Anda di halaman 1dari 4

Nama : Yana Apriyani RindiAntika

Kelas : 3A Keperawatan
NPM : 181560111036

ANATOMI, FISIOLOGI & ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA


SISTEM PENCERNAAN (DIGESTIVE SYSTEM) DENGAN TRAUMA ABDOMEN
SISTEM PENCERNAAN (DIGESTIVE SYSTEM)
SISTEM PENCERNAAN TERDIRI ATAS:
1. Mulut
2. Tenggorokan (faring)
3. Kerongkongan
4. Lambung
5. Usus halus
6. Usus besar
7. Rektum dan Anus

ANATOMI SISTEM PENCERNAAN


PROSES PENCERNAAN MAKANAN
1. Mekanis
Pencernaan makanan secara fisik, mengubah bentuk kasar menjadi halus 
Mengunyah, menggiling, mengaduk, menekan maupun melumatkan.
2. Kimiawi / Enzimatis
Pengubahan zat makanan dengan bantuan enzim pencernaan.
3. Biologis
Memanfaatkan kerjasama yang menguntungkan dengan mikroba.
 Fungsi Sistem Pencernaan
Mentransfer Nutrien, air & elektrolit yang berasal dari makanan ke dalam lingkungan internal
tubuh manusia. Nutrien ini merupakan sumber energi dan bahan utama untuk membangun
dan mempertahankan tubuh.
Fisiologi sistem pencernaan
 INGESTI, Memasukkan makanan ke dalam tubuh, Mengalirkan makanan sepanjang
saluran pencernaan.
 DIGESTI, Memecah makanan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil baik secara
kemis maupun mekanis. Proses konversi (merubah) bahan makanan secara
biokimiawi menjadi struktur sederhana yang dapat diabsorbsi, misalnya karbohidrat 
disakarida  monosakarida, protein  asam amino
 ABSORBSI, Proses penyerapan nutrien di usus halus
 DEFEKASI, Pengeluaran sisa makanan yang tidak tercerna keluar tubuh.
 Terdapat bakteri E. Coli yang membantu membusukan makanan menjadi feses
 E. Coli juga menghasilkan vit. K berperan penting dalam proses pembekuan darah
Trauma Abdomen
TRAUMA ABDOMEN adalah salah satu kegawatdaruratan dalam sistem pencernaan yaitu
terjadinya kerusakan pada organ abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi
sehingga dapat terjadi gangguan metabolisme, dan gangguan faal berbagai organ di
sekitarnya. TRAUMA ABDOMEN adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma
tumpul, tembus, serta trauma yang dsengaja atau tidak disengaja
ORGAN YANG SERING TERKENA TRAUMA TUMPUL :
Limpa ( 40 – 55% )
Hati ( 35 – 45% )
TRAUMA TEMBUS :
Usus kecil (40%)
Colon (30%)
Hati (20%)
Vaskular struktur abdomen (10%)
TOPOGRAFI ABDOMEN

Klasifikasi trauma abdomen


 TRAUMA TAJAM/ PENETRASI
Trauma Tajam Abdomen yaitu trauma yang mengakibatkan luka pada permukaan tubuh
dengan penetrasi ke dalam rongga peritoneum yang disebabkan oleh tusukan benda tajam.
Trauma akibat benda tajam dikenal dalam tiga bentuk yaitu: luka iris atau luka sayat, luka
tusuk, atau luka bacok.
 TRAUMA TUMPUL/ NON PENETRASI
Trauma tumpul trauma yang tidak menimbulkan kelainan yang jelas pada permukaan tubuh,
tetapi dapat menimbulkan cedera berupa kerusakan daerah organ sekitar, patah tulang iga,
cedera perlambatan, pecahnya viskus berongga, kontusio atau laserasi jaringan maupun organ
dibawahnya
 TRAUMA LEDAKAN
Blast injury atau trauma ledakan adalah trauma yang disebabkan oleh gelombang
overpressure atau gelombang kejut akibat ledakan bom.
PATOFISIOLOGI
Jika terjadi trauma penetrasi atau nonpenetrasi kemungkinan terjadi pendarahan intra
abdomen yang serius, pasien akan memperlihatkan tanda-tanda iritasi yang disertai
penurunan hitung sel darah merah yang akhirnya gambaran klasik syok hemoragik. Bila suatu
organ viseral mengalami perforasi, maka tandatanda perforasi, tanda-tanda iritasi peritoneum
cepat tampak. Tanda-tanda dalam trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan, nyeri
spontan, nyeri lepas dan distensi abdomen tanpa bising usus bila telah terjadi peritonitis
umum. Bila syok telah lanjut pasien mengalami takikardi dan peningkatan suhu tubuh, juga
terdapat leukositosis.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN TRAUMA ABDOMEN

PENGKAJIAN

1. Standart
Perawat gawat darurat harus melakukan pengkajian fisik dan psikososial di awal dan secara
berkelanjutan
2. Keluaran
Adanya pengkajian keperawatan yang terdokumentasi untuk setiap klien gawat darurat
3. Proses
Pengkajian merupakan pendekatan sistematik untuk mengidentifikasi masalah keperawatan
gawat darurat.

Pengkajian Primer
Prioritas penilaian dilakukan berdasarkan :
A. Airway (jalan nafas) dengan kontrol servikal
B. Breathing dan ventilasi
C. Circulation dengan kontrol perdarahan
D. Disability
E. Exposure Control, dengan membuka pakaian pasien tetapi cegah hipoterm
EXPOSURE
Tanda-tanda trauma yang ada PENGKAJIAN SEKUNDER Dilakukan setelah masalah airway,
breathing, dan circulation yang ditemukan pada pengkajian primer diatasi. Pengkajian sekunder
meliputi pengkajian objektif dan subjektif dari riwayat keperawatan (riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit terdahulu, riwayat pengobatan, riwayat keluarga) dan pengkajian dari kepala sampai
kaki.
Manajement Non Operatif

 Berdasarkan diagnosis CT scan dan stabilitas hemodinamik untuk pengobatan cedera organ
padat, terutama hati dan limpa.
 Angiography sebagai manajemen nonoperative dari cedera organ padat dari trauma tumpul
pada orang dewasa untuk kontrol perdarahan.
 Splenic Arteri Embolotherapy (SAE), untuk manajemen nonoperative untuk cedera limpa.

Anda mungkin juga menyukai