Anda di halaman 1dari 21

1.

Buat satu paparan tentang manajemen Konsep Pelayanan Keperawatan Kritis dari
lingkungan sampai sumber daya manusianya .
JAWAB :
1) Konsep Dasar Pelayanan Keperawatan Kritis
Keperawatan kritikal adalah suatu bidang yang memerlukan perawatan pasien
yang berkualitas tinggi dan komprehensif. Untuk pasien yang kritis waktu adalah vital
.Proses keperawatan memberikan suatu pendekatan yang sistematis, dimana perawat
keperawatan kritis dapat mengevaluasi masalah pasien dengan cepat.
Kritis adalah penilaian dan evaluasi secara cermat dan hati-hati terhadap suatu
kondisi krusial dalam rangka mencari penyelesaian/jalan keluar. Keperawatan kritis
merupakan salah satu spesialisasi di bidang keperawatan yang secara khusus menangani
respon manusia terhadap masalah yang mengancam hidup. Seorang perawat kritis adalah
perawat profesional yang bertanggung jawab untuk menjamin pasien yang kritis dan akut
beserta keluarganya mendapatkan pelayanan keperawatan yang optimal.
Proses keperawatan adalah susunan metode pemecahan masalah yang meliputi
pengkajian , analisa perencanaan, implementasi dan evaluasi . The American Associaton
Of Crtical Care Nurses (AACN) menyeusun standar proses keperawatan sebagai asuhan
keperawatan kritikal. Standar proses AACN ditunjukan pada tabel di bawah ini
Tabel 1- 1 Standar Proses American Associaton Of Critical Care Nurses
Keperawatan kritis harus menggunakan proses keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan .

1. Data akan dikumpulkan secara terus- menerus pada semua pasien yang sakit
kritis dimanapun tempatnya.
2. Identifikasi masalah / kebutuhan pasien dan prioritas harus didasarkan pada data
yang dikumpulkan.
3. Rencana asuhan keperawatan yang tepat harus diformulasikan.
4. Rencana asuhan keperawatan harus diimplementasikan menurut prioritas dari
identifikasi masalah/kebutuhan.
5. Hasil dari asuhan keperawatan harus dievaluasi secara terus-menerus

Dari American Association Of Critical Care Nurses: Standards Of Nursing care of the
critically, ed 2, san mateo, calif,1989,Appleton & lange,hlm 6-13
Konsep Pelayanan Kritis

Kosep pelayanan kiritis terdiri dari

1. Tujuan

Untuk mempertahankan hidup (maintaining life).

2. Pengkajian

Komponen kunci dan pondasi proses keperawatan adalah pengkajian.


Pengkajian membuat data dasar dan merupakan proses dinamis. Suatu pengkajian
yang mendalam memungkinkan perawat kritikal untuk mendeteksi perubahan
cepat, melakukan intervensi dini dan melakukan asuhan.

Terdapat Tiga Fase dasar untuk pengkajian :

1) Pengkajian Awal : Pengkajian yang dibuat dengan cepat selama


pertemuan pertama dengan pasien, yang meliputi ABC : Airway,
Breathing dan Circulation.
2) Pengkajian Dasar : Pengkajian lengkap pada pasien dimana semua
sistem dikaji.
3) Pengkajian Terus-menerus : Suatu pengkajian ulang secara terus-
menerus yang dibutuhkan pada status perubahan pasien yang sakit kritis.
Status pasien akan mengatur waktu dan kedalaman pengkajian. Terdapat
bermacam- macam tipe pendekatan pengkajian dua pendekatan yang
paling penting digunakan yakni ;
1) Pendekatan dari kepala sampai ujung kaki (head to toe) : Pendekatan dari
kepala samapai kaki merupakan pendekatan simetris yang sistematis
dimulai dengan kepala dan diakhiri dengan kaki.
2) Pendekatan sistem tubuh : mengkaji masing-masing tubuh secara bebas .
banyak perawat kritikal menggunakan suatu kombinasi pendekatan
dimana pendekatan dimana pendekatan dari kepala sampai kaki dan
pendekatan sistem tubuh terintegrasi yakni, perawat memulai pengkajian
dengan kepala dan mengevaluasi sistem neurologi, kemudian mengkaji
dada dan meliputi sistem kardiovaskular dan sistem pernafasan.
Pendekatan ini memberikan suatu perkembangan yang logis untuk
pengkajian.
Pengkajian menghasilakan data dasar. Data dasar ini dirumuskan dari
riwayat keperawatan, pengkajian fisik dan sumber lain dari pengkajian
data.

3. Diagnosa keperawatan

Ditegakkan untuk mencari perbedaan serta mencari tanda dan gejala yang sulit
diketahui untuk mencegah kerusakan/ gangguan yang lebih luas.

4. Perencanaan keperawatan

Ditujukan pada penerimaan dan adaptasi pasien secara konstan terhadap status
yang selalu berubah.

5. Intervensi

Ditujukan terapi gejala-gejala yang muncul pertama kali untuk pencegahan krisis
dan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama sampai dapat
beradaptasi dengan tercapainya tingkat kesembuhan yang lebih tinggi atau terjadi
kematian.

6.Implementasi

Perencanaan dimasukkan dalam tindakan selama fase ini implementasi . ini


merupakan fase kerja aktual dari proses keperawatan.

7.Evaluasi

Dilakukan secara cepat, terus menerus dan dalam waktu yang lama untuk mencapai
keefektifan masing-masing tindakan/ terapi, secara terus-menerus
menilai kriteria hasil untuk mengetahui perubahan status pasien.

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pasien kritis prioritas pemenuhan


kebutuhan tetap mengacu pada hirarki kebutuhan dasar Maslow dengan
tidak meninggalkan prinsip holistik.
2) Lingkungan keperawatan kritis :

 Respon individu dan keluarga terhadap pengalaman keperawatan kritis

Penyakit kritis adalah kejadian dramatis emosional yang dialami pasien dan
keluarganya. Untuk beberapa situasi tertentu persiapan dari segi psikologis perlu
dilakukan. Perawat kritis berada di posisi yang paling tepat untuk memahami kondisi
yang dialami pasien dan keluarganya dan membantu mereka untuk beradaptasi dengan
situasi yang ada. Gejala fisik dari penyakit kritis yang mengancam jiwa, seperti nyeri
tingkat akhir atau perdarahan biasanya disertai dengan respon psikologis dari pasien dan
keluarganya, seperti:

1. Cemas
2. Takut
3. Panik
4. Marah
5. Perasaan bersalah
6. Distres spiritual

Respon psikologis tersebut dapat memperburuk gejala-gejala fisik yang diderita


pasien.

 Kecenderungan trend dan isu keperawatan kritis

Perkembangan yang pesat di bidang teknologi dan pelayanan kesehatan cukup


berkontribusi dalam membuat orang tidak lagi dirawat dalam jangka waktu lama di
rumah sakit. Pasien yang berada di unit perawatan kritis dikatakan lebih sakit dibanding
sebelumnya. Sekarang ini banyak pasien yang dirawat di unit kritis untuk waktu 5 tahun
sudah dapat menjalani rawat jalan di rumah masing-masing. Pasien unit kritis yang ada
sekarang ini tidak mungkin bertahan hidup di masa lalu dikarenakan buruknya sistem
perawatan kritis yang ada. Sudah direncanakan di beberapa rumah sakit akan adanya unit
kritis yang lebih besar dan kemungkinan mendapatkan pelayanan perawatan kritis di
rumah atau tempat-tempat alternatif lainnya. Perawat kritis harus tetap memantau
informasi terbaru dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki untuk mengelola
metode dan teknologi perawatan terbaru. Seiring dengan perkembangan perawatan yang
dilakukan pada pasien semakin kompleks dan banyaknya metode ataupun teknologi
perawatan baru yang diperkenalkan, perawat kritis dipandang perlu untuk selalu
meningkatkan pengetahuannya.

3) Sumber Daya Manusia : Isu etik dan legal pada keperawatan kritis

Perawat ruang intensif/kritis harus memberikan pelayanan keperawatan yang


mencerminkan pemahaman akan aspek etika dan legal keperawatan yang mencerminkan
pemahaman akan aspek etika dan legal kesehatan. Perawat ruang kritis harus bekerja
sesuai dengan aturan yang ada (standar rumah sakit/standar pelayanan maupun asuhan
keperawatan). Etik ditujukan untuk mengukur perilaku yang diharapkan dari manusia
sehingga jika manusia tersebut merupakan suatu kelompok tertentu atau profesi tertentu
seperti profesi keperawatan, maka aturannya merupakan suatu kesepakatan dari
kelompok tersebut yang disebut kode etik.

Status pekerjaan sebagai seorang perawat rumah sakit ataupun bagian dari staf
paramedik tidak membuat perawat bisa menghindari tanggung jawab dan kewajiban
mematuhi hukum dalam setiap tindakan/pelayanan keperawatan yang dilakukan.
Kumpulan hukum/peraturan keperawatan yang telah dikembangkan dikenal sebagai
standar pelayanan keperawatan. Standar pelayanan keperawatan ditentukan dengan
pengambilan keputusan atas tindakan profesional yang paling tepat dilakukan untuk mengatasi
masalah yang ada.

Sumber :


Pengkajian Keperawatan Kritis.edisi 2.Laura A.Talbot RN,C,Phd, Mary
Meyers-Marquadt,RN,BSN,CCRN.1997.EGC halaman 1-3

http://teguhtriyono76.blogspot.com/2012/09/konsep-perawatan-
kritis.html diakses pada hari sabtu 25 mei 2013 15:46 WIB

2. Kembangkan Manajemen rencana asuhan keperawatan berdasarkan pendekatan


asuhan keperawatan (pengkajian, diagnosa keperawatan dan rencana keperawatan)
pada kasus : Pneumothorax, ESRD , Edema Paru dan stroke disertai EBP ( pilih
Salah Satu )
1. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Edema Paru
a) Pengkajian
a. Data demografi
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Status :

Keluhan utama : Pada Pasien dengan penyakit


pernafasan biasanya meliputi satu dari lima tanda atau gejala utama yakni :
nyeri dada, dispneu , batuk sputum atau hemoptisis. Riwayat yang rinci
berhubungan dengan tiap bagian yang memberikan data dasar yang
komprehensif pada perencanaan keperawatan pasien
Riwayat penyakit sekarang : Pengkajian sistem pernapasan seperti
menanyakan tentang perjalanan sejak timbul keluhan hingga klien meminta
pertolongan. Misalnya : sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama dan
berapa kali keluhan timbul, apa yang sedang dilakukan ketika keluhan ini
terjadi , kedaan apa yang memperberat atau memperingan keluhan, adakah
usaha mengatasi keluhan ini sebelum meminta pertolongan, berhasil atau
tidakkah usaha tersebut dan sebagainya.
Setiap keluhan utama harus ditanyakan kepada klien sedetail-detailnya, dan
semuanya diterangkan pada riwayat penyakit sekarang. Pada umunya,
beberapa hal yang harus diunkapkan pada setiap gejala adalah lama
timbulnya (durasi) : lokal penjalarannya : terutama untuk nyeri : sifat
keluhan (karakter) : berta ringannya : mula timbul ( onset) faktor-faktor yang
memeperingan atau memperberat dan gejala yang menyertainya.
Riwayat penyakit dahulu : Perawat menanyakan tentang penyakit-
penyakit yang pernah dialami sebelumnya.
Misalnya : Apakah klien pernah dirawat sebelumnya, dengan penyakitnya
apa, apakah pernah mengalami sakit yang berat dan sebagainya.
Pengobatan yang lalu dan riwayat alergi ada beberapa obat yang diminum
oleh klien pada masa lalu yang masih relevan seperti obat anti tubercolosis
(OAT). Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu. Selain itu,
juga harus menanyakan alergi obat dan tanyakan reaksi alergi apa yang
timbul. Sering kali klien mengacaukan suatu alergi.
Riwayat diet yang dikonsumsi penderita seperti banyaknya asupan garam
dalam pemenuhan nutrisi sehari-hari ,ketidak mampuan /ketidak mauan
dalam pemenuhan nutrisi protein dan riwayat diet alergi / pantangan makan
berpengaruh terhadap keluhan dalam sistem pernapasan
Keadaaan umum : Klien sadar penuh (composmentis) GCS 15
b. Pemeriksaan fisik
1) Breathing
Napas pasien terasa sesak serta batuk-batuk. Pasien tampak batuk-
batuk mengeluarkan darah dan berbusa. RR 36x/m, sat O2 83%.
Thorax foto menggambarkan adanya cairan di dalam paru
2) Blood
Pasien mmpunyai riwayat penyakit jantung sejak 4 tahun yang lalu.
Tekanan darah 90/60mmHG, HR 125x/m. Thorax foto
menggambarkan adanya pembesaran jantung. Hb 10.3, lekosit 17.000.
trombosit 273.000, hematokrit 44
3) Brain
Kesadaran klien komposmentis GCS 15
4) Blader
Tidak terdapat gangguan pada sistem perkemihan
5) Bowel
Tidak terdapat gangguan pada sistem pencernaan
6) Bone
Tidak terdapat gangguan di sistem muskuloskeletal
c. Pemeriksaan diagnostik
Saturasi O2 83%. Hasil laboratorium HB 10.3, lekosit 17.000, hematokrit
44, trombosit 273.000. thorax foto menggambarkan adanya cairan pada
area paru dan pembesaran jantung.
b) Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah


1. — Subyektif :
Gagal jantung kiri Gangguan
sesak nafas
↓ pertukaran gas
— Obyektif :
Ketidakseimbangan staling force
hiperventilasi, laju

pernafasan meningkat Cairan berpindah ke interstitial
(36x/menit), SaO2 83 ↓
%. Akumulasi cairan berlebih
(transudat/eksudat)

Alveoli terisi cairan

Gangguan pertukaran gas

2. — Subyektif :
Gagal jantung kiri Pola nafas
sesak nafas
↓ tidak efektif
— Obyektif :
Ketidakseimbangan staling force
hiperventilasi, batuk

mengeluarkan darah
Cairan berpindah ke interstitial
dan berbusa, laju

pernafasan meningkat
Akumulasi cairan berlebih
(36x/menit).
(transudat/eksudat)

Cardiac output ↓

O2 jaringan ↓

B1 Breath

Pengambilan O2 ↑

Takipnea, dipsnea, ronchi

Pola nafas tidak efektif

3. — Subjektif : klien
Batuk – batuk Gangguan pola
mengatakan tiga
↓ tidur
malam terakhir ini
Mengeluarkan darah dan berbusa
PEEP bekerja dengan cara mempertahankan tekanan positif pada alveoli diakhir ekspirasi.
PEEP mampu meningkatkan kapasitas residu fungsional paru dan sangat penting untuk meningkatkan
penyerapan O2 oleh kapiler paru.

e. Efek Ventilasi mekanik

Akibat dari tekanan positif pada rongga thorax, darah yang kembali ke jantung terhambat, venous
return menurun, maka cardiac output juga menurun. Bila kondisi penurunan respon simpatis
(misalnya karena hipovolemia, obat dan usia lanjut), maka bisa mengakibatkan hipotensi. Darah yang
lewat paru juga berkurang karena ada kompresi microvaskuler akibat tekanan positif sehingga darah
yang menuju atrium kiri berkurang, akibatnya cardiac output juga berkurang. Bila tekanan terlalu
tinggi bisa terjadi gangguan oksigenasi. Selain itu bila volume tidal terlalu tinggi yaitu lebih dari 10-
12 ml/kg BB dan tekanan lebih besar dari 40 CmH2O, tidak hanya mempengaruhi cardiac output
(curah jantung) tetapi juga resiko terjadinya pneumothorax.
Efek pada organ lain:Akibat cardiac output menurun; perfusi ke organ-organ lainpun menurun
seperti hepar, ginjal dengan segala akibatnya. Akibat tekanan positif di rongga thorax darah yang
kembali dari otak terhambat sehingga tekanan intrakranial meningkat.
TERAPI OXIGEN

Setelah jalan nafas bebas, maka selanjutnya tergantung dari derajat hipoksia atau
hiperkabinya serta keadaan penderita.

Pontiopidan memberi batasan mekanik, oksigenasi dan ventilasi untuk menentukan tindakan
selanjutnya (lihat tabel)

PARAMETER ACCAPTABLE RANGE FISIOTERAPI INTUBASI


(TIDAK PERLU TERAPI DADA, TERAPI TRACHEOSTOMI
KHUSUS) OKSIGEN, VENTILASI
MONITORING MEKANIK.
KETAT
MEKANIK

Frekwensi nafas - 25 25 - 35 > 35

Vital capacity (ml/kg) 70 - 30 30 - 15 < 15

piratori force, CmH2O 100 - 50 50 - 25 < 25

OKSIGENASI

A - aDO2 100% O2 - 200 200 - 350 > 350


mmHg

PaO2 mmHg - 75 200 - 70 < 70


(Air) ( O2 Mask) ( O2 Mask )

VENTILASI

VD / VT 0,3 - 0,4 0,4 - 0,6 0,6

- PaCO2 35 - 45 5 - 60 60

f. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul dari penggunaan ventilasi mekanik, yaitu :

a. Obstruksi jalan nafas


b. Hipertensi
c. Tension pneumotoraks

d. Atelektase

e. Infeksi pulmonal

f. Kelainan fungsi gastrointestinal ; dilatasi lambung, perdarahan

g. Gastrointestinal.

h. Kelainan fungsi ginjal

i. Kelainan fungsi susunan saraf pusat

g. Penyapihan dari ventilasi mekanik


Kriteria dari penyapihan ventilasi mekanik :

a. Tes penyapihan
1) Kapasitas vital 10-15 cc / kg
2) Volume tidal 4-5 cc / kg
3) Ventilasi menit 6-10 l

4) Frekuensi permenit < 20 permenit

b. Pengaturan
ventilator 1)
FiO2 < 50%
2) Tekanan ekspirasi akhir positif (PEEP) : 0

c. Gas darah arteri 1)

PaCO2 normal
2) PaO2 60-70 mmHg
3) PH normal dengan semua keseimbangan elektrolit diperbaiki

d. Selang Endotrakeal

1) Posisi diatas karina pada foto Rontgen


2) Ukuran : diameter 8.5 mm

e. Nutrisi

1) Kalori perhari 2000-2500 kal


2) Waktu : 1 jam sebelum makan

f. Jalan nafas

1) Sekresi : antibiotik bila terjadi perubahan warna, penghisapan (suctioning)


2) Bronkospasme : kontrol dengan Beta Adrenergik, Tiofilin atau Steroid
3) Posisi : duduk, semi fowler

g. Obat-obatan

1) Agen sedative : dihentikan lebih dari 24 jam


2) Agen paralise : dihentikan lebih dari 24 jam

h. Emosi

Persiapan psikologis terhadap penyapihan

i. Fisik : Stabil, istirahat terpenuhi.

ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian

a. Pemeriksaan Kepala dan Leher

1) Raut Muka
a) Bentuk muka : bulat, lonjong, dan lain-lain
b) Ekspresi muka : tampak sesak, gelisah, kesakitan.
c) Tes syaraf : menyeringai, mengerutkan dahi, untuk memeriksa nervus V, VII.
2) Bibir
a) Biru ( sianosis ).
b) Pucat ( anemia )
3) Mata
a) Konjungtiva : Pucat (anemia), Ptechiae (perdarahan bawah kulit/ selaput lendir)
pada endokarditis bacterial.
pengukuran ultrafiltrasi dan
pembuangan cairan.
3) Awasi TD, nadi, dan tekanan 3) Hipotensi, takikardia, penurunan
hemodinamik bila tersedia tekanan hemodinamik menunjukan
selama dialisa. kekurangan cairan.
4) Pastikan kontinuitas kateter pirau 4) Terputusnya pirau / akses terbuka
/ akses. akan memungkinkan eksanguinasi.

5) Lakukan balutan eksternal pirau. 5) Meminimalkan stres pada


Jangan izinkan suntikan pada pemasukan kanula untuk
pirau. menurunkan perubahan posisi yang
kurang hati-hati dan perdarahan
pada sisi tersebut.
6) Tempatkan pasien pada posisi 6) Memaksimalkan aliran balik vena
telentang / trandelenburg sesuai bila terjadi hipotensi.
kebutuhan.
7) Kaji adanya perdarahan terus 7) Heparinisasi sistemik selama
menerus atau perdarahan besar dialisa meningkatkan waktu
pada sisi akses, membran pembekuan dan menempatkan
mukosa, insisi / luka. pasien pada resiko perdaahan,
Hematemesis / guaiak feses, khususnya selama 4 jam pertama
drainase gaster. setelah prosedur.
Kolaborasi:
8) Awasi pemerikasaan
laboratorium sesuai indikasi :
8) Menurun karena anemia ,
Hb/Ht ;
hemodilusi, atau kehilangan darah
aktual.
9) Elektrolit serum dan pH
9) Ketidakseimbangan dapat
memerlukan perubahan dalam
cairan dialisa atau tambahan
pengganti untuk mencapai
10) Waktu pembekuan, contoh ACT.
keseimbangan.
PT/PTT, dan jumlah trombosit.
10) Penggunaan heparin untuk mencegah
pembekuan pada aliran
darah dan hemofilter mengubah
koagulasi dan potensial perdarahan
11) Berikan cairan IV (contoh garam
aktif.
faal) / volume ekspander (contoh
11) Cairan garam faal / dekstrosa,
albumin) selama dialisa sesuai
elektrolit, dan NaHCO3 mungkin
indikasi.
diinfuskan dalam sisi vena
hemofolter CAV bila kecepatan
ultra filtrasi tinggi digunakan
untuk membuang cairan
ekstraseluler dan cairan toksik.
Volume ekspander mugkin
dibutuhkan selama /
setelah hemodialisa bila terjadi
hipotensi tiba-tiba/ nyata.
12) Darah / kemasan SDM bila 12) Destruksi SDM (hemolisis) oleh
diperlukan. dialisa mekanika, kehilangan
perdarahan, menurunkan produksi
SDM dapat mengakibatkan anemia
berat/progresif.
13) Penurunan kecepatan ultrafiltrasi 13) Menurunkan jumlah air selama
selama dialisa sesuai indikasi. dibuang dan dapat memperbaiki
hipotensi/hipovolemia.

14) Berikan protamin sulfat bila 14) Mungkin dilakukan


diindikasikan. untuk mengembalikan waktu
pembekuan ke normal atau bila
terjadi
pelepasan heparin (sampai 16 jam
setelah hemodialisasi).
Sumber :

Jurnal Ventilator : KORELASI ANTARA JUMLAH BAKTERI TRAKEA DAN USIA
PASIEN DENGAN VENTILATOR MEKANIK
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0C
CwQFjAA&url=http%3A%2F%2Feprints.undip.ac.id%2F37468%2F1%2FDewinta_W%2C
G2A008054%2CLAP.KTI.pdf&ei=MHChUZSSA4uHrge1uIGQDQ&usg=AFQjCNHDCIJ3
OXo3uHHMz25JrR93UlYn4A&sig2=SfcMTWLAkYWXFlb6-qgP-
g&bvm=bv.47008514,d.bmk diakses hari minggu 26 mei 2013 09:18 WIB.

Jurnal Hemodialisa : HUBUNGAN LAMA PERIODE HEMODIALISIS DENGAN
STATUS ALBUMIN PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI UNIT
HEMODIALISIS
RSUD. Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO. diakses hari minggu 26 mei
2013 09:18 WIB.

http://hidayat2.wordpress.com/2010/10/23/hemodialisa/ diakses hari minggu 26 mei 2013
09:18 WIB.

http://nurainiperawatpjnhk.blogspot.com/2012/09/ventilasi-mekanik.html diakses hari minggu
26 mei 2013 09:18 WIB.

http://senyumbening.blogspot.com/2011/04/asuhan-keperawatan-pasien-dengan.html diakses
hari minggu 26 mei 2013 09:18 WIB.
Langkah komunikasi saat melakukan Tindakan Laporan Pasien (konsultasi pasien) - SBAR

1. Berikan informasi terkini menganai kondisi terakhir pasien yang sangat perlu dilaporkan dan
menjadi masalah penting
2. Berikan informasi tentang kondisi dan perjalanan penyakit pasien sebelumnya
3. Jelaskan mengenai penilaian tentang mengapa maslah atau problem tersebut bisa terjadi
4. Mintalah konfirmasi tindakan untuk mengatasi maslah tersebut dan lakukan konfirmasi
kedatangan dokter konsultan atau supervisor

FORMAT SBAR

S Situasi
Saya menelpon tentang (nama pasien, umur, dan lokasi)

Masalah yang ingin disampaikan adalah


.
Tanda-tanda vital:
TD: / , Nadi: , Pernapasan: , dan Suhu:

Saya khawatir tentang:

B Background/ Latar
Belakang Status mental
pasien:

Kulit/ Ekstremitas:

Pasien memakai/ tidak memakai oksigen

A Assessment / Penilaian
Masalah yang saya pikirkan adalah: (katakan apa masalah yang anda
pikirkan) Masalahnya tampaknya adalah: jantung, infeksi, neurologis,
respirasi,

Saya tidak yakin apa masalahnya tapi pasien memburuk.


Pasien tampaknya tidak stabil dan cenderung memburuk. Kita perlu melakukan
sesuatu, Dok.

R Rekomendasi
Apakah (katakan apa yang ingin disarankan).

Apakah diperlukan pemeriksaan tambahan:

Jika ada perubahan tatalaksana, tanyakan:

CONTOH LAPORAN SBAR KE DOKTER TENTANG SITUASI KRITIS

S Situasi
Saya menelpon tentang (nama pasien, umur, dan lokasi)
pasien Tn. Anto, 35 tahun, di Gedung A Lantai 1, Dok.

Masalah yang ingin disampaikan adalah

Saya khawatir pasien akan mengalami henti jantung/ napas.


Tanda-tanda vital:
TD: / , Nadi: , Pernapasan: , dan Suhu:
Saya khawatir tentang:
Tekanan darah karena lebih dari 200 atau kurang dari 100, atau 30 mmHg
di bawah biasanya.
Nadi karena lebih dari 140 atau kurang dari 50
Pernapasan karena kurang dari 5 atau lebih dari 40
Suhu karena kurang dari 35 °C atau lebih dari 40°C

B Background/ Latar
Belakang Status mental
pasien:
Sadar dan orientasi orang, tempat dan waktu
baik Kebingungan dan kooperatif/ tidak
kooperatif Gelisah atau mengacau
Lesu tapi dapat berbicara dan dapat menelan
Koma. Mata tertutup. Tidak respon terhadap stimulasi.

Kulit:
Hangat dan kering
Pucat
Berbintik-bintik Ekstremitas
dingin/ hangat

Pasien memakai/ tidak memakai oksigen


Pasien memakai oksigen l/mnt atau % selama menit/ jam.
Oksimeter menunjukkan %
Oksimeter tidak menunjukkan denyut nadi yang baik dan sulit dibaca.

A Assessment / Penilaian
Masalah yang saya pikirkan adalah: (katakan apa masalah yang anda
pikirkan) Masalahnya tampaknya adalah: jantung, infeksi, neurologis,
respirasi,

Saya tidak yakin apa masalahnya tapi pasien memburuk.


Pasien tampaknya tidak stabil dan cenderung memburuk. Kita perlu melakukan
sesuatu, Dok.

R Rekomendasi
Apakah (katakan apa yang ingin disarankan).
pasien dapat di transfer ke ICU/ HCU, Dok?
Dokter dapat melihat pasien sekarang?
Dokter dapat berbicara pada keluarga mengenai kondisi pasien sekarang?
Dokter dapat menghubungi dokter jaga/ konsulen untuk melihat
pasien saat ini?
Apakah diperlukan pemeriksaan tambahan:
Apakah Dokter membutuhkan pemeriksaan seperti Rontsen Toraks,
analisa gas darah, EKG,
DPL, atau BMP?
Lainnya?
Jika ada perubahan tatalaksana, tanyakan:
Seberapa sering perlu dilaporkan tanda-tanda vital ke Dokter?
Menurut perkiraan Dokter berapa lama masalah ini akan berakhir?
Jika pasien tidak membaik apakah Dokter ingin diberitahu/ ditelepon lagi?

SKENARIO HAND-OFF MENGGUNAKAN SBAR

Contoh Deskripsi MenggunakanTeknik SBAR


Skenario
1 KOMUNIKASI PERAWAT
DENGAN DOKTER
Tn. Agung pasien Bedah, dengan riwayat bernapas.”
pneumotoraks spontan. Ia dirawat 2 hari B ackground: “ Beliau dirawat sejak 2
yang lalu karena Pneumonia, hari yang lalu, riwayat pneumotoraks
menggunakan O2 2 L/mnt dengan spontan, saturasi O2 drop dari 95%, 2 L/mnt,
saturasi 95%. Tiba-tiba pasien menjadi 85% dengan sungkup non
mengalami sesak napas yang rebreathing. Auskultasi suara napas berkurang di
memburuk dengan penurunan saturasi O2 kanan,
menjadi 85% dengan sungkup non pergeseran trakea.”
rebreathing. Pemeriksaan fisik menunjukkan A ssessment: “Saya khawatir beliau
berkurangnya suara napas di paru kanan mengalami tension pneumotoraks.”
dengan pendorongan trakea. Re komendasi: “Bisakah Dokter
datang sekarang, tampaknya pasien
membutuhkan intubasi.”

2 KOMUNIKASI PERAWAT
DENGAN DOKTER Situasi: “Dr. Dito, saya ingin klarifikasi
sedikit mengenai lokasi operasi yang
Pasien di ruang operasi dipersiapkan sebenarnya.”
oleh dr. Anestesi untuk blok anestesi di B ackground: “ menurut jadwal ,
sisi kiri, namun perawat mengetahui lokasi operasi di kanan tapi yang kita
bahwa pasien dijadwalkan untuk operasi persiapkan adalah yang kiri.”
bahu sebelah kanan. A ssessment: “Saya khawatir mungkin kita
menyiapkan sisi yang salah.”
Re komendasi: “Kita cek sebentar untuk
meyakinkannya. Mari kita cek kembali
jadwal dan informed consent . Jika ada
pertanyaan, kita tanyakan pada dokter bedah
ortopedi untuk menjelaskannya sebelum kita
melangkah lebih jauh.”
3 KOMUNIKASI PERAWAT
DENGAN DOKTER
Situasi: “Dr. Rudy, hitungan jumlah kasa
Menjelang berakhirnya operasi, perawat salah.”
sirkulasi mengidentifikasi bahwa B ackground: “Saya tau dokter sedang
hitungan jumlah kasa kurang, meskipun bersiap membangunkan pasien tapi kami
sudah melihat ke seluruh ruangan dan sudah mencari ke mana-mana dan
menghitung tiga kali. Dr. Anestesi menghitung tiga kali, masih tidak
bersiap-siap membangunkan pasien. ditemukan.”
A ssessment: “Saya khawatir mungkin ada
yang salah dengan pasien, kita harus
meyakinkannya.”
Re komendasi: “Saya sarankan untuk
tetap menidurkan pasien sampai kita dapat
melakukan Rontsen dan mencari kasa
tersebut.”

Perawat dan pasien di ruang NICU


Non verbal pain scale revised (NVPSR) memiliki korelasi yang kuat dengan WBPS dalam
menilai nyeri pada anak. Sensitifitas yang cukup tinggi sebagai alat skrening nyeri namun
memiliki spesifitas yang sedang sebagai alat diagnostik dan komunikasi pada anak.
penanganan pasien dalam semua kondisi adalah penanganan nyeri.1 Ruang perawatan intensif
pada umumnya dan ruang perawatan intensif anak pada khususnya merupakan ruang
perawatan yang menimbulkan kecemasan yang tinggi pada anak. Prosedur medik yang
berulang-ulang akan menimbulkan nyeri yang berulang pada anak. Minimnya keterlibatan
orang tua pada masa perawatan menyebabkan intensitas nyeri yang diterima akan
menimbulkan apreasiasi nyeri berbeda pada pasien yang dirawat. Secara keseluruhan tata
laksana nyeri di ruang perawatan intensif anak kurang optimal akan menurunkan kualitas
hidup dan sosial pada anak di masa mendatang.2-10Tata laksana nyeri yang belum optimal
dimulai dari petugas kesehatan belum mampu mendiagnosis nyeri dengan baik.
Saat ini telah tersedia berbagai teknik dalam mendiagnosis nyeri.1,11-20 Teknik tersebut pada
umumnya sudah bisa dipakai pada berbagai usia pada anak. Secara umum, teknik self report
merupakan baku emas dalam menilai nyeri pada anak.1,3 Namun sebagian besar skala
tersebut memerlukan kemampuan verbal pasien memadai. Kondisi pasien yang pada
umumnya sudah memakai sedatif, ventilator, menjadi faktor penghambat komunikasi
penilaian nyeri. Skala nyeri seperti Wong Baker pain scale, comfort scale, dan sebagainya
umumnya tidak bisa menginterpretasikan nyeri secara keseluruhan pada kondisi tersebut di
atas.

Sumber : http://www.pesatnews.com/read/2012/05/16/6286/images/sh73.htm Diakses hari


minggu 26 mei 2013 16 :41 WIB
http://id.scribd.com/doc/79291793/Hand-Off-Communication Diakses hari minggu 26 mei
2013 16 :41 WIB
http://google.com NVPS komunikasi nonverbal . Diakses hari minggu 26 mei 2013 16 :41
WIB
http://www.google.com/imgres?um=1&sa=N&biw=1366&bih=705&hl=en&tbm=isch&tbnid
=YYVCeUJ-Vls22M:&imgrefurl=http://ethnomed.org/clinical/end-of-life/cultural-relevance- in-
end-of-life-care&docid=q0LTL7Te6IIlMM&imgurl=http://ethnomed.org/clinical/end-of-
life/Translations-Wong-Baker-FACES-Pain-Rating-
Scale.jpg/image_large&w=737&h=768&ei=zd6hUd3BD4r_rAf4woCoCw&zoom=1&ved=1t
:3588,r:54,s:0,i:254&iact=rc&dur=1746&page=3&tbnh=183&tbnw=155&start=42&ndsp=24

Anda mungkin juga menyukai