Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DI POLI PENYAKIT

DALAM DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER:


HIPERTENSI DI RS USU TAHUN 2020

OLEH

KELOMPOK 4

Lidia Fegi,S.Kep 190202078

Rosi Deborah Hutagalung,S.Kep 190202104

Sri Indah Utami,S.Kep 190202109

Tresha Mona Hutabarat,S.Kep 190202115

Ulfa Liana,S.Kep 190202117

Verawati Simanungkalit,S.Kep 190202119

Yahdini,S.Kep 190202127

Yesi Indrayanti Marbun,S.Kep 190202126

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesehatan pada penulis, dan atas berkat rahmat dan karuniaNya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Di
Poli Penyakit Dalam Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler: Hipertensi Di Rs Usu
Tahun 2020”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas keperawatan
Medikal Bedah. Makalah ini dapat diselesaikan berkat bantuan pihak terkait. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang membantu baik
secara moral maupun material, terutama kepada :
1. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia
2. Taruli Yohana Sinaga, M.KM, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia
3. Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS, selaku ketua Program Studi Ners Fakultas Farmasi
dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia
4. Ns. Jek Amidos Pardede, M.kep, Sp. Kep.J, selaku Koordinator Profesi Ners
Universitas Sari Mutiara Indonesia
5. Ns. Agnes Silvina Marbun, S.Kep.M.Kep selaku koordinar stase keperawatan
Medikal Bedah
6. Ns. Amila M.Kep, Sp.KMB Selaku Dosen Pembimbing sistem keperawatan Medikal
Bedah
7. Ns. Edryani Yonlavado Simanjuntak S.Kep.M.Kep Selaku Dosen Pembimbing sistem
keperawatan Medikal Bedah
8. Ns. Johansen Hutajulu S.Kep,M.Kep Selaku Dosen Pembimbing sistem keperawatan
Medikal Bedah
9. Ns. Galvani Simanjuntak, S.Kep,M.Kep Selaku Dosen Pembimbing sistem
keperawatan Medikal Bedah
10. Ns. Henny Syahfitri,S.Kep,M.Kep Selaku Dosen Pembimbing sistem keperawatan
Medikal Bedah
11. Ns.Janno Sinaga,S.Kep,M.Kep Selaku Dosen Pembimbing sistem keperawatan
Medikal Bedah
12. Ns. Lasma Rina Efrina Sinurat,S.Kep,M.Kep Selaku Dosen Pembimbing sistem
keperawatan Medikal Bedah
13. Ns. Laura Siregar,S.Kep,M.Kep Selaku Dosen Pembimbing sistem keperawatan
Medikal Bedah
14. Ns. Marthalena Simamora,S.Kep,M.Kep Selaku Dosen Pembimbing sistem
keperawatan Medikal Bedah
15. Ns. Novita Ariyani,S.Kep,M.Kep Selaku Dosen Pembimbing sistem keperawatan
Medikal Bedah
16. Seluruh Dosen Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas
Sari Mutiara Indonesia
17. Seluruh staff Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas
Sari Mutiara Indonesia.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, dengan demikian penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka
penyempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi seluruh pihak, akhir kata
penulis mengucapkan terimah kasih.

Medan, April 2020

Kelompok 4
DAFTAR ISI

LAMPIRAN
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................... 5
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................…. 6
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 6
BAB 2 TINJAUAN TEORITS
2.1 Defenisi................................................................................................................ 7
2.2 Etiologi................................................................................................................ 7
2.3 Patofisiologi......................................................................................................... 8
2.4 Pathway............................................................................................................... 9
2.5 Klasifikasi............................................................................................................ 10
2.6 Manifestasi Klinis............................................................................................... 11
2.7 Faktor – Faktor Yang mempengaruhi............................................................. 11
2.8 Penatalaksanaan................................................................................................. 13
2.9 Pemeriksaan Penunjang.................................................................................... 14
BAB 3 TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian ......................................................................................................... 16
3.2 Analisa Data........................................................................................................ 20
3.3 DIagnosa Keperawatan..................................................................................... 22
3.4 Intervensi............................................................................................................ 23
3.5 Implementasi dan Evaluasi............................................................................... 25
BAB 4 PEMBAHASAN..................................................................................................... 27
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 30
5.2 Saran..................................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Program Indonesia Sehat merupakan rencana strategis Kementrian Kesehatan tahun
2015-2019 yang dilakukan melalui pendekatan keluarga, disingkat PIS-PK. Pada
program PIS-PK, pendekatan keluarga menjadi salah satu cara puskesmas meningkatkan
jangkauan dan sasaran dengan meningkatkan akses yankes di wilayahnya (mendatangi
keluarga). Tujuan pendekatan keluarga salah satunya adalah untuk meningkatkan akses
keluarga pada pelayanan kesehatan yang komprehensif dan bermutu. PIS-PK
dilaksanakan dengan ciri sasaran utama adalah keluarga, mengutamakan upaya promotif-
preventif, disertai penguatan upaya kesehatan berbasis masyarakat, kunjungan rumah
dilakukan secara aktif dan melalui pendekatan siklus kehidupan. Pelayanan kesehatan
yang dilaksanakan terkait penanganan penyakit menular dan tidak menular yang salah
satunya adalah penyakit hipertensi (Sarkomo, 2016).

Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah tinggi secara
terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg, tekanan diastolik 90 mmHg
atau lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan suatu keadaan peredaran
darah meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih cepat
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh (Koes
Irianto, 2014).

Dewasa ini ada sekitar 422 juta orang penyandang hipertensi yang berusia 18 tahun di
seluruh dunia atau 8,5% dari penduduk dunia. Namun 1 dari 2 orang dengan penderita
hipertensi tidak tahu bahwa dia penyandang hipertensi. Oleh karena itu sering ditemukan
penderita hipertensi pada tahap lanjut dengan komplikasi seperti serangan jantung,
stroke. Di Indonesia data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan prevalensi hipertensi dari 5,7% tahun 2007 menjadi 6,9% atau sekitar 9,1
juta pada tahun 2013. Data Sample Registration Survey tahun 2014 menunjukkan bahwa
hipertensi merupakan penyebab kematian terbesar nomor 3 di Indonesia dengan
prosentasi sebesar 6,7% setelah stroke dan penyakit jantung. Pelayanan kesehatan pada
penyakit hipertensi di tingkat keluarga dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan. Asuhan keperawatan yang diberikan kepada keluarga meliputi
pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan sampai
evaluasi keperawatan yang bertujuan agar pelayanan kesehatan yang dilaksanakan bisa
efektif dan komprehensif. Semua pelayanan itu diterapkan pada semua tatanan
puskesmas (Koes Irianto, 2014).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan dengan masalah utama
hipertensi pada Tn. R ?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Diperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan dengan
masalah utama hipertensi pada Tn. R di RSU Sumatera Utara 2020

2. Tujuan Khusus
a. Menerapkan proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kasus asuhan keperawatan keluarga
dengan masalah utama hipertensi pada Tn. R di RSU Univ USU
b. Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan dalam melakukan
Pengkajian pada Tn.R
c. Mahasiswa mampun menerapkan asuhan keperawatan dalam menegakan
Diagnosa Keperawatan pada Tn.R
d. Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan dalam melakukan intervensi
pada Tn.R
e. Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan dalam memberikan
Implementasi keperawatan pada Tn.R
f. Mahasiswa mampun menerapkan asuhan keperawatan dalam melakukan Evaluasi
keperawatan pada Tn.R
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Defensi
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah tinggi secara
terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg, tekanan diastolik 90
mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan suatu keadaan
peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih
cepat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh
(Koes Irianto, 2014).
Hipertensi juga merupakan faktor utama terjadinya gangguan kardiovaskular. Apabila
tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan gagal ginjal, stroke, dimensia, gagal
jantung, infark miokard, gangguan penglihatan dan hipertensi (Andrian Patica N
Ejournal keperawatan volume 4 nomor 1, Mei 2016)

2.2 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
a. Hipertensi Esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya,
disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang
mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktifitas. Meskipun hipertensi
primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data penelitian telah
menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi,
faktor tersebut yaitu:
a) Faktor keturunan
b) Ciri Perorangan
c) Kebiasaan hidup (Kowalski, Robert, 2010)
b. Hipertensi Sekunder atau renal yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit
lain. Merupakan 10 % dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi sekunder,
Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder antara lain:
a) Penggunaan kontrasepsi oral
b) Neurogenik ( tumor otak, ensefalitis, gangguan psikiatris )
c) Kehamilan, peningkatan tekanan intravaskuler, luka bakar dan stress.
(Udjianti, Wajan, 2011).
2.3 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
pusat vasomotor, pada medulla dari otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdormen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya norepeneprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap vasokonstriksi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokontriksi. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan
aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin, yang merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II. Suatu vasokonstriktor
yang dapat merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon yang
menyebabkan retensi natrium yang menyebabkan peningkatan intravaskuler. Semua
faktor yang cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

2.4 Pathway
Hiperlipidemia, merokok,
obesitas Gaya hidup, faktor
e
m saraf simpatis
o
s Ganglia simpatis,
i
o neuron
n Perganglion melepaskan
a asetikolin
l
Merangsang serabut
I saraf Ganglion ke
pembuluh darah
m
Norepineprine dilepaskan
p
Vasokonstriksi pembuluh
Resiko penurunan
l
curah jantung darah
u

s Tahanan perifer meningka t Gangguan perfusi


jaringan serebral
Peningkatan tekanan darah

Respon gi tract meningkat


Perubahan vaskuler
retina

Gangguan
Penurunan penglihatan Nausea, vomitus
aliran darah Resiko tinggi cidera
ke ginjal

Pengaktifan sistem Anoreksia


renin angrotensin

Gangguan
Merangsang sekresi pemenuhan
aldosteron dan kortek nutrisi
adrenal

Tubuh
Retensi Na + kekurangan
kalori
H2O Oedem

Intoleransi aktivitas
Kelemahan fisik

Kelebihan volume
cairan
2.5 Klasifikasi
Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri tetapi
sering dijumpai dengan penyakit lain, misalnya arterioskeloris, obesitas,
dan diabetes militus. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu (WHO, 2014) :
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Sebanyak 90-95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui
dengan pasti apa penyebabnya. Para pakar menemukan hubungan
antara riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik) dengan resiko
menderita penyakit ini. Selain itu juga para pakar menunjukan stres
sebagai tertuduh utama, dan faktor lain yang mempengaruhinya.
Faktor-faktor lain yang dapat dimasukkan dalam penyebab hipertensi
jenis ini adalah lingkungan, kelainan metabolisme, intra seluler, dan
faktor-faktor ynag meningkatkan resikonya seperti obesitas, merokok,
konsumsi alkohol, dan kelainan darah.
b. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder
Pada 5-10 persen kasus sisanya, penyebab khususnya sudah diketahui,
yaitu gangguan hormonal, penyakit diabetes, jantung, ginjal, penyakit
pembuluh darah atau berhubungan dengan kehamilan. Kasus yang
sering terjadi adalah karena tumor kelenjar adrenal. Garam dapur akan
memperburuk resiko hipertensi tetapi bukan faktor penyebab.
Dan bisa langsung digunakan untuk sel tubuh dlm menghasilkan
energi
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa Kategori
Sistolik mmHg
Kategori Sistol mmHg Diastolik
mmHg
Normal < 130 mmHg < 85 mmHg
Normal Tinggi 130-139 mmHg 85-89
mmHg
Stadium 1 (HipertensiRingan) 140-159 mmHg 90-99
mmHg
Stadium 2 (HipertensiSedang) 160-179 mmHg 100-109
mmHg
Stadium 3 (HipertensiBerat) 180-209 mmHg 110-119
mmHg
Stadium 4 (Hipertensi Sangat Berat atau 201 mmHg atau 120 mmHg
Maligna) lebih atau lebih
Sumber : Heniwati, 2008

2.6 Manifestasi Klinis


Tanda dan gelala hipertensi yaitu ; Sakit kepala, Epitaksis, Rasa berat di
tengkuk, Mata berkunang-kunang, mual, muntah, kelemahan / letih, sesak
nafas, kenaikan tekanan darah dari normal, penurunan kekuatan
genggaman tangan dan pandangan mata kabur/tidak jelas. (Aziza, Lucky,
2007).

2.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi


a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol :
a) Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dengan wanita. Wanita
diketahui mempunyai tekanan darah lebih rendah dibandingkan
pria ketika berusia 20-30 tahun. Tetapi akan mudah menyerang
pada wanita ketika berumur 55 tahun, 13 sekitar 60% menderita
hipertensi berpengaruh pada wanita. Hal ini dikaitkan dengan
perubahan hormon pada wanita setelah menopause (Endang
Triyanto, 2014).
b) Umur
Perubahan tekanan darah pada seseorang secara stabil akan
berubah di usia 20-40 tahun. Setelah itu akan cenderung lebih
meningkat secara cepat. Sehingga, semakin bertambah usia
seseorang maka tekanan darah semakin meningkat. Jadi seorang
lansia cenderung mempunyai tekanan darah lebih tinggi
dibandingkan diusia muda (Endang Triyanto, 2014).
c) Keturunan (genetik)
Adanya faktor genetik tentu akan berpengaruh terhadap keluarga
yang telah menderita hipertensi sebelumnya. Hal ini terjadi adanya
peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara
potasium terhadap sodium individu sehingga pada orang tua
cenderung beresiko lebih tinggi menderita hipertensi dua kali lebih
besar dibandingan dengan orang yang tidak mempunyai riwayat
keluarga dengan hipertensi (Buckman, 2010).
d) Pendidikan
Tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi tekanan
darah. Tingginya resiko hipertensi pada pendidikan yang rendah,
kemungkinan kurangnya pengetahuan dalam 14 menerima
informasi oleh petugas kesehatan sehingga berdampak pada
perilaku atau pola hidup sehat (Armilawaty, Amalia H, Amirudin
R., 2007).

b. Faktor resiko hipertensi yang dapat dikonrol


a) Obesitas
Pada usia pertengahan dan usia lanjut, cenderung kurangnya
melakukan aktivitas sehingga asupan kalori mengimbangi
kebutuhan energi, sehingga akan terjadi peningkatan berat badan
atau obesitas dan akan memperburuk kondisi (Anggara, F.H.D., &
N. Prayitno, 2013).
b) Kurang olahraga
Jika melakukan olahraga dengan teratur akan mudah untuk
mengurangi peningkatan tekanan darah tinggi yang akan
menurunkan tahanan perifer, sehigga melatih otot jantung untuk
terbiasa melakuakn pekerjaan yang lebih berat karena adanya
kondisi tertentu.
c) Kebiasaan merokok
Merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Hal ini dikarenakan
di dalam kandungan nikotik yang dapat menyebabkan penyempitan
pembuluh darah.
d) Konsumsi garam berlebihan
WHO merekomendasikan konsumsi garam yang dapat mengurangi
peningkatan hipertensi. Kadar sodium yang 15 direkomendasikan
adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6
gram) (H. Hadi Martono Kris Pranaka, 2014-2015).
e) Minum alkohol
Ketika mengonsumsi alkohol secara berlebihan akan menyebabkan
peningkatan tekanan darah yang tergolong parah karena dapat
menyebabkan darah di otak tersumbat dan menyebabkan stroke.
f) Minum kopi
Satu cangkir kopi mengandung kafein 75-200 mg, dimana dalam
satu cangkir kopi dapat meningkatakan tekanan darah 5- 10
mmHg.
g) Kecemasan
Kecemasan akan menimbulkan stimulus simpatis yang akan
meningkatkan frekuensi jantung, curah jantung dan resistensi
vaskuler, efek samping ini akan meningkatkan tekanan darah.
Kecemasan atau stress meningkatkan tekanan darah sebesar 30
mmHg. Jika individu meras cemas pada masalah yang di
hadapinya maka hipertensi akan terjadi pada dirinya. Hal ini
dikarenakan kecemasan yang berulang-ulang akan mempengaruhi
detak jantung semakin cepat sehingga jantung memompa darah
keseluruh tubuh akan semakin cepat.

2.8 Penatalaksanaan
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis
penatalaksanaan:
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis
a) Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB
dapat menurunkan tekanan darah dan dengan penurunan aktivitas
renni dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
b) Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan
disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai kemampuan seperti
berjalan, jogging, bersepeda ataupun berenang.

b. Penatalaksanaan Farmakologis
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
a) Mempunyai efektivitas yang tinggi.
b) Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal
c) Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
d) Tidak menimbulakn intoleransi.
e) Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien
f) Memungkinkan penggunnaan jangka panjang
Golongan obat – obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi
seperti
golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,
golongan penghambat konversi rennin angitensin.

2.9 Pemeriksaan Penunjang


a. Hb/Ht
Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti :
hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN / kreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
c. Glucosa
Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
d. Urinalisa
Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan
ada DM.
e. CT Scan
Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
f. EKG
Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang
P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
g. IUP
Mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
h. Poto dada
Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.

BAB 3

TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian

1. Identitas Pasien

1) Nama :Tn. R
2) Usia :52 Tahun
3) Pendidikan :SMA
4) Pekerjaan :Wiraswasta
5) Alamat :
6) Agama :Islam

Identitas Penanggung Jawab

1. Nama :Ny. S
2. Usia :50 Tahun
3. Pendidikan :SMA
4. Pekerjaan :IRT
5. Alamat :
6. Agama :Islam
7. Hub Dengan Klien :Istri

2. Keluhan Utama

Pasien datang kerumah sakit, mengatakan kapala pusing, sakit


kepala disertai leher terasa tegang dan kaku.
P :Klien mengatakan nyeri saat berdiri
Q :Nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk
R :Pasien mengatakan nyeri terasa pada bagian kepala disertai
terasa
tegang dan kaku dibagain tengkuk belakang
S :Skala Nyeri 4
T :Nyeri dirasakan saat beraktifitas berlebihan

3. Riwayat Kesehatan Sekarang


Klien datang ke RSU Sumatra Utara dengan keuhan nyeri pada
kepala bagian atas dari bagian kepala hingga leher sampai menjalan
kebagian tengkuk belakang. Klien terlihat pucat dan lemas dan
kepala tersa berat dan pusing

4. Riwayat Masa Lalu


 Pasien pernah dirawat dirumah sakit selama 7 hari dengan kasus
yang sama, pasien dirawat dan diberi obat untuk proses
penyembuhan.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga


Riwayat kesehatan dari keluarga bahwa penyakit hipertensi yang
diderita pasien adalah faktor keturunan dari ibu karena sebelum
pasien menderita hipertensi ibu pasien juga pernah menderita
hipertensi, ibu pasien meninggal dengan riwayat penyakit hipertensi.

6. Genogram
7. Pemeriksaan Fisik

Tekanan Darah :170/100 mmHg


Nadi : 84 x/m
Suhu : 370C
Respirasi : 20 x/m
Berat badan : 55 kg
Tinggi badan : 160 cm

Kepala :Simetris, berambut bersih berwarna putih,

muka pucat

Mata :Konjungtivitis anemis, sklera putih

terdapat gambaran tipis pembuluh

darah.

Hidung : Lubang hidung normal simetris,

pernafasan vesikuler.

Mulut :Bibir tidak kering, tidak ada stomatitis

Telinga :Pendengaran masih normal tidak ada

keluar cairan dari telinga

Leher :Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid,

limfe dan vena jugularis

Dada :Simetris, tidak ada tarikan intercostae

vokal feminus dada kanan dan kiri sama,

terdengar suara sonor pada semua lapanag

paru, suara jantung pekak, suara nafas


vesikuler

Perut :Simetris, tidak tampak adanya benjolan,

terdengar suara tympani, tidak ada nyeri

tekan.

Extremitas :Tidak ada oedema, masih dapat gerak aktif

    
 Pola Kebiasaan
1) Nutrisi
Nutrisi klien seperti biasa 3x1 hari, makanan kesukaan
berlemak dan asin sedangkan pantangan tidak ada
2) Eliminasi
BAB       :    
- Klien mengatakan tidak ada maslaah dibagian eliminasi
klien tetap seperti biasanya BAB 2 x 1 hari dengan
konsistensi lembek.

BAK      :    
- Klien mengatakan tidak ada maslaah dibagian perkemihan
BAK 5-6 x sehari
3) Pola Istirahat
- Klien mengatakan tidur malam + 8 jam dan tidur
siang + 1-2 jam,

4) Pola Aktivitas
Klien mengatakan pola aktivitasnya terganggu dikarenakan
sakit yang dirasakan,dimana klien bekerja sebagai wiraswasta
menjadi terbatas akibat sakit yang dirasakan.

5) Personal Hygine
Klien mengatakan tetap  mandi 3 x sehari, cuci rambut 2x/ hari
sekali kulit kepala bersih, sikat gigi 2 x sehari.
3.2 Analisa Data

No DATA ETILOGI MASALAH


1 DS: Peningkatan tekanan Resiko tinggi terhadap
Klien mengatakan kepala pusing, vaskuler
penurunan curang jantung
leher dan menjalar kebagian
tengkuk belakang disertai tegang. Gangguan Sirkulasi

DO:
Siskemik
TD :170/100 mmHg
Nadi : 84 x/m
Peningkatan afterload
Suhu : 370C
Respirasi : 20 x/m
Berat badan : 55 kg
Tinggi badan : 160 cm

2 DS: Peningkatan tekanan Resiko ketidakefektifan


Klien mengatakan pusing dan vaskuler
perfusi jaringan otak
terkadang klien merasa ingin mual
tetapi itu jarang dirasakan Sirkulasi darah yang
kurang ke otak
DO:
TD :170/100 mmHg
Penurunan Supplay O2
Nadi : 84 x/m
Suhu : 370C
Gangguan Perfusi Jaringan
Respirasi : 20 x/m
Berat badan : 55 kg
Tinggi badan : 160 cm

3 DS: Peningkatan tekanan Gangguan rasa nyaman nyeri


Klien mengatakan kepala pusing, vaskuler
leher dan menjalar kebagian
tengkuk belakang disertai tegang Gangguan Sirkulasi

DO: Konsistensi pembulu darah


di otak
Klien tampak menahan sakit,
kondisi badan lemah, pucat dan
Nyeri
klien terlihat memegang kepala
TD :170/100 mmHg
Nadi : 84 x/m
Suhu : 370C
Respirasi : 20 x/m
Berat badan : 55 kg
Tinggi badan : 160 cm

4 DS: Peningkatan Tekanan Intoleransi Aktivitas


Klien mengatakan pola Darah
aktivitasnya terganggu
dikarenakan sakit yang dirasakan. Respon gitrack

DO: Nause
TD :170/100 mmHg
Nadi : 84 x/m Kelemahan Fisik
0
Suhu : 37 C
Respirasi : 20 x/m Intoleransi Aktivitas
Berat badan : 55 kg
Tinggi badan : 160 cm

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral
2. Intoleransi Aktivitas
3. Resiko tinggi terhadap penurunan curang jantung berhubungan dengan
perubahan afterload
4. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
sirkulasi darah yang kurang ke otak
3.4 Intervensi

No Dx Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


1 Gangguan rasa nyaman Tujuan: Setelah a. Berikan posisi nyaman - Mengidentifikasi
nyeri berhubungan dilakukan tindakan b. Mengajarkan teknik relasasi karakteristik nyeri
dengan peningkatan keperawatan diharapkan nafas dalam - Berguna untuk keefektifan
tekanan vaskuler serebral tekanan vaskuler c. Berikan klien dan keluarga kemajuan kesembuhan
serebral tidak meningkat melakukan teknik nafas dalam - Dapat menghilangkan nyeri
dengan d. Mengobservasi TTV - Mengurangi rasa nyeri dan
kriteria hasil: dapat terkontrol
a. Klien - Sebagai indicator untuk
mengungkakan intevensi selanjutnya
sakit kepala
berkurang
b. Pasien tampak
nyaman
c. dalam
keadaan
normal
2 Intoleransi Aktivitas Tujuan: Setelah a. Menyediakan lingkungan yang - Berguna untuk pemenuhan
dilakukan tindakan tenang aktivitas klien
keperawatan diharapkan b. Memepertahankan tirah baring - Sejauh mana kemampuan
intoleransi aktivitas c. Memberikan sedikit penerangan klien dalam melakukan
dapat diatasi dengan d. Meminimalkan gangguan aktivitas
kriteria hasil: lingkungan dan rangsangan - Megetahui kemampuan saat
a. Agar klien e. Membatasi aktivitas melakukan aktivitas
merasa nyaman - Meningkatkan kemampuan
dan lebih baik klien untuk beraktivitas
b. agar dapat
mempertahankan
tirah baring
c. Agar bisa
beraktivitas

3 Resiko tinggi terhadap Tujuan: Setelah a. Memantau TTV - Untuk mengetahui derajat
penurunan curang dilakukan tindakan b. Mencatat edema umum hipertensi
jantung berhubungan keperawatan diharapkan c. Pertahankan pembatasan - Menunjukkan resiko injuri
dengan perubahan Resiko tinggi terhadap aktivitas Seperti istirahat di - Lingkungan yang nyaman
afterload penurunan curang tempat tidur dan kursi dan pembatasan aktivitas
jantung dapat diatasi d. Memberikan lingkungan yang menurunkan konsumsi
dengan nyaman oksigen miokard.
kriteria hasil: e. Memberikan obat isosorbide
a. Tekanan darah dinitrate 5 mg (sesuai anjuran
menurun atau dokter)
dibatas normal f. Memberikan obat Bisoprolol
fumaret 0,5 mg (sesuai anjuran
b. Tidak terjadi dokter)
vasokontriksi
c. Tidak terjadi
iskemia miocard
d. Memenuhi
kebutuhan
perawatan dir

4 Resiko ketidakefektifan Tujuan: Setelah a. Bedrest dengan posisi kepala - untuk mengurangi tekanan
perfusi jaringan otak dilakukan tindakan terlentang atau posisi elevasi 15- nyeri dengan meningkatkan
berhubungan dengan keperawatan diharapkan 45 derajat sesuai indikasi draimage vena dan
sirkulasi darah yang Resiko ketidakefektifan b. Memonitor adanya memperbaiki sirkulasi
kurang ke otak perfusi jaringan otak diplopia,pandangan kabur,dan serebral
dapat diatasi dengan nyeri kepala - mengetahui setiap
kriteria hasil: c. Monitor level kebingungan dan perubahan terjadi pada
a. TTV Stabil orientasi klien secara dini dan untuk
d. Monitor tonus otot pergerakan penetapan tindakan yang
b. Sakit kepala e. Memonitor tekanan intra kranial tepat
berkurang dan respon naurologis
f. mencatat perubahan pasien
dalam merespon stimulus

3.5 Implementasi dan evaluasi


N Dx Implementasi Evaluasi
o
1 Gangguan rasa nyaman a. Berikan posisi nyaman S:klien mengatakan nyeri berkurang
nyeri b/d peningkatan b. Mengajarkan teknik O:klien terlihat tenang
tekanan vaskuler relasasi nafas dalam A:masalah teratasi sebagian
serebral c. Berikan klien dan P:intervensi dilanjutkan dengan pemberian teknik relaksasi nafas dalam
keluarga melakukan
teknik nafas dalam
d. Mengobservasi TTV
2 Intoleransi aktivitas a. Menyediakan lingkungan S: pasien mengatakan merasa tenang dan nyaman
yang tenang O:klien sudah bisa beraktivitas sedikit sedikit
b. Memepertahankan tirah A: Masalah teratasi sebagian
baring P: intervensi dilanjutkan dan dimonitoring
c. Memberikan sedikit
penerangan
d. Meminimalkan gangguan
lingkungan dan
rangsangan
e. Membatasi aktivitas
3 Resiko tinggi terhadap g. Memantau TTV S:klien mengatakan perasaanya lebih baik
penurunan curah h. Mencatat edema umum O: TD :170/100 mmHg
jantung b/d perubahan i. Pertahankan pembatasan
Nadi : 84 x/m
afterload aktivitas Seperti istirahat
di tempat tidur dan kursi Suhu : 370C
j. Memberikan obat
Respirasi : 20 x/m
isosorbide dinitrate 5 mg
(sesuai program) Berat badan: 55 kg
k. Memberikan obat
Tinggi badan: 160 cm
Bisoprolol fumaret 0,5 mg
(sesuai program) Klien mengikuti semua instruksi
Klien tampak tenang

A:masalah belum teratasi


P: lanjutkan intervensi kolaborasi pemberian isosorbide dinitrate 5 mg
(sesuai dengan program)
4 Resiko ketidak efektifan a. Bedrest dengan posisi
perfusi jaringan otak kepala terlentang atau S:klien mengatakan nyeri kepala berkurang
b/d sirkulasi darah yang posisi elevasi 15-45 O: TD :170/100 mmHg
kurang ke otak derajat sesuai indikasi
Nadi : 84 x/m
b. Memonitor adanya
diplopia,pandangan Suhu : 370C
kabur,dan nyeri kepala
Respirasi : 20 x/m
c. Monitor level
kebingungan dan orientasi Berat badan : 55 kg
d. Monitor tonus otot
Tinggi badan: 160 cm
pergerakan
e. Memonitor tekanan intra
kranial dan respon A:masalah teratasi sebagian
naurologis P:intervensi di lanjutkan monitor keadaan klien
f. mencatat perubahan
pasien dalam merespon
stimulus
BAB 4

PEMBAHASAN

Kasus asuhan keperawatan dengan masalah utama hipertensi pada Tn. R di RS Sumatera

Utara Kota Medan didapat data awal dari rekam medis di yaitu berupa nama, diagnosa

dan alamat pasien. kelompok melakukan pengkajian sesuai format asuhan keperawatan

Medikal Bedah yang telah disediakan. Proses pengkajian tidak mengalami hambatan dan

semua item bisa diperolah informasi dengan jelas karena klien dan keluarga kooperatif.

Data yang diperoleh meliputi data demografi, sosio kultural, data lingkungan, dimana

data yang berkaitan dengan individu meliputi pemeriksaan fisik, serta riwayat dan

histori klien. Tahap pengkajian keperawatan pada Tn. R tidak mengalami kesulitan,

klien dan pendamping kooperatif dan mau memberikan informasi yang dibutuhkan.

Adapun masalah dan prioritas masalah ditemukan pada klien Tn.R dengan 4 diagnosa

yaitu

1) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan

tekanan vaskuler serebral

2) Gangguan pola aktifitas

3) Resiko tinggi terhadap penurunan curang jantung berhubungan dengan

perubahan afterload

4) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan

sirkulasi darah yang kurang ke otak

Sedangkan dari teori-teori berdasarkan referensi masalah yang muncul pada pasien

penderita hipertesi bisa terjadi lebih dari diagnosa yang kami dapatkan yaitu:

1) Gangguan rasa nyaman nyeri

2) Gangguan istirahat tidur


3) Resiko tinggi terhadap penurunan curang jantung berhubungan dengan

perubahan afterload

4) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan

sirkulasi darah yang kurang ke otak

5) Gangguan pola aktivitas

6) Gangguan Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Pada penentuan diagnosa keperawatan dan penyebabnya tidak mengalami hambatan

dikarenakan adanya faktor pendukung yaitu, data wawancara dan pemeriksaan fisik

lengkap sesuai kebutuhan. Pada tahap perencanaan keperawatan masalah diagnosa pada

kasus Tn. R dengan masalah utama hipertensi tidak mengalami kesulitan, dengan

membaca tinjauan pustaka sebagai landasan teori penyusunan dengan memperhatikaan

data obyektif dan subyektif yang ditemukan. Faktor pendukungnya adalah istri atau

pendamaping memahami masalah yang ditegakkan dan mau mengikuti perencanaan

keperawatan yang disusun. Klien Tn.R dan Keluarga menyatakan paham tentang

perencanaan yang disusun untuk mengatasi masalah keperawatan yang muncul,

ditunjukkan dengan menyatakan paham penjelasan yang diberikan.

Pada tahap implementasi keperawatan mampu dilaksanakan sesuai perencanaan yang

sudah disusundan keluarga serta klien bisa di ajak bekerjasama yaitu mau menerima

tindakan yang dilakukan. Keluarga dan klien Tn.R yang kooperatif merupakan faktor

pendukung
sehingga implementasi bisa dilakukan sesuai perencanaan dan mampu mengikuti

arahan yang diberikan kelompok

Pada tahap evaluasi, didapatkan data bahwa masalah bisa teratasi sebagian dan

masih perlu tindakan keperawatan. Keluarga kooperatif dengan menyatakan

bahwa mau melakukan apa yang sudah dianjurkan dan dilatihkan untuk

menunjang upaya penyembuhan Tn R.

Proses asuhan keperawatan mampu dilakukan tanpa mengalami hambatan berat

dengan adanya faktor pendukung yaitu pihak keluarga kooperatif dan mampu

bekerjasama mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi. Hambatan yang

ditemukan tidak sampai mengganggu jalannya asuhan keperawatan.


BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Commitee on Detection,


Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC) sebagai tekanan
yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat
keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi
sampai hipertensi maligna. Keadaan ini dikategorikan sebagai primer/esensial
(hampir 90 % dari semua kasus) atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari
kondisi patologi yang dapat dikenali, sering kali dapat diperbaiki (Marilynn
E. Doenges, dkk, 1999).

Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering
menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan
semakin tingginya tekanan darah (Arif Muttaqin, 2009).

Menurut Bruner dan Suddarth (2001) hipertensi dapat didefinisikan sebagai


tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan
tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik di atas 160 mmHg dan tekanan
diastolik di atas 90 mmHg. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipertensi
adalah meningkatnya tekanan sistolik sedikitnya 140 mmHg dan diastolik
sedikitnya 90 mmHg.

5.2 Saran
1. Keluarga
Diharapkan keluarga dapat menerapkan pendidikan kesehatan yang telah
diberikan dan lebih menjaga kesehatan pasien tersebut agar pasien semakin
sehat serta dengan dorongan keluarga pasien akan merasa lebih baik.
2. Perawat
Diharapkan perawat dapat menambah pengetahuan dan bagi pendidik
diharapkan agar dapat meningkatkan pengetahuan dan motivasi mahasiswa
tentang pentingnya asuhan keperawatan pada klien hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Sheila 2011. Majalah Kesehatan Keluarga Dokter Kita. Jakarta: PT


Temprint.
Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC
Departemen Kesehatan RI. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Indonesia Tahun 2007. Jakarta: Balitbangkes-Depkes RI
Gunawan, Lany. 2005. Hipertensi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Hananta Yuda, I Putu. 2011. Deteksi Dini dan Pencegahan 7 Penyakit Penyebab
Mati Muda. Yogyakarta: Media Pressindo
Jaya, Muhammad. 2009. Pembunuh Bahaya itu Bernama Rokok. Yogyakarta:
Perpustakaan Nasional.
Kaplan M. Norman. 1998. Measurenment of Blood Pressure and Primary
Hypertension: Pathogenesis in Clinical Hypertension: Seventh Edition.
Baltimore, Maryland USA: Williams & Wilkins
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI
Nurhidayat, Saiful. 2014. Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskuler Pada Remaja di
Ponorogo. Jurnal Dunia Keperawatan Vol. II No. 2. Kalimantan Selatan:
PSIK FK Unlam
Nurkhalida. 2008. Warta Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Depkes RI
Sheps, Sheldon G. 2005. Mayo Clinic Hipertensi, Mengatasi Tekanan Darah
Tinggi. Jakarta: PT Intisari Mediatama
Sutedjo. 2006. Profil Hipertensi pada Populasi Monica. Hasil Penelitian
MONICA-Jakarta III”, Jakarta: Filed Under Riset Epidemiologi
Susilo, Yekti dan Ari Wulandari. 2011. Cara Jitu Mengatasi Hipertensi.
Yogyakarta: ANDI
Rosjidi, C.H dan Isro‟in, Laily (2013) Kerentanan perempuan terhadap serangan
penyakit jantung dan stroke. Penelitian. Inpress

Anda mungkin juga menyukai