak untuk menerima atau menolak
pengobatan dan memperpanjang hidup. Pemberi pengobatan memiliki kewajiban
etika dan hukum untuk mengetahui dan menghormati pilihan pilihan sesuai
pedoman.
 Menahan dan menghentikan pengobatan dalam mempertahankan hidup perawatan
end of life yang tepat harus bertujuan untuk memberikan pengobatan yang terbaik
untuk individu . ini berarti bahwa tujuan utama perawatan untuk mengakomodasi
kenyamanan dan martabat , maka menahan atau menarik intervensi untuk
mempertahankan hidup mungkin diperbolehkan dalam kepentingan terbaik untuk
pasien yang sekarat
 Sebuah pendekatan kolaboratif dalam perawatan keluarga dan tenaga kesehatan
memiliki kewajiban untuk bekerja sama membuat keputusan bagi pasien yang
kurang bisa dalam pengambilan keputusan dengan mempertimbangkan keinginan
pasien
 Transparansi dan akuntabilitasi dalam rangka menjaga kepercayaan dari penerima
perawatan dan untuk memastikan bahwa keputusan yang tepat dibuat, maka
proses pengambilan keputusan dan hasil nya harus dijelaskan kepada para pasien
dan akurat didokumentasikan
 Perawatan non diskriminatif keputusan pengobatan pada akhir hidup harus non
diskriminatif harus bergantung hanya pada faktor – faktor yang relevan dengan
kondisi medis, nilai – nilai dan keinginan pasien.
 Hak dan kewajiban tenaga kesehatan tidak berkewajiaban untuk memberikan
perawatan yang tidak rasional , khususnya pengobatan yang tidak bermanfaat bagi
pasien . pasien memiliki hak untuk menerima perawatan sesuai dan tenaga
kesehatan memiliki tanggung jawab untuk memberikan pengobatan yang sesuai
dengan norma – norma profesional dan standar hukum
 Perbaikan terus menerus tenaga kesehatan memiliki kewajiban untuk berusaha
dalam memperbaiki intervensi yang diberikan pada standar perawatab end of life
baik kepada pasien maupun keluarga.

Beberapa kriteria utama dalam perawatan end of life pasien yaitu :

Terbebas dari nyeri bebas dari penderitaan atau gejala stress adalah hal yang utama
Diinginkan pasien dalam pengalaman EOL
Pengalaman menyenangkan nyaman atau perasaan menyenangkan didefensisikan secara
inclusive oleh kolcaba (1991) sebagai kebebasan dari ketidaknyamanan keadaan tentram
dan damai.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/39516723/Isu_End_of_life_di_Keperawatan_kritis

Anda mungkin juga menyukai